PERANAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN BUKU AJAR SUID SAIDI FKIP UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA Abstract: The role of textbook to increase effectiveness of teaching places dominant role. In the context of formal education, textbooks occur in any teaching as a guideline, referring to curriculum and coverage of teaching materials. This paper is a description of the advantages of using textbook in the teaching process at secondary schools level that proves substantial functions in increasing learning outcomes. Keywords: textbook, teaching materials, effectiveness. BERBICARA masalah pendidikan, kita tidak dapat terlepas dari Tri Pusat Pendidikan yaitu, sekolah, orang tua (keluarga) dan masyarakat, ketiga komponen tersebut harus saling mendukung serta berjalan bersama-sama untuk tercapainya tujuan yang diinginkan. Secara umum, output pendidikan dapat ditinjau dari hasil siswa dalam mengerjakan tes ujian akhir sekolah meskipun rekonstruksi Ujian Akhir Nasional (UAN) dan tes umumnya dalam kepatuhan terhadap cakupan isi masih diragukan. Hal ini dikarenakan konstruksi tes tergantung pada logika pembuat keputusan. Bila menggunakan logika pembuat tes, kualitas validitas isi suatu tes harus dianalisis untuk membuktikan validitas isinya. Hal ini menyiratkan bahwa kesesuaian antara item tes dan tujuan instruksional yang telah diajarkan tidak sepenuhnya sesuai (Yunhadi, 2016:33). Pada Garis-Garis Besar Haluan Negara telah dikemukakan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dengan sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Pada alenia lain dijelaskan pula bahwa titik berat pembangunan pendidikan terletak pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar serta peningkatan perluasan kesempatan belajar. Proses belajar mengajar adalah merupakan kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya adalah menuju pada perubahan tingkah laku intelektual, moral maupun sosial. Dalam hal ini guru adalah merupakan salah satu faktor penting dalam suatu pendidikan formal, dimana sebagai seorang guru harus memenuhi persyaratan tersendiri, diantaranya kemampuan professional guru dalam proses pembelajaran adalah kemampuan mengolah materi pelajaran (Sudjana, 1987:31). 24 Berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar, dikemukakan bahwa: 1. Belajar adalah interaksi antara siswa dengan sumber belajar, yang dapat berupa guru, buku atau lingkungan. 2. Mengajar adalah membimbing dalam usaha menciptakan kondisi agar siswa berkemauan belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Memperhatikan apa yang telah dikemukakan diatas maka buku adalah merupakan salah satu sumber belajar yang penting, karena dengan buku siswa dapat mempela-jarinya untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan tujuan pendidikan sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pemerintah melalui pusat perbukuan menerbitkan buku-buku pelajaran, yang merupakan buku wajib untuk sekolah baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum maupun kejuruan. Bagaiamana baiknya penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebagai contoh keadaan guru kwalifait, fasilitas atau sarana dan prasarana cukup dan lain sebagainya tanpa dukungan dari pihak keluarga maupun masyarakat maka pendidikan tidak ada artinya apa-apa. Usaha-usaha inilah yang menjadi pedoman bagi setiap mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, dengan melalui tahapan-tahapan pelita dan tehun demi tahun kita secara bersama-sama mengusahakan perluasan kesempatan belajar tiap-tiap tingkatan mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan umum maupun kejuruan sampai ke perguruan tinggi. Harapan tersebut akan tercapai melalui suatu perencanaan dan pengembangan pendidikan yang terpadu dimana sampai pada gilirannya, pembangunan dibidang pendidikan diperoleh hasil yang positif. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka melalui mulai tahun 1995 diberlakukan penyempurnaan kurikulum 1994, mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah umum dan kejuruan . Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan kebijaksanakan menteri pendidikan dan kebudayaan di bidang pendidikan dasar dan menengah untuk awal perencanaan tahun pelajaran 1994/1995 pada salah satunya dikatakan “perlu meningkatkan tiga kemampuan dasar: baca–tulis–hitung pada sekolah dasar dan penyempurnaan Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris pada sekolah menengah serta meningkatkan kegiatan remaja baik tingkat nasional maupun internasional untuk memacu Iptek”(Dirjen Didasman,1994). Kurikulum baru lebih banyak memberikan keluasan kepada guru untuk dapat menyesuaikan keluasan kepada guru untuk dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi yang terjadi di lingkungan sekolah perlu diserap kedalam kurikulum yang berlaku, untuk ini diperlukan kemampuan khususnya bagi para guru baik di tingkat pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan menengah. Berlandaskan UU RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka tujuan kurikulum antara lain sebagai berikut: 1. Kurikulum disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuain dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. 25 2. Kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah dasar baca– tulis–bicara, serta berhitung: menambah, mengurang, mengalikan membagi, mengukur sederhana dan memahami bentuk geomatri yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kurikulum pendidikan dasar yang berkenaan dengan sekolah lanjutan tingkat pertama lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai dasar–dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan lingkungan. Penguasaan tersebut akan memudahkan siswa mengembangkan berbagai kemampuannya secara bertahap seperti berpikir teratur dan kritis, memecahkan masalah sederhana serta sanggup bersikap mandiri dalam kebersamaan. 4. Kurikulum pendidikan sekolah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Sastrawijaya (1991) menyatakan bahwa “isi bahan pelajaran merupakan titik awal pelajaran dalam proses pembelajaran. Buku ajar merupakan sumber utama pelajaran”. Pendapat lain mengumukakan pendapat bahwa: “Guru harus menguasai isi dari setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut” (Sudjana, 1989). Isi penjabaran dijabarkan dari GBPP, sedangkan bahan penjabaran adalah uraian atau diskripsi dari pokok bahasan. Dengan membaca berbagai buku pelajaran (text book), guru akan mudah membuat uraian tersebut. Guru yang bertugas di kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran tidak dapat melepaskan diri dari buku, salah satu dari buku-buku itu ialah buku pelajaran. Buku pelajaran dalam pembelajaran sangat besar dan paling menentukan, karena buku pelajaran yang relevan. Tanpa buku pelajaran agaknya pengajaran tidak dapat terarah, efisien dan efektif. Buku pelajaran dipersipakan secara baik memang merupakan saran pengajaran ampuh bagi setiap mata pelajaran (Tarigan, 1986). BAHAN PELAJARAN Bahan pelajaran dirumuskan setelah tujuan ditetapkan. Bahan pelajaran harus disusun sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Sedangkan kegiatan belajar-mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran. Dengan demikian harus terdapat hubungan yang harmonis dan sistematis antara tujuan-bahan pelajaran-kegiatan pemebelajaran. Persoalannya bagaimana menetapkan bahan pelajaran dan menentapkan kegiatan pembelajaran agar betul-betul dapat menunjang bahan pelajaran. 1. Menetapkan Bahan Pelajaran Bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsung proses pembelajaran. Melalui bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pelajaran. Bahan pelakjaran pada hakekatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Menurut Sudjana (1987) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pengajaran. a. Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 26 b. Bahan yang ditulis dalam perencanaan pengajaran, terbatas pada konsep saja, atau terbentuk garis besar bahan tidak pula diuraikan terinci. c. Menetapkan bahan pengajaran harus sesuai dengan urutan tujuan dan bahan yang akan disampaikan. d. Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinulitas) yang berarti bahwa antara bahan yang satu dengan bahan berikutnya ada hubungan fungsional, bahan yang satu menjadi dasar bagi bahan berikutnya. e. Bahan disusun daari sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongrit menuju abstrak. f. Sifat bahan ada yang faktual ada yang konseptual sifat kongrit dan mudah diingat. 2. Mengusai Bahan Yang Akan Diajarkan Menguasai bahan yang akan diajarkan mutlak bagi guru tanpa penguasaan bahan, sebenarnya guru tak dapat mengajar dengan baik. Contoh: guru yang tidak menguasai bahan ialah guru yang mendikte siswa menyalin dari buku, membaca bahan dari buku sumber dan lain-lain. Hal ini yang diperlukan dalam menetapkan bahan pengajaran ialah kepandaian atau kemampuan guru memilih/menyeleksi bahan yang akan diberikan pada siswa. Tidak semua bahan yang ada pada buku sumber harus diajarkan seluruhnya mengingat terbatasnya waktu yang tersedia. Guru harus memilih bahan yang perlu diberikan, dan bahan mana yang tidak perlu. Dalam menetapkan pilihan tersebut, hendaknya diperhatikan: a. Tujuan pengajaran. Hanya bahan yang serasi dan menunjang tujuan yang perlu diberikan oleh guru. b. Urgensi bahan. Artinya bahan itu penting untuk diketahui oleh siswa. Demikian juga sifat bahan tersebut merupakan landasan untuk memperlajari bahan berikutnya. c. Tuntutan Kurikulum. Artinya secara minimal bahan itu wajib diberikan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. d. Nilai Kegunaan. Artinya itu mempunyai manfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. e. Terbatasnya sumber bahan. Artinya sumber bahan susah diperoleh siswa (tidak ada dalam buku sumber, sehingga perlu diberikan oleh guru. Sebaliknya jika bahan itu banyak dibahas dalam buku sumber, maka tidak begitu perlu membahasnya secara rinci, cukup pokok-pokonya saja, kemudian guru memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari lebih lanjut. PENGERTIAN PEMBELAJARAN Hamalik (1994) mengemukakan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang paling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur fotografi, slide, dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga Komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi praktek, belajar, ujian dan sebagainya. 27 Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang paling berkaitan untuk membelajarkan peserta didik. Proses pembelajaran memiliki empat komponen yaitu: Tujuan, Bahan, Metode, dan Alat serta Penilaian. Keempat komponen tersebut tidaklah terdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi). Tujuan pembelajaran merupakan langkah pertama yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Dari tujuan yang jelas dan operasional dapat diterapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan pengajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapainya ini isi tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki oleh peserta didik. Metode dan alat yang dugunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan transformasi bahan pengajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai. Untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai atau tidak, maka penilaian yang memainkan fungsi dan perannya. Dengan perkataan lain penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapainya tujuan. Pada dasaarnya proses pembelajaran berusaha mengkoordinasi sejumlah tujuan, metode dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Rusyan, 1992). Unsur-unsur yang perlu diperhatikan meliputi: 1. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru adalah terciptanya suasana sehingga siswa belajar dengan mempertimbangkan unsur-unsur berikut ini a) Motivasi pembelajaran siswa. Guru harus memiliki motivasi untuk pembelajaran siswa motivasi itu sebaliknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik. Jadi, guru memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Namun diakui bahwa motivasi membelajarkan itu sering timbul karena insetif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk membelajarkan. b) Kondisi guru siap membelajarkan siswa. Guru perlu kamampuan dalam proses pembelajaran, disamping kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan professional. Guru perlu berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan siswa. 2. Unsur Pembelajaran Konkruen Dengan Unsur Belajar. 28 a). Motivasi belajar menurut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka memotivasi siswa agar belajar adalah: (1) Prinsip kebermaknaan; siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakna baginya. (2) Persyarat ; siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika dia memiliki pengalaman prasyarat. (3) Model ; siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru jika disajikan dengan suatu model perilaku yang dapat diamati dan ditiru. (4) Komunikasi terbuka ; siswa lebih suka belajar jika penyajiannya atau pesan-pesan guru terbuka terhadap pendapat siswa. (5) Daya tarik; siswa akan lebih suka belajar jika pengajarnya menyenangkan. (6) Aktif dan Lahitan; siswa senang belajar jika dapat berperan aktif dalam latihan/pembelajaran. (7) Latihan terbagi; siswa lebih suka belajar jika latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu waktu pendek. (8) Tekanan instruksional siswa lebih suka belajar jika diberikan tekanan dimulai dari yang kuat makin lama semakin lemah. (9) Keadaan yang menyenangkan; siswa akan termotivasi belajanya jika kondisi-kondisi pembelajarannya menyenangkan. b. Sumber-sumber yang digunakan Sebagai Bahan Belajar terdapat pada: (1) Buku pelajaran yang disiapkan adalah buku sumber dan buku penunjang yang mungkin sudah ada di perpustakaan sekolah atau dibeli sendiri. (2) Pribadi guru sendiri pada dasarnya merupakan sumber tak tertulis, adalah sangat penting yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang berdaya guna bagi kepentingan proses pembelajaran. (3) Sember masyarakat, dalam pembelajaran guru perlu memanfaatkan masyarakat atau lingkungan sebagai sumber belajar. c. Pengadaan Alat-Alat Belajar Prosedur penggunaan alat-alat Bantu belajar perlu diperhatikan beberapa hal sebabagai berikut : (1) Memiliki dan menggunakan alat Bantu yang tersdia di sekolah sesuai dengan rencana pembelajaaran. (2) Siswa memilih dan membantu sendiri alat Bantu yang diperlukannya berdasarkan petunjuk dan bantuan guru. (3) Membeli di pasaran bebas seandainya alat-alat yang diperlukan itu ada dan cocok untuk kegiatan belajar yang akan dilakukan. d. Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya yaitu : (1) Sikap guru sendiri terhadapa pembelajaran di kelas. Guru diharapkan bersikap menunjang, membantu, adil, dan terbuka dalam kelas. Sikap 29 tersebut pada gilirannya akan menciptakan antusiasme terhadap pelajaran yang sedang diberikan. (2) Perlu adanya kesadaran yang tinggi dikalangan siswa membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas. Suasana yang disiplin ini juga ditentukan oleh perilaku guru dalam kemampuan memberikan pengajaran serta suasana dalam diri siswa sendiri. (3) Guru siswa menciptakan hubungan dan kerjasama yang serasi selaras dan seimbang dalam kelas yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan. e. Subyek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan. Subyek belajar yang kondisinya kurang mantap perlu diberikan pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan belajar yang tepat waktunya, penyesuaian bahan belajar dengan kemampuan bakatnya, semua kondisi itu perlu terus dikontrol oleh guru. Sediakan waktu yang khusus untuk mengenal dan mengetahui dengan seksama semua kondisi subjek belajar. Bila diketahui terdapat keseimbangan dan gangguan pada kondisi mereka, maka guru perlu segera melakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan (Imran, 1996:42). SUMBER BELAJAR SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN Belajar mengajar sebagai suatu proses merupkan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber belajar dalam pergertian sempit adlah misalnya, buku-buku atau bahan-bahan teretak lainnya. Sedangkan pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar diberikan oleh Edgar Dale yang menyatakan bahwa pengalaman itu adalah sumber belajar. Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, selaus hidup itu sendiri , karena segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai denga tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan seseorang dalam belajar. Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam yaitu: a. Sumber belajar yang direncanakan atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar-mengajar. Misalnya : buku, brosur, film, video, tape slide dan sebagainya. b. Sumber belajar yang tidak dirancang tapi dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar. Misalnya: toko, museum,tokoh masyarakat dan sebagainya. 1. Klasifikasi Sumber Belajar a. Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, kamus dan lain-lain. b. Sumber belajar bon cetak: film, slide, video, dan lain-lain. 30 c. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan belajar, laboratorium dan lain-lain. d. Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi dan lain-lain. e. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, pasar, pabrik dan lain-lain. 2. Komponen dan Faktor Sumber Belajar. a) Komponen-komponen Sumber Belajar 1. Tujuan, misi atau fungsi sumber belajar. 2. Bentuk formal, atau keadaan fisik sumber belajar. 3. Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. 4. Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar. b) Faktor-faktor yang mempengaruhi sumber belajar. 1. Perkembangan teknologi 2. Nilai-nilai budaya setempat. 3. Keadaan ekonomi pada umumnya. 4. Keadaan pemakai 3. Memilih Sumber Belajar a) Kriteria Umum Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih berbagai sumber belajar, misalnya: 1. Ekonomi dalam pengertian murah. 2. Praktis dan sederhana 3. Mudah diperoleh 4. Bersifat fleksibel 5. Komponen-komponen sesuai dengan tujuan. b) Kriteria Berdasarkan Tujuan Beberapa Kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain adalah: 1) Sumber belajar guna memotivasi, terutama berguna untuk siswa yang lebih rendah tingkatannya, dimkasudkan untuk memotivasi mereka terhadap mata pelajaran yang diberikan. 2) Sumber belajar untuk tujuan pengajaran, yaitu untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar. Kriteria ini paling umum dipakai oleh para guru dengan maksud untuk memperluas bahan pengajaran, meliputi berbagai kekurangan bahan, sehingga kerangka mengajar yang sistematis. 3) Sumber belajar untuk peneltian 4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah 5) Sumber untuk presentasi. 4. Memanfaatkan Sumber Belajar Ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui oleh para pendidik/guru dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar antara lain: a. Tujuan instruksi hendaknya dijadikan pedoman dalam memilih sumber belajar sahih. 31 b. Pokok-pokok bahasan yang menjelaskan analisis ini pelajaran yang akan disajikan kepada siswa, agar materi yang disajikan melalui sumber-sumber belajar dapat memperjelas dan memperkaya isi bahan. c. Pemilihan strategis, metode pengajaran yang sesuai dengan sumber belajar. d. Sumber-sumber belajar yang dirancang berupa media intruksional dan bahan tertulis yang tidak dirancang. e. Pengaturan waktu sesuai dengan luas pokok bahasan yang akan disampaikan kepada siswa. f. Evaluasi yakni bentuk evaluasi yang akan digunakan. PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau suatu pekerjaan telah dilaksanakan dan menimbulkan nilai tertentu. Diantara ketiga dominant tujuan belajar menurut Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor , maka aspek kognitif adalah yang paling tercermin dalam indikator pretasi belajar di sekolah. Jadi perkembangan intelektual yang diutamakan di sekolah. Keberhasilan individu dalam mengikuti pelajaran di sekolah (lembaga pendidikan formal) dilambangkan dengan angka-angka atau huruf-huruf yang menunjukkan prestasi belajarnya. Prestasi belajar yang dibahas dalam penelitian ini dicerminkan oleh nilai yang diperoleh siswa, sebagaimana yang tercantum dalam tes. Dengan demikian prestasi belajar suatu pelajaran ditunjukkan oleh angka: 5, 6, 7, 8 dan seterusnya. Angkaangka ini menunjukan kualitas belajar siswa. Karena prestasi belajar diperoleh dari proses belajar, maka prestasi belajar tersebut tidak lepas dari bagaimana proses belajar itu berlangsung. Seperti yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu bahwa ada dua faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan factor yang berasal dari luar diri siswa. Karena kedua faktor tersebut mempengaruhi proses belajar siswa, maka prestasi yang dimiliki masing-masing siswa berbeda, ada yang tinggi dan ada yang rendah tergantung dari bagaimana dukungan dari kedua faktor tersebut (Winkel, 1986:24) Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kedua faktor diupayakan agar selaras dan seimbang, sebab motivasi dan minat belajar akan banyak tergantung pada lingkungan siswa (sekolah, keluarga , dan masyarakat). Hal ini memungkinkan karena motivasi siswa dalam pembelajaran akan tumbuh dan berkembang kerena adanya dorongan dari siswa dan dorongan dari lingkungan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah factor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan factor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Selanjutnya kedua kelompok dibagi-bagi lagi menajdi elemen-elemen yang lebih kecil seperti diuraikan dalam bagian berikut : 1) Faktor yang Berasal dari dalam Diri Siswa (internal) Faktor ini masih dapat dikelompokkan lagi menjadi dua indikator yaitu: a. Faktor biologis dimana faktor ini berhubungan dengan fisik siswa atau bersifat kejasmanian, sebagai misal cacat anggota badan, kesehatan. b. Faktor psikologis dimana faktor ini berhubungan dengan keadaan psikis siswa. Faktor ini dikelompokkan menjadi factor intelektual dan non intelektual. Sebagai contoh factor intelektual taraf intelegensi, kemampuan 32 belajar, dan cara belajar. Sedangkan faktor non intelektual misalnya : perhatian, emosi, sikap, minat, motivasi belajar psikis. 2) Faktor yang Berasal dari Luar Siswa (eksternal ) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa dapat dibagi menjadi tiga indikator, yaitu: a. Faktor pengatur proses belajar di sekolah adalah factor yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. b. Faktor sosial di sekolah adalah menyangkut hubungan siswa dengan orang lain baik yang berkaitan langsung mapun tidak langsung dengan pembelajaran. c. Faktor non-sosial/situasional adalah pengaruh yang berasal dari lingkungan non manusia. DAFTAR PUSTAKA Ali M. 1980. Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Abu Achmadi. 1990. Teknik Belajar Yang Efektif. Semarang: Rineka Cipta. Eddy Soewardi Kartawijaya. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Sinar Baru. Departemen Pendidikan Nasional. 1995. Garis-Garis Besar Program Pengajaran 1994 SD. Jakarta: Depdikbud. Nana Sudjana dkk. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Siti Rahayu Hadinoto. 1984. Kesulitan-Kesulitan Dalam Belajar. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Suharsimi Arikunto. 1992. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yunhadi, Wuwuh. 2016. ”Quality of Listening Test Validity of the National Leaving Exam for SMA.” JARES. Vol. 1, No. 1. P. 33-44. Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.