PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - AFRIKA SELATAN PERIODE : JANUARI - NOVEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Afrika Selatan 1. Total perdagangan Afrika Selatan periode Januari-November 2014 tercatat sebesar US$ 176,28 miliar, atau meningkat sebesar 2,73% dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 83,42 miliar, naik sebesar 7,02% dibanding periode yang sama tahun 2013, dan impor dengan nilai US$ 92,87 miliar, turun sebesar 0,83%, dibandingkan periode yang sama tahun 2013. 2. Neraca perdagangan Afrika Selatan pada periode Januari-November 2014 ini, tercatat defisit sebesar US$ 9,45 miliar, turun 39,80% dibandingkan periode yang sama tahun 2013, yang tercatat sebesar US$ 15,69 miliar. Sementara itu, tingkat inflasi bulan November 2014 sebesar 5,8%, atau turun sebesar 0,1% dari bulan Oktober 2014, sebesar 5,9%. 3. Pemasok utama pasar Afrika Selatan selama Januari-November 2014, adalah China yang masih terus menduduki ranking nomor satu dengan nilai ekspor US$ 14,24 miliar, dengan pangsa 15,34% dan turun 3,43% dibanding periode yang sama tahun 2013; disusul Jerman US$ 9,36 miliar, dengan pangsa 10,08% dan turun 7,11%; Saudi Arabia (US$ 6,93 miliar dan pangsanya 7,46%); Amerika Serikat (US$ 6,08 miliar, dan pangsanya 6,55%), serta Nigeria (US$ 4,80 miliar, dan pangsanya 5,17%). Indonesia menjadi pemasok ranking ke 27, dengan total nilai ekspor sebesar US$ 772,90 juta, dengan pangsa 0,83%. B. Perkembangan perdagangan bilateral Afrika Selatan dengan Indonesia 1. Pada periode Januari-November 2014, total perdagangan Afrika Selatan dengan Indonesia tercatat senilai US$ 1.115,74 juta, turun sebesar 13,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013, dengan nilai US$ 1.284,05 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 342,84 juta, dan impor sebesar US$ 772,90 juta. 2. Posisi neraca perdagangan Afrika Selatan terhadap Indonesia pada periode JanuariNovember 2014 tercatat surplus bagi Indonesia sebesar US$ 430,06 juta, atau naik sebesar 31,75% dibandingkan periode Januari-November 2013. 3. Selama periode Januari-November 2014, Afrika Selatan mengimpor 3 komoditi non migas utama dari Indonesia (nilai di atas US$ 43,30 juta, dan kontribusinya di atas 5,60%), yaitu : Palm Oil & Its Fractions; Motor Cars & Vehic Transp Person dan Natural Rubber, Balata, Gutta-Percha. Untuk Palm Oil & Its Fractions (HS 1511), naik 36,55% dibanding Januari-November 2013, dengan nilai sebesar US$ 254,09 juta memberi kontribusi sebesar 32,87% terhadap impor Afrika Selatan dari Indonesia. Kemudian, Motor Cars & Vehic Transp Person (HS 8703), turun 12,66% menjadi US$ 46,16 juta dan kontribusinya 5,97% ; serta Natural Rubber, Balata, GuttaPercha (HS 4001), turun 26,94% menjadi US$ 43,34 juta, dan kontribusinya 5,61%. Ketiga komoditi tersebut, memberi kontribusi sebesar 44,45% terhadap total impor Afrika Selatan dari Indonesia. C. Kebijakan perdagangan Afrika Selatan 1. Multi-Milyar Rand Fasilitas Manufaktur Akan Diluncurkan di Cape Town. SMA Solar Technology South Africa, pemimpin pasar untuk inverter surya secara resmi meluncurkan fasilitas manufaktur jutaan Rand di Cape Town, tanggal 12 Desember 2014. Fasilitas ini mencakup lini produksi dan uji mutu Sunny Central inverters, pergudangan serta cabang pusat pelatihan terkenal SMA Surya Academy. Investasi ini dibangun diatas kehadiran SMA di Afrika Selatan sejak 2012, ketika perusahaan pertama membuka kantor penjualan dan layanan di Centurion, Gauteng. SMA membuat keputusan berinvestasi sesuai kapasitas produksi lokal dalam menanggapi kebutuhan energi, dimana 1.484 MW proyek PV surya diperoleh. Dengan membangun fasilitas ini, SMA mengakui potensi pasar pembangkit energi tenaga surya di Afrika dan kesempatan menggunakan Afrika Selatan sebagai pembanding di benua Afrika. Menteri DTI tersebut, Dr Rob Davies mengatakan bahwa Perdagangan dan Investasi Afrika Selatan (Tisa), sebuah divisi dari DTI telah memfasilitasi investasi dengan nilai R 3 miliar, dalam pembuatan peralatan dan komponen untuk industri energi terbarukan sejak 2013 / 2014. Investasi dalam Ekonomi Hijau itu memberikan kontribusi signifikan terhadap biaya investasi pipa sebesar R 60 miliar. 2. Rencana dan strategi ITPC Johannesburg, pada tahun 2015. Pihak KBRI Pretoria bekerja sama lebih gencar lagi dalam berpartisipasi mengikuti berbagai pameran berskala internasional dengan persiapan dan cakupan yang lebih besar lagi, kemudian menggalang koordinasi dalam melakukan presentasi di berbagai chamber of commerce di berbagai provinsi di Afrika Selatan yang berfokus pada peningkatan perdagangan dan investasi serta sosialisasi TEI 2015, juga mengupayakan kegiatan yang terintegrasi dengan fungsi-fungsi KBRI lainnya, seperti Pensosbud dan Politik serta Konsuler dalam rangka efisiensi dan efektifitas. Bapak Duta Besar sangat menghargai kerjasama dan koordinasi yang sudah dibangun dengan baik dan rapi selama ini antara ITPC Johannesburg dengan Fungsi Ekonomi KBRI Pretoria, serta mengharapkan peran koordinasi dan kerjasama yang lebih berkembang lagi bukan hanya dengan Fungsi Ekonomi saja, namun dengan fungsifungsi lainnya seperti Sosial Budaya (dengan menghadirkan promosi budaya Indonesia pada kegiatan promosi seperti pameran atau instore promotion), fungsi Politik (dengan mengikutsertakan pengusaha yang menjadi network ITPC pada pertemuan dengan pejabat pemerintahan guna mengarahkan pada kegiatan diplomasi ekonomi), lalu dengan fungsi Komunikasi (dengan menyiapkan bahan informasi terkait perkembangan ekonomi atau perdagangan Afrika Selatan dan Indonesia yang dapat disiarkan melalui media setempat). Sumber : Laporan ITPC Johannesburg, Desember 2014