PENGARUH KONSELING TERHADAP KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III (USIA KEHAMILAN 38-40 MINGGU) DALAM MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG SARI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO Linda Ayu Puspita Sari*, Nur Hidayati**, Moh. Saifudin*** …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) sering mengalami kecemasan dalam melakukan hubungan seksual salah satu penyebab hal tersebut dikarenakan ibu hamil takut akan keadaan bayi yang dikandungnya serta pergerakan janin yang semakin lama semakin sering, untuk itu diperlukan konseling oleh tenaga kesehatan untuk mengatasi kecemasan pada iu hamil. Masalah penelitian adalah tingginya kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual perlu konseling yang dilakukan petugas kesehatan yang adekuat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalahpra eksperimentdengan pendekatan One GroupPra post test Desaign, sampel berjumlah 32 ibu hamil TM III yang memenuhi kriteria inklusi dari populasi ibu hamil TM III yang berjumlah 35 orang, teknik sampling adalah cluster. Pengumpulan data dengan kuesioner tertutup kemudian dianalisis kemudian diujiwilcoxon sign rank test. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kecemasan ibu hamil TMIII (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual dan sebelum diberikan konseling sebagian besar mengalami kecemasan sedang kemudian setelah diberikan konseling sebagian besar ibu hamil mengalami cemasringan dari hasil uji wilcoxon sign rank test dengan Z< 0,05 menunjukkan nilai signifikan (Z= - 4,914) yang artinya ada pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual. Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan yaitu berupa konseling merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan ibu hamil TM III (UK38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual, dari tenaga kesehatan khususnya bidan setiap ibu hamil dalam melakukan Antenatal Care (ANC). Kata kunci: . Konseling, Kecemasan Ibu Hamil TM III (UK 38-40 Minggu) hubungan seksual. PENDAHULUAN. …… . … …. Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Syaifuddin, A B, 2006). Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada seluruh organ tubuh wanita, diantaranya pada alat genetalia eksterna dan interna yaitu pada uterus, ovarium, kulit, payudara, vagina dan perineum. Pada uterus membesar seiring dengan usia kehamilan sehingga ibu hamil membutuhkan pakaian SURYA yang longgar pada saat kehamilan, pada payudara sejak kehamilan trimester II membutuhkan perawatan payudara untuk mempersiapkan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan BH (Breast Horder) yang dapat menopang payudara, disamping kebutuhan tersebut diatas, ibu hamil juga memerlukan istirahat yang cukup, senam hamil dan hubungan seksual (Bobak, 2004). Hubungan seksual adalah masuknya penis kedalam vagina (Admin, 2008). Hubungan seksual merupakan kebutuhan fisiologis dan biologis yang harus terpenuhi, 50 Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual yang tidak dapat ditawar walaupun seorang wanita dalam keadaan hamil. Pada kehamilan Trimester III (38-40 minggu) terjadi penurunan hormon progesteron serta terjadi peningkatan hormon estrogen yang dapat mengakibatkan libido menurun, sehingga ibu hamil enggan melakukan hubungan seksual (Surirah, 2004). Dan dengan adanya hormon oxytocin akan membuat terjadinya kontraksi rahim dan hormon oxytocin akan meningkat bila putting susu dirangsang, dan dengan adanya prostaglandin yang terkandung didalam sperma akan mempercepat terjadinya persalinan sehingga akan membuat ibu hamil cemas dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Mariani dari klinik Bersalin, Medan tahun 2010 terdapat 100 ibu hamil trimester III usia kehamialn 38-40 minggu, suami mengatakan pada saat kehamilan istrinya pada usia kehamilan 38-40 minggu sebanyak 25 (25%) ibu hamil yang cemas dalam melakukan hubungan seks dan 75 (75%) yang tidak cemas dalam melakukan hubungan seks (Erin, 2011). Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 desember 2011 di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro terdapat 10 responden ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu), ibu hamil yang cemas dalam melakukan hubungan seksual sebanyak 7 (70%) dan terdapat 3 (30%) ibu hamil yang tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III (usia kehamilan 38-40 minggu) cemas dalam melakukan hubungan seksual. Kecemasan adalah suatu pengalaman tegang yang tidak beralasan (Baradero, Mary, 2006). Selama kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan secara fisiologis berupa perubahan fisik, yaitu uterus yang semakin membesar akan menyebabkan berat badan meningkat. Desakan dari janin pada dada yang menekan diafragma sehingga nafas menjadi lebih sesak, dan juga pada TM III kepala sudah masuk PAP sehingga menekan vesika urinaria yang dapat menyebabkan ibu hamil sering kencing SURYA (Erin, 2011). Dari perubahan fisik tersebut akan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan psikologis yang dapat berupa ketakutan dan kecemasan terutama pada ibu hamil trimester III (Varney, Hellen, 2007). Kecemasan ibu hamil terutama dirasakan saat hubungan seksual. Kecemasan ibu hamil dalam melakukan hubungan seksual dipengaruhi oleh yaitu perubahan yang terjadi pada organ fisiologis yaitu pada sistem respirasi, cardiovaskuler, sistem urinarius, uterus, ovarium, kulit, vagina dan perineum. Dengan bertambahnya usia kehamilan maka uterus menjadi semakin besar dan berat yang menyebabkan hiperlordosis sehingga terjadi nyeri punggung pada akhir kehamilan sehingga ibu akan enggan dan cemas dalam melakukan hubungan seksual(Erin, 2011). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil saat melakukan hubungan seksual yaitu pekerjaan, keluarga dan tenaga kesehatan. Ibu hamil yang bekerja akan lebih cemas akibat ibu hamil harus menyesuaikan dengan peran barunya sebagai ibu hamil (Henderson, 2006). Peran keluarga terutama pasangannya yaitu suami diperlukan saat istri melakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care) yaitu mendampingi istri saat ANC karena suami akan mengetahui penjelasan dari bidan bahwa melakukan hubungan seksual pada TM III akan dapat mempercepat terjadinya persalinan sehingga kecemasan dalam melakukan hubungan seksual tidak terjadi (Erin, 2011). Bidan berperan dalam memberikan konseling yang baik sehingga konseling berhasil dan akan membuat ibu hamil tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual. Konseling adalah suatu proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam suasana edukatif (Baradero, Mary, 2006). Konseling seksualitas meliputi penjelasan tentang informasi pentingnya hubungan seksual yang ada di dalam masyarakat, serta memberikan rasa tenang (Bobak, 2004). Faktor yang dapat mempengaruhi konseling yaitu struktur, inisiatif, kualitas konseli dan kualitas konselor. Struktur merupakan pemahaman bersama antara konselor dan konseli mengenai karakteristik, kondisi, 51 Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual prosedur dan parameter konseling. Struktur membantu untuk memperjelas hubungan antara konselor dan konseli serta melindungi hak masing-masing. Inisiatif dapat dilihat sebagai motivasi untuk berubah. Karena sebagian besar konseli datang untuk konseling atas kemauannya sendiri. Kualitas Konseli dapat terlihat dari kemauan konseli dalam menerima informasi, mengerti informasi yang akan diberikan oleh bidan dan kesiapan untuk berubah. Kualitas Konselor akan mendukung berhasilnya konseling. Maka konselor harus memiliki kejujuran, mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan pengetahuan (Dewi Ratna, 2011). Jika konseling dapat memenuhi faktor tersebut diatas maka konseling dapat berhasil sehingga ibu hamil tidak akan cemas dalam melakukan hubungan seksual. Jika ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam waktu pendek akan mengakibatkan rasa lemas, kurang tidur, nafsu makan terganggu serta sakit kepala (Surirah, 2009), tetapi jika berlangsung lama maka ibu hamil yang cemas dalam melakukan hubungan seksual dapat mengakibatkan penurunan gairah seks, sehingga hubungan seksual dilakukan terpaksa, akibatnya akan timbul rasa sakit yang bertambah besar akibat hubungan seksual, terjadi vaginismus sehingga akan dapat menganggu keharmonisan rumah tangga (Erin, 2011). Jika ibu hamil trimester III (usia kehamilan 38-40 minggu) tidak melakukan hubungan seksual dapat berakibat persalinan menjadi sedikit terhambat, karena tidak adanya sperma yang mengandung hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi pada rahim, untuk itu pada usia kehamilan 38-40 minggu sangat dianjurkan melakukan hubungan seksual (Pills Without Prescripton, 2008). Hubungan seksual yang dilakukan pada TM III (UK 3840 minggu) jika dilakukan sering yaitu dengan frekuensi 1-4 kali pada kehamilan trimester III (usia kehamilan38-40 minggu) akan mempercepat terjadinya persalinan (Boyke, 2012). Hal yang perlu dilakukan bidan agar ibu hamil tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual trimester III terutama pada SURYA usia kehamilan 38-40 minggu adalah melakukan pendekatan interpersonal pada ibu saat pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) atau dengan melakukan kunjungan rumah, memberikan kepercayaan pada ibu hamil dengan meyakinkan ibu hamil bahwa bidan mampu memberikan konseling dan pendidikan kesehatan tentang hubungan seksual pada saat ibu hamil trimester III pada usia kehamilan 38-40 minggu serta melibatkan keluarga terutama suami agar dapat berperan saat ANC yaitu mendukung dan ikut mendengarkan penjelasan dari bidan dan sehingga dapat memberikan motivasi kepada ibu hamil serta dapat meyakinkan bahwa hubungan seksual pada saat hamil usia kehamilan 38-40 minggu bermanfaat agar persalinan segera berlangsung (Salmah, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 minggu) dalam melakukan hubungan seksual di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. METODE PENELITIAN.… … .… Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian Pra-eksperimental dengan pendekatan One-group pra-post test design yaitu kelompok subyek sebelum diobservasi dilakukan intevensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (Usia Kehamilan 38-40 minggu) dalam melakukan hubungan seksual di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Data penelitian diambil menggunakan kuesioner tertutup dan menggunakan wawancara tertutup dibantu dengan leafleat. Setelah ditabulasi, data dianalisis dengan menggunakan UjiWilcoxon Sign Rank Tes HASIL .PENELITIAN … Tabel 1 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja 52 Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. No Umur Jumlah 1. 20-30 tahun 31-50 tahun > 50 tahun Jumlah 27 Prosentase (%) 84,4 5 15,6 0 32 0 100 2. 3. No 1. 2. 3. 4. Pendidikan 1. 2. 3. 4. SD SMP SMA PT Jumlah Jumlah 5 11 16 0 32 No Prosentase (%) 15,6 34,4 50 0 100 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. Jumlah Anak 1 Anak 2 Anak >3 anak Jumlah Jumlah 5 17 10 32 Prosentase (%) 15,6 53,1 31,3 100 Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah N Cemas o sebelum konselin g 1 Cemas ringan 2 Cemas sedang 3 Cemas berat Tabel 4 Distribusi Tingkat Kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 minggu) dalam melakukan hubungan seksual sebelum pemberian konseling di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. SURYA 0 0 27 5 32 Prosentase (%) 0 0 84,4 15,6 100 Jumlah 0 27 5 0 32 Prosentase (%) 0 84,4 15,6 0 100 Tabel 6 Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil TM III (UK 38-40 minggu) dalam melakukan hubungan seksual dengan pemberian konseling di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. Tabel 3 Distribusi Karkeristik Ibu hamil Berdasarkan jumlah anak di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. No Jumlah Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) Dalam melakukan hubungan seksual sesudah diberikan konseling di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro Bulan Juni 2012. Tabel 2 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. No Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah 53 Cemas sesudah konseling Cemas Cemas Cem ringan sedang as berat Jml % J % J % ml ml O 0 0 0 0 0 27 0 84 ,4 0 0 0 0 0 Total Jum lah % Jml % 32 10 0 0 0 5 15, 0 0 0 6 27 84 5 15, 0 0 32 ,4 6 n = 32 Z = -4,914 p = 0,000 Vol.02, No.XII, Agus 2012 0 10 0 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu hamil sebanyak 84,4% sebelum diberikan konseling mengalami cemas sedang dan sesudah diberikan konseling sebagian sebagian ibu hamil mengalami cemas ringan. Hasil Uji Statistic Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai signifikan (Z= 4,914) dimana hal ini berarti Z <0,05% sehingga H1 diterima artinya ada pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro bulan Juni 2012. PEMBAHASAN .… .… 1. Tingkat kecemasan pada ibu hamil TM III (UK 38-40 minggu) sebelum diberikan konseling. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil TM III (UK 38-40 minggu) sebelum diberikan konseling mengalami cemas sedang. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurut Varney, Hellen, 2007, pada trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlibat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama ibu hamil terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin yang sering dan banyak pada trimester III, keduanya, menjadi hal yang terus mengingatkan tentang keberadaan bayi di dalam rahim ibu, selain itu juga pada trimester III (UK 27-37 minggu) atau mulai 3 bulan terakhir, kecemasan mulai meningkat akibat memikirkan bayi dan dirinya. Serta kecemasan pada hubungan seksual terjadi karena hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menurun bahkan menghilang disebabkan abdomennya yang semakin besar sehingga menjadi halangan dalam melakukan hubungan seksual (Varney, Hellen, 2007). Sedangkan menurut pendapat Erike, 2011 yaitu sosial budaya yang melarang/masyarakat masih tabu untuk melakukan hubungan seksual karena mereka beranggapan bahwa pada trimester III jika melakukan hubungan akan membahayakan bayinya SURYA 54 Karena hal tersebut diatas dapat menyebabkan ibu hamil mengalami cemas sedang bahkan cemas berat karena terjadi penurunan libido pada TM III (UK 38-40 minggu), selain itu juga karena beban pikiran ibu hamil banyak maka jika ibu hamil dipaksakan melakukan hubungan seksual akan terjadi kecemasan dalam melakukan hubungan seksual. 2. Tingkat kecemasan pada ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) sesudah diberikan konseling. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) sesudah diberikan konseling mengalami cemas ringan. Hal ini berarti sesudah diberikan konseling maka terjadi adanya peningkatan pengetahuan pada ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu), karena banyak informasi dan pengetahuan mengenai kehamilan dan hubungan seksual sehingga memberi ketenangan dan kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual serta mengurangi rasa kecemasan dalam melakukan hubungan seksual. Menurut Notoatmodjo,S, (2003), konseling merupakan salah satu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan ibu hamil dapat memperoleh pengetahuan tentang manfaat hubungan seksual pada TM III. Setelah ibu hamil tahu manfaat serta posisi yang aman saat melakukan hubungan seksual pada TM III (UK 38-40 minggu) akan membuat ibu hamil mengerti dan tahu karena tingkat pengetahuan merupakan faktor pendorong terbentuknya perilaku seseorang, pengetahuan akan menimbulkan sikap yang akhirnya akan menyebabkan ibu hamil berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki karena didasari oleh kesadaran ibu hamil sendiri dan bukan karena terpaksa. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Soekidjo, Notoadmodjo, 2003), sedangkan perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak dari luar (Soekidjo, Notoatmodjo, 2003). Apabila ibu hamil Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual mempunyai pengetahuan yang baik tentang hubungan seksual maka kecemasan ibu hamil akan berkurang dari cemas sedang ke cemas ringan saat melakukan hubungan seksual. 3. Perbedaan Tingkat kecemasan pada ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual sebelum diberikan konseling dan sesudah diberikan konseing di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dari tabel 6 menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu hamil sebelum diberikan konseling mengalami cemas sedang dan sesudah diberikan konseling hampir sebagian mengalami cemas ringan. Dari bantuan SPSS denganhasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test dengan α: < 0.05% menunjukkan nilai signifikan (Z = -4,914) dimana hal ini berarti Z < 0,05 sehingga H1 diterima artinya ada pengaruh konseling terhadap tingkat kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Kecemasan adalah suatu pengalaman tegang yang tidak beralasan (Baradero, Mary, 2006). Selama kehamilan, ibu akan mengalami banyak perubahan secara fisiologis berupa perubahan fisik. Dari perubahan fisik tersebut akan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan psikologis yang dapat berupa ketakutan dan kecemasan terutama pada ibu hamil trimester III (Varney, Hellen,2007). Kecemasan ibu hamil terutama dirasakan saat hubungan seksual karena dengan bertambahnya usia kehamilan maka uterus menjadi semakin besar dan berat yang menyebabkan hiperlordosis sehingga terjadi nyeri punggung pada akhir kehamilan serta desakan dari janin pada dada yang menekan diafragma sehingga nafas menjadi lebih sesak,sehingga ibu akan enggan dan cemas dalam melakukan hubungan seksual(Erin, 2011).Serta faktor lain yang dapat SURYA 55 mempengaruhi kecemasan ibu hamil saat melakukan hubungan seksual yaitu pekerjaan, keluarga dan tenaga kesehatan. Ibu hamil yang bekerja akan lebih cemas akibat ibu hamil harus menyesuaikan dengan peran barunya sebagai ibu hamil (Henderson, 2006). Sedangkan konseling merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan dari seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini dikarenakankonseling adalah suatu proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam suasana edukatif (Baradero, Mary, 2006). Untuk itu bidan hendaknya memberikan konseling seksualitas meliputi pemberian informasi tentang pentingnya hubungan seksual pada TM III (UK 38-40 Minggu), sehingga dapat memberikan rasa tenang bila konseling yang diberikan berhasil maka akan membuat ibu hamil tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual. Dengan konseling yang diberikan tenaga kesehatan maka ibu hamil akan memperoleh pengetahuan, karena apabila ibu hamil mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat hubungan seksual maka kemungkinan besar ibu hamil akan menentukan sikap dan perilaku untuk melakukan hubungan seksual dengan tidak terpaksa serta tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual.Semakinbaik pengetahuan ibu hamil makin mudah pula mengambil keputusan dalam suatu tindakan sehingga ibu akan menyikapi hal tersebut, baik dalam sikap yang positif ataupun negatif. Dari sikap yang positif, ibu hamil akan tidak terpaksa dalam melakukan hubungan seksual sedangkan dari sikap yang negatif maka ibu akan melakukan hubungan seksual secara terpaksa, ibu hamil akan cemas dalam melakukan hubungan seksual atau bahkan ibu hamil enggan melakukan hubungan seksual. Dengan pemberian konseling maka akan banyak informasi yang didapat oleh ibu hamil sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, dengan demikian maka ibu hamil mempunyai gambaran dan dapat mengatasi kecemasan dalam melakukan hubungan seksual sehingga lebih nyaman dan tenang dalam melakukan hubungan seksual. Hal yang perlu dilakukan bidan agar Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual ibu hamil tidak cemas dalam melakukan hubungan seksual trimester III terutama pada usia kehamilan 38-40 minggu adalah melakukan pendekatan interpersonal pada ibu saat pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) atau dengan melakukan kunjungan rumah, melibatkan keluarga terutama suami agar dapat berperan saat ANC yaitu mendukung dan ikut mendengarkan penjelasan dari bidan sehingga dapat memberikan motivasi perubahan perilaku pada ibu hamil dengan meyakinkan bahwa hubungan seksual pada saat hamil usia kehamilan 38-40 minggu sangat dianjurkan. KESIMPULAN DAN SARAN. melakukan hubungan seksual dengan menggunakan variabel yang berbeda sehingga diperoleh hasil yang representatif. . . .DAFTAR PUSTAKA Admin, . . (2008). Pengertian Hubungan Seksual. http://www.hubsex.com. Diakses: 4 Januari 2012 Andaners, (2008). Konsep Cemas dan adaptasi. http:// Andaners.wordpress.com. Diakses: Tanggal 5 Februari 2010. … Arikunto 1. Kesimpulan 1) Sebagian besar tingkat kecemasanibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual sebelum diberikan konseling mengalami cemas sedang. 2) Sebagian besar tingkat kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubunganseksual sesudah diberikan konseling mengalami cemas ringan. 3) Ada pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya. Aziz Alimul Hidayat, (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Aziz Alimul Hidayat, (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Boyke. (2012). Frekwensi yang dianjurkan melakukan hubungan seksual pada TM III. http://www.hubsexpadabumilTMIII com. Diakses: 4 Januari 2012. 2. Saran Ibu hamil agar tetap melakukan hubungan seksual walaupun UK 38-40 Minggu sehingga tetap terjalin hubungan keharmonisan antara ibu hamil dengan suami. Dengan penelitian ini tempat penelitian agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan lebih intensif baik kualitas maupun kuantitas dalam memberikan penyuluhan/KIE kepada ibu hamil tentang pemberian konseling tentang kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian konseling tentang kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam SURYA . Dewi, Ratna, (2011). Faktor yang mempengaruhi konseling. http://www.faktorkonselingcom. Diakses: 4 Januari 2012 Erin, (2011). Perubahan fisiologis pada ibu hamil. http://www.info ibu hamil. com. Diakses 3 Deember 2011. Fareer, Helen, (2004). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC 56 Vol.02, No.XII, Agus 2012 Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual Greenberger dan Padasky, (2006). Pengertian Kecemasan. http://Tysar.wordpress.com. Diakses: 3 Desember 2011. Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Salmah, (2006). Asuhan antenatal. Jakarta: EGC Hartono, Andry, et all.(2005). Obstetri Williams. Vol 1. Jakarta: EGC Sarwono Prawiroharjo, (2002). Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP Henderson, Christine. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Iqbal Mubarak, Wahid, dkk,(2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soekidjo Notoadmodjo, (2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Milis, Nikita, (2007). Calon Ibu Seringkali Cemas Dan Depresi.http://www.mailarchive.com. Diakses: Tanggal 4 Desember 2011. ___________________, (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta ___________________, (2003). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Naek, L.Tobing. (2002). Seks Semasa Hamil. Jakarta, Pogi Jaya. Nasrul, Efendi, (2003). Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Sugiono, (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Nursalam (2008). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Surirah, (2009). Akibat Kecemasan Pada Kehamilan.http://www.infoibu com. Diakses 3 Desember 2011. Ovy. (2005). Seks Indah Selama Hamil. Retrieved at February 18, 2007. From www.ayahbunda online.com Suririnah,(2006). Berhubungan seks selama hamil. www.infoibu. Com Diakses: Tanggal 3 desember 2011. Pills Without prescripton, (2008). Seks TM III, http://www.sexTMIIIanjuran.com. Diakses: Tanggal 3 Desember2011. Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan; Volume 1, Jakarta: EGC Poerwadarminta.(2006). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusraka. Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC Pratiwi. (2004). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Grasindo. Wasis, (2008). Panduan Reset Praktis, Jakarta:EGC Saifuddin, A. B (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Yulifah, Rita, (2009). Hambatan konseling tidak berhasil. www.konseling.com. Diakses: Tanggal: 5 Desember 2011. SURYA 57 Vol.02, No.XII, Agus 2012