BAB I Pendahuluan Bab ini akan menjelaskan tentang hal-hal menarik seputar hubungan India dan Afrika Selatan. Kedua negara memiliki hubungan kerjasama sangat dinamik, sebelumnya India sempat memutuskan hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan, dikarenakan sikap rasisme dan tindak diskriminasi Afrika Selatan terhadap penduduknya. Namun, setelah Afrika Selatan mereformasi seluruh kebijakan dan merubah pemerintahan menjadi demokrasi, India membuka kembali hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan. Penjelasan singkat diatas, menjadi alasan penulis memilih isu tersebut sebagai judul skripsi. Dalam bab ini juga, penulis menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai pisau analisa untuk menjawab rumusan masalah. A. Latar Belakang Pendatang baru atau lebih dikenal sebagai imigran sejak dulu telah menjadi perbincangan dihampir seluruh negara. Kedatangan para imigran seringkali mendatangkan permasalahan baru, namun tidak sedikit justru dapat menguntungkan bagi negara tersebut. Banyak para imigran yang datang melalui berbagai macam cara, misalnya dibawa oleh kolonial atau datang dengan cara berdagang. Kedua cara itu telah menjadi alasan bagi para imigran untuk menetap dan berpindah kewarganegaraan. Hal demikian ternyata dialami oleh penduduk India yang berimigrasi ke Afrika Selatan sejak India belum mendapatkan kemerdekaan dari Britania Raya atau Inggris. India dan Afrika Selatan telah menjalin hubungan kerjasama cukup lama. Sejak kedatangan orang India ke Afrika Selatan tahun 1860, hubungan dagang kedua negara meningkat, hal ini dilihat dari jumlah aset pedagang India mencapai £100 000.1 Pada saat itu, nampaknya kelompok orang India memiliki keahlian lebih unggul dalam menjalankan bisnis perdagangan dibandingkan penduduk pribumi. Hal ini lah yang kemudian membuat etnis India terlihat lebih maju baik di kehidupan sosial, pendidikan maupun ekonomi. Namun, sejak pemerintah Afrika Selatan dikuasai oleh kelompok kulit putih, kehidupan kelompok non kulit putih termasuk orang India dan penduduk pribumi “kulit hitam” mulai terusik. Kelompok kulit putih mendominasi seluruh jabatan di pemerintahan baik politik maupun ekonomi. 1 South African History Online , Trade and Residence (online), http://www.sahistory.org.za/archive/trade-and-residence>, diakses 6 Maret 2013. 1 Pada tahun 19482 Afrika Selatan secara resmi berada dibawah pemerintahan Apartheid. Apartheid merupakan sebuah bentuk pemerintahan otoriter yang otoritasnya dikendalikan oleh kaum kulit putih. Pada masa pemerintahan ini, seringkali banyak terjadi konflik etnis dan tindak diskriminasi yang dilakukan oleh kaum kulit putih terhadap kelompok non kulit putih. Perlakuan diskriminasi tersebut berupa perlakuan fisik maupun non fisik seperti tidak diperbolehkan bagi etnis lain untuk terlibat seperti di sektor ekonomi, sosial dan politik. Kelompok orang India di Afrika Selatan juga tidak luput menjadi korban diskriminasi kelompok kulit putih. Melihat, kelompok orang India memiliki keahlian dalam hal berdagang, kelompok kulit putih mulai insecure jika kelompok India menguasai sektor ekonomi. Oleh karena itu, kelompok kulit putih memberlakukan pelarangan bagi kelompok India untuk berdagang. Tidak hanya itu, kelompok kutih putih juga memperlakukan kelompok etnis lain baik India dan penduduk pribumi seperti budak. Sikap rasisme dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Afrika Selatan, menuai adanya respon dari negara lain khususnya India. Untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, India melaporkan Afrika Selatan ke PBB tahun 19463 atas tindakan diskriminasi rasial. Mengingat banyak kelompok orang India yang menjadi korban diskriminasi, India juga memberikan sanksi berupa embargo ekonomi dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan. Perjuangan India untuk membebaskan Afrika Selatan dari pemerintahan Apartheid mendapat dukungan dari African National Congress (ANC) dan organisasi perkumpulan orang India atau South Africa Indian Congress (SAIC).4 Dengan perjuangan seluruh kelompok pendukung dan De Klerk selaku presiden terakhir kulit putih yang anti-Apartheid, akhirnya Apartheid berhasil dijatuhkan. Sejak saat itu, tahun 19945 Afrika Selatan mengadakan pemilihan umum untuk kali pertama dan dimenangkan oleh Nelson Mandela, presiden pertama dari kulit hitam. 2 Government Communication and Information System, Apartheid, South Africa Government Information, South Africa, 2012. 3 Proyek Kerjasama Antar Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Luar Nageri Republik Indonesia Dengan Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjajaran, Perubahan di Afrika Bagian Selatan, Universitas Padjajaran, Bandung, 1992, p. 44. 4 L. Thompson & A. Prior, South African Politics, London, Yale University Press, 1982. 5 South African History Online, Nelson Mandela Timeline 1990-1991 (online), <http://www.sahistory.org.za/topic/nelson-mandela-timeline-1990-1999>, diakses 14 April 2013. 2 Perubahan pemerintahan ini merupakan cita-cita seluruh penduduk Afrika Selatan. Sebagai presiden baru, Nelson Mandela memiliki peran dan tanggungjawab besar untuk membawa perubahan Afrika Selatan menjadi demokratis, terutama bagaimana agar tidak terjadi konflik etnis yang akan mengancam pembangunan Afrika Selatan. Oleh sebab itulah, pemerintahan baru merubah seluruh kebijakan terutama yang menyangkut tentang persamaan hak seluruh etnis. Demikian, untuk merealisasikan harapan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang persamaan hak seluruh etnis yang termuat dalam konstitusi no 8 tahun 1994 yang berisikan “The state may not unfairly discriminate directly or indirectly against anyone on one or more grounds, including race, gender, sex, pregnancy, marital status, ethnic or social origin, colour, sexual orientation, age, disability, religion, conscience, belief, culture, language and birth”.6 Dalam melakukan restrukturasi pembangunan nasional, pemerintah juga memperbaiki hubungan dengan negara lain, khususnya India. Sejak Apartheid berakhir, India memutuskan untuk membuka kembali hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan. Semenjak itu, hubungan kerjasama bilateral India dan Afrika Selatan tidak hanya sebatas pada kerjasama politik, tetapi kedua negara memperluas kerjasama diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial dan budaya. Uraian diatas telah menjelaskan bahwa hubungan kerjasama India dan Afrika Selatan terjadi secara fluktuatif. Sehingga, menurut penulis ini menjadi suatu hal menarik untuk dibahas menjadi bagian penelitian skripsi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan mengenai perkembangan hubungan kerjasama bilateral India dan Afrika Selatan, setelah diketahui kehidupan orang India di Afrika Selatan terpenuhi hak-haknya. B. Rumusan Masalah Apa implikasi kebijakan persamaan hak etnis India di Afrika Selatan terhadap perkembangan hubungan bilateral kedua negara ? C. Landasan Konseptual Dalam menganalisa penelitian ini, penulis akan menggunakan dua kerangka teori yakni The Salad Bowl Theory, dan konsep hubungan bilateral yang akan dijelaskan sebagai berikut; 6 Government Gazette Republic of South Africa, Bill of Right, South Africa Government Information, South Africa, 2009. 3 1. The Salad Bowl Theory The Salad Bowl Theory merupakan sebuah teori yang menggambarkan tentang cultural diversity.7 Akan tetapi lebih jelasnya Salad Bowl Theory menjelaskan tentang pluralism, artinya ketika masyarakat pendatang baru atau imigran datang dan berintegrasi dengan masyarakat mayoritas, namun mereka masih tetap menjaga kebudayaan asli nya. Salad Bowl Theory pertama kali muncul dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli di kehidupan penduduk Amerika Serikat (AS). Seiring banyaknya pendatang baru yang datang ke Amerika Serikat, membuat para peneliti melihat kondisi yang terjadi di kehidupan masyarakat Amerika mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1980, 1990 dan 20008 banyak para ahli yang meneliti tentang kehidupan imigran di Amerika Serikat yang ternyata berpengaruh terhadap investasi AS di negara asal para imigran. Biasanya, mereka yang telah berintegrasi cenderung termodernisasi atau mengalami perubahan mengikuti kebiasaan penduduk mayoritas. Kebanyakan, untuk dapat diterima dilingkungan baru, mereka para imigran haruslah mengorbankan sesuatu dengan meninggalkan kebudayaan asli dan mengikuti budaya mayoritas. Akan tetapi, pluralisme yang sebenarnya ialah mereka yang mampu beradaptasi dan menunjukan kebudayaannya ditengah-tengah lingkungan baru. Ini merupakan hal unik dan menarik, sebab imigran mampu mempertahankan identitas asli dengan tidak harus menjadi sama seperti penduduk mayoritas apalagi membentuk identitas baru. Namun, peristiwa imigran yang terjadi di AS saat itu ialah ketika para imigran datang memutuskan untuk hidup dan tinggal di lingkungan baru, banyak imigran masih memihak ke negara asal, karena mereka menginginkan agar kedua negara yang menjadi pilihannya dapat menjalin hubungan baik yang saling menguntungkan. The Salad Bowl Theory juga menjelaskan bahwa kebudayaan menjadi salah satu kunci penghubung bagi imigran dengan negara asal. Sebab hubungan sejarah dan budaya yang sama akan mempengaruhi masa depan kerjasama kedua negara. Kemudian, peristiwa seperti itu disebut sebagai The Salad Bowl Theory. The Salad Bowl Theory mencoba menganalogikan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti salad yang berada di dalam mengkok. Salad yang berada didalam mangkok terdiri dari berbagai macam jenis salad. Dalam analogi tersebut, The Salad Bowl Theory 7 Inside USF, Cultural Diversity: The Salad Bowl Theory, University of South Florida (online), 1990, p. 7. 8 U. Bhattacharya & P. Groznik, Melting Pot or Salad Bowl: Some Evidence from U.S. Investments Abroad, USA, Indiana University, 2003, p. 5. 4 menggambarkan tentang perpaduan dari budaya yang berbeda.9 Ketika hidup di lingkungan dan budaya baru, tentu ada salah satu kelompok yang mendominasi, disini kelompok minoritas harus dapat beradaptasi dan tidak melebur sepenuhnya dengan penduduk hegemon, tetapi harus tetap menjaga dan mempertahankan kebudayaan asli. Meskipun ada perbedaan, perbedaan itu justru menjadi pelengkap untuk dijadikan sebagai pelajaran untuk menambah wawasan dan mengenal kebudayaan negara lain. Perbedaan tersebut haruslah menjadi sebuah penjembatan bagi semua kelompok untuk saling menghargai dan menghormati agar tercipta kehidupan harmonis ditengah-tengah masyarakat multikultur. Sikap pluralisme harus dimiliki oleh seluruh masyarakat, terutama di negara multikultur. Sebab, hal ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan nasional suatu negara. Ketiadaan rasa saling menghargai dan menghormati antar satu sama lain, maka akan begitu mudah memunculkan terjadinya konflik etnis. Terjadinya konflik etnis, ini ditakutkan akan berujung pada perpecahan antar kelompok yang akan menghalangi kemajuan negara. The Salad Bowl Theory berusaha tidak menjadikan sekelompok budaya yang berbeda untuk masuk mengikuti budaya masyarakat mayoritas. Teori ini menolak terhadap asimilasi monokultural, sehingga tidak menginginkan semua berada dalam bentuk yang sama. Justru, teori ini menjamin kelompok yang berbeda dari segi agama, warna kulit dan ras harus hidup bersama sebagai bangsa yang utuh. The Salad Bowl Theory juga memberikan jaminan kepada kelompok minoritas agar tetap menjaga kebudayaannya. 2. Konsep Hubungan Bilateral Hubungan bilateral sebagai suatu konsep yang berkaitan erat dengan dinamika hubungan internasional. Menurut Plano10 pada dasarnya hubungan bilateral didefinisikan sebagai hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara yang tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara. Konsep hubungan bilateral mengacu pada adanya suatu hubungan kerjasama politik, budaya dan ekonomi antar dua negara. Hubungan bilateral juga terbentuk melalui adanya kesepahaman antara dua negara dengan memperhatikan kesamaan budaya, politik dan struktur ekonomi untuk mencapai kepentingan nasional dalam politik luar negeri nya masing-masing. 9 L. Cruz, Salad Bowls and Salad Days: Teaching, Learning and Diversity in Higher Education, Western Carolina University, p. 2. 10 D. Krisna, Kamus Politik Internasional, Grasindo, Jakarta, 1993, p. 18. 5 Menurut Devetak, George, dan Burke kepentingan nasional didefiniskan sebagai berikut A notoriously plastic term that refers to the state's foreign policy aims. The national interest is said to be the same regardless of the government in power, but different governments will hold different ideological agendas and priorities, meaning that the national interest will change according.11 Bahwasanya kepentingan nasional selalu dimiliki oleh setiap negara dalam hubungan antar bangsa. Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang berbeda tergantung faktor yang mempengaruhi negara baik secara historis, politik, ekonomi dan geografis. Dalam kamus politik internasional, hubungan bilateral merupakam “suatu keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbal balik antara dua belah pihak (dua negara)”. Hubungan bilateral yang dimaksud adalah kerjasama dibidang ideologi, politik, ekonomi, hukum, keamanan. Menurut Holsty12 terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam kerjasama hubungan bilateral antara lain; 1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara. 2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung berbagai tujuan. 3. Kredibilitas ancaman serta gangguan. 4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan 5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan. Terwujudnya hubungan bilateral oleh kedua negara dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan dengan berusaha memecahkan masalah sosial, ekonomi maupun politik. Konsep hubungan bilateral ini digunakan untuk memperkokoh kerjasama antara dua negara dengan menggunakan pengaruhnya sehingga dapat mencapai tujuan nasional. Dalam membentuk sebuah kerjasama bilateral setiap negara memiliki tujuannya masing-masing, oleh karena itu setiap negara merumuskan sebuah kebijakan yang dibuat oleh aktor elite politik yang memegang otoritas dalam politik pemerintahan. Setiap pemerintah akan mengidentifikasi tujuan mereka dengan mengelola cara-cara pencapaiannya melalui aksi politik atau kebijakan luar negeri. Dengan demikian decision makers akan menetapkan 11 R. Devetak, J. George, & A. Burke, An Introduction to International Relation: Australian Perspective, Cambridge University Press, Cambridge, 2001, p. 391. 12 K. J. Holsti, International Politics, A Framework of Analysisi, United States of America, University of Colombia, 1988, p. 434. 6 langkah kebijakan yang diambil melalui kerjasama hubungan bilateral maupun multilateral.13 Kedua negara menganggap bahwa melalui kerjasama dapat meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik. Hal serupa dijelaskan di dalam buku pengantar hubungan internasional yang ditulis oleh Perwita dan Yani14 dijelaskan bahwa hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan terbentuknya hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. Proses hubungan bilateral juga dilatarbelakangi oleh 3 aspek yakni; memelihara kepentingan nasional, memeliharan perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. D. Hipotesa Kerjasama hubungan bilateral antar negara dibangun atas dasar prinsip untuk memecahkan masalah sosial ekonomi maupun politik. Kerjasama hubungan bilateral IndiaAfrika Selatan dibentuk sebagai respon untuk memecahkan masalah sosial, politik maupun ekonomi pasca runtuhnya pemerintahan Apartheid. Pemberian persamaan hak kepada etnis India di Afrika Selatan menjadi salah satu bentuk pemerintah Afrika Selatan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang utuh. Kehadiran orang India memberikan pengaruh positif bagi hubungan bilateral India dan Afrika Selatan baik dibidang ekonomi, sosial dan politik. Setelah diketahui bahwa kehidupan orang India di Afrika Selatan terpenuhi hak-hak nya, sejak saat itu pula hubungan perpolitikan India dan Afrika Selatan membaik. India membuka kembali hubungan diplomatik dengan Afrika Selatan ditandai dengan dibukanya kantor perwakilan di masing-masing negara. Seiring dengan membaiknya hubungan politik, kerjasama ekonomi dan sosial kedua negara juga ikut meningkat. Keberhasilan kerjasama bilateral ini, membuat kedua negara dipercaya untuk bergabung dengan organisasi internasional yaitu IBSA dan BRICS. Selain itu, kedua negara juga banyak menandatangani kerjasama baik ekonomi, politik, sosial dan budaya yang mengangkat citra baik negara di mata internasional. 13 S. Ellis, Krauss & TJ. Pempel, Beyond Bilateralism; US-Japan Relation in the New Asia Pacific, Stanford University Press, United States of America, 2004, p. 34. 14 Perwita & Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, 2005, p. 29. 7 E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi empat bab dengan tujuan penyusunan skripsi dilakukan secara sistematis dan terfokus yaitu Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, hipotesa, teknik pengumpulan data, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Awal mula Kedatangan orang India ke Afrika Selatan, uraian akan diawali dengan membahas sejarah kedatangan masyarakat India ke Afrika Selatan dan perjuangannya dalam melawan pemerintahan Apartheid. Setelah berakhirnya Apartheid, bagaimana masyarakat India berinteraksi dengan penduduk asli Afrika Selatan, sehingga bisa membuat orang India dapat diterima menjadi bagian dari penduduk Afrika Selatan. Selain itu, menjelaskan dikeluarkannya kebijakan baru mengenai persamaan hak seluruh etnis, dengan menjelaskan keterlibatan orang India di kehidupan sosial penduduk Afrika Selatan. Setelah itu, bab ini juga akan menjelaskan tentang perkembangan hubungan bilateral India dan Afrika Selatan, setelah Apartheid berakhir. Bab III : Menjelaskan mengenai implikasi persamaan hak etnis India terhadap hubungan bilateral India dan Afrika Selatan di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Bab IV : Kesimpulan, merupakan bagian akhir yang merangkum seluruh penjelasan dari bab-bab sebelumnya. 8