persepsi tentang konsep dan peran gender pada

advertisement
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN
GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI
MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh:
NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
Ni Nyoman Susi Ratna Dewanti. Analisis Persepsi dan Sikap Terhadap Peran
Gender Pada Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Di
bawah bimbingan HERIEN PUSPITAWATI.
Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global
yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara
blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran
paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju
pendekatan kesejahteraan dan keadilan (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Tujuan ketiga Millenium Development
Goals (MDG) adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan
meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan
mempromosikan pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2003).
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan
sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia terhadap peran gender. Tujuan
khusus penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui karakteristik contoh dan
keluarga contoh; (2) Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian; (3)
Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik;
(4) Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik; (5)
Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender; (6) Mengetahui
sikap contoh terhadap peran gender; (7) Mengetahui hubungan antar variabel
penelitian; (8) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap
contoh terhadap peran gender.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan
menggunakan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner. Lokasi
penelitian adalah Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2008. contoh dalam penelitian
adalah 146 mahasiswa FEMA (Fakultas Ekologi Manusia) IPB tingkat III yang
dibedakan berdasarkan jenis kelamin contoh terdiri dari 43 laki-laki dan 103
perempuan. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive berdasarkan
pertimbangan bahwa keahlian yang dimiliki mahasiswa FEMA berhubungan
dengan keadaan sosial dalam masyarakat.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner yang
meliputi: karakteristik contoh dan keluarganya, persepsi terhadap sifat
kepribadian seseorang, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, latar lingkungan
sosial, dan sikap terhadap peran gender. Data yang diperoleh akan diolah
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 11.5. Kegiatan yang
dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing,
entry, cleaning, dan analisis data. Data diolah dengan menggunakan analisis
deskriptif, uji beda Independent Sample T-Test, uji korelasi Rank Spearman, dan
uji regresi linier berganda.
Sebagian besar contoh (76.8%) berada pada kisaran umur 18-20 tahun
dan sebagian besar contoh (70.5%) berjenis kelamin perempuan. lebih dari
separuh contoh laki-laki (81.4%) berasal dari program studi Komunikasi dan
pengembangan Masyarakat (KPM) sedangkan contoh perempuan berasal dari
program studi Ilmu keluarga dan Konsumen (IKK). Persentase terbesar umur
ayah contoh (46.6%) berada pada kisaran 51-60 tahun dan persentase terbesar
umur ibu contoh (66.4%) berada pada kisaran 41-50 tahun. Persentase terbesar
pendidikan ayah contoh (39.0%) adalah tamat SLTA sedangkan persentase
terbesar pendidikan ibu contoh (40.4%) juga tamat SLTA. Persentase terbesar
pekerjaan ayah contoh (36.3%) adalah PNS/ABRI sedangkan persentase
terbesar pekerjaan ibu contoh (54.8%) adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja.
Sebagian besar contoh (63.0%) berasal dari keluarga sedang. Proporsi terbesar
contoh (27.4%) mempunyai rata-rata pendapatan keluarga (RP/bulan) lebih dari
RP 2.500.000, 00.
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat
hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat
extrovert dan tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki
dan perempuan tentang sifat introvert. Secara umum tidak terdapat hasil yang
signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh perempuan terhadap sifat
kepribadian. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap
peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik. Selain itu, juga terdapat
perbedaan antara lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan serta sikap
contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender. Hal ini berarti contoh
perempuan mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik dan publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender yang
lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki.
Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan
ibu mempunyai hubungan positif dan nyata dengan pendapatan keluarga
(p<0.01). Pendidikan ayah mempunyai hubungan negatif dan nyata dengan
persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik (p<0.05).
Jenis kelamin mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi
terhadap sifat kepribadian (p<0.05), persepsi terhadap peran gender dalam
pekerjaan domestik dan publik (p<0.01), lingkungan sosial serta sikap terhadap
peran gender (p<0.01). Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa
persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan positif dan nyata dengan
persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan (p<0.01). Hasil
Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat
kepribadian juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap peran
gender (p<0.05).
Hasil Uji Regresi Linier menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh
positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan
publik adalah jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Artinya
contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik dan publik yang lebih berperspektif gender. Jika persepsi terhadap sifat
kepribadian cenderung berperspektif gender maka persepsi terhadap peran
gender dalam pekerjaan domestik dan publik juga cenderung berperspektif
gender. Faktor yang berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender
adalah jenis kelamin. Contoh perempuan mempunyai sikap yang cenderung
berperspektif gender.
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN
GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI
MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
JUDUL
: ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN
GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI
MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa
: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
Nomor Pokok
: A54104029
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc
NIP. 131 640 679
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 22 Desember
1986. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga
Bapak I Made Suantia dan Ibu Ni Made Siti Widarsih.
Pada tahun 1992 penulis menempuh pendidikan di SD Leteh III
Rembang, Jawa Tengah sampai tahun 1998 selanjutnya pada tahun 1998
penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Rembang, Jawa Tengah
hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di
SLTA Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah sampai tahun 2004. Penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian
pada tahun 2004.
Selama menyelesaiikan studi di IPB, penulis pernah menjadi pengurus
HIMAGITA periode 2006-2007. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten
mata kuliah Metode Penelitian Keluarga (IKK 311 ) dan Gender dan keluarga
(IKK 214) pada tahun ajaran 2007-2008. Penulis cukup aktif mengikuti
kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Sekarang penulis aktif sebagai
anggota Paguyuban Mojang dan Jajaka Kota Bogor tahun 2008.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang
berjudul “Persepsi Tentang Konsep Dan Peran Gender Pada Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor” berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini,
dengan rasa hormat yang setinggi-tingginya, penulis ucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, kesempatan serta ilmu-ilmunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku
dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas arahan, saran serta
koreksinya menuju kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Tien Herawati, SP. MSi yang telah memberikan bimbingan, semangat
dan arahan selama pembuatan penulisan skripsi ini.
4. Khusus penulis sampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak,
Ibu, Kak Made, Kak Wayan yang saya cintai, keluarga besar di Bali dan di
Rembang atas doa dan dukungannya.
5. Sahabat-sahabat terbaikku Alia, Vero, Ari, teman-teman Bali angkatan
41, teman-teman Mojang dan Jajaka Kota Bogor 2008 terimakasih atas
persahabatan dan bantuannya.
6. Teman-teman satu bimbingan: Sri dan Monik, terimakasih atas bantuan
dan kerjasamanya. Seluruh teman-teman GMSK 40 dan 41, IKK 42 dan
43, KPM 42 dan 43 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,
terimakasih atas kebersamaannya dan semangatnya.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan dapat
dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para pembaca
umumnya.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................ 1
Perumusan Masalah.................................................................... 2
Tujuan.......................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu ............................................................................. 5
Karakteristik Keluarga ........................................................................... 5
Konsep, Teori, dan Analisis Gender...................................................... 6
Konsep Gender ........................................................................... 6
Teori Gender ............................................................................... 9
Analisis Gender ........................................................................... 11
Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender ........................... 12
Peran Gender ........................................................................................ 15
Konsep dan Pengertian .............................................................. 15
Peran Gender dalam Keluarga ................................................... 16
Peran Gender dalam Masyarakat ............................................... 17
Lingkungan sosial.................................................................................. 18
KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................... 21
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu ......................................................... 23
Penarikan Contoh ........................................................................ 23
Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Pengukuran Variabel ........ 23
Analisis Data ............................................................................... 25
Definisi Operasional .................................................................... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................. 30
Karakteristik Contoh dan Keluarganya ........................................ 30
Nilai-nilai dan Nasehat Orangtua................................................. 34
Persepsi Terhadap Peran Gender............................................... 38
Lingkungan Sosial Contoh........................................................... 44
Sikap Contoh Terhadap Peran Gender ....................................... 46
Hubungan Antar Variabel ............................................................ 47
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap terhadap
Peran Gender ............................................................................. 50
PEMBAHASAN UMUM ......................................................................... 52
KETERBATASAN PENELITIAN............................................................ 54
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…..............................................................................55
Saran...........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA................................................................................57
LAMPIRAN..............................................................................................60
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis variabel yang dikumpulkan ................................................. 24
2. Perkembangan jumlah mahasiswa IPB berdasarkan
jenis kelamin................................................................................ 30
3. Sebaran contoh berdasarkan umur contoh.................................. 30
4. Sebaran contoh berdasarkan program studi ................................ 31
5. Sebaran contoh berdasarkan umur ayah dan ibu ........................ 32
6. Sebaran contoh berdasarkan jenjang
pendidikan ayah dan ibu.. ........................................................... 32
7. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu ................ 33
8. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .............................. 33
9. Sebaran contoh berdasarkan kisaran pendapatan keluarga ....... 34
10. Hasil uji kualitatif nilai-nilai dan nasehat orangtua ....................... 37
11. Persepsi contoh terhadap sifat extrovert-maskulin
dan extrovert-feminin.................................................................... 39
12. Persepsi contoh terhadap sifat introvert-feminin
dan introvert-maskulin ................................................................. 39
13. Persepsi terhadap sifat kepribadian ............................................ 40
14. Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik ..... 42
15. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik ................ 43
16. Lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender ................. 46
17. Sikap contoh terhadap peran gender .......................................... 47
18. Matriks hubungan antar variabel penelitian ................................. 48
19. Hasil uji regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
dan sikap contoh terhadap peran gender ..................................... 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan
sikap mahasiswa terhadap peran gender .............................. 22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pengukuran variabel penelitian ............................................. 91
2. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan
terhadap sifat kepribadian ....................................................
3. Persepsi terhadap sifat kepribadian ...................................... 67
4. Hasil uji beda persepsi terhadap sifat kepribadian ................ 79
5. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap
peran gender dalam pekerjaan domestik .............................. 60
6. Persepsi terhadap peran gender dalam
pekerjaan domestik ............................................................... 70
7. Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender
dalam sektor domestik ........................................................... 83
8. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap
peran gender dalam sektor publik ......................................... 62
9. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik ........... 72
10. Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender
dalam sektor publik ............................................................... 85
11. Lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan .............. 64
12. Lingkungan sosial ................................................................. 75
13. Hasil uji beda lingkungan sosial ........................................... 88
14. Sikap contoh laki-laki dan perempuan terhadap
peran gender ....................................................................... 65
15. Sikap terhadap peran gender ............................................... 77
16. Hasil uji beda sikap terhadap peran gender ......................... 89
17. Matriks korelasi Rank Spearman .......................................... 90
18. Rekapitulasi perbedaan persepsi dan sikap contoh
laki-laki dan perempuan terhadap peran gender .................. 93
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global
yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara
blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran
paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju
pendekatan
kesejahteraan
dan
keadilan
(Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Jenis kelamin atau konsep nature berbeda dengan gender atau konsep
nurture. Jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan
sedangkan konsep gender adalah pembentukan sifat maskulin dan feminin
bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis, tetapi karena dikonstruksi
oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi. Konsep gender juga merupakan
diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan yang
disebabkan oleh faktor sosial budaya (Megawangi 1999).
Pandangan tentang gender dapat bertahan apabila anggota masyarakat
dapat menjalankan peran-peran sosial sesuai dengan harapan peranan (role
expectation) yang ada dalam masyarakat. Diikuti dengan proses institusional
(masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya masyarakat) dan proses
internalisasi (masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya yang dianut
individu). Keluarga juga penting dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk
nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007).
Tujuan dari Millenium Development Goals (MDG) adalah mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Salah satu hal yang ingin
dicapai Pembangunan Millenium Indonesia adalah menghapus kesenjangan
gender. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan
kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan
pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2007). Elemen yang diteliti
dalam penelitian ini adalah mahasiswa karena mahasiswa mulai menghadapi
harapan-harapan baik dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya
(Noviyanti 2002 diacu dalam Desiyani 2003).
Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan tinggi perempuan usia 15-24
tahun pada tahun 1992-2002 adalah sebesar 85.73 persen dan terus meningkat
dalam kurun waktu 2003-2006 dengan rata-rata sebesar 97.24 persen per tahun.
Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan akses perempuan ke perguruan
tinggi. Rasio melek huruf perempuan sepanjang tahun 1992 hingga 1998
menunjukkan kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun 19901992 rasio ini baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka
tersebut sudah mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang
mencapai 99.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek
huruf antara perempuan dan laki-laki semakin kecil dari tahun 1990-2006
(Bappenas 2007).
Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender
baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang
dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah
dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada
tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari
dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor
kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Perumusan Masalah
Masalah gender pada dasarnya adalah menganut prinsip kemitraan dan
keharmonisan. Adanya perlakuan marginalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan
tindak kekerasan dari satu pihak kepihak lain menyebabkan seluruh kesalahan
sering ditimpakan pada kaum laki-laki (Kementerian Pemberdayaan Perempuan,
BKKBN & UNFPA 2005). Menurut data Bappenas (2007), Angka Partisipasi
Murni (APM) pendidikan tinggi perempuan usia 15-24 tahun pada tahun 19922002 adalah sebesar 85.73 persen dan terus meningkat dalam kurun waktu
2003-2006 dengan rata-rata sebesar 97.24 persen per tahun. Data ini
menunjukkan justru terjadi peningkatan akses perempuan ke perguruan tinggi.
Rasio melek huruf perempuan sepanjang tahun 1992 hingga 1998 menunjukkan
kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun 1990-1992 rasio ini
baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka tersebut sudah
mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang mencapai 99.93
persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek huruf antara
perempuan dan laki-laki semakin kecil dari tahun 1990-2006.
Mengapa perlu memisahkan perbedaan jenis kelamin biologis dan gender
adalah karena konsep jenis kelamin biologis yang bersifat permanen dan statis
itu tidak dapat digunakan sebagai alat analisis yang berguna untuk memahami
realitas kehidupan dan dinamika perubahan relasi laki-laki dan perempuan.
Konsep gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggungjawab, fungsi,
antara laki-laki dan perempuan. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini
melekat pada cara pandang kita sehingga terkadang orang sering lupa seakanakan hal itu merupakan sesuatu yang permanen (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Gender sampai sekarang masih menjadi perdebatan dalam masyarakat
sehingga diperlukan penjelasan mengenai konsep gender. Sosialisasi konstruksi
sosial tentang gender secara evolusi akhirnya mempengaruhi perkembangan
masing-masing jenis kelamin. Misalnya sifat gender laki-laki harus kuat dan
agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih untuk
mempertahankan sifat tersebut. Sebaliknya konstruksi sosial bahwa kaum
perempuan harus lemah lembut, maka sejak kecil dia sudah terlatih untuk
mempertahankan sifat tersebut. Proses tersebut akhirnya membuat sulit untuk
membedakan apakah sifat gender tersebut dikonstruksi atau kodrat biologis
(Handayani & Sugiarti 2001).
Beberapa rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender?
2. Bagaimana hubungan lingkungan sosial yang berperspektif gender
(keluarga, kelompok pergaulan, lingkungan kampus, dan masyarakat)
dengan persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender?
3. Bagaimana hubungan persepsi mahasiswa terhadap peran gender dengan
sikap mahasiswa terhadap peran gender?
Tujuan
Umum: Mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia
terhadap peran gender.
Khusus:
1. Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh.
2. Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian.
3. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik.
4. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik.
5. Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender.
6. Mengetahui sikap contoh terhadap peran gender.
7. Mengetahui hubungan antar variabel penelitian.
8. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh
terhadap peran gender.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam memahami konsep gender.
Penelitian ini diharapkan dapat mengubah atau membentuk persepsi baru
tentang konsep gender. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi penjelasan
tentang konsep gender yang sebenarnya.
Bagi institusi terkait, yaitu Departemen Pemberdayaan Perempuan hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan intervensi untuk
mengubah cara pandang masyarakat tentang konsep gender. Bagi Dinas
Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk dapat
melembagakan pendidikan berwawasan gender. Bagi Departemen Ilmu Keluarga
dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi awal perkembangan ilmu untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam
bidang gender.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu
Umur
Usia manusia dewasa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dewasa muda,
dewasa madya, dan dewasa lanjut. Dewasa muda memiliki rentang usia 17-39
tahun, dewasa madya memiliki rentang usia 40-59 tahun, sedangkan dewasa
lanjut memiliki rentang usia 60-65 tahun (Hayslip & Panek 1989).
Jenis Kelamin
Jenis kelamin anak akan mempengaruhi proses pengasuhan karena
orangtua dan lingkungan sosial mempunyai pengharapan yang berbeda bagi
anak laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah keluarga yang mempunyai anak
laki-laki dan perempuan, anak perempuan cenderung tidak mendapat perhatian
sebagaimana yang didapat oleh anak laki-laki menurut Harris & Morgan (1991)
yang dikutip Martin & Colbert (1997). Menurut Hawadi (2001), keyakinan umum
tentang perbedaan jenis kelamin dan peran
yang harus dijalankan sesuai
dengan jenis kelamin memperlihatkan adanya tekanan sosial yang lebih besar
pada anak laki-laki agar bertingkah laku sesuai dengan perannya juga dianggap
lebih penting daripada anak perempuan.
Pendidikan
Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang dapat
dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti
pendidikan formal atau non-formal. Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Ada kecenderungan semakin tinggi
pendidikan formal yang diterima seseorang, mereka akan bersifat terbuka
terhadap pembaharuan (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002).
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Orangtua berpendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri dan
pengetahuannya serta lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan masyarakat
dan perkembangan informasi dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan
rendah (Pulungan 1993 diacu dalam Widianti 2004). Pendidikan juga merupakan
indikator sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi cara pengasuhan (Berns
1997 diacu dalam Wahini 2001).
Pendapatan
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seluruh anggota keluarga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan keluarga
terdiri dari pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota
rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, pendapatan dari seluruh
anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, dan pendapatan di luar
upah/gaji yang menyangkut usaha lain (Prasetyo 2005 diacu dalam Rezeki
2006). Dilihat dari faktor ekonomi, kondisi ekonomi yang kurang akan
berpengaruh terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam
keluarga (Gunarsa & Gunarsa 1995). Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga
menyebabkan adanya perbedaan dalam nilai dan norma yang berlaku dalam
keluarga. Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah umumnya kurang latihan dan
penanaman nilai moral (Gunarsa & Gunarsa 2000).
Pekerjaan Orangtua
Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan
yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang,
benda, jasa, maupun ide (Achir 1985 diacu dalam Widianti 2004). Ibu masa kini
disamping mengurus rumah tangga, juga sibuk bekerja di luar rumah baik di
organisasi maupun bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Astawan,
Santoso, dan Karyadi 1986 diacu dalam Widianti 2004).
Konsep, Teori, dan Analisis Gender
Konsep Gender
Terdapat dua kelompok atau golongan yang mendefinisikan gender
secara berbeda. Kelompok yang pertama adalah sekelompok feminis yang
mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menyebabkan perbedaan
peran dan perilaku gender dalam tataran sosial. Kelompok kedua menganggap
bahwa perbedaan jenis kelamin akan menyebabkan perbedaan perlakuan atau
peran berdasarkan gender. Misalnya ada perlakuan khusus pada pekerja wanita
karena kondisi biologisnya, seperti cuti hamil, cuti haid, pemberian jam kerja
malam, dan sebagainya (Megawangi 1999). Gender diartikan sebagai konstruksi
sosio kultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Gender
berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat
biologis (Moore, 1988 ; 1994 ; 10 diacu dalam Kodiran dkk 2001). Walaupun
jenis kelamin laki-laki sering berkaitan erat dengan gender maskulin dan jenis
kelamin perempuan dengan gender feminin, kaitan antara jenis kelamin dengan
gender bukan merupakan korelasi absolut (Mosse 1996 diacu dalam Kodiran dkk
2001).
Dalam pembahasan mengenai gender terdapat dua konsep teori, yaitu
teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan
perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima sedangkan menurut teori
nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil
konstruksi sosial budaya (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN &
UNFPA 2005). Sandra Bem menjelaskan karakteristik feminin (seperti lembut,
manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta) yang sangat erat
dengan perempuan dan karakteristik maskulin (seperti berkepribadian keras,
tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang
sensitif) yang sangat erat dengan laki-laki. Namun demikian, kedua sifat tersebut
bercampur di dalam setiap individu baik laki-laki maupun perempuan (Bem 1990
diacu dalam Puspitawati 2006). Berikut ini adalah perbedaan seks dan gender :
Karakteristik
Sumber pembeda
Visi dan misi
Unsur pembeda
Sifat
Seks
Tuhan
Kesetaraan
Biologis
Kodrat, tertentu, tidak
dapat dipertukarkan
Terciptanya
nilai-nilai
kesempurnaan,
kenikmatan, kedamaian,
dan lain-lain sehingga
menguntungkan kedua
belah pihak
Gender
Manusia (masyarakat)
Kebiasaan
Kebudayaan
Harkat, martabat, dapat
dipertukarkan
Terciptanya
normaDampak
norma atau ketentuan
tentang
pantas
atau
tidaknya peran laki-laki
atau perempuan, sering
merugikan salah satu
pihak
Keberlakuan
Sepanjang masa, dimana Dapat
berubah,
saja, tidak mengenal musiman, dan berbeda
pembedaan kelas
antar kelas
(Handayani & Sugiarti 2001).
Dalam memahami konsep gender ada beberapa hal yang perlu dipahami,
yaitu :
1. Ketidakadilan dan diskriminasi gender
Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat
sistem dan struktur sosial dimana baik laki-laki dan perempuan menjadi
korbannya. Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender meliputi :
1. Marjinalisasi (peminggiran/pemiskinan) perempuan.
Pemiskinan atas perempuan maupun atas laki-laki yang disebabkan jenis
kelaminnya merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender.
2. Subordinasi.
Subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih penting dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contohnya, apabila
seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar, ia harus mendapat
izin dari suami. Namun, jika suami yang akan pergi, ia dapat mengambil
keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri.
3. Pandangan stereotipe.
Pelabelan (stereotipe) secara umum selalu melahirkan ketidakadilan.
Contohnya, label kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat
merugikan mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki, seperti
kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi.
4. Kekerasan.
Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan
peran
muncul
dalam
berbagai
bentuk.
Kekerasan
tidak
hanya
menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan
penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual,
ancaman, dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau lakilaki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya.
5. Beban kerja.
Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah
beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu.
Berbagai observasi menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90%
dari pekerjaan dalam rumah tangga sehingga bagi perempuan yang
bekerja di luar rumah, selain bekerja di sektor publik mereka juga masih
harus mengerjakan pekerjaan domestik (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Sebenarnya istilah diskriminasi tidak tepat karena secara de jure, tidak
ada hambatan bagi perempuan untuk dapat setara dengan laki-laki. Secara de
facto, banyak perempuan secara suka rela tidak dapat melepaskan faktor
biologisnya (biological essentialism). Hambatan perempuan untuk dapat setara
dengan laki-laki biasanya berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri. Para
feminis yang menginginkan kesetaraan gender sangat tidak setuju dengan hal
tersebut. Namun, awal tahun 1980-an beberapa feminis justru menggunakan
teori biological essentialism untuk menonjolkan sifat khas feminin karena mereka
menganggap sifat tersebut adalah sifat yang dapat memperbaiki kondisi dunia
yang didominasi oleh kualitas maskulin (Megawangi 1999).
2. Kesetaraan dan keadilan gender
Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan
siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, dan seimbang. Kondisi ini
dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Kaum egalitis menginginkan masyarakat yang setara 50/50, yaitu kondisi
yang tidak ada ketimpangan dalam segala sendi kehidupan manusia. Jika
diterapkan dalam konsep gender, maka kesetaraan 50/50 berarti tidak ada
keragaman biologis manusia dan tidak ada pembagian peran (division of labor)
dalam keluarga. Usaha kaum egalitis dan feminis ini menggunakan landasan
ideologi sosial-konflik karena keragaman biologis dianggap sama dengan
diskriminasi sehingga harus dihilangkan. Namun, landasan ideologi strukturalfungsional justru bertentangan dengan konsep kesetaraan gender 50/50 karena
keseimbangan dan ketertiban bersumber dari adanya struktur-struktur dan
differensiasi peran dalam keluarga (Megawangi 1999).
Teori Gender
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA
(2005), teori gender dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Teori nurture
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada
hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan
peran dan tugas yang berbeda. Aliran nurture melahirkan konsep sosial
konflik menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum penindas (borjuis) dan
perempuan sebagai kaum tertindas (proletar). Bagi kaum proletar tidak ada
pilihan lain kecuali dengan perjuangan menyingkirkan penindas demi
mencapai persamaan.
2. Teori nature
Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah
kodrat sehingga harus diterima. Aliran nature melahirkan konsep struktural
fungsional yang menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara
demokratis.
3. Teori equilibrium (keseimbangan)
Teori keseimbangan menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan
dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan.
4. Teori adaptasi awal
Pada prinsipnya teori ini menyatakan bahwa adaptasi awal manusia
merupakan dasar pembagian kerja secara seksual, sekaligus dasar
subordinasi perempuan.
5. Teori teknik lingkungan
Teori ini didasarkan pada apa yang dianggap sebagai hukum alam, yaitu
kelangkaan sumber daya alam dan tekanan penduduk. Dalam konteks ini,
perempuan berakar pada peran reproduktif mereka.
6. Teori struktural
Serangkaian teori yang dikelompokkan dalam kategori struktural dibangun
berdasarkan asumsi bahwa subordinasi perempuan adalah kultural dan
struktural. Satu kelompok teori yang beranggapan bahwa perempuan
berstatus lebih rendah sekaligus otoritas yang lebih sedikit daripada laki-laki
karena perempuan berhubungan dengan area domestik.
7. Teori struktural-fungsionalis
Teori ini mengakui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam
kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistem yang dilandaskan pada konsensus
nilai-nilai agar terjadi adanya stabilitas dan keseimbangan. Manusia
memerlukan kemitraan dan kerjasama secara sruktural dan fungsional. Lakilaki maupun perempuan memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Dalam kehidupan sosial dan keluarga ada pembagian tugas
(division of labor). Paham struktural-fungsionalis menerima perbedaan peran
asalkan dilakukan secara demokratis dan dilandasi kesepakatan antara suami
dan istri dalam keluarga atau antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
masyarakat.
8. Teori konflik sosial
Teori ini meyakini bahwa inti perubahan dalam sistem sosial dimotori oleh
konflik. Konflik ini timbul karena adanya kepentingan dan kekuasaan. Teori ini
juga memandang institusionalisasi sebagai sistem yang melembagakan
pemaksaan. Hal ini termasuk juga hubungan sosial antara laki-laki dan
perempuan (gender). Konsep sosial konflik menempatkan kaum laki-laki
sebagai kaum penindas dan perempuan sebagai kaum tertindas. Bagi kaum
tertindas tidak ada pilihan lain kecuali dengan menyingkirkan penindas demi
untuk mencapai kebebasan dan persamaan.
Analisis Gender
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA
(2005), ada beberapa model teknik analisis gender yang pernah dikembangkan
oleh para ahli, antara lain :
1. Teknik Analisis Model Harvard
Model ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada
tingkatan mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi pembagian tiga
kegiatan (kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan)
berdasarkan jenis kelamin, rincian sumber-sumber apa yang dikuasai
oleh laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan gender.
2. Teknik Analisis Model Moser
Model ini mencakup penyusunan pembagian kerja berdasarkan gender
dan mengembangkan kebutuhan gender dari sudut perempuan.
Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan praktis gender (kebutuhan yang
harus segera dipenuhi) dan kebutuhan strategis gender (kebutuhan yang
disebabkan posisi subordinat mereka).
3. Teknik Analisis Model SWOT
Model ini mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan
kelemahan serta secara eksternal mengenai peluang dan ancaman.
Aspek internal dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam rangka
menyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran.
4. Teknik Analisis Model GAP
Model ini digunakan untuk mengetahui kesenjangan gender dengan
melihat aspek akses, peran, manfaat, dan kontrol yang diperoleh laki-laki
dan perempuan. Metode ini dapat digunakan oleh perencana dan
pelaksana program di tingkat pusat dan daerah.
5. Teknik Analisis Model PROBA
Penggunaan model ini dimulai dari analisis masalah gender, menelaah
kebijakan, membuat formulasi kebijakan baru yang responsif gender,
penyusunan kegiatan intervenís. Langkah terakhir dalam model ini
adalah melakukan monitoring dan evaluasi sehingga dapat melakukan
perbaikan apabila diperlukan.
Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender
Persepsi adalah proses berbagi dan menginterpretasikan informasi.
Persepsi akan membuat kita mengartikan dunia di sekitar kita dan memberi arti
masukan sensori (Zanden 1984 diacu dalam Desiyani 2003). Persepsi juga
merupakan pandangan atau penilaian seseorang objek tertentu yang dihasilkan
oleh kemampuan mengorganisasi indera pengamatan (Alfian 1985 diacu dalam
Desiyani 2003). Sedangkan menurut Sarwono (1997) diacu dalam Desiyani
(2003), persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami.
Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan
pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson 1991 diacu dalam Ginting 2003).
Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian
objektif dengan bantuan alat indra. Proses perseptual dimulai dengan perhatian
yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Di dalammya mencakup
pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadiankejadian (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Menurut Baltus (1983) diacu
dalam Ginting (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera.
2. Kondisi lingkungan.
3. Pengalaman
masa
lalu.
Bagaimana
cara
individu
untuk
menginterpretasikan suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa
lalunya.
4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan dan
menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang
dibutuhkan dan diinginkan tersebut.
5. Kepercayaan, prasangka, dan nilai. Individu akan lebih menerima orang
lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya,
sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsikan
sesuatu.
Sedangkan menurut Chaplin (1999) diacu dalam Ginting (2003), persepsi
secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan
jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasi. Persepsi antara individu yang satu
dengan individu yang lain berbeda-beda tergantung faktor-faktor tersebut.
Persepsi adalah suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
individu yang terbentuk dari nilai-nilai yang diproduksi individu tersebut.
Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu.
Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender
baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang
dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah
dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada
tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari
dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan, pengaruh media
massa, atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo
2007). Persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran gender akan sesuai jika
dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang
berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran
maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang
feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Bias gender merupakan penyimpangan yang berhubungan dengan aspek
budaya dan pandangan hidup dalam masyarakat Indonesia (Anonymous 2005).
Bias-bias gender terlihat dalam peran dan aktivitas yang dilakukan perempuan
dan laki-laki. Perilaku seseorang yang sudah terpola menyangkut hak dan
kewajiban
serta
berhubungan
dengan
status
pada
kelompok
ataupun
masyarakat tertentu pada situasi sosial yang khas menyebabkan munculnya bias
gender (Mastri 2005). Persepsi individu terhadap realita dapat menimbulkan bias
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah stereotipe
(Bloom et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002).
Stereotipe gender merupakan deskripsi ringkas tentang maskulinitas dan
feminitas. Perempuan dipandang kecil dan lemah sementara laki-laki dipandang
besar dan kuat. Peran laki-laki dan perempuan juga dibedakan. Perempuan
melakukan pekerjaan yang ringan sementara laki-laki melakukan pekerjaan yang
berat. Perempuan biasanya dihubungkan dengan sifat introvert. Orang yang
mempunyai sifat introvert biasanya tidak mempunyai emosi, tidak ramah, kurang
bisa bergaul, tenang, kalem, berpengalaman dalam emosi yang kuat, tetapi
mereka menutupinya. Sedangkan laki-laki biasanya dikaitkan dengan sifat
extrovert. Orang extrovert biasanya dingin, sombong, cenderung emosional,
realistik, praktis, pekerja keras, cenderung untuk muncul seorang diri, dan selalu
mencari sesuatu yang baru (Jung diacu dalam Anonymous 2007). Stereotipe
membentuk suatu penghargaan, dimana menurut gender, individu akan
bertingkah laku, berpenampilan, dan memiliki perasaan tertentu. Penghargaan ini
juga mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan orang
lain (Martam 1994 diacu dalam Saleha 2003).
Perspektif gender menekankan bahwa maskulin maupun feminin
sebenarnya merupakan pilihan. Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus
menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan
(Suwasana
2001
diacu
dalam
Widyatama
2006).
Responsif
gender
memperhatikan perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, permasalahan,
dan kepentingan laki-laki dan perempuan (Puspitawati 2007). Sedangkan
persepsi yang netral gender adalah persepsi yang menganggap bahwa suatu
sifat pantas dimiliki laki-laki dan perempuan dan suatu peran pantas dilakukan
oleh laki-laki dan perempuan dengan kata lain persepsi yang netral gender tidak
memihak pada salah satu jenis kelamin dan menyebabkan terjadinya pergeseran
yang pesat terhadap nilai-nilai gender yang menyangkut persepsi mengenai sifat
maupun peran gender di kalangan mahasiswa (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Menurut W. A. Gerungan, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap terhadap objek. Menurut S. S. Sargent, sikap adalah
kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek,
dan situasi. Menurut Sarlito Wirawan, sikap adalah kecenderungan antara
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu
rangsang tertentu (Santosa 2004).
Perilaku setiap individu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (tindakan) (Bloom
et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002). Perilaku
individu sangat dipengaruhi baik oleh karakteristik individu (motivasi, pendidikan,
pengalaman, masalah yang dihadapi, aspirasi, dan kebutuhan), juga dipengaruhi
oleh aspek-aspek yang berkenaan dengan budaya (nilai), struktur sosial, kondisi
lingkungan dimana ia hidup. Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas
suatu realita bukan atas dasar realita itu sendiri. Tindakan manusia di bawah
pengaruh otak bawah sadar adalah melakukan pilihan atas dasar pengalaman,
kesan, dan cerita masa lalu serta persepsi manusia itu sendiri (Anonymous
2008).
Peran Gender
Konsep dan Pengertian
Peran gender adalah peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi lakilaki dan perempuan. Laki-laki diharapkan melakukan peran yang bersifat
instrumental atau berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah,
sedangkan
perempuan
melakukan
peran
yang
bersifat
ekspresif
yang
berorientasi pada emosi manusia (Megawangi 1999). Peran gender terbentuk
melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai adaptasi, pendidikan, agama,
politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender
dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga
peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan (Vries 2006).
Diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan bukan
disebabkan oleh adanya perbedaan biologis melainkan lebih disebabkan oleh
faktor sosial budaya. Sebelum adanya teknologi alat-alat kontrasepsi, tugas
utama perempuan adalah melahirkan, menyusui, dan segala aktivitas yang
berkaitan dengan pengasuhan anak. Keadaan ini telah menciptakan institusi
dimana division of labor menjadi suatu norma yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Dalam hal ini, perempuan berperan sebagai figur ekspresif dan laki-laki
sebagai figur instrumental. Dengan adanya penemuan teknologi, perempuan
dapat mengatur jumlah anak yang dilahirkan dan tidak perlu menyusui lagi
sehingga akan menghilangkan kendala biologis yang menghambat mereka
bekerja di sektor-sektor yang tadinya didominasi kaum laki-laki. Perbedaan peran
gender yang selama ini berlangsung bukan disebabkan perbedaan nature lakilaki dan perempuan melainkan disebabkan oleh konstruksi sosial budaya
(Megawangi 1999).
Scanzoni (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), membedakan
pandangan peran gender menjadi dua bagian, yaitu :
1. Peran gender tradisional. Pandangan ini membagi tugas secara kaku
berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran
gender tradisional tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan
minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. Istri
diharapkan mengakui kepentingan dan minat suami adalah untuk
kepentingan bersama dalam arti lain kekuasaan kepemimpinan dalam
keluarga berada ditangan suami.
2. Peran gender modern. Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan
jenis kelamin, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar. Cara pandang ini
melahirkan konsep androgini dalam diri individu. Androgini adalah kondisi
sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan
bertingkah laku secara instrumental maupun ekspresif tanpa terikat pada
jenis kelaminnya (Lamanna 1981 diacu dalam Supriyantini 2002).
Adanya cara pandang yang lebih modern pada laki-laki dan perempuan
membentuk munculnya konsep androgini dalam diri individu. Menurut Lamana
(1981) diacu dalam Supriyantini (2002), androgini adalah kondisi sosial dan
psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku tanpa
terikat pada jenis kelaminnya sehingga dapat melakukan berbagai peran secara
fleksibel.
Peran Gender dalam Keluarga
Kehidupan rumah tangga jika dilihat dari aktivitasnya terdiri atas 2 unit
pekerjaan, yaitu pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan pasar. Pekerjaan rumah
tangga adalah pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga yang berhubungan
dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup anggotanya baik barang maupun
jasa. Pekerjaan pasar adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh upah
di pasar tenaga kerja (Guhardja et al 1992). Guhardja et al (1992)
mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat
diklasifikasikan menjadi 6 jenis pekerjaan, yaitu :
1. Berbelanja bahan makanan dan memasak.
2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan
makan dan minum.
3. Membersihkan dan memelihara rumah.
4. Mencuci pakaian.
5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga.
6. Mengasuh, merawat, dan mendidik anak.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA
(2005), mendefinisikan pembagian kerja atau pembagian peran berdasarkan
gender adalah sebagai kerja atau peran yang diwajibkan oleh masyarakat
kepada perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah maupun di dalam
komunitas. Di dalam keluarga, perempuan berperan mengerjakan tugas-tugas
rumah tangga seperti mengurus anak dan suami, memasak, mencuci,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Laki-laki berkewajiban melindungi anggota
keluarga dan mencari nafkah untuk semua anggota keluarga. Dengan adanya
pembagian tugas yang baik dan seimbang antara laki-laki dan perempuan maka
perbedaan gender tidaklah menjadi suatu masalah karena peran perempuan dan
laki-laki akan menguntungkan kedua belah pihak.
Peran gender dalam keluarga juga berkaitan dengan harapan terhadap
peran dan tugas yang disepakati antara ayah dan ibu. Harapan dan tugas ayah
adalah untuk memiliki fisik yang kuat, mampu mencari nafkah, dan mampu
melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan kekuatan fisik.
Sedangkan harapan dan tugas ibu adalah dapat menyiapkan anak-anak secara
fisik dan emosional serta sebagai pendidik anak-anak. Dengan demikian terjadi
”gap” yang besar dari harapan peran gender dalam keluarga antara ayah dan
ibu. Gap tersebut kemudian berdampak pada perilaku orang tua dalam
melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender (Day et al 1995
diacu dalam Puspitawati 2006)
Peran Gender dalam Masyarakat
Merrey & Baviskar (1998) ; Simatauw et al (2001) ; Mugniesyah (2002)
diacu dalam Fausia & Nasyiah (2005), membedakan peranan perempuan
menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan
barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di
sektor formal dan informal.
2. Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung
jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan
untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang
menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak,
mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya.
3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan pengelolaan
masyarakat (kegiatan sosial) mencakup kegiatan yang sifatnya menjalin
kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat,
volunter, dan tanpa upah. Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan
yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat
formal
secara
status/kekuasaan.
politik,
biasanya
dibayar
dan
meningkatkan
Hasil penelitian Hartoyo et al (2003) diacu dalam Puspitawati (2006) pada
keluarga miskin di kota Bogor dan hasil penelitian Tambingon (1999) diacu
dalam Puspitawati (2006) melaporkan bahwa pembagian kerja aktivitas domestik
sebagian besar dilakukan oleh ibu, seperti perawatan fisik anak, pemeliharaan
rumah tangga, menyediakan makanan, dan lain-lain. Penelitian Sukesih (2001)
diacu dalam Puspitawati (2006), pembagian kerja aktivitas publik di sektor
ekonomi sebagian besar dilakukan oleh suami, sedangkan aktivitas sosial
kemasyarakatan dilakukan oleh istri dan suami. Banyak sedikitnya lot
(kekuasaan atau hak-hak) yang diperoleh laki-laki atau perempuan tergantung
persepsi individu. Persepsi ini tergantung pada kondisi, aspirasi, dan kebutuhan
(Megawangi 1999). Persepsi perempuan tentang ketertinggalannya dalam
kehidupan publik menyebabkan perempuan berusaha untuk memperjuangkan
haknya dalam mengaktualisasikan dirinya
(Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Lingkungan Sosial
Keluarga
adalah
lingkungan
yang
pertama
kali
mempersiapkan
anggotanya untuk dapat berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan
masyarakat dimana ia berada. Keluarga juga berfungsi agar setiap anggota
keluarga dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi diri masingmasing. Keluarga diharapkan dapat mengadopsi nilai-nilai baru dan selanjutnya
nilai-nilai tersebut dilestarikan dalam keluarga. Misalnya, perkembangan perilaku
perempuan yang sebagai pribadi dan sebagai ibu/istri kini makin banyak
memperlihatkan aspirasi baru, yaitu perempuan juga dapat bekerja di luar rumah.
Talcot
Parsons
&
Bales
(1902-1979)
diacu
dalam
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) berpendapat bahwa
keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami
dan istri untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu,
peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam
hal pengasuhan dan pendidikan anak. Bentuk pengasuhan anak perempuan
yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak laki-laki
dan bagaimana cara mengahargai laki-laki, memberi sosialisasi tentang
kemitraan laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, memotivasi
anak perempuan untuk mau belajar kejenjang yang lebih tinggi, mengajarkan
sifat mandiri. Bentuk pengasuhan anak laki-laki yang berperspektif gender antara
lain memberi sosialisasi tentang anak perempuan dan bagaimana cara
menghargai perempuan, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan
perempuan dalam keluarga dan masyarakat, dan mengajarkan bahwa laki-laki
memasak, mencuci, menyetrika, dan membersihkan tempat tidur sendiri
(Puspitawati 2007).
Pada masyarakat patriarki Indonesia, perbedaan jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan telah mengakibatkan adanya pembedaan gender, yaitu
pembedaan perilaku, peran, dan perlakuan antara laki-laki dan perempuan yang
diciptakan oleh masyarakat melalui proses sosial dan budaya yang panjang.
Dalam keluarga Indonesia pada umumnya, orangtua atau orang-orang terdekat
lainnya, secara langsung maupun tidak langsung telah mensosialisasikan peran
anak laki-laki dan perempuannya secara berbeda. Anak laki-laki diminta
membantu orang tua dalam hal-hal tertentu saja, bahkan seringkali diberi
kebebasan untuk bermain dan tidak dibebani tanggung jawab tertentu. Anak
perempuan sebaliknya diberi tanggung jawab untuk membantu pekerjaan yang
menyangkut urusan rumah (membersihkan rumah, memasak, dan mencuci). Halhal semacam ini secara tidak sengaja telah mengarahkan anak laki-laki berbeda
dengan anak perempuan (Wiludjeng, Habsjah, & Dhevy, 2005).
Ditinjau dari penyerapan nilai-nilai baru, keluarga Indonesia dapat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu keluarga tradisional dan keluarga neo tradisional.
Keluarga tradisional merupakan keluarga yang pola berkeluarganya ditandai oleh
adanya nilai-nilai tradisi yang secara ketat masih dianut dan dipertahankan.
Keluarga neo tradisional ditandai oleh pola berkeluarga yang secara aktif
mencari penyesuaian pada perubahan nilai yang berlangsung (Sadli 1993).
Secara ideologis, keluarga merupakan wadah dalam menerapkan praktik nilainilai feminitas dan maskulinitas. Keluarga merupakan instrumen utama dalam
membentuk dan mempengaruhi bentuk nilai-nilai melalui proses sosialisasi
terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007).
Nilai adalah kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut
diinginkan dan dijunjung tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan
landasan bagi sub sistem personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan
tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan. Ciri-ciri nilai
dalam keluarga antara lain :
1. Nilai absolut : merupakan pegangan yang benar-benar kuat dan
cenderung tidak berubah serta merupakan suatu pegangan hidup.
2. Nilai normatif : Patokan-patokan tertentu yang dianut dan dapat
berubah dengan adanya perubahan lingkungan, misalnya dahulu
perempuan dinilai tidak pantas untuk mendapatkan pendidikan seperti
laki-laki, tetapi sekarang perempuan dinilai memerlukan pendidikan
tergantung kemampuannya untuk meraih pendidikan yang diinginkan.
3. Nilai relatif : nilai relatif akan berbeda bagi individu/kelompok yang satu
dengan individu/kelompok yang lain tergantung dari keadaan dan
lingkungan tempat tinggal (Guhardja dkk, 1992).
Peran budaya juga dimulai dari keluarga, dimana anak mengamati
adanya perbedaan perilaku pada keluarga ke dalam sistem kategorinya. Pada
skala yang lebih besar, struktur, dan organisasi sosial, misalnya struktur keluarga
dalam suatu masyarakat merupakan sumber data dimana seorang anak
menggunakannya untuk membentuk stereotype peran gender (Frieze 1978 diacu
dalam Nauly 2002). Salah satu faktor pembeda budaya adalah prinsip keturunan,
yaitu patrilineal dan matrilineal. Prinsip keturunan ini berperan dalam
menentukan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan di lingkungan
masyarakat.
Kelompok
masyarakat
matrilineal,
misalnya
suku
Minang
menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan
patrilineal. Pada kelompok masyarakat patrilineal, misalnya suku Jawa dan Batak
peran laki-laki dan perempuan tidak egaliter (Nauly 2002), suami diharapkan
menangani urusan di luar rumah tangga dan istri menangani urusan rumah
tangga (Megawangi 1999).
Agama mempunyai kekuatan yang sangat besar di dalam kehidupan
bangsa karena agama merupakan tolak ukur kebenaran dan merupakan normanorma yang berisi konsep-konsep untuk menata tindakan manusia. Oleh karena
itu, ajaran agama juga berperan dalam mensosialisasikan kesetaraan dan
keadilan gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA
2005).
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Gender Harvard dan
Moser dalam melihat peran gender di tingkat keluarga dalam aspek domestik
dan publik. Keluarga merupakan institusi utama dalam mempengaruhi nilai-nilai
dan proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Nilai adalah
kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung
tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi sub sistem
personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan tujuan yang hendak
dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan (Guhardja dkk, 1992).
Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik
dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang
dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah
dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada
tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari
dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor
kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan
kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses perseptual dimulai dengan
perhatian yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Komponen dari persepsi
mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta
kejadian-kejadiannya (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi adalah kondisi lingkungan, kemampuan dan
keterbatasan alat indera, pengalaman masa lalu, kebutuhan dan keinginan serta
nilai-nilai (Baltus 1983 diacu dalam Ginting 2003). Menurut S. S. Sargent, sikap
adalah kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang,
objek, dan situasi (Santosa 2004). Persepsi terhadap peran gender dihubungkan
dengan sikap terhadap peran gender karena sikap manusia dipengaruhi oleh
persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008). Kerangka pemikiran yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Karakteristik Contoh :
- Umur
- Jenis kelamin
- Program studi
Nilai-nilai Gender dari
Keluarga
- Persepsi terhadap
kepribadian
- Persepsi terhadap
gender dalam pek
domestik
- Persepsi terhadap
gender
dalam
blik
Karakteristik Keluarga :
- Umur, pendidikan,
pekerjaan orangtua
- Pendapatan keluarga
- Besar keluarga
Lingkungan sosial :
Keluarga, , kampus,
kelompok pergaulan,
masyarakat disekitar tempat
tinggal
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan
Sikap Mahasiswa Terhadap Peran Gender
METODE PENELITIAN
Disain, Tempat, dan Waktu
Disain penelitian ini adalah cross sectional study dengan menggunakan
metode wawancara dibantu dengan menggunakan kuisioner. Desain penelitian
ini dilakukan untuk melihat persepsi mahasiswa IPB tentang konsep dan peran
gender. Lokasi penelitian adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Pengumpulan
data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2008.
Teknik Penarikan Contoh
Pemilihan lokasi penelitian dan pemilihan contoh dilakukan secara
purposive. Populasi contoh dalam penilitian ini adalah mahasiswa Institut
Pertanian Bogor. Contoh dalam penelitian adalah 146 mahasiswa FEMA
(Fakultas Ekologi Manusia) IPB tingkat III yang mengambil mata kuliah Gender
dan Keluarga serta Metode Penelitian Keluarga. Contoh dibedakan berdasarkan
jenis kelamin, yaitu terdiri dari 43 laki-laki dan 103 perempuan. Pemilihan contoh
berdasarkan pertimbangan bahwa keahlian yang dimiliki mahasiswa FEMA
berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat.
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Cara Pengukuran Variabel
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data
primer dikumpulkan melalui pengisian kuisioner oleh responden itu sendiri
ditambah dengan wawancara. Kuisioner meliputi: karakteristik contoh,
karakteristik keluarga contoh, persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang,
persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap
peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap mahasiswa
terhadap peran gender. Secara rinci, jenis dan cara pengumpulan data dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Variabel yang Dikumpulkan
Variabel
Skala
Satuan
Jumlah
Item
α Cronbach
Rasio
Nominal
Nominal
Tahun
1
1
1
-
Rasio
Rasio
Nominal
Rasio
Tahun
Tahun
1
1
1
1
-
Ordinal
Ordinal
66
44
0.926
0.901
Ordinal
68
0.943
Lingkungan sosial
Ordinal
15
0.549
Sikap terhadap peran gender
Ordinal
14
0.584
Karakteristik Contoh
Umur contoh
Jenis kelamin
Program studi
Karakteristik Keluarga
Umur orangtua
Pendidikan orangtua
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Besar keluarga
Persepsi Tehadap Peran Gender
Persepsi terhadap sifat kepribadian
Persepsi terhadap peran gender
dalam pekerjaan domestik
Persepsi terhadap peran gender
dalam sektor publik
RP/bulan
Cara pengukuran data adalah sebagai berikut :
1. Persepsi terhadap sifat kepribadian : Variabel ini terdiri dari 66 pertanyaan
dengan skala likert 1-3 mengenai sifat seseorang yang meliputi sifat yang
pantas dimiliki laki-laki, pantas dimiliki perempuan, dan pantas dimiliki
keduanya. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008).
2. Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik : Variabel ini
terdiri dari 44 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai kegiatan
(pekerjaan) dalam keluarga yang pantas dilakukan laki-laki, pantas dilakukan
perempuan serta pantas dilakukan laki-laki dan perempuan. Pertanyaan
tersebut merujuk pada Puspitawati (2008).
3. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik : Variabel ini terdiri
dari 68 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai kegiatan (pekerjaan)
dalam masyarakat yang pantas dilakukan laki-laki, pantas dilakukan
perempuan serta pantas dilakukan laki-laki dan perempuan. Pertanyaan
tersebut merujuk pada Puspitawati (2008).
4. Lingkungan Sosial : Variabel ini terdiri dari 15 pertanyaan dengan skala likert
1-3 mengenai konsep atau peran gender yang ditanamkan di lingkungan
keluarga, masyarakat, kampus, dan kelompok pergaulan. Pertanyaan tersebut
merujuk pada Puspitawati (2008).
5. Sikap terhadap peran gender : Variabel ini terdiri dari 14 pertanyaan dengan
skala likert 1-3 mengenai bagaimana sikap responden terhadap konsep atau
peran gender. Hal yang ditanyakan contohnya adalah pernyataan “saya
memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai potensi yang
sama, “saya memandang laki-laki sebagai pemimpin”, “saya menginginkan
istri yang tidak bekerja di luar rumah”, dan sebagainya. Pertanyaan tersebut
merujuk pada Puspitawati (2008).
Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuisioner dilakukan dalam
beberapa kali pertemuan. Data yang diperoleh akan diolah dengan
menggunakan program SPSS for windows versi 10.0 dan 11.5. Kegiatan yang
dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing, data
entry, data cleaning, dan analisis data. Berikut urutan kegiatan dalam
pengolahan data:
1) Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data
2) Setelah data dientri, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan
tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Reliabilitas data dicek
dengan menyajikan statistik deskriptif untuk setiap peubah
3) Pemberian skor terhadap jawaban kuisioner
4) Kategorisasi terhadap data.
Karakteristik contoh terdiri dari umur, jenis kelamin, dan program studi.
Umur dikategorikan menjadi 18-20 tahun dan 21-23 tahun. Jenis kelamin
dikategorikan 1 = laki-laki dan 2 = perempuan.
Karakteristik keluarga terdiri dari umur orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga. Umur orang tua dikategorikan
menjadi 30-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan ≥61 tahun. Pendidikan
orang tua dikategorikan 1-10 dengan keterangan berturut-turut, yaitu tidak tamat
SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3. Pekerjaan
orang tua dikategorikan 1-6 dengan keterangan berturut-turut, yaitu PNS/ABRI,
pegawai swasta/BUMN/pengacara, petani/buruh, wiraswasta, IRT/tidak bekerja,
pensiunan/pemuka agama, dan tidak ada jawaban. Pendapatan keluarga
dikategorikan menjadi <500 000, 500 000-750 000, 750 001-1 000 000, 1000
001-1 250 000,1 250 001-1 500 000, 1 500 001-1 750 000, 1 750 001-2 000 000,
2 000 001-2 250 000, 2 250 001-2 500 000, dan >2 500 000.
Data yang diperoleh dianalisis dengan beberapa analisis statistik, yaitu :
1. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menyajikan gambaran berbagai
variable yang diteliti.
2. Untuk melihat persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang, persepsi
terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap
peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap
peran gender digunakan analisis deskriptif dan untuk mengetahui
perbedaan persepsi, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender
pada contoh perempuan dan laki-laki digunakan uji beda Independent
Sample T-Test.
3. Untuk melihat hubungan antar variabel penelitian digunakan uji korelasi
spearman.
4. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap
mahasiswa terhadap peran gender digunakan analisis regresi linier
berganda dengan rumus sebagai berikut :
Model 1
Y = β0 + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + €
Y = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor
Publik
β = Parameter
X1 = Karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga)
X2 = Karakteristik contoh(jenis kelamin)
X3 = Lingkungan sosial
X4 = Persepsi terhadap sifat kepribadian
Model 2
Y = β0 + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + €
Y = Sikap terhadap peran gender
β = Parameter
X1 = Karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga)
X2 = Karakteristik contoh (jenis kelamin)
X3 = Lingkungan sosial
X4 = Persepsi terhadap sifat kepribadian
X5 = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor
publik
Variabel persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran
gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor
publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender pada pengolahannya
diskoring. Nilai masing-masing variabel diberi skor, kemudian skor dijumlahkan
dan dikategorikan. Kategorisasi terhadap data skor dilakukan sesuai rumus
berikut ini.
Interval kelas (A) = skor maks* – skor min*
Jumlah kategori
Kategori :
Kurang perspektif gender : NR sampai [(NR+A)+A]
Perspektif gender : [(NR+A)+A] sampai NT
Keterangan : * adalah skor sesuai dengan jumlah pertanyaan dan skala di
kuisioner
Variabel persepsi terhadap sifat kepribadian, pemberian skornya adalah
pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (lebih baik dimiliki
laki-laki) maka bernilai (direcode) satu, jawaban dua (lebih baik dimiliki
perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga (netral) bernilai dua. Kemudian skor
ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender
(skor 66-98) dan perspektif gender (99-132). Persepsi terhadap sifat extrovertmaskulin (33-48) dan extrovert-feminin (49-66), jika jawabannya satu direcode
satu, jawaban dua direcode satu, dan jawaban tiga direcode dua. Persepsi
terhadap sifat introvert-feminin (33-48) dan introvert-maskulin (49-66), jika
jawabannya satu direcode satu, jawaban dua direcode satu, dan jawaban tiga
direcode dua.
Variabel persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik,
pemberian skornya adalah pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika
jawabannya satu (lebih baik dilakukan laki-laki) maka bernilai (direcode) satu,
jawaban dua (lebih baik dilakukan perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga
(netral) bernilai dua. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 44-65) dan perspektif gender (6688).
Variabel persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, pemberian
skornya adalah pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu
(lebih baik dilakukan laki-laki) maka bernilai (direcode) satu, jawaban dua (lebih
baik dilakukan perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga (netral) bernilai dua.
Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang
perspektif gender (skor 68-101) dan perspektif gender (102-136).
Variabel lingkungan sosial, pemberian skornya adalah pada masingmasing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (saya tidak seperti itu) maka
bernilai tiga, jika jawabannya dua (saya kadang-kadang seperti itu) maka bernilai
dua, dan jika jawabannya tiga (saya sering seperti itu) maka bernilai satu.
Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang
perspektif gender (skor 15-29) dan perspektif gender (30-45).
Variabel sikap terhadap peran gender, pemberian skornya adalah pada
beberapa pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (saya tidak seperti itu) maka
bernilai tiga, jika jawabannya dua (saya kadang-kadang seperti itu) maka bernilai
dua, dan jika jawabannya tiga (saya hampir selalu seperti itu) maka bernilai satu.
Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang
perspektif gender (skor 14-27) dan perspektif gender (28-42).
Definisi Operasional
Bias gender adalah persepsi yang membedakan suatu peran yang hanya
pantas dilakukan oleh salah satu jenis kelamin saja (tidak dapat dipertukarkan).
Contoh adalah individu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang
merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang mengambil mata kuliah
Gender dan Keluarga dan Metode Penelitian Keluarga.
Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khas contoh yang meliputi umur, jenis
kelamin, dan program studi.
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi umur orangtua,
pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan
keluarga.
Keluarga adalah instrumen utama dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk
nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga.
Kelompok pergaulan adalah kelompok yang mensosialisasikan peraturanperaturan sosial dan budaya tentang konsep gender pada mahasiswa.
Lingkungan kampus adalah lembaga pendidikan mengajarkan perbedaan
peran antara laki-laki dan perempuan, tempat dimana peran gender banyak
mengalami perubahan.
Lingkungan Sosial adalah kondisi lingkungan yang meliputi keluarga,
masyarakat, kelompok pergaulan, dan kampus yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang.
Masyarakat adalah suatu lingkungan dengan skala yang besar yang merupakan
tempat terjadinya proses sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi persepsi
tentang konsep dan peran gender.
Nilai-nilai tentang konsep dan peran gender adalah patokan-patokan tentang
konsep dan peran gender yang dianut oleh seseorang.
Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima anggota keluarga,
dapat berasal dari kepala keluarga, istri, anak, maupun anggota keluarga yang
lain.
Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dilalui oleh
orangtua.
Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan utama yang dilakukan oleh orangtua
yang memberikan penghasilan terbesar.
Persepsi terhadap peran gender adalah proses menginterpretasikan informasi
tentang gender yang dapat dinilai melalui nilai-nilai yang dianut dan latar
belakang lingkungan. Pengukuran persepsi tentang konsep dan peran gender
dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Adapun variabel-variabel yang akan
diukur antara lain persepsi tentang sifat kepribadian seseorang, persepsi tentang
peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi tentang peran gender dalam
sektor publik, persepsi tentang pemilihan program studi, persepsi tentang peran
gender secara umum.
Perspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan peran antara lakilaki dan perempuan serta peran tersebut dapat dipertukarkan.
Responsif gender adalah memperhatikan perbedaan pengalaman, aspirasi,
kebutuhan, permasalahan, dan kepentingan laki-laki dan perempuan.
Sikap terhadap peran gender adalah perilaku mahasiswa tentang konsep dan
peran gender yang dipengaruhi oleh persepsi tentang konsep gender itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Institut Pertanian Bogor adalah kampus yang modern dengan visi adalah
menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian
tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan serta
misinya
adalah
menyelenggarakan
pendidikan
tinggi
bermutu
tinggi,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat,
dan mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan
hak asasi manusia (Anonymous 2008). Jumlah mahasiswa IPB dari tahun 19982005 cenderung meningkat, tahun 1998 jumlah mahasiswa IPB sebanyak 2642
mahasiswa dan pada tahun 2005 mencapai 2868 mahasiswa. Jumlah
mahasiswa perempuan dari tahun 1998-2005 selalu lebih besar dibandingkan
jumlah mahasiswa laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah mahasiswa IPB
berdasarkan jenis kelamin (Anonymous 2007).
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Mahasiswa IPB Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Tahun masuk
kelamin
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
laki-laki
1199
1144
1337
1230
1250
1204
1205
1269
Perempuan 1443
1402
1558
1575
1539
1522
1600
1599
Total
2546
2925
2805
2789
2726
2805
2868
2642
Karakteristik Contoh dan Keluarganya
Umur dan Jenis Kelamin Contoh
Kisaran umur contoh adalah 18-20 tahun dan 21-23 tahun dengan
proporsi terbesar contoh (76.8%) berada pada kisaran umur 18-20 tahun (Tabel
3). Lebih dari dua pertiga contoh (70.5%) berjenis kelamin perempuan dan
kurang dari sepertiga contoh (29.5%) berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 3. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Contoh
Umur (tahun)
n
%
18-20
112
76.8
21-23
34
23.3
Total
146
100
Program Studi Contoh
Hasil menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat contoh laki-laki
(81.4%) adalah mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat (KPM). Hampir dua pertiga contoh perempuan adalah mahasiswi
Program Studi Ilmu keluarga dan Konsumen (IKK) (Tabel 4). Sebagian besar
mahasiswa berasal dari Fakultas Ekologi Manusia, tetapi ada sebagian kecil
mahasiswa yang berasal dari fakultas lain. Hal itu disebabkan sampel penelitian
ini adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Gender dan Keluarga serta
Metode Penelitian Keluarga dan yang mengambil mata kuliah tersebut bukan
hanya mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, tetapi juga mahasiswa dari fakultas
lain.
Tabel 4. Sebaran Contoh Berdasarkan Program Studi
Jenjang Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
3.9
4
Agronomi dan Hortikultura (AGH)
0
0
Pemanfaatan Sumberdaya
7.8
8
2
4.7
Perikanan (PSP)
Teknologi dan Manajemen
5.8
6
0
0
Perikanan Tangkap (TMPT)
1
1
2
4.7
Ilmu Teknologi Pangan (ITP)
1
1
0
0
Geofisika dan Meteorologi (GFM)
1
1
0
0
Matematika (MAT)
1.9
2
0
0
Ilmu Ekonomi (IE)
5.8
6
0
0
Manajemen (MAN)
4
9.3
Ilmu Keluarga dan Konsumen
69.9
72
(IKK)
1.9
2
Komunikasi dan Pengembangan
35
81.4
Masyarakat (KPM)
Total
43
100
103
100
Umur Ayah dan Ibu Contoh
Hasil menunjukkan bahwa umur ayah dan ibu contoh berada pada
kisaran 30-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari atau sama dengan
61 tahun. Proporsi terbesar contoh (46.6%) mempunyai ayah dengan kisaran
umur 51-60 tahun dan proporsi terkecil contoh (2.1%) mempunyai ayah dengan
kisaran umur 30-40 tahun. Proporsi terbesar contoh (66.4%) mempunyai ibu
dengan kisaran umur 41-50 tahun dan proporsi terkecil contoh (0.7%)
mempunyai ibu dengan kisaran umur lebih dari atau sama dengan 61 tahun
(Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Ayah dan Ibu
Umur (tahun)
Ayah
Ibu
n
%
n
30-40
3
2.1
18
41-50
63
43.3
97
51-60
28
68
46.6
≥61
5
3.5
1
Total
139*
95.5
144*
%
12.4
66.4
19.2
0.7
98.7
Keterangan : * Ada data missing (tujuh orang untuk jawaban umur ayah dan dua orang
untuk jawaban umur ibu) karena ada contoh yang tidak menjawab
Pendidikan Ayah dan Ibu Contoh
Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang dapat
dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti
pendidikan formal atau non-formal (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002). Tabel
6 menunjukkan bahwa persentase terbesar pendidikan ayah contoh (39.0%)
adalah tamat SLTA, sedangkan persentase terbesar pendidikan ibu contoh
(40.4%) juga tamat SLTA.
Tabel 6. Sebaran Contoh Berdasarkan Jenjang Pendidikan Ayah dan Ibu
Jenjang
Ayah
Ibu
Pendidikan
n
%
n
%
4.8
7
4.1
6
Tidak tamat SD
13.7
20
8.9
13
Tamat SD
9.6
14
6.8
10
Tamat SLTP
Tamat SLTA
40.4
59
39.0
57
13.0
19
38.4
56
Tamat D1-D3
14.4
21
2.8
4
Tamat S1
4.1
6
0.0
0
Tamat S2-S3
Total
146
100
146
100
Pekerjaan Ayah dan Ibu Contoh
Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan
yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang,
benda, jasa, maupun ide (Achir 1985 diacu dalam Widianti 2004). Tabel 7
menunjukkan bahwa persentase terbesar pekerjaan ayah contoh (36.3%)
adalah PNS/ABRI, sedangkan persentase terbesar pekerjaan ibu contoh (54.8%)
adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja.
Tabel 7. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ayah dan Ibu
Pekerjaan
Ayah
Ibu
n
%
n
%
27.4
40
PNS/ABRI
36.3
53
3.4
5
23.3
34
Pegawai
swasta/BUMN/Pengacara
4.1
6
5.5
8
Petani/buruh
8.2
12
20.5
30
Wiraswasta
4.1
6
IRT /tidak bekerja
54.8
80
0.7
1
4.8
7
Pensiunan/pemuka agama
1.4
2
5.5
8
Tidak tahu
Total
146
100
146
100
Besar Keluarga
Besar keluarga pada penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga kelas,
yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan
empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara 5-7 orang; 3)
Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan
delapan orang (Hurlock 1981). Hasil penelitian menunujukkan bahwa persentase
terbesar contoh (63.0%) mempunyai keluarga sedang dengan jumlah anggota
keluarga 5-7 orang (Tabel 8).
Tabel 8. Sebaran Contoh Berdasarkan Besar keluarga
Besar Keluarga
n
%
≤4
39
26.7
5-7
92
63.0
≥8
15
10.3
Total
146
100
Rata-rata Pendapatan Keluarga Contoh
Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh
seluruh anggota keluarga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan keluarga
terdiri dari pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota
rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, pendapatan dari seluruh
anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, dan pendapatan di luar
upah/gaji yang menyangkut usaha lain (Prasetyo 2005 diacu dalam Rezeki
2006). Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh (27.4%)
mempunyai pendapatan keluarga (rata-rata/bulan) lebih dari RP 2.500.000, 00
dan persentase terkecil contoh (11.0%) mempunyai pendapatan keluarga (ratarata/bulan) kurang dari RP 500.000, 00
Tabel 9. Sebaran Contoh Berdasarkan Kisaran Pendapatan Keluarga Per Bulan
Kisaran Rata-rata Pendapatan
n
%
Keluarga (RP/bulan)
<500000
16
11.0
500000-1000000
21
14.4
1000001-1500000
26
17.8
1500001-2000000
22
15.1
2000001-2500000
20
13.7
>2500000
40
27.4
Total
146
100
Nilai-nilai dan Nasehat-nasehat OrangTua (Nilai-nilai Keluarga)
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa nasehat orangtua yang diperoleh
contoh laki-laki tentang keluarga antara lain orangtua harus adil pada anakanaknya, laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga, tegas, bijaksana, laki-laki
bekerja sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik, laki-laki dan
perempuan harus menjaga diri (kehormatan), dan lain-lain. Nasehat orangtua
yang diperoleh contoh perempuan tentang keluarga hampir sama dengan
nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki, tetapi terdapat nasehat yang
berbeda yaitu laki-laki harus mau membantu pekerjaan domestik, perempuan
harus bisa mengelola rumah tangga meskipun bekerja, dan laki-laki tidak harus
menjadi kepala rumah tangga (Tabel 10).
Nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki tentang menjadi anak
perempuan antara lain perempuan harus menjaga keperawanannya, mandiri,
kuat, sabar, pintar, mengurus rumah tangga, berhak mempunyai kedudukan dan
pendidikan, tetapi ada orangtua yang memberi nasehat bahwa perempuan tidak
harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat yang diperoleh contoh perempuan
hampir sama dengan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki, tetapi terdapat
nasehat yang berbeda yaitu perempuan harus rapi, rajin, sopan, dan perempuan
juga harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat orangtua yang diperoleh
contoh laki-laki tentang menjadi anak laki-laki antara lain laki-laki harus
penyayang, tidak agresif, pelindung, bertanggungjawab, mandiri, pemimpin yang
baik, berani, jantan, dan maskulin, harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat
yang diperoleh contoh perempuan hampir sama dengan nasehat yang diperoleh
contoh laki-laki, tetapi ada nasehat yang berbeda yaitu laki-laki harus kuat, tegar,
disiplin, jujur, dan laki-laki harus mau mengerjakan pekerjaan domestik. Nasehat
orangtua yang diperoleh contoh laki-laki dan perempuan tentang budaya/etos
kerja antara lain perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai etos kerja dan
cita-cita tinggi, memaksimalkan potensi, disiplin, pantang menyerah, mematuhi
peraturan, kerja keras, dan menjunjung tinggi budaya. Nasehat orangtua yang
diperoleh
contoh
laki-laki
dan
perempuan
tentang
kegiatan
sosial
kemasyarakatan yaitu laki-laki dan perempuan berhak bersosialisasi dan
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (Tabel 10).
Secara umum, hasil uji kualitatif menunjukkan ada persamaan dan
perbedaan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki dengan nasehat yang
diperoleh contoh perempuan. Persamaan nasehat tentang keluarga yang
diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan, yaitu ciptakan keluarga
sakinah, mawwadah, warohmah, keluarga harus diutamakan, dan saling
menghormati antar anggota keluarga. Persamaan nasehat tentang menjadi anak
perempuan yang diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan, yaitu
perempuan harus menjaga keperawanannya. Persamaan nasehat tentang
menjadi anak laki-laki yang diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan,
yaitu laki-laki harus tanggungjawab, bijaksana, tegas, pandai, mandiri, cerdas.
Persamaan nasehat tentang budaya/etos kerja yang diperoleh contoh laki-laki
dan perempuan, yaitu harus disiplin, maksimalkan potensi, kerja keras, patuhi
peraturan. Persamaan nasehat tentang kehidupan sosial kemasyarakatan yang
diperoleh contoh laki-laki dan perempuan, yaitu bersosialisasi, berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat, dan bisa beradaptasi.
Terdapat perbedaan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki dan
perempuan, yaitu nasehat tentang keluarga. Contoh perempuan memperoleh
nasehat bahwa perempuan harus bisa mengelola rumah tangga meskipun
bekerja sedangkan contoh laki-laki memperoleh nasehat bahwa laki-laki harus
menjadi kepala rumah tangga, tegas, dan bijaksana. Dalam hal nasehat menjadi
anak perempuan, ada contoh laki-laki yang memperoleh nasehat bahwa
perempuan tidak harus mempunyai pendidikan tinggi dan hal itu berbeda dengan
nasehat yang diperoleh contoh perempuan. Dalam hal nasehat menjadi anak
laki-laki, ada contoh perempuan yang memperoleh nasehat bahwa laki-laki harus
membantu pekerjaan domestik dan hal itu berbeda dengan nasehat yang
diperoleh contoh laki-laki (Tabel 10).
Talcot
Parsons
&
Bales
(1902-1979)
diacu
dalam
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) berpendapat bahwa
keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami
dan istri untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu,
peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam
hal pengasuhan dan pendidikan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nasehat orangtua sudah cenderung berperspektif gender. Sesuai pustaka dari
Puspitawati (2007), bentuk pengasuhan anak perempuan yang berperspektif
gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak laki-laki dan bagaimana
cara menghargai laki-laki, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan
perempuan dalam keluarga dan masyarakat, memotivasi anak perempuan untuk
mau belajar kejenjang yang lebih tinggi, mengajarkan sifat mandiri. Bentuk
pengasuhan anak laki-laki yang berperspektif gender antara lain memberi
sosialisasi
tentang
anak
perempuan
dan
bagaimana
cara
menghargai
perempuan, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan perempuan
dalam keluarga dan masyarakat, dan mengajarkan bahwa laki-laki memasak,
mencuci, menyetrika, dan membersihkan tempat tidur sendiri.
Peran budaya juga dimulai dari keluarga, dimana anak mengamati
adanya perbedaan perilaku pada keluarga ke dalam sistem kategorinya (Frieze
1978 diacu dalam Nauly 2002). Salah satu faktor pembeda budaya adalah
prinsip keturunan, yaitu patrilineal dan matrilineal. Prinsip keturunan ini berperan
dalam menentukan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan di lingkungan
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar contoh berasal dari
suku Jawa (77.4%). Pada kelompok masyarakat patrilineal, misalnya suku Jawa
peran laki-laki dan perempuan tidak egaliter (Nauly 2002), suami diharapkan
menangani urusan di luar rumah tangga dan istri menangani urusan rumah
tangga (Megawangi 1999) dan dalam hasil penelitian ditunjukkan dengan adanya
nasehat bahwa laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga dan istri
mengerjakan pekerjaan domestik.
Tabel 10. Hasil Uji Kualitatif Nilai-nilai dan Nasehat Orangtua
No
n
Laki-laki
%
a
Nasehat tentang keluarga
Orang tua harus adil pada anak, tidak membedakan
anggota keluarga
1
2.3
5
4.9
b
Perempuan harus bisa mengelola rumah tangga
meskipun bekerja, hormat pada suami
0
0.0
15
14.6
0
0.0
1
1.0
5
11.6
0
0.0
3
7.0
4
3.9
3
7.0
4
3.9
31
72.1
74
71.8
43
100.0
103
100.0
0
10
2
0.0
23.3
4.7
9
47
17
8.7
45.6
16.5
1
2.3
11
10.7
1
2.3
2
1.9
1
2.3
0
0.0
8
18.6
15
14.6
1
2.3
2
1.9
19
43
44.2
100.0
0
103
0.0
100.0
0
0.0
2
1.9
5
11.6
7
6.8
7
16.3
18
17.5
20
46.5
26
25.2
7
16.3
9
8.7
2
0
2
0
43
4.7
0.0
4.7
0.0
100.0
0
2
0
39
103
0.0
1.9
0.0
37.9
100.0
2
4.7
6
5.8
1
2.3
2
1.9
0
0.0
1
1.0
1
c
Nasehat orangtua
d
Laki-laki membantu mengerjakan pekerjaan domestik
Laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga,
bertanggungjawab, jujur, tegas, bijaksana
e
Laki-laki bekerja dan perempuan mengerjakan
pekerjaan domestik
d
Laki-laki & perempuan harus jaga diri (kehormatan)
Lain-lain (ciptakan keluarga sakinah, mawwadah,
warohmah, keluarga harus diutamakan, saling
menghormati antar anggota keluarga
Total
Nasehat menjadi anak perempuan
Rapi, rajin, sopan
Harus jaga diri (keperawanan)
Mandiri, kuat, sabar, pintar
Perhatian, simpati, peka, lembut, penyayang, tdk
agresif, ramah, bisa bersosialisasi
e
Berhak menjadi pemimpin, mempunyai kedudukan,
berpendidikan
f
g
2
a
b
c
f
g
h
i
3
a
b
c
d
e
f
g
h
i
4
a
b
c
Tidak harus mempunyai pendidikan tinggi
Mengurus rumah tangga (pekerjaan domestik), taat
pada suami, perempuan menentukan kualitas anak
Lain-lain (nikmati dan syukuri posisi sebagai
perempuan, jaga dan hargai perempuan, perempuan
adalah makhluk mulia
Nor applicable (NA)
Total
Nasehat menjadi anak laki-laki
Kuat, tegar, disiplin, jujur
Pelindung, sopan, tidak agresif, penyayang,
perhatian, soleh, berbakti pada orangtua
Pemimpin yang baik, menjadi berhasil/sukses
Tanggungjawab, bijaksana, tegas, pandai, mandiri,
cerdas
Berani, jantan, maskulin, jangan mau diperdaya
perempuan
Harus mempunyai pendidikan tinggi
Harus membantu pekerjaan domestik
Lain-lain (hati-hati memilih teman, jaga diri)
Nor applicable (NA)
Total
Nasehat tentang budaya/etos kerja
Laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai
etos kerja dan cita-cita
Perempuan boleh mencari nafkah tanpa melupakan
keluarga
Perempuan melakukan pekerjaan ringan
Perempuan
n
%
Tabel 10. Hasil Uji Kualitatif (Lanjutan)
Laki-laki
No
d
Perempuan
Nasehat orangtua
n
%
n
%
Disiplin, tanggungjawab, maksimalkan potensi, kerja
keras, patuhi peraturan, pantang menyerah, kerja
keras
Suami dan istri harus saling membantu
Menjunjung tinggi nilai budaya dan agama
Total
31
72.1
83
80.6
0
9
43
0.0
20.9
100.0
1
10
103
1.0
9.7
100.0
a
Nasehat tentang kehidupan sosial
kemasyarakatan
Bersosialisasi,berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat, saling menghormati, bisa beradaptasi
38
88.4
88
85.4
b
Laki-laki&perempuan mempunyai hak sama untuk
beraktivitas dan bersosialisasi dalam masyarakat
0
0.0
5
4.9
5
11.6
10
9.7
43
100.0
103
100.0
e
f
5
c
Lain-lain (hati-hati dalam bergaul, jaga nama baik
keluarga, jaga kepercayaan orang lain, tidak ada
diskriminasi gender)
Total
Persepsi Terhadap Peran Gender
Persepsi Contoh Terhadap Sifat Kepribadian Individu
Sesuai pustaka dari Jung diacu dalam Anonymous (2007), perempuan
biasanya dihubungkan dengan sifat introvert. Orang yang mempunyai sifat
introvert biasanya tidak mempunyai emosi, tidak ramah, kurang bisa bergaul,
tenang, kalem, berpengalaman dalam emosi yang kuat, tetapi mereka
menutupinya. Sedangkan laki-laki biasanya dikaitkan dengan sifat extrovert.
Orang extrovert biasanya dingin, sombong, cenderung emosional, realistik,
praktis, pekerja keras, cenderung untuk muncul seorang diri, dan selalu mencari
sesuatu yang baru.
Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan
antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat extrovert. Hal ini
mengindikasikan bahwa contoh perempuan lebih mempunyai persepsi bahwa
sifat extrovert, seperti mandiri, tegas, kuat pribadinya, agresif, pemimpin yang
baik, dan lain-lain (merujuk pada Lampiran 2) dapat dimiliki oleh karakter
maskulin (extrovert-maskulin) dan karakter feminin (extrovert-feminin). Hasil pada
Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil yang signifikan antara
persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat introvert. Artinya contoh
laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai persepsi bahwa sifat introvert,
seperti pemalu, pendiam, tertutup, pandai menyembunyikan perasaan, dan lainlain (merujuk pada Lampiran 2) dapat dimiliki oleh karakter feminin (introvertfeminin) dan karakter maskulin (introvert-maskulin).
Tabel 11. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Extrovert-Maskulin dan Extrovert
Feminin
Persepsi Terhadap Sifat ExtrovertLaki-laki
Perempuan
Maskulin dan Extrovert-Feminin
n
%
n
%
Extrovert-Maskulin (33-48)
20
46.5
29
28.2
Extrovert-Feminin (49-66)
23
53.3
74
71.8
Total
Skor min
Skor maks
Rata-rata±SD
43
100
33
66
48.65±8.07
Uji beda
103
100
33
66
52.89±6.78
0.001*
Tabel 12. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Introvert-Feminin dan Introvert
Maskulin
Persepsi Terhadap Sifat IntrovertLaki-laki
Perempuan
Feminin dan Introvert-Maskulin
n
%
n
%
Introvert-Feminin (33-48)
15
34.9
26
25.2
Introvert-Maskulin (49-66)
28
65.1
77
74.8
Total
Skor min
Skor maks
Rata-rata±SD
43
100
103
33
66
51.77±8.55
Uji beda
100
33
66
53.89±7.06
0.122
Persepsi tentang sifat kepribadian dikategorikan menjadi persepsi yang
kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Persepsi yang
kurang berperspektif gender adalah persepsi yang cenderung masih bias gender,
tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya (misalnya perempuan dianggap
kecil dan lemah sedangkan laki-laki dianggap besar dan kuat). Persepsi yang
sudah berperspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan laki-laki
dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya
sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan).
Hasil pada Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi
contoh laki-laki dan perempuan terhadap sifat kepribadian berada pada kategori
berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan
tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh
perempuan terhadap sifat kepribadian. Hal ini menunjukkan bahwa contoh lakilaki
dan
perempuan
sama-sama
sudah
berperspektif
gender
dalam
mempersepsikan sifat kepribadian individu
Tabel 13. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Kepribadian
Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Kurang berperspektif gender (66-98)
19
44.2
28
27.2
Berperspektif gender (99-132)
24
55.8
75
72.8
Total
43
100
103
100
Skor min
66
66
Skor maks
132
132
Rata-rata±SD
103.37±12.89
105.55±15.12
Uji beda
0.409
Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik
Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran memperbaiki
alat, memelihara peralatan rumah, dan menggunakan sarana sebagai
peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh perempuan mempersepsikan peran mencari nafkah sebagai
peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral)
sedangkan contoh laki-laki mempersepsikan peran tersebut sebagai
peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran berbelanja
bahan makanan dan memasak serta menyiapkan makanan dan
keperluannya sebagai peran yang lebih baik dilakukan perempuan.
•
Contoh perempuan mempersepsikan aktivitas sosial kemasyarakatan
sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral),
tetapi contoh laki-laki mempersepsikan peran tersebut sebagai peran
yang lebih baik dilakukan perempuan.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran pengasuhan
anak, membersihkan lingkungan rumah, perencanaan dan pengaturan
keuangan, pengambilan keputusan dalam keluarga, domestik subsisten,
merawat kesehatan, menyediakan air, dan mencari tambahan pekerjaan
sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran gender dalam
pekerjaan domestik sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan
perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki.
Adanya sebagian besar peran dalam keluarga (domestik) yang
dipersepsikan sebagai peran yang netral berarti terdapat pergeseran persepsi
terhadap peran domestik menjadi lebih longgar (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Meskipun sebagian besar peran dalam keluarga (domestik) dipersepsikan
sebagai peran yang netral, masih terdapat segregasi yang cukup kuat dalam
mempersepsikan peran dalam keluarga (peran domestik). Berdasarkan hasil
penelitian, peran domestik yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat
instrumental atau pekerjaan yang berat dipersepsikan sebagai peran yang
maskulin. Sedangkan peran domestik yang berkaitan dengan pekerjaan yang
bersifat emosional dipersepsikan sebagai peran feminin. Hal ini sesuai dengan
pustaka dari Megawangi (1999), perempuan berperan sebagai figur ekspresif
dan laki-laki sebagai figur instrumental.
Persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik
dikategorikan menjadi persepsi yang kurang berperspektif gender dan sudah
berperspektif gender. Persepsi yang kurang berperspektif gender adalah
persepsi yang cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif
gendernya
(misalnya
perempuan
pekerjaan
ringan
sedangkan
laki-laki
mengerjakan pekerjaan berat). Persepsi yang sudah berperspektif gender adalah
persepsi yang tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan (Tidak ada
kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin
dan feminin bagi perempuan).
Hasil pada Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi
contoh laki-laki terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada
kategori kurang berperspektif gender. Sebagian besar persepsi contoh
perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada
kategori sudah berperspektif gender. Hal ini berarti bahwa persepsi contoh
perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik lebih berperspektif
gender dibandingkan contoh laki-laki. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
juga menunjukkan hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan
perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan lakilaki. Contoh perempuan dalam penelitian ini mempunyai pendidikan yang tinggi
sehingga akan mempengaruhi persepsinya terhadap peran gender menjadi lebih
berperspektif gender karena ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan
formal yang diterima seseorang, mereka akan bersifat terbuka terhadap
pembaharuan (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002). Hal ini berarti jika
perempuan mempunyai pendidikan tinggi maka pandangannya terhadap peran
gender akan lebih modern.
Tabel 14. Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam
Pekerjaan Domestik
Persepsi Terhadap Peran Gender
Laki-laki
Perempuan
dalam Pekerjaan Domestik
n
%
n
%
Kurang berperspektif gender (44-65)
25
58.1
37
35.9
Berperspektif gender (66-88)
18
41.9
66
64.1
Total
43
100
103
100
Skor min
44
44
Skor maks
88
88
Rata-rata±SD
62.28±8.19
68.36±7.10
Uji beda
0.000*
Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik
Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa
•
Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran
mencari nafkah sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan profesi yang rendah,
seperti pedagang asongan, tukang pijat, pesuruh kantor, dan lain-lain
sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan profesi yang tinggi,
seperti DPR/DPRD, direktur, Ketua Departemen di Perguruan Tinggi,
Dekan Fakultas, dan lain-lain sebagai peran yang lebih baik dilakukan
laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan profesi-profesi dalam
sektor publik lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral)
dibandingkan contoh laki-laki.
Meskipun sebagian besar peran publik dipersepsikan sebagai peran yang
netral, tetapi masih ada contoh yang memiliki persepsi bahwa peran dengan
karakter atau fungsi tertentu lebih baik dilakukan oleh jenis kelamin tertentu,
misalnya
menurut
mempersepsikan
sebagian
peran
besar
mencari
contoh
nafkah
dan
laki-laki
profesi
dan
perempuan
tertinggi,
seperti
Presiden/Wapres, lebih baik dilakukan oleh laki-laki. Ada contoh laki-laki dan
perempuan yang mempersepsikan profesi yang rendah, seperti pembantu
sebagai peran yang lebih baik dilakukan perempuan. Persepsi contoh mengenai
peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat
gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga
akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin
tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Persepsi contoh tentang peran gender dalam sektor publik dikategorikan
menjadi persepsi yang kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif
gender. Persepsi yang kurang berperspektif gender adalah persepsi yang
cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya
(misalnya perempuan mengerjakan pekerjaan ringan dan laki-laki mengerjakan
pekerjaan berat). Persepsi yang sudah berperspektif gender adalah persepsi
yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa
laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi
perempuan).
Hasil pada Tabel 15 menggambarkan bahwa sebagian besar persepsi
contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik
berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent
Sample T-Test menunjukkan hasil yang signifikan antara persepsi contoh lakilaki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan lakilaki. Kesadaran perempuan atas ketertinggalannya dalam kehidupan publik
mendorong
perempuan
untuk
memperjuangkan
haknya
dalam
mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat persepsi perempuan lebih
berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN &
UNFPA 2005).
Tabel 15. Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik
Persepsi Terhadap Peran Gender
Laki-laki
Perempuan
dalam Sektor Publik
n
%
n
%
Kurang berperspektif gender (68-101)
15
34.9
10
9.7
Berperspektif gender (102-136)
28
65.1
93
90.3
Total
43
100
103
100
Skor min
68
68
Skor maks
136
136
Rata-rata±SD
106.44±15.69
114.27±11.40
Uji beda
0.001*
Lingkungan Sosial Contoh
Lingkungan sosial yang diteliti meliputi lingkungan masyarakat, keluarga,
kampus, dan kelompok pergaulan. Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran
11 menunjukkan bahwa
•
Dalam lingkungan keluarga contoh laki-laki, orangtua tidak
memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak
perempuan mempunyai sifat maskulin, orangtua tidak pernah
menerapkan
diskriminasi
gender,
kadang-kadang
mengarahkan bermain dengan sesama jenis kelamin,
orangtua
terdapat
pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, orangtua
menerapkan pola asuh yang berbeda pada anak laki-laki dan
perempuan,
anak
laki-laki
dan
perempuan
mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, orangtua
adil dalam mencurahkan kasih sayang, terdapat perbedaan peran
antara suami dan istri atau antara anak laki-laki dan perempuan
serta orangtua menanamkan ajaran agama tentang konsep
gender.
•
Dalam kelompok pergaulan contoh laki-laki kadang-kadang masih
menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama.
•
Contoh laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan kampus dan tidak pernah mengikuti pelatihan/seminar
tentang gender.
•
Dalam lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal contoh
laki-laki kadang-kadang masih terdapat perbedaan peran antara
laki-laki dan perempuan, sering terdapat kegiatan yang melibatkan
perempuan seperti PKK.
•
Contoh laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan masyarakatnya.
•
Dalam lingkungan keluarga contoh perempuan, orangtua tidak
memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak
perempuan mempunyai sifat maskulin, orangtua tidak pernah
menerapkan diskriminasi gender, orangtua tidak mengarahkan
bermain dengan sesama jenis kelamin, kadang-kadang terdapat
pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, kadang-kadang
orangtua menerapkan pola asuh yang berbeda pada anak laki-laki
dan perempuan, kadang-kadang terdapat perbedaan peran antara
suami dan istri atau antara anak laki-laki dan perempuan anak
laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan, orangtua adil dalam mencurahkan
kasih sayang serta orangtua menanamkan ajaran agama tentang
konsep gender.
•
Dalam kelompok pergaulan contoh perempuan kadang-kadang
masih menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan
sama.
•
Contoh perempuan tidak pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan
kampus
dan
kadang-kadang
mengikuti
pelatihan/seminar tentang gender.
•
Dalam lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal contoh
perempuan kadang-kadang masih terdapat perbedaan peran
antara laki-laki dan perempuan, sering terdapat kegiatan yang
melibatkan perempuan seperti PKK.
•
Contoh perempuan tidak pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan masyarakatnya.
Lingkungan sosial contoh dikategorikan menjadi lingkungan kurang
berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Lingkungan yang kurang
berperspektif gender adalah lingkungan yang cenderung masih bias gender,
tetapi masih ada sisi perspektif gendernya. Lingkungan yang sudah berperspektif
gender adalah lingkungan yang tidak membedakan perlakuan pada laki-laki dan
perempuan. Hasil pada Tabel 20 menunjukkan bahwa proporsi terbesar
lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan berada pada kategori sudah
berperspektif gender.
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test pada Tabel 16 menunjukkan
hasil yang signifikan antara lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan.
Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan contoh laki-laki dan perempuan berbeda
dalam hal penanaman konsep gender. Lingkungan sosial contoh perempuan
lebih berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Sesuai pustaka dari Day et al
(1995) diacu dalam Puspitawati (2006), adanya gap yang besar dari harapan
peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu berdampak pada perilaku
orang tua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender
sehingga akan terbentuk strereotype anak tentang peran gender dalam keluarga
dan dalam skala yang lebih besar (Frieze 1978 diacu dalam Nauly 2002).
Tabel 16. Lingkungan Sosial Contoh Berdasarkan Perspektif Gender
Latar Belakang Lingkungan
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Kurang berperspektif gender (15-29)
6
14.0
0.0
0.0
Berperspektif gender (30-45)
37
86.0
103
100.0
Total
43
100
103
100
Skor min
15
15
Skor maks
45
45
Rata-rata±SD
33.88±3.97
35.74±2.70
Uji beda
0.001*
Sikap Contoh Terhadap Peran Gender
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap
terhadap objek. Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan antara kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang
tertentu (Santosa 2004). Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 14
menunjukkan bahwa
•
Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan mempunyai sikap, antara
lain memandang setiap laki-laki dan perempuan mempunyai potensi yang
sama, melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas, memandang lakilaki sebagai pemimpin, menghormati perempuan yang berprestasi,
menghormati laki-laki yang berprestasi, memandang peran suami adalah
kepala rumah tangga serta memandang istri adalah ibu rumah tangga.
kadang-kadang
masih
memandang
laki-laki
boleh
menceraikan
perempuan, tetapi perempuan tidak boleh menceraikan laki-laki.
•
Sebagian
besar
contoh
perempuan
mempunyai
sikap,
seperti
menginginkan suami yang mendukung karir saya dan menginginkan
suami yang mau membantu pekerjaan domestik.
•
Sebagian besar contoh laki-laki kadang-kadang masih mempunyai sikap,
seperti mengiginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya
mengatur
kegiatan
rumah
tangga
dan
ada
juga
contoh
yang
menginginkan istri dapat bekerja sehingga dapat membantu memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.
Sikap contoh terhadap peran gender dikategorikan menjadi sikap yang
kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Sikap yang kurang
berperspektif gender adalah sikap yang cenderung masih bias gender, tetapi
masih terdapat sisi perspektif gendernya (misalnya perempuan mengerjakan
pekerjaan ringan dan laki-laki mengerjakan pekerjaan berat). Sikap yang sudah
berperspektif gender adalah sikap yang tidak membedakan laki-laki dan
perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya
sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan).
Hasil pada Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki
dan perempuan mempunyai sikap yang berada pada kategori berperspektif
gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan hasil yang
signifikan antara sikap contoh laki-laki dengan sikap contoh perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap contoh perempuan terhadap peran gender lebih
berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Sikap dipengaruhi oleh persepsi
manusia itu sendiri (Anonymous 2008). Jika persepsi contoh perempuan lebih
berperspektif gender dibandingkan persepsi contoh laki-laki maka sikap contoh
perempuan juga cenderung lebih berperspektif gender dibandingkan contoh lakilaki.
Tabel 17. Sikap Contoh Terhadap Peran Gender
Sikap Contoh Terhadap Peran Gender
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Kurang berperspektif gender (14-27)
17
39.5
7
6.8
Berperspektif gender (28-42)
26
60.5
96
93.2
Total
43
100
103
100
Skor min
14
14
Skor maks
42
42
Rata-rata±SD
28.74.±2.67
31.07±2.98
Uji beda
0.000*
Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian dalam hal ini karakteristik
contoh, yaitu jenis kelamin dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi
terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran
gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender.
Karakteristik keluarga yang terdiri dari pendidikan ayah dan ibu serta pendapatan
keluarga dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran
gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor
publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender. Persepsi terhadap
sifat kepribadian dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik dan sektor publik serta sikap terhadap peran gender. Hubungan antar
variabel tersebut disajikan pada tabel 18.
Tabel 18. Matriks Hubungan Antar Variabel Penelitian
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X1
1.000
-.059
.042
.040
.177*
.289**
.244**
.379**
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
1.000
.508**
.477**
-.093
-.168*
-.044
-.087
1.000
.357**
.072
.063
.048
-.087
1.000
.083
-.065
-.013
.043
1.000
.606**
.050
.173*
1.000
.124
.140
1.000
.045
1.000
Keterangan :
* signifikan pada taraf p<0.05
** signifikan pada taraf p<0.01
X1 : Jenis kelamin
X2 : Pendidikan ayah
X3 : Pendidikan ibu
X4: Pendapatan keluarga
X5 : Persepsi terhadap sifat kepribadian
X6 : Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik
X7 : Lingkungan sosial
X8 : Sikap terhadap peran gender
Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin
mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap sifat
kepribadian (p<0.05), persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik
dan sektor publik (p<0.01), lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender
(p<0.01). Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap sifat
kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan
sektor publik serta sikap yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh
laki-laki. Perempuan semakin menyadari ketertinggalannya dengan kaum lakilaki sehingga mendorong kaum perempuan untuk memperjuangkan haknya
dalam
mengaktualisasikan
diri. Hal
ini
menyebabkan
perempuan
lebih
berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN &
UNFPA 2005). Contoh perempuan juga mempunyai lingkungan sosial yang lebih
berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Gap yang besar dari peran
gender dalam keluarga antara ayah dan ibu berdampak pada perilaku orangtua
dalam melakukan pengasuhan pada anaknya sehingga pengasuhannya menjadi
bias gender (Day et al 1995 diacu dalam Puspitawati 2006).
Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan
ibu mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan pendapatan keluarga
(p<0.01). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu maka
pendapatan keluarga juga tinggi. Ibu yang berpendidikan cenderung sibuk
bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Astawan, Santoso, dan Karyadi
1986 diacu dalam Widianti 2004). Pendidikan ayah mempunyai hubungan yang
negatif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik dan sektor publik (p<0.05). Hal ini berarti semakin rendah pendidikan
ayah maka persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik
dan sektor publik semakin tinggi. Pendidikan juga merupakan indikator sosial
ekonomi yang dapat mempengaruhi cara pengasuhan (Berns 1997 diacu dalam
Wahini 2001). Pengasuhan dalam keluarga misalnya sosialisasi nilai-nilai yang
dianut di keluarga, tetapi nilai-nilai tersebut dapat berubah dengan adanya
perubahan lingkungan (Guhardja dkk, 1992) dan menurut Baltus (1983) diacu
dalam Ginting (2003) nilai tersebut akan mempengaruhi persepsi seseorang. Hal
ini berarti jika pendidikan ayah rendah dan pengasuhan yang dilakukan bias
gender maka belum tentu akan menyebabkan persepsi anak menjadi bias
gender juga karena nilai-nilai yang diperoleh melalui pengasuhan akan berubah
seiring dengan perubahan lingkungan dan akan mempengaruhi persepsi
seseorang.
Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat
kepribadian berhubungan positif dan nyata dengan persepsi terhadap peran
gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik (p<0.01). Hal ini berarti
semakin baik (berperspektif gender) persepsi terhadap sifat kepribadian individu
maka semakin baik (berperspektif gender) juga persepsi terhadap peran gender
dalam pekerjaan domestik dan sektor publik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pustaka dari Rahasthera & Prasodjo (2007), persepsi mahasiswa/mahasiswi
mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya
mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat
maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat
feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin.
Hasil Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap
sifat kepribadian juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap
peran gender (p<0.05). Hal ini berarti, jika persepsi terhadap sifat kepribadian
berperspektif gender maka sikap terhadap peran gender juga berperspektif
gender. Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan
atas dasar realita itu sendiri Anonymous (2008). Sikap perempuan yang
berperspektif gender dipengaruhi oleh persepsinya yang berperspektif gender.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap
Terhadap Peran Gender
Hasil Uji Regresi Linier pada Model 1 menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik dan sektor publik adalah jenis kelamin (β = 0.573 dan p = 0.003) pada
taraf 5 persen dan persepsi terhadap sifat kepribadian (β = 0.573 dan p = 0.000)
pada taraf 1 persen. Model 2 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh
positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin (β = 0.342 dan
p = 0.000) pada taraf 1 persen (Tabel 19).
Berdasarkan hasil Uji Regresi Linier pada Model 1 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap
peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik adalah jenis kelamin
dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Hal ini berarti contoh perempuan
mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan
sektor publik yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki.
Perkembangan
zaman
menyebabkan
perempuan
semakin
menyadari
ketertinggalannya dalam kehidupan publik dan mendorong perempuan untuk
memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat
persepsi perempuan lebih berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Faktor lain yang berpengaruh adalah persepsi terhadap sifat kepribadian.
Jika persepsi terhadap sifat kepribadian berperspektif gender maka persepsi
terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik juga
cenderung berperspektif gender. Hasil penelitian ini sesuai dengan pustaka dari
Rahasthera & Prasodjo (2007), persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran
gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender.
Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan
dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin
dalam peran-peran yang feminin.
Hasil Uji Regresi Linier pada Model 2 menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin.
Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai sikap yang lebih berperspektif
gender dibandingkan contoh laki-laki. Sesuai pustaka dari Anonymous (2008),
Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan atas dasar
realita itu sendiri. Persepsi perempuan yang berperspektif gender akan
ditunjukkan melalui sikapnya, yaitu berperan dalam pembangunan dan berusaha
mendapat akses yang sama dalam pembangunan (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Tabel 19. Hasil Uji Regresi Linier Variabel-variabel yang Mempengaruhi
Persepsi dan Sikap Terhadap Peran Gender
No
Variabel Independent
1
2
3
4
5
6
Jenis kelamin (1=L; 2=P)
Pendidikan ayah
Pendidikan ibu
Pendapatan keluarga
Lingkungan sosial
Persepsi terhadap sifat
kepribadian
Persepsi terhadap peran
gender dalam pekerjaan
domestik dan sektor
publik
7
N
df
F
R2
Variabel Dependent
Model 1
Model 2
Y1
Y2
β
P
β
P
0.573*
0.003
0.342**
0.000
-0.128
0.113
-0.062
0.551
0.101
0.181
0.125
0.200
0.059
0.417
-0.023
0.807
0.076
0.243
-0.055
0.510
0.573**
0.000
0.103
0.322
-
-
146
144
20.416(0.000)
0.447
-0.057
0.601
146
144
2.981(0.006)
0.088
Keterangan :
Y1 = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor
publik
Y2 = Sikap terhadap peran gender
β = Standardized Beta,
R2 = Adjusted R-square,
* = Berpengaruh nyata pada α = 5%,
** = Berpengaruh nyata pada α = 1%
Pembahasan Umum
Terdapat dua konsep teori gender, yaitu teori nature dan nurture. Menurut
teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus
diterima sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki
pada
hakekatnya
adalah
hasil
konstruksi
sosial
budaya
(Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Peran gender adalah
peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki
diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental atau berorientasi pada
pekerjaan untuk memperoleh nafkah, sedangkan perempuan melakukan peran
yang bersifat ekspresif yang berorientasi pada emosi manusia (Megawangi
1999). Peran gender terbentuk melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai
adaptasi, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil
bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan
tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat
dipertukarkan (Vries 2006).
Keluarga merupakan institusi utama dalam mempengaruhi nilai-nilai dan
proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Nilai adalah
kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung
tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi sub sistem
personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan tujuan yang hendak
dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan (Guhardja dkk, 1992).
Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik
dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang
dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah
dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada
tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari
dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor
kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi
contoh laki-laki dan perempuan terhadap sifat kepribadian. Hal ini berarti
perempuan dan laki-laki sama-sama berperspektif gender. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara contoh laki-laki dan
perempuan dalam hal persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan
domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan
sosial, dan sikap terhadap peran gender. Hal ini berarti perempuan lebih
berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Hasil Uji Korelasi Spearman juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender
dalam pekerjaan domestik dan sektor publik, lingkungan sosial serta sikap
terhadap peran gender. Pendidikan ayah berhubungan nyata negatif dengan
persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik.
Selain itu, persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan signifikan dengan
persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik.
Hubungan yang nyata positif juga terlihat pada variabel persepsi terhadap sifat
kepribadian dengan sikap terhadap peran gender. Hasil Uji Regresi menunjukkan
bahwa persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor
publik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian.
Sikap terhadap peran gender dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan
kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses dimulai dengan perhatian
yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Di dalammya mencakup
pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadiankejadian (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi
persepsi
adalah
kondisi
lingkungan,
kemampuan
dan
keterbatasan alat indera, pengalaman masa lalu, kebutuhan dan keinginan serta
nilai-nilai yang dianut (Baltus 1983 diacu dalam Ginting 2003).
Persepsi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan
persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan
sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya,
sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera &
Prasodjo 2007). Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA
(2005) mengakui bahwa perkembangan zaman sekarang menyebabkan
perempuan semakin menyadari ketertinggalannya dalam kehidupan publik dan
mendorong
perempuan
untuk
memperjuangkan
haknya
dalam
mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat persepsi perempuan lebih
berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN &
UNFPA 2005).
Menurut W. A. Gerungan, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap terhadap objek. Menurut S. S. Sargent, sikap adalah
kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek,
dan situasi (Santosa 2004). Sikap manusia dipengaruhi oleh persepsi manusia
itu sendiri (Anonymous 2008).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner sehingga ada
keterbatasan dalam studi. Pengisian yang dilakukan oleh responden sendiri
tanpa wawancara dan waktu pengisian kuisioner yang terbatas dapat
mempengaruhi pencarian informasi. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir
secara luas untuk semua populasi mahasiswa karena kerangka sampling yang
dilakukan adalah secara purposive. Disain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional study sehingga tidak dapat melihat urutan proses sampai
munculnya output.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Contoh penelitian ini berjumlah 146 orang, yang terdiri dari 43 mahasiswa
laki-laki dan 103 mahasiswa perempuan. Sebagian besar berumur antara 18-20
tahun. Lebih dari separuh contoh perempuan berasal dari IKK (Program Studi
Ilmu Keluarga dan Konsumen) sedangkan contoh laki-laki berasal dari KPM
(Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat). Sebagian besar contoh (63.0%)
berasal dari keluarga berukuran sedang. Umur ayah berkisar antara 51-60 tahun
dan umur ibu berkisar antara 41-50 tahun. Persentase terbesar (39.0%)
pendidikan orangtua adalah tamat SLTA. Persentase terbesar pekerjaan ayah
adalah PNS/ABRI dan pekerjaan ibu adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga).
Persentase terbesar pendapatan keluarga contoh adalah lebih dari Rp
2.500.000, 00 (rata-rata/bulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara
persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat extrovert dan tidak
terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan
tentang sifat introvert. Secara umum tidak terdapat hasil yang signifikan antara
persepsi contoh laki-laki dan contoh perempuan terhadap sifat kepribadian.
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran gender dalam
pekerjaan domestik sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki maupun
perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki. Proporsi terbesar persepsi
contoh laki-laki terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada
kategori kurang berperspektif gender sedangkan proporsi terbesar persepsi
contoh perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada
pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan
terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik.
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran dalam sektor
publik lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral) dibandingkan contoh
laki-laki. Proporsi terbesar persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap
peran gender dalam sektor publik berada pada kategori sudah berperspektif
gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan
antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam
sektor publik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh perempuan mempunyai
lingkungan yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Contoh
laki-laki kurang berperspektif gender dalam hal kesempatan mendapat
pendidikan.
Selain itu, contoh laki-laki dan perempuan juga mempunyai sikap yang
berada pada kategori berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan hasil
yang signifikan antara sikap contoh laki-laki dengan sikap contoh perempuan.
Artinya contoh perempuan mempunyai sikap yang lebih berperspektif gender
dibandingkan contoh laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan nyata positif antara : (1)
jenis kelamin dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap
peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik, lingkungan sosial serta
sikap terhadap peran gender; (2) Pendidikan ayah dan ibu dengan pendapatan
keluarga; (3) Persepsi terhadap sifat kepribadian dengan persepsi terhadap
peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik; (4) Persepsi terhadap sifat
kepribadian dengan sikap terhadap peran gender.
Hasil penelitian juga
menunjukkan hubungan nyata negatif antara pendidikan ayah dengan persepsi
terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik.
Hasil menunjukkan bahwa persepsi terhadap peran gender dalam
pekerjaan domestik dan publik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan persepsi
terhadap sifat kepribadian. Jika persepsi terhadap sifat kepribadian cenderung
berperspektif gender maka persepsi terhadap peran gender juga cenderung
berperspektif gender. Persepsi dan sikap terhadap peran gender dipengaruhi
oleh jenis kelamin. Contoh perempuan mempunyai persepsi dan sikap terhadap
peran gender yang lebih berperspektif gender.
Saran
Penelitian mengenai persepsi terhadap peran gender perlu dilakukan
secara bekelanjutan dan lebih mendalam karena masih banyak faktor-faktor
yang belum diteliti, misalnya faktor budaya dapat diteliti lebih mendalam.
Penelitian mengenai sikap terhadap peran gender juga perlu dilakukan secara
berkelanjutan dan mendalam, misalnya dengan studi kasus. Perlu adanya
intervensi untuk memperbaiki persepsi mahasiswa terhadap peran gender
terutama yang masih bias gender, misalnya dengan mengembangkan mata
kuliah gender dan mengadakan seminar atau pelatihan gender.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2005. Pemberdayaan Perempuan. www.jipsnet.or.id.
__________b. 2007a. Analitis Kepribadian Kenji Goh dengan Teori Jung.
www.aryaverdiramadhani.blogspot.com. (21 Juli 2008).
__________c. 2007b. Pidato Rektor IPB. www.ipb.ac.id.
__________d.
2008a.
Persepsi
dan
Perilaku
Manusia.
http://haryantoruz.wordpress.com. (23 Maret 2008).
__________ e. 2008b. Visi dan Misi IPB. www.ipb.ac.id.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
2007.
Laporan Perkembangan Pencapaian Millenium Development Goals
Indonesia 2007. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Tahun 2005-2006 No. 47/IX/1. www.bps.go.id. (2 Maret 2008).
Desiyani, F. 2003. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap
Mahasiswa IPB Tentang Kepemimpinan Laki-laki dan Perempuan :
Suatu Pendekatan Analisis Gender. Skripsi Sarjana Departemen
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Fausia, L & Nasyiah. 2005. Gender Dalam Kawasan DAS Citanduy :
Kajian Aktivitas Reproduktif Dan Produktif Perempuan Dalam
Sumberdaya Alam. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian
Bogor & Partnership for Governance Reform in Indonesia UNDP.
Ginting, E D.
2003.
Hubungan Persepsi Terhadap Program
Pengembangan
Karir
dengan
Kompetisi
Kerja.
www.library.usu.ac.id.
Guhardja, S ; Herien, P ; Hartoyo ; Hastuti, D M. 1992. Manajemen
Sumberdaya Keluarga (diktat). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Gunarsa, S D & Y S D Gunarsa. 1995. Psikologis Praktis : Anak,
Remaja, Keluarga. Gunung Mulia, Yakarta.
.
2000.
Psikologis Praktis : Anak,
Remaja, dan Keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Handayani, T & Sugiarti. 2001. Konsep dan Teknik Penelitian Gender.
Pusat
Studi
Wanita
dan
Kemasyarakatan,
Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hawadi, R A.
2001.
Psikologi Perkembangan Anak.
Gramedia
Widiasarana, Jakarta.
Hayslip, B & Panek, P. 1989. Adult Development and Aging. Harper &
Row Publisher, New York.
Kodiran, dkk. 2001. Peningkatan Partisipasi Wanita Dan pengembangan
Hubungan Industrial Yang Berwawasan Gender Di Kawasan Timur
Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII/3 Perguruan
Tinggi Tahun Anggaran 2001.
Martin, C a & K K Colbert. 1997. Parenting : A Life Span Perspective.
The Mc Graw-Hill, New York.
Mastri, N I. 2005. Meneguhkan Pendidikan Berperspektif Gender.
www.groups.yahoo.com.
Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Relasi
Gender. Mizan Pustaka, Bandung.
Mugniesyah, S S M, Winarti, W, Endang, H. 2002. Jender Dan Perilaku
Masyarakat Petani Lahan Kering Dalam Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Pusat Studi Wanita Lembaga Penelitian Institut
Pertanian Bogor.
Nauly, M. 2002. Konflik Peran Gender Pada Pria : Teori dan Pendekatan
Empirik. JUrnal Psikologi, 1-14.
Pundi. 2007. Ideologi Gender dan Subjektivitas Perempuan.
www.cangkeman.wordpress.com.
Puspitawati, H. 2008. Draft Diktat Gender dan Keluarga. Departemen
Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.
Puspitawati, H. 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan, Teman,
dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor. Disertasi Institut Pertanian
Bogor.
Puspitawati, H.
2007.
Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang
Pendidikan Dalam Menyongsong Era Globalisasi.
Prosiding :
Pengarusutamaan Gender Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan ISBN
978-979-15786-1-5. Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor dengan Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan Republik Indonesia.
Rahasthera, W A & Nuraini W Prasodjo. 2007. Hubungan Persepsi
Gender Mahasiswa Dengan Pilihan Program Studi (Studi Kasus
Pada Mahasiswa Dan Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran
2002/2003).
Prosiding : Pengarusutamaan Gender Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Menuju Kualitas
Kehidupan Berkelanjutan ISBN 978-979-15786-1-5.
Kerjasama
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor dengan
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik
Indonesia.
Rezeki, A S. 2006. Peran Gender dalam Kehidupan Keluarga Miskin
Penerima Subsidi Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak di Kota dan
Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sadli, S. 1993. Peranan Keluarga dalam Proses Modernisasi dan
Pelestarian Nilai-nilai Budaya, dalam Seminar Mengisi Hari Keluarga
Nasional 1993 dan Menyongsong Tahun keluarga Internasional
1994. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Kantor Menteri Negara
Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Saleha,Q. 2003. Manajemen Sumberdaya Keluarga : Suatu Analisis
Gender dalam kehidupan keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala,
Kalimantan Timur. Tesis Institut Pertanian Bogor.
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. PT. Bumi Akasara, Jakarta.
Supriyantini, S. 2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender
dengan Keterlibatan Suami dalam Kegiatan Rumah Tangga. Jurnal
Psikologi, 1-21.
Tejo, P A. 2002. Pola Asuh, Status Gizi, dan Perkembangan Sosial Anak
Balita Pada keluarga Korban Kerusuhan Sambas di Provinsi
Kalimantan Barat. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005.
Bunga Rampai : Panduan dan Bahan Pembelajaran Pelatihan
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta.
Vries, D W. 2006. Gender Bukan Tabu Catatan Perjalanan Fasilitasi
Kelompok Perempuan di jambi. CIFOR, Bogor.
Wahini, M. 2001. Hubungan Pola Asuh Penerimaan-Penolakan dengan
Kepribadian Anak Pada Keluarga Perkotaan dan Pedesaan (Studi
Kasus di Kelurahan Bantarjati dan Desa Leuwiliang-Bogor). Tesis,
Institut Pertanian Bogor.
Widianti, S. 2004. Analisis Gender Tentang Karakteristik Individu dan
Perilaku Kenakalan Pelajar Putra dan Pelajar Putri Sekolah
Menengah Kejuruan Tehnik Industri dan Sekolah Menengah Umum
di Kota Bogor. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Widyatama, R. 2006. Bias gender Dalam Iklan Televisi. Media
Pressindo, Yogyakarta.
Wiludjeng, H, Attashendartini, H , Dhevy, SW.
2005.
Dampak
Pembakuan Peran Gender Terhadap Perempuan Kelas Bawah di
Jakarta. Jakarta : LBH-APIK.
Lampiran 1. Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel
Skala
Skor
Jumlah
Item
α Cronbach
Rasio
Nominal
Nominal
-
1
1
1
-
Rasio
Rasio
Nominal
Rasio
-
1
1
1
1
-
Ordinal
66-198
66
0.926
Ordinal
44-132
44
0.901
Ordinal
68-204
68
0.943
Lingkungan sosial
Ordinal
15-45
15
0.549
Sikap terhadap peran gender
Ordinal
14-42
14
0.584
Karakteristik Contoh
Umur contoh
Jenis kelamin
Program studi
Karakteristik Keluarga
Umur orangtua
Pendidikan orangtua
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Besar keluarga
Persepsi Tehadap Peran Gender
Persepsi terhadap sifat kepribadian
Persepsi terhadap peran gender
dalam pekerjaan domestik
Persepsi terhadap peran gender
dalam sektor publik
Lampiran 2.Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Sifat Kepribadian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Stereotype
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Pertanyaan
Penolong
Mandiri
Tegas
Kuat Pribadinya
Kuat fisiknya/ atletis
Pemimpin berkualitas
Sensitif pada kebutuhan
org lain
Pengertian
Cepat terharu/ iba
Tulus hati
Senang menghibur hati
org lain
Dominan
Hangat
Suka berkuasa
Mesra
Bersahabat
Agresif
Pemimpin yang baik
Berjiwa kompetitif
Lemah lembut/ halus
Tidak suka belajar sendiri
Lebih baik dimiliki laki-laki
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Lebih baik dimiliki perempuan
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
1
2,3
3
2,9
3
7,0
1
1,0
8
18,6
4
3,9
2
4,7
1
1,0
23
53,5
22
1,4
2
4,7
1
1,0
13
30,2
8
7,8
1
2,3
3
2,9
39
90,7
62
60,2
0
0,0
0
0,0
27
62,8
48
46,6
0
0,0
2
1,9
0
0,0
1
1,0
13
30,2
33
32,0
1
2,3
3
2,9
9
20,9
17
16,5
0
0,0
1
1,0
30
69,8
78
75,7
0
0,0
0
0,0
8
18,6
19
18,4
1
2,3
1
1,0
10
23,3
15
14,6
28
65,1
46
44,7
2
4,7
0
0,0
4
9,3
4
3,9
8
18,6
26
25,2
35
81,4
79
76,7
1
2,3
2
1,9
2
4,7
9
8,7
14
32,6
4
3,9
2
4,7
0
0,0
3
7,0
6
5,8
24
55,8
69
67,0
3
7,0
7
6,8
26
60,5
49
47,6
0
0,0
1
1,0
14
32,6
9
8,7
1
2,3
2
1,9
0
0,0
0
0,0
33
76,7
77
74,8
8
14,0
6
5,8
15
34,9
27
26,2
Bertindak
mendadak
tanpa dipikirkan dahulu
Rasa humor tinggi
23
53,5
32
31,1
7
16,3
32
31,1
18
41,9
16
15,5
1
2,3
6
5,8
Tidak suka repot-repot
(cuek)
Mobilitas tinggi
26
60,5
69
67,0
3
7,0
2
1,9
22
51,2
48
46,6
2
4,7
2
1,9
23
53,5
43
41,7
1
2,3
3
2,9
15
34,9
19
18,4
3
7,0
5
4,9
11
25,6
6
5,8
3
7,0
10
9,7
38
68,4
87
84,5
3
7,0
2
1,9
Ambisius
Analitis/kritis
Cepat
menyesuaikan/
adaptasi
Individualistik Maskulin
30
31
32
33
34
35
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Berani
berdebat
Simpatik
beragumen/
Bersaing
Boros
Pendiam
Pemalu
16
37,2
15
14,6
2
4,7
4
3,9
5
11,6
4
3,9
4
9,3
18
17,5
16
37,2
25
24,3
1
2,3
2
1,9
10
23,3
22
21,4
15
34,9
36
35,0
1
2,3
11
10,7
27
62,8
57
55,3
0
0,0
2
1,9
30
69,8
73
70,9
Lampiran 2. (Lanjutan)
No
Stereotype
Lebih baik dimiliki laki-laki
Pertanyaan
Laki-laki
n
%
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Extrovert
maskulin
Introvert feminim
Introvert feminim
Introvert feminim
Introvert feminim
Extrovert
maskulin
Introvert feminim
Introvert feminim
Introvert feminim
Introvert feminim
Introvert feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Extrovert
Mawas diri
Kutu buku
Tipe serius
Banyak
pertimbangan
diputuskan
Tidak suka hura-hura
Suka disiplin
Punya banyak teman
5
4
13
11,6
9,3
30,2
3
5
29
2,9
4,9
28,2
7
14
9
16,3
32,6
20,9
18
10
3
17,5
9,7
2,9
7
6
16,3
14,0
19
9
18,4
8,7
13
10
30,2
23,3
33
17
32,0
16,5
7
6
5
16,3
14,0
11,6
7
16
24
6,8
15,5
23,3
3
10
22
7,0
23,3
51,2
2
15
30
1,9
14,6
29,1
7
7
7
16,3
16,3
16,3
23
17
23
22,3
16,5
22,3
21
14
20
48,8
32,6
46,5
38
22
26
36,9
21,4
25,2
9
20,9
7
6,8
2
4,7
5
4,9
10
23,3
14
13,6
13
30,2
34
33,0
5
11,6
4
3,9
2
4,7
6
5,8
2
4,7
0
0,0
19
44,2
50
48,5
27
62,8
73
70,9
2
4,7
1
1,0
13
30,2
33
32,0
16
37,2
36
35,0
24
55,8
37
35,9
2
4,7
1
1,0
25
58,1
30
29,1
0
0,0
2
1,9
7
16,3
2
1,9
16
37,2
54
52,4
12
27,9
12
11,7
2
4,7
3
2,9
20
46,5
55
53,4
12
27,9
7
6,8
21
3
48,8
7,0
36
0
35,0
0,0
10
7
23,3
16,3
31
24
30,1
23,3
sbl
Kontrol emosi
Tetutup
Pandai menyembunyikan
perasaan
Teguh menjaga rahasia pribadi
Tidak dapat berterus terang
Mudah bergaul
Suka pesta
Perempuan
n
Lebih baik dimiliki perempuan
Lakilaki
Perempuan
%
n
%
n
%
Butuh teman untuk ‘curhat’
Tidak suka ‘curhat’
Meredam perasaan sendiri
Suka tantangan
Berani mengambil resiko
Menuruti kata hati
Dinamis
Pintar berkelit
Mudah emosi
Ramah
60
61
62
63
64
65
66
maskulin
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Introvert
feminim
Extrovert
maskulin
Introvert
feminim
Sabar
5
11,6
0
0,0
8
18,6
28
27,2
11
25,6
3
2,9
1
2,3
5
4,9
28
65,1
56
54,4
1
2,3
3
2,9
2
4,7
0
0,0
19
44,2
45
43,7
3
7,0
2
1,9
4
9,3
13
12,6
16
37,2
24
23,3
9
20,9
34
33,0
7
16,3
6
5,8
8
18,6
34
33,0
Percaya diri
Pengambil resiko tinggi
Pecinta anak-anak/ kasih sayang
Loyal/ setia/ dapat dipercaya
Tidak efisien
Mampu membujuk orang lain
Lampiran 3. Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian Seseorang
Stereotype
ert feminim
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
ert feminim
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
vert maskulin
Pertanyaan
Penolong
Mandiri
Tegas
Kuat Pribadinya
Kuat fisiknya/ atletis
Pemimpin berkualitas
Sensitif pada kebutuhan org
lain
Pengertian
Cepat terharu/ iba
Tulus hati
Senang menghibur hati org lain
Dominan
Hangat
Suka berkuasa
Mesra
Bersahabat
Agresif
Pemimpin yang baik
Berjiwa kompetitif
Lemah lembut/ halus
Tidak suka belajar sendiri
Bertindak mendadak tanpa
dipikirkan dahulu
Rasa humor tinggi
Tidak suka repot-repot (cuek)
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
4
12
45
21
101
75
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
4
2.7
4
2.7
3
2.1
4
2.7
0
0.0
2
1.4
S
%
2.7
8.2
30.8
14.4
69.2
51.4
1
4
1
27
2
74
8
114
11
2
93
75
23
0
12
0.7
2.7
0.7
18.5
1.4
50.7
5.5
78.1
7.5
1.4
63.7
51.4
15.8
0.0
8.2
46
26
108
0
25
2
34
3
18
9
10
1
3
110
42
31.5
17.8
74
0.0
17.1
1.4
23.3
2.1
12.3
6.2
6.8
0.7
2.1
75.3
28.8
99
116
37
119
119
70
104
29
117
135
43
70
120
36
92
55
34
95
37.7
23.3
65.1
39
7
5
26.7
4.8
3.4
52
105
46
n
138
130
98
121
45
69
Lampiran 3. (Lanjutan)
Stereotype
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
ert feminim
vert maskulin
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
ert feminim
ert feminim
ert feminim
ert feminim
ert feminim
vert maskulin
vert maskulin
vert maskulin
Pertanyaan
Mobilitas tinggi
Ambisius
Analitis/kritis
Cepat menyesuaikan/ adaptasi
Individualistik Maskulin
Berani beragumen/ berdebat
Simpatik
Bersaing
Boros
Pendiam
Pemalu
Mawas diri
Kutu buku
Tipe serius
Banyak pertimbangan sbl diputuskan
Tidak suka hura-hura
Suka disiplin
Kontrol emosi
Tetutup
Pandai menyembunyikan perasaan
Teguh menjaga rahasia pribadi
Tidak dapat berterus terang
Mudah bergaul
Suka pesta
Punya banyak teman
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
70
47.9
66
45.2
34
23.3
17
11.6
125
85.6
31
21.2
9
6.2
41
28.1
32
21.9
12
8.2
2
1.4
8
5.5
9
6.2
42
28.8
26
17.8
15
10.3
14
9.6
22
15.1
29
19.9
30
20.5
24
16.4
30
20.5
16
11.0
24
16.4
9
6.2
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
4
2.7
4
2.7
8
5.5
13
8.9
5
3.4
6
4.1
22
15.1
3
2.1
51
34.9
84
57.5
103
70.5
25
17.1
24
16.4
12
8.2
46
31.5
27
18.5
5
3.4
25
17.1
52
35.6
59
40.4
36
24.7
46
31.5
7
4.8
47
32.2
8
5.5
S
n
72
76
104
116
16
109
115
102
63
50
41
113
113
92
74
104
127
99
65
57
86
70
123
75
129
Lampiran 3. (Lanjutan)
Stereotype
overt maskulin
vert feminim
vert feminim
overt maskulin
overt maskulin
vert feminim
overt maskulin
overt maskulin
overt maskulin
overt maskulin
vert feminim
overt maskulin
overt maskulin
vert feminim
vert feminim
overt maskulin
vert feminim
Pertanyaan
Butuh teman untuk ‘curhat’
Tidak suka ‘curhat’
Meredam perasaan sendiri
Suka tantangan
Berani mengambil resiko
Menuruti kata hati
Dinamis
Pintar berkelit
Mudah emosi
Ramah
Sabar
Percaya diri
Pengambil resiko tinggi
Pecinta anak-anak/ kasih sayang
Loyal/ setia/ dapat dipercaya
Tidak efisien
Mampu membujuk orang lain
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
2
1.4
68.5
100
46
31.5
61
41.8
55
37.7
9
6.2
24
16.4
51.4
75
39.0
57
3
2.1
5
3.4
14
9.6
57.5
84
2
1.4
5
3.4
40
27.4
13
8.9
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
69
47.3
3
2.1
35.6
52
3
2.1
2
1.4
47.9
70
5
3.4
19
13.0
41
28.1
31
21.2
36
24.7
6
4.1
4
2.7
64
43.8
17
11.6
43
29.5
42
28.8
Sif
n
75
43
48
82
89
67
117
52
48
112
105
126
58
80
124
63
91
Lampiran 4. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian
Pertanyaan
Penolong
Mandiri
Tegas
Kuat Pribadinya
Kuat fisiknya/ atletis
Pemimpin berkualitas
Sensitif pada kebutuhan orang lain
Pengertian
Cepat terharu/ iba
Tulus hati
Senang menghibur hati orang lain
Dominan
Hangat
Suka berkuasa
Mesra
Bersahabat
Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
N
43
Mean
2.88
103
2.93
43
2.58
103
2.90
43
1.88
103
2.56
43
2.37
103
2.82
43
1.19
103
1.80
43
1.74
103
2.05
43
2.70
103
2.66
43
2.74
103
2.78
43
2.30
103
2.22
43
2.81
103
2.82
43
2.72
103
2.83
43
1.65
103
2.11
43
2.63
103
2.67
43
1.35
103
1.45
43
2.58
103
2.79
43
2.84
103
2.94
Uji beda
0.464
0.002
0.000
0.000
0.000
0.092
0.672
0.713
0.333
0.982
0.148
0.011
0.692
0.504
0.057
0.081
Lampiran 4. (Lanjutan)
Pertanyaan
Agresif
Pemimpin yang baik
Berjiwa kompetitif
Lemah lembut/ halus
Tidak suka belajar sendiri
Bertindak mendadak tanpa dipikirkan dahulu
Rasa humor tinggi
Tidak suka repot-repot (cuek)
Mobilitas tinggi
Ambisius
Analitis/kritis
Cepat menyesuaikan/ adaptasi
Individualistik Maskulin
Berani beragumen/ berdebat
Simpatik
Bersaing
Jenis kelamin
N
Mean
Uji beda
Laki-laki
perempuan
43
103
1.81
1.59
0.178
Laki-laki
perempuan
43
1.79
0.172
103
2.04
43
2.33
103
2.81
43
2.23
103
2.25
43
2.37
103
2.62
43
1.77
103
2.07
43
2.14
103
2.63
43
1.72
103
1.64
43
1.93
103
2.05
43
1.91
103
2.14
43
2.23
103
2.58
43
2.42
103
2.79
43
1.16
103
1.29
43
2.21
103
2.67
43
2.67
103
2.75
43
2.23
103
2.50
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
0.000
0.801
0.033
0.054
0.001
0.635
0.512
0.203
0.023
0.002
0.271
0.002
0.481
0.108
Lampiran 4. (Lanjutan)
Pertanyaan
Jenis kelamin
Boros
Laki-laki
perempuan
Pendiam
laki-laki
perempuan
Pemalu
Mawas diri
Kutu buku
Tipe serius
Banyak pertimbangan sebelum diputuskan
Tidak suka hura-hura
Suka disiplin
Kontrol emosi
Tetutup
Pandai menyembunyikan perasaan
Teguh menjaga rahasia pribadi
Tidak dapat berterus terang
Mudah bergaul
Suka pesta
Punya banyak teman
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
N
Mean
43
103
43
2.19
2.22
2.33
103
2.23
43
2.30
103
2.25
43
2.60
103
2.77
43
2.49
103
2.81
43
2.19
103
2.41
43
2.37
103
2.31
43
2.49
103
2.66
43
2.60
103
2.84
43
2.49
103
2.54
43
2.26
103
2.24
43
2.19
103
2.18
43
2.35
103
2.46
43
2.21
103
2.30
43
2.53
103
2.82
43
2.23
103
2.40
43
2.72
103
2.86
Uji beda
0.794
0.397
0.564
0.111
0.002
0.175
0.659
0.157
0.029
0.684
0.925
0.991
0.438
0.521
0.016
0.224
0.131
Lampiran 4. (Lanjutan)
Pertanyaan
Butuh teman untuk ‘curhat’
Jenis kelamin
Laki-laki
perempuan
Tidak suka ‘curhat’
laki-laki
perempuan
Meredam perasaan sendiri
Suka tantangan
Berani mengambil resiko
Menuruti kata hati
Dinamis
Pintar berkelit
Mudah emosi
Ramah
Sabar
Percaya diri
Pengambil resiko tinggi
Pecinta anak-anak/ kasih sayang
Loyal/ setia/ dapat dipercaya
Tidak efisien
Mampu membujuk orang lain
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
N
Mean
Uji beda
43
103
43
2.47
2.51
1.70
0.608
0.453
103
1.57
43
2.02
103
2.01
43
1.84
103
2.27
43
1.84
103
2.40
43
2.30
103
2.44
43
2.40
103
2.74
43
1.79
103
1.86
43
1.79
103
2.00
43
2.70
103
2.77
43
2.58
103
2.73
43
2.47
103
2.89
43
1.67
103
1.88
43
2.47
103
2.56
43
2.77
103
2.83
43
2.05
103
2.20
43
2.49
103
2.55
0.927
0.014
0.001
0.221
0.011
0.663
0.175
0.430
0.131
0.000
0.238
0.308
0.431
0.297
0.587
Lampiran 5. Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender
dalam Pekerjaan Domestik
No
1
a
b
2
a
3
a
b
c
4
a
b
5
a
b
c
6
a
b
7
a
b
c
d
8
a
b
c
d
e
f
Pertanyaan
Memperbaiki alat
Memperbaiki elektronik/ listrik
Memperbaiki kendaraan
Membersihkan dan memelihara lingkungan rumah
Memelihara lingkungan rumah
Memelihara peralatan rumah
Mencuci pakaian
Menyeterika pakaian
Mencuci kendaraan
Berbelanja bahan makanan dan memasak
Memasak
Berbelanja bahan makanan
Menyiapkan makanan dan keperluannya
Menyusun menu/ gizi
Menyiapkan makanan
Mencuci peralatan makan dan minum
Pengasuhan anak
Mendidik/ mengasuh anak
Membacakan cerita anak
Perencanaan dan pengaturan keuangan
Mengatur keuangan keluarga
Mengatur keuangan usaha ekonomi keluarga
Merencanakan keuangan keluarga
Hutang/meminjam uang
Pengambilan keputusan dalam keluarga
Membuat peraturan untuk anggota keluarga
Mencari jalan pemecahan masalah keuangan
Membuat prioritas kebutuhan keluarga
Memilih pendidikan untuk anak
Menentukan pengeluaran untuk pangan
Menentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan
keluarga
Lebih baik dilakukan laki-laki
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
L
n
39
40
90,7
93,0
87
89
84,5
86,4
0
0
1
2,3
0
0,0
10
1
1
33
2,3
2,3
76,7
0
0
67
0,0
0,0
65,0
25
23
3
1
0
2,3
0,0
0
0
0,0
0,0
25
28
0
1
1
0,0
2,3
2,3
0
0
1
0,0
0,0
1,0
30
31
25
0
0
0,0
0,0
0
0
0,0
0,0
12
17
3
12
9
12
7,0
27,9
20,9
27,9
1
9
3
16
1,0
8,7
2,9
15,5
20
6
8
4
10
7
11
4
2
23,3
16,3
25,6
9,3
4,7
9
5
3
0
1
8,7
4,9
2,9
0,0
1,0
4
4
9
4
17
2
4,7
3
2,9
7
Lampiran 5. (Lanjutan)
No
9
a
10
a
11
a
12
a
Pertanyaan
Merawat kesehatan
Merawat kesehatan keluarga
Menyediakan air
Menyediakan air untuk mandi
Mencari nafkah
Mencari nafkah untuk keluarga
Mencari tambahan pekerjaan
Mencari tambahan pekerjaan
Lebih baik dilakukan laki-laki
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
L
n
0
0,0
0
0,0
18
1
2,3
8
7,8
20
27
62,8
46
44,7
3
18
41,9
21
20,4
6
13
a
b
c
d
e
14
a
b
c
d
e
15
a
b
Domestik subsisten
Mencangkul
Menanam pohon atau bunga
Menebang pohon
Memupuk tanaman
Memanen tanaman
Menggunakan sarana
Menyetir mobil
Menyetir truk
Menyetir becak
Menyetir traktor
Naik sepeda / sepeda motor
Aktivitas sosial kemasyarakatan
Mengikuti arisan atau pengajian
Mengikuti kerja bakti
40
7
39
9
8
93,0
16,3
90,7
20,9
18,6
86
4
93
5
8
83,5
3,9
90,3
4,9
7,8
0
11
2
11
7
8
41
40
41
5
18,6
95,3
93,0
95,3
11,6
10
93
96
92
0
9,7
90,3
93,2
89,3
0,0
2
0
2
1
3
0
23
0,0
53,5
0
27
0,0
26,2
28
3
Lampiran 6. Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik
Pertanyaan
emperbaiki elektronik/ listrik
emperbaiki kendaraan
encuci pakaian
enyeterika pakaian
encuci kendaraan
emasak
enyusun menu/ gizi
enyiapkan makanan
engatur keuangan keluarga
engatur keuangan usaha ekonomi keluarga
enjadi petugas posyandu
erawat kesehatan keluarga
endidik/ mengasuh anak
embacakan cerita anak
emelihara lingkungan rumah
rbelanja bahan makanan
encari nafkah untuk keluarga
encuci peralatan makan dan minum
enyediakan air untuk mandi
erencanakan keuangan keluarga
embuat peraturan untuk anggota keluarga
encari jalan pemecahan masalah keuangan
engikuti arisan atau pengajian
engikuti kerja bakti
embuat prioritas kebutuhan keluarga
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
86.3
126
88.4
129
1
0.7
1
0.7
68.5
100
1
0.7
0
0.0
1
0.7
4
2.7
21
14.4
4
2.7
0
0.0
0
0.0
0
0.0
1
0.7
0
0.0
50.0
73
2
1.4
9
6.2
12
8.2
19
13.0
12
8.2
0
0.0
50
34.2
14
9.6
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
0
0.0
0
0.0
52.1
76
58.9
86
3
2.1
52.7
77
69.2
101
74.7
109
50.7
74
34
23.3
52.7
77
44
30.1
26
17.8
33
22.6
16
11.0
56.2
82
4
2.7
58
39.7
47
32.2
20
13.7
6
4.1
4
2.7
64.4
94
4
2.7
30
20.5
Sifat
n
20
17
69
59
43
68
45
36
68
91
65
102
120
113
129
64
69
86
90
114
121
130
52
92
102
Lampiran 6. (Lanjutan)
Pertanyaan
emilih pendidikan untuk anak
enentukan pengeluaran untuk pangan
enentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan
luarga
encari tambahan pekerjaan
utang/meminjam uang
emanjat pohon
emanjat atap rumah
engangkat benda berat
enggendong anak yang beratnya sampai 10 kg
encangkul
enanam pohon atau bunga
enebang pohon
emupuk tanaman
emanen tanaman
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
4
2.7
3
2.1
enyetir mobil
enyetir truk
enyetir becak
enyetir traktor
aik sepeda / sepeda motor
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
6
4.1
56
38.4
n
136
87
5
39
28
123
134
136
59
126
11
132
14
16
3.4
26.7
19.2
84.2
91.8
93.2
40.4
86.3
7.5
90.4
9.6
11.0
14
24
11
1
0
0
6
0
27
2
21
12
9.6
16.4
7.5
0.7
0.0
0.0
4.1
0.0
18.5
1.4
14.4
8.2
127
83
107
22
10
10
81
20
108
12
111
118
18
134
136
133
5
12.3
91.8
93.2
91.1
3.4
2
0
2
1
3
1.4
0.0
1.4
0.7
2.1
126
12
8
12
138
Lampiran 7. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan
Domestik
Pertanyaan
Memperbaiki elektronik/ listrik
Memperbaiki kendaraan
Mencuci pakaian
Menyeterika pakaian
Mencuci kendaraan
Memasak
Menyusun menu/ gizi
Menyiapkan makanan
Mengatur keuangan keluarga
Mengatur keuangan usaha ekonomi keluarga
Menjadi petugas posyandu
Sifat
Jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
N
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
Mean
1,19
1,31
1,14
1,27
2,37
2,50
2,42
2,39
1,40
1,70
2,37
2,50
2,30
2,31
2,23
2,24
2,40
2,46
2,30
2,55
2,35
2,45
Uji
beda
0,322
0,259
0,156
0,743
0,067
0,188
0,921
0,900
0,544
0,060
0,327
Merawat kesehatan keluarga
Mendidik/ mengasuh anak
Membacakan cerita anak
Memelihara lingkungan rumah
Berbelanja bahan makanan
Mencari nafkah untuk keluarga
Mencuci peralatan makan dan minum
Menyediakan air untuk mandi
Merencanakan keuangan keluarga
Membuat peraturan untuk anggota keluarga
Mencari jalan pemecahan masalah keuangan
Mengikuti arisan atau pengajian
Mengikuti kerja bakti
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
2,58
2,75
2,72
2,86
2,60
2,84
2,72
2,94
2,35
2,48
1,67
2,10
2,37
2,66
2,49
2,58
2,40
2,83
2,44
2,81
2,58
2,90
2,35
2,36
1,86
2,47
0,046
0,040
0,001
0,000
0,161
0,018
0,002
0,398
0.000
0,003
0,002
0,906
0,000
Lampiran 7. (Lanjutan)
Pertanyaan
Membuat prioritas kebutuhan keluarga
Memilih pendidikan untuk anak
Menentukan pengeluaran untuk pangan
Menentukan pengeluaran untuk pendidikan dan
kesehatan keluarga
Mencari tambahan pekerjaan
Hutang/meminjam uang
Memanjat pohon
Memanjat atap rumah
Mengangkat benda berat
Menggendong anak yang beratnya sampai 10 kg
Mencangkul
Menanam pohon atau bunga
Menebang pohon
Memupuk tanaman
Memanen tanaman
Menyetir mobil
Menyetir truk
Menyetir becak
Menyetir traktor
Naik sepeda / sepeda motor
Jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
N
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
Mean
2,28
2,74
2,72
2,98
2,51
2,60
2,74
2,87
2,02
2,42
2,35
2,62
1,12
1,39
1,05
1,21
1,05
1,17
1,74
2,32
1,14
1,33
2,42
2,77
1,14
1,19
2,33
2,81
2,47
2,80
2,58
2,81
1,09
1,19
1,09
1,14
1,07
1,21
2,70
3,00
Uji
beda
0.000
0,000
0,355
0,117
0,012
0,060
0,037
0,095
0,164
0,001
0,129
0,002
0,592
0.000
0,005
0,063
0,314
0,615
0,154
0.000
Lampiran 8. Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender
dalam Sektor Publik
No
1
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Pertanyaan
Mencari nafkah
Mencari nafkah utama
Mencari nafkah tambahan
Profesi
Pedagang asongan
Warungan di rumah
Pengasuh anak
Pembantu
Pembantu rumah tangga
Tukang Ojeg/ supir
Pedagang jamu/ gendongan
Pedagang (berjualan) di pasar
Satpam perusahaan
Satpam perguruan tinggi
Pesuruh kantor
Penjahit
Nelayan
Pengolahan hasil laut
Tukang pijat
Membuka usaha hiasan/ bunga
Resepsionis
Tenaga Kerja Indonesia
Perawat
Koki
Ulama
Sekretaris
LSM
Bekerja di Industri Besar
Bekerja di Industri Kecil
Bekerja di sektor pertanian
Bekerja di sektor kehutanan
Pelukis
Bintang sinetron/ artis
Desainer interior/ pertamanan
Desainer
Lebih baik dilakukan laki-laki
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Lebih baik di
Laki-laki
n
%
39
6
90,7
14,0
94
6
91,3
5,8
0
19
0,0
44,2
28
0
0
0
0
36
1
0
32
31
12
1
28
16
4
1
1
7
1
4
26
1
6
10
0
8
19
6
2
2
2
65,1
0,0
0,0
0,0
0,0
83,7
2,3
0,0
74,4
72,1
27,9
2,3
65,1
37,2
9,3
2,3
2,3
16,3
2,3
9,3
60,5
2,3
14,0
23,3
0,0
18,6
44,2
14,0
4,7
4,7
4,7
58
1
0
0
0
88
1
4
84
85
30
1
78
19
7
1
1
17
0
9
52
2
0
18
2
10
37
5
2
8
3
56,3
1,0
0,0
0,0
0,0
85,4
1,0
3,9
81,6
82,5
29,1
1,0
75,7
18,4
6,8
1,0
1,0
16,5
0,0
8,7
50,5
1,9
0,0
17,5
1,9
9,7
35,9
4,9
1,9
7,8
2,9
3
34
29
27
27
0
35
11
2
2
4
16
1
6
11
25
22
8
32
9
1
30
3
2
10
3
2
3
4
5
15
7,0
79,1
67,4
62,8
62,8
0,0
81,4
25,6
4,7
4,7
9,3
37,2
2,3
14,0
25,6
58,1
51,2
18,6
74,4
20,9
2,3
69,8
7,0
4,7
23,3
7,0
4,7
7,0
9,3
11,6
34,9
Lampiran 8. (Lanjutan)
No
32
33
34
35
36
37
38
Pertanyaan
Guru TK/ SD
Guru SMP/SMA
Guru PPKN
Guru Agama
Guru Olah Raga (OR)
Guru BP
Guru Fisika
n
0
2
1
6
22
2
4
Lebih baik dilakukan laki-laki
Laki-laki
Perempuan
%
n
%
0,0
1
1,0
4,7
0
0,0
2,3
3
2,9
14,0
6
5,8
51,2
45
43,7
4,7
2
1,9
9,3
6
5,8
Lebih baik di
Laki-laki
n
%
18
41,9
3
7,0
4
9,3
3
7,0
2
4,7
13
30,2
3
7,0
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
Guru Kimia
Guru Matematika
Guru Geografi
Guru Ketrampilan
Kepala Sekolah TK
Kepala Sekolah SD/ MI
Kepala Sekolah SMP/ MTs
Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA
Dokter
Pilot/ astonout
Direktur perusahaan perkebunan
Direktur perusahaan rekaman
Direktur perusahaan industri
Militer tingkat perwira ke bawah
Militer tingkat perwira ke atas
Mahasiswa S1
Mahasiswa S2
Mahasiswa S3
Dosen perguruan tinggi
Ketua LPPM
Ketua Departemen di Perguruan Tinggi
Dekan suatu Fakultas di perguruan
Tinggi
Guru Besar
Wakil Rektor
Rektor Perguruan Tinggi
Diplomat
DPR/ DPRD
Presiden/ Wapres
1
1
2
1
4
7
7
9
3
35
18
17
24
27
37
2
3
5
2
16
20
2,3
2,3
4,7
2,3
9,3
16,3
16,3
20,9
7,0
81,4
41,9
39,5
55,8
62,8
86,0
4,7
7,0
11,6
4,7
37,2
46,5
2
1
1
1
8
15
20
22
4
77
28
23
34
60
83
0
2
4
1
27
23
1,9
1,0
1,0
1,0
7,8
14,6
19,4
21,4
3,9
74,8
27,2
22,3
33,0
58,3
80,6
0,0
1,9
3,9
1,0
26,2
22,3
7
3
5
8
9
3
3
3
3
2
2
2
2
3
1
3
2
2
3
2
2
16,3
7,0
11,6
18,6
20,9
7,0
7,0
7,0
7,0
4,7
4,7
4,7
4,7
7,0
2,3
7,0
4,7
4,7
7,0
4,7
4,7
18
41,9
32
31,1
4
9,3
14
16
26
14
11
32
32,6
37,2
60,5
32,6
25,6
74,4
16
31
56
14
11
52
15,5
30,1
54,4
13,6
10,7
50,5
3
2
2
2
2
0
7,0
4,7
4,7
4,7
4,7
0,0
Lampiran 9. Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik
Pertanyaan
Mencari nafkah utama
Mencari nafkah tambahan
Pedagang asongan
Warungan di rumah
Dokter
Pilot/ astonout
Guru TK/ SD
Perawat
Koki
Desainer
Dosen perguruan tinggi
Guru SMP/SMA
Pengasuh anak
Pembantu
LSM
DPR/ DPRD
Presiden/ Wapres
Direktur perusahaan industri
Guru Besar
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
91.1
133
12
8.2
58.9
86
1
0.7
7
4.5
76.7
112
1
0.7
1
0.7
13
8.9
5
3.4
3
2.1
2
1.4
0
0.0
0
0.0
6
4.1
22
15.1
57.5
84
58
39.7
30
20.5
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
0
0.0
52.1
76
3
2.1
66.4
97
3
2.1
3
2.1
54
37.0
56.8
83
14
9.6
30
20.5
5
3.4
6
4.1
66.4
97
54.1
79
5
3.4
2
1.4
0
0.0
2
1.4
3
2.1
Sifat netral
n
13
58
57
48
136
31
91
62
119
111
138
138
49
67
135
122
62
86
113
%
8.9
39.7
39.0
32.9
93.2
21.2
62.3
42.5
81.5
76.0
94.5
94.5
33.6
45.9
92.5
83.6
42.5
58.9
77.4
Tenaga Kerja Indonesia
Mahasiswa S1
Mahasiswa S2
Mahasiswa S3
Guru PPKN
Guru Agama
24
2
5
9
4
12
16.4
1.4
3.4
6.2
2.7
8.2
10
3
2
2
6
3
6.8
2.1
1.4
1.4
4.1
2.1
112
141
139
135
136
131
76.7
96.6
95.2
92.5
93.2
89.7
Lampiran 9. (Lanjutan)
Pertanyaan
Guru Olah Raga (OR)
Kepala Sekolah TK
Kepala Sekolah SD/ MI
Kepala Sekolah SMP/ MTs
Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA
Rektor Perguruan Tinggi
Ulama
Sekretaris
Pesuruh kantor
Militer tingkat perwira ke atas
Penjahit
Bekerja di Industri Besar
Bekerja di Industri Kecil
Diplomat
Bekerja di sektor pertanian
Bekerja di sektor kehutanan
Nelayan
Pengolahan hasil laut
Militer tingkat perwira ke bawah
Resepsionis
Memubuka usaha hiasan/ bunga
Pelukis
Bintang sinetron/ artis
Desainer interior/ pertamanan
Direktur perusahaan perkebunan
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
67
45.9
12
8.2
22
15.1
27
18.5
31
21.2
56.2
82
53.4
78
3
2.1
42
28.8
82.2
120
2
1.4
28
19.2
2
1.4
28
19.2
18
12.3
56
38.4
72.6
106
35
24.0
59.6
87
2
1.4
2
1.4
11
7.5
4
2.7
10
6.8
46
31.5
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
2
1.4
27
18.5
8
5.5
3
2.1
3
2.1
2
1.4
1
0.7
63
92
4
2.7
1
0.7
34
23.3
2
1.4
24
16.4
2
1.4
4
2.7
2
1.4
1
0.7
14
9.6
3
2.1
67
45.9
55.5
81
4
2.7
6
4.1
9
6.2
4
2.7
Sifat netral
n
77
107
116
116
112
62
67
51
100
25
110
116
120
116
124
88
39
97
56
77
63
131
136
127
96
%
52.7
73.3
79.5
79.5
76.7
42.5
45.9
34.9
68.5
17.1
75.3
79.5
82.2
79.5
84.9
60.3
26.7
66.4
38.4
52.7
43.2
89.7
93.2
87.0
65.8
Lampiran 9. (Lanjutan)
Pertanyaan
Direktur perusahaan rekaman
Pedagang jamu/ gendongan
Pedagang (berjualan) di pasar
Tukang Ojeg/ supir
Guru BP
Guru Fisika
Guru Kimia
Guru Matematika
Guru Geografi
Guru Ketrampilan
Wakil Rektor
Ketua LPPM
Ketua Departemen di Perguruan Tinggi
Lebih baik dilakukan
laki-laki
n
%
40
27.4
2
1.4
4
2.7
84.9
124
4
2.7
10
6.8
3
2.1
2
1.4
3
2.1
2
1.4
47
32.2
43
29.5
43
29.5
Lebih baik dilakukan
perempuan
n
%
2
1.4
82.2
120
19
13
0
0.0
37
25.3
3
2.1
9
6.2
4
2.7
5
3.4
31
21.2
2
1.4
3
2.1
2
1.4
Sifat netral
n
104
24
123
22
105
133
134
140
138
113
97
100
101
%
71.2
16.4
84.2
15.1
71.9
91.1
91.8
95.9
94.5
77.4
66.4
68.5
69.2
Dekan suatu Fakultas di perguruan Tinggi
Satpam perusahaan
Satpam perguruan tinggi
Pembantu rumah tangga
Tukang pijat
50
116
116
0
11
34.2
79.5
79.5
0.0
7.5
4
2
2
78
25
2.7
1.4
1.4
53.4
17.1
Lampiran 10. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Sektor
Publik
Pertanyaan
Mencari nafkah utama
Mencari nafkah tambahan
Pedagang asongan
Warungan di rumah
Dokter
Pilot/ astonout
Guru TK/ SD
Perawat
Koki
Desainer
Dosen perguruan tinggi
Guru SMP/SMA
Pengasuh anak
Pembantu
LSM
DPR/ DPRD
Presiden/ Wapres
Direktur perusahaan industri
Guru Besar
Tenaga Kerja Indonesia
Mahasiswa S1
Jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
N
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
Mean
1,19
1,17
2,28
2,33
1,63
1,87
2,21
2,37
2,79
2,92
1,33
1,50
2,58
2,63
2,21
2,50
2,60
2,78
2,56
2,80
2,84
2,96
2,84
2,97
2,33
2,34
2,37
2,50
2,65
2,98
2,44
2,79
1,51
1,99
1,84
2,34
2,28
2,69
2,49
2,65
2,84
Uji beda
0,914
0,651
0,165
0,069
0,105
0,258
0,587
0,001
0,124
0,011
0,040
0,015
0,869
0,176
0.000
0,008
0,007
0,004
0,005
0,239
0,001
92
28
28
68
110
63.0
19.2
19.2
46.6
75.3
Mahasiswa S2
Mahasiswa S3
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
103
43
103
43
103
3,00
2,81
2,96
2,72
2,92
N
Mean
Uji beda
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
2,86
2,92
2,65
2,88
1,93
2,13
2,60
2,67
2,60
2,66
2,60
2,61
2,51
2,57
1,74
1,91
1,77
1,99
2,26
2,36
2,35
2,42
1,26
1,39
2,58
2,81
2,49
2,65
2,77
2,83
2,30
2,73
2,56
2,80
2,07
2,28
1,67
1,49
2,12
2,55
1,67
0,368
0,033
0,024
Lampiran 10. (Lanjutan)
Pertanyaan
Guru PPKN
Guru Agama
Guru Olah Raga (OR)
Kepala Sekolah TK
Kepala Sekolah SD/ MI
Kepala Sekolah SMP/ MTs
Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA
Rektor Perguruan Tinggi
Ulama
Sekretaris
Pesuruh kantor
Militer tingkat perwira ke atas
Penjahit
Bekerja di Industri Besar
Bekerja di Industri Kecil
Diplomat
Bekerja di sektor pertanian
Bekerja di sektor kehutanan
Nelayan
Pengolahan hasil laut
Militer tingkat perwira ke bawah
Jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
0,023
0,279
0,569
0,677
0,961
0,683
0,349
0,220
0,269
0,678
0,337
0,008
0,261
0,459
0,003
0,050
0,231
0,242
0,004
0,364
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
Resepsionis
Memubuka usaha hiasan/ bunga
103
43
103
43
103
1,83
2,44
2,54
2,37
2,44
N
Mean
Uji beda
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
2,65
2,89
2,81
2,94
2,79
2,81
2,12
2,44
2,16
2,55
2,14
2,16
2,74
2,84
1,33
1,29
2,60
2,73
2,74
2,88
2,79
2,94
2,88
2,97
2,79
2,98
2,77
2,76
2,21
2,40
2,21
2,47
2,02
2,55
2,07
2,38
1,47
1,37
1,51
1,35
2,37
2,50
0,014
0,290
0,496
Lampiran 10. (Lanjutan)
Pertanyaan
Pelukis
Bintang sinetron/ artis
Desainer interior/ pertamanan
Direktur perusahaan perkebunan
Direktur perusahaan rekaman
Pedagang jamu/ gendongan
Pedagang (berjualan) di pasar
Tukang Ojeg/ supir
Guru BP
Guru Fisika
Guru Kimia
Guru Matematika
Guru Geografi
Guru Ketrampilan
Wakil Rektor
Ketua LPPM
Ketua Departemen di Perguruan Tinggi
Dekan suatu Fakultas di perguruan
Tinggi
Satpam perusahaan
Satpam perguruan tinggi
Pembantu rumah tangga
Jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
0,062
0,879
0,057
0,016
0,827
0,225
0,793
0,191
0,141
0,023
0,089
0,002
0,904
0,268
0,122
0,001
0,072
0,505
0,261
0,145
laki-laki
perempuan
Tukang pijat
43
103
2,56
2,73
0,125
Lampiran 11. Lingkungan Sosial Contoh Laki-laki dan Perempuan
Saya tidak seperti itu
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Saya kadang-kadang seperti
itu
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Saya sering
Laki-laki
P
n
%
Apakah dalam keluarga anda terdapat pembagian pekerjaan
berdasarkan jenis kelamin?
14
32,6
39
37,9
13
30,2
50
48,5
16
37,2
Apakah di keluarga anda, anak laki-laki dan perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan?
3
7,0
3
2,9
3
7,0
0
0,0
37
86,0
Apakah orang tua anda bersikap adil baik kepada anak laki-laki
maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan
kasih sayang?
1
2,3
3
2,9
3
7,0
7
6,8
39
90,7
Apakah orang tua anda memberi pola asuh yang berbeda kepada anak
laki-laki dan anak perempuan, misalnya anak laki-laki dididik untuk
mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk
lebih feminin?
11
25,6
32
31,1
6
14,0
39
37,9
26
60,5
Apakah orang tua anda memperbolehkan anak laki-laki mempunyai
sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin
(tomboy)?
34
79,1
59
57,3
4
9,3
35
34,0
5
11,6
Apakah ketika anda masih kecil, orang tua mengarahkan anda untuk
bermain dengan sesama jenis kelamin?
16
37,2
55
53,4
18
41,9
39
37,9
9
20,9
Apakah di keluarga anda terdapat perbedaan peran antara suami istri
atau antara anak laki-laki dan anak perempuan?
8
18,6
21
20,4
17
39,5
56
54,4
18
41,9
8
18,6
9
8,7
17
39,5
44
42,7
18
41,9
27
62,8
74
71,8
9
20,9
25
24,3
7
16,3
Pertanyaan
Keluarga
Apakah orang tua anda menanamkan ajaran agama tentang konsep
gender?
Apakah orang tua anda menerapkan diskriminasi gender terhadap
anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak
perempuan?
Kelompok pergaulan
Apakah kelompok pergaulan anda menganggap bahwa peran antara
laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan) ?
Kampus
Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan kampus?
Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender?
Masyarakat disekitar tempat tinggal
Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal masih terdapat
perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan?
5
11,6
9
8,7
22
51,2
61
59,2
16
37,2
34
23
79,1
53,5
91
47
88,3
45,6
7
16
16,3
37,2
10
48
9,7
46,6
2
4
4,7
9,3
10
23,3
14
13,6
19
44,2
65
63,1
14
32,6
Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di
lingkungan masyarakat anda?
19
44,2
56
54,4
19
44,2
44
42,7
5
11,6
Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal terdapat
kegiatan yang melibatkan perempuan?
6
14,0
8
7,8
9
20,9
27
26,2
28
65,1
1
Lampiran 12. Lingkungan Sosial Contoh
Pertanyaan
Apakah di lingkungan
masyarakat tempat anda
tinggal masih terdapat
perbedaan peran antara
laki-laki dan
perempuan?
Apakah anda sendiri
pernah mengalami
diskriminasi gender di
lingkungan masyarakat
anda?
Apakah di lingkungan
masyarakat tempat anda
tinggal terdapat kegiatan
yang melibatkan
perempuan?
Jika ya, sebutkan salah
satu
contohnya……………
Apakah anda pernah
mengikuti
pelatihan/seminar
tentang gender?
Apakah
kelompok
pergaulan
anda
menganggap
bahwa
peran antara laki-laki
dan perempuan sama
(tidak dibedakan) ?
Apakah anda sendiri
pernah
mengalami
diskriminasi gender di
lingkungan kampus?
Jika ya, sebutkan salah
satu contohnya
Apakah dalam keluarga
anda terdapat
pembagian pekerjaan
berdasarkan jenis
kelamin?
Apakah di keluarga
anda, anak laki-laki dan
perempuan mempunyai
kesempatan yang sama
untuk memperoleh
pendidikan?
Apakah orang tua anda
bersikap adil baik
kepada anak laki-laki
maupun kepada anak
perempuan terutama
dalam hal mencurahkan
kasih sayang?
Saya tidak
seperti itu
n
%
Saya sering
seperti itu
n
%
Saya kadangkadang seperti itu
n
%
24
16.4
84
57.5
38
26.0
75
51.4
63
43.2
8
5.5
14
9.6
36
24.7
96
65.8
70
47.9
64
43.8
1
2
8.2
14
9.6
83
56.8
4
9
33.6
12
17
11.6
4
2.7
5
85.6
Sebagian besar contoh (85.6%) tidak pernah
mengalami diskriminasi gender di kampus
53
36.3
63
43.2
3
0
20.5
1
3
7
93.8
6
4.1
3
2.1
4
2.7
10
6.8
132
90.4
Apakah orang tua anda
memberi pola asuh yang
berbeda kepada anak
laki-laki dan anak
perempuan, misalnya
anak laki-laki dididik
untuk mempunyai sifat
maskulin sedangkan
anak perempuan dididik
untuk lebih feminin?
Apakah orang tua anda
memperbolehkan anak
laki-laki mempunyai
sifat feminin dan anak
perempuan mempunyai
sifat maskulin
(tomboy)?
Apakah ketika anda
masih kecil, orang tua
mengarahkan anda
untuk bermain dengan
sesama jenis kelamin?
43
29.5
45
30.8
58
39.7
93
63.7
39
26.7
14
9.6
71
48.6
57
39.0
18
12.3
Lampiran 12. (Lanjutan)
Pertanyaan
Apakah di keluarga anda
terdapat perbedaan
peran antara suami istri
atau antara anak lakilaki dan anak
perempuan?
Apakah orang tua anda
menanamkan ajaran
agama tentang konsep
gender?
Apakah orang tua anda
menerapkan
diskriminasi
gender
terhadap
anggota
keluarga (membedakan
anak laki-laki dengan
anak perempuan?
Saya tidak
seperti itu
Saya kadangkadang seperti itu
Saya sering
seperti itu
n
%
n
%
n
%
29
19.9
73
50.0
44
30.1
17
11.6
61
41.8
68
46.6
10
1
69.2
34
23.3
11
7.5
Lampiran 13. Hasil Uji Beda Lingkungan Sosial yang Berperspektif Gender
Pertanyaan
Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal masih terdapat
perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan?
Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan
masyarakat anda?
Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal terdapat kegiatan
yang melibatkan perempuan?
Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender?
Apakah kelompok pergaulan anda menganggap bahwa peran antara laki-laki
dan perempuan sama (tidak dibedakan) ?
Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan
kampus?
Apakah dalam keluarga anda terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan
jenis kelamin?
Apakah di keluarga anda, anak laki-laki dan perempuan mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan?
Apakah orang tua anda bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun
kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih sayang?
Apakah orang tua anda memberi pola asuh yang berbeda kepada anak lakilaki dan anak perempuan, misalnya anak laki-laki dididik untuk mempunyai
sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminin?
Apakah orang tua anda memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat
feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy)?
Apakah ketika anda masih kecil, orang tua mengarahkan anda untuk bermain
dengan sesama jenis kelamin?
Apakah di keluarga anda terdapat perbedaan peran antara suami istri atau
antara anak laki-laki dan anak perempuan?
Apakah orang tua anda menanamkan ajaran agama tentang konsep gender?
Apakah orang tua anda menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota
keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan?
jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
N
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
Mean
2,09
2,10
1,67
1,49
2,51
2,58
1,56
1,62
2,26
2,23
1,26
1,14
2,05
Uji
beda
0,973
perempuan
laki-laki
103
43
1,76
2,79
0,047
perempuan
laki-laki
103
43
2,94
2,88
0,893
perempuan
laki-laki
103
43
2,87
2,35
0,020
perempuan
laki-laki
103
43
2,00
1,33
0,118
perempuan
laki-laki
103
43
1,51
1,84
0,024
perempuan
laki-laki
103
43
1,55
2,23
0,149
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
103
43
103
43
2,05
2,23
2,40
1,53
perempuan
103
1,32
0,083
0,558
0,587
0,839
0,138
0,031
0,181
0,058
Lampiran 14. Sikap Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender
No
Pertanyaan
1
Saya memandang setiap laki-laki
maupun perempuan mempunyai potensi
yang sama
2
3
4
5
6
7
8
9
Saya melakukan pekerjaan domestik
dengan ikhlas
Saya memandang laki-laki sebagai
pemimpin
Saya menghormati perempuan yang
berprestasi
Saya
menghormati
laki-laki
yang
berprestasi
Saya
memandang
laki-laki
boleh
menceraikan perempuan
Saya memandang perempuan boleh
menceraikan laki-laki
Saya memandang peran suami adalah
sebagai kepala keluarga
Saya memandang istri sebagai ibu
rumah tangga
Saya tidak seperti itu
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Saya kadang-kadang
seperti itu
Laki-laki Perempuan
n
%
n
%
Saya hampir selalu
seperti itu
Laki-laki Perempuan
n
%
n
%
0
0,0
1
1,0
11
25,6
18
17,5
32
74,4
84
81,6
1
2,3
1
1,0
10
23,3
28
27,2
32
74,4
74
71,8
1
2,3
2
1,9
9
20,9
29
28,2
33
76,7
72
69,9
1
2,3
1
1,0
3
7,0
12
11,7
39
90,7
90
87,4
0
0,0
1
1,0
6
14,0
10
9,7
37
86,0
92
89,3
12
27,9
29
28,2
22
51,2
50
48,5
9
20,9
24
23,3
25
58,1
47
45,6
14
32,6
47
45,6
4
9,3
9
8,7
0
0,0
3
2,9
3
7,0
7
6,8
40
93,0
93
90,3
4
9,3
6
5,8
11
25,6
44
42,7
28
65,1
53
51,5
Lampiran 14. (Lanjutan)
Pertanyaan
Saya tidak seperti itu
No
Laki-laki
Perempuan
Saya kadang-kadang
seperti itu
Laki-laki
Perempuan
Saya hampir selalu
seperti itu
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
11
25,6
0
0,0
22
51,2
0
0,0
10
23,3
0
0,0
10
Saya menginginkan istri yang tidak
bekerja di luar rumah dan hanya
mengatur kegiatan rumah tangga
(apabila anda laki-laki)
11
Saya menginginkan istri yang dapat
bekerja sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
(apabila anda laki-laki)
12
27,9
0
0,0
25
58,1
0
0,0
6
14,0
0
0,0
12
Saya
menginginkan
suami
yang
mendukung karir saya (apabila anda
perempuan)
0
0,0
1
1,0
0
0,0
7
6,8
0
0,0
95
92,2
Saya menginginkan suami yang mau
membantu pekerjaan domestik (apabila
anda perempuan)
0
0,0
2
1,9
0
0,0
22
21,4
0
0,0
79
76,7
saya melakukan pekerjaan domestik
(membersihkan
rumah,
mencuci,
mengasuh anak dan lain-lain)
5
11,6
1
1,0
25
58,1
28
27,2
13
30,2
74
71,8
13
14
Lampiran 15. Sikap Terhadap Peran Gender
Pertanyaan
Saya
memandang
setiap
laki-laki
maupun perempuan
mempunyai
potensi
yang sama
Saya
melakukan
pekerjaan
domestik
dengan ikhlas
Saya
memandang
laki-laki
sebagai
pemimpin
Saya
menghormati
perempuan
yang
berprestasi
Saya
menghormati
laki-laki
yang
berprestasi
Saya
memandang
laki-laki
boleh
menceraikan
perempuan
Saya
memandang
perempuan
boleh
menceraikan laki-laki
Saya
memandang
peran suami adalah
sebagai
kepala
keluarga
Saya memandang istri
sebagai ibu rumah
tangga
Saya
menginginkan
istri yang tidak bekerja
di luar rumah dan
hanya
mengatur
kegiatan
rumah
tangga (apabila anda
laki-laki)
Saya
menginginkan
istri
yang
dapat
bekerja
sehingga
dapat
membantu
memenuhi kebutuhan
ekonomi
keluarga
(apabila anda laki-laki)
Saya
menginginkan
suami
yang
mendukung karir saya
(apabila
anda
perempuan)
Saya
menginginkan
suami
yang
mau
membantu pekerjaan
domestik
(apabila
anda perempuan)
saya
melakukan
pekerjaan
domestik
(membersihkan
rumah,
mencuci,
Saya tidak
seperti itu
n
%
Saya kadangkadang seperti itu
n
%
Saya hampir selalu
seperti itu
n
%
1
0.7
29
19.9
116
79.5
2
1.4
38
26.0
106
72.6
3
2.1
38
26.0
105
71.9
2
1.4
15
10.3
129
88.4
1
0.7
16
11.0
129
88.4
41
28.1
72
49.3
33
22.6
72
49.3
61
41.8
13
8.9
3
2.1
10
6.8
133
91.1
10
6.8
55
37.7
81
55.5
24
16.4
33
22.6
12
8.2
14
9.6
38
26.0
17
11.6
2
1.4
13
8.9
100
68.5
3
2.1
29
19.9
83
56.8
6
4.1
53
36.3
87
59.6
mengasuh anak dan
lain-lain)
Lampiran 16. Hasil Uji Beda Sikap Terhadap Peran Gender
Pertanyaan
Saya memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai
potensi yang sama
Saya melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas
Saya memandang laki-laki sebagai pemimpin
Saya menghormati perempuan yang berprestasi
Saya menghormati laki-laki yang berprestasi
Saya memandang laki-laki boleh menceraikan perempuan
Saya memandang perempuan boleh menceraikan laki-laki
Saya memandang peran suami adalah sebagai kepala keluarga
Saya memandang istri sebagai ibu rumah tangga
Saya menginginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya
mengatur kegiatan rumah tangga (apabila anda laki-laki)
Saya menginginkan istri yang dapat bekerja sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (apabila anda
laki-laki)
Saya menginginkan suami yang mendukung karir saya (apabila anda
perempuan)
Saya menginginkan suami yang mau membantu pekerjaan domestik
(apabila anda perempuan)
saya melakukan pekerjaan domestik (membersihkan rumah,
mencuci, mengasuh anak dan lain-lain)
jenis
kelamin
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
N
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
103
43
26
43
Mean
2,74
2,81
2,72
2,71
2,74
2,68
2,88
2,86
2,86
2,88
1,93
1,95
1,51
1,63
2,93
2,87
2,56
2,46
1,98
1,58
1,86
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
laki-laki
perempuan
26
12
103
12
103
43
103
2,35
2,33
2,91
2,25
2,75
2,19
2,71
Uji
beda
0,428
0,890
0,482
0,775
0,719
0,870
0,313
0,407
0,371
0,022
0,003
0.000
0,001
0.000
Download