BAB V PENUTUP 5.1 Ringkasan Pujian telah membantu menciptakan kehidupan yang harmonis antarpenutur bahasa. Gender maskulin dan feminin pernah memberikan pujian pada orang lain. Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa pujian dapat diberikan dalam bentuk kata, frasa, ataupun kalimat. Kata yang paling banyak digunakan adalah kata sifat. Selain itu, pujian juga dapat diberikan secara implisit maupun eksplisit. Berdasarkan ragam tuturan, pujian dapat diberikan melalui empat ragam, yaitu ragam formal, ragam konsultatif, ragam santai, dan ragam akrab. Tidak ditemukan tuturan dengan ragam beku pada data karena ragam beku menggunakan bahasa yang paling resmi dan tidak dapat berubah, sehingga ragam resmi hanya digunakan pada acara resmi. Tindak tutur yang terdapat pada data ada lima, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal, dan tindak tutur langsung tidak literal. Dari data juga dapat diketahui bahwa referen yang diacu antara lain, kecerdasan, keahlian, kepemilikan, dan penampilan. Dalam memberikan pujian, gender maskulin dan feminin memiliki pola yang sama, yaitu pujian saja, pujian + nasihat, pujian + ungkapan keirian, pujian + pembandingan, pujian + basa-basi, pujian + permintaan, dan pujian + doa. Selain itu, terdapat pula pola yang hanya digunakan oleh gender maskulin, yaitu pujian + sindiran, pujian + kritikan, pujian 93 94 + ungkapan kekecewaan, pujian + pujian pada diri sendiri, dan pujian + pengingkaran. Pola yang hanya digunakan oleh gender feminin, yaitu pujian + ungkapan keraguan dan pujian + tuduhan. Sebuah konsep dapat menjadi konsep lain dan setiap orang dapat memiliki konsep yang berbeda mengenai suatu konsep. Pujian merupakan konsep penghargaan pada keunggulan yang dapat dijadikan konsep lain. Dari data yang diperoleh pujian dapat dijadikan konsep lain, seperti konsep kekaguman, motivasi, doa, pembangun percaya diri, nasihat, lambang keakraban, dan sindiran. 5.2 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut. Pertama, pujian banyak diberikan pada sifat yang dimiliki oleh seseorang, sehingga kata yang banyak digunakan adalah kata sifat. Selain itu, frasa yang banyak digunakan adalah frasa adjektiva. Kedua, pujian banyak diberikan pada situasi tidak resmi (santai). Oleh karena itu, ragam yang banyak digunakan adalah ragam santai dan ragam akrab. Ragam santai banyak digunakan untuk berbicara dengan teman yang sudah dikenal, tetapi belum memiliki pengetahuan yang sama (kurang akrab) dan ragam akrab digunakan untuk berbicara dengan teman yang sudah dikenal dan sudah memiliki pengetahuan yang sama (akrab). Ketiga, laki-laki lebih banyak memberikan pujian pada lawan jenis daripada perempuan. Perempuan lebih suka memberikan pujian pada sesama jenis. Lakilaki cenderung memberikan pujian secara langsung, sedangkan perempuan 95 cenderung memberikan pujian secara tidak langsung. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang terdapat pada tabel 1. Keempat, pujian yang diberikan gender maskulin lebih singkat daripada pujian yang diberikan gender feminin. Gender maskulin memberikan pujian secara to the point, sedangkan gender feminin cenderung mengakhiri pujian dengan pertanyaan sehingga akan ada percakapanpercakapan yang lain. Hal tersebut dapat diketahui dari rekapitulasi pola pujian yang diberikan gender maskulin dan feminin. Kelima, manusia berpikir dan berbicara secara metaforis. Sebuah konsep dapat menjadi beberapa konsep lain dan setiap orang dapat memiliki konsep yang berbeda mengenai suatu konsep. Pujian merupakan konsep penghargaan pada keunggulan yang dapat dijadikan konsep lain, seperti konsep kekaguman, motivasi, doa, pembangun percaya diri, nasihat, lambang keakraban, dan sindiran. Pada dasarnya, pujian adalah apresiasi pada suatu hal yang baik. Akan tetapi, tidak semua orang memberikan pujian dengan cara yang baik, misalnya dengan menyindir. Oleh karena itu, setiap orang harus dapat memahami pujian yang diberikan oleh orang lain karena tidak semua orang memiliki konsep sama terhadap pujian. 5.3 Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan pada data. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggunakan topik ini dengan data pujian yang mewakili suku bangsa di Indonesia sehingga diketahui persamaan dan perbedaan pujian yang dituturkan oleh penutur dari suku-suku yang ada di Indonesia. Selain itu, 96 penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan data pujian yang terdapat dalam novel sehingga dapat diketahui pujian yang ada di dalam novel. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam penyediaan data, pembahan pada penelitian ini adalah remaja. Penelitian selanjutnya dapat mencari data dari pembahan yang lebih bervariasi usianya sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan pujian yang diberikan oleh pembahan yang muda dan yang tua.