PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA HDTMS PADA KAIN SPANDEX TERDEPOSIT NANOPARTIKEL PERAK TERHADAP SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Kimia Oleh: YOGA PRIHATNA NIM: 12307141022 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Senyawa HDTMS Pada Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak Terhadap Sudut Kontak Dan Aktivitas Antibakteri” yang disusun oleh Yoga Prihatna NIM 12307141022 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, Januari 2017 Mengetahui, Ketua Program Studi Kimia Dosen Pembimbing Jaslin Ikhsan, Ph.D Dr. Eli Rohaeti NIP. 19680629 199303 1 001 NIP. 19691229 199903 2 001 ii HA HALAMAN PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini saya: Nama : Yoga Prihatna NIM : 12307141022 Program Studi : Kimia Fakultas : MIPA Universitas Negeri Yogyakarta Judul Penelitian : Pengaruh Penambahan Senyawa HDTMS Pada Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak Terhadap Sudut Kontak Dan Aktivitas Antibakteri Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya. Yogyakarta, Januari 2017 Yang menyatakan, Yoga Prihatna NIM 12307141022 iii LAMAN PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Senyawa HDTMS Pada Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak Terhadap Sudut Kontak Dan Aktivitas Antibakteri” yang disusun oleh Yoga Prihatna, NIM 12307141022 ini telah dipertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal 30 Januari 2017 dan dinyatakan lulus. DEWAN PENGUJI Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Dr. Eli Rohaeti NIP. 19691229 199903 2 001 Ketua Penguji ......................... ............... Heru Pratomo AL, M.Si. NIP. 19600604 198403 1 002 Penguji I (Utama) ......................... ............... Dr. Isana Supiah YL, M.Si NIP. 19610923 198812 2 001 Penguji II (Pendamping) ......................... ............... Yogyakarta, ...............................2017 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan, Dr. Hartono NIP. 19620329 198702 1 002 iv HALAMAN MOTTO “Fabi-Ayyi Ala-I Rabbikuma Tukazziban” (Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Q.S. ArRahman:55) “Man Jadda Wa Jada” (Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan) “Man Sobaro dzhofiro” (Barang siapa yang bersabar, maka ia akan beruntung) “Jangan sesali apa yang telah terjadi kemarin, tapi jika kamu tak mampu menjadi lebih baik hari ini, kamu patut menyesali” “Ajining raga saka busana, ajining dhiri saka lati” v HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim, Dengan mengucap syukur alhamdulillah, karya kecil ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tuaku, Bapak Sugianto dan Ibu Sholikhatun, terimakasih telah merawat, mendidik, dan memberikan semangat serta kasih sayang padaku, sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Sungguh aku takkan bisa membalas semua kasih sayang yang telah bapak dan ibu berikan. Aku hanya mampu berdoa, semoga bapak dan ibu selalu dilimpahkan kesehatan dan umur panjang, sehingga dapat terus menemani anakmu ini dalam meraih kesuksesan dan membuat kalian bangga. Amin. Masku Ade Ameriantoro dan adikku Tri Atmaja Pamungkas, yang selalu memeberikan semangat dan bantuan padaku hingga saya bisa menyelesaikan kuliah ini. Semoga kalian selalu sehat dan dilancarkan rezekinya. Faza Laili Husna, terimakasih setia menemani, selalu memberi semangat, selalu mendengarkan keluh kesahku walaupun dirimu jauh di sana. Terimakasih atas semangat dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai. Sekarang giliranmu, semoga kuliahmu juga dilancarkan dan segera lulus. Tim Sahabat Pena, Ryan, Rika, Hamida, Eti, Leni, Rahma, Ellen, dan Winarni. Terimakasih atas dukungan dan semangat dari kalian, akhirnya aku lulus juga. Walaupun kita sudah lulus, jangan sampai saling melupakan. Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan. Amin. Teman-teman kelas Kimia Subsidi 2012 yang telah menemani perjalananku selama kuliah ini. Penghuni Kos Karangmalang Blok D3, yang telah menjadi keluarga selama saya di Jogja. Dan semua pihak yang telah membantu selama saya kuliah dan tinggal di Jogja yang tidak bisa saya sebutkan semuanya. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. vi PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA HDTMS PADA KAIN SPANDEX TERDEPOSIT NANOPARTIKEL PERAK TERHADAP SUDUT KONTAK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI Oleh : Yoga Prihatna 12307141022 Pembimbing : Dr. Eli Rohaeti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik nanopartikel perak hasil preparasi menggunakan metode reduksi kimia, perubahan gugus fungsi kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi, perbedaan sudut kontak kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi, sifat antibakteri kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Eschericia coli, dan perbedaan aktivitas bakteri sampel kain spandex terhadap jenis bakteri yang berbeda yaitu Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Nanopartikel perak dipreparasi menggunakan metode reduksi kimia terhadap larutan AgNO3 dengan adanya Na3C6H5O7, dan PVA sebagai penstabil. Nanopartikel perak yang dihasikan kemudian dikarakterisasi menggunakan spektroskopi UV-VIS. Nanopartikel perak kemudian didepositkan pada sampel kain spandex. Senyawa kimia yang digunakan sebagai agen hidrofob adalah larutan HDTMS 4% dalam etanol. Larutan HDTMS dilapiskan pada sampel kain spandex. Sampel kain spandex dikarakterisasi menggunakan ATR-FTIR untuk mengetahui gugus fungsi, uji sudut kontak, dan aktivitas antibakteri. Karakterisasi UV-VIS menunjukkan nanopartikel perak yang terbentuk menghasilkan absorbansi pada panjang gelombang 429 nm. Penambahan HDTMS menyebabkan munculnya gugus fungsi –CH3 dan memunculkan sifat hidrofob pada kain spandex. Nanopartikel perak dapat meningkatkan aktivitas antibakteri kain spandex secara signifikan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherricia coli. Kain spandex terdeposit nanopartikel perak memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan terhadap bakteri Eschericia coli. Kata kunci: HDTMS, nanopartikel perak, spandex, sudut kontak vii THE EFFECT OF ADDING HDTMS ON SILVER NANOPARTICLES-COATED SPANDEX FABRIC ON THE CONTACT ANGLE AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY By: Yoga Prihatna 1230714022 Supervisor : Dr. Eli Rohaeti ABSTRACT This research aimed to known the characteristic of silver nanoparticles, the change of functional groups of spandex before and after modification, the contact angle of spandex before and after modification, the antibacterial activities of spandex whit and without modification against Staphylococcus aureus and Eschericia coli, and the difference of antibacterial activities of the sample against both of bacteries. Silver nanoparticles was prepared with chemical reduction method towards AgNO3 solution with the Na3C6H5O7, and PVA as stabilizer. The silver nanoparticles was characterized using UV-VIS spectroscopy. Then silver nanoparticles deposited on spandex fabric. The compound as hydrophobic agent is HDTMS 4% in ethanol. HDTMS was coated on the spandex. Spandex was characterized using ATR-FTIR to know the functional groups, contact angle test, and antibacterial test. The results of this research showed that absorbance of silver nanoparticles was appeared at a wavelength of 429 nm. Characterization of functional groups showed that the addition of HDTMS cause the formation of –CH3. The addition of HDTMS also cause hydrophobic properties to the spandex fabric. Silver nanoparticles significantly increase the antibacterial activities of the spandex against Staphylococcus aureus and Eschericia coli. Silver nanoparticles-coated spandex have a higher antibacterial activities against Staphylococcus aureus than the Eschericia coli. Keywords: contact angle, HDTMS, silver nanoparticles, spandex viii KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Senyawa HDTMS Pada Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak Terhadap Sudut Kontak Dan Aktivitas Antibakteri” ini dapat diselesaikan walaupun tidak luputdari segala kekurangan. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini tidak dapat lepas dari bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam penelitian ini. 2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D, selaku Kajurdik dan Kaprodi Kimia FMIPA UNY. 3. Bapak Erfan Priyambodo, M.Si, Selaku Sekjurdik Kimia FMIPA UNY dan Pembimbing Akademik. 4. Ibu Dr. Eli Rohaeti, selaku pembimbing atas waktu, masukan, kritikan, saran dan kesabarannya dalam membimbing penulis. 5. Bapak Heru Pratomo Al, M.Si, selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Ibu Dr. Isana Supiah YL, M.Si, selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 7. Segenap dosen dan staf karyawan Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama menjalani studi di Jurusan Pendidikan Kimia. 8. Serta semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil, baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. ix Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga perlu kritik dan masukan yang bersifat membangun guna perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Yogayakarta, Januari 2017 Penulis x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..........................................................................................ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian....................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8 A. Deskripsi Teori ............................................................................................ 8 1. Kain Spandex ....................................................................................... 8 2. Nanopartikel Perak ............................................................................... 9 3. Antibakteri .......................................................................................... 10 4. Sifat Antikotor atau Hidrofob ............................................................ 11 5. Senyawa HDTMS .............................................................................. 12 6. Bakteri ................................................................................................ 13 7. Escherichia coli .................................................................................. 14 xi 8. Staphylococcus aureus ....................................................................... 15 9. Karakterisasi ....................................................................................... 16 B. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 20 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22 A. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 22 1. Subjek Penelitian ................................................................................ 22 2. Objek Penelitian ................................................................................. 22 B. Variabel Penelitian .................................................................................... 22 1. Variabel Bebas ................................................................................... 22 2. Variabel Terikat.................................................................................. 22 3. Variabel Terkontrol ............................................................................ 23 C. Instrumen Penelitian .................................................................................. 23 1. Alat ..................................................................................................... 23 2. Bahan-Bahan ...................................................................................... 23 D. Tahapan Penelitian .................................................................................... 24 1. Preparasi Nanopartikel Perak dengan Metode Reduksi Larutan AgNO3 ................................................................................................ 24 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Kain Spandex ............................... 25 3. Pelapisan Permukaan Kain Spandex dengan Senyawa HDTMS ....... 25 4. Uji Sudut Kontak................................................................................ 25 5. Uji Aktivitas Antibakteri .................................................................... 26 E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 28 1. Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-tampak (UV-Vis) ................... 28 2. Uji Aktivitas Antibakteri .................................................................... 28 3. Uji Sudut Kontak Air ......................................................................... 28 4. Analisis Fourier Transform InfraRed (FTIR) .................................... 29 F. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 29 1. Preparasi Nanopartikel Perak ............................................................. 29 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Spandex ........................................ 30 3. Pelapisan Spandex dengan Senyawa HDTMS ................................... 30 xii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 31 A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 31 1. Spektrum UV-VIS AgNO3 dan Nanopartikel Perak .......................... 31 2. Spektrum FTIR ................................................................................... 32 3. Uji Sudut Kontak................................................................................ 34 4. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri................................................ 35 B. PEMBAHASAN ....................................................................................... 37 1. Preparasi Nanopartikel Perak ............................................................. 37 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Sampel Kain Spandex .................. 39 3. Modifikasi Sampel Kain Spandex dengan Pelapisan Menggunakan HDTMS .............................................................................................. 40 4. Analisis FTIR ..................................................................................... 42 5. Uji Sudut Kontak................................................................................ 46 6. Uji Aktivitas Antibakteri .................................................................... 49 BAB V SIMPULAN ............................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58 xiii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Molekul Spandex .................................................................... 9 Gambar 2. Struktur Molekul Senyawa HDTMS ................................................... 13 Gambar 3. Overlap Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 dan Koloid Nanopartikel Perak ........................................................................... 311 Gambar 4. Spektrum FTIR Kain Spandex (S.0) ................................................... 32 Gambar 5. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) .......................................................................................... 32 Gambar 6. Spektrum FTIR Kain Spandex Terlapis HDTMS (S.2) ...................... 33 Gambar 7. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapis HDTMS (S.3) ....................................................................... 33 Gambar 8. Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kain Spandex terhadap Bakteri E. coli ..................................................................................... 36 Gambar 9. Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kain Spandex terhadap Bakteri S. aureus ................................................................................ 37 Gambar 10. (a) Spandex Murni, (b) Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak ..... 39 Gambar 11. Struktur Hidrofob Permukaan Serat yang Terlapisi Senyawa Silan.................................................................................................... 41 Gambar 12. (a) Kain Spandex Murni, (b) Kain Spandex Terlapisi HDTMS ....... 42 Gambar 13. (a) Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak, (b) Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS ....... 42 Gambar 14. Mekanisme Reaksi Hidrofobisasi Permukaan Kain Spandex Oleh Senyawa HDTMS ...................................................................... 49 xiv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Koloid Nanopartikel Perak terhadap Koloni Bakteri Gram Negatif (E. coli) ................................................... 11 Tabel 2. Data Puncak Serapan FTIR Poliuretan ................................................... 17 Tabel 3. Panjang Gelombang dan Ukuran Partikel Perak pada Spektrum UV-VIS ................................................................................................... 18 Tabel 4. Aktivitas Antibakteri Poliuretan Terdeposit Nanopartikel Perak terhadap Bakteri E. coli........................................................................... 19 Tabel 5. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 dan Nanopartikel Perak ................. 32 Tabel 6. Interpretasi Spektrum FTIR Sampel Kain Spandex ................................ 34 Tabel 7. Hasil Pengukuran Sudut Kontak Sampel Kain Spandex ........................ 34 Tabel 8. Hasil Pengamatan Diameter Zona Jernih Sampel Kain terhadap Bakteri E. coli ......................................................................................... 35 Tabel 9. Hasil Pengamatan Diameter Zona Jernih Sampel Kain terhadap Bakteri S. aureus ..................................................................................... 36 Tabel 10. Rataan Diameter Zona Jernih Sampel Kain Spandex terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ............................................................... 50 Tabel 11. Rataan Diameter Zona Jernih Sampel Kain Spandex terhadap Bakteri Escherichia coli .......................................................................... 50 Tabel 12. Interpretasi Hasil Uji Lanjut LSD Antara Masing-masing Jenis Sampel terhadap Aktivitas Antibakteri Eschericia coli .......................... 51 Tabel 13. Interpretasi Hasil Uji Lanjut LSD Antara Masing-masing Jenis Sampel terhadap Aktivitas Antibakteri Staphylococcus aureus ............. 51 Tabel 14. Interpretasi Hasil Uji t-Independent Sampel terhadap Bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus ............................................ 54 xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 .................................................. 61 Lampiran 2. Spektrum UV-VIS Nanopartikel Perak ............................................ 62 Lampiran 3. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 vs Nanopartikel Perak ............. 63 Lampiran 4. Spektrum FTIR Kain Spandex (S.0)................................................. 64 Lampiran 5. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) ....................................................................................... 65 Lampiran 6. Spektrum FTIR Kain Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) .................. 66 Lampiran 7. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3)............................................................. 67 Lampiran 8. Hasil Uji Sudut Kontak..................................................................... 68 Lampiran 9. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (+) terhadap Bakteri E. coli ................................................................... 70 Lampiran 10. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex (S.0) terhadap Bakteri E. coli ................................................................. 713 Lampiran 11. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) terhadap Bakteri E. coli........................... 76 Lampiran 12. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) terhadap Bakteri E. coli............................................ 79 Lampiran 13. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) terhadap Bakteri E. coli .................................................................................. 82 Lampiran 14. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (+) terhadap Bakteri S. aureus ............................................................... 85 Lampiran 15. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex (S.0) terhadap Bakteri S. aureus ............................................................... 88 Lampiran 16. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) terhadap Bakteri S. aureus ...................... 91 xvi Lampiran 17. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) terhadap Bakteri S. aureus ....................................... 94 Lampiran 18. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) terhadap Bakteri S. aureus .............................................................................. 97 Lampiran 19. Tabel Uji ANOVA Dua Faktor terhadap Bakteri E. coli ............. 100 Lampiran 20. Uji ANOVA Dua Faktor terhadap Bakteri S. aureus ................... 106 Lampiran 21. Uji t-Independent Kontrol Positf terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus......................................................................................... 112 Lampiran 22. Uji t-Independent Spandex (S.0) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus......................................................................................... 113 Lampiran 23. Uji t-Independent Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus ........................................... 114 Lampiran 24. Uji t-Independent Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus.......................................................... 115 Lampiran 25. Uji t-Independent Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus............. 116 Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 117 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik, serta terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Secara astronomis Indonesia terletak pada 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT (Ridwan Lasabuda, 2013). Letak wilayah Indonesia yang berada di daerah beriklim tropis menyebabkan Indonesia memiliki temperatur udara yang cukup tinggi, sehingga orang yang tinggal di Indonesia akan mudah berkeringat. Keringat akan terserap oleh pakaian menyebabkan pakaian mudah lembab. Pakaian yang lembab akan memicu tumbuhnya bakteri pada serat pakaian. Pertumbuhan mikroba pada bahan tekstil dianggap sebagai penyebab utama kerusakan pada tekstil (Agus Haryono dan Sri Budi Harmami, 2010). Tekstil yang sering digunakan sebagai bahan untuk membuat pakaian terbuat dari serat sintetis dan katun. Kementerian Perindustrian melalui laman websitenya menyatakan bahwa kebutuhan serat sintetis dalam negeri pada tahun 2012 mencapai lebih dari 600.000 ton. Atas dasar jumlah tersebut, 500.000 ton dipasok dari industri dalam negeri dan sisanya merupakan impor. Nilai impor Indonesia akan tekstil dan produk tekstil (TPT) berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 mencapai US$ 8,43 miliar. Besarnya kebutuhan bahan tekstil di Indonesia mendorong untuk terus dilakukan pengembangan terhadap kualitas maupun jenis bahan tekstil. Salah satunya bahan tekstil yang memiliki sifat antibakteri. Seperti yang telah disampaikan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami dalam penelitiannya pada tahun 2010 bahwa pertumbuhan mikroba pada bahan tekstil merupakan penyebab utama kerusakan kain. Dengan demikian diperlukan pengembangan teknologi yang bertujuan sebagai bahan 1 antimikroba pada tekstil. Senyawa yang digunakan sebagai agen antimikroba harus terbukti efektif, aman, tidak beracun, serta bersifat biodegradable. Dekade ini pengembangan bahan tekstil lebih terfokus pada produk nanoteknologi. Nanoteknologi secara umum berhubungan dengan struktur dan partikel material berdimensi kecil dalam skala nanometer atau biasa disebut dengan nanopartikel. Pembuatan nanopartikel dapat dilakukan baik melalui pendekatan top-down maupun bottom-up. Top-down artinya bahwa pembuatan partikel nano dimulai dari material bentuk bulk kemudian dilakukan penghancuran hingga dihasilkan partikel tersebut dalam dimensi nanometer. Adapun bottom-up diartikan bahwa partikel nano terbentuk dari hasil penyusunan atom demi atom sehingga terbentuk struktur berukuran nanometer sebagaimana yang dikehendaki. Salah satu contoh nanopartikel adalah nanopartikel perak (Wahyudi dan Rismayani , 2008). Material dalam ukuran nano memiliki sifat kimia dan sifat fisik yang jauh berbeda dari material dalam ukuran yang lebih besar. Begitu pula dengan perak, dalam skala nano, partikel perak memiliki sifat fisik, kimia, dan sifat biologis yang khas. Selain itu, nanopartikel perak juga menunjukkan aktivitas antibakteri dan memiliki toksisitas yang rendah terhadap sel mamalia (Agus Haryono dan Sri Budi Harmami, 2010). Air merupakan tempat yang baik untuk perkembangan berbagai bakteri patogen. Adanya bakteri menjadi indikasi utama pada kontaminasi air (Jain dan Pradeep, 2005). Air merupakan salah satu penyebab berkembangnya bakteri, maka selain menambahkan sifat antibakteri, bahan tekstil juga harus dibuat agar memiliki sifat antikotor. Seperti dikatakan oleh Wahyudi dan Rismayani dalam penelitiannya pada tahun 2008, bahwa perkembangan nanoteknonolgi di bidang tekstil yang cukup pesat telah memunculkan berbagai produk tekstil yang tidak hanya fashionable tetapi juga memiliki fungsi tertentu seperti pakaian tahan panas ekstrim (high insulation thermal protective clothing), tekstil dengan sifat permukaan yang antikotor (self cleaning textile), tekstil antimikroba yang dapat digunakan dalam dunia medis, dan lain-lain. 2 Sifat antikotor suatu permukaan bahan berkaitan erat dengan sifat hidrofob dari bahan tersebut. Permukaan suatu bahan dikatakan memiliki sifat hidrofob jika permukaan tersebut ditetesi air, maka air tersebut tidak terserap oleh bahan melainkan akan membentuk bulatan-bulatan air pada permukaan tersebut dan jika permukaan tersebut sedikit dimiringkan maka bulatan air tersebut akan bergulir dan jatuh. Hal ini terjadi karena adanya efek kombinasi antara kekasaran permukaan suatu bahan dengan komposisi kimia bahan tersebut yang menghasilkan efek penghalang yang tidak biasa terhadap molekul air, sehingga air yang mengenai bahan tersebut hanya akan membentuk bulatan-bulatan dan akhirnya akan jatuh (Latthe et al., 2012). Sifat hidrofob suatu bahan dapat diidentifikasi dengan menentukan sudut kontak. Sudut kontak merupakan sudut yang terbentuk antara bulatan air dengan bahan pada saat terjadi kontak antara air dengan bahan. Besarnya sudut kontak yang terbentuk menunjukkan sifat hidrofobisitas dari bahan. Jika sudut kontak <90o maka permukaan bahan bersifat non-hidrofob atau hidrofil, jika sudut kontak yang terbentuk 90o-150o maka permukaan bahan memiliki sifat hidrofob, dan jika sudut kontak yang terbentuk <150o maka permukaan bahan memiliki sifat hidrofob. Sifat hidrofob dapat diperoleh melalui pelapisan suatu permukaan dengan senyawa yang memiliki sifat hidrofob seperti senyawa silan dan turunannya (de Ferri et al, 2013). Spandex merupakan salah satu jenis serat sintetis berbasis poliuretan yang sering digunakan dalam pembuatan pakaian antara lain kaos olahraga, jersey, dan pakaian renang, karena memiliki sifat elastis yang cukup tinggi dan mudah menyerap keringat. Atas dasar tersebut, maka penggunaan jenis kain spandex berisiko lebih besar terkena keringat dan air, sehingga menjadi media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Selain masalah tersebut, masih tingginya nilai impor Indonesia dan mahalnya harga kain yang memiliki sifat antibakteri dan antikotor mendorong untuk dilakukan penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada modifikasi dan penyempurnaan kain spandex agar memiliki sifat antibakteri dan antikotor. Sifat antibakteri diperoleh melalui deposit 3 nanopartikel perak pada serat kain. Adapun sifat antikotor diperoleh dengan menambahkan senyawa heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS). Penelitian tentang modifikasi bahan tekstil seperti ini memang telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami pada tahun 2010 yang memodifikasi kain katun dengan mendepositkan nanopartikel perak pada kain untuk memperoleh sifat antibakteri. Atas dasar itulah maka dilakukan penelitian untuk memodifikasi kain spandex agar memiliki sifat antibakteri dan antikotor yang baik. Karakterisasi terhadap kain spandex yang telah dimodifikasi meliputi analisis gugus fungsi, analisis sudut kontak, dan sifat antibakteri. Analisis gugus fungsi ditentukan dengan alat spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR). Analisis sudut kontak ditentukan dengan metode sessile drop atau tetesan air pada permukaan datar. Adapun untuk analisis sifat antibakteri ditentukan dengan metode paper disk dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri gram positif dan Eschericia coli sebagai bakteri gram negatif. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kebutuhan bahan tekstil yang cukup tinggi di Indonesia belum sepenuhnya tercukupi oleh industri tekstil dalam negeri. 2. Upaya pengembangan teknologi antimikroba pada kain di Indonesia masih terbatas. 3. Ada berbagai macam pemanfaatan produk nanoteknologi dalam upaya pengembangan bahan tekstil antimikroba. 4. Pengembangan self cleaning textile dalam pasar bahan tekstil yang semakin pesat dan kompetitif. 5. Pemanfaatan senyawa yang dapat memberikan efek antikotor dalam bahan tekstil masih terbatas. 6. Kain spandex lebih berisiko mejadi media pertumbuhan bakteri 4 7. Pengembangan bahan kain spandex yang bersifat antimikroba dan antikotor di Indonesia masih sedikit. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diperoleh, pembatasan masalah untuk penelitian ini adalah: 1. Jenis kain yang digunakan adalah kain spandex yang masih murni belum mendapatkan perlakuan apapun. 2. Upaya meningkatkan sifat antibakteri dan anti kotor pada kain dilakukan dengan menambahkan nanopartikel perak dan senyawa HDTMS. 3. Teknik sintesis nanopartikel perak yang digunakan adalah reduksi dengan reduktor trisodium sitrat 10%. 4. Karakterisasi nanopartikel perak dalam penelitian ini menggunakan analisis UV-VIS. 5. Karakterisasi serat kain yang terdeposit nanopartikel perak adalah mengetahui gugus fungsi, mengukur sudut kontak dan aktivitas antibakteri. 6. Mikroorgananisme prokariot yang digunakan pada analisis aktivitas antibakteri adalah Staphylococcus aureus sebagai bakteri gram positif dan Eschericia coli sebagai bakteri gram negatif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik nanopartikel perak yang dihasilkan dari preparasi menggunakan metode reduksi kimia? 2. Bagaimana perubahan gugus fungsi pada kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi? 3. Bagaimana perbedaan sudut kontak pada kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS? 5 4. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? 5. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia coli? 6. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri sampel kain spandex terhadap jenis bakteri yang berbeda yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui karakteristik nanopartikel perak dari hasil preparasi menggunakan metode reduksi kimia. 2. Mengetahui perubahan gugus fungsi kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi. 3. Mengetahui perbedaan sudut kontak pada kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS. 4. Mengetahui sifat antibakteri pada kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 5. Mengetahui sifat antibakteri pada kain spandex tanpa dimodifikasi, kain spandex dengan penambahan HDTMS, kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak, dan kain spandex dengan penambahan nanopartikel perak dan HDTMS Eschericia coli. 6 6. Mengetahui perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri sampel kain spandex terhadap jenis bakteri yang berbeda yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberi nilai guna antara lain: 1. Memberikan informasi tentang karakteristik nanopartikel perak hasil preparasi menggunakan metode reduksi kimia. 2. Memberikan informasi tentang perubahan gugus fungsi pada kain spandex sebelum dan sesudah modifikasi. 3. Memberikan informasi tentang perbedaan sudut kontak antara spandex murni, spandex terdeposit nanopartikel perak, spandex dengan tambahan HDTMS, dan spandex terdeposit nanopartikel perak dan HDTMS. 4. Memberikan informasi tentang aktivitas antibakteri spandex yang terdeposit nanopartikel perak terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. 7 pertumbuhan bakteri BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kain Spandex Spandex (Lycra) merupakan serat sintetis yang telah banyak dikenal di masyarakat dan digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pakaian terutama pakaian olahraga. Spandex pertama kali diperkenalkan oleh peneliti DuPont Company bernama Joseph C. Shivers pada tahun 1959 dengan nama dagang Lycra setelah hampir satu dekade melakukan penelitian (Singha, 2012). Spandex diciptakan karena adanya kebutuhan bahan tekstil yang elastis seperti karet namun tetap nyaman saat dipakai. Elastisitas spandex menyebabkan bahan kain ini dapat ditarik hingga mencapai 500% dari panjang mula-mula. Sifat spandex yang elastis diperoleh dari hasil pencampuran antara poliuretan sebagai komposisi utama yang jumlahnya sekitar ±80% dengan serat yang lain baik itu serat alami (katun, wol, dan sutera) maupun serat sintetis (poliester, nylon, dan lain-lain) (Mourad et al, 2012). Spandex ditinjau dari struktur molekulnya, terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama adalah bagian yang bersifat rubbery (elastis) yaitu makro-glikol yang merupakan polimer rantai panjang dan berasal dari monomer dengan gugus hidroksil di kedua ujungnya seperti poliester, polieter, polikarbonat atau kombinasi dari polimer tersebut. Adapun bagian yang kedua adalah bagian yang bersifat rigid yaitu polimer di-isosianat yang merupakan polimer rantai pendek dan memiliki gugus isosianat (-NCO) di kedua ujungnya dan secara umum bahan yang digunakan adalah poliuretan (Singha, 2012). Struktur molekul dari spandex secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. 8 Rigid Segment O * O CH2 CH2 O C O N N CH2 H H C O N N H H C O N CH2 H N C O * H Rubbery Segment Gambar 1. Struktur Molekul Spandex 2. Nanopartikel Perak Perkembangan teknologi nano tidak terlepas dari riset mengenai material nano. Dalam pengembangannya, material nano diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: material nano berdimensi nol (nano particle), material nano berdimensi satu (nanowire), dan material nano berdimensi dua (thin films). Pengembangan metode sintesis nanopartikel merupakan salah satu bidang yang menarik minat banyak peneliti. Nanopartikel dapat terjadi secara alamiah ataupun melalui proses sintesis oleh manusia. Sintesis nanopartikel bermakna pembuatan nanopartikel dengan ukuran yang kurang dari 100 nm dan sekaligus mengubah sifat atau fungsinya. Secara garis besar sintesis nanopartikel dapat dilakukan dengan metode top down (fisika) dan metode bottom up (kimia). Metode fisika yaitu dengan cara memecah padatan logam menjadi partikel-partikel kecil berukuran nano sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara membentuk partikel-partikel nano dari prekursor molekular atau ionik. Pembentukan nanopartikel dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu antara lain dengan cara reduksi kimia, fotokimia, dan sonokimia. Pembentukan nanopartikel dengan keteraturan yang tinggi dapat menghasilkan pola yang lebih seragam dan ukuran yang yang seragam pula. Kebanyakan penelitian telah mampu menghasilkan nanopartikel yang lebih bagus dengan menggunakan metode-metode yang umum digunakan, seperti: kopresipitasi dan sol-gel. Salah satu nanopartikel yang banyak dipelajari adalah nanopartikel perak. Partikel perak, pada skala nano memiliki sifat fisik, kimia , maupun biologis yang khas dan berbeda dengan partikel dalam bentuk bulk. Sifat khas nanopartikel perak yang banyak menjadi fokus perhatian adalah 9 aktivitas antibakteri. Kemampuan antibakteri ini sering digunakan untuk memodifikasi suatu bahan agar memiliki sifat antibakteri, salah satunya adalah pada modifikasi serat tekstil (Agus Haryono dan Sri Budi Harmami 2010). Pembuatan nanopartikel perak dapat dilakukan melalui beberapa metode, salah satunya adalah dengan metode kimia melalui proses reduksi menurut Yang Lee dan Meisel yang telah dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami (2010). Metode ini dilakukan dengan cara mereduksi larutan perak nitrat dengan adanya trinatrium sitrat. Nanopartikel perak mempunyai karakteristik yang mudah beraglomerasi antar sesamanya dan teroksidasi sehingga pada umumnya pada proses pembentukan nanopartikel perak disertakan juga senyawa lain sebagai penstabil (Ristian et al, 2014). Beberapa penstabil menurut Agus Haryono dan Sri Budi Harmami (2010) adalah bahan polimer seperti polivinil pirolidon (PVP), polietilen glikol (PEG), dan beberapa surfaktan. Reaksi yang terjadi pada proses reduksi kimia perak nitrat adalah sebagai berikut: 4Ag+(aq) + Na3C6H5O7 (aq) + 2H2O(l) 4Ag (s)+ C6H5O7H3(aq) + 3Na+(aq) + H+(aq) + O2(g) 3. Antibakteri Antibakteri adalah suatu zat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dapat dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisida. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan menghambat pertumbuhan populasi bakteri tanpa mematikannya. Adapun antibakteri bakterisida bekerja dengan cara membunuh bakteri secara langsung. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai zat antibakteri adalah nanopartikel perak (Anshari et al, 2011). Penggunaan nanopartikel perak sebagai zat antibakteri telah banyak dilakukan, salah satunya sebagai bahan untuk memodifikasi tekstil agar memiliki sifat antibakteri seperti yang telah dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami (2010) dan Anshari et al (2011). 10 Menurut Prabhu dan Pouluse (2012) nanopartikel perak dapat memiliki aktivitas antibakteri karena nanopartikel memiliki luas permukaan yang besar. Saat nanopartikel perak berinteraksi dengan sel bakteri, partikel perak akan berubah menjadi ion perak yang dapat menghentikan beberapa fungsi utama dalam sel dan merusak sel itu sendiri. Perak pada dasarnya bersifat asam lemah, sedangkan DNA bakteri sebagian besar terbentuk dari sulfur dan fosfor yang merupakan basa lemah. Dengan demikian perak akan bereaksi dengan DNA bakteri yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi dari DNA tersebut, salah satunya adalah fungsi replikasi bakteri. Menurut Hilman Anshari (2011), bahwa semakin besar ukuran partikel perak maka aktivitas antibakteri menjadi semakin menurun. Selanjutnya menurut Mulongo et al. (2011) bahwa semakin besar jumlah nanopartikel yang terdeposit maka semakin besar pula aktivitas antibakteri seperti ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Koloid Nanopartikel Perak terhadap Koloni Bakteri Gram Negatif (E. coli) Mi (CFU/mL) η (%) Sampel 15 menit 5 jam 24 jam 2,25 × 105 2,29 × 107 2,31 × 109 10 ppm 2,90 × 104 6,20 × 102 0 20 ppm 4,65 × 103 0 50 ppm 0 0 Sampel kontrol 15 5 jam 24 jam 87,11 99,99 100 0 87,93 100 100 0 100 100 100 menit 4. Sifat Antikotor atau Hidrofob Permukaan suatu bahan yang bersifat hidrofob adalah suatu permukaan yang apabila ditetesi dengan air, maka tetesan air tersebut akan membentuk bulatan yang hampir sempurna di atas permukaan bahan tersebut. Jika permukaan tersebut sedikit dimiringkan maka bulatan air akan bergulir jatuh. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu efek penghalang yang 11 tidak biasa terhadap molekul air. Efek penghalang ini muncul karena adanya kombinasi antara kekerasan permukaan suatu bahan dengan komposisi kimia bahan tersebut. Sifat hidrofob terinspirasi dari kemampuan biologis beberapa makhluk hidup seperti daun lotus, kaki cicak, dan makhluk hidup lain yang secara alami memiliki kemampuan hidrofob (Latthe et al, 2012). Terdapat banyak metode yang digunakan untuk membuat suatu permukaan bahan agar meiliki sifat hidrofob. Salah satu metode yang sering digunakan yaitu metode coating. Metode ini dilakukan dengan melakukan pelapisan terhadap suatu permukaan bahan dengan menggunakan bahan yang memiliki sifat hidrofob seperti silika yaitu senyawa-senyawa silan dan turunannya (Setyawan et al, 2012). Senyawa silan dan turunannya dapat digunakan sebagai pelapis sebab senyawa silan memiliki gugus alkoksida dan rantai alkil yang panjang. Semakin panjang rantai alkil suatu senyawa silan maka semakin baik sifat hidrofob yang diperoleh (de Ferri et al, 2013). Sifat hidrofob suatu bahan dapat diidentifikasi dengan menggunakan pengujian sudut kontak air. Sudut kontak air adalah sudut yang terbentuk antara bulatan air dengan permukaan bahan. Permukaan bahan dikatakan bersifat hidrofob jika sudut kontak yang terbentuk lebih dari 90o. Jika sudut yang terbentuk kurang dari 90o maka permukaan tersebut memiliki sifat non-hidrofob atau hidrofilik (de Ferri et al, 2013). 5. Senyawa HDTMS Terdapat banyak senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan pelapis untuk membuat sifat hidrofob. Salah satu senyawa yang sering digunakan adalah senyawa silan dan turunannya. Heksadesil trimetoksisilan (HDTMS) merupakan senyawa silan yang dapat memberikan sifat hidrofob yang baik. Hal ini disebabkan karena HDTMS memiliki gugus alkil yang panjang. Seperti dikatakan de Ferri et al (2013) bahwa senyawa silan yang memberikan sifat hidrofob paling baik adalah senyawa silan yang memiliki gugus alkoksida dan gugus alkil yang panjang. Struktur molekul dari senyawa HDTMS dapat dilihat pada Gambar 2. 12 OCH3 CH3(CH2)14CH2 Si OCH3 OCH3 Gambar 2. Struktur Molekul Senyawa HDTMS 6. Bakteri Istilah bakteri berasal dari bahasa Yunani “bakterion” yang berarti tongkat atau batang. Bakteri sebagai sel hidup memiliki informasi DNA, namun DNA tersebut tidak berada pada satu lokasi khusus (nukleus). DNA pada bakteri disebut sebagai nukleoid yang memiliki bentuk sirkuler dan panjang, tidak memiliki intron (daerah sambungan DNA) dan hanya memiliki ekson (nukleotida yang tetap) (Adams dan Moss, 1995). Menurut Adams dan Moss (1995), terdapat beberapa jenis dan ukuran bakteri, antara lain yaitu: a. Basil (basillus), yang memiliki bentuk seperti tongkat pendek sedikit silindris, dan meliputi sebagian besar jenis bakteri. Bakteri jenis ini biasanya memiliki ukuran lebar 0,3-1,0 μm dan panjang 1,5-8 μm. b. Coccus (bulat), yang memiliki bentuk seperti bola-bola kecil. Bakteri bentuk coccus biasanya ditemui secara berkelompok. Bakteri bentuk coccus yang mengelompok berempat disebut tetracoccus, bergerombol seperti anggur disebut staphylococcus dan yang berkelompok seperti kubus disebut sarcina. Ukuran tengah bakteri coccus pada umunya sekitar 1 μm. c. Spiril (Spiral), yang memiliki bentuk panjang berkelok-kelok. Lebar bakteri spiril antara 0,5-1 μm dengan panjang 2-5 μm dan ada yang mencapai panjang 10 μm. Variasi dari bentuk spiril adalah: 1) Bentuk vibrio (koma), berbentuk seperti batang bengkok atau tanda koma. Ukuran bakteri vibrio adalah lebar 0,5 μm dan panjang mencapai 3 μm. 13 2) Bentuk spirocheta (spirochet), berbentuk seperti batang berbelit-belit panjang dan banyak lilitannya. Bakteri spirocheta memiliki lebar 0,2-0,7 μm dan panjang 5-10 μm. Kain merupakan salah satu substrat yang baik sebagai media pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri apabila berada pada kondisi yang sesuai (kelembaban, nutrien, dan temperatur). Koloni bakteri pada kain dapat menyebabkan timbulnya bau tak sedap akibat dari penguraian substrat kain oleh bakteri. Penguraian kain oleh bakteri menyebabkan kualitas kain menurun dan menjadi mudah rusak. Selain itu, adanya bakteri pada kain dapat menyebabkan terjadinya infeksi apabila terjadi kontak antara kulit dengan kain yang mengandung bakteri (Isabel C. Gouveia, 2010). 7. Escherichia coli Escherichia coli merupakan bakteri yang diberi nama sesuai penemunya yaitu Theodor Escherich. Escherichia coli juga memiliki nama lain Bacterium coli commune sesuai pemberian Massini pada tahun 1907 (Melliawati, 2009). Klasifikasi bakteri Escherichia coli adalah: Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma proteobacteria Order : Enterobacteriales Family : Enterobacteri aceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli Bakteri Escherichia coli berbentuk bulat cenderung ke batang panjang dengan ukuran 0,5 x 1-3μm, memiliki volume sekitar 0,6-0,7 μm3, bergerak menggunakan flagella peritrik, dan tidak membentuk spora (Melliawati, 2009). Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif, berupa flora normal yang terdapat di dalam saluran pencernan namun juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu optimum 30-370C (Anshari et al, 2011). 14 Escherichia coli dapat menjadi indikator alami pada analisis air yang tercemar tinja. Namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan karena pemindahan bakteri ini tidak selalu melalui air. Penyebaran pasif dapat terjadi melalui makanan dan minuman. Peranan Escherichia coli dalam kehidupan antara lain sebagai bakteri yang menghuni usus besar, menghasilkan kolisin untuk melindungi pencernaan dari bakteri patogenik. Jika bakteri Escherichia coli berpindah habitat dari normal ke bagian lain dalam inang maka dapat berubah menjadi patogen, inilah yang menyebabkan penyakit. Misalnya jika bakteri Escherichia coli masuk ke dalam saluran kandung kemih kelamin dapat menyebabkan sistitis atau peradangan selaput lendir (Melliawati, 2009). 8. Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab utama penyakit kulit pada manusia. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang paling banyak ditemukan. Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut: Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Phylum : Firmicutes Class : Bacili Order : Bacillales Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus aureus dapat tumbuh optimum pada suhu yang sama seperti bakteri E. Coli yaitu 30-370C, pada pH 7,0-7,5 dan dalam NaCl 15% (Anshari et al, 2011). Bakteri tersebut memiliki bentuk seperti bola dengan diameter sekitar 1 μm yang tersusun membentuk seperti rantai (3-4 sel), berpasangan, tersusun empat-empat atau dalam bentuk tidak teratur seperti buah anggur. Koloni dari Staphylococcus aureus berwarna 15 abu-abu sampai kuning emas tua, membentuk pigmen lipochrom yang menjadikan koloni berwarna kuning. Staphylococcus aureus mengandung substansi penting di dalam struktur dinding sel yaitu polisakarida dan protein yang bersifat antigenik (Dewi, 2013). Membran plasma sel Staphylococcus aureus dikelilingi dinding sel tebal yang disebut peptidoglikan dengan persentase 90% dan sisanya berupa asam teikhoat. Nanopartikel perak lebih mudah melakukan difusi dengan bakteri jenis ini karena sebagian besar tersusun oleh plasma tunggal sehingga hambatan lebih kecil (Anshari et al, 2011). Bakteri Staphylococcus aureus bersifat anaerob fakultatif sehingga dapat hidup di udara yang hanya mengandung hidrogen. Bakteri penyebab pernanahan ini mampu bertahan pada fenol 1% selama 15 menit dan pada suhu 600C selama 30 menit . Selain dapat menyebabkan infeksi pada manusia, bakteri Staphylococcus aureus juga menjadi penyebab utama mastitis pada sapi perah dan kambing. Staphylococcus aureus yang terdapat dalam susu segar dan produk pangan menyebabkan toxic shock syndrome sebagai akibat dari keracunan pangan (Purnomo et al, 2006). 9. Karakterisasi a. ATR-FTIR Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan teknik analisis yang digunakan untuk karakterisasi gugus fungsi yang terdapat dalam suatu sampel (Li et al,. 2010). Kelebihan FTIR adalah ukuran sampel yang digunakan lebih kecil, perkembangan spektrum yang cukup cepat karena instrumen memiliki kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum (Stevens, 2007). Gugus fungsi dapat terdeteksi oleh FTIR dengan memunculkan peak-peak pada frekuensi tertentu dalam spektra inframerah. Daerah spektra infra merah dapat dibagi menjadi 2 (Kusumastuti, 2011), yaitu 1) Daerah frekuensi gugus fungsional 16 Terletak pada daerah radiasi 4000–1400 cm-1. Pita-pita absorpsi pada daerah ini utamanya disebabkan oleh vibrasi dua atom, sedangkan frekuensinya karakteristik terhadap massa atom yang berikatan dan konstanta gaya ikatan. 2) Daerah sidik jari (fingerprint) Yaitu daerah yang terletak pada 1400–400 cm-1. Pita-pita absorpsi pada daerah ini berhubungan dengan vibrasi molekul secara keseluruhan. Setiap atom dalam molekul akan saling mempengaruhi sehingga dihasilkan pita-pita absorpsi yang khas untuk setiap molekul. FTIR dangat bermanfaat dalam meneliti paduan-paduan polimer (Stevens, 2001). Hasil karakterisasi terhadap poliuretan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohaeti et al (2003), dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Puncak Serapan FTIR Poliuretan b. Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis Gugus Fungsi 3330 Ulur N-H ~1730 Gugus Uretan 1720 Ulur C=O bebas 1700 Ulur C=O berikatan hidrogen 1541 Deformasi N-H 1400 Ulur C-N-C ~1110 Ulur C-O Spektrum UV-Vis Spektroskopi serapan sinar UV-Vis dipakai untuk pengukuran kuantitatif kromfor-kromofor yang mengalami transisi (Stevens. 2007). Hasil sintesis nanopartikel perak dapat menghasilkan koloid dengan warna yang berbeda-beda. Nanopartikel dapat berwarna kuning, orange, violet dan abu-abu. Perbedaan warna ini disebabkan oleh 17 ukuran partikel perak yang terbentuk. Dengan demikian tiap-tiap warna koloid perak akan memberikan serapan pada panjang gelombang yang berbeda-beda pula (Solomon, 2007). Panjang gelombang yang dihasilkan pada spektrum UV-VIS berdasarkan ukuran partikel perak dtunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Panjang Gelombang dan Ukuran Partikel Perak pada Spektrum UV-VIS Panjang Gelombang Ukuran Partikel 10-14 nm 395-405 nm c. 35-50 nm 420 nm 60-80 nm 438 nm Aktivitas Antibakteri Pada prinsipnya, terdapat tiga metode yang dapat dilakukan ntuk melakukan uji aktvitas antibakteri yaitu Tube dilution test, Agar plate dilution test, dan Disc diffusion. Uji aktivitas antibakteri pada kain spandex yang telah terdeposit nanopartikel perak dan HDTMS dilakukan dengan menggunakan metode Disc Diffusion dengan bakteri Escherichia coli ATCC 25922 sebagai gram negatif dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 sebagai gram positif. Metode Disc diffusion dilakukan dengan cara mengukur zona jernih (clear zone) yang terbentuk. Diameter zona bening diukur sebagai indikator adanya penghambatan pertumbukan bakteri oleh nanopartikel perak sebagai bahan antibakteri (Sondi dan Sondi, 2004). Aktivitas antibakteri pada poliuretan terdeposit nanopartikel perak terhadap koloni bakteri E. coli ditunjukkan pada Tabel 4. 18 Tabel 4. Aktivitas Antibakteri Poliuretan Terdeposit Nanopartikel Perak terhadap Bakteri E. coli Jumlah koloni Sampel (CFU/mL) bakteri E. Sterilisasi (%) coli Kontrol 195.000 0 1 kali pengenceran 17.000 91 100 kali pengenceran 66.000 66,7 76.500 60,7 10.000 kali pengenceran d. Sudut Kontak Pengukuran sudut kontak dilakukan dengan metode sessile drop dengan perangkat video perekam sudut kontak. Sudut kontak ini ditentukan secara langsung menggunakan perangkat yang dinamakan goniometer. Metode ini juga dapat memberikan informasi tentang tegangan permukaan dari polimer. Tiap-tiap pengukuran sampel dilakukan dengan meneteskan sejumlah tertentu air ke permukaan spandex yang telah terdeposit nanopartikel perak dan dilapisi HDTMS dan juga spandex murni sebagai pembanding. Pengukuran ini dilakukan secara berulang. Sifat anti air akan terlihat bila suatu material memiliki tegangan permukaan kritisnya lebih kecil dibandingkan tegangan permukaan kritis air sebesar 72 dyne/cm (Wahyudi dan Rismayani, 2008). Tetesan zat cair pada suatu permukaan akan menghasilkan gaya adhesi antara zat cair dengan permukaan dan juga gaya kohesi pada zat cair itu sendiri. Kesetimbangan antara kedua gaya itulah yang akan menghasilkan sudut kontak. Kesetimbangan ini dijabarkan dalam persamaan Young yang merupakan hubungan antara sudut kontak dengan energi bebas permukaan dalam suatu sistem yang mengandung zat padat (S), zat cair (L), dan gas (V). 19 γSV – γSL = γLV cos θ γSV merupakan energi bebas permukaan zat padat, γSL merupakan energi bebas permukaan zat cair (tegangan permukaan), dan γLV adalah energi antarpermukaan antara zat padat dan zat cair. Apabila energi bebas permukaan zat padat jauh lebih besar daripada tegangan permukaan zat cair, maka gaya adhesi antara kedua zat juga sangat besar dan tetesan air akan sepenuhnya membasahi permukaan yang berarti sudut kontak θ akan bernilai 0o. Apabila energi permukaan zat padat cukup besar namun energi antar permukaannya sedikit lebih rendah daripada tegangan permukaan zat cair, maka tetesan air akan sedikit membasahi permukaan yang berarti sudut kontak θ akan bernilai 0o < θ < 90o. Apabila energi permukaan dari zat padat kecil, maka tetesan zat cair tidak terlalu membasahi permukaan dan akan menghasilkan sudut kontak yang besar yaitu >90o (Lamour dan Hamraoui, 2010). B. Kerangka Berpikir Sandang merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat. Di Indonesia sendiri kebutuhan akan sandang semakin meningkat setiap tahunnya. Berbagai bahan tekstil telah banyak digunakan sebagai bahan pembuat sandang. Salah satunya adalah bahan tekstil yang berbasis poliuretan atau dalam dunia fashion biasa disebut kain spandex atau lycra. Indonesia yang merupakan negara tropis, memiliki suhu udara yang cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan masyarakat Indonesia mudah berkeringat. Dengan adanya keringat, pakaian akan mudah menjadi bau yang diakibatkan oleh adanya bakteri. Dengan demikian diperlukan pengembangan untuk membuat bahan tekstil yang memiliki sifat antibakteri. Nanopartikel perak sejak lama telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang efektif. Dalam skala nano, partikel perak memiliki sifat fisika, kimia, dan biologi yang khas, berbeda dengan perak dalam ukuran yang lebih besar. Nanopartikel perak dapat diaplikasikan untuk memodifikasi bahan spandex dengan sifat antibakteri dan antikotor. 20 Penelitian ini diawali dengan membuat koloid nanopartikel perak dengan metode reduksi menggunakan larutan perak nitrat sebagai prekursor, trinatrium sitrat, dan polivinil alkohol sebagai stabilisator nanopartikel perak. Koloid nanoprtikel perak kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan UVVIS untuk mengetahui keberhasilan terbentuknya nanopartikel perak. Koloid nanopartikel perak kemudian didepositkan pada bahan spandex. Selain sifat antibakteri, dilakukan juga modifikasi bahan tekstil agar memiliki sifat antikotor (hidrofob). Bahan tekstil yang bersifat hidrofob dibuat dengan menambahkan senyawa HDTMS. Bahan tekstil yang telah dideposit dengan nanopartikel perak selanjutnya dilapisi dengan senyawa HDTMS. Bahan tekstil yang telah dideposit dengan nanopartikel perak dan HDTMS kemudian dikarakterisasi yang meliputi gugus fungsi, uji sudut kontak, dan uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan bakteri E. coli dan S. aureus. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah bahan spandex yang dideposit dengan nanopartikel perak dan dilapisi dengan heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS) 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakteristik nanopartikel perak, aktivitas antibakteri dan antikotor dari bahan spandex tanpa deposit nanopartikel perak, bahan tekstil spandex terdeposit nanopartikel perak, bahan tekstil spandex terdeposit nanopartikel perak yang dilanjutkan dengan penambahan HDTMS, serta bahan spandex dengan penambahan HDTMS. B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini jenis kain dan jenis bakteri. Jenis kain yang digunakan adalah kain spandex tanpa modifikasi (selanjutnya disebut S.0), kain spandex terdeposit nanopartikel perak (selanjutnya disebut S.1), kain spandex dengan penambahan HDTMS (selanjutnya disebut S.2), kain spandex terdeposit nanopartikel perak dengan penambahan HDTMS (selanjutnya disebut S.3). Jenis mikroorganisme yang digunakan meliputi bakteri Eschericia coli (gram negatif) dan Staphylococcus aureus (gram positif). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antibakteri dan sudut kontak dari keempat jenis kain. 22 3. Variabel Terkontrol Variabel terkontrol pada penelitian ini adalah temperatur dan pH inkubasi, temperatur reduksi AgNO3, konsentrasi AgNO3 yang digunakan, bahan pereduksi AgNO3, konsentrasi senyawa HDTMS yang digunakan, dan media pertumbuhan bakteri. C. Instrumen Penelitian 1. Alat a. ATR-FTIR Perkin Elmer k. Pembakar spiritus Spectrum Version 10.4.00 l. Termometer b. Spektrofotometer UV-Vis m. Kondensor Shimadzu UV-2400 PC n. Labu leher tiga Series o. Erlenmeyer c. Oven p. Tabung reaksi d. Shaker q. Labu ukur e. Hot plate-Magnetic stirrer r. Pipet ukur f. s. Cawan petri Neraca analitik g. Neraca analitik t. Batang pegaduk h. Regulator gas nitrogen i. Jangka sorong j. Jarum ose 2. Bahan-Bahan a. Kain Spandex b. Perak nitrat padatan (AgNO3) c. Natrium sitrat (Na3C6H5O7) d. Gas nitrogen e. Aquadest f. Heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS) 4% dalam etanol g. Spiritus h. Polivinil alkohol (PVA) 23 i. Nutrien Agar (NA) j. Nutrient Broth (NB) k. Alkohol 70% l. Bakteri Escherisia coli ATCC 35218 m. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 D. Tahapan Penelitian 1. Preparasi Nanopartikel Perak dengan Metode Reduksi Larutan AgNO3 a. Proses Pembuatan Larutan PVA 0,5% Larutan PVA 0,5% dibuat dengan cara melarutkan 0,5 gram padatan PVA dalam 100 mL aquades pada suhu ±700C dalam Erlenmeyer. Campuran diaduk hingga semua PVA larut semua. b. Proses Pembuatan Larutan Natrium Sitrat (Na3C6H5O7) 10% Larutan Na3C6H5O7 10% dibuat dengan cara melarutkan sejumlah 10 gram Na3C6H5O7 pada labu ukur 100 mL. Campuran digojok hingga semua padatan larut sempurna. c. Proses Pembuatan Larutan AgNO3 10-3M Larutan AgNO3 10-3M dibuat dengan cara melarutkan padatan AgNO3 sebanyak 0,0425 gram dalam 250 mL aquades dengan menggunakan labu ukur. Campuran kemudian digojok hingga semua padatan AgNO3 larut. d. Proses Pembuatan Nanopartikel Perak Proses diawali dengan mencampurkan 250 mL larutan AgNO3 10-3 M dengan 100 mL PVA 0,5% ke dalam labu leher tiga dan memanaskan hingga mendidih atau pada suhu ±90oC. Mengaduk larutan dengan kuat yang kemudian diikuti dengan menambahkan 20 mL larutan natrium sitrat 10% tetes demi tetes. Kemudian mengalirkan gas nitrogen sambil pemanasan dan pengadukan terus dilakukan hingga terjadi perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna, pemanasan, dan aliran gas nitrogen dihentikan. Pengadukan terus dilakukan hingga 24 suhu kamar. Nanopartikel perak yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Kain Spandex Kain Spandex yang akan dideposit nanopartikel perak dicuci, disterilisasi menggunakan etanol kemudian dikeringkan sebelum dipakai. Sampel kain spandex yang digunakan berukuran 10 cm x 10 cm. Proses deposit nanopartikel perak pada kain spandex dilakukan dengan metode pencelupan. Merendam sampel dalam koloid nanopartikel perak pada Erlenmeyer 50 mL. Campuran tersebut kemudian di-shake dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Sampel selanjutnya dikeringkan pada suhu kamar. 3. Pelapisan Permukaan Kain Spandex dengan Senyawa HDTMS a. Proses Pembuatan Larutan Etanol-HDTMS 4% Larutan etanol-HDTMS 4% dibuat dengan mencampurkan 40 mL senyawa HDTMS ke dalam 960 mL etanol. Campuran kemudian diaduk hingga tercampur sempurna. b. Proses Pelapisan Kain Spandex dengan Senyawa HDTMS Pelapisan kain spandex dengan senyawa HDTMS dilakukan dengan cara merendam kain dalam larutan etanol-HDTMS 4%. Adapun kain spandex yang dilapisi yaitu kain spandex tanpa deposit nanopartikel perak dan kain spandex dengan deposit nanopartikel perak. Kain direndam di dalam Erlenmeyer hingga semua bagian kain terendam dan di-shake dengan kecepatan 150 rpm selama 2 jam. Kain spandex yang telah dilapisi HDTMS, kemudian dikeringkan pada suhu ruang selama 24 jam. 4. Uji Sudut Kontak Sifat antikotor (hidrofob) dari sampel diukur menggunakan pengukuran besar sudut kontak (θ) antara cairan dan permukaan sampel. Sampel kain spandex yang telah terlapisi oeh HDTMS ditempatkan di atas permukaan meja atau papan yang datar. Kemudian air diteteskan dengan 25 menggunakan pipet tetes dari ketinggian 1 cm dari sampel dengan volume sebanyak satu tetes. Setelah beberapa saat air diteteskan, dilakukan pemotretan pada bulatan air yang terbentuk di permukaan kain spandex. Hasil foto diolah menggunakan aplikasi Corel Draw untuk menentukan besar sudut kontak antara cairan dengan permukaan sampel. 5. Uji Aktivitas Antibakteri a. Pembuatan Media Padat dan Media Cair Media padat yang digunakan pada penelitian ini adalah nutrien agar (NA) instan. NA dipreparasi dengan menimbang sebanyak 14 gram dan memasukkannya ke dalam gelas beker 1000 mL. Menambahkan aquades sebanyak 500 mL. Campuran kemudian dipanaskan di atas Hot Plate-Magnetic Stirrer sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah larutan mendidih, kemudian larutan dituang ke dalam Erlenmeyer 500 mL dan disumbat dengan kapas berbalut kasa agar tetap steril. Media cair yang digunakan pada penelitian ini adalah Nutrient Broth (NB) instan. Preparasi NB dilakukan dengan memasukkan sebanyak 2,6 gram NB ke dalam gelas beker berisi 200 mL aquades. Larutan kemudian dipanaskan sambil terus diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, larutan kemudian dituangkan ke dalam botol dan disumbat dengan menggunakan kapas berbalut kasa agar tetap steril. NA dan NB kemudian di-autoklaf agar lebih steril. b. Inokulasi Bakteri Sebelum bakteri digunakan untuk menguji sampel, bakteri harus dibiakkan terlebih dahulu agar apabila terjadi kontaminasi pada media, masih ada media bakteri yang dapat digunakan. Bakteri dibiakkan pada media agar miring berupa tabung reaksi berisi nutrien agar (NA). Bakteri dari media lama diambil dengan menggunakan jarum ose steril dan disayatkan pada media agar miring dari bawah ke atas secara zigzag. Media agar miring kemudian disumbat dengan menggunakan 26 kapas dan ditutup lagi dengan plastik wrap agar lebih rapat. Inokula tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Koloni bakteri yang telah tumbuh pada media agar miring, kemudian dipindahkan ke dalam media cair yang berupa Nutrient Broth (NB). Pemindahan dilakukan dengan mengambil bakteri dari agar miring menggunakan jarum ose steril dan memasukkannya ke dalam media cair. Media cair tersebut kemudian disumbat dengan menggunakan kapas dan ditutup lagi menggunakan plastik wrap. Media cair kemudian diinkubasi lagi selama 24 jam pada suhu 37oC. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inokulasi bakteri yaitu semua alat yang digunakan harus steril dan dikerjakan di tempat khusus yaitu Laminar air Flow agar tidak terjadi kontaminasi. c. Uji Aktivitas Antibakteri pada Kain Spandex Pengujian aktivitas antibakteri pada kain spandex dilakukan dengan metode disc diffusion. Sampel kain dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 0,5 cm. Kemudian mengambil bakteri dari media cair menggunakan pipet dan dituangkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media padat NA. Media cair tersebut kemudian diratakan. Sampel kain kemudian diletakkan di atas cawan petri tersebut. Cawan petri kemudian ditutup dan disegel menggunakan plastik wrap untuk menghindari kontaminasi. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, kemudian dilakukan pengukuran terhadap zona jernih yang terbentuk. Pengukuran dilakukan pada waktu 24 jam, 28 jam, 31 jam, 49 jam, 52 jam, 55 jam, 61 jam, 70 jam, 72 jam. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui perubahan diameter zona jernih yang terjadi. 27 E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-tampak (UV-Vis) Hasil pengukuran UV-VIS dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah spektrum. Berdasarkan spektrum tersebut dapat diketahui panjang gelombang maksimum dari serapan nanopartikel perak. Spektrum serapan UV-Vis dari nanopartikel perak berada pada panjang gelombang antara 400-500 nm. Panjang gelombang yang semain besar menunjukkan bahwa nanopartikel perak yang terbentuk semakin besar ukurannya. 2. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil uji aktivitas bakteri diperoleh data berupa diameter zona jernih. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perubahan diameter zona jernih tiap satuan waktu. Diameter zona jernih menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh sampel kain. Besarnya diameter zona jernih berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri pada sampel, artinya semakin besar diameter zona jernih yang terukur maka semakin besar aktivitas antibakteri yang terjadi pada sampel. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri sampel spandex murni (S.0), spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), spandex terlapisi HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) dapat diketahui sampel kain spandex yang memiliki aktivitas antibakteri optimum. 3. Uji Sudut Kontak Air Pengujian sudut kontak air terhadap sampel akan menghasilkan data berupa besarnya sudut yang terbentuk antara bulatan atau tetesan air dengan permukaan sampel. Apabila sudut yang terbentuk semakin besar maka sifat permukaan sampel semakin hidrofob. Namun jika sudut yang terbentuk semakin kecil maka sifat permukaan sampel akan semakin hidrofilik atau non-hidrofob. Permukaan sampel dikatakan bersifat hidrofob apabila sudut kontak air yang terbentuk >90o. 28 4. Analisis Fourier Transform InfraRed (FTIR) Analisis menggunakan alat Spektrofotometer IR ini bertujuan untuk menganalisis gugus-gugus fungsi dari serat kain spandex murni (S.0), spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), spandex terlapisi HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3). Hasil analisis berupa spektrum yang menunjukkan pita dari tiap-tiap gugus fungsi dari sampel. Hasil analisis ini dapat diketahui gugus-gugus fungsi yang dimiliki oleh sampel secara kualitatif. F. Diagram Alir Penelitian 1. Preparasi Nanopartikel Perak 200 mL larutan AgNO3 10-3 M direfluks Ditambah larutan PVA 0,5% Dipanaskan hingga suhu ±90oC Diaduk dengan magnetic stirrer Campuran AgNO3 dan PVA Gas nitrogen dialirkan Ditambahkan 20 mL trisodium sitrat 10% tetes demi tetes Larutan berubah warna Pemanasan dihentikan Pengadukan dilanjutkan hingga suhu kamar Koloid nanopartikel perak Karakterisasi UV-Vis 29 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Spandex Sampel spandex dicuci, disterilisasi, dan dikeringkan Sampel spandex dipotong dengan ukuran 10x10 cm Sampel spandex direndam dalam koloid nanopartikel perak (Erlenmeyer 50 mL) Di-shake pada 150 rpm selama 24 jam Dikeringkan pada pada suhu ruang Karakterisasi dengan FTIR, Sudut kontak, dan aktivitas antibakteri 3. Pelapisan Spandex dengan Senyawa HDTMS Larutan etanol-HDTMS 4% dalam Erlenmeyer Sampel spandex dimasukkan hingga terendam Di-shake pada 150 rpm selama 2 jam pada suhu ruang Pengeringan sampel pada suhu ruang selama 24 jam Karakterisasi dengan FTIR, sudut kontak, dan aktivitas antibakteri 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Spektrum UV-VIS AgNO3 dan Nanopartikel Perak Spektrum UV-VIS larutan AgNO3 dan koloid nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3. Overlap Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 dan Koloid Nanopartikel Perak Interpretasi Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 dan Koloid Nanopartikel Perak ditunjukkan oleh Tabel 5. 31 Tabel 5. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 dan Nanopartikel Perak Serapan Zat Panjang gelombang (nm) AgNO3 218,50 Nanopartikel perak 429,00 2. Spektrum FTIR Spektrum FTIR kain spandex dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Spektrum FTIR Kain Spandex (S.0) Spektrum FTIR kain spandex terdeposit nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) Spektrum FTIR kain spandex yang telah dilapisi HDTMS dapat dilihat pada Gambar 6. 32 Gambar 6. Spektrum FTIR Kain Spandex Terlapis HDTMS (S.2) Spektrum FTIR kain spandex terdeposit nanopartikel perak yang telah dilapisi HDTMS dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapis HDTMS (S.3) Interpretasi masing-masing spektrum FTIR kain spandex dapat dilihat pada Tabel 6. 33 Tabel 6. Interpretasi Spektrum FTIR Sampel Kain Spandex Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi -CHBengkokan C-H keluar bidang S.0 S.1 S.2 S.3 518,30- 502,96- 518,39- 526,17- 534,21 523,71 543,04 575,63 720,26 720,19 720,38 720,32 870,33 870,51 870,27 970,56 970,52 1016,66- 1017,67- 1017,43- 1093,65 1091,71 1091,40 1242,25 1244,86 1244,21 1339,70- 1340,32- 1340,16- 1407,37 1407,74 1407,77 1465,40 1465,87 1710,92 1711,23 2922,30 2964,23 Bengkokan C-H ke dalam bidang Vibrasi C-C C-O Ester/Uretan 1088,91 C-N 1239,48 Vibrasi C-H -CH2C=O Uretan 1711,75 1711,49 -CH3 3. Uji Sudut Kontak Hasil pengujian sudut kontak kain spandex (S.0), spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), spandex terlapis HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak yang telah dilapisi HDTMS (S.3) dapat dilihat pada Lampiran. Berdasarkan gambar tersebut maka diperoleh hasil pengukuran sudut kontak yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Sudut Kontak Sampel Kain Spandex Sampel S.0 S.1 S.2 S.3 Sudut Kontak θo Kiri 128,71 0,00 135,00 127,69 Kanan 116,13 0,00 120,74 133,36 34 Rata-rata 122,42 0,00 127,87 130,52 4. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri a. Pengujian terhadap Bakteri E. coli Pengujian aktivitas antibateri pada kain spandex (S.0), spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), spandex terlapisi HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak serta terlapisi HDTMS (S.3) dengan menggunakan bakteri E. coli dilakukan dengan mengukur zona jernih yang dihasilkan. Data hasil pengamatan zona jernih pada sampel S.0 S.1; S.2; S.3; dan kontrol positif dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Diameter Zona Jernih Sampel Kain terhadap Bakteri E. coli Waktu (jam) 0 24 28 31 49 52 55 61 70 72 (+) 0,0000 0,2467 0,2733 0,2800 0,2600 0,2533 0,2800 0,2700 0,2633 0,2633 Diameter Zona Jernih (cm) S.0 S.1 S.2 S.3 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0567 0,1550 0,0967 0,2733 0,0600 0,1367 0,0867 0,2500 0,0700 0,1417 0,0867 0,2133 0,0467 0,0883 0,1133 0,2133 0,0633 0,1750 0,1100 0,2567 0,0633 0,1550 0,1067 0,2600 0,0500 0,1650 0,1100 0,2467 0,0400 0,1683 0,1117 0,2333 0,0433 0,1750 0,1083 0,2433 Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 8, maka dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pengamatan terhadap besarnya diameter zona jernih yang terbentuk pada sampel kain. Grafik perbandingan zona jernih antara sampel S.0; S.1; S.2; dan S.3 dengan menggunakan bakteri E. coli dapat dilihat pada Gambar 8. 35 DIameter Zona Jernih (cm) 0,3 Grafik Hasil Uji Antibakteri Kain Spandeks dengan Bakteri E. coli 0,25 (+) 0,2 S.0 0,15 S.1 0,1 S.2 S.3 0,05 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Waktu (jam) Gambar 8. Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kain Spandex terhadap Bakteri E. coli b. Pengujian terhadap Bakteri S. Aureus Pengujian aktivitas antibateri pada kain spandex (S.0), spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), spandex terlapisi HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak serta terlapisi HDTMS (S.3) dengan menggunakan bakteri S. aureus dilakukan dengan mengukur zona jernih yang dihasilkan. Data hasil pengamatan zona jernih pada sampel S.0 S.1; S.2; S.3; dan kontrol positif dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Pengamatan Diameter Zona Jernih Sampel Kain terhadap Bakteri S. aureus Diameter Zona Jernih (cm) Waktu (jam) (+) S.0 S.1 S.2 S.3 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 24 0,1600 0,0672 0,1333 0,2817 0,3700 28 0,1567 0,0983 0,1483 0,3233 0,3767 31 0,2167 0,0833 0,1667 0,2933 0,3867 49 0,4100 0,1156 0,1633 0,3000 0,4500 52 0,4600 0,1022 0,1900 0,2967 0,4333 55 0,4667 0,0711 0,2167 0,2550 0,4350 61 0,4900 0,0867 0,2133 0,2450 0,4383 70 0,5000 0,0822 0,2033 0,2517 0,4333 72 0,4967 0,0833 0,2017 0,2517 0,4350 36 Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9, maka dapat dibuat grafik hubungan antara waktu pengamatan terhadap besarnya diameter zona jernih yang terbentuk pada sampel kain. Grafik perbandingan zona jernih antara sampel S.0; S.1; S.2; dan S.3 dengan menggunakan bakteri S. aureus dapat dilihat pada Gambar 9. 0,6 Diameter Zona Jernih (cm) 0,5 0,4 (+) S.0 0,3 S.1 S.2 0,2 S.3 0,1 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Waktu (jam) Gambar 9. Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kain Spandex terhadap Bakteri S. aureus B. PEMBAHASAN 1. Preparasi Nanopartikel Perak Pada penelitian ini, sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan metode bottom up yaitu dengan cara reduksi kima dari larutan perak nitrat (AgNO3) dengan menggunakan trisodium sitrat sebagai reduktor sebagaimana yang telah dilakukan oleh Agus Haryono dan Sri Budi Harmami (2010). Nanopartikel perak mempunyai karakterisitik yang mudah beraglomerasi antar sesamanya dan teroksidasi sehingga pada proses pembentukan nanopartikel perak disertakan senyawa lain sebagai stabilizer (Ristian et al, 2014). Stabilizer yang digunakan yaitu polivinil alkohol (PVA). PVA diketahui dapat digunakan sebagai penstabil dan pencegah agregasi pada nanopartikel perak. Stabilisasi nanopartikel perak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu stabilisasi elektrostatik dan 37 stabilisasi sterik. PVA merupakan polimer yang mampu menstabilkan nanopartikel perak melalui stabilisasi sterik yaitu dengan adanya pelapisan (coating) yang terjadi berdasarkan adsorpsi pada permukaan nanopartikel perak oleh PVA (Pimpang dan Chopuun, 2011). Koloid nanopartikel perak yang terbentuk selanjutya dikarakterisasi menggunakan UV-VIS untuk mengetahui bahwa telah terbentuk nanopartikel perak. Karakterisasi nanopartikel perak dengan menggunakan UV-VIS, akan memberikan absorbansi di sekitar panjang gelombang 420 nm (Chitte et al, 2012). Pada penelitian ini, nanopartikel perak yang terbentuk memberikan absorbansi pada panjang gelombang 429 nm sebagaimana ditunjukkan oleh spektrum UV-VIS nanopartikel perak pada Gambar 4. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui perbedaan antara larutan AgNO3 sebelum dan sesudah tereduksi sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui perbedaan spektrum antara larutan AgNO3 sebelum dan sesudah direduksi. Spektrum AgNO3 yang belum direduksi memberikan absorbansi pada 218,50 nm, sedangkan pada spektrum koloid nanopartikel perak menunjukkan absorbansi pada 429 nm yang merupakan absorbansi dari nanopartikel perak. Munculnya absorbansi pada 429 nm selain menunjukkan adanya nanopartikel perak yang terbentuk juga dapat digunakan sebagai dasar memperkirakan ukuran nanopartikel perak yang terbentuk. Menurut Solomon (2007), absorbansi nanopartikel perak pada 429 nm memiliki ukuran partikel antara 30-80 nm. Apabila ditinjau dari nilai absorbansi yang diperoleh, diketahui bahwa nilai absorbansi dari nanopartikel perak cukup rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi nanopartikel perak yang terbentuk tidak terlalu besar. Tidak terlalu besarnya konsentrasi nanopartikel perak yang terbentuk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu reaksi yang tidak sempurna sehingga tidak semua ion perak berubah menjadi nanopartikel perak, juga dapat disebabkan nanopartikel perak yang terbentuk kemudian beraglomerasi membentuk endapan perak. Hal tersebut 38 dapat dilihat dari adanya endapan hitam yang muncul setelah koloid nanopartikel perak didiamkan dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa reduksi larutan AgNO3 dengan adanya trisodium sitrat dapat menghasilkan nanopartikel perak sebagaimana ditunjukkan dari hasil karakterisasi menggunakan UV-VIS. 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Sampel Kain Spandex Sampel kain spandex yang telah terdeposit nanopartikel perak berwarna sedikit kecoklatan, berbeda dengan kain spandex yang tidak diberi perlakuan apapun yang berwarna putih. Warna tersebut sama dengan warna dari koloid nanopartikel perak yang berwarna kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa nanopartikel perak telah terdeposit pada kain spandex. Perbedaan antara kain spandex murni dan kain spandex yang telah terdeposit nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 10. (b) (a) Gambar 10. (a) Spandex (b) Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak Secara fisik, perbedaan antara kain spandex dan spandex terdeposit nanopartikel perak hanya berupa perbedaan warna. Penambahan nanopartikel perak tidak mempengaruhi elastisitas kain spandex. Hal ini disebabkan nanopartikel perak hanya menempel pada permukaan kain, tidak bereaksi dengan kain spandex. Sehingga tidak penambahan nanopartikel perak tidak menyebabkan perubahan sifat kain spandex. 39 3. Modifikasi Sampel Kain Spandex dengan Pelapisan Menggunakan HDTMS Pada penelitian ini, senyawa silan yang digunakan untuk memperoleh sifat hidrofob adalah senyawa heksadesiltrimetoksisilan atau HDTMS. HDTMS dipilih sebab memiliki gugus alkoksida dan rantai alkil yang panjang sebagaimana terlihat pada Gambar 2 tentang struktur senyawa HDTMS. Sifat hidrofob atau antikotor merupakan sifat suatu permukaan apabila ditetesi air, maka akan terbentuk bulatan-bulatan air pada permukaannya dan bulatan air tersebut akan bergulir jatuh apabila permukaan bahan dimiringkan. Secara alamiah, sifat hidrofob dapat dijumpai pada beberapa makhluk hidup seperti daun lotus dan kaki cicak. Berdasarkan inspirasi tersebut, beberapa metode dikembangkan untuk menciptakan suatu permukaan yang bersifat hidrofob. Salah satu metode yang sering digunakan yaitu metode coating dengan menggunakan suatu bahan yang bersifat hidrofob, seperti yang telah dilakukan oleh de Ferri et al (2013). Metode coating dapat dilakukan dengan melapiskan suatu bahan hidrofob ke permukaan suatu bahan. Bahan yang bersifat hidrofob yang dapat digunakan antara lain yaitu senyawa silan dan turunannya. Senyawa silan dapat digunakan sebagai bahan pelapis sebab senyawa silan memiliki senyawa alkoksida dan rantai alkil yang panjang, dan semakin panjang rantai alkil yang dimiliki, maka semakin baik sifat hidrofob yang akan diperoleh (de Feri et al, 2013). Senyawa silan saat dilapiskan pada suatu permukaan misalnya serat, akan membentuk semacam papila-papila berukuran nano pada permukaan tersebut yang dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap molekul-molekul air. Struktur papila tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. 40 Ikatan Hidrogen Permukaan Hidrofobik H3C CH3 H3C Si O O H3C CH3 Si O CH3 H3C Si O Si H3C CH3 O Si CH3 H3C O Si CH3 O Permukaan Serat Gambar 11. Struktur Hidrofob Permukaan Serat yang Terlapisi Senyawa Silan Preparasi sampel kain spandex yang dilapisi dengan senyawa HDTMS diawali dengan membuat larutan HDTMS-etanol 4%. Larutan etanol-HDTMS 4% dibuat dengan cara mencampurkan 40 mL larutan stok senyawa HDTMS dengan 960 mL etanol. Larutan diaduk hingga tercampur sempurna. Tujuan pembuatan larutan ini adalah agar larutan HDTMS yang digunakan tidak terlalu pekat sehingga penggunaan senyawa HDTM menjadi lebih efisien. Proses pelapisan kain spandex dilakukan dengan metode coating, yaitu dengan cara mencelupkan kain sampel pada larutan etanol-HDTMS 4%. Sampel kain spandex yang digunakan yaitu kain spandex murni dan kain spandex terdeposit nanopartikel perak. Sampel kain spandex dimasukkan ke dalam Erlenmeyer berisi larutan etanol-HDTMS 4%. Volume larutan yang digunakan yaitu sekitar 50-100 mL atau sampai semua sampel kain spandex terendam sempurna, kemudian di-shaker dengan kecepatan 150 rpm selama ±2 jam. Sampel kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Sampel kain spandex yang telah terlapisi oleh senyawa HDTMS, secara kasat mata tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan sampel kain yang belum terlapisi oleh senyawa HDTMS, sebagaimana dapat diamati pada Gambar 12 dan 13. 41 (b) (a) Gambar 12. (a) Kain Spandex Murni (b) Kain Spandex Terlapisi HDTMS (a) (b) Gambar 13. (a) Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (b) Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS Kain spandex sebelum dan sesudah dilapisi dengan senyawa HDTMS dapat dibedakan berdasarkan sifat hidrofobiknya. Oleh karena itu, kemudian dilakukan pengujian dan analisis sudut kontak untuk mengidentifikasi sifat hidrofobik sampel kain spandex sebelum dan sesudah dilapisi dengan senyawa HDTMS. 4. Analisis FTIR a. Spektrum Spandex Murni (S.0) Spektrum FTIR kain spandex murni (S.0) ditunjukkan pada Gambar 5. Pada daerah 1711,75 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O uretan yang diperkuat dengan adanya serapan C-O uretan pada 1088,91 cm-1 yang menjadi ciri utama pada kain spandex karena komposisi utama 42 kain spandex merupakan poliuretan. Adanya serapan C-N pada 1239,48 cm-1 juga memperkuat keberadaan gugus uretan pada kain spandex. Serapan pada 720,26 cm-1 menunjukkan bengkokan C-H aromatis keluar bidang. Serapan tersebut menunjukkan adanya cincin aromatis yang merupakan bagian dari struktur MDI (Metilen-4,4’-difenildiisosianat) atau TDI (Toluen diisosianat) yang terkandung dalam kain spandex. Serapan yang muncul pada 518,30 cm-1 dan 534,21 cm-1 merupakan daerah ulur ikatan –CH-. Berdasarkan hasil analisis spektroskopi FTIR sampel kain spandex murni (S.0), dapat diketahui bahwa pada sampel kain spandex (S.0) terdapat gugus uretan dan cincin aromatis dari struktur MDI/TDI yang merupakan bagian utama dari struktur molekul kain spandex. b. Spektrum Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) Spektrum hasil analisis sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dengan teknik spektroskopi FTIR ditunjukkan pada Gambar 6. Serapan pada 1711,49 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O uretan yang diperkuat oleh adanya serapan C-O pada 1016,66 cm-1 dan 1093,65 cm-1. Serapan C-N ditunjukkan pada 1242,25 cm-1. Munculnya serapan tersebut jelas menunjukkan adanya gugus uretan yang menjadi gugus utama pada struktur molekul kain spandex. Serapan pada 502,96 cm-1 dan 523,71 cm-1 menunjukkan daerah ulur ikatan –CH-. Kemudian bengkokan C-H aromatik keluar bidang ditunukkan pada 720,26 cm-1 dan bengkokan C-H aromatik ke dalam bidang ditunjukkan pada 870,33 cm1 . Adanya serapan tersebut menunjukkan adanya cincin aromatis yang merupakan bagian dari struktur MDI/TDI pada struktur molekul kain spandex. Serapan pada 1339,70 cm-1 dan 1407,37 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ikatan C-H. Vibrasi ini tidak terlihat pada spektrum sampel kain spandex murni (S.0). Hal ini disebabkan adanya interaksi antara ikatan C-H dengan nanopartikel perak yang terdeposit, sehingga dapat menghasilkan vibrasi pada ikatan C-H. 43 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik spektroskopi FTIR terhadap sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) menunjukkan adanya gugus uretan yang merupakan gugus utama pada struktur moekul kain spandex. Adanya nanopartikel perak yang terdeposit pada kain spandex, tidak bereaksi dan mengubah struktur molekul dari kain spandex. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya serapan yang menunjukkan adanya gugus fungsi baru akibat adanya nanopartikel perak. Nanopartikel perak yang terdeposit pada kain spandex hanya mempengaruhi gerakan molekul. c. Spektrum Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) Spektrum hasil analisis menggunakan teknik FTIR terhadap sampel kain spandex yang terlapisi senyawa HDTMS ditunjukkan pada Gambar 7. Berdasarkan spektrum tersebut, dapat dilihat adanya serapan C=O uretan pada 1710,92 cm-1 yang diperkuat oleh adanya serapan C-O pada 1017,67 cm-1 dan 1091,71 cm-1. Serapan pada 1244,86 cm-1 menunjukkan adanya serapan dari C-N. Adanya serapan tersebut secara tegas menunjukkan adanya gugus uretan pada sampel kain spandex terlapisi senyawa HDTMS. Serapan pada 518,39 cm-1 dan 543,04 cm-1 menunjukkan serapan dari ulur ikatan –CH-. Bengkokan C-H aromatik ke luar bidang ditunjukkan oleh serapan pada 720,38 cm-1 dan bengkokan C-H aromatik ke dalam bidang ditunjukkan oleh serapan pada 870,51 cm1 . Munculnya serapan tersebut menunjukkan adanya cincin aromatik yeng menjadi bagian dari struktur MDI/TDI dalam struktur molekul kain spandex. Serapan pada 1340,32 cm-1 dan 1407,74 cm-1 menunjukkan vibrasi dari ikatan C-H. Serapan pada 1465,40 cm-1 menujukkan adanya ikatan C-H alkana. Serapan tersebut tidak muncul pada sampel kain S.0 dan S.1 sehingga kemungkinan serapan tersebut muncul akibat adanya rantai alkil pada senyawa HDTMS. Hal tersebut diperkuat dengan adanya vibrasi ikatan C-C pada 970,56 cm-1 dan munculnya serapan dari vibrasi ulur C-H dari gugus CH3 pada 2922,30 cm-1. Serapan ini menunjukkan adanya senyawa 44 HDTMS yang terdapat pada sampel kain spandex terlapisi senyawa HDTMS (S.2). Berdasarkan analisis spektrum FTIR sampel kain spandex terlapisi senyawa HDTMS (S.2) menunjukkan adanya gugus uretan yang merupakan ciri utama dari struktur molekul kain spandex. Kemudian adanya senyawa HDTMS yang melapisi kain spandex dapat diketahui berdasarkan adanya serapan gugus metoksi pada spektrum tersebut. Atas dasar hal tersebut dapat diketahui bahwa proses pelapisan senyawa HDTMS pada kain spandex telah berhasil sebagaimana ditunjukkan oeh hasil spektrum FTIR terhadap sampel kain spandex terlapisi senyawa HDTMS (S.2). d. Spektrum Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) Spektrum hasil analisis menggunakan teknik spektroskopi FTIR terhadap sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi senyawa HDTMS (S.3) ditunjukkan ada Gambar 8. Berdasarkan spektrum tersebut, diketahui adana serapan pada 1711,23 cm-1 yang menunjukkan serapan dari C=O uretan yang diperkuat oleh adanya serapan C-O pada 1017,43 cm-1 dan 1091,40 cm-1, serta adanya serapan dari gugus C-N pada 1244,21 cm-1. Adanya serapan tersebut menunjukkan adanya gugus uretan pada sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi senyawa HDTMS (S.3). Serapan pada 526,17 cm-1 dan 575,63 cm-1 menunjukkan serapan dari ikatan –CH-. Bengkokan C-H aromatik keluar bidang ditunjukkan oleh serapan pada 720,32 cm-1, sedangkan bengkokan C-H aromatik ke dalam bidang ditunjukkan oleh adanya serapan pada 870,27 cm-1. Adanya serapan tersebut menujukkan adanya cincin aromatik yang merupakan bagian dari dstruktur MDI pada struktur molekul kain spandex. Serapan pada 1340,16 cm-1 dan 1407,77 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi ikatan CH. Adanya serapan pada 1465,87 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-H alkana yang merujuk pada rantai alkil senyawa HDTMS. Hal tersebut diperkut dengan adanya vibrasi dari ikatan C-C pada 970,52 cm-1 dan 45 munculnya serapan dari vibrasi ulur C-H dari gugus -CH3 pada 2964,23 cm-1. Berdasarkan hasil analisis spektrum FTIR dari sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi senyawa HDTMS (S.3) dapat diketahui adanya gugus uretan yang merupakan gugus utama pembentuk struktur molekul kain spandex. Lapisan HDTMS pada kain spandex terdeposit nanopartikel perak dapat diketahui berdasarkan adanya serapan dari gugus metoksi. Atas dasar hal tersebut maka dapat diketahui bahwa proses pelapisan senyawa HDTMS terhadap kain spandex terdeposit nanopartikel perak telah berhasil dengan menghasilkan lapisan HDTMS pada permuakaan kain spandex terdeposit nanopartikel perak. 5. Uji Sudut Kontak Berdasarkan hasil pengujian yang telah diperoleh, sampel kain spandex murni (S.0) menghasilkan nilai sudut kontak sebesar 122,42o. Sudut kontak yang lebih besar dari 90o tersebut menunjukkan bahwa sampel kain spandex murni (S.0) telah memiliki sifat hidrofob. Kain spandex murni (S.0) memiliki sifat hidrofob karena permukaan kain spandex terdapat serabut halus yang merupakan ujung serat spandex yang tidak terpintal. Adanya serabut tersebut mirip seperti mekanisme hidrofobisasi oleh senyawa HDTMS. Namun karena serabut tersebut berukuran lebih besar dari rantai alkil pada senyawa HDTMS, dan juga sifat dari serabut tersebut tidak hidrofob, maka sifat hidrofob yang dimiliki kain hanya bersifat sementara. Artinya saat pertama kali permukaan kain spandex ditetesi air, air tersebut akan membentuk bulatan namun lama-kelamaan akan terserap oleh kain spandex tersebut. Sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) ketika diuji sudut kontak air, memberikan hasil sudut kontak sebesar 0o. Berbeda dengan kain spandex murni yang cenderung bersifat hidrofobik, kain spandex terdeposit nanopartikel perak sama sekali tidak bersifat hidrofob, 46 bahkan dapat dikatakan bahwa sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak cenderung bersifat hidrofilik atau menyerap air. Hal ini karena adanya nanopartikel perak yang berinteraksi dengan permukaan kain spandex, menyebabkan kenaikan energi permukaan secara signifikan pada kain spandex. Kenaikan energi permukaan yang secara signifikan ini menyebabkan gaya adhesi antara permukaan kain spandex dengan air menjadi jauh lebih tinggi dibanding gaya kohesi pada air. Sebagaimana dikatakan oleh Lamour dan Hamraoui (2010), bahwa apabila energi permukaan zat padat jauh lebih besar daripada tegangan permukaan zat cair, maka zat cair akan sepenuhnya membasahi permukaan zat padat tersebut. Begitu pula yang terjadi pada sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1). Air yang diteteskan pada permukaan sampel, sepenuhnya langsung membasahi permukaan kain, yang artinya sudut kontak yang dihasilkan adalah sama dengan nol. Dengan demikian kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) tidak bersifat hidrofob sebab sudut kontaknya bernilai 0o. Sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) ketika diuji sudut kontak memberikan nilai sudut kontak θ sebesar 127,87o. Sebagaimana diungkapkan oleh de Ferri et al (2013) bahwa suatu permukaan memiliki sifat hidrofob apabila memiliki sudut kontak lebih besar dari 90o, maka berdasarkan pernyataan tersebut sampel kain spandex terlapisi HDTMS besifat hidrofob karena memiliki sudut kontak lebih dari 90o. Sifat hidrofob ini diperoleh karena adanya lapisan HDTMS yang membentuk suatu penghalang bagi molekul H2O. Senyawa HDTMS dapat memberikan sifat hidrofob karena memiliki gugus alkoksida dan rantai alkil yang panjang (de Ferri et al, 2013). Apabila ditinjau dari besarnya sudut kontak yang dihasilkan, maka sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) tidak berbeda jauh dengan sampel kain spandex murni (S.0). Namun terdapat perbedaan antara keduanya yaitu pada sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.1), bulatan air yang terbentuk tetap bertahan hingga waktu yang lama. Hal ini 47 menunjukkan bahwa sifat hidrofob yang dimiliki lebih permanen dibandingkan pada sampel kain spandex murni (S.0). Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa pelapisan senyawa HDTMS dapat memberikan sifat hidrofob yang cukup baik pada kain spandex. Sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) pada saat diuji sudut kontak memberikan hasil sudut kontak sebesar 130,52o. Berdasarkan hasil tersebut, jelas bahwa sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS bersifat hidrofob karena memiliki sudut kontak lebih besar dari 90o. Hasil tersebut jelas berbeda dengan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) yang bersifat hidrofilik sedangkan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) bersifat hidrofob. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa senyawa HDTMS sangat berperan pada pembentukan sifat hidrofob pada kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.3), sebab HDTMS memiliki gugus alkoksida dan rantai alkil yang panjang sehingga dapat menjadi penghalang yang baik terhadap molekul H2O dan memberikan sifat hidrofob yang baik. Sifat hidrofob pada permukaan kain spandex diperoleh melalui hidrofobisasi permukaan kain spandex oleh senyawa HDTMS. Senyawa HDTMS akan terhidrolisis dan kemudian gugus R-Si(OH)- dari HDTMS akan berikatan dengan gugus –NH-COO- pada permukaan kain spandex membentuk ikatan Si-N. Akibat dari pembentukan ikatan ini, bagian ekor atau rantai alkil dari senyawa HDTMS yang bersifat hidrofobik akan membentuk semacam serabut pada permukaan kain spandex. Mekanisme hidrofobisasi permukaan kain spandex oleh senyawa HDTMS dapat dilihat pada Gambar 14. 48 NH NH NH NH O C O C O C O C O O O O Si O CH3O Hidrolisis Si OCH3 HO H3CO SiH OH Si Si O O Si O O NH NH NH NH O C O C O C O C O O O O OH HDTMS Gambar 14. Mekanisme reaksi hidrofobisasi permukaan kain spandex oleh senyawa HDTMS Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 16, setelah terjadi proses hidrofobisasi antara senyawa HDTMS dengan permukaan kain spandex, rantai alkil pada senyawa HDTMS menjuntai bebas dan membentuk semacam serabut pada permukaan kain spandex. Sebagaimana telah diketahui, bahwa rantai alkil yang panjang memiliki sifat non-polar atau hidrofobik. Dengan demikian, rantai alkil tersebut menjadi penghalang bagi molekul air sehingga tidak dapat membasahi kain spandex. 6. Uji Aktivitas Antibakteri Data hasil pengukuran zona jernih sampel kain spandex ditunjukkan pada Tabel 7 dan 8. Data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif menggunakan hitungan statistik ANOVA (2 faktor), uji lanjut 49 menggunakan Least Significant Different (LSD), dan uji t-Independent menggunakan software IBM SPSS Statistic 23. Hasil analisis statistik dapat dilihat dalam Lampiran 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25. Interpretasi hasil analisis kuantitatif hasil pengujian aktivitas antibakteri dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 10. Rataan Diameter Zona Jernih Sampel Kain Spandex terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Selama 72 Jam Pengamatan No. Sampel Rataan ± SD (cm) 1. Kontrol Positif (+) 0,3741 ± 0,149 2. Kain Spandex (S.0) 0,0871 ± 0,015 3. Kain Spandex + Nanopartikel Perak (S.1) 0,1811 ± 0,030 4. Kain Spandex + HDTMS (S.2) 0,3111 ± 0,014 5.. Kain Spandex + Nanopartikel Perak + HDTMS (S.3) 0,3922 ± 0,078 Tabel 11. Rataan Diameter Zona Jernih Sampel Kain Spandex terhadap Bakteri Escherichia coli Selama 72 Jam Pengamatan No. Sampel Rataan ± SD (cm) 1. Kontrol Positif (+) 0,2530 ± 0,041 2. Kain Spandex (S.0) 0,0666 ± 0,011 3. Kain Spandex + Nanopartikel Perak (S.1) 0,1533 ± 0,028 4. Kain Spandex + HDTMS (S.2) 0,1195 ± 0,012 5.. Kain Spandex + Nanopartikel Perak + HDTMS (S.3) 0,2422 ± 0,022 50 Tabel 12. Interpretasi Hasil Uji Lanjut LSD Antara Masing-masing Jenis Sampel terhadap Aktivitas Antibakteri Eschericia coli Jenis Sampel Kesimpulan S.0 – S.1 Signifikan S.0 – S.2 Tidak Signifikan S.0 – S.3 Signifikan S.1 – S.2 Signifikan S.1 – S.3 Tidak Signifikan S.2 – S.3 Signifikan Tabel 13. Interpretasi Hasil Uji Lanjut LSD Antara Masing-masing Jenis Sampel terhadap Aktivitas Antibakteri Staphylococcus aureus Jenis Sampel Kesimpulan S.0 – S.1 Signifikan S.0 – S.2 Signifikan S.0 – S.3 Signifikan S.1 – S.2 Tidak Signifikan S.1 – S.3 Tidak Signifikan S.2 – S.3 Tidak Signifikan Berdasarkan hasil uji lanjut LSD untuk aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli diketahui perbedaan antar masing-masing sampel. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel kain spandex murni (S.0) yang memiliki rerata diameter zona jernih sebesar 0,0666 cm dengan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) yang memiliki diameter zona jernih sebesar 0,1533 cm. Perbedaan yang signifikan juga terjadi pada sampel kain spandex murni (S.0) jika dibandingkan terhadap sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) yang memiliki diameter zona jernih 0,2422 cm. Sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) juga memberikan perbedaan aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) yang memiliki diameter zona 51 jernih sebesar 0,1195 cm. Selain itu, perbedaan yang signifikan juga terjadi antara sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) dan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak terlapisi HDTMS (S.3). Perbedaan yang signifikan tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari nanopartikel perak sebagai agen antibakteri. Hal tersebut sesuai dengan teori yang telah banyak diungkapkan dalam penelitian-penelitian yang telah ada. Sebagaimana diungkapkan oleh Sondi dan Sondi (2004), bahwa nanopartikel perak menyebabkan pertumbuhan bakteri menjadi terhambat dan semakin meningkatnya konsentrasi nanopartikel perak akan memperbesar daya hambat tersebut. Apabila sampel kain spandex murni (S.0) dibandingan dengan sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2), tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Begitu pula jika sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) dibandingkan dengan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa HDTMS tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap aktivitas antibakteri E. coli. Sebagaimana penelitian yang telah ada, disebutkan bahwa pelapisan senyawa HDTMS tidak mengurangi aktivitas antibakteri pada kain terdeposit nanopartikel perak (Shateri-Khalilabad et al, 2013). Selanjutnya hasil uji lanjut LSD untuk aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus. Berdasarkan yang diperoleh, diketahui bahwa sampel kain spandex murni (S.0) yang memiliki diameter zona jernih sebesar 0,087 cm apabila dibandingkan dengan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) yang memiliki diameter zona jernih 0,1811 cm menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Demikian juga apabila sampel kain spandex murni (S.0) dibandingkan dengan sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) yang memiliki diameter zona jernih sebesar 0,3111 cm. Keduanya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang signifikan juga terjadi antara sampel kain spandex murni (S.0) dan 52 sampel kain spandex terdeposit nanopartike perak terlapisi HDTMS (S.3) yang memiliki diameter zona jernih sebesar 0,3922 cm. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa penambahan nanopartikel perak dan penambahan HDTMS memberikan efek antibakteri yang signifikan terhadap bakteri S. aureus pada sampel kain spandex. Aktivitas antibakteri antara nanopartikel perak dan senyawa HDTMS pun tidak terlalu jauh berbeda, hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hasil uji lanjut LSD bahwa perbandingan diameter zona jernih antara sampel kain spandeks terdeposit nanopartikel perak (S.1), sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) dan sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak terlapisi HDTMS (S.3) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pengaruh nanopartikel perak terhadap aktivitas antibakteri S. aureus tersebut telah sesuai dengan teori yang ada sebagaimana seperti yang diungkapkan oleh Sondi dan Sondi (2004) dan Shateri-Khalilabad et al (2013). Kemudian pengaruh pelapisan senyawa HDTMS pada kain spandex terhadap aktivitas antibakteri S. aureus sebagaimana yang telah diketahui bahwa penambahan senyawa HDTMS tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri S. aureus secara signifikan. Namun hal tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut (Shateri-Khalilabad et al, 2013). Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa senyawa HDTMS bukanlah senyawa yang mempengaruhi sifat antibakteri pada kain spandex. Hal tersebut karena pada dasarnya senyawa HDTMS bukanlah agen antibakteri, melainkan merupakan senyawa yang memiliki sifat hidrofob (de Ferri et al, 2013). Namun tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa HDTMS dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri, khususnya terhadap bakteri S. aureus. Pengujian selanjutnya adalah uji t-Independent yang digunakan untuk membandingkan aktivitas antibakteri terhadap dua jenis bakteri yang berbeda yaitu bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. Data hasil 53 uji T-Independent dapat dilihat dalam Lampiran. Interpretasi hasil uji tIndependent dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Interpretasi Hasil Uji t-Independent Sampel terhadap Bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus Uji t-Independent bakteri Sampel E. coli dan S. aureus S.0 Ada Perbedaan S.1 Tidak Ada Perbedaan S.2 Ada Perbedaan S.3 Ada Perbedaan Berdasarkan hasil uji t-Independent sampel kain spandex terhadap bakteri E. coli dan bakteri S. aureus dapat diketahui perbedaan aktivitas antibakteri sampel terhadap dua bakteri yang berbeda. Hasil uji tIndependent sampel kain spandex murni (S.0) terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan ini ditunjukkan oleh nilai diameter zona jernih sampel. Diameter zona jernih sampel kain spandex murni (S.0) terhadap bakteri E. coli adalah 0,0666 ± 0,041 cm, sedangkan terhadap bakteri S. aureus adalah 0,0871 ± 0,015 cm. Berdasarkan diameter zona jernih diketahui bahwa perbedaan yang ada tidak signifikan. Selain itu juga diketahui bahwa diameter zona jernih sampel kain spandex murni (S.0) terhadap bakteri S. aureus lebih besar daripada terhadap bakteri E. coli. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri sampel kain spandex murni (S.0) terhadap bakteri S. aureus lebih baik dibandingkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli. Adanya perbedaan tersebut, kemungkinan dapat disebabkan oleh ketidaksempurnaan dalam metode pengukuran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai standar deviasi masing-masing sampel. Berdasarkan nilai standar deviasi yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kedua sampel tersebut masih didalam rentang standar deviasi tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa keduanya tidak ada perbedaan yang signifikan. 54 Hasil uji t-Independent sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) terhadap bakteri E. coli dan bakteri S. aureus menunjukkan tidak ada perbedaan aktivitas antibakteri. Hal tersebut terlihat dari rerata diameter zona jernih sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) yang hampir sama terhadap dua jenis yaitu bakteri E. coli dan S. aureus yang masing-masing memiliki diameter 0,1533 cm dan 0,1811 cm. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak menunjukkan aktivitas antibakteri yang sama besarnya terhadap dua jenis bakteri yaitu E. coli dan S. aureus. Dengan demikian nanopartikel perak dapat memberikan aktivitas antibakteri yang sama besarnya terhadap dua jenis bakteri yang berbeda yaitu E. coli dan S. aureus. Menurut Shateri-Khalilabad et al (2013), nanopartikel perak menghasilkan diameter zona hambat yang lebih besar terhadap bakteri S. aureus, yang berarti daya hambat nanopartikel perak terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus lebih besar daripada terhadap bakteri E. coli. Namun perbedaan tersebut hanya terjadi pada konsentrasi tertentu dari koloid nanopartikel perak yang digunakan. Hal ini sebagaimana data dari Chandrakanth et al (2014) yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi kecil dari nanopartikel perak memberikan daya hambat yang lebih besar terhadap bakteri E. coli, namun sebaliknya semakin besar konsetrasi nanopartikel perak, maka daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus akan semakain besar dari pada terhadap bakteri E. coli. Berdasarkan hasil uji t-Independent sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) terhadap bakteri E. coli dan S. aureus, diketahui bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri. Perbedaan ini juga dapat dilihat berdasarkan rerata diameter zona jernih sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) terhadap dua jenis bakteri yaitu E. coli dan S. aureus yang masing-masing memiliki rerata diameter 0,1195 cm dan 0,3111 cm. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa sampel kain spandex terlapisi 55 HDTMS memberikan aktivitas antibakteri yang berbeda terhadap jenis bakteri yang berbeda pula. Apabila dilihat dari diameter zona jernih, sampel kain spandex terlapisi HDTMS memberikan aktivitas antibakteri yang lebih besar terhadap bakteri S. aureus karena menghasilkan diameter zona jernih yang lebih besar. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penambahan senyawa HDTMS tidak mengurangi atau menambah aktivitas antibakteri, khususnya bakteri S. aureus. Namun hal ini juga masih perlu dikaji lebih jauh untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari senyawa HDTMS (Shateri-Khalilabad et al, 2013). Perbedaan juga terjadi pada hasil uji t-Independent sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Hasil tersebut juga dapat dilihat berdasarkan rerata diameter zona jernih sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) terhadap dua jenis bakteri berbeda yaitu E. coli dan S. aureus yang msing-masing memiliki rerata diameter 0,2422 cm dan 0,3922 cm. Berdasarkan rerata diameter zona jernih tersebut, diketahui bahwa sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap bakteri S. aureus. Hal ini sebagaimana telah diketahui bahwa nanopartikel pera memberikan daya hambat yang lebih besar terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dibandingkan bakteri E. coli (Shateri-Khalilabad et al, 2013). Pengaruh penambahan HDTMS terhadap aktivitas antibakteri perlu dikaji lebih lanjut, sebab belum ada penelitian yang dapat dijadikan sebagai dasar teori yang relevan, sedangkan dalam penelitian ini senyawa HDTMS digunakan sebagai agen hidrofob, bukan sebagai agen antibakteri. Sebagaimana telah diketahui bahwa senyawa HDTMS bukan merupakan agen antibakteri, melainkan senyawa yang dapat memberikan sifat hidrofob (de Ferri et al, 2013). 56 BAB V SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Nanopartikel perak yang dihasilkan memberikan absorbansi pada 429 nm serta memiliki ukuran partikel antara 30-80 nm. 2. Kain spandex memiliki gugus fungsi khas yaitu gugus uretan (-NH-COO-). Penambahan nanopartikel perak tidak memberikan perubahan gugus fungsi yang terdapat pada kain spandex, namun hanya menyebabkan munculnya vibrasi pada gugus C-H. Sedangkan penambahan senyawa HDTMS menyebabkan munculnya gugus alkil yang merupakan bagian dari senyawa HDTMS yang bereaksi dengan permukaan kain spandex. 3. Kain spandex (S.0), spandex terlapisi HDTMS (S.2), dan spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) menghasilkan sudut kontak yang lebih besar dibandingkan spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1). Sehingga S.0; S.2; S.3 bersifat hidrofob, dan S.1 bersifat non-hidrofob. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus antara sampel kain spandex (S.0) terhadap sampel kain spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1), sampel kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) dan kain spandex terdeposit nanopartikel perak terlapisi HDTMS (S.3). 5. Terdapat perbedaan signifikan dalam hal aktivitas antibakteri terhadap bakteri Eschericia coli antara sampel kain spandex (S.0) dan kain spandex terlapisi HDTMS (S.2) terhadap spandex terdeposit nanopartikel perak (S.1) dan kain spandex terdeposit nanopartikel perak terlapisi HDTMS (S.3). 6. Tidak ada perbedaan dalam hal aktivitas antibakteri pada sampel kain sapndex terdeposit nanopartikel perak (S.1) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Eschericia coli. Terdapat perbedaan dalam hal aktivitas antibakteri pada sampel kain spandex (S.0), kain spandex terlaipisi HDTMS (S.2), dan kain spandex terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS (S.3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Eschericia coli. 57 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., & Khairurrijal. (2009). Review: Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal Nanosains dan Teknologi, 2(1): 1-9. Adams, M., & Moss, M. (1995). Food Microbiology. New delhi: New Age International Publishers. Agus Haryono, & Sri Budi Harmami. (2010). Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk jadi Tekstil Antimikroba. Jurnal Kimia Indonesia, Vol. 5(1): 1-6. Agus Haryono, Dewi Sondari, & Sri Budi Harmami. (2008). The Synthesis of Silver Nanoparticles Produced by Chemical Reduction of Silver Salt Solution. Indonesian Journal of Materials Science, 1(1): 233-236. Anshari, M.H., Saputra, A., Haryono, A., & Laksmono, J. (2011). Preparasi Koloid Nanosilver Dengan Berbagai Jenis Reduktor Sebagai Bahan Anti Bakteri. Jurnal Sains Materi Indonesia, 12(3): 202-208. Chandrakanth, R.K., Ashajyothi, C., Oli A.K., & Prabhurajeshwari, C. (2014). Potential Bactericidal Effect of Silver Nanoparticles Synthesised from Enterococcus Species. Oriental Journal of Chemistry, 30(3): 1253-1262. Chitte, H. K., Bhat, N. V., Kamakar, N. S., Kothari, D. C., & Shinde, G. N. (2012). Synthesis and Characterization of Polymeric Composites Embeded with Silver Nanoparticles. World Journal of Nano Science and Engineering, 2 (1): 19-24. de Ferri, L., Lottici, P., Lorenzi, A., Montenero, A., & Vezzalini, G. (2013). Hybrid sol-gel protective coatings for historical window glasses. Journal of sol-gel science and technology, 66(2): 253-263. Dewi, A. K. (2013). Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus Terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner, 31(2): 138-150. Isabel C. Gouveia. (2010). Nanobiotechnology: A new strategy to develop nontoxic antimicrobial textiles. Current Research, Technology and Education Topics in Applied Microbiology and Microbial Biotechnology. Formatex, 407-414. Jain, P., & Pradeep, T. (2005). Potential of Silver Nanoparticle-Coated Polyurethane Foam As an Antibacterial Water Filter. Biotechnology and Bioengineering, 90(1): 59-63. 58 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (2014). Permintaan Serat Sintetis Stagnan. http://www.kemenperin.go.id/artikel/5926/Permintaan-SeratSintetis-Stagnan. Diakses pada 14 Mei 2016. Kusumastuti, A. (2011). Pengenalan Pola Gelombang Khas Dengan Interpolasi. Jurnal Cauchy, 2(1): 7–12. Lamour, G., & Hamraoui, A. (2010). Contact Angle Measurements Using a Simplified. Journal of Chemical Education, 87(12): 1403-1407. Latthe, S. S., Gurav, A. B., Maruti, C. S., & Vhatkar, R. S. (2012). Recent Progress in Preparation of Superhydrophobic Surface: A Review. Journal of Surfae Engineered Materials and Advanced Technology, 2(2): 76-94. Li, D., Jin, Z., Zhou, Q., Chen, J., Lei, Y., & Sun, S. (2010). Discrimination of Five Species of Fritillaria and Its Extract by FT-IR and 2D-IR. Journal of Molecular Structure, 974(1-3): 68-72. Melliawati, R. (2009). E. coli dalam Kehidupan Manusia. Bio Trends, 4(1): 11-14. Mourad, M., Elshakankery, M. H., & Almetwally, A. A. (2012). Physical and Strecth Properties of Woven Cotton Fabrics Containing Different Rates of Spandex. Journal of American Science, 8(4), 567-572. Mulongo, G., Mbabazi, J., Namuyomba, P., & Hak-Chol, S. (2011). Water Bactericidal Properties of Nanosilver-Polyurethane omposites. Nanoscience and Nanotechnology, 1(2): 40-42. Pimpang, P., & Chopuun, S. (2011). Monodispersity and Stability of Gold Nanoparticles Stabilized by Using Polyvinyl Alkohol. Chiang mai of journal science, 38 (1): 31-38. Prabhu, S., & Pouluse, K. (2012). Silver Nanoparticles: Mechanism of antimicrobial action, synthesis, Medical Applications, and toxicity effects. International Nano Letters, 2(32): 1-10. Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, Salasia, S., & Soegiyono. (2006). Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa. Media kedokteran Hewan, 22(3): 142-147. Ridwan Lasabuda. (2013). Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. I(2): 92-101. Ristian, I., Wahyuni, S., Supardi, K.I. (2014). Kajian Pengaruh Konsentrasi Perak Nitrat Terhadap Ukuran Nanopartikel Perak. Indonesian Journal of Chemical Science, 3(1): 7-11. 59 Rohaeti, E., Surdia, N., Radiman, C. L., & Ratnaningsih, E. (2003). Pengaruh Jenis Poliol terhadap Pembentukan Poliuretan dari Monomer PEG-400 dan MDI. Journal of Mathematical and Fundamental Sciences, 35(2): 97-109. Setyawan, H., Affandi, S., Hamidah, N., & Rizkiana, M. F. (2012). Pelapisan Hidrofobik pada Kaca Melalui Metode Sol-Gel dengan Precursor Waterglass. Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1-4. Shateri-Khalilabad, M., Yazdanshenas, M.E., & Etemadifar, Ali. (2013). Fabricating Multifunctional Silver Nanoparticles-coated Cotton Fabric. Arabian Journal of Chemistry, http://dx.doi.org/10.1016j.arabjc.2013.08.013. Singha, K. (2012). Analysis of Spandex/Cotton Elastomeric Properties: Spinning and Aplications. International Journal of Composite Materials, 2(2): 11-16. Solomon, S. D. (2007). Synthesis and Study of Silver Nanoparticles. Journal of Chemical Education, 84(2): 322. Sondi, I., & Sondi, B. (2004). Silver Nanoparticle as Antimicrobacterial Agent: a case Study on E. coli as a Model for Gram-Negative Bacteria . J. Colloid Interface, 275(1): 177-182. Song, J., & Rojas, O.J. (2013). Approaching super-hydrophobicity from cellulosic materials: A Review. Nordic Pulp & Paper Research Journal, 28(2): 216238. Song, L., & Baney, R. H. (2010). Antibacterial evaluation of cotton textile treated by trialkoxysilane compounds with antimicrobial moiety. Textile Research Journal, 81(5): 504-511. Stevens, M. (2007). Kimia Polimer. Cetakan 2. (Alih bahasa: L. Sopyan, Pradnya Pranita). Jakarta: xxi. Syakur, A., Karnoto, & Wijayanti, R. W. (2012). Pengaruh Kontaminan terhadap Sudut Kontak. Jurnal Rekayasa Elektrika, 10(1): 52-56. Teguh, P., & Joko, P. S. (2000). CHITOSAN SEBAGAI BAHAN KOAGULAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL. Jurnal Teknologi lingkungan, 1(2): 121-125. Wahyudi, T., & Rismayani, S. (2008). Aplikasi Nanoteknologi pada BidangTekstil. Arena Tekstil, 23(2): 52-109. 60 Lampiran 1. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 61 Lampiran 2. Spektrum UV-VIS Nanopartikel Perak 62 Lampiran 3. Spektrum UV-VIS Larutan AgNO3 vs Nanopartikel Perak 63 Lampiran 4. Spektrum FTIR Kain Spandex (S.0) 64 Lampiran 5. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) 65 Lampiran 6. Spektrum FTIR Kain Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) 66 Lampiran 7. Spektrum FTIR Kain Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) 67 Lampiran 8. Hasil Uji Sudut Kontak a. Spandex (S.0) b. Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) 68 c. Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) d. Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) 69 Lampiran 9. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (+) Terhadap Bakteri E. coli 70 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (E. coli) Waktu (jam) Sampel 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 1,12 1,03 1,13 0,86 0,93 0,9 0,8 0,82 0,82 1,07 1,02 1,08 0,91 0,94 0,92 0,85 0,855 0,845 1,05 0,95 1,09 0,93 0,96 0,9 0,83 0,84 0,87 1,08 0,99 1,07 0,9 0,91 0,92 0,91 0,83 0,88 1,02 1,05 1,11 0,88 0,93 71 Diameter Zona Jernih (cm) 0,47 0,38 0,48 0,21 0,28 0,25 0,15 0,17 0,17 0,42 0,37 0,43 0,26 0,29 0,27 0,2 0,205 0,195 0,4 0,3 0,44 0,28 0,31 0,25 0,18 0,19 0,22 0,43 0,34 0,42 0,25 0,26 0,27 0,26 0,18 0,23 0,37 0,4 0,46 0,23 0,28 Ratarata 0,44333 0,24667 0,16333 0,40667 0,27333 0,2 0,38 0,28 0,19667 0,39667 0,26 0,22333 0,41 0,25333 Waktu (jam) Sampel 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,9 0,84 0,84 0,85 1,1 1 1,01 0,93 0,91 0,95 0,95 0,91 0,9 1,03 1,01 1 0,94 0,9 0,92 0,91 0,95 0,91 1,02 1,02 1,01 0,9 0,93 0,91 0,91 0,94 0,93 1,04 1,06 1,01 0,91 0,91 0,92 0,94 0,91 0,9 72 Diameter Zona Jernih (cm) 0,25 0,19 0,19 0,2 0,45 0,35 0,36 0,28 0,26 0,3 0,3 0,26 0,25 0,38 0,36 0,35 0,29 0,25 0,27 0,26 0,3 0,26 0,37 0,37 0,36 0,25 0,28 0,26 0,26 0,29 0,28 0,39 0,41 0,36 0,26 0,26 0,27 0,29 0,26 0,25 Ratarata 0,19333 0,38667 0,28 0,27 0,36333 0,27 0,27333 0,36667 0,26333 0,27667 0,38667 0,26333 0,26667 Lampiran 10. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex (S.0) Terhadap Bakteri E. coli 73 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks (E. coli) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,67 0,75 0,63 0,7 0,72 0,64 0,59 0,62 0,64 0,65 0,66 0,63 0,7 0,73 0,74 0,6 0,62 0,64 0,66 0,635 0,63 0,72 0,71 0,67 0,66 0,62 0,61 0,63 0,625 0,635 0,69 0,72 0,69 0,6 0,6 0,62 0,65 0,64 0,64 0,78 0,74 0,05 0,13 0,01 0,1 0,12 0,04 0,03 0,06 0,08 0,03 0,04 0,01 0,1 0,13 0,14 0,04 0,06 0,08 0,04 0,015 0,01 0,12 0,11 0,07 0,1 0,06 0,05 0,01 0,005 0,015 0,09 0,12 0,09 0,04 0,04 0,06 0,03 0,02 0,02 0,18 0,14 74 Ratarata 0,06333 0,08667 0,05667 0,02667 0,12333 0,06 0,02167 0,1 0,07 0,01 0,1 0,04667 0,02333 0,14667 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,62 0,62 0,62 0,6 0,6 0,6 0,56 0,56 0,56 0,72 0,61 0,62 0,64 0,69 0,63 0,63 0,77 0,8 0,72 0,61 0,64 0,62 0,63 0,64 0,63 0,72 0,76 0,69 0,6 0,62 0,61 0,64 0,625 0,63 0,79 0,72 0,71 0,6 0,59 0,61 0,63 0,635 0,64 0,78 0,71 0,72 0,61 0,6 0,6 0,12 0,05 0,06 0,08 0,07 0,01 0,01 0,17 0,2 0,12 0,05 0,08 0,06 0,01 0,02 0,01 0,12 0,16 0,09 0,04 0,06 0,05 0,02 0,005 0,01 0,19 0,12 0,11 0,04 0,03 0,05 0,01 0,015 0,02 0,18 0,11 0,12 0,05 0,04 0,04 75 Ratarata 0,06333 0,03 0,16333 0,06333 0,01333 0,12333 0,05 0,01167 0,14 0,04 0,015 0,13667 0,04333 Lampiran 11. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) Terhadap Bakteri E. coli 76 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + Nanoperak (E. coli) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 1,36 1,145 1,32 0,8 0,8 0,8 0,75 0,76 0,8 1,16 1,22 1,31 0,76 0,79 0,795 0,75 0,76 0,75 1,36 1,19 1,22 0,79 0,8 0,77 0,81 0,89 0,79 1,12 1,3 1,25 0,72 0,78 0,7 0,82 0,86 0,88 1,25 1,33 1,24 0,82 0,83 0,66 0,445 0,62 0,155 0,155 0,155 0,15 0,16 0,2 0,46 0,52 0,61 0,115 0,145 0,15 0,15 0,16 0,15 0,66 0,49 0,52 0,145 0,155 0,125 0,21 0,29 0,19 0,42 0,6 0,55 0,075 0,135 0,055 0,22 0,26 0,28 0,55 0,63 0,54 0,175 0,185 77 Ratarata 0,575 0,155 0,17 0,53 0,13667 0,15333 0,55667 0,14167 0,23 0,52333 0,08833 0,25333 0,57333 0,175 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,645 0,645 0,645 0,6 0,6 0,6 0,81 0,89 0,89 0,88 1,14 1,29 1,11 0,76 0,83 0,81 0,89 0,79 0,91 1,24 1,17 1,31 0,81 0,83 0,79 0,86 0,82 0,8 1,31 1,22 1,18 0,79 0,84 0,81 0,85 0,79 0,88 1,3 1,19 1,23 0,8 0,84 0,82 0,81 0,86 0,83 0,165 0,29 0,29 0,28 0,44 0,59 0,41 0,115 0,185 0,165 0,29 0,19 0,31 0,54 0,47 0,61 0,165 0,185 0,145 0,26 0,22 0,2 0,61 0,52 0,48 0,145 0,195 0,165 0,25 0,19 0,28 0,6 0,49 0,53 0,155 0,195 0,175 0,21 0,26 0,23 78 Ratarata 0,28667 0,48 0,155 0,26333 0,54 0,165 0,22667 0,53667 0,16833 0,24 0,54 0,175 0,23333 Lampiran 12. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) Terhadap Bakteri E. coli 79 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + HDTMS (E. coli) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,76 0,745 0,79 0,75 0,78 0,8 0,63 0,61 0,64 0,84 0,69 0,78 0,77 0,76 0,79 0,61 0,62 0,62 0,74 0,71 0,72 0,78 0,72 0,77 0,61 0,63 0,61 0,66 0,67 0,69 0,77 0,71 0,77 0,63 0,66 0,64 0,7 0,68 0,67 0,77 0,75 0,16 0,145 0,19 0,13 0,16 0,18 0,1 0,08 0,11 0,24 0,09 0,18 0,15 0,14 0,17 0,08 0,09 0,09 0,14 0,11 0,12 0,16 0,1 0,15 0,08 0,1 0,08 0,06 0,07 0,09 0,15 0,09 0,15 0,1 0,13 0,11 0,1 0,08 0,07 0,15 0,13 80 Ratarata 0,165 0,15667 0,09667 0,17 0,15333 0,08667 0,12333 0,13667 0,08667 0,07333 0,13 0,11333 0,08333 0,15 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,53 0,53 0,53 0,79 0,66 0,65 0,61 0,69 0,68 0,68 0,78 0,75 0,77 0,64 0,62 0,65 0,68 0,7 0,67 0,79 0,74 0,76 0,61 0,66 0,65 0,69 0,67 0,69 0,75 0,79 0,77 0,67 0,625 0,63 0,68 0,701 0,695 0,745 0,76 0,79 0,64 0,665 0,61 0,17 0,13 0,12 0,08 0,09 0,08 0,08 0,16 0,13 0,15 0,11 0,09 0,12 0,08 0,1 0,07 0,17 0,12 0,14 0,08 0,13 0,12 0,09 0,07 0,09 0,13 0,17 0,15 0,14 0,095 0,1 0,08 0,101 0,095 0,125 0,14 0,17 0,11 0,135 0,08 81 Ratarata 0,11 0,08333 0,14667 0,10667 0,08333 0,14333 0,11 0,08333 0,15 0,11167 0,092 0,145 0,10833 Lampiran 13. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) Terhadap Bakteri E. coli 82 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + Nanoperak + HDTMS (E. coli) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,71 0,66 0,65 0,9 0,78 0,94 1 0,88 1,01 0,67 0,66 0,65 0,91 0,85 0,79 0,86 1 0,97 0,7 0,68 0,63 0,92 0,73 0,79 1,06 0,88 1,03 0,65 0,68 0,64 0,75 0,91 0,78 1,07 0,88 0,92 0,82 0,82 0,75 0,91 0,81 0,11 0,06 0,05 0,3 0,18 0,34 0,4 0,28 0,41 0,07 0,06 0,05 0,31 0,25 0,19 0,26 0,4 0,37 0,1 0,08 0,03 0,32 0,13 0,19 0,46 0,28 0,43 0,05 0,08 0,04 0,15 0,31 0,18 0,47 0,28 0,32 0,22 0,22 0,15 0,31 0,21 83 Ratarata 0,07333 0,27333 0,36333 0,06 0,25 0,34333 0,07 0,21333 0,39 0,05667 0,21333 0,35667 0,19667 0,25667 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,85 1,01 1,05 1,02 0,8 0,76 0,79 0,82 0,89 0,87 1 1,02 1 0,76 0,81 0,73 0,8 0,91 0,83 1,01 0,99 1,04 0,8 0,74 0,77 0,82 0,89 0,79 0,995 1,01 1,04 0,795 0,81 0,74 0,81 0,91 0,81 1 1,035 1,02 0,25 0,41 0,45 0,42 0,2 0,16 0,19 0,22 0,29 0,27 0,4 0,42 0,4 0,16 0,21 0,13 0,2 0,31 0,23 0,41 0,39 0,44 0,2 0,14 0,17 0,22 0,29 0,19 0,395 0,41 0,44 0,195 0,21 0,14 0,21 0,31 0,21 0,4 0,435 0,42 84 Ratarata 0,42667 0,18333 0,26 0,40667 0,16667 0,24667 0,41333 0,17 0,23333 0,415 0,18167 0,24333 0,41833 Lampiran 14. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (+) Terhadap Bakteri S. aureus 85 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Kontrol Positif (S. aureus) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,85 0,83 0,82 1,1 1,2 1,16 0,79 0,83 0,81 0,84 0,835 0,81 1,025 1,14 1,11 0,8 0,83 0,79 0,84 0,8 0,86 1,12 1,16 1,15 0,83 0,88 0,89 0,81 0,86 0,82 1,31 1,16 1,21 1,1 1,01 1,07 0,89 0,88 0,85 1,26 1,22 0,2 0,18 0,17 0,45 0,55 0,51 0,14 0,18 0,16 0,19 0,185 0,16 0,375 0,49 0,46 0,15 0,18 0,14 0,19 0,15 0,21 0,47 0,51 0,5 0,18 0,23 0,24 0,16 0,21 0,17 0,66 0,51 0,56 0,45 0,36 0,42 0,24 0,23 0,2 0,61 0,57 86 Ratarata 0,18333 0,50333 0,16 0,17833 0,44167 0,15667 0,18333 0,49333 0,21667 0,18 0,57667 0,41 0,22333 0,6 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 1,27 1,13 1,19 1,01 0,88 0,89 0,84 1,31 1,39 1,19 1,14 1,16 1,05 0,87 0,89 0,88 1,31 1,37 1,21 1,14 1,18 1,1 0,88 0,88 0,89 1,32 1,36 1,19 1,16 1,12 1,17 0,895 0,875 0,8 1,34 1,29 1,2 1,14 1,13 1,17 0,62 0,48 0,54 0,36 0,23 0,24 0,19 0,66 0,74 0,54 0,49 0,51 0,4 0,22 0,24 0,23 0,66 0,72 0,56 0,49 0,53 0,45 0,23 0,23 0,24 0,67 0,71 0,54 0,51 0,47 0,52 0,245 0,225 0,15 0,69 0,64 0,55 0,49 0,48 0,52 87 Ratarata 0,46 0,22 0,64667 0,46667 0,23 0,64667 0,49 0,23333 0,64 0,5 0,20667 0,62667 0,49667 Lampiran 15. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex (S.0) Terhadap Bakteri S. aureus 88 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks (S. aureus) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,83 0,79 0,84 0,61 0,62 0,61 0,6 0,605 0,59 0,85 0,89 0,9 0,6 0,62 0,615 0,63 0,62 0,65 0,9 0,84 0,77 0,61 0,6 0,62 0,65 0,63 0,62 0,92 0,82 0,88 0,62 0,64 0,6 0,66 0,69 0,7 0,81 0,9 0,87 0,66 0,65 0,19 0,15 0,2 0,01 0,02 0,01 0,01 0,015 0 0,21 0,25 0,26 0 0,02 0,015 0,04 0,03 0,06 0,26 0,2 0,13 0,01 0 0,02 0,06 0,04 0,03 0,28 0,18 0,24 0,02 0,04 0 0,07 0,1 0,11 0,17 0,26 0,23 0,06 0,05 89 Ratarata 0,18 0,01333 0,00833 0,24 0,01167 0,04333 0,19667 0,01 0,04333 0,23333 0,02 0,09333 0,22 0,04 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,59 0,59 0,59 0,61 0,62 0,68 0,61 0,71 0,76 0,73 0,69 0,73 0,62 0,63 0,64 0,62 0,78 0,8 0,82 0,67 0,69 0,63 0,62 0,63 0,63 0,79 0,81 0,8 0,64 0,67 0,65 0,64 0,61 0,62 0,8 0,82 0,82 0,63 0,68 0,64 0,61 0,63 0,61 0,01 0,03 0,09 0,02 0,07 0,12 0,09 0,09 0,13 0,02 0,04 0,05 0,03 0,14 0,16 0,18 0,07 0,09 0,03 0,03 0,04 0,04 0,15 0,17 0,16 0,04 0,07 0,05 0,05 0,02 0,03 0,16 0,18 0,18 0,03 0,08 0,04 0,02 0,04 0,02 90 Ratarata 0,04667 0,09333 0,08 0,04 0,16 0,06333 0,03667 0,16 0,05333 0,03333 0,17333 0,05 0,02667 Lampiran 16. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) Terhadap Bakteri S. aureus 91 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + Nanoperak (S. aureus) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,87 0,92 0,95 0,81 0,8 0,83 0,77 0,75 0,71 0,81 0,97 0,82 0,82 0,855 0,81 0,88 0,82 0,8 0,96 0,89 0,97 0,92 0,79 0,83 1,1 1,04 0,95 0,91 0,89 0,92 0,83 0,86 0,84 1,15 1,01 1,1 1,02 0,87 0,99 0,89 0,84 0,29 0,34 0,37 0,13 0,12 0,15 0,12 0,1 0,06 0,23 0,39 0,24 0,14 0,175 0,13 0,23 0,17 0,15 0,38 0,31 0,39 0,24 0,11 0,15 0,45 0,39 0,3 0,33 0,31 0,34 0,15 0,18 0,16 0,5 0,36 0,45 0,44 0,29 0,41 0,21 0,16 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 92 Ratarata 0,33333 0,13333 0,09333 0,28667 0,14833 0,18333 0,36 0,16667 0,38 0,32667 0,16333 0,43667 0,38 0,19 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,88 1,21 1,07 0,97 0,94 1,04 0,92 0,94 0,89 0,86 1,15 1,05 0,96 1,03 0,96 0,93 0,88 0,95 0,85 1,22 1,01 0,97 0,98 1,01 0,93 0,87 0,94 0,84 0,98 1,17 1,02 1 0,99 0,925 0,95 0,835 0,86 1,17 1 0,995 0,2 0,56 0,42 0,32 0,36 0,46 0,34 0,26 0,21 0,18 0,5 0,4 0,31 0,45 0,38 0,35 0,2 0,27 0,17 0,57 0,36 0,32 0,4 0,43 0,35 0,19 0,26 0,16 0,33 0,52 0,37 0,42 0,41 0,345 0,27 0,155 0,18 0,52 0,35 0,345 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 0,58 0,58 0,58 0,68 0,68 0,68 0,65 0,65 0,65 93 Ratarata 0,43333 0,38667 0,21667 0,40333 0,39333 0,21333 0,41667 0,39333 0,20333 0,40667 0,39167 0,20167 0,405 Lampiran 17. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) Terhadap Bakteri S. aureus 94 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + HDTMS (S. aureus) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,995 0,875 0,835 0,86 0,89 0,95 0,94 1 0,97 1,02 0,91 0,9 0,97 0,92 0,93 1 0,98 0,99 0,91 0,95 0,88 0,83 0,86 0,89 0,99 1,02 1,01 0,92 0,92 0,92 0,84 0,91 0,92 1,005 1,06 1,03 1,04 0,85 0,86 0,89 0,84 0,375 0,255 0,215 0,24 0,27 0,33 0,33 0,39 0,36 0,4 0,29 0,28 0,35 0,3 0,31 0,39 0,37 0,38 0,29 0,33 0,26 0,21 0,24 0,27 0,38 0,41 0,4 0,3 0,3 0,3 0,22 0,29 0,3 0,395 0,45 0,42 0,42 0,23 0,24 0,27 0,22 95 Ratarata 0,28167 0,28 0,36 0,32333 0,32 0,38 0,29333 0,24 0,39667 0,3 0,27 0,42167 0,29667 0,25667 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,9 1,03 0,96 1 0,885 0,86 0,88 0,91 0,85 0,865 1,04 1,01 0,98 0,9 0,85 0,845 0,905 0,88 0,85 1 1,02 1,005 0,84 0,88 0,895 0,91 0,855 0,86 1,03 1,01 0,995 0,87 0,88 0,865 0,905 0,86 0,86 1 1,01 1,03 0,28 0,42 0,35 0,39 0,265 0,24 0,26 0,29 0,23 0,245 0,43 0,4 0,37 0,28 0,23 0,225 0,285 0,26 0,23 0,39 0,41 0,395 0,22 0,26 0,275 0,29 0,235 0,24 0,42 0,4 0,385 0,25 0,26 0,245 0,285 0,24 0,24 0,39 0,4 0,42 96 Ratarata 0,38667 0,255 0,255 0,4 0,245 0,25833 0,39833 0,25167 0,255 0,40167 0,25167 0,255 0,40333 Lampiran 18. Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) Terhadap Bakteri S. aureus 97 Data Pengamatan Uji Aktivitas Antibakteri Spandeks + Nanoperak + HDTMS (S. aureus) Waktu Sampel (jam) 1 24 2 3 1 28 2 3 1 31 2 3 1 49 2 3 1 52 2 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,92 0,85 0,86 0,95 0,81 0,9 0,94 1,02 0,95 0,93 0,9 0,88 1,01 0,89 0,92 1,08 0,97 0,88 0,91 0,87 0,96 1 0,88 0,91 1,05 0,96 0,95 0,9 0,79 0,89 0,95 0,85 0,86 1,04 1,06 1,05 0,92 0,93 0,85 0,91 0,83 0,3 0,23 0,24 0,31 0,17 0,26 0,34 0,42 0,35 0,31 0,28 0,26 0,37 0,25 0,28 0,48 0,37 0,28 0,29 0,25 0,34 0,36 0,24 0,27 0,45 0,36 0,35 0,28 0,17 0,27 0,31 0,21 0,22 0,44 0,46 0,45 0,3 0,31 0,23 0,27 0,19 98 Ratarata 0,25667 0,24667 0,37 0,28333 0,3 0,37667 0,29333 0,29 0,38667 0,24 0,24667 0,45 0,28 0,24667 Waktu Sampel (jam) 3 1 55 2 3 1 61 2 3 1 70 2 3 1 72 2 3 Diameter Sampel (cm) Diameter Zona Jernih Terukur (cm) Diameter Zona Jernih (cm) 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,62 0,62 0,62 0,64 0,64 0,64 0,6 0,6 0,6 0,92 1,04 0,97 1,09 0,86 0,92 0,935 0,9 0,93 0,82 1,03 1 1,075 0,87 0,91 0,93 0,915 0,845 0,895 0,995 1,04 1,08 0,9 0,88 0,91 0,92 0,83 0,9 1,03 1,08 0,99 0,86 0,9 0,91 0,91 0,905 0,84 1 1,025 1,08 0,28 0,44 0,37 0,49 0,24 0,3 0,315 0,26 0,29 0,18 0,43 0,4 0,475 0,25 0,29 0,31 0,275 0,205 0,255 0,395 0,44 0,48 0,28 0,26 0,29 0,28 0,19 0,26 0,43 0,48 0,39 0,24 0,28 0,29 0,27 0,265 0,2 0,4 0,425 0,48 99 Ratarata 0,43333 0,285 0,24333 0,435 0,28333 0,245 0,43833 0,27667 0,24333 0,43333 0,27 0,245 0,435 Lampiran 19. Tabel Uji ANOVA Dua Faktor terhadap Bakteri E. coli Between-Subjects Factors Value Label Waktu_jam Sampel N 1.00 24 15 2.00 28 15 3.00 31 15 4.00 49 15 5.00 52 15 6.00 55 15 7.00 61 15 8.00 70 15 9.00 72 15 1.00 + 27 2.00 S.0 27 3.00 S.1 27 4.00 S.2 27 5.00 S.3 27 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Diameter Type III Sum of Source Squares df Mean Square F Sig. .663a 44 .015 9.596 .000 5.031 1 5.031 3204.925 .000 Sampel .589 4 .147 93.745 .000 Waktu_jam .023 8 .003 1.854 .077 Sampel * Waktu_jam .051 32 .002 1.013 .464 Error .141 90 .002 Total 5.835 135 .804 134 Corrected Model Corrected Total a. R Squared = .824 (Adjusted R Squared = .738) Ada 3 perbedaan mean yang diajukan: 1. Uji interaksi Apakah mean yang ada merupakan pengaruh interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri? Pengambilan keputusan antara lain: 100 a. Hipotesis H0 : Tidak ada interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel H1 : Ada interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel b. Pengambilan Keputusan Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak c. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0,464 atau > 0,05; maka H0 diterima. Jadi tidak ada pengaruh interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri. 2. Uji Efek Faktor Waktu Inkubasi Apakah mean yang ada merupakan pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri? Pengambilan keputusan antara lain: a. Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri H1 : Ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri b. Pengambilan Keputusan Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak c. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0,077 atau > 0,05; maka H0 diterima. Jadi tidak ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri. 3. Uji Efek Faktor Jenis Sampel Apakah mean yang ada merupakan pengaruh jenis sampel yang digunakan terhadap aktivitas antibakteri? Pengambilan keputusan antara lain: a. Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri H1 : Ada pengaruh jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri b. Pengambilan Keputusan Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima 101 Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak c. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0,000 atau < 0,05; maka H0 ditolak. Jadi ada pengaruh jenis sampel yang digunakan terhadap aktivitas antibakteri. Tabel Uji Lanjut LSD Waktu Inkubasi Multiple Comparisons Dependent Variable: Diameter LSD 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 24 28 -.00267 .014467 .854 -.03141 .02607 31 -.00733 .014467 .613 -.03607 .02141 49 -.01333 .014467 .359 -.04207 .01541 52 -.03600* .014467 .015 -.06474 -.00726 55 -.04000* .014467 .007 -.06874 -.01126 61 -.02067 .014467 .157 -.04941 .00807 70 -.02300 .014467 .115 -.05174 .00574 72 -.02233 .014467 .126 -.05107 .00641 24 .00267 .014467 .854 -.02607 .03141 31 -.00467 .014467 .748 -.03341 .02407 49 -.01067 .014467 .463 -.03941 .01807 52 -.03333* .014467 .024 -.06207 -.00459 55 -.03733* .014467 .011 -.06607 -.00859 61 -.01800 .014467 .217 -.04674 .01074 70 -.02033 .014467 .163 -.04907 .00841 72 -.01967 .014467 .177 -.04841 .00907 24 .00733 .014467 .613 -.02141 .03607 28 .00467 .014467 .748 -.02407 .03341 49 -.00600 .014467 .679 -.03474 .02274 52 -.02867 .014467 .051 -.05741 .00007 55 -.03267* .014467 .026 -.06141 -.00393 61 -.01333 .014467 .359 -.04207 .01541 70 -.01567 .014467 .282 -.04441 .01307 72 -.01500 .014467 .303 -.04374 .01374 28 31 (I-J) Std. Error 102 Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mean (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 49 24 .01333 .014467 .359 -.01541 .04207 28 .01067 .014467 .463 -.01807 .03941 31 .00600 .014467 .679 -.02274 .03474 52 -.02267 .014467 .121 -.05141 .00607 55 -.02667 .014467 .069 -.05541 .00207 61 -.00733 .014467 .613 -.03607 .02141 70 -.00967 .014467 .506 -.03841 .01907 72 -.00900 .014467 .535 -.03774 .01974 24 .03600* .014467 .015 .00726 .06474 28 .03333* .014467 .024 .00459 .06207 31 .02867 .014467 .051 -.00007 .05741 49 .02267 .014467 .121 -.00607 .05141 55 -.00400 .014467 .783 -.03274 .02474 61 .01533 .014467 .292 -.01341 .04407 70 .01300 .014467 .371 -.01574 .04174 72 .01367 .014467 .347 -.01507 .04241 24 .04000* .014467 .007 .01126 .06874 28 .03733* .014467 .011 .00859 .06607 31 .03267* .014467 .026 .00393 .06141 49 .02667 .014467 .069 -.00207 .05541 52 .00400 .014467 .783 -.02474 .03274 61 .01933 .014467 .185 -.00941 .04807 70 .01700 .014467 .243 -.01174 .04574 72 .01767 .014467 .225 -.01107 .04641 24 .02067 .014467 .157 -.00807 .04941 28 .01800 .014467 .217 -.01074 .04674 31 .01333 .014467 .359 -.01541 .04207 49 .00733 .014467 .613 -.02141 .03607 52 -.01533 .014467 .292 -.04407 .01341 55 -.01933 .014467 .185 -.04807 .00941 70 -.00233 .014467 .872 -.03107 .02641 72 -.00167 .014467 .909 -.03041 .02707 52 55 61 Difference (I-J) Std. Error 103 Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mean (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 70 24 .02300 .014467 .115 -.00574 .05174 28 .02033 .014467 .163 -.00841 .04907 31 .01567 .014467 .282 -.01307 .04441 49 .00967 .014467 .506 -.01907 .03841 52 -.01300 .014467 .371 -.04174 .01574 55 -.01700 .014467 .243 -.04574 .01174 61 .00233 .014467 .872 -.02641 .03107 72 .00067 .014467 .963 -.02807 .02941 24 .02233 .014467 .126 -.00641 .05107 28 .01967 .014467 .177 -.00907 .04841 31 .01500 .014467 .303 -.01374 .04374 49 .00900 .014467 .535 -.01974 .03774 52 -.01367 .014467 .347 -.04241 .01507 55 -.01767 .014467 .225 -.04641 .01107 61 .00167 .014467 .909 -.02707 .03041 70 -.00067 .014467 .963 -.02941 .02807 72 Difference (I-J) Std. Error Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .002. *. The mean difference is significant at the ,05 level. 104 Sig. Lower Bound Upper Bound Tabel Uji Lanjut LSD Multiple Comparisons Dependent Variable: Diameter LSD 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Sampel (J) Sampel + S.0 .14111* .010783 .000 .11969 .16253 S.1 .03704* .010783 .001 .01562 .05846 S.2 .16222* .010783 .000 .14080 .18364 S.3 .02222* .010783 .042 .00080 .04364 + -.14111* .010783 .000 -.16253 -.11969 S.1 -.10407* .010783 .000 -.12550 -.08265 S.2 .02111 .010783 .053 -.00031 .04253 S.3 -.11889* .010783 .000 -.14031 -.09747 + -.03704* .010783 .001 -.05846 -.01562 S.0 .10407* .010783 .000 .08265 .12550 S.2 .12519* .010783 .000 .10376 .14661 S.3 -.01481 .010783 .173 -.03624 .00661 + -.16222* .010783 .000 -.18364 -.14080 S.0 -.02111 .010783 .053 -.04253 .00031 S.1 -.12519* .010783 .000 -.14661 -.10376 S.3 -.14000* .010783 .000 -.16142 -.11858 + -.02222* .010783 .042 -.04364 -.00080 S.0 .11889* .010783 .000 .09747 .14031 S.1 .01481 .010783 .173 -.00661 .03624 S.2 .14000* .010783 .000 .11858 .16142 S.0 S.1 S.2 S.3 (I-J) Std. Error Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .002. *. The mean difference is significant at the ,05 level. 105 Sig. Lower Bound Upper Bound Lampiran 20. Uji ANOVA Dua Faktor terhadap Bakteri S. aureus Between-Subjects Factors Value Label Waktu_jam Sampel N 1.00 24 15 2.00 28 15 3.00 31 15 4.00 49 15 5.00 52 15 6.00 55 15 7.00 61 15 8.00 70 15 9.00 72 15 1.00 + 27 2.00 S.0 27 3.00 S.1 27 4.00 S.2 27 5.00 S.3 27 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Diameter Type III Sum of Source Squares df Mean Square F Sig. 161.881a 44 3.679 2.494 .000 1055.969 1 1055.969 715.711 .000 9.196 4 1.150 .779 .622 136.241 8 34.060 23.085 .000 16.444 32 .514 .348 .999 Error 132.787 90 1.475 Total 1350.638 135 294.669 134 Corrected Model Waktu_jam Sampel Waktu_jam * Sampel Corrected Total a. R Squared = .549 (Adjusted R Squared = .329) Ada 3 perbedaan mean yang diajukan: 4. Uji Interaksi Apakah mean yang ada merupakan pengaruh interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri? 106 Pengambilan keputusan antara lain: d. Hipotesis H0 : Tidak ada interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel H1 : Ada interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel e. Pengambilan Keputusan Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak f. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0.999 atau > 0,05; maka H0 diterima. Jadi tidak ada pengaruh interaksi antara waktu inkubasi dan jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri. 5. Uji Efek Faktor Waktu Inkubasi Apakah mean yang ada merupakan pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri? Pengambilan keputusan antara lain: d. Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri H1 : Ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri e. Pengambilan Keputusan Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak f. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0,622 atau > 0,05; maka H0 diterima. Jadi tidak ada pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas antibakteri. 6. Uji Efek Faktor Jenis Sampel Apakah mean yang ada merupakan pengaruh jenis sampel yang digunakan terhadap aktivitas antibakteri? Pengambilan keputusan antara lain: d. Hipotesis H0 : Tidak ada pengaruh jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri H1 : Ada pengaruh jenis sampel terhadap aktivitas antibakteri e. Pengambilan Keputusan 107 Jika probabilita > 0,05 ; maka H0 diterima Jika probabilita < 0,05 ; maka H0 ditolak f. Keputusan Terlihat dari F signifikansi adalah 0,000 atau < 0,05; maka H0 ditolak. Jadi ada pengaruh jenis sampel yang digunakan terhadap aktivitas antibakteri. Tabel Uji Lanjut LSD Waktu Inkubasi Multiple Comparisons Dependent Variable: Diameter LSD 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 24 28 -.18001 .443533 .686 -1.06116 .70115 31 -.36445 .443533 .413 -1.24561 .51670 49 -.64333 .443533 .150 -1.52448 .23783 52 -.72664 .443533 .105 -1.60780 .15452 55 -.68223 .443533 .128 -1.56339 .19892 61 -.74333 .443533 .097 -1.62449 .13782 70 -.72111 .443533 .107 -1.60227 .16004 72 -.69002 .443533 .123 -1.57118 .19114 24 .18001 .443533 .686 -.70115 1.06116 31 -.18445 .443533 .679 -1.06560 .69671 49 -.46332 .443533 .299 -1.34448 .41784 52 -.54663 .443533 .221 -1.42779 .33452 55 -.50223 .443533 .261 -1.38338 .37893 61 -.56333 .443533 .207 -1.44448 .31783 70 -.54111 .443533 .226 -1.42226 .34005 72 -.51001 .443533 .253 -1.39117 .37114 24 .36445 .443533 .413 -.51670 1.24561 28 .18445 .443533 .679 -.69671 1.06560 49 -.27887 .443533 .531 -1.16003 .60228 52 -.36219 .443533 .416 -1.24334 .51897 55 -.31778 .443533 .476 -1.19894 .56338 61 -.37888 .443533 .395 -1.26004 .50228 70 -.35666 .443533 .423 -1.23782 .52450 72 -.32557 .443533 .465 -1.20672 .55559 28 31 (I-J) Std. Error 108 Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 49 24 .64333 .443533 .150 -.23783 1.52448 28 .46332 .443533 .299 -.41784 1.34448 31 .27887 .443533 .531 -.60228 1.16003 52 -.08331 .443533 .851 -.96447 .79784 55 -.03891 .443533 .930 -.92006 .84225 61 -.10001 .443533 .822 -.98116 .78115 70 -.07779 .443533 .861 -.95894 .80337 72 -.04669 .443533 .916 -.92785 .83446 24 .72664 .443533 .105 -.15452 1.60780 28 .54663 .443533 .221 -.33452 1.42779 31 .36219 .443533 .416 -.51897 1.24334 49 .08331 .443533 .851 -.79784 .96447 55 .04441 .443533 .920 -.83675 .92556 61 -.01669 .443533 .970 -.89785 .86446 70 .00553 .443533 .990 -.87563 .88668 72 .03662 .443533 .934 -.84454 .91778 24 .68223 .443533 .128 -.19892 1.56339 28 .50223 .443533 .261 -.37893 1.38338 31 .31778 .443533 .476 -.56338 1.19894 49 .03891 .443533 .930 -.84225 .92006 52 -.04441 .443533 .920 -.92556 .83675 61 -.06110 .443533 .891 -.94226 .82006 70 -.03888 .443533 .930 -.92004 .84228 72 -.00779 .443533 .986 -.88894 .87337 24 .74333 .443533 .097 -.13782 1.62449 28 .56333 .443533 .207 -.31783 1.44448 31 .37888 .443533 .395 -.50228 1.26004 49 .10001 .443533 .822 -.78115 .98116 52 .01669 .443533 .970 -.86446 .89785 55 .06110 .443533 .891 -.82006 .94226 70 .02222 .443533 .960 -.85894 .90338 72 .05331 .443533 .905 -.82784 .93447 52 55 61 (I-J) Std. Error 109 Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Waktu_jam (J) Waktu_jam 70 24 .72111 .443533 .107 -.16004 1.60227 28 .54111 .443533 .226 -.34005 1.42226 31 .35666 .443533 .423 -.52450 1.23782 49 .07779 .443533 .861 -.80337 .95894 52 -.00553 .443533 .990 -.88668 .87563 55 .03888 .443533 .930 -.84228 .92004 61 -.02222 .443533 .960 -.90338 .85894 72 .03109 .443533 .944 -.85006 .91225 24 .69002 .443533 .123 -.19114 1.57118 28 .51001 .443533 .253 -.37114 1.39117 31 .32557 .443533 .465 -.55559 1.20672 49 .04669 .443533 .916 -.83446 .92785 52 -.03662 .443533 .934 -.91778 .84454 55 .00779 .443533 .986 -.87337 .88894 61 -.05331 .443533 .905 -.93447 .82784 70 -.03109 .443533 .944 -.91225 .85006 72 (I-J) Std. Error Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.475. 110 Sig. Lower Bound Upper Bound Tabel Uji Lanjut LSD Multiple Comparisons Dependent Variable: Diameter LSD 95% Confidence Interval Mean Difference (I) Sampel + S.0 S.1 S.2 S.3 (J) Sampel (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound S.0 2.96297* .330590 .000 2.30620 3.61975 S.1 .86049* .330590 .011 .20371 1.51726 S.2 .71604* .330590 .033 .05926 1.37281 S.3 .68025* .330590 .043 .02348 1.33703 + -2.96297* .330590 .000 -3.61975 -2.30620 S.1 -2.10249* .330590 .000 -2.75926 -1.44571 S.2 -2.24694* .330590 .000 -2.90371 -1.59016 S.3 -2.28272* .330590 .000 -2.93950 -1.62595 + -.86049* .330590 .011 -1.51726 -.20371 S.0 2.10249* .330590 .000 1.44571 2.75926 S.2 -.14445 .330590 .663 -.80123 .51232 S.3 -.18024 .330590 .587 -.83701 .47654 + -.71604* .330590 .033 -1.37281 -.05926 S.0 2.24694* .330590 .000 1.59016 2.90371 S.1 .14445 .330590 .663 -.51232 .80123 S.3 -.03579 .330590 .914 -.69256 .62099 + -.68025* .330590 .043 -1.33703 -.02348 S.0 2.28272* .330590 .000 1.62595 2.93950 S.1 .18024 .330590 .587 -.47654 .83701 S.2 .03579 .330590 .914 -.62099 .69256 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.475. *. The mean difference is significant at the ,05 level. 111 Lampiran 21. Uji t-Independent Kontrol Positif Terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus Group Statistics Bakteri Diameter N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E. coli 9 .2530 .04097 .01366 S. aureus 9 .3741 .14903 .04968 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- Diameter df tailed) Mean F Sig. t 22.690 .000 -2.351 16 .032 -.12111 -2.351 9.202 .043 -.12111 Std. Error Difference Difference Difference Lower Upper .05152 -.23033 -.01190 .05152 -.23727 -.00496 Equal variances assumed Equal variances not assumed 1. Hasil pengujian F di atas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 22,690 dengan sig. 0,000. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka varians kedua kelompok tersebut tidak homogen. Oleh karena itu uji t yang digunakan adalah t bagian bawah (separate t test). 2. Hasil uji t ditemukan nilai t sebesar -2,351 dengan sig. (2-tailed) 0,043. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan aktivitas antibakteri sampel kontrol positif terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Oleh karena rata-rata diameter zona jernih kontrol positif dengan bakteri S. aureus lebih besar dibandingkan rata-rata diameter zona jernih kontrol positif dengan bakteri E. coli, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri kontrol positif lebih baik terhadap bakteri S. aureus daripada terhadap bakteri E. coli. 112 Lampiran 22. Uji t-Independent Spandex (S.0) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus Group Statistics Bakteri Diameter N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E. coli 9 .0666 .01098 .00366 S. aureus 9 .0871 .01517 .00506 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Diameter Sig. t-test for Equality of Means t df Std. 95% Confidence Mean Error Interval of the Sig. (2- Differen Differe Difference tailed) ce nce Lower Upper Equal variances 1.319 .268 -3.275 16 .005 -.02045 .00624 -.03369 -.00721 -3.275 14.578 .005 -.02045 .00624 -.03379 -.00711 assumed Equal variances not assumed 1. Hasil pengujian F di atas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 1,319 dengan sig. 0,268. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka varians kedua kelompok tersebut homogen. Oleh karena itu uji t yang digunakan adalah t bagian atas (pooled t test). 2. Hasil uji t ditemukan nilai t sebesar -3,275 dengan sig. (2-tailed) 0,005. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan aktivitas antibakteri sampel spandex terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Oleh karena rata-rata diameter zona jernih spandex dengan bakteri S. aureus lebih besar dibandingkan rata-rata diameter zona jernih spandex dengan bakteri E. coli, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri spandex lebih baik terhadap bakteri S. aureus daripada terhadap bakteri E. coli. 113 Lampiran 23. Uji t-Independent Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak (S.1) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus Group Statistics Bakteri Diameter N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E. coli 9 .1533 .02828 .00943 S. aureus 9 .1811 .03018 .01006 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Diameter F Sig. t .397 .538 -2.015 df Sig. (2- Mean Std. Error tailed) Difference Difference Difference Lower Upper Equal variances 16 .061 -.02778 .01379 -.05701 .00145 -2.015 15.933 .061 -.02778 .01379 -.05702 .00146 assumed Equal variances not assumed 1. Hasil pengujian F di atas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0,397 dengan sig. 0,538. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka varians kedua kelompok tersebut homogen. Oleh karena itu uji t yang digunakan adalah t bagian atas (pooled t test). 2. Hasil uji t ditemukan nilai t sebesar -2,015 dengan sig. (2-tailed) 0,061. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan aktivitas antibakteri sampel spandex terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. 114 Lampiran 24. Uji t-Independent Spandex Terlapisi HDTMS (S.2) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus Group Statistics Bakteri Diameter N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E. coli 9 0.1195 .01236 .00412 S. aureus 9 0.3111 .01453 .00484 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Sig. Diameter F Sig. .101 .755 t df (2- Mean Std. Error Interval of the taile Differenc Differenc Difference d) e e Lower Upper Equal variances -30.146 16 .000 -0.19165 .00636 -0.20513 -0.17818 -30.146 15.597 .000 -0.19165 .00636 -0.20516 -0.17815 assumed Equal variances not assumed 1. Hasil pengujian F di atas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 0.101 dengan sig. 0,755. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka varians kedua kelompok tersebut homogen. Oleh karena itu uji t yang digunakan adalah t bagian atas (pooled t test). 2. Hasil uji t ditemukan nilai t sebesar -30,146 dengan sig. (2-tailed) 0,000. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan aktivitas antibakteri sampel S.2 terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Oleh karena rata-rata diameter zona jernih sampel S.2 dengan bakteri S. aureus lebih besar dibandingkan rata-rata diameter zona jernih sampel S.2 dengan bakteri E. coli, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri sampel S.2 lebih baik terhadap bakteri S. aureus daripada terhadap bakteri E. coli. 115 Lampiran 25. Uji t-Independent Spandex Terdeposit Nanopartikel Perak dan Terlapisi HDTMS (S.3) terhadap Bakteri E. coli dan S. aureus Group Statistics Bakteri Diameter N Mean Std. Deviation Std. Error Mean E. coli 9 .2422 .02167 .00722 S. aureus 9 .3922 .07775 .02592 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2- F Diameter df tailed) Mean Sig. t .099 -5.576 16 .000 -.15000 -5.576 9.235 .000 -.15000 Std. Error Difference Difference Difference Lower Upper .02690 -.20703 -.09297 .02690 -.21062 -.08938 Equal variances 3.070 assumed Equal variances not assumed 1. Hasil pengujian F di atas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 3,070 dengan sig. 0,099. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka varians kedua kelompok tersebut homogen. Oleh karena itu uji t yang digunakan adalah t bagian atas (pooled t test). 2. Hasil uji t ditemukan nilai t sebesar -5,576 dengan sig. (2-tailed) 0,000. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan aktivitas antibakteri sampel S.3 terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Oleh karena rata-rata diameter zona jernih sampel S.3 dengan bakteri S. aureus lebih besar dibandingkan rata-rata diameter zona jernih sampel S.3 dengan bakteri E. coli, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri sampel S.3 lebih baik terhadap bakteri S. aureus daripada terhadap bakteri E. coli. 116 Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian 117