BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supervisi Pendidikan. 2.1.1 Definisi Supervisi Pendidikan. Menurut Purwanto (2008:76) supervisi adalah “membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif memerlukan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan ”. Sedangkan menurut Boardman dalam Sahertian (2010: 17) “supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara terus menerus kompetensi guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Oleh karena itu mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara terus menerus serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern”. Dari dua pendapat tersebut di atas jelas terdapat beberapa perbedaan yaitu definisi dari Purwanto terlalu simple dan memuat hal– hal yang pokok saja jadi kurang spesifik terhadap hal- hal apa yang akan direncanakan ataupun tentang pekerjaan apa yang perlu dibantu, tetapi menurut Sahertian lebih terurai dan jelas usaha apa saja yang akan dilakukan, dengan cara apa melakukannya, serta jelas pula tujuannya. 11 Sehingga Kepala Sekolah dalam melakukan Supervisi Akademik lebih melaksanakan lebih jelas panduannya. Supervisi pendidikan bagian Supervisi adalah program pembinaan guru dan personil pendidikan. Supervisi merupakan pemantauan oleh pembina dan Kepala sekolah terhadap implementasi MBS termasuk pelaksanaan pelurusan kurikulum, penilaian penyimpangan, KBM di peningkatan (Slameto, 2009:142). Lain dengan kelas, keadaan Jasmani (2013:27) yang menyatakan bahwa: “Supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari supervisor dan atau semua pemimpin kepala sekolah manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan sekolah kinerja staf/guru dalam menjalankan tugas, fungsi, dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan optimal. Caranya, dengan memberi dorongan, pembinaan, bantuan, bimbingan, dan memberi kesempatan bagi pengelola sekolah dan para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja dan profesional ismenya”. Supervisi akademik merupakan bagian supervisi pendidikan memberikan yang menitik bantuan beratkan untuk pada meningkatkan upaya mutu pembelajaran dan professional guru sebagai pengelola proses belajar di kelas. “supervisi akademik Menurut Muslim (2009: 41) diberi pengertian sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk pelayanan professional yang diberikan 12 oleh supervisor (kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”. Menurut Mulyasa (2013: 249) supervisi akademik adalah bantuan professional kepada guru, melalui tahap perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperbaiki kinerjanya. Supervisi akademik bukan hanya membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga perlu juga membantu guru dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam menyusun program pembelajaran secara tepat (Arikunto, 2009: 12) agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hakekat supervisi akademik adalah suatu usaha untuk membantu guru agar guru dalam bekerja lebih profesional. Akan tetapi menurut Arikunto dan Muslim definisinya kurang jelas dan masih bersifat umum karena belum menunjukan langkah- langkah dari pelaksanaan supervisi akademik. berbeda dengan Mulyasa uraian lebih jelas, terinci dan lebih spesifik serta menunjukkan langkah- langkah tindakan supervisi akademik. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah bimbingan yang kegiatan diberikan berupa oleh bantuan supervisor dan yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru 13 dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga akan mendorong peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. 2.1.2 Tujuan supervisi akademik Tujuan supervisi akademik adalah untuk mengembangkan situasi proses pembelajaran yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Secara lebih terperinci tujuan supervisi akademik adalah (Burhanuddin, 2005 : 100) : a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang tehnis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga memperoleh hasil yang optimal. d. Menilai sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah. Peneliti lain yaitu Sudjana (2011:56) menjelaskan bahwa supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya yakni melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Menurut Pendidikan Sergiovanni Nasional, (dalam 2007:10), ada Departemen tiga tujuan 14 supervisi akademik : a. Supervisi akademik dilakukan untuk membantu guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalismenya serta memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kompetensinya melalui teknik-teknik tertentu. b. Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik. c. Supervisi akademik dilakukan untuk memberi semangat pada guru menerapkankemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru dalam mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki sungguh perhatian (commitment) yang sungguh- terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik. Oleh sebab itu hendaknya melalui supervisi mengusai akademik guru kompetensi yang harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi 15 professional sebagaimana dituangkan dalam Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Dari berbagai uraian tentang tujuan Supervisi akademik di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan supervisi akademik diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian dalam penyusunan RPP dan kegiatan proses belajar di sekolah agar diketahui sejauh pembelajaran. mana Pemantauan tercapainya dan tujuan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan observasi kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih lanjut. 2.1.3 Teknik- Teknik Supervisi Akademik Salah satu kompetensi Kepala Sekolah adalah melaksanakan melaksanakan supervisi supervisi akademik. akademik secara Untuk benar diperlukan ketrampilan konseptual, interpersonal, dan teknikal. Oleh karena itu Kepala Sekolah harus mampu menerapkan teknik- teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Menurut Arikunto (2004:54-58) terdapat 2 jenis teknik supervisi yaitu: 2.1.3.1 Teknik Perorangan 16 Yang dimaksud dengan teknik perorangan dalam kegiatan supervise adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisI, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas (Arikunto, 2004: 54). Teknik perorangan antara lain: (1) Mengadakan kunjungan kelas (Classroom Visitation) Yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah pengawas atau kepala sekolah berkunjung ke sebuah kelas, baik ketika sedang berlangsung kegiatan untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupunn ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar (Arikunto, 2004: 55). (2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation), yang dimaksud dengan observasi kelas atau classroom observation ialah pengawas atau kepala sekolah berkunjung ke sebuah kelas dengan maksud untuk mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsungdi kelas yang bersangkutan (Arikunto, 2004: 55). (3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview) Wawancara perseorangan dilakukan apabila supervisor berpendapat bahwa dia menghendaki adanya jawaban dari individu tertentu. Hal ini adapat dilakukan apabila, (a) ada masalah khusus pada individu guru atau staf sekolah lain yang penyelesaianya tidak boleh di dengar oleh orang lain. (b) apabila 17 supervisor ingin mengecek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain. Dalam hal ini wawancara perseorangan adalah teknik yang tepat agar orang yang diwawancari tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain (Arikunto, 2004: 56). (4) Mengadakan wawancara kelompok (group interview) Teknik wawancara ini dalam bahasa Inggris di kenal dengan sitilah round table (meja bundar). Dikatakan demikian karena round table menghendaki adanya persyaratan yang harus dilakukan, yaitu situasi dan peraturan duduk dalam diskusi adalah posisi duduk hendaknya dalam posisi lingkaran yang bundar, dimana setiap anggota kelompok mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Demikian juga pewawancara sebaiknya duduk juga dalam lingkaran, berada di antara anggota kelompok yang lain (Arikunto, 2004: 56). 2.1.3.2 Teknik supervisi kelompok a. Mengadakan pertemuan atau rapat (Meeting) Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila masingmasing warga sekolah mempunyai hak yang sama untuk mengemukakn pendapat, dan segala informasi yang ada dapat dengan segera sampai ke semua warga dengan cepat dan dengan tepat pula (Arikunto, 2004: 57). b. Mengadakan diskusi kelompok (group Discussion) Diskusi kelompok dapat juga digunakan untuk 18 mempertemukan pendapat antar pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus antar staff pimpinan saja. Diskusi kelompok dapat diselenggarkan dengan mengundang atau mengumpulkan guruguru bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai dengan keperluannya (Arikunto, 2004: 57). c. Mengadakan penataran-penataran (in service training) Salah satu wadah untuk meningkatlkan kompetensi penataran. penataran guru dan Dalam staff sekolah klasifikasi dikategorikan adalah pendidikan, sebagai in service training, sebagai bentuk lain dari pre service training, yang merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan menjadi pegawai yang resmi (Arikunto, 2004: 57). d. Seminar, banyak guru yang membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagai angka kredit sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional,. Cara yang baik dalam mengikuti seminar adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, serius, dan cermat mengikuti presentasi dan acara tanya jawab (Arikunto, 2004: 58). Menurut Mulyasa (2013:245) “Supervisor hendaknya pandai memilih teknik- teknik supervisi yang sesuai, sehingga tepat dengan tujuan yang akan dicapai” itulah yang melandasi peneliti dalam memilih melaksanakan dengan Penelitian menggunakan Tindakan teknik Sekolah supervisi (PTS) akademik 19 individual kunjungan kelas karena banyak kelebihannya dan sesuai dengan permasalahan yang ada di SD Negeri Klampoklor. 2.1.4 Pendekatan Supervisi akademik. Menurut Sahertian pendekatan yang (Sahertian, digunakan 2000:44-52). dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu: 2.1.4.1 Pendekatan Langsung (Direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan menjelaskan, perilaku menyajikan, supervisor adalah: mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan. 2.1.4.2 Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan dikemukakan secara guru-guru. Ia aktif memberi apa yang kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka mengemukakan masalahnya alami. supervisor Guru mencoba 20 mendengarkan, memahami, apa yang dialami guruguru. Perilaku supervisor dalam pendekatan nondirektif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah. 2.1.4.3 Pendekatan Kolaboratif Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan pendekatan direktif yang dan memadukan non–direktif cara menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru menetapkan bersama-sama, struktur, proses bersepakat dan kriteria untuk dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kolaboratif. 2.1.5 Supervisi Akademik Kunjungan Kelas Supervisi kunjungan dan observasi kelas adalah kegiatan kepala sekolah langsung mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar serta keseluruhan dengan faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya Sagala (2010:187- 188) mengatakan dalam supervisi kunjungan kelas dapat dilaksanakan dengan tiga pola yaitu: (1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu (unannounced visition) di mana supervisor tiba-tiba datang ke kelas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan 21 guru sedang mengajar.(2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan terlebih dahulu (announced visitition) sebelum mengadakan kunjungan supervisormemberitahu guru bahwa dia akan mengunjungi kelas pada waktu yang telah ditetapkan.(3) Kunjungan atas undangan guru (visit upon invitation) artinya gurulah yang mengundang supervisor untuk mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin dibantu untuk meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar mengajar. Purwanto (2005), selanjutnya menyatakan bahwa teknik kunjungan kelas (classroom visitation) yaitu seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar dengan cara berkunjung sewaktu-waktu di kelas yang disupervisi.Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik. Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik 22 yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan dan kelemahamnnya (Mulyasa, 2013: 245). Melalui teknik mengamati secara ini, kepala langsung sekolah kegiatan dapat guru dalam melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil observasi kelas ini dapat digunakan oleh supervisor bersama guru untuk menentukan cara-cara yang paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar. Agar kunjungan kelas berlangsung efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan secara hati-hati dilaksanakan dengan penampilan yang baik pula. Jadi kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat lebih dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan. Apabila kunjungan tersebut dijumpai halhal yang baik atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut. Yang penting untuk diingat adalah bahwa dari kunjungan kelas seperti ini sebaiknya diperoleh hasil dalam bentuk bantuan atau pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, sebaiknya terjadi diskusi yang akrab dan dialog yang hangat antara supervisor dengan guru atau siswa sehingga diperoleh kesepakatan yang harmonis. Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas: a. Persiapan 23 Menurut Pidarta (2009; 104) persiapan yang dilakukan ketika akan melakukan supervisi kunjungan kelas adalah: (1).Memeriksa catatan hasil supervisi yang lampau (2)Memeriksa kelemahan- kelemahan bersama guru yang bersangkutan (3) Memeriksa informasi tetang kelemahan pada kasus- guru.(4)Mencatat kasus tersebut bersama guru yang bersangkutan.(5)Memilih kelemahn- kelemahan untuk diperbaiki.(6) Menentukan waktu untuk supervisi. Menurut Hartoyo (2006:93) “Awal keberhasilan hasil supervisi dipengaruhi oleh perencanaan yang baik, oleh karena itu perencanaan yang matang “. b. Proses supervisi Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. observasi Selanjutnya berdasarkan supervisor instrumen melakukan atau pedoman observasi yang telah disediakan. Tahap pelaksanaan supervisi kunjungan kelas sebagai berikut, (1) supervisor bersama guru memasuki ruang kelas tempat proses pembelajaran akan berlangsung, (2) guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud kedatangan supervisor di ruang kelas, (3) guru mempersilakan supervisor untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan, (4) guru mulai melaksanakan kegiatan mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (5) supervisor mengobservasi penampilan guru berdasarkan format observasi yang telah disepakati, (6) setelah guru selesai melaksanakan seluruh rangkaian 24 kegi-atan pembelajaran, bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruang guru atau ruang pembinaan (Wahjanta, 2007: 43). Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa proses supervisi merupakan pelaksanaan dari kegiatan supervisi untuk mengamati jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. c. Pertemuan balikan Tahap akhir dari supervisi kunjungan kelas adalah evaluasi dan refleksi. Supervisor dalam hal ini kepala sekolah mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi terhadap guru selama melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari praduga yang kurang baik, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung (Wahjanta, 2007: 43). Untuk kasus-kasus atau kelemahan-kelemahan kecil yang membutuhkan diskusi setelah supervisi, dibawa ke pertemuan balikan. Karena jumlah kasus atau guru yang disupervisi lebih dari satu dalam satuan waktu tertentu maka pertemuan balikan ini dilakukan secara bergantian. Kalau dalam satu hari supervisi kunjungan kelas melakukan empat kali 25 supervisi dan semuanya membutuhkan pertemuan balikan maka keempat guru ini perlu antre untuk mendapatkan giliran berdiskusi dengan supervisor dalam pertemuan balikan (Pidarta, 2009: 107). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertemuan balikan adalah kegiatan yang dilakukan setelah supervisor melakukan evaluasi terhadap hasil supervisi akademik. Pertemuan balikan dilakukan untuk memberitahukan kepada guru terhadap kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki selama proses supervisi berlangsung, supervisor dan guru mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan supervisi. 2.1.6 Ciri-ciri supervisi kunjungan kelas Dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah peneliti perlu memahami ciri- ciri teknik supervisi yang dipilihnya. Beberapa ciri teknik supervisi kunjungan kelas menurut Pidarta (2009: 100-103), diantaranya sebagai berikut: a. Menentukan waktu mengadakan supervise, untuk menentukan kapan akan mengadakan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahu kedatangan supervisor, tetapi bila ada guru yang merasa lemah dan memutuskan untuk memperbaiki kelemahan dengan supervisor disaksikan maka serta mengundang dibenarkan supervisor. Dalam hal ini penentuan waktu mengadakan supervisi disepakati bersama, dan ditentukan sebelum supervisi diadakan. 26 b. Bersifat individual artinya tidak dapat dilakukan untuk mengobservasi guru lebih dari satu orang dalam waktu yang sama. c. Tidak ada pertemuan awal artinya teknik kunjungan kelas ini tidak didahului oleh pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi. d. Waktu supervisi cukup singkat artinya supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit. Supervisor tidak selalu duduk di belakang kelas, bisa melihat dari kejauhan atau mondar mandir di serambi kelas. e. Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas artinya teknik supervisi ini memakan waktu singkat sehingga memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama . f. Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas artinya supervisor boleh melakukan intervensi baik terhadap guru dalam mengajar maupun siswa yang sedang belajar. g. Yang disupervisi adalah kasus-kasus, supervisor telah mengantongi sejumlah kasus guru ialah suatu perilaku guru dalam proses pembelajaran yang belum benar. h. Kunjungan sesudah dilakukan usai bisa pembelajaran, sebelum di dan samping mengunjungi guru yang sedang mengajar, kunjungan dapat juga dilakukan sebelum dan sesudah guru mengajar. 27 i. Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan, pertemuan balikan diadakan manakala supervisor maupun guru yang disupervisi merasa perlu mengadakan pertemuan balikan. j. Tindak lanjut, kalau pertemuan balikan tidak diadakan berarti tindak lanjut supervisi juga tidak ada. 2.1.7 Instrumen supervisi Untuk membantu supervisor dalam melaksanakan supervisi diperlukan alat bantu yang dinamakan instrumen. instrumen, namun Ada beberapa instrumen pada macam umumnya digunaknan dalam supervisi antara lain panduan observasi, penelusuran wawancara, kuisioner, dokumen (Hartoyo, dan panduan 2006:120-126). Berikut ini adalah uraian penjelasannya. 2.1.7.1 Panduan observasi Observasi kelas dilaksanakan untuk mengamati proses pembelajaran yang terjadi, sehingga supervisor dapat memberi feed back pada guru untuk meningkatkan style dan kualitas pembelajarannya. Untuk membantu supervisor fokus pada kegiatan observasinya, diperlukan panduan observasi (Hartoyo, 2006: 120). 2.1.7.2 Panduan wawancara Saat supervisor melakukan wawancara, baik kepada guru, kepala sekolah, tenaga administrasi 28 sekolah atau pun siswa, supervisor membutuhkan pedoman seputar data yang ingin diperolehnya dari responden. Hal yang perlu diperhatikan supervisor adalah wawancara merupakan kesempatan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya dari responden, yang menguak pendapat responden. Agar efektif, wawancara supervisor dapat perlu berjalan lancar mempersiapkan dan outline pertanyaan, meski dalam wawancara dapat dilakukan improvisasi lebih mendalam. Alat bantu wawancara ini dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara meliputi identitas singkat responden dan pertanyaan yang bersangkutan dengannya sesuai dengan bidangnya (Hartoyo, 2006: 121-122). 2.1.7.3 Kuesioner Kuesioner informasi dengan digunakan cara untuk menyebarkan memperoleh serangkaian pertanyaan tertulis, yang jawaban dari responden dituangkan secara tertulis pula pada lembar yang tersedia. Keuntungan menggunakan kuesioner adalah efektifitas waktu, karena kuesioner tidak memerlukan pengawasan intensif dari supervisor. Namun, justru karena tidak intensifnya pengawasan ini, data yang diperoleh kemungkinan kurang sesuai dan kurang lengkap dan kemungkinan terjadi manipulasi data atau informasi. Oleh karena itu, kuesioner perlu dirumuskan dengan baik sehingga valid dan reliable sebagai alat pengumpul data, Hartoyo (2006: 124). 29 2.1.7.4 Panduan penelusuran dokumen Panduan penelusuran dokumen digunakan oleh supervisor utuk mengetahui ketersediaan dokumen yang diperlukan. Dalam supervisi manajerial misalnya, panduan penelusuran mengetahui ada dokumen tidaknya digunakan arsip-arsip untuk pembukuan, barang, pegawai dan sebagainya. Dalam ruang lingkup akademis, panduan penelusuran dokumen ini digunakan untuk mengetahui dokumen guru dalam mempersiapkan pembelajaran seperti RPP, silabus, standar isi, standar kompetensi dan lain-lain (Hartoyo, 2006: 126). 2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Supervisi Kunjungan Kelas Kelebihan, ada beberapa kelebihan teknik supervisi kunjungan kelas antara lain: (1) Karena supervisi berlangsung dalam waktu yang singkat maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan sejumlah supervisi. (2) Supervisi kunjungan kelas yang diperlukan hanya mengambil merupakan proses data untuk sampel yang memperbaiki kelemahan-kelemahan kecil atau kasus-kasus negatif tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. (3) Teknik supervisi kunjungan kelas adalah satusatunya teknik supervisi yang membolehkan supervisor meperbaiki langsung kelemahan-kelemahan kecil yang dilakukan guru ketika sedang mengajar dan mendidik para peserta didik. (4) Teknik supervisi ini juga tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi, sebab ada kalangan supervisor 30 memperbaiki kelemahan guru secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian teknik supervisi ini cukup efisien. Kekurangan, ada dua kekurangan teknik supervisi kunjungan kelas yaitu. (1) Teknik supervisi kunjungan kelas yang berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data, otomatis tidak mungkin bisa mengumpulkan data secara lengkap dan utuh tentang kemampuan disupervisi. (2)Teknik atau ini kualitas tidak guru dapat yang dipakai mensupervisi guru yang belum pernah disupervisi atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor. Dengan kata lain supervisi ini hanya dapat dipakai mensupervisi guru-guru yang sudah diketahui kelemahan-kelemahannya ketika di supervisi dahulu atau bersumber dari informasi tertentu tentang kelemahan-kelemahan atau kasus-kasus itu, (Pidarta, 2009: 108-109). 2.2 Kinerja Guru. 2.2.1Pengertian Kinerja Guru. Menurut As’ad (2006:62) yang dinamakan kinerja seseorang adalah seberapa jauh seseorang mampu melaksanakan pekerjaan dan dibandingkan dengan hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pendapat Suryasubrata (2009:61) kinerja adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.Kinerja seseorang ditentukan oleh kemauan dan kemampuan seseorang untuk bekerja keras. 31 Seseorang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan dengan hasil yang baik berarti kinerja orang tersebut baik, begitupun sebaliknya. Menurut keputusan Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kridit (2001: 28) bahwa kinerja guru meliputi kegiatan pelaksanaan proses pembelajaran atau bimbingan meliputi: 1) penyusunan program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling; 2) penyajian program pengajaran atau praktik aau bimbingan dan konseling; 3) evaluasi belajar atau praktik atau bimbingan dan konseling; 4) analisis, remidial dan pengayaan. Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja. Kinerja, sebagaimana dinayatakan Smith dalam Mulyasa (2007: 135) adalah ...out put drive from processes, human or otherwise, jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Sejalan dengan itu, Mitchel dalam Mulyasa (2007: 137) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu quality of work, promptness, initiative, capability, and comunicatio. Kelima aspek tersebut dapat dijadikan ukuran dalam mengkaji kinerja tenaga kependidikan. Disamping itu, untuk mengadakan pengukuran terhadap kinerja diperlukan pengkajian khusus tentang kemampuan dan komunikasi. Untuk mencapai kinerja guru yang baik, maka guru harus memiliki kemampuan dasar, kemampuan akademik dan juga non akademik. Guru merupakan 32 jabatan atau profesi yang memerlukan khusus, pekerjaan tidak bisa dilakukan yang tidak kegiatan memiliki keahlian keahlian oleh orang untuk melakukan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang mampu berbicara diberbagai bidang ilmu pengetahuan belum tentu guru, untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus (Usman, 2008: 5). 2.2.2 Mengukur Kinerja Guru Dengan dilaksanakannya kegiatan penilaian dapat dikatakan bahwa seorang guru mendapatkan perhatian dari atasannya sehingga dapat mendorong para guru untuk lebih semangat lagi dalam bekerja, tentu saja penilaian ini harus dilakukan secara obyektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya. Kegiatan tindak lanjut dari penilaian ini, memungkinkan untuk guru dalam memperoleh imbalan jasa dari sekolah seperti memperoleh kenaikan jabatan seperti menjadi wakil, ketua jurusan, modal untuk mendapatkan kenaikan pangkat dengan sistem kredit. Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya. 33 Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik. Memang program kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Menurut Isjoni (2007: 19) bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung mempersiapkan segala perlengkapan jawabnya pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang 34 digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa bilamana kinerja guru diintegrasikan persekolahan, apakah menjadi dengan itu kepala optimal, komponen sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Konsep kualitas atau mutu pembelajaran dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa ”kualitas adalah paduan sifat- sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan” Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, 35 sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. 2.2.3 Indikator Kinerja Guru Penelitian meningkatkan ini tujuannya kinerja guru adalah dalam untuk pembelajaran sedangkan sasarannya adalah guru pemula di SD Negeri Klampoklor. Jadi yang akan dikembangkan kinerja guru pemula yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan mengevaluasi dan dan penilaian, dan penilaian dalam melaksanakan menilai, melaksanakan menerapkan pembelajaran, menganalisis hasil tindak hasil 4 lanjut (empat) domain kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik 36 dan Kompetensi Guru. Pengelolaan pembelajaran tersebut mensyaratkan guru menguasai 14 (dua puluh empat) kompetensi yang dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam PK GURU, 24 (dua puluh empat) kompetensi tersebut dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi sebagaimana dipublikasikan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Untuk mengetahui perubahan kinerja guru pemula dalam pembelajaran digunakan alat Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Dalam IPKG tersebut dapat dilihat score yang telah dicapai guru dalam proses pembelajaran. Selanjutkan dibandingkan score sebelum diadakan tindakan dan score setelah diadakan tindakan. 2.2.4 Langkah-Langkah Peningkatan kinerja Guru Dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak telah mengemukakan tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut: (a) Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja. (b) Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan. (c) Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab. (d) kekurangan baik yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri. (e) Mengembamgkan rencana tindakan tersebut. (f) Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum. (g) Mulai dari awal apabila perlu, (Anwar, 2006: 22). Dari peningkatan kinerja ini mempunyai hasil dalam peningkatan karena semuanya mempunyai 37 kekurangan dan kelebihan, hal itu sangat berguna bagi para karyawan. Dari berbagai uraian teori tentang kinerja guru, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini dapat diukur berdasarkan 4 dimensi, yaitu pembelajaran, pembelajaran, kinerja kinerja guru guru kinerja guru dalam perencanaan dalam pelaksanaan dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam melaksanakan tindak lanjut. Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, setiap guru harus dinilai kinerjanya sehingga dapat diketahui sejauh mana proses dan hasil kerja guru tersebut. Evaluasi kinerja guru selain dilakukan oleh Kepala Sekolah atau pengawas sekolah, dapat juga dilakukan oleh peserta didik di kelas dimana guru yang bersangkutan mengajar. Walaupun masih menjadi kontroversi, penilaian kinerja guru oleh peserta didik merupakan salah satu teknik penilaian yang bisa mengidentifikasi kinerja guru yang sebenarnya. Salah satu alasan yang melatar belakangi penilaian guru dapat dilakukan oleh peserta didik diantaranya disebabkan karena kultur masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti Kepala Sekolah dan pengawas sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta didik. 38 Memang program kunjungan kelas oleh Kepala Sekolah atau pengawas, tidak mungkin di tolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi oleh kepala sekolah atau pengawas saja. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi. Menurut Isjoni (2004: 19) bahwa ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembannya dan rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung mempersiapkan segala perlengkapan jawabnya pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan metode yang akan digunakan, termasuk alat/media pembelajaran yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.Lebih lanjut dinyatakan bahwa bilamana persekolahan, kinerja diintegrasikan apakah itu guru menjadi dengan kepala optimal, komponen sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Sudarwan Danim (2002: 41) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work 39 performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Konsep kualitas atau mutu pembelajaran dipandang sesuatu yang relatif, yang tidak selalu mengandung arti yang bagus, baik, dan sebagainya. Kualitas atau mutu dapat mengartikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu produk barang ataupun jasa yang menunjukkan kepada konsumen kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh barang atau jasa tersebut. Hal tersebut senada dengan pendapat Yoyon B. Irianto dalam Casmita (2003:28) yang menyebutkan bahwa “kualitas adalah paduan sifat-sifat barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi pelanggan”. Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyatakan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tugas keprofesionalan guru dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20(a) Tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru memiliki tugas keprofesionalan dalam melaksanakan kegiatan belajar 40 mengajar yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Untuk mengetahui kinerja guru maka diperlukan standar kinerja untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. 2.3 Guru Pemula 2.3.1 Definisi Guru Pemula Menurut Permendiknas No.27 tahun 2010 pasal 10 : (1) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) dapat diusulkan untuk diangkat dalam jabatan fungsional guru. (2) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang belum mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dapat mengajukan masa perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. (3) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari jabatan lain, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, dapat ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru. (4) Guru pemula yang berstatus CPNS/PNS mutasi dari mengajar jabatan sebagai lain, guru yang ditugasi tanpa jabatan fungsional guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat diusulkan untuk diangkat 41 dalam jabatan fungsional guru apabila telah memiliki nilai kinerja paling kurang kategori baik pada tahun berikutnya yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4). (5) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4) dapat diusulkan untuk diangkat sebagai guru tetap dan diangkat dalam jabatan fungsional guru. (6) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang belum mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dapat mengajukan masa perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. (7) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, tidak dapat diangkat menjadi guru tetap. (8) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang tidak mencapai nilai kinerja dengan kategori baik dalam masa perpanjangan, dapat ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru. (9) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang ditugasi mengajar sebagai guru tanpa jabatan fungsional guru sebagaimana ayat (8), dapat diusulkan untuk diangkat sebagai guru tetap dan diangkat dalam jabatan fungsional guru apabila telah memiliki nilai kinerja paling kurang kategori baik pada tahun berikutnya yang dibuktikan dengan sertifikat sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 4 . 42 Sedangkan di dalam pasal 6: guru pemula memiliki kewajiban bimbingan dan merencanakan, pembelajaran/ konseling, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan dan konseling yang bermutu, menilai dan bimbingan mengevaluasi dan konseling, hasil pembelajaran/ serta melaksanakan perbaikan dan pengayaan. Jadi seorang guru pemula karena kewajiban tersebut maka guru pemula haruslah mempunyai kemampuan juga. Juga dalam pasal 5 ada pula hak- hak guru pemula yaitu: a. pelaksanaan proses pembelajaran, bagi guru kelas dan guru mata pelajaran; b. pelaksanaan proses bimbingan dan konseling, bagi guru bimbingan dan konseling; c. pelaksanaan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. 2.3 Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang supervisi pendidikan telah banyak dilakukan, diantaranya adalah Wasonga, Wanzare, dan Rari (2011: 117-120) yang berjudul “Adults helping adults: Teacher-initiated supervisory option for professional development”. Penelitian ini membahas tentang pengawasan sebaya di kalangan guru. Ini mempertimbangkan fokus, praktek, masalah dan potensi pentingnya pengawasan sebaya dalam memfasilitasi guru dalam upaya peningkatan profesionalismenya. Pengawasan atau pembinaan rekan 43 sebaya adalah bagian penting untuk pengembangan profesional yang memungkinkan guru untuk membuat perubahan dalam praktik pembelajaran mereka dan prosedur untuk tujuan meningkatkan prestasi siswa. Ryan dan Gottfried (2012: 565-571) dalam penelitiannya yang berjudul “Elementary SuperVision and the Supervisor: Teacher Attitudes and Inclusive Education”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagai pengawas, pentingnya mengetahui diri sendiri, dan mengetahui mengawasi, orang-orang sangat penting bahwa untuk ia sedang keberhasilan kelompok. Maksudnya adalah ketika akan dilakukan supervisi maka supervisor harus mengetahui keadaan guru yang akan disupervisi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sharma, Yusoff, Kannan, dan Baba (2011: 214-217) yang berjudul “Concerns of Teachers and Principals on Instructional Supervision in Three Asian Countries“. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan tidak sungguh-sungguh atau hanya sekedar melihat-lihat saja memberikan hasil yang tidak maksimal. Dalam pelaksanaan supervisi diperlukan adanya keterlibatan kepala sekolah, guru-guru serta supervisor untuk kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan juga diperoleh hasil yang maksimal. Barinto (2012: 201-214) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kompetensi Guru Dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri 44 Se-Kecamatan Percut Sei Tuan” Hasil analisis yaitu: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dan supervisi akademik secara bersama-sama dengan kinerja guru. Ali Sudin (2008: 73) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Supervisi Akademik Terhadap Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar Se Kabupaten Sumedang” Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi dalam seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase yang diperoleh sebesar 45, 27%. Secara pelaksanaan supervisi yang meyangkut aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 56, 37%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek peningkatan kemampuan akademik guru dalam pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41%. Pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35, 97%. Suryani (2013: 234-139) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengelolaan Supervisi Akademik di SD N 1 Tampingan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi akademik di SDN 1 Tampingan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Strategi yang digunakan oleh kepala 45 sekolah dalam pelaksanaan supervisi adalah penggunaan komunikasi dua arah untuk memudahkan pelaksanaan komunikasi. Aspek yang dinilai dalam supervisi akademik adalah sistematika pembelajaran, penggunaan alat peraga serta evaluasi pembelajaran. sikap kepala sekolah ketika melakukan supervise pembelajaran tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Dari persamaan beberapa dan penelitian perbedaan di dengan atas terdapat penelitian ini. Persamannya adalah sama-sama membahas tentang supervisi akademik meningkatkan kinerja yang guru. dilakukan Hasil untuk penelitiannya menyatakan supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja mengajar guru. Adapun penelitian ini adalah penelitian spesifik tentang yaitu supervisi supervisi akademik akademik yang dengan lebih teknik kunjungan kelas. 46 2.5 Kerangka Pikir. 47 Kepala Sekolah melakukan supervisi akademik melalui kunjungan kelas terhadap guru pemula pada saat menyusun RPP dan pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Adanya supervisi akademik melalui kunjungan kelas guru merasa diperhatikan serta selalu didukung untuk maju , ada tempat untuk mencari solusi, kepala sekolah memberikan motivasi pada guru untuk senantiasa melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kinerja mengajar guru pemula dalam pembelajaran menjadi meningkat. Kinerja Guru Pemula meningkat membuat prestasi peserta didik meningkat pula. 2.6 Hipotesis Berdasarkan landasan teori serta kerangka berpikir tersebut maka hipotesis dalam pelitian ini adalah supervisi akademik kunjungan kelas dapat meningkatkan kinerja guru mengajar pemula dalam pembelajaran. 48