Membuat dan Menguji Herbisida Alternatif untuk Digunakan oleh

advertisement
Echo Asia Notes, Issue 26 December 2015 Membuat dan Menguji Herbisida Alternatif untuk Digunakan oleh Para Petani Penggarap 1
2
3
Oleh: Sophie Roberts , Paw Danmalidoi , Ratakarn Arttawuttikun , Kitichai 4
5
Sampunsinkor , dan Abram Bicksler 1
Sukarelawan ECHO Asia Impact Center,, Mae Ai, Thailand Teknisi ECHO Asia Seed Bank Information and Quality Control 3
Manajer ECHO Asia Seed Bank 4
Manajer Produksi ECHO Asia Seed Bank 5
Direktor ECHO Asia Impact Center
Terjemahan Bahasa Indonesia: Tyas Budi Utami, ECHO Asia Foundation, Thailand
2
-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐-­‐ Latar Belakang Staf ECHO Asia Impact Center pertama kali mendengar tentang resep herbisida alternatif yang menggunakan fermentasi pepaya dan nanas ini, dari Kru Pratoom, seorang pensiunan guru sekolah teknik sekaligus petani organik. Karena menyiangi gulma merupakan salah satu pekerjaan besar dalam kehidupan setiap petani, maka Staf Bank Benih ingin mencoba suatu herbisida-­‐berisiko rendah untuk melihat apakah dampaknya pada gulma akan cukup memberikan alasan untuk penggunaannya. Mereka juga ingin memastikan bahwa herbisida ini tidak akan merusak pH, mikrobiologi, struktur tanah serta kesehatan dan daya serap tanaman. Catatan Riset ECHO Asia ini menjelaskan proses yang digunakan untuk membuat herbisida tersebut, serta menyajikan sebuah teknik pengambilan sampel yang bisa digunakan untuk menentukan kemanjurannya atas gulma. Carilah catatan yang akan datang mengenai metodologi yang digunakan untuk membantu menentukan berbagai dampak herbisida ini terhadap mikroorganisme dan kesehatan tanah. Penggunaan Herbisida Herbisida adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengontrol tanaman yang tidak diinginkan tumbuh di lahan-­‐lahan tanaman pangan, kebun pekarangan dan perkebunan. Herbisida dapat digunakan berbarengan dengan pengolahan tanah, penyiangan dengan tangan, pembakaran, rotasi tanaman, dan pengaturan jarak tanam untuk mengendalikan hama gulma. Gulma dapat menyebabkan kerusakan agronomi dan ekonomi karena menurunkan kuantitas atau kualitas tanaman yang diinginkan dengan cara memengaruhi tahapan pertumbuhan dan perkembangannya (O'Donovan, 2009). Gulma bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan ruang, sinar matahari, air, dan hara. Selain itu, beberapa spesies gulma juga dapat melepaskan racun ke dalam tanah sekitar yang dapat merusak tanaman (Swanton, 2009). Kerusakan yang disebabkan oleh gulma bergantung pada spesies gulma, spesies tanaman, dan tahap perkembangan tanaman. Pengendalian gulma paling perlu dilakukan saat tanaman masih muda dan belum mempunyai tinggi yang mencukupi untuk memenangkan persaingan melawan gulma. Dalam jumlah yang sedikit, gulma mungkin tidak merusak tanaman. Membersihkan seluruh gulma akan memakan waktu dan biaya ekonomi yang mahal Gambar 1. Gulma yang muncul di plot percontohan kami. Searah jarum jam, dari kiri atas: Cylindrica imperata, Sphagneticola trilobata, Mimosa pudica, Convolvulus arvensis. 1 bagi petani. Pembersihan total semacam ini juga dapat menyebabkan kerusakan agroekosistem. Selain itu, gulma tertentu dapat digunakan sebagai makanan, obat-­‐obatan, dan pakan ternak sehingga beberapa “gulma” bisa mendatangkan manfaat ekonomis. Bila diterapkan pada saat yang tepat, dan dalam jumlah yang tepat, herbisida dapat menjadi alat yang berguna sebagai bagian dari Sistem Pengendalian Hama Terpadu/ Integrated Pest Management System (FAO, 2015) untuk mengendalikan spesies gulma yang terlalu banyak atau yang dapat mengakibatkan bahaya agronomi atau ekonomi yang tidak diinginkan. Dalam sebuah sistem berkelanjutan, penggunaan herbisida dilakukan saat metode kontrol lainnya telah gagal untuk mengendalikan hama gulma secara efektif. Berbeda dari pertanian konvensional, herbisida bukanlah metode utama untuk mengendalikan gulma. Keamanan Resep herbisida alternatif yang didiskusikan dalam Catatan ECHO Asia ini menggunakan cairan alkali, yang bisa membakar kulit; artinya kontak fisik apa saja dengan produk murninya yang tidak diencerkan dapat mengakibatkan kulit terbakar sehingga petani harus sangat berhati-­‐hati bahkan saat menggunakan produk yang sudah dilarutkan sekalipun. Kita harus selalu menambahkan cairan alkali atau larutan yang mengandung cairan alkali ke dalam air atau cairan lainnya. Jangan pernah begitu saja menuangkan air ke dalam konsentrat cairan alkali atau kepada larutan alkali. Menambahkan air sesuai urutan cara yang benar dapat meminimalkan kerusakan akibat cipratan, karena menambahkan alkali/herbisida ke air berarti cipatrannya sudah lebih terlarut. Kapan saja Anda menangani alkali murni atau herbisida, gunakan sepatu boot dan sarung tangan karet. Disarankan untuk menggunakan celana panjang dan lengan panjang saat menyemprot atau mengaduk. Untuk melindungi mata, gunakan kacamata pengaman atau kacamata hitam. Lakukan semua tindakan mencampur dan menuang di tempat terbuka dan baik ventilasinya. Jangan menyimpannya di dalam wadah yang terbuat dari logam karena alkali bisa mengakibatkan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan. Jika Anda terkena herbisida atau alkali murni, dengan segera basuhlah bagian yang terkena dengan air dingin setidaknya selama limabelas menit. Uji semua wadah yang akan dipakai dengan air mendidih untuk memastikan bahwa wadah itu tidak akan meleleh, karena saat air bercampur dengan larutan alkali (saat herbisida sedang disiapkan), reaksi yang terjadi bisa mengakibatkan terlepasnya panas dalam jumlah besar. Resep Resep herbisida ini untuk pertamakalinya didengar dari Kru Pratoom, seorang pendidik pertanian organik di Chiang Mai, Thailand. Karena sedikitnya pilihan herbisida non-­‐kimia, maka dia membuat resepnya sendiri menggunakan bahan-­‐bahan yang dikenal akrab olehnya seperti nanas, pepaya, garam dan cairan alkali. Nanas dan Pepaya digunakan karena nanas mengandung enzym bromelain (Dubey dkk. 2007) sedangkan pepaya mengandung papain. Bromelain mampu protein dan enzim lainnya, sedangkan papain dapat mengganggu kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesa (Itoh dkk. 2013). Garam mengubah keseimbangan air yang ada dalam daun tanaman gulma, mengakibatkan daun-­‐daun itu menyerap Cl (klorida) dalam jumlah yang berlebihan sehingga mengakibatkan rusaknya gulma (Romero-­‐
Aranda, &Syvertsen, 1996). Larutan alkali mengandung alkali dalam jumlah yang tinggi dan digunakan untuk membantu melarutkan garam serta menyebabkan kerusakan kimiawi pada daun-­‐daun gulma. Salah satu yang perlu diperhatikan mengenai herbisida alternatif ini adalah tingginya sifat alkalinya, yang bisa berdampak pada kemungkinan terhapusnya biota dan pH tanah. Jika kandungan basa/alkali di tanah Anda sudah cukup tinggi maka kami tidak menyarankan pemakaian herbisida ini. Tetapi herbisida ini bisa sangat bermanfaat untuk tanah yang bersifat asam. Derajat pH tanah di ECHO Asia Seed Bank biasanya berkisar antara 4,8-­‐5,0, jadi herbisida dengan kandungan alkali yang tinggi ini bisa membantu 2 meningkatkan pH tanah ke arah kisaran normal. Resep Dasar Herbisida : 1. 20 kg nanas atau pepaya yang sangat masak (dikupas, kemudian di potong kecil-­‐kecil, 3cm x 3cm 2. 10 kg garam 3. 1 kg cairan alkali (Sodium hidroksida-­‐ NaOH) 4. 20 L air Petunjuk Pencampuran: Tambahkan buah, garam dan air ke dalam wadah plastik yang kedap udara, pelan-­‐pelan tambahkan cairan alkali dan aduk dengan hati-­‐hati di antara setiap penuangan. Tutup wadah itu dengan baik dan biarkan cairan tersebut tanpa gangguan selama 45 hari. Pada hari ke-­‐45, saring keluar potongan-­‐
potongan buahnya. Sesudah disaring, herbisida ini siap digunakan. Simpan herbisida tersebut dalam wadah sampai Anda siap mencampurnya untuk digunakan, jangan menambahkan air yang diperlukan ke dalam herbisida yang siap dicampur itu, kecuali Anda berencana untuk segera menggunakannya. Jaga agar tutupnya tetap dalam keadaan rapat dan hindari menyimpan herbisida ini di bawah cahaya panas matahari. Herbisida ini bisa disimpan selama kurang-­‐lebih 6 bulan. Penerapan: 1. Tinggi ideal gulma muda adalah adalah 8-­‐10cm, tetapi jika gulma Anda telah melebihi tinggi tersebut, potonglah gulma dengan sabit sampai ketinggiannya tinggal 8-­‐10cm sebelum penyemprotan. Pemotongan ini membuat gulma lebih rentan terhadap herbisida; 2. Aduk herbisida di dalam wadah dengan menggunakan tongkat selama 30 detik; 3. Tambahkan 3 L air ke dalam tangki semprotan; 4. Aduk, kemudian pindahkan ke ke dalam tangki semprotan; 5. Pegang ujung pipa semprot sekitar 30 cm dari gulma, semprot wilayah yang dipenuhi gulma-­‐
dengan ukuran 500ml/ m2. Bedengan uji yang kami miliki berukuran 2m2 dan waktu yang diperlukan untuk menyemprotnya sekitar 1 menit. Bahan Jumlah (kg) Biaya per kg (TB) Biaya per kg (USD) Biaya dalam USD Nanas 20 20 0,56 11,2 Pepaya 20 10 0,28 5,60 Garam 10 5 0,14 1,40 Cairan Alkali 1 40 1,12 1,12 Tabel 1. Biaya bahan-­‐bahan herbisida per kilogram dalam uang Bath Thailand (TB) dan Dolar Amerika (USD). Ini adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk membuat 20L herbisida. Jenis Herbisida Nanas Pepaya Biaya Total (USD) 8,12 13,72 Biaya per L (USD) 0,41 0,69 Tabel 2. Biaya akhir untuk membuat 20L herbisida pepaya atau nanas dengan menggunakan bahan-­‐bahan dalam Tabel 1. Pengujian 1. Sebuah petak bera di ECHO Asia Seed Bank dijadikan sebagai lokasi uji-­‐coba. Di petak ini terdampat campuran spesies gulma berdaun lebar dan gulma rumput yang sudah lama tumbuh. Sebagai perlakuan kontrol, digunakan air. Perlakuan menggunakan nanas dilakukan dengan campuran 1 bagian herbisida nanas dan 3 bagian air, sedangkan perlakuan menggunakan 3 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
pepaya adalah campuran dari 1 bagian herbisida pepaya dicampur dengan 3 bagian air. Tiga hari sebelum penyemprotan, dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis gulma yang ada serta dilakukan perkiraan visual atas persentase komposisinya. Gulma-­‐gulma tersebut dikategorikan ke dalam kelompok gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Unit-­‐unit penguji dibagi ke dalam petak-­‐petak berukuran 1x2 m. Perlakuan (kontrol, herbisida pepaya, dan herbisida nanas) diberikan secara acak dengan 4 kali ulangan, sehingga jumlah total percobaan sebanyak 12 unit (3 perlakuan [kontrol, pepaya, atau nanas] X 4 ulangan). Segera sebelum penyemprotan, sampel tanah dikumpulkan untuk menguji pH dan kandungan mikroba (di laboratorium universitas setempat) dan gulma dipotong menggunakan sabit sehingga tingginya tinggal 10 cm saja. Gambar 2. Tanda X mewakili lokasi Kertas-­‐kertas filter/penyaring ditimbang, diletakkan ke sampel tanah. Lingkaran menandai dalam tas jala dari nilon dan dikubur dengan kedalaman 8cm kertas filter (penyaring) yang untuk mengamati efek dari semprotan herbisida terhadap dikubur. Segitiga menandai nampan bibit. kesehatan mikroba. Kertas filter itu seharusnya diurai oleh mikroorganisme di dalam tanah, dan jika herbisida memiliki efek negatif pada mikroorganisme, maka pembusukan kertas filter akan berhenti atau diperlambat. Sampel tanah dianalisis di laboratorium tanah di universitas setempat sebelum dilakukan penyemprotan untuk menguji pH dan kandungan mikroba dalam tanah. Untuk menguji efek herbisida pada benih, nampan-­‐nampan pembibitan berisi media tanah dibenamkan di tengah setiap petak berukuran 1x2m. Sebuah lubang yang ukurannya kurang-­‐
lebih sama dengan ukuran nampan digali dengan kedalaman sekitar 10m. Nampan kemudian diletakkan di dalam lubang dan tanah galian dipakai untuk menutupi lubang tersebut sehingga menutup bagian dalam dan daerah sekitar nampan. Dengan demikian tanah di atas nampan itu rata/sama tingginya dengan tanah di sekitarnya. Petak-­‐petak tersebut kemudian disemprot dengan dua macam herbisida, herbisida pepaya, herbisida nanas dan semprotan air sebagai kontrol. Setiap petak disemprot selama 1 menit dengan ukuran 500 ml/m2 setiap dua hari, selama satu minggu. Pagi hari setelah penyemprotan, kerusakan pada petak akibat herbisida dinilai secara visual (berdasarkan penglihatan) dengan menggunakan skala 0-­‐100, nilai 0 menunjukkan tidak adanya kerusakan dan nilai 100 menunjukkan bahwa gulma benar-­‐benar mati. Setiap jenis gulma (berdasarkan morfologinya) dan spesies gulma di tiap petak mendapat nilai tersendiri untuk mengukur kerusakannya. Tiga hari setelah semprotan terakhir, sampel tanah tambahan diambil untuk uji pH tanah dan mikroba sehingga bisa dibandingkan dengan sampel pra-­‐percobaan. Pada hari yang sama, nampan perkecambahan juga dikumpulkan dan biji kacang hitam ditanam 1 biji per lubang dengan kedalaman 0,5 cm kemudian ditutup ringan dengan tanah. Perkecambahan benih diamati selama 10 hari. Waktu mean 50% perkecambahan dan persentase perkecambahan per perlakuan digunakan untuk mengevaluasi dampak persistensi herbisida di dalam tanah yang mungkin memengaruhi perkecambahan benih. Pada hari ke 10 setelah semprotan terakhir, kertas filter diambil kemudian ditimbang untuk menemukan jumlah massa yang hilang (cara mengukur peluruhan) untuk membandingkan hasilnya dengan berat kertas di awal penelitian. 4 Hasil-­‐hasil Kami menemukan bahwa perlakuan herbisida ternyata signifikan merusak gulma yang ada di dalam petak uji-­‐coba. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa herbisida pepaya maupun herbisida nanas memberikan akibat yang lebih merusak pada gulma berdaun lebar ketimbang gulma berdaun sempit (gulma rumput) (Gambar 4). Kami tidak melihat ada perbedaan berarti antara nilai kerusakan gulma akibat herbisida nanas dan gulma yang diberi perlakuan dengan herbisida pepaya; keduanya sama-­‐sama efektif melawan gulma (Gambar 5). Setiap kali diberi perlakuan, kerusakan akibat herbisida semakin meningkat dan sesudah 4 kali ulangan, kerusakan pada gulma berdaun lebar sekitar 90% sedangkan kerusakan pada gulma berdaun sempit berkisar sekitar 50% baik oleh herbisida pepaya maupun herbisida nanas. Dalam hal pH tanah, tidak ada perbedaan yang terukur antara Gambar 3. Nampan pembibitan sebelum dan setelah penyemprotan. Derajat pH mungkin berubah ditanam di dalam tanah selama perlakuan namun perbedaan pH, jika ada, telah terbasuh keluar sebelum dilakukan penyemprotan. dari tanah di akhir percobaan. Saat mengukur aktivitas mikroba tanah, kami memperoleh hasil yang beragam. Uji pembusukan/dekomposisi kertas filter yang kami lakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan aktivitas mikroorganisme antara tanah yang diberi perlakuan dengan herbisida dan tanah yang tidak diberi perlakuan. Uji penghitungan di laboratorium menunjukkan bahwa di beberapa petak uji-­‐coba yang mendapat perlakuan terjadi peningkatan populasi mikroba sedangkan petak lainnya mengalami penurunan populasi mikroba. Percobaan dilakukan dua kali namun tidak ditemukan adanya pola yang konsisten. Tingkat pembusukan kertas menunjukkan bahwa tanah yang diberi perlakuan dengan herbisida pepaya dan herbisida nanas tidak konsisten berbeda dari kontrol, meskipun herbisida pepaya menunjukkan pembusukan terendah. Kami melakukan sederet pengenceran untuk membuat perkiraan mengenai kesehatan mikroba tanah (lihat Catatan Penelitian ECHO Asia/ ECHO Asia Research Note yang berjudul Mikroorganisme Tanah/Soil Microorganisms) tetapi hasilnya ternyata sangat beragam, baik sebelum maupun sesudah diberikannya perlakuan. Sampel-­‐sampel tanah yang diserahkan ke Maejo University untuk uji populasi mikroba juga melahirkan hasil yang beragam. Demikian besarnya perbedaan hasil antar petak uji-­‐coba sehingga sulit untuk membedakan antara efek apa saja yang diakibatkan oleh herbisida dan efek apa saja yang sebenarnya hanya merupakan keragaman acak dari tanah di masing-­‐masing petak tersebut. Diperlukan pengujian lebih lanjut untuk bisa membuat penilaian yang lebih akurat guna mengetahui apakah memang herbisida-­‐herbisida tersebut yang menurunkan populasi Gambar 4. Nilai kerusakan yang terlihat mata pada gulma berdaun lebar (kiri) dan gulma rumput (kanan) selama satu minggu perlakuan dengan herbisida. Warna putih menunjukkan nilai kerusakan yang diakibatkan oleh herbisida pepaya, warna hitam menunjukkan nilai kerusakan akibat herbisida nanas dan abu-­‐abu adalah kerusakan pada petak kontrol. Huruf-­‐huruf menunjukkan tidak adanya perbedaan kentara di antara kedua (A) namun ada perbedaan nilai kerusakan cukup tinggi akibat herbisida dibandingkan dengan kontrol (B). 5 mikroba tanah ataukah sebenarnya herbisida-­‐herbisida itu tidak memberikan pengaruh apa-­‐apa. Bibit yang ditanam dalam campuran tanah di nampan pembibitan, yang menerima penyemprotan herbisida nanas memiliki mean waktu paling lama untuk mencapai 50% perkecambahan, dan tanah yang diberi perlakuan dengan herbisida pepaya juga membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 50% perkecambahan dibandingkan yang diberi perlakuan kontrol. Meskipun demikian, benih yang di tanam di tanah yang diberi perlakuan herbisida nanas mempunyai tingkat perkecambahan tertinggi. Percobaan dijalankan dua kali dan lebih banyak benih yang berkecambah dalam percobaan kedua saat hujan turun setelah dilakukannya banyak perlakuan herbisida. Ini menunjukkan bahwa bertambahnya curah hujan mungkin berhasil lebih cepat membasuh herbisida dari tanah dan dengan Gambar 5. Kerusakan pada gulma setelah diberikan 4 ulangan demikian konsekuensi negatifnya terhadap perlakuan dengan herbisida alternatif ini. Foto diambil pada 17 Juli, 2015. Barisan depan, dari kiri ke kanan: Petak yang diberi perlakuan tanaman yang nantinya ditanam di situ herbisida nanas, perlakuan kontrol menggunakan air, herbisida pepaya. menjadi lebih sedikit. Demikian juga Barisan bawah, dari kiri ke kanan: Petak yang diberi perlakuan herbisida pepaya, herbisida nanas, dan perlakuan kontrol menggunakan dampaknya terhadap kesehatan mikrobial air. tanah. Kesimpulan Baik herbisida pepaya maupun nanas sama-­‐sama menimbulkan banyak kerusakan pada gulma berdaun lebar maupun gulma rumput. Kami mengamati bahwa tidak ada kerusakan yang berarti pada mikroorganisme –baik kecepatan pembusukan maupun penghitungan jumlah koloni serupa antara petak yang diberi perlakuan dengan air, herbisida nanas, dan herbisida pepaya. Setelah penyemprotan, benih yang ditanam di dalam tanah membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 50% perkecambahan, tetapi pada dasarnya herbisida tidak memengaruhi tingkat perkecambahan secara menyeluruh. Curah hujan dapat memengaruhi persistensi herbisida karena lebih Gambar 7. Peluruhan kertas filter sepuluh hari sesudah penyemprotan terakhir. banyak benih yang berkecambah di tanah yang menerima pemberian herbisida saat musim hujan dibandingkan saat musim kemarau. Penelitian-­‐penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk meneliti dampak jangka panjang dari herbisida ini pada tanah dan pada tanaman yang akan ditanam sesudah penyemprotan. Herbisida-­‐
herbisida ini sungguh menjanjikan meskipun masih diperlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan bahwa garam tidak tetap tinggal di tanah sehingga dalam jangka panjang dapat mengubah pH tanah atau merusak populasi mikroba tanah. Kami juga akan melakukan uji coba menggunakan masing-­‐masing komponen untuk mengetahui apa yang menjadi bahan aktif dalam setiap komponen itu. Jika cairan alkali ternyata tidak benar-­‐benar diperlukan maka kami ingin mengurangi jumlahnya sehingga herbisida-­‐
herbisida ini akan menjadi lebih aman. Kami juga ingin menanam benih kemudian memberikan perlakuan herbisida untuk meneliti apakah herbisida ini bisa mengurangi persaingan gulma tanpa merugikan bibit. Secara keseluruhan, tampak bahwa herbisida dengan resiko yang lebih rendah ini 6 sungguh menjanjikan bagi petani kecil karena dapat membantu mengurangi biaya, mengurangi ketergantungan pada pembelian asupan, dan mengendalikan tekanan gulma di ladang atau di kebun mereka. Pustaka yang Dikutip Dubey, V. K., Pande, M., Singh, B. K., &Jagannadham, M. V. (2007). Papain-­‐like proteases: Applications of their inhibitors. African Journal of Biotechnology, 6(9). [FAO] Food and Agriculture Organization. (2015). Integrated Weed Management. Available:http://www.fao.org/agriculture/crops/thematic-­‐sitemap/theme/spi/scpi-­‐
home/managing-­‐ecosystems/integrated-­‐weed-­‐management/en/ Itoh, S., Aoki, K., Nakazato, M., Iwamoto, K., Shiraiwa, Y., Miyashita, H, Okuda, M., & Kobayashi, M. (2013). Novel Conversion of Chla intoChl d Catalyzed by Grated Vegetables. In Photosynthesis Research for Food, Fuel and the Future (pp. 804-­‐807). Springer Berlin Heidelberg. O'Donovan, J. T., Harker, K. N., Clayton, G. W., Newman, J. C., Robinson, D., & Hall, L. M. (2009). Barley seeding rate influences the effects of variable herbicide rates on wild oat. Romero-­‐Aranda, R., & Syvertsen, J. P. (1996). The influence of foliar-­‐applied urea nitrogen and saline solutions on net gas exchange of Citrus leaves.Journal of the American Society for Horticultural Science, 121(3), 501-­‐506. Swanton, C. J., Shrestha, A., Clements, D. R., Booth, B. D., & Chandler, K. (2009). Evaluation of alternative weed management systems in a modified no-­‐tillage corn–soybean–winter wheat rotation: weed densities, crop yield, and economics. 7 
Download