Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi

advertisement
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG
Oleh :
Elly Sarnis Pukesmawati, SP.,MP.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung sebagai tanaman pangan di Indosesia, menduduki urutan kedua setelah
padi. Namun Jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya
komoditi jagung. Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk
dibudidayakan dan mudah diusahakan. Peranan penganekaragaman kebutuhan pangan
dari bahan jagung sangat diperlukan dalam usaha tani ini, sehingga tidak mustahil
komoditi jagung pada dewasa ini mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu
relatif pendek areal penanaman jagung hibrida yang memiliki keunggulan produksi
berkembang dengan pesat, demikian pula jagung manis.
Peningkatan produksi pertanian, khususnya tanaman jagung, sangat ditentukan
oleh meningkatnya pengetahuan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta
permintaan pasar. Disamping itu para peneliti dan ilmuan selalu berupaya mencari
keunggulan produksi serta keunggulan lainnya. Tidaklah mengherankan apabila setiap
saat muncul varietas unggul yang baru dan selalu meminta tanggapan dari para petani
selaku manjer dan sekaligus yang melaksanakan usahataninya. Teknis bercocok
tanaman pun selalu mengalami perbaikan, tidak terkecuali juga teknik pemeliharaannya,
guna mencapai produksi yang optimal.
1
II. PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG
2.1. Pengairan
Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi.
Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air dari areal tanam pada Musim
Hujan (MH) agar tidak tergenang karenan tanaman jagung sangat peka dengan
genangan air. Sedangkan saluran irigasi dibuat pada Musim Kemarau (MK) bertujuan
untuk mengairi tanaman.
Tanaman jagung peka terhadap kelebihan air (musim hujan) , sehingga
diperlukan system drainase yang baik Saluran tersebut dibuat pada saat penyiangan
pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur seperti PAI-2 R
rancangan Balitsereal
Pada lahan sawah, saluran irigasi diperlukan pada saat penyiangan pertama
untuk memudahkan pengaturan air . Pembuatan saluran irigasi untuk setiap dua baris
tanaman lebih efisien dibanding untuk setiap baris tanaman.
Untuk pertumbuhan tanaman jagung diperlukan air dan udara. Selama benih
belum tumbuh, peranan air cukup besar dalam membantu proses perkecambahan benih.
Benih yang diberi air akan berusaha menyerap, kemudian dilanjutkan perubahan dan
perkembangan sel dalam biji, akhirnya benih tumbuh. Biasanya setelah benih ditanam,
dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab.
Pengairan berikutnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu dan ini
pun tidak perlu banyak air. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan
lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman
jagung.
2
Untuk pertumbuhan tanaman jagung diperlukan curah hujan yang merata. Air
berperan sangat penting dalam peningkatan produksi. Pada saat terbentuknya malai dan
tongkol, kondisi tanaman sangat peka terhadap kekurangan air. Jika pada saat itu terjadi
kekurangan air, maka proses pengisian biji akan terganggu. Pada saat tersebut air
mutlak dibutuhkan, walaupun selama pertumbuhan yang dimulai dari penanaman, benih
juga memerlukan air.
Cara Pemberian Air.
Pada saat benih ditanam, air yang dibutuhkan belum begitu banyak. Pada saat ini
peresapan air dapat dilakukan dengan mengalirkannya melalui parit-parit sehingga
dapat menjangkau tempat-tempat benih ditanam. Apabila air tidak mencukupi maka
dapat dilakukan cara penyiraman lokal, yaitu cukup pada lubang tanam. Hal ini akan
sangat membantu pengaturan kelembaban dalam tanah.
Pada waktu tanaman mulai berbunga, air dialirkan melewati sebelah kiri dan
kanan guludan tempat tanaman itu tumbuh.
Pengairan hanya dilakukan bila tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
Pedoman perlu tidaknya pengairan dengan cara melihat keadaan tanah dan tanaman.
Namun, menjelang tanaman berbunga, air yang dibutuhkan lebih banyak sehingga perlu
dialirkan air pada parit di antara bumbunan tanaman jagung (LUB).
Gambar 1. Tanaman Jagung Yang Mempunyai Parit Drainase
3
2.2. Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh atau hilang hendaklah secepatnya dilakukan
penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman ini dapat dilakukan selama bibit
tanaman jagung yang tumbuh belum terlalu tinggi. Sehingga keseragaman umur
tanaman tetap terjaga, tidak terlalu berbeda umur dan penampakan fisik tetap sama. Hal
ini sebaiknya dilakukan sebelum bibit lain berumur 15 hari.
Pada lahan jagung yang bibitnya telah berumur 15 hari, biasanya tumbuhan
pengganggu telah bermunculan dan mulai mengganggu tanaman pokok. Untuk
mengatasi terbaginya makanan di dalam tanah oleh tanaman jagung dan pengganggu,
maka pada saat itu mutlak dilakukan penyiangan pertama.
Pada saat bibit berumur 15 hari setelah tanam (hst), mereka belum cukup kuat
berdiri dan perakarannya pun masih sedikit, maka penyiangan harus dilakukan dengan
hati –hati. Bila perlu cukup dengan tangan saja, sehingga kerusakan akar pada bibit
tidak terjadi atau dapat ditekan sekecil mungkin.
Penyiangan yang kedua dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur satu
bulan. Penyiangan yang kedua ini bisa menggunakan alat penyiang. Saat itu perakaran
jagung mulai berkembang dan pada saat itu pula tanaman perlu ditimbun dengan tanah
atau dengan istilah lain ialah membumbun. Dengan penimbunan tanah pada daerah
perakaran jagung, maka akar tanaman semakin bertambah banyak dan bertambah kuat
berdirinya.
Penyiangan ketiga bilamana perlu dapat dilakukan pada saat tanaman berumur
lebih kurang 2 bulan dengan cara yang sama.
4
2.3.
Pembumbunan,
Maksud pembumbunan ialah untuk memperkuat berdirinya batang. Selain itu
pembubunan berarti menyediakan makanan yang ada pada tanah yang dipakai untuk
membubun. Pembubunan juga berfungsi mengatasi tanah yang terlalu banyak air dan
sekaligus memperbaiki drainase. Selain itu pembubunan juga bertujuan untuk
menciptakan lingkungan akar yang lebih baik agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak
mudah rebah, dilakukan bersamaan waktu penyiangan I dan pembuatan saluran atau
setelah pemupukan II pada 35 HST dan setelah penyiangan II. Pembumbunan dilakukan
dapat menggunakan cangkul atau dengan mesin pembuat alur.
Pembumbunan tanaman umumnya dilakukan petani dengan menggunakan
cangkul. Tanah disekitar tanaman diambil dengan cangkul dan dipindahkan ke
sekitar perakaran tanaman. Cara pembumbunan seperti ini efektif memperkuat
perakaran tanaman.
Ditinjau dari produktifitas kerja, kegiatan pembumbunan konvensional ini
sebenarnya sangat melelahkan dan biaya tinggi., Untuk membumbun lahan seluas 1
Ha diperlukan waktu 176 jam.
Apabila diasumsikan kapasitas kerja petani 8
jam/hari, maka diperlukan waktu 21 hari untuk pembumbunan. Namun demikian
kegiatan
pembumbunan
perlu
dilakukan
mengingat
manfaatnya
untuk
memperkokoh dan memperkuat pertanaman.
Selain itu kedalaman pembumbunan dengan cangkul hanya 9 – 10 cm,
sehingga pengairan yang diberikan melimpah diatas alur dan menggenangi seluruh
lahan. Cara ini tentu tidak efisien dalam penggunaan air.
5
Kegiatan pembumbunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan
pertama dan pembuatan saluran, atau setelah pemupukan ke dua (35 HST)
bersamaan dengan penyiangan ke dua secara mekanis
Penyiangan dapat dilakukan bilamana tumbuhan pengganggu mulai tumbuh
dan bersaing untuk mendapatkan makanan atau hara. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda atau kecil biasanya dengan tangan atau cangkul kecil,
garpu dan sebagainya. Yang penting penyiangan ini tidak mengganggu tanaman
pokok, terutama perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup
kuat mencengkeram tanah.
Ke dalaman alur pembumbunan yang mencapai 22 cm memungkinkan
tanaman tumbuh lebih cepat dan tahan rebah. Tanah yang gembur disebelah kanan
dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul pada bidang dekat pangkal tanaman
jagung, kemudian ditimbun dibarisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk
guludan yang memanjang
Gambar 2 : Membumbun Tanaman Jagung
6
Gambar 3: Tanaman Jagung Yang Telah Dibumbun
2.4. Penyiangan (Pengendalian gulma)
1. Pengertian Gulma
Gulma sering disebut juga “tumbuhan pengganggu” karena bersaing
dengan tanaman utama terhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama
yaitu unsure hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan
tersebut, produksi tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain ada
kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki oleh tanaman. Kehilangan hasil
tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain,
kemampuan tanaman berkompetisi, jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur
gulma, tehnik budidaya dan durasi mereka berkompetisi.
2. Tujuan dan manfaat pengendalian gulma
a. Tujuan
Secara umum tujuan pengendalian gulma yaitu sebagai berikut:
1. Meminimalkan kehilangan hasil tanaman jagung dengan cara mengurangi
tanaman pesaing
2. meningkatkan aksesibilitas tanaman jagung terhadap efisiensi dan efektivitas
pemupukan
3. Meningkatkan produktifitas kerja petani jagung
7
b. Manfaat
Manfaat pengendalian gulma yaitu :
1. Menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya
2. Mengurangi gangguan terhadap struktur tanah,
3. Gulma yang mati berfungsi sebagai mulsa yang bermanfaat mempertahankan
kelembaban tanah, mengurangi erosi, menekan pertumbuhan gulma baru, dan
berfungsi sebagai sumber bahan organik dan hara.
3. Pengelompokan gulma
Jenis gulma tertentu merupakan pesaing tanaman jagung dalam mendapatkan
air, hara, dan cahaya. Di Indonesia terdapat 140 jenis gulma berdaun lebar, 36 jenis
gulma rumputan, dan 51 jenis gulma teki. Pengelompokan gulma diperlukan untuk
memudahkan pengendalian.
Pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur
hidup, habitat, ekologi, klasifikasi taksonomi dan tanggapan terhadap herbisida.
Berdasarkan daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya
kurang dari setahun dan gulma tahunan (perennial) yang siklus hidupnya lebih dari
satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal gulma daratan dan gulma air, yang
terbagi lagi atas gulma mengapung, gulma tenggelam dan gulma sebagian
mengapung dan sebagian tenggelam. Berdasarkan ekologi dikenal gulma sawah,
gulma lahan kering, gulma perkebunan dan gulma rawa atau waduk.
Gambar 4. Gulma, golongan rumput Cynodon dactylon L.
8
Gambar 5. Gulma golongan teki Cyperus rotundus L.
Gambar 6. Gulma golongan berdaun lebar Ageratum conyzoides L.
9
4. Cara Pengendalian Gulma
a. Cara pengendalian gulma secara kimia
1. Pengertian herbisida
Herbisida adalah zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan
bahkan dapat mematikannya.
Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma,
harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6
(enam) tepat, yaitu :
-
Tepat mutu
-
Tepat waktu
-
Tepat sasaran
-
Tepat takaran
-
Tepat konsentrasi
-
Tepat cara aplikasinya.
Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektifitas, dan aman
bagi lingkungan.
2. Cara Kerja Herbisida
Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak
dan sistemik.
1)
Herbisida Kontak.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena
semprotan
saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif
berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam
setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Sehingga
bermanfaat jika waktu penanaman harus segera
dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara
cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah
paraquat.
10
2)
Herbisida Sistemik.
Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman
gulma dan
mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik
tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat
mematikan tunas
- tunas yang ada
dalam tanah, sehingga
menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh
herbisida
sistemik adalah glifosat, sulfosat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik,
yaitu:
 Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
 Cuaca cerah waktu menyemprot.
 Tidak menyemprot menjelang hujan.
 Keringkan areal yang akan disemprot.
 Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
 Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan
herbisida Metsulfuron.
3)
Selektivitas Herbisida
Herbisida ada yang selektif dan tidak selektif. Herbisida selektif
hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Contoh : Herbisida propanil, membasmi gulma golongan
berdaun pita, Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun
lebar dan teki.
Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma
sekaligus tanamannya. Contoh : Herbisida glifosat, membasmi
semua gulma dan tanaman yang mengandung butir hijau daun.
Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang
digunakan. Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin
berkurang selektivitasnya.
11
3.
Waktu Aplikasi Herbisida
Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan
sasarannya.
Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan
herbisida untuk pemeliharaan (pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda
penggunaannya.
Pratanam adalah herbisida di semprotkan kepada gulma yang sedang
tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam. Herbisida pra-tanam
adalah glifosat dan paraquat, dengan takaran sesuai anjuran.
Pratumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman
berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum
berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh.
Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan
tanah (sebelum atau setelah tanam).
Biji-biji gulma akan berkecambah pada umur 3-5 hari setelah
pengolahan tanah.
Oleh karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh
harus dilakukan sebelum 3-4 hari setelah pengolahan tanah.
Pasca-tumbuh, aplikasi herbisida ini dilakukan pada gulma dan
tanaman sudah tumbuh. Herbisida pasca-tumbuh yang tidak selektif
seperti glifosat bisa juga digunakan
untuk pemeliharaan atau
penyiangan, asalkan dalam penyemprotannya tidak boleh mengenai
tanaman padi (harus menggunakan corong), karena bila terkena akan
menimbulkan keracunan dan bahkan tanaman padinya bisa mati.
4. Cara mengaplikasikan herbisida
Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar
sesuai petunjuk yaitu :
-
Merata keseluruh areal sasaran
-
Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
12
Langkah-langkah penyemprotan :
1.
Menyiapkan hand sprayer (tipe semi otomatis)
2.
Menyiapkan gelas ukur, ember (kapasitas + 10 liter), pengaduk,
sarung tangan, masker, corong, topi, wear park, herbisida dan air.
3.
Gunakan masker dan sarung tangan.
4.
Ukur volume herbisida, dan campurkan dengan air + 10 liter
5.
Mengaduk herbisida dengan air, gunakan pengaduk
6.
Menuangkan dalam tangki hand sprayer, gunakan corong
7.
Menutup tangki hand sprayer dengan rapat.
8.
Menggendong hand sprayer
9.
Menutup kran nozel, gerakkan tuas pompa hand sprayer 3-5 kali,
selanjutnya buka kran nozel
10.
Menyemprot lahan tanaman jagung yang ada gulmanya.
11.
Membersihkan hand sprayer
b. Cara pengendalian gulma secara mekanis
Tehnik
pengendalian gulma secara mekanis antara lain adalah sebagai
berikut :
1.
Menggunakan tangan
Tehnik pengendalian gulma dengan
mekanik pada jenis-jenis gulma
terutama gulma yang berdaun lebar, yang baru tumbuh dan mempunyai perakaran
yang dangkal dapat dilakukan dengan cara mencabut secara manual dengan meng
gunakan tangan.
Gambar 7: Mengendalikan Gulma Dengan Tangan
13
2. Menggunakan cangkul
Tehnik pengendalian gulma dengan menggunakan cangkul, sangat mudah
dilaksanakan, yaitu dengan cara mencangkul permukaan tanah yang ditumbuhi oleh
gulma/tanaman liar yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman jagung. Pada saat mencangkul gulma diusahakan kedalaman cangkul dapat
mengangkat tanaman gulma berikut dengan akarnya, dengan kemiringan cangkul 450,
kemudian gulma yang telah dicangkul dibersihkan dari tanah yang masih terikut dan
selanjutnya gulma-gulma tersebut dibuang.
Gambar 8: Mengendalikan Gulma dengan cangkul
14
III. PENUTUP
Kesimpulan
Tanaman Jagung perlu dipelihara dengan baik, agar tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pula, dan untuk selanjutnya dapat menyumbangkan
hasil panenan yang melimpah. Pengertian pemeliharaan tanaman ini mencakup
penyiangan, penyulaman, pengairan, dan pembubunan.
Setelah bibit jagung tumbuh, maka perlu dipelihara sebaik-baiknya. Bibit
jagung yang masih muda ini meminta perhatian lebih dari pengelolanya. Untuk
menanggapi hal itu, perlu dilakukan pemeliharaan yang baik.
Saran
Untuk menghasilkan panen yang lebih baik pemeliharaan lainnya seperti
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit mutlak perlu diperhatikan
15
IV. DAFTAR PUSTAKA
AK, 1993. Jagung Seri Budidaya. Kanisius. Yogyakarta.
Rudi H dan Purwono, 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://upfmacampurdarat.wordpress.com/2011/06/23/pengelolaan-tanaman-terpadu-pttjagung/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2059271-pengelolaantanaman-terpadu-ptt-jagung/#ixzz2MBGyCXyv
Samijan, (et al). PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Jagung. Ungaran, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 2009
http://balittra.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=21
1:pengelolaan-tanaman-terpadu-ptt-jagung&catid=13:info-aktual
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://fbcdn-sphotos-d-.akamaihd.net/hphotosakash4/s720x720/402188_2851199131697_1413994049_n.jpg&imgrefurl=http://www.he
rdinbisnis.com/2012/09/cara-tanam-jagung-konsep-
16
Download