BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetasi merupakan seluruh jenis tumbuhan yang hadir pada suatu wilayah (Barbour et al, 1987). Weaver & Clement (1938) menyatakan bahwa vegetasi adalah tumbuh-tumbuhan yang menutupi permukaan bumi pada daerah tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun tumbuhan tingkat rendah. Dengan dinamika populasi di dalamnya sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat mengalami perubahan komposisi jenis tumbuhan penyusun. Dengan demikian, dinamika yang terjadi di dalam spesies penyusun komunitas yang hidup bersama-sama dan saling berinteraksi (Oosting, 1956 dalam Paulasari, 2003). Komposisi vegetasi dari suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan dalam penyesuaian terhadap faktor fisik dan kimia lingkungan. Tumbuhan mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda-beda sehingga hanya sedikit jenis yang mampu tumbuh dilingkungan ekstrim. Hal ini berbeda dengan kondisi lingkungan moderat yang mampu mendukung jenis lebih banyak, dengan demikian masing-masing tumbuhan menempati suatu habitat terbatas (Fitter & Hay, 1991) Berbagai jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu komunitas akan berinteraksi dengan sesama tumbuhan yang ada maupun dengan lingkunganya. Hubungan interaksi antar jenis tumbuhan yang ada akan terlihat dengan ada atau tidaknya jenis tumbuhan yang memperlihatkan tingkat asosiasinya (Ferianita, 2007) Asosiasi merupakan tipe komunitas yang biasanya dicirikan dengan mempunyai komposisi florostik yang relatif konsisten, mempunyai physiognomi serupa meskipun niche berbeda serta penyebaran organisme (Barbour et al, 1987). Interaksi-interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi antar individu dari spesies yang sama, dapat juga berupa interaksi antar individu dari spesies yang berbeda. Asosiasi dari dua jenis tumbuhan yang saling berinteraksi dapat bersifat positif atau negatif, dimana nilai positif menunjukan terdapatnya hubungan yang bersifat mutualistik atau saling menguntungkan, sedangkan nilai negatif adalah sebaliknya (Ferianita, 2007) Secara teori, spesies-spesies anggota populasi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan membentuk interaksi yang positif, negatif yang terbagi menjadi beberapa interaksi diantaranya: kompetisi, predasi, amensalisme, komensalisme, parasitisme dan mutualisme. Persaingan diantara dua atau lebih spesies organisme terhadap sumberdaya alam akan menimbulkan efek yang merugikan kedua belah pihak, bahkan salah satu dari spesies yang bersaing dapat tersingkir karnah ditekan oleh spesies lainya. Persaingan yang terjadi di antara spesies-spesies organisme dalam memanfaatkan sumberdaya akan semakin keras ketika sumberdaya alam semakin terbatas persediaanya (Indriyanto, 2006) Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di alam atau didalam suatu komunitas, interaksi antar spesies tidak terbatas pada hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh, termasuk terjadi pada tumbuhan bahkan antar tumbuhan dengan hewan. Vickery (1984) dalam Indriyanto (2006) menyatakan bahwa meskipun tumbuhan mampu menyintesis makanan sendiri, namun kenyataanya tumbuhan hijau tetap tidak pernah benarbenar independen (berdiri sendiri). Banyak spesies tumbuhan hijau yang bergantung pada hewan, misalnya burung dan serangga yang memperlancar penyerbukan bunga dan penyebaran biji Tumbuhan pengganggu atau gulma merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh petani, hal itu dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secarah langsung atau tidak langsung (Tritrosoedirdjo et al, 1984). Tumbuhan liar, tanaman maupun gulma adalah bagian dari tumbuhan atau vegetasi, tumbuhan ada yang tumbuh dengan sendirinya dan ada pula yang tumbuh karena adanya campur tangan manusia, tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia, sebaliknya tumbuhan liar dan gulma adalah tumbuhan yang hidup tanpa campur tangan manusia. Kedua kelompok ini, tumbuhan liar dan gulma dibedakan atas tempat hidupnya, tumbuhan liar tumbuh pada daerah yang belum terganggu oleh manusia, gulma tumbuh pada daerah yang telah diganggu oleh manusia (Sembodo, 2010) Semua tanaman termasuk gulma mempunyai keperluan hidup yang hampir serupa, yaitu memerlukan sinar matahari, air, unsur hara untuk pertumbuhannya. Dengan adanya kesamaan tersebut, dalam keadaan tertentu terjadi suatu persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, dan ruang. Dalam rangka persaingan hidup, kadang-kadang suatu jenis gulma tertentu mengeluarkan zat alelopati untuk mengganggu (Tritrosoedirdjo et al, 1984) pertumbuhan jenis tumbuhan lainnya Sebagian besar gulma berperan dalam menentukan corak suatu agroekosistem, daun-daun tanaman dan gulma menyaring teriknya sinar matahari sehingga hanya sebagian yang sampai ke tanah atau lahan-lahan terbuka, maka dapat dikatakan gulma berperan dalam menentukan kelembaban pada daerah tertentu. Keberadaan gulma pada area tanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi, kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya menurunkan hasil akibat persaingan dalam perolehan air, udara, unsur hara, dan ruang (Rukmana R, 1999). Kerugian yang disebabkan oleh gulma dari segi lingkungan yaitu praktek pertanian dan pengendalian gulma akan mengubah keadaan alam, pada satu pihak hal ini akan menghasilkan bahan keperluan hidup manusia, tetapi juga menyebabkan beberapa hal yang merusak lingkungan seperti erosi, dan pengendapan yang menyebabkan kerusakan pada danau serta terjadinya pencemaran oleh pestisida pada lingkungan, namun kehadiran gulma di perkebunan mempunyai manfaat yang tidak sedikit, diantaranya : digunakan untuk memperbaiki drainase khususnya menurunkan permukaan air tanah yang terlalu tinggi pada lahan-lahan yang drainasenya kurang baik, gulma jenis Panikum maximum di pergunakan untuk penutup tanah pada tanaman pisang dan digunakan untuk memberantas nametoda Radopholus similis selain itu, bagi hewan seperti serangga, memanfaatkan gulma sebagai habitat dan tempat mencari makan (Tritrosoedirdjo et al, 1984). KP4 adalah area yang dipenuhi oleh berbagai tanaman budidaya yang merupakan lahan pertanian milik masyarakat dan para peneliti, dalam proses pertumbuhannya, terdapat tumbuh-tumbuhan liar atau gulma yang tumbuh pada lahan-lahan pertanian sehingga oleh para petani dianggap mengganggu tanaman budidaya, secara ekologi, gulma mempunyai peranan sebagai pelindung permukan tanah dari erosi, mengurangi kecepatan air, serta kehilangan unsur hara yang tersimpan dalam tanah. Nasution (1984) menjelaskan bahwa gulma dapat memberikan manfaat dalam situwasi tertentu, misalnya apabila tumbuh pada tanah yang curam atau kemiringan maka akan mencegah erosi, melindungi permukaan tanah dari terik matahari, menambah bahan organik kedalam tanah sehingga dapat memperbaiki struktur tanah, hara tanah, dan memperbaiki sifat biologi tanah. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, sehingga dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang Perlakuan Pencabutan Spesies Gulma Dominan Terhadap Perubahan Komunitas Gulma di Lahan Tanaman Budidaya KP4 UGM Berbah, Sleman,Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana komposisih dan distribusi vegetasasi jenis-jenis gulma di lahan tanaman jagung serta asosiasi antar jenis-jenis gulma di BlokI.D5 KP4 UGM Berbah, Sleman, Yogyakarta. 2. Adakah perubahan cacah individu jenis-jenis gulma dominan-kodominan apabila dilakukan pencuplikan C. Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Mempelajari bagaimana komposisi dan distribusi vegetasi jenis-jenis gulma di lahan tanaman jagung serta asosiasi antar jenis-jenis gulma di Blok I.D5 KP4 UGM Berbah, Sleman, Yogyakarta. 2. Mempelajari perubahan cacah individu jenis-jenis gulma dominan kodominan apabila dilakukan pencuplikan D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmia kepada kalangan akademisi tentang asosiasi antar jenis-jenis gulma pada lahan pertanian, serta sebagai bahan informasi awal dalam upaya penanggulangan lantai secara biotik dan berkelanjutan.