PPKS Note (Maret 2017).cdr

advertisement
PPKS Note | Edisi Maret 2017
Menilai Dominansi
Gulma Asystasia gangetica
di Perkebunan Kelapa Sawit
1. Budi daya kelapa sawit tidak lepas dengan adanya permasalahan gulma.
Keberadaan gulma dianggap mengganggu karena menjadi kompetitor utama
dalam memperebutkan unsur hara, air, ruang tumbuh, dan cahaya matahari
bahkan beberapa di antaranya dapat memproduksi senyawa alelopati yang bersifat
menghambat pertumbuhan kelapa sawit.
2. Asystasia gangetica var Micrantha (L.) Anderson (sinonim: A. intrusa) sering
digolongkan sebagai gulma jahat (noxious weed) karena kemampuannya menghasilkan
biji yang sangat banyak dan pengendaliannya akan sangat sulit jika populasinya sudah
berkembang di suatu lokasi. Umumnya, A. gangetica dijumpai tumbuh dominan di perkebunan kelapa sawit
pada kondisi pelepah kelapa sawit overlapping (TM, kondisi ternaungi, gulma lain tidak tumbuh optimal) atau
setelah dilakukan penyemprotan total menggunakan herbisida (blanket) dengan pertumbuhan yang sangat
cepat sehingga termasuk juga gulma invasif (invasive weed).
3. Toleransi A. gangetica terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan cukup tinggi. Misalnya pada
daerah yang ternaungi, A. gangetica akan lebih banyak memproduksi organ vegetatif, sementara pada daerah
terbuka akan lebih banyak memproduksi organ generatif.
4. Walaupun tergolong gulma invasif, A. gangetica memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah dapat
meningkatkan aktivitas, populasi, dan keanekaragaman mikroorganisme tanah; mampu menambah kadar
hara tanah setelah terdekomposisi yakni 43,7% N, 113,5% P2O5, dan 162,6% K2O; menyimpan karbon di dalam
tanah sebesar 10,66 ton/ha pada kedalaman profil tanah 0-10 cm; serta mampu menahan erosi maupun
meminimalkan jumlah pelepah sengkleh dan jumlah bunga jantan kelapa sawit sebesar 99,4% jika ditanam
pada teras guludan (Asbur et al., 2015).
5. Manfaat lain adalah bunga dan trichoma pada daun A. gangetica dapat menarik serangga parasitoid ordo
Hymenoptera famili Euphelmidae dan famili Braconidae sehingga berpeluang menjadi sumber makanan bagi
imago berbagai parasitoid tersebut maupun menyediakan hama ulat sebagai alternatif pakan bagi predator
ulat api dan ulat kantung (Kusuma, 2010).
6. Pengendalian A. gangetica selain
secara manual dengan menggali,
menebas, atau mencabut tanaman
yang diikuti dengan eradikasi sisasisa bahan tanaman, juga dapat
dilakukan dengan penyemprotan
herbisida berbahan aktif glifosat 2-3
L/ha dan metil metsulfuron 100-150
mg/ha dengan volume semprot 400
liter (Priwiratama, 2011).
7. Asystasia gangetica berpotensi
digunakan sebagai ground cover
pada TM, tetapi sebaliknya
dikendalikan pada TBM di
perkebunan kelapa sawit.
(Kelti. Proteksi Tanaman)
Download