tinjauan pustaka

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Graptophyllum pictum
Bioekologi Tanaman G. pictum
Handeuleum termasuk tumbuhan perdu tahunan (perennial) yang biasanya
tumbuh liar di antara semak-semak di dataran rendah sampai ketinggian 1250
meter di atas permukaan laut dan diduga berasal dari Irian dan Polinesia. Tanaman
ini juga banyak ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias maupun tanaman
obat dan tinggi tanaman dapat mencapai tiga meter.
Akar dari tanaman ini berupa akar tunggang. Batang aerial, berkayu,
silindris, tegak, berwarna ungu kehijauan, bagian dalam padat, permukaan licin,
percabangan simpodial, dan arah cabang miring ke atas. Daun tunggal, tersusun
berhadapan, berwarna ungu tua, panjang 25 cm dan lebar 5-11 cm, helaian daun
tipis tegar, berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata,
pertulangan daun menyirip, dan permukaan daun mengkilat. Daun dan kulitnya
berbau tidak sedap serta berlendir. Bunga berwarna merah tua, berupa bulir-bulir
berbentuk bintang yang bersusun dalam satu rangkaian tandan. Ujung daun
kelopak bunganya besar dan berbentuk daun biasanya berwarna putih. Buah kotak
sejati, lonjong, dan berwarna ungu kecoklatan. Biji berbentuk bulat dan berwarna
putih. Berikut adalah taksonomi tanaman handeuleum:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Graptophyllum
Spesies
: Graptophyllum pictum (L.) Griff
(Anonim 2010b)
Khasiat Tanaman G. pictum
Daun tanaman mengandung alkaloid tidak beracun, glikosida, flavonoid,
steroid, saponin, tanin, klorofil, dan lendir. Senyawa flavonoid dalam daun
handeuleum bersifat antiinflamasi yang mampu mengurangi pembengkakan atau
peradangan. Batang daun handeuleum mengandung kalsium oksalat, asam formik,
dan lemak. Kandungan zat tersebut mengakibatkan tanaman ini bersifat diuretik
atau meluruhkan kencing, mempercepat pemasakan bisul, mempunyai pencahar
yang memperlancar buang air besar, dan melembutkan kulit (Dalimarta 2002).
Penelitian Isnawati dan Soediro (2003) menyatakan bahwa pemeriksaan
pendahuluan pada G. pictum terhadap golongan kimia secara kualitatif
ditunjukkan adanya golongan tanin, flavonoid, antosianin, dan leukoantosianin.
Pemeriksaan secara kualitatif dengan reaksi warna dan kromatografi kertas
ditemukan adanya tanin galat, sedangkan pemeriksaan asam fenolat dari ekstrak
95% menggunakan kromatografi kertas dua dimensi diduga mengandung asam
protokatekuat. Pemeriksaan lebih lanjut dengan kromatografi kertas preparatif
yang kemudian dikarakteristik dengan spektrofotometer ultra violet diduga adanya
flavon dan flavonol (3-hidroksi tersubstitusi).
Fraksi alkaloid dari ekstrak daun handeuleum memiliki efek analgesik atau
antiinflamasi pada hewan coba. Efek analgesik ditunjukkan dengan penurunan
nilai ambang nyeri setelah pemberian ekstrak alkaloid daun handeuleum dosis 1,5;
3; dan 6 mg/kg berat badan dibandingkan dengan kontrol. Efek analgesik atau anti
inflamasi fraksi alkaloid dari ekstrak etanol daun handeuleum pada dosis 3 mg/kg
berat badan menunjukkan nilai ambang nyeri yang sama dengan pemberian
aspirin dengan dosis 125 mg/kg berat badan. Fraksi alkaloid dari ekstrak etanol
daun handeuleum bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin.
Ada kaitan antara dosis fraksi alkaloid daun handeuleum dengan hambatan
prostaglandin (Kalsum et al. 2008).
Dewi dan Kumuma (2006) melaporkan bahwa pemberian ekstrak etanol
daun handeuleum mampu menurunkan kadar kolesterol serum darah dan
menurunkan berat badan mencit yang diovariektomi.
Tanaman Asystasia gangetica
Bioekologi Tanaman A. gangetica
Tanaman A. gangetica merupakan herba tegak atau serong ke atas yang
biasa tumbuh pada daerah ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman
ini dapat tumbuh dengan cepat dan menyebar di tepi jalan, tepi sungai, maupun
sebagai pagar, dan merupakan herba penutup tanah yang tumbuh dengan subur di
bawah naungan dan tumbuh pada kelembaban yang cukup. Tanaman ini berasal
dari India, Malay Peninsula, dan Afrika dan tersebar luas dari Asia sampai Afrika
Selatan. Subspesies yang ditemukan di Afrika Selatan berbeda dari tanaman Asia
yang mempunyai ciri khas bunga besar berwarna merah muda (Lithudzha 2004;
Min et al. 2006).
Tanaman ini dapat mencapai tinggi 0,5-0,3 meter dengan batang berbentuk
segi empat. Tangkai daun 1-3 cm, helaian daun bulat telur dengan ujung runcing,
tepi bergelombang, dan sisi atas gundul. Daun sederhana dan berwarna hijau
gelap. Panjang daun 3-7,5 cm dan lebar daun 1,5-5 cm. Bunga tersusun dalam
tandan yang cukup rapat seperti bulir. Sumbu tangkai karangan bunga segi empat
sepanjang 6-30 cm. Memiliki daun pelindung kecil di bawah tiap bunga. Tangkai
bunga pendek, pada pangkal masih terdapat dua daun pelindung kecil. Tinggi
kelopak 7-9 mm, taju runcing, dan sebelah luar berambut putih rapat. Kelopak
bunga terdiri dari lima cuping. Mahkota bunga berwarna krem keputihan dengan
tanda ungu pada langit-langit mulut (di bawah daun bunga dari mahkota), sebelah
luar dengan rambut biasa dan rambut kelenjar. Benang sari lebih kurang sama
panjang. Tonjolan dasar bunga berbentuk mangkuk dan berwarna putih. Bakal
buah berbentuk memanjang, pada sisinya yang lebar berambut rapat. Tangkai
putik dengan ujung melebar. Buah berbentuk kapsul berwarna kuning kehijauan.
Biji berwarna coklat dan biasanya berjumlah empat (Anonim 2006). Berikut
adalah taksonomi tanaman A. gangetica:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Asystasia
Spesies
: Asystasia gangetica (L.) Anders
(Anonim 2010a)
Khasiat Tanaman A. gangetica
Daun A. gangetica mengandung ekstrak heksana, etil asetat, dan metanol.
Ekstrak heksana dan ekstrak etil asetat dapat menenangkan prakontraksi histamin
pernapasan, sedangkan ekstrak metanol dapat mengurangi peradangan. Pada
penyaringan fitokimia daun A. gangetica menunjukkan adanya karbohidrat,
protein, alkaloid, tanin, aglikon steroid, saponin, flavonoid, pengurangan gula,
triterpenoid, dan komponen ekstrak metanol dengan jumlah yang tinggi. Dalam
ilmu kedokteran Nigeria, daun A. gangetica dimanfaatkan untuk mengatasi asma
(Akah et al. 2003). Di Indonesia, daun A. gangetica digunakan untuk mengobati
luka dengan cara dilumatkan dan ditempelkan pada luka (Diddy 2010).
Doleschallia bisaltide (Lepidoptera: Nymphalidae)
Bioekologi D. bisaltide
Kupu-kupu D. bisaltide disebut juga dengan Australian leafwing.
Penyebaran D. bisaltide dimulai dari India, Sri Lanka dan Filiphina, lalu ke
Indonesia sampai tanah daratan New Guinea dan pulau di sekitarnya, timur laut
dan timur Australia, Kepulauan Bismarck, Pulau Solomon, New Caledonia,
Vanuatu, dan Fiji. Telur yang diletakkan berbentuk bola berwarna kekuningan dan
setelah beberapa hari menjadi kuning pucat. Telur biasanya diletakkan individu
atau dalam kelompok kecil pada daun muda tanaman inangnya (Braby 2000).
Larva D. bisaltide memiliki warna tubuh hitam dan pada bagian dorsal
terdapat tiga garis putih memanjang sepanjang tubuh. Pada kedua sisi lateral
mempunyai masing-masing dua garis putih sepanjang lateral tubuh. Tiap segmen
tubuh memiliki seta dengan soket (pangkal) seta berwarna biru metalik. Pada garis
lateral yang paling dekat dengan posisi spirakel pada tubuh abdomen terdapat seta
dengan soket berwarna oranye (Sartiami et al. 2009). Larva biasanya makan pada
malam hari, bersembunyi di antara reruntuhan dan pada batu atau batang kayu.
Larva ini sangat aktif dan pergerakannya cepat. Larva makan sangat rakus dan
agresif, sering menghabiskan persediaan makanan, dan mencari makanan pada
tanaman sebelahnya (Braby 2000).
Pupa berwarna coklat pucat dengan banyak bintik-bintik hitam. Pupa
berbentuk tidak rata, mengkerut di tengah, dan pada bagian kepala membentuk
dua ujung yang runcing ke arah luar yang berwarna coklat gelap atau hitam.
Kupu-kupu ini tidak membentuk kokon dan pupa seringkali disebut chrysalids
(tunggal, chrysalis). Krisalis dari kupu-kupu ini menempel pada sebuah daun atau
cabang oleh kremaster, sebuah juluran pada ujung posterior tubuh, dan
menggantungkan kepalanya ke bawah (Boror et al. 1996; Braby 2000).
Imago memiliki dua warna sisik pada permukaan sayap bagian dorsal
yaitu coklat kekuningan dan coklat kehitaman. Warna sisik sayap depan pada
bagian yang berwarna coklat kekuningan yang terletak lebih distal tubuh terdapat
jendela berwarna kuning kecoklatan sebanyak tiga sel dan satu sel lebih kecil
secara terpisah. Pada bagian yang coklat kehitaman terdapat bercak-bercak
berwarna putih berjajar melengkung ke arah posterior. Posisi bercak-bercak putih
ini terdapat di atas jendela tadi. Warna sisik sayap belakang bagian dorsal
dominan berwarna coklat dengan dua titik berwarna hitam di tepi sayap. Di bagian
lebih tepi lagi dibandingkan dua titik tadi terdapat dua garis hitam yang mengikuti
alur tepian sayap bagian luar (Sartiami et al. 2009). Lebar rentang sayap imago
pada jantan dan betina yaitu 62 mm dan 65 mm. Pada bagian bawah sayap jantan
terdapat banyak bercak putih. Hal ini yang membedakan antara imago jantan dan
imago betina. Antena berwarna coklat dan hanya setengah dari panjang kosta pada
sayap depan (Braby 2000). Kepala, toraks, dan abdomen berwarna coklat dengan
ditumbuhi oleh bulu-bulu halus (Boror et. al 1996).
Berikut adalah taksonomi D. bisaltide:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Nymphalidae
Subfamili
: Nymphalinae
Genus
: Doleschallia
Spesies
: Doleschallia bisaltide
(Braby 1999)
Musuh Alami D. bisaltide
Penggunaan musuh alami merupakan salah satu komponen pengendalian
hama terpadu terhadap hama D. bisaltide. Berdasarkan hasil penelitian
Mardiningsih et al. (2010) bahwa di lapangan ditemukan adanya parasitoid telur,
larva, dan pupa D. bisaltide. Parasitoid yang menyerang telur adalah Telenomus
sp. (Hymenoptera: Scelionidae), Ooencyrtus sp., dan Anastatus sp. (Hymenoptera:
Encyrtidae). Parasitoid yang menyerang larva adalah Apanteles sp. (Hymenoptera:
Braconidae). Parasitoid yang menyerang pupa adalah Brachymeria sp.
(Hymenoptera:
Ichneumonidae).
Chalcididae)
dan
Xanthopimpla
sp.
(Hymenoptera:
Download