4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rheumatoid arthtritis 1. Definisi

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rheumatoid arthtritis
1.
Definisi
Kata arthtritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthtron,
yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthtritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthtritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon
et al., 2002). Sedangkan menurut American College of Rheumatology
(2012), rheumatoid arthtritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan
nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan fisik serta fungsi dari
banyak sendi, sendi kecil ditangan dan kaki cenderung paling sering
telibat.
2.
Patofisiologi
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat
membedakan komponen self dan non-self. Sistem imun pada kasus
rheumatoid arthtritis tidak mampu lagi membedakan keduanya dan
menyerang jaringan senovial serta jaringan penyokong lain. Inflamasi
berlebihan merupakan manifestasi utama yang tampak pada kasus
rheumatoid arthtritis. Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen.
Antigen dapat berupa antigen eksogen seperti protein virus atau protein
antigen endogen (Schuna, 2005).
Paparan antigen merupakan pemicu pembentukan antibodi oleh sel
B. Pada pasien rheumatoid arthtritis ditemukan antibodi yang dikenal
dengan Rheumatoid Factor (RF). Rheumatoid factor mengaktifkan
komplemen kemudian memicu kemotaksis, fagositosis dan pelepasan
sitokin oleh sel mononuklear sehingga dapat mempresentasikan antigen
kepada sel T CD4+. Sitokin yang dilepaskan merupakan sitokin
4
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
5
proinflamasi dan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthtritis
seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6. Aktivasi sel T CD4+ akan memicu sel-sel
inflamasi datang ke area yang terkena inflamasi. Makrofag akan
melepaskan prostaglandin dan sitoksin yang akan memperparah
inflamasi. Potein vasoaktif seperti histamin dan kinin juga dilepaskan
yang dapat menyebabkan edema, eritema, nyeri dan rasa panas. Selain
itu, aktivasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga dapat menstimulasi
angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada sinovial penderita
rheumatoid arthtritis. Inflamasi kronis yang dialami pasien rheumatoid
arthtrits menyebabkan membran sinovial mengalami poliferasi berlebih
yang dikenal dengan pannus. Pannus akan menginvasi kartilago dan
permukaan tulang yang menyebabkan erosi tulang dan kerusakan sendi
(Schuna, 2005).
Pada awalnya,
antigen (bakteri, mikroplasma atau
virus)
menginfeksi sendi yang mengakibatkan kerusakan lapisan sendi yaitu
pada membran sinovial dan tejadi peradangan yang terus menerus.
Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan, kapsul fibroma sendi,
ligamen dan tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih dan
pembentukan jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi
hipertropi dan menebal. Hipertrofi dan penebalan ini menyebabkan aliran
darah yang masuk ke dalam sendi menjadi terhambat. Keadaan seperti ini
akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri
hebat dan deformitas (Schuna, 2005).
3.
Klasifikasi
a. Arthtritis akut
Pada fase dini gejala sistemik yang terjadi adalah lesu,
anoreksia, penurunan berat badan dan demam. Persendian yang
paling seing terkena adalah tangan, lutut, siku, kaki, bahu dan
panggul. Karakteristik distribusi adalah pada pesendian tangan dan
kaki metakarphageal serta ibu jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
6
serta sendi metakarphalangeal dari keempat jari kaki. Gejala lokal
awal yaitu nyeri dan kekakuan ringan (lebih dari 1 jam) yang
dirasakan pada pagi hari dan pada waktu menggerakan persendian
yang meradang (Handriani, 2004).
b. Arthtritis kronik
Kerusakan struktur persendian akibat kerusakan rawan sendi
atau erosi tulang periartikular merupakan proses yang tidak dapat
diperbaiki
lagi
dan
memerlukan
modifikasi
mekanik
atau
pembedahan rekonstruktif (Handriani, 2004).
4.
Gejala klinis
Menurut Santoso dan Ismail (2009), gejala penyakit rematik secara garis
besar terdiri dari :
a. Artritis, yaitu radang sendi yang ditandai dengan pembengkakan
sendi, warnanya kemerahan, panas, nyeri, dan terjadinya gangguan
gerak. Pada keadaan ini penderita sangat terganggu, apalagi bila lebih
dari satu sendi yang terserang.
b. Artralgia, yaitu nyeri sendi tanpa pembengkakan dan gangguan sendi,
gerakan sendi masih normal. Keadaan ini dapat menyertai penyakit
infeksi bakteri maupun virus, atau setelah aktivitas fisik yang
berlebihan.
c. Artrosis, yaitu nyeri sendi yang disertai tanda-tanda radang yang
tidak lengkap (tidak bengkak, tanpa kemerahan, dan tanpa panas).
Artrosis ini merupakan penyakit sendi yang disebabkan oleh proses
degenerasi atau proses penuaan. Gejala umumnya ringan, tetapi ada
yang menunjukan gejala berat bahkan sampai cacat.
5.
Pengobatan
a.
Terapi non farmakologi
1) Latihan
Penelitian
menunjukan
bahwa
olahraga
sangat
membantu mengurangi rasa sakit dan kelelahan pada pasien
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
7
rheumatoid arthtritis serta meningkatkan fleksibilitas dan
kekuatan gerak (Shiel, 2011).
2) Istirahat
Istirahat dapat menyembuhkan stres dari sendi yang
mengalami peradangan dan mencegah kerusakan sendi yang
lebih parah (Schuna, 2008).
3) Pengurangan berat badan
Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi
stres pada sendi dan mengurangi nyeri. Menjaga berat badan
tetap ideal dapat mencegah kondisi medis lain yang serius
seperti penyakit jantung dan diabetes (Shiel, 2011).
b. Terapi farmakologi
Ada dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati
rheumatoid arthtritis, yaitu obat fast acting (lini pertama) dan obat
slow acting (lini kedua). Obat-obat fast acting dingunakan untuk
mengurangi
nyeri
dan
perradangan,
seperti
aspirin
dan
kortikosteroid. Sedangkan obat slow acting adalah obat antirematik
yang dapat memodifikasi penyakit (DMARD), seperti garam emas,
metroteksat dan hidroksiklorokuin yang digunakan untuk remisi
penyakit dan mencegah kerusakan sendi progresif, tetapi tidak
memberikan efek anti inflamasi (Shiel, 2011).
Pengobatan dengan DMARD sebaiknya dimulai selama 3
bulan pertama sejak diagnosis rheumatoid arthtritis ditegakkan.
Kombinasi dengan NSAID atau korstikosteroid dapat diberikan
untuk mengurangi gejala. Pengobatan dengan DMARD sejak dini
dapat mengurangi mortalitas. DMARD yang paling sering digunakan
adalah metroteksat, hidoksiklorokuin, sulfasalazin, dan leflunomid.
Metroteksat lebih banyak dipilih karena menghasilkan
outcome lebih baik jika dibandingkan dengan obat lain. Metroteksat
juga lebih ekonomis jika dibandingkan dengan agen biologik. Obat
lain yang efikasinya mirip dengan metroteksat adalah leflunomid.
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
8
Agen biologik yang mempunyai efek DMARD juga dapat diberikan
pada pasien yang gagal dengan terapi DMARD. Agen ini dirancang
untuk memblokir aksi zat alami yang diproduksi oleh sistem
kekebalan tubuh seperti faktor TNF atau IL-1. Zat-zat yang terlibat
dalam rheumatoid arthtritis adalah reaksi kekebalan tubuh abnormal
sehingga perlu dihambat untuk memperlambat reaksi autoimun
sehingga meringankan gejala dan memperbaiki kondisi secara
keseluruhan. Agen biologik yang biasa digunakan adalah obat-obat
anti TNF (etanercept, infliximab, adalimumab), antagonis reseptor
IL-1 anakinra, modulator kostimulasi abatacept dan rituximab yang
dapat mendeplesi sel B periferal. Infliximab dapat diberikan secara
kombinasi bersama metotreksat untuk mencegah perkembangan
antibodi yang dapat mereduksi efek obat ataupun menginduksi reaksi
alergi. Kombinasi dua atau lebih DMARD juga diketahui lebih
efektif dibandingkan dengan terapi tunggal (Schuna, 2008).
Kortikosteroid berguna untuk mengontrol gejala sebelum
efek terapi DMARD muncul. Dosis rendah secara terus menerus
dapat diberikan sebagai tambahan ketika pengobatan dengan
DMARD tidak dapat mengontrol penyakit. Kortikosteroid dapat
disuntikan kedalam sendi dan jaringan lokal untuk mengendalikan
peradangan lokal. Kortikosteroid sebaiknya tidak diberikan sebagai
monoterapi dan penggunaannya secara kronis sebaiknya dihindari
(Schuna, 2008).
NSAID
juga
dapat
diberikan
untuk
mengurangi
pembengkakan dan nyeri pada rheumatoid arthtitis. NSAID tidak
memperlambat terjadinya kerusakan sendi, sehingga tidak dapat
diberikan sebagai terapi tunggal untuk mengobati rheumatoid
arthtritis. Seperti kortikosteroid. NSAID digunakan sebagai terapi
penunjang DMARD (Schuna, 2008)
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
9
B. Kualitas Hidup
1. Definisi
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait
dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan
suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu,
psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan
lingkungan (Yuliati et al., 2014).
Kualitas
hidup
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
menggambarkan pandangan individu terhadap kebahagiaan dan kepuasan
terhadap kehidupan yang mempengaruhi kesehatan mereka (American
Thoracic Society, 2007). Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain karakteristik pasien, karakteristik penyakit, dan
pengobatan atau terapi seperti jenis obat juga ikut berperan dalam kualitas
hidup pasien (Asadi-Lari et al., 2004).
2. Instrumen untuk mengukur kualitas hidup pasien rheumatoid
arthtritis
Kuesioner spesifik yang dapat menilai kualitas hidup pasaien
rheumatoid arthtritis adalah HAQ (Health Assesment Questionnaire).
HAQ pertama dikembangkan oleh James F. Fries dan rekan-rekannya di
Standford University pada tahun 1978 (Bruce dan Fries, 2003). HAQ
merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam
menilai kualitas hidup rheumatoid arthtritis. HAQ terdiri dari 20
pertanyaan yang mencerminkan dalam 8 domain atau bidang yaitu dalam
hal berpakaian, bangkit, makan, berjalan, kebersihan, mencapai pegangan,
dan kegiatan sehari-hari (Garip, 2014).
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
10
3. Kerangka Konsep
Karakteristik pasien :
1. Jenis kelamin
2. Usia
Jenis obat atau terapi yang
digunakan
Kualitas hidup pasien
rheumatoid arthtritis
Nyeri yang dialami
EVALUASI KUALITAS HIDUP ...,WINDA ANGGRAENI, FARMASI, UMP 2016
Download