REVIEW: METODE UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SECARA IN VITRO PADA EKSTRAK TANAMAN Arni Praditasari Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363 [email protected] Abstrak Ekstrak tanaman yang mengandung metabolit sekunder diperkirakan memiliki aktivitas antioksidan. Potensi antioksidan ekstrak tanaman harus diuji supaya diketahui aktivitasnya. Ada empat metode uji aktivitas antioksidan yang sering digunakan secara in vitro, yaitu metode 1,1-difenil-2pikrilhidrazil (DPPH), tiosianat, xantin oksidase, dan deoksiribosa. Pencarian artikel ilmiah menggunakan sumber internet dan didapatkan 29 artikel. Hasil yang didapatkan berupa frekuensi penggunaan keempat metode tersebut dan senyawa pembanding, nilai IC50 senyawa pembanding dan karakteristik setiap metode. Metode DPPH merupakan metode yang paling sering digunakan dan memiliki efektivitas yang paling baik. Vitamin C merupakan senyawa pembanding yang lebih sering digunakan daripada butil hidroksi toluen (BHT) karena aktivitas antioksidannya yang sangat tinggi. Kata kunci: Antioksidan, in vitro, DPPH, xantin oksidase, tiosianat, deoksiribosa Review: Methods of In Vitro Antioxidant Activity Assay on Plant Extracts Abstract Plant extracts that contain secondary metabolites is thought have antioxidant activity. The potency of antioxidant of plant extracts should be tested to determine the activity. There are four methods which commonly used for in vitro antioxidant activity assay, i.e. the method of 1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl (DPPH), thiocyanate, xanthine oxidase, and deoxyribose. The searching of scientific articles using internet resources and obtained 29 articles. The results was the frequency of the method usage and the standards, the IC50 value of standards, and the characteristics of each method. DPPH is the most method which commonly used and has the best effectivity. Vitamin C is a standard compound which used more often than butyl hydroxy toluene (BHT) due to a very high antioxidant activity. Key words: Antioxidants, in vitro, DPPH, xanthine oxidase, thiocyanate, deoxyribose eksogen diperlukan, karena membantu Pendahuluan Kulit adalah organ yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. Kulit berperan untuk melindungi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan dan kerusakan lingkungan seperti sinar ultraviolet matahari dan mikroba1. Namun, jika paparan sinar ultraviolet terlalu sering, maka akan eksogen terbentuk yang radikal bebas mengakibatkan kulit mengembalikan keseimbangan tubuh dan memperlambat proses oksidasi senyawa radikal bebas. Antioksidan memberikan satu atau lebih atom hidrogen/elektron kepada radikal bebas sehingga senyawa radikal bebas dapat lebih stabil5. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah kerusakan oksidasi pada kulit sehingga penuaan dini dapat teratasi6. mengalami kerutan dan penuaan dini lebih Menurut sumbernya, antioksidan cepat. Penting untuk merawat kulit dengan terbagi menjadi dua, yaitu antioksidan penanganan yang tepat2. alami dan sintetik7. Contoh antioksidan Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif karena memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan3. Radikal bebas yang terlalu banyak dapat memicu stress oksidatif sel, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan alami dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti hipertensi, kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker dan gejala penuaan4. Asupan antioksidan sintetik adalah Butil Hidroksi Toluen (BHT) dan Butil Hidroksi Anisol (BHA). Namun, penggunaan antioksidan sintetik dikhawatirkan dapat bersifat karsinogenik dan toksik dalam dosis yang tinggi8. Hal ini yang membuat antioksidan alami mulai dikembangkan. Penentuan senyawa dalam ekstrak tanaman yang dapat digunakan sebagai antioksidan dilakukan dengan uji aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan terdiri atas systematic review dengan pendekatan metode in vivo dan in vitro. Para peneliti meta-agregasi. Artikel ilmiah berkaitan lebih mengembangkan metode in vitro dengan karena metode in vivo membutuhkan antioksidan secara in vitro pada bulan Juni waktu pengerjaan yang lama. Metode 2016, baik penerbit nasional maupun antioksidan secara in vitro terbagi menjadi internasional. Penapisan dilakukan dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DP- kata PH), dan “metode antioksidan”, “ekstrak tanaman”, deoksiribosa9. Artikel ini memuat ulasan “in vitro” dalam rentang 10 tahun terakhir beberapa penelitian untuk membandingkan dengan jumlah keseluruhan 659 artikel dan frekuensi penggunaan metode dan efikasi, kata serta menentukan karakteristik metode tanaman dengan pembanding” dengan dilihat dari artikel ilmiah uji aktivitas jumlah antioksidan pada ekstrak tanaman. Pemilihan artikel berdasarkan pada (i) xantin oksidase, tiosianat, studi kunci kunci penelitian yaitu: “uji uji “uji antioksidan”, antioksidan keseluruhan aktivitas 3005 ekstrak artikel. aktivitas antioksidan ekstrak tanaman, (ii) Metode prosedur uji aktivitas antioksidan, dan (iii) Metode pencarian, identifikasi, dan kebaruan penelitian tersebut. Sebanyak 29 mengunduh data artikel atau jurnal ilmiah artikel ilmiah ditinjau lebih lanjut. menggunakan sumber internet dari database Google Scholar dengan studi Hasil Frekuensi Penggunaan Metode 600 542 500 400 300 200 45 61 Tiosianat Xanthin oksidase 100 11 0 DPPH Deoksiribosa Metode Antioksidan in vitro Frekuensi Penggunaan Senyawa Pembanding Gambar 1. Grafik frekuensi metode in vitro 3000 2610 2500 2000 1500 1000 395 500 0 Vitamin C BHT Senyawa Pembanding dalam Metode Antioksidan Gambar 2. Grafik penggunaan senyawa pembanding dalam uji aktivitas antioksidan metode in vitro Tabel 1. Nilai IC50 Vitamin C dan BHT10-13 Sampel Vitamin C BHT IC50 (µg/mL) (1) 8,66 (2) 13,7 (3) 5,69 (4) 3,48 (1) 10,64 (2) 16,0 (3) 8,82 (4) 6,30 Keterangan Sangat aktif Tabel 2. Tingkat kekuatan antioksidan14 Intensitas Antioksidan Sangat kuat Kuat Sedang Lemah Tidak aktif Sangat aktif Tabel 3. Karakteristik metode in vitro Nilai IC50 (µg/mL) <50 50-100 100-250 250-500 >500 Keterangan : (1) Kemudahan: + (tidak mudah); ++ (cukup mudah); +++ (mudah); ++++ (sangat mudah) (2) Durasi: + (tidak lama); ++ (agak lama); +++ (lama) (3) Substrat & Pembanding: + (ada); - (tidak ada) (4) Kebutuhan Instrumen: + (perlu) (5) Hasil yang didapatkan: + (umum); ++ (spesifik) digunakan Pembahasan karena dapat mengukur senyawa radikal bebas tertentu, seperti Frekuensi Penggunaan Metode In Vitro hidroksil, anion superoksida, dan alkoksi. Berdasarkan grafik pada Gambar 1, Penggunaan metode in vitro sebesar 82,24% penelitian menggunakan biasanya disesuaikan dengan sifat dari metode DPPH untuk mengevaluasi ekstrak tanaman yang akan diteliti dan aktivitas antioksidan ekstrak tanaman. target radikal bebas yang ingin dicapai, hal Metode DPPH merupakan metode yang ini dilihat dari spesifikasi masing-masing akurat, efisien, cepat dalam menentukan metode. profil antioksidan ekstrak tanaman dan mudah dalam preparasi sampelnya15. Metode xantin oksidase (9,26%), tiosianat (6,83%), dan deoksiribosa Penggunaan Senyawa Pembanding Senyawa pembanding dalam metode in vitro dibutuhkan sebagai kontrol (1,67%) lebih jarang digunakan karena positif aktivitas antioksidan. Senyawa tahapan metode yang memakan waktu pembanding yang sering digunakan adalah pengerjaan lebih lama daripada metode vitamin C dan BHT. Keduanya digunakan DPPH. Namun, ketiga metode ini masih untuk mewakili antioksidan alami dan sintetik. Vitamin C bekerja sebagai pada Tabel 1 vitamin C mempunyai nilai antioksidan sekunder yang menghambat lebih kecil dibandingkan dengan BHT. Hal aktivitas radikal bebas dan mencegah ini menunjukkan bahwa aktivitas vitamin terjadinya reaksi berantai16 sedangkan C lebih kuat dibandingkan BHT. BHT bekerja dengan memberikan atom Metode Antioksidan In Vitro hidrogen pada radikal bebas sehingga 1. Metode DPPH radikal bebas menjadi senyawa yang lebih stabil17. Gambar 2 menunjukkan bahwa DPPH adalah radikal bebas yang sebesar 86,85% penelitian menggunakan stabil pada suhu kamar yang menerima vitamin C sebagai pembanding. elektron atau hidrogen, dan membentuk molekul yang stabil. Adanya serapan Vitamin C lebih banyak digunakan warna violet pada panjang gelombang 517 daripada BHT karena vitamin C nm ditimbulkan oleh delokalisasi elektron. merupakan antioksidan alami yang lebih Ketika seluruh DPPH telah berikatan baik dibandingkan antioksidan sintetik. dengan senyawa antioksidan dalam ekstrak Atom hidrogen pada gugus hidroksil yang dapat memberikan atom hidrogen, berikatan dengan radikal bebas sehingga meningkatkan stabilitas radikal bebas18. maka larutan akan kehilangan warna ungu dan berubah menjadi warna kuning Vitamin C memiliki empat gugus hidroksil terang19. sedangkan BHT hanya memiliki satu gugus hidroksil, sehingga aktivitas antioksidan vitamin C jauh lebih kuat dibandingkan BHT. Berdasarkan kekuatan aktivitas Gambar 3. Mekanisme penghambatan radikal DPPH20 antioksidan pada Tabel 2, vitamin C dan BHT tergolong senyawa antioksidan yang sangat kuat. Namun, dari hasil nilai IC50 DPPH berfungsi untuk mengevaluasi potensi antioksidan dalam meredam radikal bebas. Penentuan aktivitas antioksidan menggunakan 1 mL dengan cepat dan akurat tanpa penggunaan sampel yang ditambahkan 1 mL larutan substrat22. DPPH (100 ppm). Campuran kemudian 2. Metode Tiosianat dihomogenkan dan didiamkan selama 30 Metode tiosianat menentukan menit di tempat yang gelap. Serapan aktivitas radikal bebas senyawa pembanding menggunakan diukur pada panjang gelombang 517 nm dengan spektrofotometer visibel sebagai kontrol dan positif. Sebanyak 2 mL sampel dicampur senyawa pembanding sebagai kontrol dengan 2,05 mL asam linoleat dan bufer positif. Presentasi inhibisi serapan DPPH fosfat pH 7,0 diinkubasi di tempat gelap dihitung dengan rumus21: pada suhu 37o C. Jumlah peroksida yang % inhibisi = Abs.standar−Abs.sampel Abs.standar x 100% Metode DPPH merupakan metode yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan metode ini hanya membutuhkan senyawa DPPH sebagai radikal bebas yang stabil dan larutan terbentuk ditentukan dari serapan warna merah pada panjang gelombang 500 nm dengan penambahan FeCl2 dan amonium tiosianat. Pengukuran dilakukan setiap 24 jam hingga dicapai absorbansi maksimum23,24. pembanding. Metode ini tidak memerlukan substrat, karena radikal bebas sudah tersedia secara langsung. Hal yang diamati hanya perubahan larutan dari ungu ke kuning terang19. Perubahan warna Gambar 4. Mekanisme oksidasi Fe2+ oleh radikal bebas25 menunjukkan bahwa DPPH telah berikatan dengan antioksidan dan DPPH tidak memberikan serapan pada Persentase inhibisi dihitung dengan rumus: panjang Abs.sampel 22 gelombang 517 nm . Metode ini dapat melihat aktivitas peredaman radikal bebas % Inhibisi = (1 - Abs.standar ) x 100% Metode tiosianat adalah metode Kemudian ditambahkan 150 µL xantin, dengan prinsip lipid peroksidasi. Metode serapan diukur pada panjang gelombang ini menggunakan asam linoleat, yaitu asam 505 nm. Persentase inhibisi dihitung lemak tidak jenuh yang bertindak sebagai dengan rumus28: radikal bebas25. Metode ini secara spesifik % Inhibisi = (1 dapat mengukur jumlah radikal bebas berdasarkan peroksidasi lipid, yaitu pembentukan radikal alkoksi26. Namun, Abs.sampel ) x 100% Abs.blanko Metode ini mengamati jumlah asam urat yang terbentuk29. metode ini memerlukan proses pengukuran Metode xantin oksidase adalah serapan yang lama. Pengukuran serapan metode harus terus dilakukan hingga dicapai nilai xantin-xantin oksidase, yang menghasilkan absorbansi maksimum 23,24. radikal anion superoksida. Superoksida 3. Metode Xantin Oksidase dismutase (SOD) mengubah superoksida dengan menjadi Metode xantin hidrogen prinsip metabolisme peroksida (H2O2)30 oksidase sehingga metode ini dapat digunakan menentukan nilai inhibisi sampel terhadap untuk radikal bebas. inhibisi radikal Perhitungan mengukur aktivitas antioksidan aktivitas dalam meredam radikal anion superoksida. bebas menggunakan Metode ini tidak memerlukan waktu yang superoksida dismutase (SOD)27. lama pada pengukuran, namun metode ini melewati beberapa tahap inkubasi dalam pembentukan radikal bebas. Gambar 5. Mekanisme hipoxantin menjadi asam urat oleh xantin oksidase27 Metode tiosianat dan metode xantin oksidase membutuhkan bufer fosfat sebagai penstabil pH fisiologis selama Sebanyak 0,5 mL sampel ditambah pembentukan radikal bebas berlangsung. bufer fosfat pH 7,0 dicampurkan dengan 1 Tanpa bufer fosfat maka pembentukan mL interxantin dan xantin oksidase. radikal bebas tidak akan terbentuk dengan inhibisi dihitung dengan menggunakan baik. rumus31: Metode ini pun membutuhkan substrat agar produk radikal bebas dapat % inhibisi = Abs.standar−Abs.sampel Abs.standar terbentuk. x 100% Metode ini memerlukan senyawa 4. Metode Deoksiribosa pembanding Metode deoksiribosa menggunakan reaksi degradasi deoksiribosa dengan radikal bebas yang dihasilkan dari larutan sebagai kontrol positif. Jumlah MDA diamati sebagai hasil dari peredaman radikal bebas oleh antioksidan31,32. besi (II) sulfat dan hidrogen peroksida. Reaksi pembentukan radikal bebas Radikal bebas dicampurkan dengan ekstrak oleh FeSO4 dan H2O2 menghasilkan dan 2-deoksiribosa. Reaksi ini membentuk radikal hidroksil yang diukur dengan malonaldehida (MDA). Antioksidan dalam metode deoksiribosa31,32. Metode ini dapat ekstrak tanaman akan mencegah radikal mengukur potensi antioksidan yang hidroksil merusak 2-deoksiribosa, sehingga menghambat radikal hidroksil32. Metode produk MDA terhambat. Kemudian larutan ini memerlukan tahapan yang lebih banyak diberikan tiobarburat (TBA) yang akan dibandingkan metode in vitro yang lainnya berikatan dengan MDA dan menyebabkan karena produk MDA harus dihentikan warna merah31,32. terlebih dahulu oleh TBA sebelum dilakukan pengukuran nilai serapan pada panjang gelombang yang ditentukan. Gambar 4. Reaksi antara TBA dan MDA32 Karakteristik Metode In Vitro Berdasarkan kategori kemudahan Serapan larutan merah ini diukur pada Tabel 1. yang dilihat dari banyaknya menggunakan spektrofometer visibel pada tahapan yang dibutuhkan dalam sekali panjang gelombang 532 nm. Presentasi pengerjaan, metode DPPH merupakan metode yang untuk larutan pembanding seperti vitamin C dan adalah BHT, sedangkan metode xantin oksidase metode yang tidak mudah dilakukan tidak membutuhkan pembanding. Metode karena xantin dikerjakan. sangat Metode pengukuran mudah tiosianat absorbansi yang dibutuhkan memakan waktu yang lama. Berdasarkan durasi oksidase hanya menggunakan metode memerlukan larutan blanko. yang Seluruh dibutuhkan, metode DPPH tetap unggul spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur dibandingkan nilai dengan metode yang absorbansi. Seluruh metode lainnya. Metode xantin oksidase dan antioksidan ini bereaksi dan menimbulkan deoksiribosa membutuhkan waktu yang warna yang dapat menyerap cahaya dari lebih lama dari metode DPPH karena spektrofotometer UV-Vis sehingga dalam radikal pengukurannya digunakan nilai absorbansi. bebas yang digunakan tidak dihasilkan secara langsung sedangkan SIMPULAN metode tiosianat memerlukan durasi yang Metode DPPH adalah metode yang lama disebabkan oleh proses pengukuran memiliki frekuensi penggunaan paling yang harus dilakukan 24 jam sekali. besar dan efektivitas yang lebih baik Tabel 3 pada poin ‘substrat’ menunjukkan bahwa, satu metode tidak memerlukan substrat dan tiga metode memerlukan substrat. Metode DPPH tidak memerlukan substrat karena senyawa DPPH merupakan radikal bebas yang stabil sedangkan metode dibandingkan metode xantin oksidase, tiosianat, dan deoksiribosa. Vitamin C lebih banyak digunakan sebagai senyawa pembanding antioksidan daripada BHT karena aktivitas antioksidannya yang sangat tinggi. lainnya UCAPAN TERIMA KASIH memerlukan kondisi tertentu dalam membentuk radikal bebas. Metode DPPH, Saya sampaikan rasa terima kasih tiosianat dan deoksiribosa membutuhkan kepada orang tua dan dosen pembimbing Ibu Nyi Mekar Saptarini yang telah memberikan dukungan serta bimbingan selama proses pembuatan review. 9. 10. KONFLIK KEPENTINGAN Penulis tidak memiliki konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan atau publikasi artikel ini. 11. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Darmawan. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2013. Yaar M and Gilchrest B. Aging of Skin. 7th ed. New York: McGrawHill; 2008. Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 2008;13(1):1-9. Juniarti, Osmeli D, dan Yuhernita. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (BSLT) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga. Makara Sains. 2009;13: 50-4. Kuncahyo I dan Sunardi. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa blimbi, L) terhadap 1,1-diphenyl-2picrylhidrazil (DPPH). Prosiding Seminar Nasional Teknologi ISSN 1978-9997. 2007; Yogyakarta. Masaki H. Role of Antioxidants in The Skin: Anti-Aging Effects. Journal of Dermatological Science. 2010; 58:85-90 Cahyadi W. Bahan Tambahan Pangan.Jakarta: Bumi Aksara; 2006. Fosoyiro SB, Adegoke, Idowu OO. Characterization and partial 12. 13. 14. 15. 16. purification of antioxidant component of ethereal fractions of Aframomum danielli. World Chem. 2006;1:15. Ardiansyah. Antioksidan dan Peranannya bagi Kesehatan. Artikel IPTEK; 2007. Nnanga NGA, Deli V, Claire L, Lazare, Sandrine, Arthur S, et al. Phytochemistry and in vitro Antimicrobial, Antioxydant Activities of Entandrophragma candollei H. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 2016; 6(5):73-9 Saptarini NM, Wardati Y, dan Juliawati R. Antioxidant activity of extract and fraction of yellow passion fruit (Passiflora flavicarpa) leaves. Int J Pharm Pharm Sci. 2013; 5(2):194-6 Shahriar M, Hossain Md I, Sharmin FA, Akhter S, Haque Md A, and Bhuiyan MA. In vitro antioxidant and free radical scavenging activity of withania Somnifera root. Iosr J of Pharm. 2013; 3(2): 38-47 Engonga L, Ondo JP, Padzys GS, Barhé TA, Kounga T, Bongui JB, et al. Ovicidal and larvicidal activities against Anopheles gambiae, antioxidant and antibacterial proprieties of Aucoumea klaineana pierre, Canarium schweinfurthii engl and Dacryodes edulis (g. Don) H. J. Lam essential oils from gabon. Int J. of Pharm. Research. 2016;6 (1): 6875 Jun M, Fu HY, Hong J, Wang X, Yang CS, Ho CT. Comparison of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root (Pueraria lobate ohwi). J of Food Science. 2006; 2117-22. Badarinath AV, Mallikarjuna K, Chetty CMS, Ramkanth S, Rajan TVS, Gnanaprakash K. A Review on In-vitro Antioxidant Methods: Comparisions, Correlations and Considerations. Int.J. PharmTech Res. 2010;2(2): 1276-85 Afriani S, Idiawati N, Destiarti L, Arianie L. Uji Aktivitas Antioksidan 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Daging Buah Asam Paya (Eleiodoxa conferta Burret) Dengan Metode DPPH dan Tiosianat. JKK. 2014; 3(1):49-56. Riyanti F, Loekitowati H, dan Muharrani R. Pengaruh Pemanasan dan Penambahan Antioksidan BHT Pada Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa Linn.) dan Kinetika Reaksi Oksidasi. 2011 [diakses tanggal 11 Juni 2016]. Tersedia online di http://eprints.unsri.ac.id/34/2/makala h_bogor11.pdf Muharni M, Elfita E, dan Amanda A. Aktivitas antioksidan senyawa (+) morelloflavon dari kulit batang tumbuhan gamboge (Garcinia xanthochymus). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung; 2013. Nur Md A, Bristi NJ, and Rafiquzzaman Md. Review on in vivo and in vitro methods evaluation of antioxidant activity. Saudi Pharmaceutical Journal. 2013; 21:143–152 Sharma RJ, Chaphalkar SR, and Adsool AD. Evaluating antioxidant potential, cytotoxicity and intestinal absorption of flavonoids extracted from medicinal plants. Inter J Biotech Appl. 2010; 2(1):1–5. Sugiat D, Hanani E, dan Mun’im A. Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kadar Fenol Total Ekstrak Metanol Dedak Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.). Majalah Ilmu Kefarmasian. 2010; 8: 24-33. Kalauw SLN, Ilang Y, Kartika R., Rachman F, Simanjuntak P. Uji BSLT dan anti oksidan ekstrak nbutanol dan air pada ranting tanaman sirih hutan (Piper aduncum. L.). Prosiding Seminar Kimia; 2014. Saripah RSA, Sunalti M, Norizan A, et al. Phenolic content and antioxidant activity of fruits of Ficus deltoidea var angustifolia sp. MJAS. 2009;13(2):146-150. Sharma S. In vitro evaluation of antioxidant activity of methanolic and petroleum ether extracts from 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. seeds of Benincasa hispida. J Nat Plant Resour. 2014;4(4):31-4. Hanani E, Mun’im A, Sekarini R, dan Wiryowidagdo S. Uji Aktivitas Antioksidan Beberapa Spons Laut dari Kepulauan Seribu. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 2006; 6:1-3. Behera BC, Verna N, Sonone A., Makhija U. Determination of Antioxidative Potential of Usnea ghattensis L. In Vitro. LWT-Food Sci Tech. 2006; 36: 80-5 Anandagiri DAWM, Manuaba IBP, dan Suastuti DA. Pemanfaatan teh kombucha sebagai obat hiperurisemia melalui penghambatan aktifitas xantin oksidase pada Rattus norvegicus. Jurnal Kimia. 2014; 8 (2): 220-5 Zulfa E, Nurkhasanah, Nurani LH. Aktivitas antioksidan sediaan nanopartikel kitosan ekstrak etanol rosela (Hibiscus sabdariffa L.) pada tikus hiperkolesterol terhadap aktivitas enzim SOD. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 2014; 2 (1): 7-14 Muharni S, Husein HB, dan Dachariyanus. Aktivitas Antiosidan Senyawa Fenol dari Manggis Hutan (Garcinia bancana Miq.). Jurnal Penelitian Sains. 2009; 12(3) Young J, Dong S, Jiang Q, Kuang T, Huang W, Yang J.Changes in Expression of Manganese Superoxide Dismutase, Copper and Zinc Superoxide Dismutase and Catalase in Brachionus calyciflorus during the Aging Process. Plos one Journal. 2013; 8 Atun, S. Uji Aktivitas Beberapa Senyawa Oligoresveratrol Hasil Isolasi Dari Kulit Batang Tumbuhan Hopea odorata Sebagai Pencegah Degradasi 2-Deoksiribosa. Jurnal Penelitian Saintek. 2010; 13(1) Atun, S. Hubungan Struktur dan Aktivitas Antioksidan Beberapa Senyawa Resveratrol dan Turunannya. Yogyakarta: UNY; 2010.