BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan/kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki (Perencanaan pengajaran, 2007). Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para dosen dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara dosen dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran (Subroto, 2002). Menurut Wibowo kemampuan Dosen mengacu PP No 19 Tahun 2005 tentang standart Nasional Pendidikan dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, meliputi : a. Kemampuan Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran: - Mampu memahami karakteristik peserta didik - Menerapkan teori belajar, teori pembelajaran yang relevan dengan peserta didik dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang dia punya 7 Universitas Sumatera Utara 8 - Mampu mengelola pembelajaran yang sesuai dengan karateristik peserta didik - Mampu merancang pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. . b. Kemampuan kepribadian adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan bijaksana, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, berahlak mulia, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara berkelnjutan; - Mampu bertindak secara konsisten yang sesuai dengan norma agama, hukum ,sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia - Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, setabil, dewasa arif, berwibawa, dan berakhlak mulia - Mempunyai rasa bangga menjadi dosen, dapat bekerja mandiri, mempunyai etos kerja, rasa percaya diri, dan tanggung jawab yang tinggi - Mampu bersikap dan berprilaku yang disegani - Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat - Mempunyai kejujuran - Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi dosen Universitas Sumatera Utara 9 c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan dosen yang meliputi kemampuan untuk: - Berkomunikasi lisan, tulisan, dan / atau isyarat - Mengunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional - Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan bergaul secara santun denga masyarakat sekitar. d. Kemampuan profesional ada yang meliputi : - Penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam - Kemamapuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian - Kemampuan mengembangkan dan menyebar luaskan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi dan / atau seni; dan - Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat. Kemampuan dosen diatas merupakan profil kemampuan dasar yang harus dimiliki dosen. Kemampuan tersebut dikembangkan berdasarkan analisis tugastugas yang harus dilaksanakan oleh dosen. Oleh karena itu kemampuan dosen tersebut secara operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan dalam membelajarkan anak didik. Melalui pengembangan kompetensi profesi diusahakan agar penguasaan Akademis cepat terpadu secara serasi dengan kemampuan mengajar (Subroto, 2002). Universitas Sumatera Utara 10 2.2 Pengertian Dosen Dosen adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dosen adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas (Djamarah, 2006). Dosen adalah salah satu komponen Manusiawi dalam proses belajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. 2.2.1 Persyaratan Dosen Untuk dapat melaksanakan peranan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dosen memerlukan syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat menjadi dosen, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok : 1. Persyaratan administratif. Syarat-syarat administatif ini antara lain : tentang kewarganegaraan (Warga Indonesia), umur (minimal 18 tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan. 2. Persyaratan teknis Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, harus berijazah pendidikan dosen. 3. Persyaratan psikis Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan psikis antara lain : sehat rohani,dewasa dalam berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, Universitas Sumatera Utara 11 sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani, bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian. 4. Persyaratan Fisik Persyaran fisik meliputi : berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaanya, tidak memiliki gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapian dan kebersihan termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab bagaimanapun dosen akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa/anak didiknya (Sardiman, 2007). 2.2.2 Peran dosen dalam pembelajaran Semua orang yakin bahwa dosen memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah. Dosen sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young (1998), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein (1997), dapat diidentifikasikan sedikitnya 19 peran dosen, yakni dosen sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa Universitas Sumatera Utara 12 ceritera, actor, emancipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator (Mulyasa, 2007). 2.2.3 Hubungan Kemampuan Dosen dalam PBM Dengan Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Pada Praktek Klinik I Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar-mengajar, sebagai contoh bagaimana mengorganisasikan materi, metode yang diharapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara dosen dan mahasiswa. Hubungan dosen dengan siswa/anak didik didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Jika hubungan dosen-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan (Sardiman, 2007). Kegiatan pembelajaran di kelas, di laboratorium/praktek dan praktek klinik yang dipersiapkan, dilaksanakan secara profesional oleh dosen yang berpengalaman yang memiliki kemampuan sebagai seorang dosen akan menumbuhkan semangat belajar mahasiswa. Mahasiswa ikut bertanggung jawab, belajar aktif untuk pencapaian tujuan pembelajaran, akhirnya prestasi belajar mahasiswa tinggi. Dengan demikian pencapaian kemampuan dosen dalam PBM secara bersama-sama berhubungan dengan pencapaian kemampuan mahasiswa khususnya pada praktek klinik I. Universitas Sumatera Utara 13 2.3 Proses Belajar Mengajar (PBM) Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajarmengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari.Dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. 2.3.1 Pengertian Belajar adalah “penambahan pengetahuan” Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif yakni penataan fakta, konsep serta prinsipprinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna, mencari kejelasan dan menentukan justifikasi.Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2007). Universitas Sumatera Utara 14 Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Subroto, 2002). Bagi pengukuran suksesnya pengajaran, memang syarat utama adalah “hasilnya”. Tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan “hasil” itu pun harus secara cermat dan tepat, yaitu dengan memerhatikan bagaimana “prosesnya”. Dalam proses inilah siswa akan beraktivitas. Dengan proses yang tidak baik/benar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik, atau kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil semu. Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. b. Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2007). 2.4 Kemampuan Mahasiswa Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya Universitas Sumatera Utara 15 belajar. Berkat informasi dosen tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan bahan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri. Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. I. Ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut: (1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. (2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. (3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapakan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, mengunakan prinsip. (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. Universitas Sumatera Utara 16 (5) Sintesis,mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. (6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan. Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang terendah merupakan perilaku yang “ harus ” dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, siswa harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan tertentu. II. Rana afektif (Krathwohl & Bloom, dkk) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut : (1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan. (2) Partisipasi,yag mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam satu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam satu kegiatan. (3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya menerima suatu pendapat orang lain. (4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. Universitas Sumatera Utara 17 (5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai danmembentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan yang berdisiplin. Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku terendah danperilaku pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi III. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku: (1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. (2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau serangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakaup jasmani dan rohani. (3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan. (4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. (5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien, dan tepat. (6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaran khusus yang berlaku. Universitas Sumatera Utara 18 (7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf yang berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan ururtan fase-fase dalam proses belajar motorik (Mudjiono & Dimyati, 2006). 2.5 Praktek Klinik Pembelajaran praktik klinik secara umum bertujuan agar mahasiswa memproleh pengalaman belajar dalam hal menerapkan ilmu dan keterampilan yang dipelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata. Hal ini agar mahasiswa lebih siap dan percaya diri dalam melakukan peran kemandirian, kolaborasi, serta merujuk dengan tepat dalam manajemen kasus di semua tatanan disemua pelayanan kesehatan. Tatanan pelayanan yang dimaksud adalah Rumah sakit, Puskesmas, Rumah bersalin, Bidan praktek swasta, dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Posyandu. Pada pelaksanaan praktek klinik, mahasiswa diwajibkan mencapai target keterampilan kompetensi inti tepat waktu. Yang dimaksud kompetensi inti adalah keterampilan kritikal yang harus dimiliki oleh seorang bidan profesional meliputi Asuhan Kebidanan Ibu, Askeb pada bayi baru lahir, Asuhan pada balita sehat, Askeb pada gangguan kesehatan reproduksi, pelayanan KB ( Netti, 2006 ). 2.5.1 Pelaksanaan proses pembelajaran di laboratorium. Proses pembelajaran di laboratorium adalah suatu wahana untuk melakukan suatu keterampilan dengan mensimulasikan, demonstrasi, role play dengan mendekatkan keadaan pada situasi nyata. Proses pembelajaran sebetulnya dibagi Universitas Sumatera Utara 19 menjadi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah laboratorium kelas dimana mahasiswa melakukan proses pembelajaran yang berlangsung di institusi dengan menggunakan alat peraga. Sedangkan kelompok kedua adalah laboraorium klinik, dimana proses pembelajaran dilaksanakan dilahan praktek. Disini mahasiswa menjalani praktikum di bawah bimbingan dosen pengasuh mata kuliah. Dengan demikian mahasiswa mampu melaksanakan praktikum pada kondisi yang sebenarnya (Netti, 2006). 2.5.2 Pelaksanaan proses pembelajaran di lahan praktek Pelaksanaan proses pembelajaran di lahan praktek mata kuliah praktek klinik I memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik yang diarahkan kepada pencapaian keterampilan dalam mengkaji kondisi dan sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Diharapkan dengan adanya praktek klinik dalam praktek mahasiswa yang telah melewati masa proses pembelajaran di kelas dan laboratorium dapat menguasai kompetensi yang diharapkan, meningkatkan mutu pendidikan dan akan menambah nilai tersendiri bagi institusi pendidikan dimata masyarakat (Netti, 2006). 2.5.3 Pembelajaran Praktek Klinik I Pada pembelajaran praktek klinik I ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan keterampilan dasar praktek kebinan terhadap ibu , bayi dan anak balita dengan pokok-pokok bahasan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, pencegahan infeksi, pemeriksaan fisik , pemeriksaan diagnostik, prosedur Universitas Sumatera Utara 20 pemberian obat, perawatan bedah kebidanan, asuhan pada klien yang mengalami kehilangan, menghadapi kematian dan setelah kematian. Tujuan pembelajaran praktek klinik I adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia, melakukan pencegahan infeksi, melakukan pemeriksaan fisik, menyiapkan untuk pemeriksaan diagnostik, menerapkan prosedur pemberian obat, melakukan perawatan bedah kebidanan dan melakukan asuhan pada klien yang kehilangan, menghadapi kematian dan setelah kematian (Depkes RI, 2002). Universitas Sumatera Utara