KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN A. Sejarah dan Definisi Psikologi Pendidikan Psikologi merupakan salah satu ilmu yang sudah lama berkembang. Ilmu ini diyakini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, meskipun disadari bahwa pada zaman ini psikologi merupakan domain dari filsafat. Ini terjadi karena memang sebagai suatu ilmu, psikologi pada waktu itu masih spekulatif. Bukti bahwa psikologi merupakan ilmu yang sudah ada sejak Zaman Yunani Kuno adalah munculnya spekulasi Plato (427-347 SM) yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual sesungguhnya mempunyai dasar genetik. Berbicara tentang perbedaan individual dan dasar genetik berarti berbicara tentang psikologi sebab salah satu kajian dalam psikologi adalah perbedaan individual dan faktor genetik. Secara leksikal psikologi berasal dari bahasa Yunani, yakni psyche yang berarti jiwa atau ruh dan logos yang berarti ilmu. Di lihat secara leksikal psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang jiwa atau ruh. Definisi inilah yang dijadikan pegangan dan diyakini masyarakat selama berabad-abad. Memasuki abad 19 para ahli banyak mempertanyakan definisi tersebut sebab ternyata jiwa atau ruh tidak bisa diamati dan sul it untuk dibuktikan. Yang dapat diamati atau dibuktikan adalah perilaku organisme sebagai wujud dari adanya jiwa atau ruh. Oleh sebab itu terjadi pendefinisian kembali tentang psikologi sebagai suatu ilmu. Karena yang dapat diamati dan dibuktikan adalah tingkah laku organisme, maka psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme. Munculnya istilah organisme pada definisi ini mengisyaratkan bahwa tingkah laku yang dipelajari dalam psikologi bukan hanya tingkah laku manusia, tetapi juga berbagai makhluk hidup lainnya. Pendefinisian kembali psikologi ini merupakan salah satu pengaruh observasi Darwin pada tahun 1859 yang menghasilkan teori evolusi, termasuk evolusi dari tingkah laku manusia. Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang tujuan utamanya adalah memahami dan mengembangkan pendidikan. Woolfolk (1995 : 11) menjelaskan bahwa educational psychology is distinct from other branches of psychology because it has the understannding and improvement of education as its primary goal. Memahami pendidikan dimaksud adalah memahami perilaku semua yang terlibat dalam proses pendidikan serta berbagai hal yang akan mempengaruhi perilaku individu dalam proses pendidikan. Terlingkup di dalamnya perilaku peserta didik. guru, kepala sekolah bangunan, pakaian, nuansa akademik, budaya, keyakinan yang dianut oleh I ingkungan sekitar, dan sebagainya. Psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang peduli dengan proses pembelajaran serta penerapan metoda dan teori-teori psikologi dalam proses pendidikan. Woolfok (1995: 11) menegaskan educational psychology the discipline concerned with teaching and learning processes; applies the method and theories of psychology and has its own as well. Pembelajaran yang dimaksud merupakan proses edukatif yang melibatkan pendidik dan peserta didik sebagai pelaku utamanya. Pendidik berperan sebagai facilitator terjadinya perkembangan peserta didik dan peserta didik merupakan subjek pembelajaran yan sedang mengembangkan dirinya. Dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik terjadi saling mempengaruhi, terutama pengaruh pendidik terhadap perkembangan peserta didik. Dalam kerangka pendidikan ini, pendidik berupaya memilih metoda pembelajaran yang tepat, yakni yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Misalnya, metoda pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran di SD kelas awal adalah belajar sambil bermain atau bermain seraya belajar sebab peserta didik SD kelas awal masih kental dengan nuansa kekanak-kanakan yang sangat famiiar dengan permainan. Disamping itu pendidik berupaya menerapkan prinsipprinsip teori psikologi yang dipandang tepat digunakan dalam memfasiitasi perkembanan peserta didik. Salah satu contoh, pendidik senantia memperhatikan keunikan individual setiap peserta didik meskipun daam pembelajaran kelompok karena is paham bahwa secara teoritis pada prinsipnya individu bersifat unik. B. Ruang Lingkup PsikologiPendidikan Mengingat Mengingat bahwa psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi ke dalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan. Crow & Crow (Ngalim 1995 : 10) secara ekplisit mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Sejalan dengan pendapat di atas, Crow & Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi pendidikan, yang demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara lain adalah: a. sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar; b. sifat-sitat dari proses belajar; c. hubungan antara tingkat kematnagan dengan kesiapan belajar; d. signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar; e. perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama dalam belajar; f. hubungan antara proseddur-prosedur mangajar dengan hash I belajar; g. teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar; h. pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman- pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu; i. nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personi I sekolah; dan j. akibat/pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap pada siswa. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimiliki setinggi-tingginya. Sehubungan dengan hal itu maka hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika perilaku, serta kegiatan siswa terutama perilaku belajar menjadi kajian utama dalam psikologi pendidikan. Guru sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan siswa, menduduki tempat selanjutnya dalam interaksi ini. Berbagai bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan guru, tuntutan kemampuan profesional serta latar belakang sosial pribadi dari guru menjadi bahan studi selanjutnya dalam landasan psikologis pendidikan. Ketiga I ingkungan pendidikan, yaitu sekolah yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan, keluarga yang memiliki pengaruh penting terhadap perkembangan siswa, dan masyarakat yang walaupun tidak terlibat secara langsung dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah tetapi mempunyai peranan penting cukup besar, jugs menjadi lingkup kajian psikologi pendidikan C. Manfaat Psikologi Pendidikan bagi Pendidikan Para ahli psikologi pendidikan pada umumn), a berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tidak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani. inteligensi. dan keterampilan motoriknya. Anak-anak itu seperti anakanak yang lainnya. relatif berbeda dalam berkepribadian sebagaimana tampak dalam penampilan dan cars berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing. Para pendidik, khususnya guru sekolah. sangat diharapkan memiliki pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendichian-pendidikan di sekolahsekolah. Hal itu disebabkan oleh eratnya hubungan psikologi khusus tersebut dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan penmjaran Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru yang sedang bertugas. Para dosen di perguruan tinggi pun bahkan para orang tua, mereka perlu tahu sekaligus memahmi dengan benar apa dan bagaimana psikologi pendidikan itu. Berbeda dengan psikologi pendidikan, psikologi pengajaram lebih menekankan aspek-aspek penyajian materi pelajaran dan komunirasi antara guru-guru dengan siswanya dalam proses instruksional dan proses belajar mengajar. Berikut adalah beberapa hal penting berkaitan dengan psikologi pendidikan (syah, 1995). a. Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikoiogis. b. Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategistrategi yang utuh. b. Konsep, teori, metode. dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi "repertoire ofresource", yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam proses belajar-mengajar. Para ahli psikologi melakukan riset tingkah laku manusia berdasarkan metodologi !miah. Mereka menarik kesimpulan dan merumuskan teori-teori dan asumsi-asumsi Perdasarkan temuan riset ilmiah itu. Namun, harus diakui antara satu teori dengan teori ang lainnya sering muncul pertentangn-pertentangan dan ketidakajegan. Sebagai calon pendidik, atau pun guru yang sedang bertugas di suatu lembaga pendidikan, tidak perlu memandang psikologi pendidikan sebagai satu-satunya gudang penyimpanan jawaban-jawaban yang benar dan pasti atas persoalan-persoalan kependidikan yang Anda hadapi. Namun sebaliknya, Anda tetap perlu tahu bahwa dalam psikologi pendidikan terdapat serangkaian informasi tentang teori, praktik belajar-mengajar, dan semua hal juga tentang guru dan siswa. D. Hal-hal yang Dapat Diambil Manfaat dari Psikologi Pendidikan Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa psikologi pendidikan merupakan alat Bantu yang penting bagi bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar. Menurut Muhibbin Syah (1995) setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian kependidikan; 5) administrasi pendidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi belajar-mengajar; 8) pelayanan bimbingan dan konseling; 9) metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi. Guru yang memiliki kompetensi dalam prespektif psikologi pendidikan adalah mereka yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar-mengajar sebaikbaiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis. Berikut adalah beberapa hal yang dapat diambil sebagai manfaat psikologi pendidikan. 1. Proses perkembangan siswa Di kalangan para guru dan orang tua siswa terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan usia antara siswa satu dengan lainnya membuat perbedaan substansial dalam merespon pengajaran. Pertanyaan ini perlu dicari jawabannya melalui pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan siswa dan ciri-ciri khas yang mengiringi tahapan perkembangan tersebut. Tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah kognitif para siswa. Unsur kognitif dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal dasar para siswa dalam menjalani proses be lajar mengajar. 2. Cara belajar siswa Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah membantu siswa agar balajar sebaik-baiknya. Pengetahuan Anda yang pokok adalah mengenai proses belajar tersebut meliputi: 1) arti penting belajar; 2) teori-teori belajar; 3) hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan; dan 4) fase-fase yang dilalui siswa dalam peristiwa belajar. Di samping itu semua, yang penting pula dipahami adalah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif proses mengajar. 3. Cara menghubungkan antara mengajar dengan belajar Secara singkat mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampi Ian dan menanamkan nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa. Agar kegiatan mengajar ini diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka. Oleh karena itu sebagai guru Anda diharapkan mengerti benar teentang seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual maupun kelompok. Dalam hal ini tentu Anda dituntut untuk memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi yang dapat diterapkan saat proses belajarmengajar berlangsung. 4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan PBM Dalam mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral yang kuat dan berwibawa, namun tetap bersahabat (Syah, 1995). Untuk memenuhi hal tersebut Anda dituntut mampu menempatkan diri sebagi pengambil keputusan atau pembuat keputusan yang penuh perhitungan untung rugi berdasarkan kajian psikologis. Agar pengelolaan PBM mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai profesional. Sehingga perilaku yang tertampilkan guru bersangkutan dapat terarah sesuai dengan karakteristik seorang profesional. Berikut dikemukakan hambatan-hambatan pengambilan keputusan yang dialami seorang guru dalam proses PBM (Syah, 1995). a. Kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi oleh para siswa. b. Kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah diberlakukan lagi. c. Kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan. d. Ketidakcermatan observasi terhadap situasi belajar-mengajar. Selain hal diatas, hambatan mungkin muncul dari perbedaan harapan anatara guru dengan siswa. Beberapa siswa dalam kelas misalnya mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekanrekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti.