I I I IPM - Kabupaten Lima Puluh Kota

advertisement
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
DAN GINI RATIO 2015
Nomor ISBN
Katalog BPS
Nomor BPS
Ukuran Buku
Jumlah Halaman
: 978-602-0977-50-8
: 4102002.1308
: 13080.1541
: 21 cm x 15 cm
: 28 Halaman
Naskah :
Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
Gambar Kulit :
Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota
Boleh dikutip dengan Menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR
Publikasi Ringkasan Eksekutif Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 ini
sengaja dirancang khusus bagi konsumen data terutama dari
kalangan pengambil kebijakan yang tidak memiliki banyak waktu
untuk membaca data yang disajikan dalam tabel.
Publikasi ini merupakan analisis deskriptif tentang
perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lima
Puluh Kota yang dilengkapi juga dengan Metode Penghitungan,
Kegunaan IPM, Komponen IPM, Gini Ratio dan Kesimpulan.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuannya sehingga Publikasi Ringkasan Eksekutif
ini dapat disajikan disampaikan ucapan terima kasih. Semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Sarilamak, Oktober 2015
BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
K e p a l a,
TAUFIK AMNUL HAYAT, M.Si
NIP. 19770531 199901 1 001
1
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
1
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
3
BAB II KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA .........................................
6
2.1 Angka Harapan Hidup ...........................................................
11
2.2 Tingkat Pendidikan ................................................................
12
2.3 Standar Hidup Layak...............................................................
13
BAB III PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ..............................................
15
3.1 IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014
15
3.2 Komponen IPM Kabupaten Lima Puluh Kota,
Tahun 2011-2014 ...................................................................
16
3.3 Peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota,
Tahun 2011-2014 .....................................................................
21
BAB IV GINI RATIO ........................................................................................ `
24
BAB V KESIMPULAN ………………………………………………………….
26
2
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
BAB I PENDAHULUAN
Pembangunan
Manusia
(human
development)
selalu
menjadi topik pembicaraan yang menarik oleh berbagai kalangan,
terutama sekali sejak United Nations Development Programme
(UNDP) mulai memperkenalkannya pada tahun 1990. Hal tersebut
disebabkan karena paradigma pembangunan yang dianut sebagian
besar negara-negara di dunia selama ini yang menitikberatkan
kepada pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan kearah
paradigma baru, yaitu pembangunan yang menitikberatkan kepada
usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan memberikan
peluang yang lebih luas pada penduduk untuk berpartisipasi dalam
proses penetapan kebijakan pembangunan.
Pembangunan manusia juga mengingatkan kita bahwa
“pembangunan” yang dimaksud adalah pembangunan manusia
dalam arti luas, bukan hanya dalam pendapatan yang lebih tinggi.
Banyak negara, seperti sejumlah negara penghasil minyak yang
berpendapatan tinggi, disebut sebagai negara yang mengalami
“pertumbuhan tanpa pembangunan” (todaro, 2004,70).
3
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Dari perspektif UNDP pembangunan manusia dilihat
sebagai upaya sistematis dan terencana untuk membangun
kemampuan
manusia.
UNDP
memformulasikan
bahwa
pembangunan manusia adalah usaha peningkatan produktivitas
(productivity), pemberdayaan (empowerment) penduduk secara
merata (evenly) dan berkesinambungan (sustainable) melalui
investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial
lainnya, penciptaan peluang kerja melalui pertumbuhan ekonomi,
dan memberikan peluang luas pada penduduk untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan.
Untuk
memberikan
gambaran
tentang
pencapaian
pembangunan manusia oleh sebuah negara atau wilayah, UNDP
telah memperkenalkan suatu indikator yang dinamakan Human
Development Index (HDI) dan diterjemahkan
ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
merupakan suatu indeks komposit yang disusun berdasarkan 3
(tiga) dimensi dasar, yaitu: umur panjang dan hidup sehat (a long
and healthy life), Pengetahuan (knowledge) dan Standar hidup layak
(decent standard of living) (BPS, 1999).
4
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Dalam konteks pembangunan daerah, isu pembangunan
manusia menjadi hal yang juga krusial, mengingat perubahan
paradigma pembangunan yang menitikberatkan kepada usaha
untuk meningkatkan kualitas manusia belum dipahami secara
komprehensif
oleh
daerah.
Sebagian
besar
paradigma
pembangunan di daerah masih berorientasi pada pembangunan
fisik, belum pada pembangunan manusianya.
5
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
BAB II KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA
Upaya terkini dan paling ambisius untuk menganalisis
perbandingan
status
pembangunan
sosial
ekonomi
secara
sistematis dan komprehensif telah dilakukan oleh United Nations
Development Programme (UNDP) dalam Human Development
Reports yang terbit berkala setiap tahun. Sejak dimulai pada tahun
1990, tema sentral dari laporan ini adalah pembentukan dan penajaman ulang IPM atau HDI (Todaro, 2003, 68).
HDI juga mengingatkan bahwa, pembangunan yang kita
maksudkan adalah pembangunan manusia dalam arti luas, bukan
hanya dalam bentuk pendapatan yang lebih tinggi. Banyak negara,
seperti sejumlah negara penghasil minyak yang berpendapatan
tinggi, disebut sebagai negara yang mengalami ”pertumbuhan tanpa pembangunan”. Kesehatan dan pendidikan bukan hanya input
fungsi produksi, namun juga merupakan tujuan pembangunan yang
fundamental (Todaro, 2003, 70).
Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah upaya peningkatan produktivitas dan pemberdayaan penduduk secara
merata dan berkesinambungan. Penduduk akan semakin produktif
6
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
dan berdaya apabila minimal mempunyai peluang hidup (longevity)
yang makin panjang, penguasaan pengetahuan (knowledge) dan
keterampilan (skill) yang makin tinggi dan luas, serta standar hidup
layak (decent living). Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga
unsur diatas, UNDP telah memperkenalkan suatu Indeks Komposit
yang dinamakan Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks
komposit yang disusun berdasarkan 3 (tiga) komponen, yaitu: Angka Harapan Hidup saat Lahir (Life Expectancy at Age 0), Harapan
Lama Sekolah (Expected Year of Schooling) dan Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling), dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (BPS, 2015).
IPM yang dipublikasi BPS mengalami perubahan metode
dari publikasi tahun sebelumnya karena beberapa indikator sudah
tidak tepat digunakan . Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak
relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak
dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu karena AMH
disebagian besar daerah sudah tinggi sehingga tidak dapat
membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.
7
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
IPM secara matematis sebelumnya menggunakan rata-rata
aritmatik dan metode baru ini menggunakan rata-rata geometrik
dari indeks angka harapan hidup, indeks pengetahuan dan indeks
hidup layak. Untuk menyusun indeks ketiga komponen tersebut,
ditetapkan nilai maksimum dan minimum dari masing-masing
komponen, yaitu seperti tabel 2.1. Perlu diketahui nilai maksimum
dan minimum untuk komponen angka harapan hidup, Harapan
Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah sama seperti yang
digunakan UNDP dalam penyusunan IPM global. Batasan tersebut
Tabel 2.1
Nilai Minimumdan Maksimum
Komponen IPMYang Ditetapkan UNDP
Komponen
Satuan
(1)
Minimum
Maksimum
(2)
(3)
Angka Harapan Hidup
saat Lahir (AHH)
Tahun
20
85
Harapan Lama Sekolah
Tahun
0
18
Rata-rata Lama Sekolah
Tahun
0
15
Pengeluaran Per Kapita
Disesuaikan (ribu
rupiah/tahun)
Rupiah/Tahun
1.007.436
26.572.352
8
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
juga digunakan BPS-UNDP dalam penyusunan IPM tingkat propinsi
(BPS, 2015).
Penyusunan indeks untuk setiap komponen IPM dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan umum :
AHH – AHH Minimum
I Kesehatan = ------------------------------------------AHH Maksimum – AHH Minimum
HLS – HLS Minimum
I HLS = ------------------------------------------HLS Maksimum – HLS Minimum
RLS – RLS Minimum
I RLS = ------------------------------------------RLS Maksimum – RLS Minimum
I HLS + I RLS
I Pendidikan = ------------------------2
Ln (pengeluaran) – ln (Pengeluaran min)
I Pengeluaran = ------------------------------------------ln (Pengeluaran maks) – ln (Pengeluaran min)
9
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Berdasarkan persamaan indeks di atas, maka persamaan
IPM dapat ditulis sebagai berikut:


IPM  3 Ikesehatan  I pendidikan I pengeluaran 100
Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua
segi :
1. Terjadi kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur dengan
nilai positif dari reduksi shortfall tahunan. Reduksi shortfall
adalah peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif
terhadap jarak nilai IPM awal periode ke IPM sasaran
(=100). Secara formula reduksi shortfall (r) setahun adalah :
1
 IPM t  n  IPM t
n
r
x100
 100  IPM t

2.
Meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan
klasifikasi berikut :
Nilai IPM
10
Status Pembangunan Manusia *
< 60
Rendah
60 ≤ IPM < 70
Sedang
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
70 ≤ IPM < 80
Tinggi
≥ 80
Sangat Tinggi
2.1 Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.
Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak
langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan
dalam penghitungan Angka harapan hidup yaitu jumlah rata-rata
anak yang dilahirkan hidup (live births) dan jumlah rata-rata yang
masih hidup (still living children) per wanita usia (15 – 49) tahun
menurut kelompok umur lima tahunan.
Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing
-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah
disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada
komponen angka umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai
batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan
terendah adalah 20 tahun. Angka ini diambil dari standar UNDP.
11
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
2.2. Tingkat Pendidikan
Untuk
mengukur
dimensi
pengetahuan
penduduk
digunakan dua indikator, yaitu Angka Harapan Lama Sekolah
(expected years of schooling) dan rata-rata lama sekolah (mean
years scholling). Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan
lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan
anak pada umur tertentu di masa mendatang. Rata-rata lama
sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk
usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan
formal. Proses penghitungannya, rata-rata dari kedua indikator
tersebut.
Pada Angka Harapan Lama Sekolah diasumsikan bahwa
peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur
berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per
jumlah penduduk untuk umur yang sama saat itu dan dihitung
untuk penduduk berusia 7 tahun keatas. Sedangkan Rata-rata Lama
Sekolah diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama
sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang
12
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
dihitung dalam perhitungan rata-rata lama sekolah adalah
penduduk berusia 25 Tahun keatas
2.3. Standar Hidup Layak
Selanjutnya dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup
manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas
standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang
dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya
ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan
Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam
menghitung
standar
hidup
layak
menggunakan
rata-rata
pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula
Atkinson.
Berbeda dengan indikator kedua unsur IPM lainnya,
indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan
indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai
unsur IPM. Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya
karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global.
Selain itu, dipertahankan indikator input juga merupakan argumen
bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel
13
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
input yang pantas diperhitungkan dalam penghitungan IPM.
Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan
menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan
alasan itu maka GDP riil per kapita yang telah disesuaikan dianggap
mewakili indikator Input IPM lainnya.
Untuk keperluan penghitungan IPM digunakan
angka
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan yang ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya.
14
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
BAB III PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
3.1. IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014
Tabel 3.1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kab. Lima PuluhKota
Tahun 2011-2014
Tahun
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
(1)
2014
2013
(2)
66,78
66,30
2012
65,87
2011
65,20
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa IPM Kabupaten
Lima Puluh Kota dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan, IPM tahun 2011 tercatat sebesar 65,20
sedangkan tahun 2012 meningkat menjadi 65,87, tahun 2013 sebesar 66,30 kemudian tahun 2014 naik menjadi 66,78.
Bila dilihat berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan UNDP
yang sudah dimodifikasi, maka IPM Kabupaten Lima Puluh Kota
selama periode 2011-2014 berada pada level sedang. Untuk lebih
15
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
jelasnya, dapat dilihat peningkatan IPM Kabupaten Lima Puluh
Kota dari tahun 2011-2014 pada grafik 3.1.
Grafik 3.1
Perkembangan IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun
2011-2014
67,00
66,50
66,78
66,00
66,30
65,87
65,50
65,00
65,20
64,50
64,00
2011
2012
2013
2014
Sumber :BPS Kab. Lima Puluh Kota
3.2. Komponen IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 20112014
Perkembangan angka IPM selama periode 2011-2014 dapat
terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM
dalam periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa
peningkatan atau penurunan besaran persen/rate dari komponen
16
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
IPM angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran riil perkapita. Adapun perubahan dari
masing-masing komponen sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
seperti terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
IPMdan Komponennya, Tahun 2011-2014
Tahun
Komponen IPM
2011
2012
2013
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
Angka Harapan
Hidup (tahun)
69,08
69,13
69,19
69,22
Harapan Lama
Sekolah(tahun)
11,57
11,92
12,1
12,41
Rata-rata Lama
Sekolah(tahun)
7,4
7,52
7,58
7,59
8.354
8.451
8.568
8.672
(1)
Pengeluaran Per
Kapita Disesuaikan
(ribu rupiah/tahun)
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota
Tabel 3.2 menunjukkan perubahan komponen IPM dari tahun
2011-2014, dimana setiap komponen mangalami peningkatan,
terutama komponen angka harapan hidup, Harapan Lama Sekolah
dan rata-rata lama sekolah yang merepresentasikan indikator
kesehatan dan pendidikan.
17
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Pada
tahun 2014, angka harapan hidup waktu lahir meningkat menjadi
69,22 tahun. Artinya seseorang yang baru lahir dapat bertahan
hidup hingga 69,22 tahun.
Harapan Lama Sekolah (expected Years of Schooling)
didefinisikan lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Pada tahun
2014 Angka Harapan Lama Sekolah sebesar 12,41 tahun yang
artinya penduduk yang berumur 7 tahun keatas diharapkan
merasakan sekolah selama 12 tahun.
Rata-rata
lama
sekolah
(mean
years
schooling)
menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia
15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
Rata-rata lama sekolah tahun 2014 sebesar 7,59 tahun, yang
artinya secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas telah
menjalani pendidikan selama 7,59tahun atau dengan kata lain,
pendidikan dasar 6 tahun sudah terpenuhi.
18
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Grafik 3.2
Perkembangan IPM dan Komponennya
Tahun 2011-2014
100
69,13
69,08
69,19
69,22
Angka Harapan Hidup (tahun)
Rata-rata Lama Sekolah (tahun)
Harapan Lama Sekolah (%)
11,57
0
7,4
2011
11,92
7,52
2012
12,1
7,58
2013
12,41
7,59
2014
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota
Selanjutnya dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia
adalah standar hidup layak yang menggambarkan tingkat
kejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak
semakin membaiknya ekonomi. BPS dalam menghitung standar
19
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
hidup layak menggunakan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan.
Pada tabel 3.2 terlihat Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebesar 8.672
ribu rupiah, yang artinya pengeluaran per orang setiap tahunnya
sebesar 8.672.000 rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik 3.3.
Grafik 3.3
Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (Ribu
Rupiah/Tahun)
8.672
8.568
8.451
8.354
2011
2012
2013
2014
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota
20
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
3.3. Peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota,
Tahun 2011-2014
Tabel 3.3
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kab. Lima Puluh Kota Menurut Peringkat
Tahun2011-2014
Tahun
Peringkat
(1)
(2)
2014
13
2013
13
2012
13
2011
14
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota
Tabel 3.3 menunjukkan, IPM Kabupaten Lima Puluh Kota
pada tahun 2011 yaitu berada di peringkat 14 di Propinsi
Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2013, IPM Kabupaten Lima
Puluh Kota meningkat menjadi peringkat 13 di Propinsi Sumatera
Barat dan sampai tahun 2014 masih menduduki peringkat yang
sama yaitu peringkat 13. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik 3.3.
Peningkatan peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota ini
tentunya sangat berarti bagi pemerintah daerah untuk melihat
21
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
tingkat pertumbuhan perekonomian daerah dan sejauh mana
keberhasilan
pembangunan
daerah
telah
tercapai
guna
menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya yang pada akhirnya
bertujuan untuk pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan
pembangunan terdapat jaminan bahwa semua masyarakat dapat
menikmati hasil-hasil pembangunan sehingga dapat meningkatkan
kemakmuran.
Tabel 3.4 menunjukkan peringkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dari seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera
Barat dari tahun 2011-2014. Terlihat pada tabel tersebut bahwa
IPM Kota Bukittinggi menduduki peringkat pertama dari tahun
2011-2014 dan diikuti oleh Kota Padang di peringkat kedua,
peringkat ketiga diduduki oleh Kota Payakumbuh, sedangkan IPM
Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2011-2014 selalu
menduduki peringkat menengah yaitu peringkat 14 pada tahun
2011 dan tahun 2012 sampai tahun 2014 naik menjadi peringkat
13,
Peingkat terakhir selalu diduduki oleh Kabupaten Kepulauan
Mentawai dari tahun 2011 sampai tahun 2014..
22
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Tabel 3.4
Peringkat IPM Kabupaten/Kota se Sumatera Barat
Tahun 2011-2014
Tahun
Kode Kabupaten/Kota
(1)
(2)
1300 Sumatera Barat
1301 Kep. Mentawai
1302 Pesisir Selatan
1303 Solok
1304 Sijunjung
1305 Tanah Datar
1306 Padang Pariaman
1307 Agam
1308 Lima Puluh Kota
1309 Pasaman
1310 Solok Selatan
1311 Dhamas Raya
1312 Pasaman Barat
1371 Kota Padang
1372 Kota Solok
1373 Kota Sawah Lunto
1374 Kota Pdg Panjang
1375 Kota Bukittinggi
1376 Kota Payakimbuh
1377 Kota Pariaman
2011
2012
2013
2014
(3)
(4)
(5)
(6)
19
12
13
16
10
11
9
14
18
15
8
17
1
4
7
5
2
3
6
19
11
14
16
10
12
8
13
18
15
9
17
1
4
7
5
2
3
6
19
11
14
16
10
12
8
13
18
15
9
17
1
4
7
5
2
3
6
19
11
14
16
10
12
8
13
18
15
9
17
1
4
7
5
2
3
6
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
23
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
BAB IV GINI RATIO
Pendapatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan penduduk, walaupun besarannya relatif. Data pendapatan penduduk
didekati dengan data pengeluaran/konsumsi rumah tangga, dengan
asumsi pendapatan sama dengan pengeluaran. Data pengeluaran
biasanya dikumpulkan tiap tahun lewat Susenas Kor dan Susenas
Modul Konsumsi.
Gini ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pendapatan
penduduk secara menyeluruh. Gini Ratio didasarkan pada kurva
Lorenz yang merupakan kurva 2 dimensi antara distribusi penduduk (persentase kumulatif penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita (persentase kumulatif pengeluaran perkapita).
Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 dan 1, jika G < 0,3 berarti
memiliki ketimpangan yang rendah, 0,3 < G < 0,5 berarti memilki
ketimpangan yang sedang dan jika G > 0,5 berarti memilki ketimpangan yang tinggi.
Selain itu tingkat pemerataan menurut Bank Dunia yang dilihat dari sebaran atau distribusi pendapatan pada kelompok pen24
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
duduk dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
40 % pertama : kelompok kurang beruntung
40 % kedua : kelompok menengah
20 % ketiga : kelompok kaya
Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung kategori ketimpangan yang ditentukan dengan menggunakan kriteria
seperti berikut :
1.
Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh
penduduk kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.
2.
Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh
penduduk antara 12-17 % dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
3. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk
kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh
penduduk lebih dari 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.
25
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Tabel 4
Indeks Gini Ratio dan Persentase Klasifikasi Kemiskinan
Versi Bank Dunia Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2014
Klasifikasi Bank Dunia
Gini Ratio
40% Pertama 40% Kedua 20% Ketiga
(1)
(2)
(3)
(4)
0,2390
25,70
38,88
35,43
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
Dari tabel Gini Ratio diperoleh informasi bahwa Kurva Lorentz cenderung mendekati garis lurus (garis ideal), ini berarti tingkat ketimpangan distribusi pendapatan tidak tinggi. Dengan Gini
Ratio sebesar 0,2390 maka dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
distribusi pendapatan relatif rendah. Semakin kecil Gini Ratio maka
semakin kecil ketimpangan.
26
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
BAB V KESIMPULAN
1. Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah upaya
peningkatan produktivitas dan pemberdayaan penduduk secara merata dan berkesinambungan. Penduduk akan semakin
produktif dan berdaya apabila minimal mempunyai peluang
hidup (longevity) yang makin panjang, pengguasaan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang makin tinggi
dan luas, serta standar hidup layak (decent living). Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas, UNDP telah
memperkenalkan suatu Indeks Komposit yang dinamakan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
2. IPM
merupakan
suatu indeks
komposit
yang
disusun
berdasarkan 3 (tiga) komponen, yaitu: Angka Harapan Hidup
(Life Expectancy at Age 0), Angka Harapan Lama Sekolah
(Expected Year of Scholling), Rata-rata Lama Sekolah (Mean
Years of Schooling), dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
3. Bila dilihat berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan UNDP yang
sudah dimodifikasi, maka IPM Kabupaten Lima Puluh Kota
27
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
selama periode 2011-2014 berada pada level sedang.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lima Puluh
Kota selama tiga tahun terakhir menunjukkan terjadinya peningkatan nilai. Nilai IPM tersebut naik dari 65,20 pada tahun
2011 menjadi 65,87 pada tahun 2012, naik menjadi 66,30 pada
tahun 2013, kemudian naik lagi menjadi 66,78 pada tahun
2014
5. Berdasarkan komponen IPM tahun 2014 yaitu angka harapan
hidup 69,22 tahun, angka harapan lama sekolah 12,41 tahun,
rata-rata lama sekolah 7,59 tahun dan pengeluaran per Kapita
Disesuaikan sebesar 8.672.000 rupiah dengan nilai IPM sebesar
66,78, maka tingkat pembangunan manusia di Kabupaten Lima
Puluh Kota pada tahun 2014 masuk ke dalam kategori nomor
urut 13 di Sumatera Barat
6. Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 0,2390 yang berarti bahwa ketimpangan distribusi pendapatan relative rendah,
Semakin kecil Gini Ratio maka semakin kecil ketimpangan.
28
IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015
Download