INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN GINI RATIO 2015 Nomor ISBN Katalog BPS Nomor BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman : 978-602-0977-50-8 : 4102002.1308 : 13080.1541 : 21 cm x 15 cm : 28 Halaman Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Lima Puluh Kota Gambar Kulit : Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Lima Puluh Kota Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota Boleh dikutip dengan Menyebutkan sumbernya KATA PENGANTAR Publikasi Ringkasan Eksekutif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 ini sengaja dirancang khusus bagi konsumen data terutama dari kalangan pengambil kebijakan yang tidak memiliki banyak waktu untuk membaca data yang disajikan dalam tabel. Publikasi ini merupakan analisis deskriptif tentang perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lima Puluh Kota yang dilengkapi juga dengan Metode Penghitungan, Kegunaan IPM, Komponen IPM, Gini Ratio dan Kesimpulan. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga Publikasi Ringkasan Eksekutif ini dapat disajikan disampaikan ucapan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Sarilamak, Oktober 2015 BPS Kabupaten Lima Puluh Kota K e p a l a, TAUFIK AMNUL HAYAT, M.Si NIP. 19770531 199901 1 001 1 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1 DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3 BAB II KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA ......................................... 6 2.1 Angka Harapan Hidup ........................................................... 11 2.2 Tingkat Pendidikan ................................................................ 12 2.3 Standar Hidup Layak............................................................... 13 BAB III PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA .............................................. 15 3.1 IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 15 3.2 Komponen IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 ................................................................... 16 3.3 Peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 ..................................................................... 21 BAB IV GINI RATIO ........................................................................................ ` 24 BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………. 26 2 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Manusia (human development) selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik oleh berbagai kalangan, terutama sekali sejak United Nations Development Programme (UNDP) mulai memperkenalkannya pada tahun 1990. Hal tersebut disebabkan karena paradigma pembangunan yang dianut sebagian besar negara-negara di dunia selama ini yang menitikberatkan kepada pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan kearah paradigma baru, yaitu pembangunan yang menitikberatkan kepada usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dan memberikan peluang yang lebih luas pada penduduk untuk berpartisipasi dalam proses penetapan kebijakan pembangunan. Pembangunan manusia juga mengingatkan kita bahwa “pembangunan” yang dimaksud adalah pembangunan manusia dalam arti luas, bukan hanya dalam pendapatan yang lebih tinggi. Banyak negara, seperti sejumlah negara penghasil minyak yang berpendapatan tinggi, disebut sebagai negara yang mengalami “pertumbuhan tanpa pembangunan” (todaro, 2004,70). 3 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Dari perspektif UNDP pembangunan manusia dilihat sebagai upaya sistematis dan terencana untuk membangun kemampuan manusia. UNDP memformulasikan bahwa pembangunan manusia adalah usaha peningkatan produktivitas (productivity), pemberdayaan (empowerment) penduduk secara merata (evenly) dan berkesinambungan (sustainable) melalui investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya, penciptaan peluang kerja melalui pertumbuhan ekonomi, dan memberikan peluang luas pada penduduk untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Untuk memberikan gambaran tentang pencapaian pembangunan manusia oleh sebuah negara atau wilayah, UNDP telah memperkenalkan suatu indikator yang dinamakan Human Development Index (HDI) dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun berdasarkan 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu: umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), Pengetahuan (knowledge) dan Standar hidup layak (decent standard of living) (BPS, 1999). 4 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Dalam konteks pembangunan daerah, isu pembangunan manusia menjadi hal yang juga krusial, mengingat perubahan paradigma pembangunan yang menitikberatkan kepada usaha untuk meningkatkan kualitas manusia belum dipahami secara komprehensif oleh daerah. Sebagian besar paradigma pembangunan di daerah masih berorientasi pada pembangunan fisik, belum pada pembangunan manusianya. 5 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 BAB II KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA Upaya terkini dan paling ambisius untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi secara sistematis dan komprehensif telah dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) dalam Human Development Reports yang terbit berkala setiap tahun. Sejak dimulai pada tahun 1990, tema sentral dari laporan ini adalah pembentukan dan penajaman ulang IPM atau HDI (Todaro, 2003, 68). HDI juga mengingatkan bahwa, pembangunan yang kita maksudkan adalah pembangunan manusia dalam arti luas, bukan hanya dalam bentuk pendapatan yang lebih tinggi. Banyak negara, seperti sejumlah negara penghasil minyak yang berpendapatan tinggi, disebut sebagai negara yang mengalami ”pertumbuhan tanpa pembangunan”. Kesehatan dan pendidikan bukan hanya input fungsi produksi, namun juga merupakan tujuan pembangunan yang fundamental (Todaro, 2003, 70). Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah upaya peningkatan produktivitas dan pemberdayaan penduduk secara merata dan berkesinambungan. Penduduk akan semakin produktif 6 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 dan berdaya apabila minimal mempunyai peluang hidup (longevity) yang makin panjang, penguasaan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang makin tinggi dan luas, serta standar hidup layak (decent living). Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas, UNDP telah memperkenalkan suatu Indeks Komposit yang dinamakan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun berdasarkan 3 (tiga) komponen, yaitu: Angka Harapan Hidup saat Lahir (Life Expectancy at Age 0), Harapan Lama Sekolah (Expected Year of Schooling) dan Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling), dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (BPS, 2015). IPM yang dipublikasi BPS mengalami perubahan metode dari publikasi tahun sebelumnya karena beberapa indikator sudah tidak tepat digunakan . Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu karena AMH disebagian besar daerah sudah tinggi sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. 7 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 IPM secara matematis sebelumnya menggunakan rata-rata aritmatik dan metode baru ini menggunakan rata-rata geometrik dari indeks angka harapan hidup, indeks pengetahuan dan indeks hidup layak. Untuk menyusun indeks ketiga komponen tersebut, ditetapkan nilai maksimum dan minimum dari masing-masing komponen, yaitu seperti tabel 2.1. Perlu diketahui nilai maksimum dan minimum untuk komponen angka harapan hidup, Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah sama seperti yang digunakan UNDP dalam penyusunan IPM global. Batasan tersebut Tabel 2.1 Nilai Minimumdan Maksimum Komponen IPMYang Ditetapkan UNDP Komponen Satuan (1) Minimum Maksimum (2) (3) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Tahun 20 85 Harapan Lama Sekolah Tahun 0 18 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 0 15 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah/tahun) Rupiah/Tahun 1.007.436 26.572.352 8 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 juga digunakan BPS-UNDP dalam penyusunan IPM tingkat propinsi (BPS, 2015). Penyusunan indeks untuk setiap komponen IPM dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan umum : AHH – AHH Minimum I Kesehatan = ------------------------------------------AHH Maksimum – AHH Minimum HLS – HLS Minimum I HLS = ------------------------------------------HLS Maksimum – HLS Minimum RLS – RLS Minimum I RLS = ------------------------------------------RLS Maksimum – RLS Minimum I HLS + I RLS I Pendidikan = ------------------------2 Ln (pengeluaran) – ln (Pengeluaran min) I Pengeluaran = ------------------------------------------ln (Pengeluaran maks) – ln (Pengeluaran min) 9 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Berdasarkan persamaan indeks di atas, maka persamaan IPM dapat ditulis sebagai berikut: IPM 3 Ikesehatan I pendidikan I pengeluaran 100 Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua segi : 1. Terjadi kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan. Reduksi shortfall adalah peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif terhadap jarak nilai IPM awal periode ke IPM sasaran (=100). Secara formula reduksi shortfall (r) setahun adalah : 1 IPM t n IPM t n r x100 100 IPM t 2. Meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut : Nilai IPM 10 Status Pembangunan Manusia * < 60 Rendah 60 ≤ IPM < 70 Sedang IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 70 ≤ IPM < 80 Tinggi ≥ 80 Sangat Tinggi 2.1 Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka harapan hidup dihitung menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka harapan hidup yaitu jumlah rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live births) dan jumlah rata-rata yang masih hidup (still living children) per wanita usia (15 – 49) tahun menurut kelompok umur lima tahunan. Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing -masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada komponen angka umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 20 tahun. Angka ini diambil dari standar UNDP. 11 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 2.2. Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator, yaitu Angka Harapan Lama Sekolah (expected years of schooling) dan rata-rata lama sekolah (mean years scholling). Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan anak pada umur tertentu di masa mendatang. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Proses penghitungannya, rata-rata dari kedua indikator tersebut. Pada Angka Harapan Lama Sekolah diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat itu dan dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun keatas. Sedangkan Rata-rata Lama Sekolah diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang 12 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 dihitung dalam perhitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 Tahun keatas 2.3. Standar Hidup Layak Selanjutnya dimensi ketiga dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Berbeda dengan indikator kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankan indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel 13 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 input yang pantas diperhitungkan dalam penghitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil per kapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator Input IPM lainnya. Untuk keperluan penghitungan IPM digunakan angka Pengeluaran per Kapita Disesuaikan yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya. 14 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 BAB III PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA 3.1. IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab. Lima PuluhKota Tahun 2011-2014 Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (1) 2014 2013 (2) 66,78 66,30 2012 65,87 2011 65,20 Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa IPM Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan, IPM tahun 2011 tercatat sebesar 65,20 sedangkan tahun 2012 meningkat menjadi 65,87, tahun 2013 sebesar 66,30 kemudian tahun 2014 naik menjadi 66,78. Bila dilihat berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan UNDP yang sudah dimodifikasi, maka IPM Kabupaten Lima Puluh Kota selama periode 2011-2014 berada pada level sedang. Untuk lebih 15 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 jelasnya, dapat dilihat peningkatan IPM Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2011-2014 pada grafik 3.1. Grafik 3.1 Perkembangan IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 67,00 66,50 66,78 66,00 66,30 65,87 65,50 65,00 65,20 64,50 64,00 2011 2012 2013 2014 Sumber :BPS Kab. Lima Puluh Kota 3.2. Komponen IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 20112014 Perkembangan angka IPM selama periode 2011-2014 dapat terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persen/rate dari komponen 16 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 IPM angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil perkapita. Adapun perubahan dari masing-masing komponen sangat ditentukan oleh berbagai faktor, seperti terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 IPMdan Komponennya, Tahun 2011-2014 Tahun Komponen IPM 2011 2012 2013 2014 (2) (3) (4) (5) Angka Harapan Hidup (tahun) 69,08 69,13 69,19 69,22 Harapan Lama Sekolah(tahun) 11,57 11,92 12,1 12,41 Rata-rata Lama Sekolah(tahun) 7,4 7,52 7,58 7,59 8.354 8.451 8.568 8.672 (1) Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (ribu rupiah/tahun) Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota Tabel 3.2 menunjukkan perubahan komponen IPM dari tahun 2011-2014, dimana setiap komponen mangalami peningkatan, terutama komponen angka harapan hidup, Harapan Lama Sekolah dan rata-rata lama sekolah yang merepresentasikan indikator kesehatan dan pendidikan. 17 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Pada tahun 2014, angka harapan hidup waktu lahir meningkat menjadi 69,22 tahun. Artinya seseorang yang baru lahir dapat bertahan hidup hingga 69,22 tahun. Harapan Lama Sekolah (expected Years of Schooling) didefinisikan lamanya sekolah yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Pada tahun 2014 Angka Harapan Lama Sekolah sebesar 12,41 tahun yang artinya penduduk yang berumur 7 tahun keatas diharapkan merasakan sekolah selama 12 tahun. Rata-rata lama sekolah (mean years schooling) menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah tahun 2014 sebesar 7,59 tahun, yang artinya secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas telah menjalani pendidikan selama 7,59tahun atau dengan kata lain, pendidikan dasar 6 tahun sudah terpenuhi. 18 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Grafik 3.2 Perkembangan IPM dan Komponennya Tahun 2011-2014 100 69,13 69,08 69,19 69,22 Angka Harapan Hidup (tahun) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Harapan Lama Sekolah (%) 11,57 0 7,4 2011 11,92 7,52 2012 12,1 7,58 2013 12,41 7,59 2014 Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota Selanjutnya dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak yang menggambarkan tingkat kejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. BPS dalam menghitung standar 19 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 hidup layak menggunakan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan. Pada tabel 3.2 terlihat Pengeluaran per Kapita Disesuaikan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebesar 8.672 ribu rupiah, yang artinya pengeluaran per orang setiap tahunnya sebesar 8.672.000 rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.3. Grafik 3.3 Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (Ribu Rupiah/Tahun) 8.672 8.568 8.451 8.354 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota 20 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 3.3. Peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2011-2014 Tabel 3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab. Lima Puluh Kota Menurut Peringkat Tahun2011-2014 Tahun Peringkat (1) (2) 2014 13 2013 13 2012 13 2011 14 Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota Tabel 3.3 menunjukkan, IPM Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2011 yaitu berada di peringkat 14 di Propinsi Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2013, IPM Kabupaten Lima Puluh Kota meningkat menjadi peringkat 13 di Propinsi Sumatera Barat dan sampai tahun 2014 masih menduduki peringkat yang sama yaitu peringkat 13. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.3. Peningkatan peringkat IPM Kabupaten Lima Puluh Kota ini tentunya sangat berarti bagi pemerintah daerah untuk melihat 21 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 tingkat pertumbuhan perekonomian daerah dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah telah tercapai guna menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya yang pada akhirnya bertujuan untuk pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa semua masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan sehingga dapat meningkatkan kemakmuran. Tabel 3.4 menunjukkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2011-2014. Terlihat pada tabel tersebut bahwa IPM Kota Bukittinggi menduduki peringkat pertama dari tahun 2011-2014 dan diikuti oleh Kota Padang di peringkat kedua, peringkat ketiga diduduki oleh Kota Payakumbuh, sedangkan IPM Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun 2011-2014 selalu menduduki peringkat menengah yaitu peringkat 14 pada tahun 2011 dan tahun 2012 sampai tahun 2014 naik menjadi peringkat 13, Peingkat terakhir selalu diduduki oleh Kabupaten Kepulauan Mentawai dari tahun 2011 sampai tahun 2014.. 22 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Tabel 3.4 Peringkat IPM Kabupaten/Kota se Sumatera Barat Tahun 2011-2014 Tahun Kode Kabupaten/Kota (1) (2) 1300 Sumatera Barat 1301 Kep. Mentawai 1302 Pesisir Selatan 1303 Solok 1304 Sijunjung 1305 Tanah Datar 1306 Padang Pariaman 1307 Agam 1308 Lima Puluh Kota 1309 Pasaman 1310 Solok Selatan 1311 Dhamas Raya 1312 Pasaman Barat 1371 Kota Padang 1372 Kota Solok 1373 Kota Sawah Lunto 1374 Kota Pdg Panjang 1375 Kota Bukittinggi 1376 Kota Payakimbuh 1377 Kota Pariaman 2011 2012 2013 2014 (3) (4) (5) (6) 19 12 13 16 10 11 9 14 18 15 8 17 1 4 7 5 2 3 6 19 11 14 16 10 12 8 13 18 15 9 17 1 4 7 5 2 3 6 19 11 14 16 10 12 8 13 18 15 9 17 1 4 7 5 2 3 6 19 11 14 16 10 12 8 13 18 15 9 17 1 4 7 5 2 3 6 Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 23 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 BAB IV GINI RATIO Pendapatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan penduduk, walaupun besarannya relatif. Data pendapatan penduduk didekati dengan data pengeluaran/konsumsi rumah tangga, dengan asumsi pendapatan sama dengan pengeluaran. Data pengeluaran biasanya dikumpulkan tiap tahun lewat Susenas Kor dan Susenas Modul Konsumsi. Gini ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pendapatan penduduk secara menyeluruh. Gini Ratio didasarkan pada kurva Lorenz yang merupakan kurva 2 dimensi antara distribusi penduduk (persentase kumulatif penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita (persentase kumulatif pengeluaran perkapita). Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 dan 1, jika G < 0,3 berarti memiliki ketimpangan yang rendah, 0,3 < G < 0,5 berarti memilki ketimpangan yang sedang dan jika G > 0,5 berarti memilki ketimpangan yang tinggi. Selain itu tingkat pemerataan menurut Bank Dunia yang dilihat dari sebaran atau distribusi pendapatan pada kelompok pen24 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 duduk dapat dibagi menjadi 3 yaitu : 40 % pertama : kelompok kurang beruntung 40 % kedua : kelompok menengah 20 % ketiga : kelompok kaya Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung kategori ketimpangan yang ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut : 1. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi. 2. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 % dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah. 3. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah. 25 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 Tabel 4 Indeks Gini Ratio dan Persentase Klasifikasi Kemiskinan Versi Bank Dunia Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2014 Klasifikasi Bank Dunia Gini Ratio 40% Pertama 40% Kedua 20% Ketiga (1) (2) (3) (4) 0,2390 25,70 38,88 35,43 Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota Dari tabel Gini Ratio diperoleh informasi bahwa Kurva Lorentz cenderung mendekati garis lurus (garis ideal), ini berarti tingkat ketimpangan distribusi pendapatan tidak tinggi. Dengan Gini Ratio sebesar 0,2390 maka dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan relatif rendah. Semakin kecil Gini Ratio maka semakin kecil ketimpangan. 26 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 BAB V KESIMPULAN 1. Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah upaya peningkatan produktivitas dan pemberdayaan penduduk secara merata dan berkesinambungan. Penduduk akan semakin produktif dan berdaya apabila minimal mempunyai peluang hidup (longevity) yang makin panjang, pengguasaan pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang makin tinggi dan luas, serta standar hidup layak (decent living). Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas, UNDP telah memperkenalkan suatu Indeks Komposit yang dinamakan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 2. IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun berdasarkan 3 (tiga) komponen, yaitu: Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Age 0), Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Year of Scholling), Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling), dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan 3. Bila dilihat berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan UNDP yang sudah dimodifikasi, maka IPM Kabupaten Lima Puluh Kota 27 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015 selama periode 2011-2014 berada pada level sedang. 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota selama tiga tahun terakhir menunjukkan terjadinya peningkatan nilai. Nilai IPM tersebut naik dari 65,20 pada tahun 2011 menjadi 65,87 pada tahun 2012, naik menjadi 66,30 pada tahun 2013, kemudian naik lagi menjadi 66,78 pada tahun 2014 5. Berdasarkan komponen IPM tahun 2014 yaitu angka harapan hidup 69,22 tahun, angka harapan lama sekolah 12,41 tahun, rata-rata lama sekolah 7,59 tahun dan pengeluaran per Kapita Disesuaikan sebesar 8.672.000 rupiah dengan nilai IPM sebesar 66,78, maka tingkat pembangunan manusia di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2014 masuk ke dalam kategori nomor urut 13 di Sumatera Barat 6. Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 0,2390 yang berarti bahwa ketimpangan distribusi pendapatan relative rendah, Semakin kecil Gini Ratio maka semakin kecil ketimpangan. 28 IPM dan Gini Ratio Kabupaten Lima Puluh Kota 2015