plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.)
TERHADAP SEL HeLa
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Theodorus Kristianto Dau
NIM : 138114120
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.)
TERHADAP SEL HeLa
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Theodorus Kristianto Dau
NIM : 138114120
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
I see the stars, I hear the rolling thunder,
Thy power throughout the universe displayed.
Anargyroi
“Accepting no payment for their services”
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus Yang Maha Kuasa pencipta
langit dan bumi, pelindung dan penyelamat dunia
Keluarga Tercinta Papa, Mama dan Sinta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“UJI
AKTIVITAS
SITOTOKSIK
TANAMAN
TANDUK
RUSA
(Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa” dengan
baik. Laporan akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Puji Astuti., M.Sc., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, saran dan kritik dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi
ini.
3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku penguji yang telah mendukung
terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu memberikan
saran serta arahan yang berharga bagi penulis.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku penguji yang telah mendukung
terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu memberikan
saran serta arahan yang berharga bagi penulis.
5. Ibu Dita Maria Virginia, M. Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akedemik
yang senantiasa membimbing dari awal hingga akhir dan terus memberikan
dorongan semangat dan motivasi.
6. Laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia (Mas Wagiran) serta seluruh
dosen dan staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu proses pelaksanaan skripsi dan perkuliahan dari awal hingga akhir.
7. Keluarga tercinta Bapak Tarsisius Didik, Ibu Ester Sri Rahayu dan Yasinta
Regina Dau yang selalu memberikan doa, motivasi, saran dan dukungan dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Natasha Queen Ferdinand yang telah berjuang menyelesaikan skripsi hingga
selesai, melewati segala rintangan dan menjalaninya baik dalam suka maupun
duka.
9. Sari Kusumastuti, atas cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, doa,
semangat yang telah diberikan dengan tulus.
10. “mancing mania” dan “Medicine Man” atas perjuangannya di Fakultas
Famasi.
11. Penghuni dan pejuang Rollando, Ari, Talino, Zelin, Lupy, Alex atas canda
tawa dan kebahagiannya.
12. Teman-teman FSM C, FST dan seluruh angkatan 2013 yang telah berbagi
suka dan duka selama berada di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat diucapkan namanya satu per satu yang telah
mendukung penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima kasih.
Yogyakarta, Februari 2017
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL .................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ....................................... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ................................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5
Uji Sitotoksik Daun Tanduk Rusa ..................................................... 5
Skrining Fitokimia ............................................................................. 10
KESIMPULAN ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
LAMPIRAN ..................................................................................................... 17
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 35
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi
Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel HeLa ........................................ 7
Tabel I.
Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi
Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel T47D ....................................... 8
Tabel III. Rf Kromatogram KLT Tanduk Rusa ............................................. 13
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ekstrak etanol 70% (A), fraksi n-heksan (B),
etil asetat (C) dan metanol (E) daun tanduk rusa .......................... 6
Gambar 2. Efek reagen MTT terhadap pembentukan kristal formazan
pada sel T47D................................................................................ 7
Gambar 3. Efek fraksi n-heksan terhadap pertumbuhan sel HeLa.................. 9
Gambar 4. Identifikasi fraksi non polar .......................................................... 11
Gambar 5. Identifikasi fraksi n-heksan dengan anisaldehid-asam sulfat ....... 12
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ....................................................................... 17
Lampiran 2. Determinasi Tanaman Tanduk Rusa
(Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) .................................... 18
Lampiran 3. Kunci Determinasi Tanaman Tanduk Rusa ................................ 19
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen ............................................................... 21
Lampiran 5. Penghitungan Nilai IC50 .............................................................. 23
Lampiran 6. Hasil Identifikasi Golongan Menggunakan KLT ....................... 33
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.)
TERHADAP SEL HeLa
Theodorus Kristianto Dau
Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
[email protected]
ABSTRAK
Kanker serviks menjadi salah satu kanker dengan prevalensi terbesar.
Penemuan obat antikanker diawali dengan penelusuran zat sitotoksik pada
tanaman. Tanaman paku merupakan tanaman yang tersebar di dataran Indonesia
di mana salah satunya adalah tanaman paku tanduk rusa. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan penelusuran efek sitotoksik tanaman tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum (Cav.) C. Chr.) terhadap sel HeLa.
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT untuk mengetahui
efek sitotoksik berdasarkan nilai IC50. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol. KLT digunakan
untuk penelusuran golongan senyawa aktif tanaman tanduk rusa dengan pereaksi
semprot lieberman burchard, AlCl3, FeCl3, dragendorf dan anisaldehid-asam
sulfat.
Efek sitotoksik hanya terdapat pada fraksi n-heksan yang memiliki efek
sitotoksik rendah dengan nilai IC50 281,6 µg/ml. Nilai r yang didapatkan lebih
tinggi dari r tabel (0,8783) taraf kepercayaan 95% (P<0,05) yaitu sebesar 0,9662
yang menunjukkan adanya efek dose dependent pada setiap konsentrasi fraksi
(500, 250, 125, 62,5, 31,25 µg/ml). Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel line lain
yaitu T47D menunjukkan hasil tidak toksik untuk kesemua ekstrak dan fraksi.
Hasil skrining fitokimia terhadap fraksi n-heksan menunjukkan adanya kandungan
flavonoid, triterpenoid dan fenol.
Kata Kunci : IC50, Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr., Sel HeLa, Sitotoksik,
Skrining Fitokimia.
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.)
TERHADAP SEL HeLa
Theodorus Kristianto Dau
Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
[email protected]
ABSTRACT
Cervical cancer became one of the cancers with the greatest prevalence.
The discovery of anticancer drugs begins with the search for cytotoxic substances
in plants. Fern is a plant that spread in the plains of Indonesia where one of them
is the staghorn fern. This study aims to conduct searches cytotoxic effects of
staghorn plants (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) against HeLa cells.
Cytotoxic activity test was conducted using MTT method so that it can be
seen the effects cytotoxic by looking at IC50 value. Tests carried out using 70%
ethanol extract, fraction of n-hexane, ethyl acetate and methanol. TLC is used to
search the group chemical compound plant with lieberman burchard, AlCl3,
FeCl3, dragendorf and anisaldehid-asam sulfat reagent spray.
Cytotoxic effects just appreance in fraction of n-hexane which has low
cytotoxic level with IC50 value 281.6 µg/ml. n-Hexane r value (0.9662 ) is higher
than r table (0.8783) confidence level of 95% (P <0.05), which showed a dose
dependent effect at each concentration fraction (500, 250, 125, 62.5, 31.25
µg/ml). Cytotoxic activity test against other cell line that is T47D do not show
cytotoxic activity result for all extract and fraction. Phytochemical screening of
the n-hexane fraction show that it contains flavonoids, triterpenoids and phenols
so that need further search.
Keywords : Cytotoxicity, HeLa Cell, IC50, Phytochemical Screening, Platycerium
bifurcatum (Cav.) C. Chr.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Serviks adalah daerah bawah pada ujung sempit rahim yang mengarah dari rahim
ke vagina (jalan lahir). Kanker serviks terjadi ketika sel-sel di leher rahim mulai tumbuh di
luar kendali dan menyerang jaringan di dekatnya atau menyebar ke seluruh tubuh
(Dollinsky and Hill-Kayser, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menunjukkan bahwa, di Indonesia kanker serviks menjadi kasus penyakit kanker terbesar
dengan persentase 0,8%, dari hasil wawancara yang mengaku pernah didiagnosis kanker
oleh dokter dengan 1,4% prevalensi kanker di Indonesia (Litbangkes, 2013).
Kultur sel dari kanker serviks adalah sel HeLa. Sel HeLa merupakan sel yang
didapat dari penderita adenocarcinoma agresif. Sel HeLa tumbuh secara pesat dalam
kultur sel dan menjadi kultur sel manusia yang pertama (Lucey et al, 2009). Sel HeLa telah
mengalami adaptasi yang kuat untuk kondisi pengembangbiakan (Rahbari et al. 2009).
Human Papiloma Virus (HPV) menjadi potensi onkogenik kanker serviks karena
interaksi dari dua onkoprotein yang dihasilkan virus tersebut yaitu E6 dan E7. Protein dari
HPV tersebut berisiko tinggi menyebabkan degradasi dan inaktivasi p53 dan protein Rb
(Gadducci et al. 2011). Penyebab timbulnya kanker tentunya selalu berbeda untuk setiap
jenis kanker sehingga menghasilkan kultur sel yang berbeda. Seperti pada kultur sel T47D
yang berasal dari kanker payudara yang mayoritas kemunculannya disebabkan kurangnya
efek perbaikan DNA oleh double-strand breaks (DSBs) pada gen BRCA1 dan BRCA2.
Selain itu kanker payudara juga diketahui dari mutasi sel somatik pada TP53 (Knowles dan
Shelby, 2006).
Penemuan obat antikanker yang berasal dari tanaman didapatkan dari senyawa
bioaktif metabolit sekunder yang dihasilkan oleh sistem pertahanan kimia kompleks
tanaman sebagai penghalang atau membunuh pemangsa. Produk dari tanaman
menyediakan obat yang dapat diakses dengan jalur spesifik dan tentunya dapat
menyediakan dasar rangka struktur kimia (template) untuk desain obat kedepannya (Cragg
et al, 2005). Meskipun tanaman dianggap sebagai sumber utama obat antikanker, hanya 515% dari sekitar 250.000 spesies dari tanaman tingkat tinggi yang telah dipelajari senyawa
bioaktifnya dan hal ini yang menjadikan bahwa ada potensi yang besar untuk
memanfaatkan tanaman sebagai senyawa antikanker (Saeidnia and Abdollahi, 2014).
Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr. adalah tanaman paku dengan kelas
Polypodiceae. Pada kelas yang sama ekstrak Phymatopteris triloba (Houtt.) Pichi Serm.
dapat menekan pertumbuhan sel HeLa sebanyak 40%. Tanaman ini diketahui mengandung
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senyawa fenolik yaitu myricetin, sinapic acid, protocatechuic acid, p-hydroxybenzoic acid
dan gallic acid (Chai et al, 2013). Penelitian tanaman paku di Indonesia terutama pada
tingkat genus Platycerium belum terlihat signifikan. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan
uji sitotoksik tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) untuk
mengetahui aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dan dilakukan penelusuran akan
kandungan metabolit yang dimiliki tanaman tersebut.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah vial, ependorf, tabung konikal, 96wellplate, tissue culture bottle, elisa reader, neraca analitik, sentrifuge, inkubator 37ºC 5%
CO2, lemari es, Bio Safety Cabinet (BSC), tangki nitrogen cair, hemocytometer, mikroskop
inverted (olimpus), mikropipet (5 µl-20 µl, 20 µl-200 µl, 200 µl-1000 µl, tip (putih, biru,
kuning), pisau, saringan 40 mesh, orbital shaker, kertas saring, pompa vakum, blender,
vorteks, eksikator, cawan porselen, erlenmeyer, tabung reaksi, pipa kapiler, pipet, oven,
rotary evaporator, lemari asam, serta lampu sinar UV254 dan UV366 mm.
Bahan digunakan adalah daun (batang palsu) tanduk rusa (Platycerium bifurcatum
(Cav.) C. Chr.), aquadest, etanol 70%, n-heksan, etil asetat, metanol, kultur sel HeLa,
kultur sel T47D, media komplit (media kultur RPMI berisi FBS 10% (Gibco), penisilinstreptomisin 1% (Gibco), dan fungizon 0,5% (Gibco)), Phosphat Buffer Saline (PBS)
PH7,4 (8 g NaCl, 0,2 g KH2PO4 1,15 g Na2HPO4 dalam 1 L aquadest), Tripsin-EDTA
0,25% (Gibco), DMSO, 3-(4,5-dimetilthiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide (MTT),
reagent stopper (10% (w/v) natrium deosil sulfat dalam 0,1 N HCl), silica gel 60 F254, fase
gerak (n-heksan : etil asetat) dan pereaksi semprot (liebermann burchard, dragendorf,
AlCl3, FeCl3 dan anisaldehid-asam sulfat).
Determinasi Tanaman
Bahan digunakan adalah daun dari tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum
(Cav.) C. Chr.) yang menempel pada pohon mahoni (Swietenia macrophylla king) yang
tumbuh di Gedung Pusat Sanata Dharma, Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan di
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Ekstraksi dan Fraksinasi
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Serbuk daun masing-masing sebanyak ± 30 g dilarutkan dalam etanol 70%
sebanyak 300 ml. Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil. Proses maserasi
dilakukan dengan penggojokkan pada suhu ruang selama 24 jam dengan orbital shaker.
Selanjutnya filtrat etanol 70% dipisahkan dari residunya dengan melakukan penyaringan
menggunakan kertas saring dengan bantuan corong buchner dan pompa vakum. Filtrat
kemudian disimpan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai. Residu yang diperoleh
kemudian dimaserasi kembali selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan penyaringan untuk
memperoleh filtrat etanol 70%. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga
memperoleh filtrat bening. Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 50°C
sehingga diperoleh ekstrak pekat. Kemudian ditimbang berat ekstrak kental etanol 70%
dan dicatat bobotnya.
Ekstrak tanduk rusa yang sudah dikeringkan di dalam oven, diambil dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 g. Ekstrak dilarutkan menggunakan pelarut
n-heksana sebanyak 10 ml kemudian divortex selama 10 menit dan disentrifugasi dengan
kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Hasil akan membentuk dua fase, berupa padat
(residu) dan cair. Diambil fase cair sebagai fraksi n-heksana. Dilakukan secara berulangulang sehingga filtrat tidak berwarna. Selanjutnya dilanjutkan secara bertahap untuk fraksi
etil asetat dan metanol.
Uji sitotoksik
Panen Sel
Sel HeLa dalam media komplit yang telah dikembangkan dari nitrogen cair,
dihitung jumlahnya menggunakan haemocytometer. Sel dengan kepadatan 104 sel/sumuran
ditransfer ke dalam lubang sumuran pada 96-well plate kecuali kontrol media, masingmasing 100 µl. Setiap kali mengisi 12 sumuran, sel diresuspensi agar tetap homogen.
Keadaan sel diamati dengan mikroskop inverted untuk melihat distribusi sel. Sel diinkubasi
dalam inkubator CO2 selama 24 jam.
Perlakuan Sel
Setelah inkubasi 24 jam, dibuat seri konsentrasi sampel untuk ekstrak etanol 70%,
maupun fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol yang berasal dari larutan stok dimana stok
dibuat dari sampel sebanyak 10 mg yang dilarutkan dalam DMSO steril 100 µl sehingga di
peroleh konsentrasi 100.000 µg/ml. Plate yang telah berisi sel, diambil dari inkubator CO2,
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian media sel dibuang. Seri konsentrasi sampel dari pengenceran stok (500, 250,
125, 62,5, 31,25, 15,6, 7,8 µg/ml) dimasukkan ke dalam sumuran (replikasi 3 kali) dan
diinkubasi di dalam inkubator CO2. Lama inkubasi adalah 24 jam. Dibuat kontrol sel
dengan memberi media komplit 100 µl pada lubang sumuran berisi sel tanpa perlakuan.
Pengujian dengan MTT
Reagen MTT dalam PBS (0,5 mg/ml) sebanyak 1,0 ml diencerkan dengan
medium komplit sampai 10,0 ml. Media sel dibuang dan ditambahkan 100 µl reagen MTT
ke setiap lubang sumuran. Sel diinkubasi selama 4 jam di dalam inkubator CO2 pada suhu
37oC. Sel uji yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kompleks berwarna ungu.
Jika formazan telah jelas terbentuk, ditambahkan reagen stopper. Plate dibungkus dengan
kertas dan diinkubasi di tempat gelap pada temperatur kamar selama semalam. Absorbansi
masing-masing sumuran dibaca dengan elisa reader pada panjang gelombang 595 nm.
Analisa Data
Data absorbansi yang diperoleh dari uji aktivitas sitotoksik dikonversikan ke
dalam bentuk persentase viabilitas sel yang dihitung menggunakan rumus :


 absorbansi perlakuan  absorbansi media 
 100%
% sel hidup  


 absorbansi kontrol sel  absorbansi media 


Data yang berupa viabilitas sel kemudian dianalisis dengan program Microsoft Excell
untuk mendapatkan linearitas (r) antara konsentrasi bahan uji versus persentase sel yang
viabel, serta untuk menghitung nilai IC50.
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif menggunakan kromatografi lapis
tipis untuk ekstrak etanol 70%, dan fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol.
Fase diam
: Silica gel 60 F254 alumunium
Fase gerak
: n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 10 ml
jarak pelarut depan dari tingkat cairan pelarut 110 mm (ZF), jarak antara tingkat cairan
pelarut dan garis awal 10 mm (Z0), jarak elusi 100 mm dan jarak antar pelarut 10 mm.
Penyemprotan dilakukan dengan anisaldehid-asam sulfat sebagai reagen semprot umum
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk mendeteksi senyawa kimia tanaman (Jork et al, 1990a) pada fraksi yang banyak
mengandung spot. Kemudian dipanaskan dengan suhu 100oC selama 2 menit.
Triterpenoid
Disemprot dengan reagen liebermann burchard (1 ml H2SO4, 10 ml anhidrat asetat, 50 ml
kloroform). Diamati di bawah sinar UV dan cahaya tampak akan adanya perubahan warna
biru-hijau (Harborne, 1984).
Fenol
Penyemprotan dilakukan dengan reagen besi (III) klorida (0,1 sampai 1 g besi (III) klorida
hexahydrate dilarutkan dalam 100 ml etanol). Kemudian dipanaskan dengan suhu 100oC
sampai 110oC selama 5 sampai 10 menit. Akan terbentuk spot kurang berwarna dengan
latar belakang kuning dan spot terbentuk warna biru kehijauan setelah di panaskan (Jork et
al, 1990b).
Flavonoid
Disemprot dengan reagen alumunium klorida (0,2 sampai 1 g alumunium klorida dalam
100 ml etanol). Dilihat di bawah sinar UV366, hasil fluorosensi warna kuning
mengindikasikan adanya flavonoid (Jork et al, 1990a).
Alkaloid
Disemprot dengan reagen dragendorf. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya spot
berwarna jingga (Tona et al, 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) yang digunakan
sebagai sampel telah dilakukan determinasi untuk memastikan kebenaran spesies tanaman
tersebut (Lampiran 2.), dimana ciri-ciri tanaman ditelusuri dan dijabarkan pada Lampiran
3. berdasarkan literatur yang diacu. Ekstraksi daun tanaman tanduk rusa yang dilakukan
dengan etanol 70% didapatkan hasil sebanyak 3 cawan ekstrak kental dengan masing
masing rendemen 1,2%; 1,423%; 1,333%. Hasil ekstrak yang didapat kemudian digunakan
untuk tahap selanjutnya yaitu fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan
metanol. Hasil fraksinasi dibuat dalam dua cawan yang masing-masing digunakan untuk
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
uji sitotoksik dan penelusuran profil metabolit tanaman tanduk rusa (Lampiran 4.).
A
B
C
D
Gambar 1. Ekstrak etanol 70% (A), fraksi n-heksan (B), etil asetat (C) dan metanol (D) daun tanduk rusa
Uji Sitotoksik Daun Tanduk Rusa
Pengujian dengan metode 3- (4,5-dimethylthiazol-2-yl) -2,5 diphenyl tetrazolium
bromide atau yang biasa dikenal dengan MTT didasarkan konversi dari reagen MTT
menjadi kristal formazan oleh sel hidup yang digunakan untuk mendeterminasi aktivitas
mitokondria. Karena bagi kebanyakan populasi sel jumlah keseluruhan aktivitas
mitokondria berhubungan dengan jumlah sel yang hidup. Pengujian ini secara luas
digunakan untuk mengukur in vitro efek sitotoksik obat pada jalur kultur sel atau sel
primer pasien (Van Meerloo et al, 2011). Analisis data dilakukan dengan cara
mengkonversikan rerata nilai absorbansi menjadi % viabilitas sel yang kemudian
dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak dan juga fraksi (disajikan dalam bentuk grafik)
pada lampiran 5.
Pembentukkan kristal formazan dari reagen MTT terjadi akibat proses penerimaan
NADH dan pelepasan NAD+ yang terjadi didalam mitokondria. Proses pembentukan ini
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B
A
u
Gambar 2. Efek reagen MTT terhadap
upembentukan kristal formazan pada sel T47D
Sel normal pasca inkubasi 24 jam (A) 4 jam setelah pemberian reagen MTT berubah bentuk dan berwarna
ungu (B). Perubahan ini menunjukkan sel tersebut hidup saat diberikan reagen MTT
tentunya terjadi didalam bagian sel. Pembacaan kristal formazan dilakukan dengan elisa
reader yang hasilnya berupa nilai absorbansi. Formazan perlu dilisis dengan menggunakan
reagen stopper agar keluar dari sel dan dapat dilakukan pembacaan nilai absorbansi.
Proses lisis yang kurang mengakibatkan terganggunya pembacaan nilai absorbansi dari
kristal formazan. Oleh sebab itu data yang digunakan pada sel HeLa pada fraksi etil asetat
dan metanol menggunakan seri konsentrasi yang dimulai dari 250; 125; 62,5; 31,25; dan
15,6 µg/ml tidak seperti mayoritas perhitungan data yang menggunakan konsentrasi 500;
250; 125; 62,5 dan 31,25 µg/ml.
Tabel I. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel HeLa
Kultur Sel
Bahan Uji
r
IC50 µg/ml
Efek Sitotoksik
n-heksan
0,9662
281,6
toksik (rendah)
etil asetat
0,8165
649,5
tidak toksik
metanol
0,9003
824,4
tidak toksik
ekstrak etanol 70%
0,9616
713,5
tidak toksik
sel HeLa
Koefisien korelasi (r) dan konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh 50% sel (IC 50) didapatkan dari
kurva perbandingan antara konsentrasi dan % viabilitas sel
Fraksi n-heksan memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih baik dibandingkan
dengan fraksi etil asetat, fraksi metanol dan ekstrak etanol 70%. Hal ini ditunjukkan dari %
viabilitas sel terkecil yaitu 21,819% pada tingkat konsentrasi 500 µg/ml dari seri
konsentrasi fraksi n-heksan. Melihat sitotoksik yang rendah pada sel HeLa / tidak melihat
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efek yang menjanjikan, maka perlu dikonfirmasi apakah memiliki efek yang sama untuk
sel lainnnya. Ekstrak dan fraksi tanaman tanduk rusa kemudian diujikan kepada kultur sel
lainnya yaitu kultur sel dari kanker payudara, sel T47D yang dipilih secara acak untuk
mengetahui seberapa luas efek sitotoksiknya dan apakah memiliki kemiripan efek. Hasil
menunjukkan % viabilitas sel terkecil juga didapat pada fraksi n-heksan pada tingkat
konsentrasi 500 µg/ml yaitu 89,147%. Namun % viabilitas sel ini terbilang cukup tinggi
bahkan populasinya lebih dari 50% yang menandakan pada tingkat konsentrasi tertinggi
(500 µg/ml) tidak mampu membunuh populasi sel T47D lebih dari 50%. Semakin kecil %
viabilitas sel maka semakin kecil jumlah sel yang berhasil hidup yang berarti semakin
tinggi kemampuan ekstrak untuk membunuh sel kanker tersebut.
Tabel II. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel T47D
Kultur Sel
Bahan Uji
r
IC50 µg/ml
Efek Sitotoksik
n-heksan
0,9913
1329,5
tidak toksik
etil asetat
0,8345
3345,5
tidak toksik
metanol
0,9201
7785,5
tidak toksik
ekstrak etanol 70%
0,8158
3056,2
tidak toksik
sel T47D
Koefisien korelasi (r) dan konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh 50% sel (IC50) didapatkan dari
kurva perbandingan antara konsentrasi dan % viabilitas sel
Pada sel T47D % viabilitas sel yang didapatkan tidak menunjukkan penurunan
tetapi menunjukkan adanya peningkatan nilai yang lebih dari 100% untuk fraksi n-heksan
dan fraksi etil asetat pada tingkat konsentrasi 250; 125; 62,5; 31,25 µg/ml, ekstrak etanol
70% pada tingkat konsentrasi 62,5; 31,25 µg/ml, serta fraksi metanol untuk keseluruhan
tingkat konsentrasi. Kejadian ini menunjukkan adanya induksi yang dilakukan oleh ekstrak
dan fraksi tanduk rusa di mana induksi tersebut mendorong proliferasi sel yang
mengakibatkan tidak munculnya efek toksik melainkan meningkatkan jumlah pertumbuhan
sel T47D. Kondisi ini berlainan dengan apa yang terjadi pada sel HeLa yang menghasilkan
efek toksik untuk kesemua ekstrak dan fraksi sehingga kejadian ini menandakan bahwa
ekstrak dan fraksi tanduk rusa memiliki efek yang berbeda-beda terhadap kultur sel yang
berbeda.
Nilai r dinyatakan memiliki hubungan linear jika lebih besar dari nilai r tabel.
Berdasarkan tabel koefisien korelasi (r) dan IC50 ekstrak dan fraksi daun tanduk rusa (tabel
I. dan tabel II.) dapat diketahui bahwa nilai r hitung untuk fraksi n-heksan 0,9662; fraksi
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metanol 0,9003 dan ekstrak etanol 70% 0,9616 terhadap sel HeLa memiliki nilai lebih
besar dibandingkan nilai r tabel yaitu 0,8783 pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05) n=5.
Hal ini menunjukkan adanya dose dependent yaitu seiring meningkatnya konsentrasi maka
akan meningkatkan efek sitotoksik terhadap kultur sel. Hal demikian pun juga terjadi pada
pengujian dengan sel T47D untuk fraksi n-heksan dengan nilai r 0,9913 dan fraksi metanol
dengan nilai r 0,9201.
Penurunan jumlah sel mencerminkan penghambatan pertumbuhan sel dan
sensitivitas obat maka biasanya ditentukan sebagai konsentrasi obat yang diperlukan untuk
penghambatan pertumbuhan mencapai 50% dibandingkan dengan pertumbuhan kontrol
(50% konsentrasi penghambatan, IC50) (Van Meerloo et al, 2011). Kriteria untuk
mengkategorikan efek sitotoksik ekstrak maupun fraksi didasarkan oleh U.S. National
Cancer Institute (NCI) dengan kategori yaitu : IC50 ≤ 20 µg/ml = efek sitotoksik tinggi,
IC50 21 – 200 µg/ml = efek sitotoksik sedang, IC50 201 – 500 µg/ml = efek sitotoksik
rendah dan IC50 > 501 µg/ml = tidak memiliki efek sitotoksik (Sajjadi et al, 2015).
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui fraksi n-heksan merupakan satu satunya fraksi
yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 sebesar 281,6
µg/ml. Namun efek sitotoksik tersebut tergolong dalam kategori yang rendah. Efek
sitotoksik tidak tampak pada fraksi etil asetat, fraksi metanol dan ekstrak etanol 70% serta
pada pengujian dengan sel T47D. Walaupun pada pengujian terhadap sel T47D fraksi nheksan mendapatkan IC50 terkecil (terbaik) namun nilai tersebut masih masuk kedalam
kategori tidak toksik.
A
Gambar 3. Efek fraksi n-heksan terhadap pertumbuhan sel HeLa
B
u
Pertumbuhan sel setelah mengalami inkubasi selama 24 jam agar kondisi sel kembali normal. Sel yang tidak
mengalami perlakuan atau disebut kontrol sel (A) dan sel yang mengalami perlakuan fraksi n-heksan
konsentrasi 500 µg/ml (B)
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DMSO yang digunakan untuk melarutkan sampel ditelusuri akan adanya
pengaruh penggunaannya terhadap hasil dari pengujian efek sitotoksik. Pengujian
dilakukan terhadap kultur sel HeLa maupun sel T47D dengan membandingkan hasil %
viabilitas sel dengan penggunaan DMSO pada tiap konsentrasi pengujian sebenarnya.
Larutan DMSO diambil sebanyak 100 µl untuk setiap ekstrak seberat 0,01 g agar didapat
konsentrasi sebesar 100.000 µg/ml. Dari larutan tersebut dibuat konsentrasi 500 µg/ml
dengan mencampurkan media komplit dan kemudian diencerkan setengah secara beruruturut dari konsentrasi awal. Perbandingan antara DMSO dan media komplit dalam setiap
tingkat konsentrasi tersebut yang kemudian dihitung perbandingannya v/v dalam bentuk
persen sehingga setiap campuran perbandingan v/v (DMSO dalam larutan) dibandingkan
dengan % viabilitas sel. Hasil % viabilitas sel yang didapatkan pada Sel HeLa tidak
mengalami penurunan signifikan berkisar dari 95,340% hingga 113,539 %. Begitu juga
untuk pengujian dengan sel T47D memiliki rentang nilai yang dekat antara 75,387%
hingga 82,751%. Pada pengujian kontrol pelarut, sel T47D memiliki % viabilitas yang
lebih kecil dibanding pengujian sitotoksik, hal ini karena pada pengujian sitotoksik tidak
ditemukan adanya efek sitotoksik melainkan efek yang membantu proliferasi sel bahkan
meningkat hingga viabilitas sel lebih dari 100%. Dari hasil tersebut pelarut DMSO tidak
mempegaruhi hasil uji sitotoksik. Hal ini juga dipertegas dari nilai r hitung yang lebih
rendah dibandingkan nilai r tabel sehingga tidak menunjukkan adanya dose dependent.
Skrining Fitokimia
Fraksi n-heksan yang merupakan pelarut non polar diketahui memiliki aktivitas
sitotoksik berdasarkan nilai IC50 yang didapat pada percobaan dengan sel HeLa maka
dilakukan penelusuran akan kandungan metabolit tanaman tanduk rusa pada fase non polar
(Gambar. 4). Fraksi n-heksan yang di fraksinasi dengan pelarut yang bersifat non polar
mengandung berbagai senyawa kimia yang ditunjukkan dengan banyaknya spot dengan
beragam warna. Ketika dibandingkan dengan hasil kromatogram pada ekstrak lainnya
terlihat perbedaan adanya bercak spot. Hal tersebut dapat meyakinkan bahwa fase gerak
tersebut mampu menjalankan totolan pada fase non polar dan menunjukkan fraksinasi yang
dilakukan menghasilkan pemisahan yang baik. Selanjutnya fraksi n-heksan di jalankan
kembali menggunakan fase diam dan fase gerak yang sama serta dianalisis dengan reagen
semprot anisaldehid-asam sulfat untuk melihat kandungan metabolit tanaman tanduk rusa
secara umum (Jork et al, 1990a).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
3
2
A
4
1
2
3
4
1
B
3
2
4
C
Gambar 4. Identifikasi fraksi non polar
Penampakan dari identifikasi fase non polar menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F254 dan fase
gerak n-heksan : etil asetat (4:1) dengan urutan penotoloan fraksi n-heksan (1), etil asetat (2), metanol (3) dan
ekstrak etanol 70% (4). Penampakan pada sinar tampak (A), dibawah sinar UV254 (B) dan sinar UV366 (C)
Reaksi pada anisaldehid-asam sulfat menghasilkan 8 spot yang terbentuk dengan
warna yang dihasilkan berbeda-beda pada penampakan sinar tampak, sinar UV254 dan
UV366 (Gambar 5.). Spot yang dihasilkan sama untuk sinar tampak dan UV366 namun untuk
UV254 hanya menampilkan 3 spot saja dengan nilai Retardation factor (Rf) 0,04; 0,19 dan
0,47. Spot yang menunjukkan hasil positif muncul setelah dilakukan pemanasan selama 2
menit pada suhu 100oC yang diamati pada sinar tampak dengan nilai Rf 0,04; 0,40; 0,47
dan 0,68 dengan spot berwarna merah. Hasil spot berwarna merah yang muncul
mengindikasi akan adanya saponin, minyak penting, terpenoid, propylpropanoid, bitter
principles, fenol, steroid, antioksidan (Wagner, 1996; Jork et al, 1990a). Hasil positif pada
anisaldehid-asam sulfat di telusuri lagi dengan reagen spesifik yaitu liebermann burchard
untuk mendeteksi triterpenoid, AlCl3 untuk mendeteksi flavonoid, FeCl3 untuk mendeteksi
fenol dan dragendorf untuk mendeteksi alkaloid (Harborne, 1984, Jork et al, 1990a, Jork et
al, 1990b, Tona et al, 1998).
Fraksi n-heksan ditotol dan dijalankan kembali pada plat alumunium lainnya
dengan fase gerak yang sama. Pereaksi semprot liebermann burchard digunakan untuk
mendeteksi senyawa triterpenoid. Plat yang telah dijalankan disemprot dengan reagen
liebermann burchard menunjukkan hasil positif untuk dua bercak. Spot tersebut berada
pada Rf 0,04 dan 0,46 jika di deteksi dengan sinar UV366 dimana ada perubahan warna dari
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
A
2
1
B
2
1
C
2
Gambar 5. Identifikasi fraksi n-heksan dengan anisaldehid-asam sulfat
Penampakan sebelum (1) dan setelah (2) di semprot reagen anisaldehid-asam sulfat dari identifikasi fraksi nheksan menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F 254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1).
Perbandingan penampakan pada sinar tampak (A), dibawah sinar UV254 (B) dan sinar UV366 (C)
jingga ke hijau kekuningan cerah untuk spot dengan Rf 0,04 dan merah ke hijau
kekuningan cerah untuk spot dengan Rf 0,46. Hal ini diperkuat dengan munculnya warna
merah pada sinar tampak setelah pemanasan yang sebelumnya berwarna latar belakang
hijau. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan mengandung senyawa triterpenoid.
Pereaksi semprot AlCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa flavonoid. Deteksi dibawah
sinar UV366 setelah disemprot dengan reagen AlCl3 menunjukkan hasil positif untuk satu
bercak spot pada Rf 0,08. Spot pada Rf 0,08 mengalami perubahan warna dari ungu
menjadi jingga sehingga fraksi n-heksan mengandung flavonoid. Hal ini diperkuat dengan
spot tersebut tetap berwarna kuning setelah di semprot saat diamati dibwah sinar tampak.
Pereaksi semprot FeCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol. Deteksi dengan
reagen FeCl3 menunjukkan hasil positif dari adanya perubahan warna dari kuning menjadi
hijau kebiruan gelap. Perubahan warna yang dilihat dengan sinar tampak setelah
dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100oC pada spot dengan Rf 0,11. Bercak spot
tersebut menunjukkan fraksi n-heksan mengandung fenol. Pereaksi semprot dragendorf
digunakan untuk mendeteksi senyawa alkaloid. Deteksi dengan reagen dragendorf
menunjukkan hasil negatif untuk semua bercak spot (tidak ada perubahan warna) sehingga
fraksi n-heksan tidak mengandung alkaloid.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Rf Kromatogram KLT Tanduk Rusa
Reagen
Identifik
asi
Sinar Tampak
Keku
Warn
Rf
atan
a
0,04
+++++
m
0,08
++
ck
0,11
+
ck
0,19
++
h
0,32
+
h
0,40
++++
m
0,47
+++++
mg
0,68
++
m
0,04
++
m
0,08
+
j
0,11
+
j
0,19
++
h
0,32
+
h
0,40
+
j
0,47
+++
ckmg
UV254
Keku
atan
++
UV366
Keku
atan
++++
++
++
+++
+++
+++
+++++
+++
++
Reak
si
Rf
Rf
(+/-)
0,04
0,04
+
0,08
0,11
Anisaldeh
0,19
+++
h
0,20
id-Asam
0,32
Sulfat
0,39
+
0,47
+
mg
0,47
+
0,68
+
0,04
++
j
0,04
+
0,11
++
u
0,11
+
j
0,19
+++
h
0,20
+++
m
0,32
+
h
0,32
+++
m
Lieberma
0,40
++
u
0,39
+
j
nn
0,47
++
u
0,46
++++
hkc
+
Burchard
0,54
+
j
0,59
+
j
0,68
+
u
0,68
+++
h
0,84
+
j
0,95
+
u
0,95
++
hc
0,04
+
h
0,04
+
h
0,04
++
j
0,08
++
kh
0,08
++
h
0,08
++
j
+
0,11
+++
k
0,11
++
h
0,11
+++
m
0,19
+++
h
0,19
+++
h
0,19
++++
m
AlCl3
0,32
+
h
0,32
++++
m
0,39
++
m
0,46
++++
m
0,54
+
m
0,67
++
hb
0,11
++
hbg
0,11
+
h
0,11
++
jg
+
0,19
++
h
0,19
++
h
0,19
++
mck
FeCl3
0,31
+
h
0,31
+
h
0,31
++
mck
0,44
+
hg
0,44
+++
m
0,65
+
h
0,19
+
hg
0,19
+
mg
Dragendo
0,32
++
mg
rf
0,46
+
mg
0,66
+
mg
Nilai spot Rf dan reaksi yang terjadi setelah penyemprotan menggunakan reagen anisaldehid-asam sulfat,
Warn
a
ck
Warn
a
hkc
ck
j
m
m
h
hjc
hb
hc
liebermann burchard (tritepenoid), AlCl3 (flavonoid), FeCl3 (fenol) dan dragendorf (alkaloid) untuk fraksi nheksan menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) secara
kualitatif. Reaksi positif ditunjukkan dengan tanda (+) dan reaksi negatif ditunjukkan dengan tanda (-).
Kekuatan menunjukkan kekuatan warna dari spot yaitu +++++ sangat kuat, ++++ kuat, +++ sedang, ++
lemah, + sangat lemah. Warna spot yaitu kuning (k), hijau (h), biru (b), jingga (j), merah (m), ungu (u),
coklat (ck), gelap (g) dan cerah (c)
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari penyemprotan reagen yang dilakukan, sebagian menunjukkan terjadinya
reaksi antara kromatogram dengan pereaksi semprot. Reaksi tersebut ditunjukkan ketika di
semprot dengan reagen anisaldehid-asam sulfat, liebermann burchard, AlCl3, FeCl3
sehingga menunjukkan akan adanya triterpenoid, flavonoid dan fenol namun tidak
mengandung alkaloid (Lampiran 6.).
KESIMPULAN
Hasil uji sitotoksik daun tanduk rusa pada sel HeLa menunjukkan sifat sitotoksik
yang rendah dengan nilai IC50 281,6 µg/ml. Efek sitotoksik ditunjukkan pada fraksi nheksan yang diketahui mengandung senyawa golongan triterpenoid, flavonoid dan fenol.
Penelusuran lebih lanjut terhadap sel T47D tidak menunjukkan adanya efek sitotoksik.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Chai, T.T., et al., 2013. Anti-Proliferative, Antioxidant and Iron-Chelating Properties of the
Tropical Highland Fern, Phymatopteris triloba (Houtt) Pichi Serm (Family
Polypodiceae). Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 12 (5), 747-753.
Cragg, G.M., Kingston, D.G.I., & Newman, D.J., 2005. Introduction. In: G.M. Cragg,
D.G.I. Kingston, and D.J. Newman, eds. Anticancer Agents From Natural
Product. Boca Raton, FL: CRC Press, 1-3.
Harborne, J.B., 1984. Phytochemical Methods A Guide To Modern Techniques of Plant
Analysis. 2nd ed. London: Chapman and Hall.
Jork, H., Funk, W., Fischer, W., & Wimmer, H., 1990a. Thin-Layer Chromatography
Reagents and Detection Methods; Physical and Chemical Detection Methods. vol.
1a.
trans.
Frank
and
J.A.
Hampson.
Weinheim,
Germany:
VCH
Verlagsgesellschaft.
Jork, H., Funk, W., Fischer, W., & Wimmer, H., 1990b. Thin-Layer Chromatography
Reagents and Detection Methods; Physical and Chemical Detection Methods. vol.
1b.
trans.
Frank
and
J.A.
Hampson.
Weinheim,
Germany:
VCH
Verlagsgesellschaft.
Litbangkes, 2013. RISKESDAS Dalam Angka: Indonesia Tahun 2013. Kementrian
Kesehatan RI (Online), http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/
laporan/RKD/2013/RKD_dalam_angka_final.pdf diakses tanggal 9 Agustus 2016.
Lucey, B.P., Nelson-Rees, W.A., & Hutchins, G.M., 2009. Henrietta Lacks, HeLa Cells,
and Cell Culture Contamination. Archive Phatology Laboratory Medicine, 133
(9), 1463-1467.
Rahbari, R., et al., 2009. A novel L1 retrotransposon marker for HeLa cell line
identification. BioTechniques, 46 (4), 277-284.
Saeidnia, S. & Abdollahi, M.A., 2014. Perspective Studies on Novel Anticancer Drugs
from Natural Origin; a Comprehensive Review. International Journal of
Pharmacology, 10 (2), 90-108.
Sajjadi, A.E., Ghadnadian, M., Haghighi, M., & Mouhebat, L., 2015. Cytotoxic Effect of
Cousinia verbascifolia Bunge Against OVCAR-3 and HT-29 Cancer Cells.
Journal of Herbmed Pharmacology, 4 (1), 15-19.
Tona, L., Kambu, K., Ngimbi, N., Cimanga, K., & Vlitinck, A.J., 1998. Antiamoebic and
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Phytochemical Screening of Some Congolese Medicine Plants. Journal of
Ethnopharmacology, 61, 57-65.
Van Meerloo, J., Kaspers, G.J.L., & Cloos, J., 2011. Cell Sensitivity assays: the MTT
Assay. Methods in Molecular Biology, 731, 237-245.
Wagner, H. and Bladt, S., 1996. Plant Drug Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas.
2nd ed, Verlag, Berlin: Springer.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Determinasi Tanaman Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.)
C. Chr.)
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Kunci Determinasi Tanaman Tanduk Rusa
Kunci Determinasi Platycerium bifurcatum C. Chr.
1.a. Tumbuhan-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari
atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan berspora. (golongan 1). .... 17
Golongan 1. Paku dan Paku-pakuan
17.b. Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah ................................ 18
18.b. Daun-daun lain macamnya ......................................................................... 19
19.b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk bulir
atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya ................................................... 22
22.b. Tumbuh-tumbuh lain; tidak ada bagian fertile yang berbentuk bulir ........ 23
23.b. Daun fertile tidak demikian ........................................................................ 24
24.b. daun lain ..................................................................................................... 25
25.b. paku lainnya ............................................................................................... 26
26. b. paku lainnya ...................................................................... 11. Polypodiceae
Fam. 11. Polypodiaceae – Paku-pakuan sejati
Paku tanah atau epiphyt. Tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah. Akar
rimpang kerapkali bersisik. Daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan
akar rimpang atau hubungan dengan tonjolan di atas akar rimpang (pendukung
daun), tunggal atau majemuk; daun muda menggulung secara spiral. Sporangia
pada sisi bawah daun (kadang-kadang pada tepi daun); semua berturutan atau
dalam kelompok (sori), hamper selalu bertangkai, dengan cincin vertical terdiri
dari sel yang berdinding tebal, hanya terputus pada tertancapnya tangkai tersebut,
jarang sekali dengan cincin yang miring tetapi sempurna, membuka melintang,
mudah rontok. Sori berbeda-beda menurut penempatan bentuk besar, telanjang
atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Selaput penutupnya banyak
variasinya dalam hal cara menancap, bentuk dan besarnya, tetapi tinggal atau
rontok.
1.a. Sporangia tersebar rata seluas sisi bawah daun fertile atau anak daun fertile,
kadang-kadang bagian jalur sempit sepanjang ibu tulang daun atau tepi daun
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bebas dari sporangia, tidak terkumpul menjadi timbunan; tidak ada selaput
penutup ................................................................................................................ 2
2.a.Daun steril dengan banyak urat daun yang berjalan menjadi satu, sehingga
terbentuk jala urat daun dengan mata jala, mata jala dengan urat yang bebas atau
tidak ..................................................................................................................... 3
3.b. Daun bercangap atau menyirip............................................. 4
4.a. Daun dimorph : sebagian umumnya berbagi, menempel pada batang pohon,
cabang atau lereng batu, steril; sebagian bercabang menggarpu, kerapkali
menggantung dank dang-kadang sekali fertil ............................. 3. Platycerium
3. Platycerium
Eiphyt yang kokoh, kadang-kadang tumbuh di bukit berbatu. Daun sarang
bervariasi dari bentuk ginjal melalui oval yang lebar sampai bentuk baji; yang
kecil dengan tepi yang keseluruhannya menempel, tidak bercangap atau
bercangap tidak dalam, yang lebih besar dengan ujung daun yang menjauhi
tempelan, melekuk dalam tetapi tidak teratur; duduk, melekat pada akar rimpang
dan menutupi ini, menangkap sampah, di mana akar menembus. Daun
sesungguhnya 1-7 pertanaman, lebih besar dari pada daun sarang, menggarpu 2-4
kali, menggantung, di atas tangkai yang panjangnya 2-5 cm, dengan kaki
berbentuk baji, panjang 40-100 cm, ujung tajuk tumpul, pada permulaannya
berambut bintang, kemudian gundul. Sporangia di sisi bawah dari bagian atas dari
ujung tajuk daun. Jawa Tengah dan Timur, di tempat kering, 50-500 m. Hutan,
pohon tepi jalan, batang pohon di daerah perkebunan; kerapkali menjadi tanaman
hias. Hertshoornvaren, N. Simbar menjangan, J.
Platycerium bifurcatum C. Chr.
Berdasarkan buku:
Van Steenis, C.G.G.J., Den Hoed, D., Bloembergen, S., Eyma, P.J., 1981. FLORA
untuk sekolah di Indonesia, cetakan ketiga, diterjemahkan oleh Moeso S.,
Soenarto H., Soerjo S.A., Wibisono, Margono P., Soemantri W.B., PT
Pradnya Paramita: Jakarta Pusat.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen
Ekstrak Etanol 70% Cawan 1
Ekstrak Etanol 70% Cawan 2
Bobot cawan
: 29,59 g
Bobot cawan
: 31,32 g
Bobot cawan + isi
: 33,19 g
Bobot cawan + isi
: 35,59 g
Bobot ekstrak
: 3,6 g
Bobot ekstrak
: 4,27 g
% rendemen
: 1,2%
% rendemen
: 1,423%
Ekstrak Etanol 70% Cawan 3
Bobot cawan
: 36,49 g
Bobot cawan + isi
: 40,49 g
Bobot ekstrak
:4g
% rendemen
: 1,333%
Fraksi n-Heksan Cawan 1
Fraksi n-Heksan Cawan 2
Bobot cawan
: 27,9291 g
Bobot cawan
: 29,3833 g
Bobot cawan + isi
: 27,9371 g
Bobot cawan + isi
: 29,3937 g
Bobot fraksi
: 0,008 g
Bobot fraksi
: 0,0104 g
% rendemen
: 0,08%
% rendemen
: 0,104%
Fraksi Etil Asetat Cawan 1
Fraksi Etil Asetat Cawan 2
Bobot cawan
: 29,6115 g
Bobot cawan
: 36,8962 g
Bobot cawan + isi
: 29,6182 g
Bobot cawan + isi
: 36,9019 g
Bobot fraksi
: 0,0067 g
Bobot fraksi
: 0,0057 g
% rendemen
: 0,067%
% rendemen
: 0,057%
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fraksi Metanol Cawan 1
Fraksi Metanol Cawan 2
Bobot cawan
: 30,0622 g
Bobot cawan
: 26,0178 g
Bobot cawan + isi
: 31,1075 g
Bobot cawan + isi
: 25,1178 g
Bobot fraksi
: 1,0453 g
Bobot fraksi
: 0,9 g
% rendemen
: 10,453%
% rendemen
:9
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Penghitungan Nilai IC50
Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi n-Heksan
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
0,262
0,227
0,179
0,041
0,222
21,819
250
0,48
0,418
0,404
0,040
0,434
62,150
125
0,568
0,409
0,426
0,087
0,467
68,575
62,5
0,491
0,501
0,485
0,008
0,492
73,282
31,25
0,49
0,492
0,478
0,007
0,486
72,201
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Sel HeLa
0,608
0,579
0,71
0,632
0,068
Media
0,104
0,11
0,111
0,108
0,003
% Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi n-Heksan
90
viabilitas sel (%)
80
y = -0.1093x + 80.789
R² = 0.9337
70
60
50
40
30
20
10
0
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,9662 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan
konsentrasi fraksi n-heksan.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 281,6 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi n-heksan yaitu y = -0,1093x + 80,789.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi n-Heksan
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
0,646
0,754
0,733
0,057
0,711
89,147
250
0,797
0,77
0,814
0,022
0,793
101,162
125
0,811
0,862
0,848
0,026
0,840
107,945
62,5
0,842
0,805
0,875
0,035
0,840
107,994
31,25
0,851
0,918
0,844
0,040
0,847
112,403
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,849
0,77
0,738
0,785
0,057
% Viabilitas T47D Akibat Fraksi n-Heksan
120
viabilitas sel (%)
115
y = -0.0473x + 112.89
R² = 0.9827
110
105
100
95
90
85
80
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,9913 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan
konsentrasi fraksi n-heksan.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 1329,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi n-heksan yaitu y = -0,0473x+112,89.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi Etil Asetat
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
250
0,462
0,426
0,46
0,020
0,449
65,076
125
0,262
0,46
0,455
0,264
0,458
66,793
62,5
0,47
0,458
0,48
0,011
0,469
68,893
31,25
0,5
0,488
0,436
0,034
0,474
69,910
15,625
0,482
0,528
0,506
0,023
0,505
75,763
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Sel HeLa
0,608
0,579
0,71
0,632
0,068
Media
0,104
0,11
0,111
0,108
0,003
% Viabilitas HeLa Akibat Fraksi Etil Asetat
78
viabilitas sel (%)
76
74
y = -0.0349x + 72.67
R² = 0.6667
72
70
68
66
64
62
0
50
100
150
200
250
300
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,8165 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel
dengan konsentrasi fraksi etil asetat.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 649,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi etil asetat yaitu y = -0,0349x + 72,67.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi Etil Asetat
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
0,779
0,764
0,732
0,024
0,758
96,027
250
0,848
0,803
0,794
0,028
0,815
104,263
125
0,844
0,836
0,796
0,025
0,825
105,765
62,5
0,827
0,797
0,81
0,015
0,811
103,730
31,25
0,834
0,796
0,798
0,021
0,809
103,439
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,849
0,77
0,738
0,785
0,057
% Viabilitas T47D Akibat Fraksi Etil Asetat
110
viabilitas sel (%)
108
y = -0.0167x + 105.87
R² = 0.6964
106
104
102
100
98
96
94
92
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi µg/ml
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,8345 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel
dengan konsentrasi fraksi etil asetat.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 3345,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi etil asetat yaitu y = -0,0167x+105,87.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi Metanol
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
250
0,514
0,46
0,5
0,028
0,491
73,091
125
0,514
0,539
0,475
0,032
0,509
76,526
62,5
0,494
0,555
0,478
0,040
0,509
76,463
31,25
0,377
0,528
0,545
0,309
0,536
81,711
15,625
0,408
0,426
0,532
-
0,532
80,852
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Sel HeLa
0,608
0,579
0,71
0,632
0,068
Media
0,104
0,11
0,111
0,108
0,003
% Viabilitas HeLa Akibat Fraksi Metanol
84
viabilitas sel (%)
82
y = -0.0335x + 80.97
R² = 0.8107
80
78
76
74
72
70
0
50
100
150
200
250
300
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,9003 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan
konsentrasi fraksi metanol.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 924,4 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0335x + 80,97.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi Metanol
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
0,801
0,762
0,798
0,021
0,787
100,193
250
0,817
0,794
0,786
0,016
0,799
101,938
125
0,806
0,829
0,791
0,019
0,808
103,343
62,5
1,096
0,819
0,805
0,009
0,812
103,827
31,25
0,799
0,822
0,791
0,016
0,804
102,664
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,849
0,77
0,738
0,785
0,057
% Viabilitas T47D Akibat Fraksi Metanol
105
y = -0.0069x + 103.72
R² = 0.8466
viabilitas sel (%)
104
103
102
101
100
99
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,9201 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan
konsentrasi fraksi metanol.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 7785,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0069x+103,72.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Ekstrak Etanol 70%
Absorbansi
Konsen
Rerata
Viabilita
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi s Sel (%)
(µg/ml)
1
2
3
500
0,43
0,443
0,453
0,011
0,442
63,676
250
0,48
0,502
0,544
0,032
0,508
76,526
125
0,568
0,566
0,547
0,011
0,560
76,463
62,5
0,581
0,64
0,597
0,030
0,606
81,711
31,25
0,516
0,646
0,547
0,067
0,569
80,852
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Sel HeLa
0,608
0,579
0,71
0,632
0,068
Media
0,104
0,11
0,111
0,108
0,003
% Viabilitas HeLa Akibat Ekstrak Etanol 70 %
110
y = -0.0613x + 93.742
R² = 0.9247
viabilitas sel (%)
100
90
80
70
60
50
40
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,9616 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan
konsentrasi fraksi metanol.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 713,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0613x+93,742.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Ekstrak Etanol 70%
Absorbansi
Konsen
Rerata
Viabilita
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi s Sel (%)
(µg/ml)
1
2
3
500
0,762
0,742
0,735
0,014
0,746
94,282
250
0,733
0,771
0,734
0,021
0,746
94,234
125
0,782
0,738
0,773
0,023
0,764
96,899
62,5
0,798
0,791
0,779
0,009
0,789
100,532
31,25
0,821
0,821
0,778
0,024
0,806
103,052
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,849
0,77
0,738
0,785
0,057
% Viabilitas T47D Akibat Ekstrak Etanol 70%
106
viabilitas sel (%)
104
102
y = -0.0167x + 101.04
R² = 0.6656
100
98
96
94
92
90
0
100
200
300
400
500
600
konsentrasi (µg/ml)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,8158 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel
dengan konsentrasi fraksi metanol.
3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 3056,28 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier
yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0167x+101,04.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Absorbansi Uji Kontrol Pelarut Pada Sel HeLa
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
O,623
0,579
0,605
0,022
0,602
95,340
250
0,69
0,043
0,627
0,044
0,658
105,950
125
0,738
0,731
0,627
0,062
0,698
113,539
62,5
0,713
0,711
0,627
0,050
0,690
111,964
31,25
0,67
0,678
0,641
0,019
0,663
106,801
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Uji Kontrol Pelarut Pada Sel HeLa
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,694
0,579
0,608
0,627
0,059
% Viabilitas HeLa Akibat DMSO
viabilitas sel (%)
115
110
y = -16.168x + 112.98
R² = 0.7444
105
100
95
90
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
konsentrasi v/v (%)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783.
2. r = 0,8627 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel
dengan konsentrasi kontrol pelarut terhadap sel HeLa.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Absorbansi Uji Kontrol Pelarut Pada Sel T47D
Absorbansi
Konsen
Rerata
trasi
SD
Replikasi Replikasi Replikasi
Absorbansi
(µg/ml)
1
2
3
Viabilita
s Sel (%)
500
0,654
0,563
0,632
0,047
0,616
75,387
250
0,606
0,65
0,604
0,026
0,62
75,920
125
0,617
0,615
0,624
0,004
0,618
75,726
62,5
0,667
0,698
0,717
0,025
0,667
82,751
Data yang di garis bawah tidak digunakan
Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Uji Kontrol Pelarut Pada Sel T47D
Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Rerata
Kontrol
SD
1
2
3
Absorbansi
Media
0,135
0,085
0,073
0,097
0,032
Sel
0,849
0,77
0,738
0,785
0,057
% Viabilitas T47D Akibat DMSO
86
viabilitas sel (%)
84
y = -5.7634x + 80.148
R² = 0.3961
82
80
78
76
74
72
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
konsentrasi v/v (%)
1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=4 adalah 0,95.
2. r = 0,6293 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel
dengan konsentrasi kontrol pelarut terhadap sel T47D.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Hasil Identifikasi Golongan Fraksi n-Heksan Menggunakan KLT
Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2)
di
semprot
dengan
reagen
liebermann burchard menggunakan
fase diam alumunium silica gel F254
dan fase gerak n-heksan : etil asetat
(4:1) di bawah sinar tampak (A),
UV254 (B), dan UV366 (C).
1
A
2
1
B
2
1
C
2
Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2)
di semprot dengan reagen AlCl3
menggunakan fase diam alumunium
silica gel F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (4:1) di bawah
sinar tampak (A), UV254 (B), dan
UV366 (C).
1
A
2
1
B
2
1
C
2
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2)
di semprot dengan reagen FeCl3
menggunakan fase diam alumunium
silica gel F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (4:1) di bawah
sinar tampak (A), UV254 (B), dan
UV366 (C)
1
A
2
1
B
2
1
C
2
Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2)
di
semprot
dengan
reagen
dragendorf menggunakan fase diam
alumunium silica gel F254 dan fase
gerak n-heksan : etil asetat (4:1) di
bawah sinar tampak (A), UV254 (B),
dan UV366 (C)
1
A
2
1
B
2
1
C
2
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Theodorus Kristianto Dau,
Lahir di Bumi Emas, 7 Maret 1995. Putra pertama
pasangan Bapak Tarsisius Didik dan Ibu Ester Sri
Rahayu. Penulis menempuh pendidikan di TK Mater Dei
Pamulang (1998-2001), SDK Mater Dei Pamulang
(2001-2007), SMPK Mater Dei Pamulang (2007-2010),
SMAK Mater Dei Pamulang (2010-2013). Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata
Dharma Fakultas Farmasi pada tahun 2013.
Penulis pernah mengikuti kegiatan dan organisasi saat menempuh
pendidikan di Universitas Sanata Dharma, yaitu : Panitia TITRASI 2014 divisi
Perlengkapan, Panitia Pelepasan Wisuda 2 tahun 2014 sebagai Koordinator
Perlengkapan, Panitia Desa Mitra I tahun 2015 divisi Dana dan Usaha, dan Panitia
TITRASI 2015 sebagai Ketua Umum.
35
Download