PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Theodorus Kristianto Dau NIM : 138114120 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Theodorus Kristianto Dau NIM : 138114120 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Halaman Persembahan I see the stars, I hear the rolling thunder, Thy power throughout the universe displayed. Anargyroi “Accepting no payment for their services” Ku persembahkan skripsi ini untuk : Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus Yang Maha Kuasa pencipta langit dan bumi, pelindung dan penyelamat dunia Keluarga Tercinta Papa, Mama dan Sinta v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa” dengan baik. Laporan akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada: 1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Dr. Puji Astuti., M.Sc., Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku penguji yang telah mendukung terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu memberikan saran serta arahan yang berharga bagi penulis. 4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku penguji yang telah mendukung terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu memberikan saran serta arahan yang berharga bagi penulis. 5. Ibu Dita Maria Virginia, M. Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akedemik yang senantiasa membimbing dari awal hingga akhir dan terus memberikan dorongan semangat dan motivasi. 6. Laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia (Mas Wagiran) serta seluruh dosen dan staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses pelaksanaan skripsi dan perkuliahan dari awal hingga akhir. 7. Keluarga tercinta Bapak Tarsisius Didik, Ibu Ester Sri Rahayu dan Yasinta Regina Dau yang selalu memberikan doa, motivasi, saran dan dukungan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Natasha Queen Ferdinand yang telah berjuang menyelesaikan skripsi hingga selesai, melewati segala rintangan dan menjalaninya baik dalam suka maupun duka. 9. Sari Kusumastuti, atas cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, semangat yang telah diberikan dengan tulus. 10. “mancing mania” dan “Medicine Man” atas perjuangannya di Fakultas Famasi. 11. Penghuni dan pejuang Rollando, Ari, Talino, Zelin, Lupy, Alex atas canda tawa dan kebahagiannya. 12. Teman-teman FSM C, FST dan seluruh angkatan 2013 yang telah berbagi suka dan duka selama berada di Fakultas Farmasi Sanata Dharma. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat diucapkan namanya satu per satu yang telah mendukung penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima kasih. Yogyakarta, Februari 2017 Penulis viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL .................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ....................................... vi PRAKATA ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii ABSTRAK ....................................................................................................... xiii ABSTRACT ..................................................................................................... xiv PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 METODE PENELITIAN ................................................................................. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5 Uji Sitotoksik Daun Tanduk Rusa ..................................................... 5 Skrining Fitokimia ............................................................................. 10 KESIMPULAN ................................................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15 LAMPIRAN ..................................................................................................... 17 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 35 ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel HeLa ........................................ 7 Tabel I. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel T47D ....................................... 8 Tabel III. Rf Kromatogram KLT Tanduk Rusa ............................................. 13 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ekstrak etanol 70% (A), fraksi n-heksan (B), etil asetat (C) dan metanol (E) daun tanduk rusa .......................... 6 Gambar 2. Efek reagen MTT terhadap pembentukan kristal formazan pada sel T47D................................................................................ 7 Gambar 3. Efek fraksi n-heksan terhadap pertumbuhan sel HeLa.................. 9 Gambar 4. Identifikasi fraksi non polar .......................................................... 11 Gambar 5. Identifikasi fraksi n-heksan dengan anisaldehid-asam sulfat ....... 12 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearance ....................................................................... 17 Lampiran 2. Determinasi Tanaman Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) .................................... 18 Lampiran 3. Kunci Determinasi Tanaman Tanduk Rusa ................................ 19 Lampiran 4. Perhitungan Rendemen ............................................................... 21 Lampiran 5. Penghitungan Nilai IC50 .............................................................. 23 Lampiran 6. Hasil Identifikasi Golongan Menggunakan KLT ....................... 33 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa Theodorus Kristianto Dau Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia. Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529 [email protected] ABSTRAK Kanker serviks menjadi salah satu kanker dengan prevalensi terbesar. Penemuan obat antikanker diawali dengan penelusuran zat sitotoksik pada tanaman. Tanaman paku merupakan tanaman yang tersebar di dataran Indonesia di mana salah satunya adalah tanaman paku tanduk rusa. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelusuran efek sitotoksik tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) terhadap sel HeLa. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT untuk mengetahui efek sitotoksik berdasarkan nilai IC50. Pengujian dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol. KLT digunakan untuk penelusuran golongan senyawa aktif tanaman tanduk rusa dengan pereaksi semprot lieberman burchard, AlCl3, FeCl3, dragendorf dan anisaldehid-asam sulfat. Efek sitotoksik hanya terdapat pada fraksi n-heksan yang memiliki efek sitotoksik rendah dengan nilai IC50 281,6 µg/ml. Nilai r yang didapatkan lebih tinggi dari r tabel (0,8783) taraf kepercayaan 95% (P<0,05) yaitu sebesar 0,9662 yang menunjukkan adanya efek dose dependent pada setiap konsentrasi fraksi (500, 250, 125, 62,5, 31,25 µg/ml). Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel line lain yaitu T47D menunjukkan hasil tidak toksik untuk kesemua ekstrak dan fraksi. Hasil skrining fitokimia terhadap fraksi n-heksan menunjukkan adanya kandungan flavonoid, triterpenoid dan fenol. Kata Kunci : IC50, Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr., Sel HeLa, Sitotoksik, Skrining Fitokimia. xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN TANDUK RUSA (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) TERHADAP SEL HeLa Theodorus Kristianto Dau Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia. Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529 [email protected] ABSTRACT Cervical cancer became one of the cancers with the greatest prevalence. The discovery of anticancer drugs begins with the search for cytotoxic substances in plants. Fern is a plant that spread in the plains of Indonesia where one of them is the staghorn fern. This study aims to conduct searches cytotoxic effects of staghorn plants (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) against HeLa cells. Cytotoxic activity test was conducted using MTT method so that it can be seen the effects cytotoxic by looking at IC50 value. Tests carried out using 70% ethanol extract, fraction of n-hexane, ethyl acetate and methanol. TLC is used to search the group chemical compound plant with lieberman burchard, AlCl3, FeCl3, dragendorf and anisaldehid-asam sulfat reagent spray. Cytotoxic effects just appreance in fraction of n-hexane which has low cytotoxic level with IC50 value 281.6 µg/ml. n-Hexane r value (0.9662 ) is higher than r table (0.8783) confidence level of 95% (P <0.05), which showed a dose dependent effect at each concentration fraction (500, 250, 125, 62.5, 31.25 µg/ml). Cytotoxic activity test against other cell line that is T47D do not show cytotoxic activity result for all extract and fraction. Phytochemical screening of the n-hexane fraction show that it contains flavonoids, triterpenoids and phenols so that need further search. Keywords : Cytotoxicity, HeLa Cell, IC50, Phytochemical Screening, Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr. xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENDAHULUAN Serviks adalah daerah bawah pada ujung sempit rahim yang mengarah dari rahim ke vagina (jalan lahir). Kanker serviks terjadi ketika sel-sel di leher rahim mulai tumbuh di luar kendali dan menyerang jaringan di dekatnya atau menyebar ke seluruh tubuh (Dollinsky and Hill-Kayser, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa, di Indonesia kanker serviks menjadi kasus penyakit kanker terbesar dengan persentase 0,8%, dari hasil wawancara yang mengaku pernah didiagnosis kanker oleh dokter dengan 1,4% prevalensi kanker di Indonesia (Litbangkes, 2013). Kultur sel dari kanker serviks adalah sel HeLa. Sel HeLa merupakan sel yang didapat dari penderita adenocarcinoma agresif. Sel HeLa tumbuh secara pesat dalam kultur sel dan menjadi kultur sel manusia yang pertama (Lucey et al, 2009). Sel HeLa telah mengalami adaptasi yang kuat untuk kondisi pengembangbiakan (Rahbari et al. 2009). Human Papiloma Virus (HPV) menjadi potensi onkogenik kanker serviks karena interaksi dari dua onkoprotein yang dihasilkan virus tersebut yaitu E6 dan E7. Protein dari HPV tersebut berisiko tinggi menyebabkan degradasi dan inaktivasi p53 dan protein Rb (Gadducci et al. 2011). Penyebab timbulnya kanker tentunya selalu berbeda untuk setiap jenis kanker sehingga menghasilkan kultur sel yang berbeda. Seperti pada kultur sel T47D yang berasal dari kanker payudara yang mayoritas kemunculannya disebabkan kurangnya efek perbaikan DNA oleh double-strand breaks (DSBs) pada gen BRCA1 dan BRCA2. Selain itu kanker payudara juga diketahui dari mutasi sel somatik pada TP53 (Knowles dan Shelby, 2006). Penemuan obat antikanker yang berasal dari tanaman didapatkan dari senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dihasilkan oleh sistem pertahanan kimia kompleks tanaman sebagai penghalang atau membunuh pemangsa. Produk dari tanaman menyediakan obat yang dapat diakses dengan jalur spesifik dan tentunya dapat menyediakan dasar rangka struktur kimia (template) untuk desain obat kedepannya (Cragg et al, 2005). Meskipun tanaman dianggap sebagai sumber utama obat antikanker, hanya 515% dari sekitar 250.000 spesies dari tanaman tingkat tinggi yang telah dipelajari senyawa bioaktifnya dan hal ini yang menjadikan bahwa ada potensi yang besar untuk memanfaatkan tanaman sebagai senyawa antikanker (Saeidnia and Abdollahi, 2014). Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr. adalah tanaman paku dengan kelas Polypodiceae. Pada kelas yang sama ekstrak Phymatopteris triloba (Houtt.) Pichi Serm. dapat menekan pertumbuhan sel HeLa sebanyak 40%. Tanaman ini diketahui mengandung 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI senyawa fenolik yaitu myricetin, sinapic acid, protocatechuic acid, p-hydroxybenzoic acid dan gallic acid (Chai et al, 2013). Penelitian tanaman paku di Indonesia terutama pada tingkat genus Platycerium belum terlihat signifikan. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan uji sitotoksik tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) untuk mengetahui aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dan dilakukan penelusuran akan kandungan metabolit yang dimiliki tanaman tersebut. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah vial, ependorf, tabung konikal, 96wellplate, tissue culture bottle, elisa reader, neraca analitik, sentrifuge, inkubator 37ºC 5% CO2, lemari es, Bio Safety Cabinet (BSC), tangki nitrogen cair, hemocytometer, mikroskop inverted (olimpus), mikropipet (5 µl-20 µl, 20 µl-200 µl, 200 µl-1000 µl, tip (putih, biru, kuning), pisau, saringan 40 mesh, orbital shaker, kertas saring, pompa vakum, blender, vorteks, eksikator, cawan porselen, erlenmeyer, tabung reaksi, pipa kapiler, pipet, oven, rotary evaporator, lemari asam, serta lampu sinar UV254 dan UV366 mm. Bahan digunakan adalah daun (batang palsu) tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.), aquadest, etanol 70%, n-heksan, etil asetat, metanol, kultur sel HeLa, kultur sel T47D, media komplit (media kultur RPMI berisi FBS 10% (Gibco), penisilinstreptomisin 1% (Gibco), dan fungizon 0,5% (Gibco)), Phosphat Buffer Saline (PBS) PH7,4 (8 g NaCl, 0,2 g KH2PO4 1,15 g Na2HPO4 dalam 1 L aquadest), Tripsin-EDTA 0,25% (Gibco), DMSO, 3-(4,5-dimetilthiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide (MTT), reagent stopper (10% (w/v) natrium deosil sulfat dalam 0,1 N HCl), silica gel 60 F254, fase gerak (n-heksan : etil asetat) dan pereaksi semprot (liebermann burchard, dragendorf, AlCl3, FeCl3 dan anisaldehid-asam sulfat). Determinasi Tanaman Bahan digunakan adalah daun dari tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) yang menempel pada pohon mahoni (Swietenia macrophylla king) yang tumbuh di Gedung Pusat Sanata Dharma, Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ekstraksi dan Fraksinasi 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Serbuk daun masing-masing sebanyak ± 30 g dilarutkan dalam etanol 70% sebanyak 300 ml. Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil. Proses maserasi dilakukan dengan penggojokkan pada suhu ruang selama 24 jam dengan orbital shaker. Selanjutnya filtrat etanol 70% dipisahkan dari residunya dengan melakukan penyaringan menggunakan kertas saring dengan bantuan corong buchner dan pompa vakum. Filtrat kemudian disimpan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai. Residu yang diperoleh kemudian dimaserasi kembali selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan penyaringan untuk memperoleh filtrat etanol 70%. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga memperoleh filtrat bening. Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 50°C sehingga diperoleh ekstrak pekat. Kemudian ditimbang berat ekstrak kental etanol 70% dan dicatat bobotnya. Ekstrak tanduk rusa yang sudah dikeringkan di dalam oven, diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 g. Ekstrak dilarutkan menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 10 ml kemudian divortex selama 10 menit dan disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Hasil akan membentuk dua fase, berupa padat (residu) dan cair. Diambil fase cair sebagai fraksi n-heksana. Dilakukan secara berulangulang sehingga filtrat tidak berwarna. Selanjutnya dilanjutkan secara bertahap untuk fraksi etil asetat dan metanol. Uji sitotoksik Panen Sel Sel HeLa dalam media komplit yang telah dikembangkan dari nitrogen cair, dihitung jumlahnya menggunakan haemocytometer. Sel dengan kepadatan 104 sel/sumuran ditransfer ke dalam lubang sumuran pada 96-well plate kecuali kontrol media, masingmasing 100 µl. Setiap kali mengisi 12 sumuran, sel diresuspensi agar tetap homogen. Keadaan sel diamati dengan mikroskop inverted untuk melihat distribusi sel. Sel diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 24 jam. Perlakuan Sel Setelah inkubasi 24 jam, dibuat seri konsentrasi sampel untuk ekstrak etanol 70%, maupun fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol yang berasal dari larutan stok dimana stok dibuat dari sampel sebanyak 10 mg yang dilarutkan dalam DMSO steril 100 µl sehingga di peroleh konsentrasi 100.000 µg/ml. Plate yang telah berisi sel, diambil dari inkubator CO2, 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemudian media sel dibuang. Seri konsentrasi sampel dari pengenceran stok (500, 250, 125, 62,5, 31,25, 15,6, 7,8 µg/ml) dimasukkan ke dalam sumuran (replikasi 3 kali) dan diinkubasi di dalam inkubator CO2. Lama inkubasi adalah 24 jam. Dibuat kontrol sel dengan memberi media komplit 100 µl pada lubang sumuran berisi sel tanpa perlakuan. Pengujian dengan MTT Reagen MTT dalam PBS (0,5 mg/ml) sebanyak 1,0 ml diencerkan dengan medium komplit sampai 10,0 ml. Media sel dibuang dan ditambahkan 100 µl reagen MTT ke setiap lubang sumuran. Sel diinkubasi selama 4 jam di dalam inkubator CO2 pada suhu 37oC. Sel uji yang hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kompleks berwarna ungu. Jika formazan telah jelas terbentuk, ditambahkan reagen stopper. Plate dibungkus dengan kertas dan diinkubasi di tempat gelap pada temperatur kamar selama semalam. Absorbansi masing-masing sumuran dibaca dengan elisa reader pada panjang gelombang 595 nm. Analisa Data Data absorbansi yang diperoleh dari uji aktivitas sitotoksik dikonversikan ke dalam bentuk persentase viabilitas sel yang dihitung menggunakan rumus : absorbansi perlakuan absorbansi media 100% % sel hidup absorbansi kontrol sel absorbansi media Data yang berupa viabilitas sel kemudian dianalisis dengan program Microsoft Excell untuk mendapatkan linearitas (r) antara konsentrasi bahan uji versus persentase sel yang viabel, serta untuk menghitung nilai IC50. Skrining Fitokimia Skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis untuk ekstrak etanol 70%, dan fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol. Fase diam : Silica gel 60 F254 alumunium Fase gerak : n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 10 ml jarak pelarut depan dari tingkat cairan pelarut 110 mm (ZF), jarak antara tingkat cairan pelarut dan garis awal 10 mm (Z0), jarak elusi 100 mm dan jarak antar pelarut 10 mm. Penyemprotan dilakukan dengan anisaldehid-asam sulfat sebagai reagen semprot umum 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk mendeteksi senyawa kimia tanaman (Jork et al, 1990a) pada fraksi yang banyak mengandung spot. Kemudian dipanaskan dengan suhu 100oC selama 2 menit. Triterpenoid Disemprot dengan reagen liebermann burchard (1 ml H2SO4, 10 ml anhidrat asetat, 50 ml kloroform). Diamati di bawah sinar UV dan cahaya tampak akan adanya perubahan warna biru-hijau (Harborne, 1984). Fenol Penyemprotan dilakukan dengan reagen besi (III) klorida (0,1 sampai 1 g besi (III) klorida hexahydrate dilarutkan dalam 100 ml etanol). Kemudian dipanaskan dengan suhu 100oC sampai 110oC selama 5 sampai 10 menit. Akan terbentuk spot kurang berwarna dengan latar belakang kuning dan spot terbentuk warna biru kehijauan setelah di panaskan (Jork et al, 1990b). Flavonoid Disemprot dengan reagen alumunium klorida (0,2 sampai 1 g alumunium klorida dalam 100 ml etanol). Dilihat di bawah sinar UV366, hasil fluorosensi warna kuning mengindikasikan adanya flavonoid (Jork et al, 1990a). Alkaloid Disemprot dengan reagen dragendorf. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya spot berwarna jingga (Tona et al, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman tanduk rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) yang digunakan sebagai sampel telah dilakukan determinasi untuk memastikan kebenaran spesies tanaman tersebut (Lampiran 2.), dimana ciri-ciri tanaman ditelusuri dan dijabarkan pada Lampiran 3. berdasarkan literatur yang diacu. Ekstraksi daun tanaman tanduk rusa yang dilakukan dengan etanol 70% didapatkan hasil sebanyak 3 cawan ekstrak kental dengan masing masing rendemen 1,2%; 1,423%; 1,333%. Hasil ekstrak yang didapat kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Hasil fraksinasi dibuat dalam dua cawan yang masing-masing digunakan untuk 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI uji sitotoksik dan penelusuran profil metabolit tanaman tanduk rusa (Lampiran 4.). A B C D Gambar 1. Ekstrak etanol 70% (A), fraksi n-heksan (B), etil asetat (C) dan metanol (D) daun tanduk rusa Uji Sitotoksik Daun Tanduk Rusa Pengujian dengan metode 3- (4,5-dimethylthiazol-2-yl) -2,5 diphenyl tetrazolium bromide atau yang biasa dikenal dengan MTT didasarkan konversi dari reagen MTT menjadi kristal formazan oleh sel hidup yang digunakan untuk mendeterminasi aktivitas mitokondria. Karena bagi kebanyakan populasi sel jumlah keseluruhan aktivitas mitokondria berhubungan dengan jumlah sel yang hidup. Pengujian ini secara luas digunakan untuk mengukur in vitro efek sitotoksik obat pada jalur kultur sel atau sel primer pasien (Van Meerloo et al, 2011). Analisis data dilakukan dengan cara mengkonversikan rerata nilai absorbansi menjadi % viabilitas sel yang kemudian dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak dan juga fraksi (disajikan dalam bentuk grafik) pada lampiran 5. Pembentukkan kristal formazan dari reagen MTT terjadi akibat proses penerimaan NADH dan pelepasan NAD+ yang terjadi didalam mitokondria. Proses pembentukan ini 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B A u Gambar 2. Efek reagen MTT terhadap upembentukan kristal formazan pada sel T47D Sel normal pasca inkubasi 24 jam (A) 4 jam setelah pemberian reagen MTT berubah bentuk dan berwarna ungu (B). Perubahan ini menunjukkan sel tersebut hidup saat diberikan reagen MTT tentunya terjadi didalam bagian sel. Pembacaan kristal formazan dilakukan dengan elisa reader yang hasilnya berupa nilai absorbansi. Formazan perlu dilisis dengan menggunakan reagen stopper agar keluar dari sel dan dapat dilakukan pembacaan nilai absorbansi. Proses lisis yang kurang mengakibatkan terganggunya pembacaan nilai absorbansi dari kristal formazan. Oleh sebab itu data yang digunakan pada sel HeLa pada fraksi etil asetat dan metanol menggunakan seri konsentrasi yang dimulai dari 250; 125; 62,5; 31,25; dan 15,6 µg/ml tidak seperti mayoritas perhitungan data yang menggunakan konsentrasi 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 µg/ml. Tabel I. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel HeLa Kultur Sel Bahan Uji r IC50 µg/ml Efek Sitotoksik n-heksan 0,9662 281,6 toksik (rendah) etil asetat 0,8165 649,5 tidak toksik metanol 0,9003 824,4 tidak toksik ekstrak etanol 70% 0,9616 713,5 tidak toksik sel HeLa Koefisien korelasi (r) dan konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh 50% sel (IC 50) didapatkan dari kurva perbandingan antara konsentrasi dan % viabilitas sel Fraksi n-heksan memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih baik dibandingkan dengan fraksi etil asetat, fraksi metanol dan ekstrak etanol 70%. Hal ini ditunjukkan dari % viabilitas sel terkecil yaitu 21,819% pada tingkat konsentrasi 500 µg/ml dari seri konsentrasi fraksi n-heksan. Melihat sitotoksik yang rendah pada sel HeLa / tidak melihat 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI efek yang menjanjikan, maka perlu dikonfirmasi apakah memiliki efek yang sama untuk sel lainnnya. Ekstrak dan fraksi tanaman tanduk rusa kemudian diujikan kepada kultur sel lainnya yaitu kultur sel dari kanker payudara, sel T47D yang dipilih secara acak untuk mengetahui seberapa luas efek sitotoksiknya dan apakah memiliki kemiripan efek. Hasil menunjukkan % viabilitas sel terkecil juga didapat pada fraksi n-heksan pada tingkat konsentrasi 500 µg/ml yaitu 89,147%. Namun % viabilitas sel ini terbilang cukup tinggi bahkan populasinya lebih dari 50% yang menandakan pada tingkat konsentrasi tertinggi (500 µg/ml) tidak mampu membunuh populasi sel T47D lebih dari 50%. Semakin kecil % viabilitas sel maka semakin kecil jumlah sel yang berhasil hidup yang berarti semakin tinggi kemampuan ekstrak untuk membunuh sel kanker tersebut. Tabel II. Koefisien Korelasi (r) dan IC50 Ekstrak dan Fraksi Daun Tanduk Rusa Terhadap Sel T47D Kultur Sel Bahan Uji r IC50 µg/ml Efek Sitotoksik n-heksan 0,9913 1329,5 tidak toksik etil asetat 0,8345 3345,5 tidak toksik metanol 0,9201 7785,5 tidak toksik ekstrak etanol 70% 0,8158 3056,2 tidak toksik sel T47D Koefisien korelasi (r) dan konsentrasi yang diperlukan untuk membunuh 50% sel (IC50) didapatkan dari kurva perbandingan antara konsentrasi dan % viabilitas sel Pada sel T47D % viabilitas sel yang didapatkan tidak menunjukkan penurunan tetapi menunjukkan adanya peningkatan nilai yang lebih dari 100% untuk fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat pada tingkat konsentrasi 250; 125; 62,5; 31,25 µg/ml, ekstrak etanol 70% pada tingkat konsentrasi 62,5; 31,25 µg/ml, serta fraksi metanol untuk keseluruhan tingkat konsentrasi. Kejadian ini menunjukkan adanya induksi yang dilakukan oleh ekstrak dan fraksi tanduk rusa di mana induksi tersebut mendorong proliferasi sel yang mengakibatkan tidak munculnya efek toksik melainkan meningkatkan jumlah pertumbuhan sel T47D. Kondisi ini berlainan dengan apa yang terjadi pada sel HeLa yang menghasilkan efek toksik untuk kesemua ekstrak dan fraksi sehingga kejadian ini menandakan bahwa ekstrak dan fraksi tanduk rusa memiliki efek yang berbeda-beda terhadap kultur sel yang berbeda. Nilai r dinyatakan memiliki hubungan linear jika lebih besar dari nilai r tabel. Berdasarkan tabel koefisien korelasi (r) dan IC50 ekstrak dan fraksi daun tanduk rusa (tabel I. dan tabel II.) dapat diketahui bahwa nilai r hitung untuk fraksi n-heksan 0,9662; fraksi 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI metanol 0,9003 dan ekstrak etanol 70% 0,9616 terhadap sel HeLa memiliki nilai lebih besar dibandingkan nilai r tabel yaitu 0,8783 pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05) n=5. Hal ini menunjukkan adanya dose dependent yaitu seiring meningkatnya konsentrasi maka akan meningkatkan efek sitotoksik terhadap kultur sel. Hal demikian pun juga terjadi pada pengujian dengan sel T47D untuk fraksi n-heksan dengan nilai r 0,9913 dan fraksi metanol dengan nilai r 0,9201. Penurunan jumlah sel mencerminkan penghambatan pertumbuhan sel dan sensitivitas obat maka biasanya ditentukan sebagai konsentrasi obat yang diperlukan untuk penghambatan pertumbuhan mencapai 50% dibandingkan dengan pertumbuhan kontrol (50% konsentrasi penghambatan, IC50) (Van Meerloo et al, 2011). Kriteria untuk mengkategorikan efek sitotoksik ekstrak maupun fraksi didasarkan oleh U.S. National Cancer Institute (NCI) dengan kategori yaitu : IC50 ≤ 20 µg/ml = efek sitotoksik tinggi, IC50 21 – 200 µg/ml = efek sitotoksik sedang, IC50 201 – 500 µg/ml = efek sitotoksik rendah dan IC50 > 501 µg/ml = tidak memiliki efek sitotoksik (Sajjadi et al, 2015). Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui fraksi n-heksan merupakan satu satunya fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 sebesar 281,6 µg/ml. Namun efek sitotoksik tersebut tergolong dalam kategori yang rendah. Efek sitotoksik tidak tampak pada fraksi etil asetat, fraksi metanol dan ekstrak etanol 70% serta pada pengujian dengan sel T47D. Walaupun pada pengujian terhadap sel T47D fraksi nheksan mendapatkan IC50 terkecil (terbaik) namun nilai tersebut masih masuk kedalam kategori tidak toksik. A Gambar 3. Efek fraksi n-heksan terhadap pertumbuhan sel HeLa B u Pertumbuhan sel setelah mengalami inkubasi selama 24 jam agar kondisi sel kembali normal. Sel yang tidak mengalami perlakuan atau disebut kontrol sel (A) dan sel yang mengalami perlakuan fraksi n-heksan konsentrasi 500 µg/ml (B) 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DMSO yang digunakan untuk melarutkan sampel ditelusuri akan adanya pengaruh penggunaannya terhadap hasil dari pengujian efek sitotoksik. Pengujian dilakukan terhadap kultur sel HeLa maupun sel T47D dengan membandingkan hasil % viabilitas sel dengan penggunaan DMSO pada tiap konsentrasi pengujian sebenarnya. Larutan DMSO diambil sebanyak 100 µl untuk setiap ekstrak seberat 0,01 g agar didapat konsentrasi sebesar 100.000 µg/ml. Dari larutan tersebut dibuat konsentrasi 500 µg/ml dengan mencampurkan media komplit dan kemudian diencerkan setengah secara beruruturut dari konsentrasi awal. Perbandingan antara DMSO dan media komplit dalam setiap tingkat konsentrasi tersebut yang kemudian dihitung perbandingannya v/v dalam bentuk persen sehingga setiap campuran perbandingan v/v (DMSO dalam larutan) dibandingkan dengan % viabilitas sel. Hasil % viabilitas sel yang didapatkan pada Sel HeLa tidak mengalami penurunan signifikan berkisar dari 95,340% hingga 113,539 %. Begitu juga untuk pengujian dengan sel T47D memiliki rentang nilai yang dekat antara 75,387% hingga 82,751%. Pada pengujian kontrol pelarut, sel T47D memiliki % viabilitas yang lebih kecil dibanding pengujian sitotoksik, hal ini karena pada pengujian sitotoksik tidak ditemukan adanya efek sitotoksik melainkan efek yang membantu proliferasi sel bahkan meningkat hingga viabilitas sel lebih dari 100%. Dari hasil tersebut pelarut DMSO tidak mempegaruhi hasil uji sitotoksik. Hal ini juga dipertegas dari nilai r hitung yang lebih rendah dibandingkan nilai r tabel sehingga tidak menunjukkan adanya dose dependent. Skrining Fitokimia Fraksi n-heksan yang merupakan pelarut non polar diketahui memiliki aktivitas sitotoksik berdasarkan nilai IC50 yang didapat pada percobaan dengan sel HeLa maka dilakukan penelusuran akan kandungan metabolit tanaman tanduk rusa pada fase non polar (Gambar. 4). Fraksi n-heksan yang di fraksinasi dengan pelarut yang bersifat non polar mengandung berbagai senyawa kimia yang ditunjukkan dengan banyaknya spot dengan beragam warna. Ketika dibandingkan dengan hasil kromatogram pada ekstrak lainnya terlihat perbedaan adanya bercak spot. Hal tersebut dapat meyakinkan bahwa fase gerak tersebut mampu menjalankan totolan pada fase non polar dan menunjukkan fraksinasi yang dilakukan menghasilkan pemisahan yang baik. Selanjutnya fraksi n-heksan di jalankan kembali menggunakan fase diam dan fase gerak yang sama serta dianalisis dengan reagen semprot anisaldehid-asam sulfat untuk melihat kandungan metabolit tanaman tanduk rusa secara umum (Jork et al, 1990a). 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 3 2 A 4 1 2 3 4 1 B 3 2 4 C Gambar 4. Identifikasi fraksi non polar Penampakan dari identifikasi fase non polar menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) dengan urutan penotoloan fraksi n-heksan (1), etil asetat (2), metanol (3) dan ekstrak etanol 70% (4). Penampakan pada sinar tampak (A), dibawah sinar UV254 (B) dan sinar UV366 (C) Reaksi pada anisaldehid-asam sulfat menghasilkan 8 spot yang terbentuk dengan warna yang dihasilkan berbeda-beda pada penampakan sinar tampak, sinar UV254 dan UV366 (Gambar 5.). Spot yang dihasilkan sama untuk sinar tampak dan UV366 namun untuk UV254 hanya menampilkan 3 spot saja dengan nilai Retardation factor (Rf) 0,04; 0,19 dan 0,47. Spot yang menunjukkan hasil positif muncul setelah dilakukan pemanasan selama 2 menit pada suhu 100oC yang diamati pada sinar tampak dengan nilai Rf 0,04; 0,40; 0,47 dan 0,68 dengan spot berwarna merah. Hasil spot berwarna merah yang muncul mengindikasi akan adanya saponin, minyak penting, terpenoid, propylpropanoid, bitter principles, fenol, steroid, antioksidan (Wagner, 1996; Jork et al, 1990a). Hasil positif pada anisaldehid-asam sulfat di telusuri lagi dengan reagen spesifik yaitu liebermann burchard untuk mendeteksi triterpenoid, AlCl3 untuk mendeteksi flavonoid, FeCl3 untuk mendeteksi fenol dan dragendorf untuk mendeteksi alkaloid (Harborne, 1984, Jork et al, 1990a, Jork et al, 1990b, Tona et al, 1998). Fraksi n-heksan ditotol dan dijalankan kembali pada plat alumunium lainnya dengan fase gerak yang sama. Pereaksi semprot liebermann burchard digunakan untuk mendeteksi senyawa triterpenoid. Plat yang telah dijalankan disemprot dengan reagen liebermann burchard menunjukkan hasil positif untuk dua bercak. Spot tersebut berada pada Rf 0,04 dan 0,46 jika di deteksi dengan sinar UV366 dimana ada perubahan warna dari 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 A 2 1 B 2 1 C 2 Gambar 5. Identifikasi fraksi n-heksan dengan anisaldehid-asam sulfat Penampakan sebelum (1) dan setelah (2) di semprot reagen anisaldehid-asam sulfat dari identifikasi fraksi nheksan menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F 254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1). Perbandingan penampakan pada sinar tampak (A), dibawah sinar UV254 (B) dan sinar UV366 (C) jingga ke hijau kekuningan cerah untuk spot dengan Rf 0,04 dan merah ke hijau kekuningan cerah untuk spot dengan Rf 0,46. Hal ini diperkuat dengan munculnya warna merah pada sinar tampak setelah pemanasan yang sebelumnya berwarna latar belakang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi n-heksan mengandung senyawa triterpenoid. Pereaksi semprot AlCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa flavonoid. Deteksi dibawah sinar UV366 setelah disemprot dengan reagen AlCl3 menunjukkan hasil positif untuk satu bercak spot pada Rf 0,08. Spot pada Rf 0,08 mengalami perubahan warna dari ungu menjadi jingga sehingga fraksi n-heksan mengandung flavonoid. Hal ini diperkuat dengan spot tersebut tetap berwarna kuning setelah di semprot saat diamati dibwah sinar tampak. Pereaksi semprot FeCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol. Deteksi dengan reagen FeCl3 menunjukkan hasil positif dari adanya perubahan warna dari kuning menjadi hijau kebiruan gelap. Perubahan warna yang dilihat dengan sinar tampak setelah dipanaskan selama 5 menit dengan suhu 100oC pada spot dengan Rf 0,11. Bercak spot tersebut menunjukkan fraksi n-heksan mengandung fenol. Pereaksi semprot dragendorf digunakan untuk mendeteksi senyawa alkaloid. Deteksi dengan reagen dragendorf menunjukkan hasil negatif untuk semua bercak spot (tidak ada perubahan warna) sehingga fraksi n-heksan tidak mengandung alkaloid. 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel III. Rf Kromatogram KLT Tanduk Rusa Reagen Identifik asi Sinar Tampak Keku Warn Rf atan a 0,04 +++++ m 0,08 ++ ck 0,11 + ck 0,19 ++ h 0,32 + h 0,40 ++++ m 0,47 +++++ mg 0,68 ++ m 0,04 ++ m 0,08 + j 0,11 + j 0,19 ++ h 0,32 + h 0,40 + j 0,47 +++ ckmg UV254 Keku atan ++ UV366 Keku atan ++++ ++ ++ +++ +++ +++ +++++ +++ ++ Reak si Rf Rf (+/-) 0,04 0,04 + 0,08 0,11 Anisaldeh 0,19 +++ h 0,20 id-Asam 0,32 Sulfat 0,39 + 0,47 + mg 0,47 + 0,68 + 0,04 ++ j 0,04 + 0,11 ++ u 0,11 + j 0,19 +++ h 0,20 +++ m 0,32 + h 0,32 +++ m Lieberma 0,40 ++ u 0,39 + j nn 0,47 ++ u 0,46 ++++ hkc + Burchard 0,54 + j 0,59 + j 0,68 + u 0,68 +++ h 0,84 + j 0,95 + u 0,95 ++ hc 0,04 + h 0,04 + h 0,04 ++ j 0,08 ++ kh 0,08 ++ h 0,08 ++ j + 0,11 +++ k 0,11 ++ h 0,11 +++ m 0,19 +++ h 0,19 +++ h 0,19 ++++ m AlCl3 0,32 + h 0,32 ++++ m 0,39 ++ m 0,46 ++++ m 0,54 + m 0,67 ++ hb 0,11 ++ hbg 0,11 + h 0,11 ++ jg + 0,19 ++ h 0,19 ++ h 0,19 ++ mck FeCl3 0,31 + h 0,31 + h 0,31 ++ mck 0,44 + hg 0,44 +++ m 0,65 + h 0,19 + hg 0,19 + mg Dragendo 0,32 ++ mg rf 0,46 + mg 0,66 + mg Nilai spot Rf dan reaksi yang terjadi setelah penyemprotan menggunakan reagen anisaldehid-asam sulfat, Warn a ck Warn a hkc ck j m m h hjc hb hc liebermann burchard (tritepenoid), AlCl3 (flavonoid), FeCl3 (fenol) dan dragendorf (alkaloid) untuk fraksi nheksan menggunakan fase diam Alumunium Silica Gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) secara kualitatif. Reaksi positif ditunjukkan dengan tanda (+) dan reaksi negatif ditunjukkan dengan tanda (-). Kekuatan menunjukkan kekuatan warna dari spot yaitu +++++ sangat kuat, ++++ kuat, +++ sedang, ++ lemah, + sangat lemah. Warna spot yaitu kuning (k), hijau (h), biru (b), jingga (j), merah (m), ungu (u), coklat (ck), gelap (g) dan cerah (c) 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari penyemprotan reagen yang dilakukan, sebagian menunjukkan terjadinya reaksi antara kromatogram dengan pereaksi semprot. Reaksi tersebut ditunjukkan ketika di semprot dengan reagen anisaldehid-asam sulfat, liebermann burchard, AlCl3, FeCl3 sehingga menunjukkan akan adanya triterpenoid, flavonoid dan fenol namun tidak mengandung alkaloid (Lampiran 6.). KESIMPULAN Hasil uji sitotoksik daun tanduk rusa pada sel HeLa menunjukkan sifat sitotoksik yang rendah dengan nilai IC50 281,6 µg/ml. Efek sitotoksik ditunjukkan pada fraksi nheksan yang diketahui mengandung senyawa golongan triterpenoid, flavonoid dan fenol. Penelusuran lebih lanjut terhadap sel T47D tidak menunjukkan adanya efek sitotoksik. 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Chai, T.T., et al., 2013. Anti-Proliferative, Antioxidant and Iron-Chelating Properties of the Tropical Highland Fern, Phymatopteris triloba (Houtt) Pichi Serm (Family Polypodiceae). Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 12 (5), 747-753. Cragg, G.M., Kingston, D.G.I., & Newman, D.J., 2005. Introduction. In: G.M. Cragg, D.G.I. Kingston, and D.J. Newman, eds. Anticancer Agents From Natural Product. Boca Raton, FL: CRC Press, 1-3. Harborne, J.B., 1984. Phytochemical Methods A Guide To Modern Techniques of Plant Analysis. 2nd ed. London: Chapman and Hall. Jork, H., Funk, W., Fischer, W., & Wimmer, H., 1990a. Thin-Layer Chromatography Reagents and Detection Methods; Physical and Chemical Detection Methods. vol. 1a. trans. Frank and J.A. Hampson. Weinheim, Germany: VCH Verlagsgesellschaft. Jork, H., Funk, W., Fischer, W., & Wimmer, H., 1990b. Thin-Layer Chromatography Reagents and Detection Methods; Physical and Chemical Detection Methods. vol. 1b. trans. Frank and J.A. Hampson. Weinheim, Germany: VCH Verlagsgesellschaft. Litbangkes, 2013. RISKESDAS Dalam Angka: Indonesia Tahun 2013. Kementrian Kesehatan RI (Online), http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/ laporan/RKD/2013/RKD_dalam_angka_final.pdf diakses tanggal 9 Agustus 2016. Lucey, B.P., Nelson-Rees, W.A., & Hutchins, G.M., 2009. Henrietta Lacks, HeLa Cells, and Cell Culture Contamination. Archive Phatology Laboratory Medicine, 133 (9), 1463-1467. Rahbari, R., et al., 2009. A novel L1 retrotransposon marker for HeLa cell line identification. BioTechniques, 46 (4), 277-284. Saeidnia, S. & Abdollahi, M.A., 2014. Perspective Studies on Novel Anticancer Drugs from Natural Origin; a Comprehensive Review. International Journal of Pharmacology, 10 (2), 90-108. Sajjadi, A.E., Ghadnadian, M., Haghighi, M., & Mouhebat, L., 2015. Cytotoxic Effect of Cousinia verbascifolia Bunge Against OVCAR-3 and HT-29 Cancer Cells. Journal of Herbmed Pharmacology, 4 (1), 15-19. Tona, L., Kambu, K., Ngimbi, N., Cimanga, K., & Vlitinck, A.J., 1998. Antiamoebic and 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Phytochemical Screening of Some Congolese Medicine Plants. Journal of Ethnopharmacology, 61, 57-65. Van Meerloo, J., Kaspers, G.J.L., & Cloos, J., 2011. Cell Sensitivity assays: the MTT Assay. Methods in Molecular Biology, 731, 237-245. Wagner, H. and Bladt, S., 1996. Plant Drug Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas. 2nd ed, Verlag, Berlin: Springer. 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearance 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2. Determinasi Tanaman Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr.) 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3. Kunci Determinasi Tanaman Tanduk Rusa Kunci Determinasi Platycerium bifurcatum C. Chr. 1.a. Tumbuhan-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan berspora. (golongan 1). .... 17 Golongan 1. Paku dan Paku-pakuan 17.b. Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah ................................ 18 18.b. Daun-daun lain macamnya ......................................................................... 19 19.b. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya ................................................... 22 22.b. Tumbuh-tumbuh lain; tidak ada bagian fertile yang berbentuk bulir ........ 23 23.b. Daun fertile tidak demikian ........................................................................ 24 24.b. daun lain ..................................................................................................... 25 25.b. paku lainnya ............................................................................................... 26 26. b. paku lainnya ...................................................................... 11. Polypodiceae Fam. 11. Polypodiaceae – Paku-pakuan sejati Paku tanah atau epiphyt. Tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah. Akar rimpang kerapkali bersisik. Daun mempunyai hubungan beruas atau tidak dengan akar rimpang atau hubungan dengan tonjolan di atas akar rimpang (pendukung daun), tunggal atau majemuk; daun muda menggulung secara spiral. Sporangia pada sisi bawah daun (kadang-kadang pada tepi daun); semua berturutan atau dalam kelompok (sori), hamper selalu bertangkai, dengan cincin vertical terdiri dari sel yang berdinding tebal, hanya terputus pada tertancapnya tangkai tersebut, jarang sekali dengan cincin yang miring tetapi sempurna, membuka melintang, mudah rontok. Sori berbeda-beda menurut penempatan bentuk besar, telanjang atau tertutup oleh tepi daun selaput penutup. Selaput penutupnya banyak variasinya dalam hal cara menancap, bentuk dan besarnya, tetapi tinggal atau rontok. 1.a. Sporangia tersebar rata seluas sisi bawah daun fertile atau anak daun fertile, kadang-kadang bagian jalur sempit sepanjang ibu tulang daun atau tepi daun 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bebas dari sporangia, tidak terkumpul menjadi timbunan; tidak ada selaput penutup ................................................................................................................ 2 2.a.Daun steril dengan banyak urat daun yang berjalan menjadi satu, sehingga terbentuk jala urat daun dengan mata jala, mata jala dengan urat yang bebas atau tidak ..................................................................................................................... 3 3.b. Daun bercangap atau menyirip............................................. 4 4.a. Daun dimorph : sebagian umumnya berbagi, menempel pada batang pohon, cabang atau lereng batu, steril; sebagian bercabang menggarpu, kerapkali menggantung dank dang-kadang sekali fertil ............................. 3. Platycerium 3. Platycerium Eiphyt yang kokoh, kadang-kadang tumbuh di bukit berbatu. Daun sarang bervariasi dari bentuk ginjal melalui oval yang lebar sampai bentuk baji; yang kecil dengan tepi yang keseluruhannya menempel, tidak bercangap atau bercangap tidak dalam, yang lebih besar dengan ujung daun yang menjauhi tempelan, melekuk dalam tetapi tidak teratur; duduk, melekat pada akar rimpang dan menutupi ini, menangkap sampah, di mana akar menembus. Daun sesungguhnya 1-7 pertanaman, lebih besar dari pada daun sarang, menggarpu 2-4 kali, menggantung, di atas tangkai yang panjangnya 2-5 cm, dengan kaki berbentuk baji, panjang 40-100 cm, ujung tajuk tumpul, pada permulaannya berambut bintang, kemudian gundul. Sporangia di sisi bawah dari bagian atas dari ujung tajuk daun. Jawa Tengah dan Timur, di tempat kering, 50-500 m. Hutan, pohon tepi jalan, batang pohon di daerah perkebunan; kerapkali menjadi tanaman hias. Hertshoornvaren, N. Simbar menjangan, J. Platycerium bifurcatum C. Chr. Berdasarkan buku: Van Steenis, C.G.G.J., Den Hoed, D., Bloembergen, S., Eyma, P.J., 1981. FLORA untuk sekolah di Indonesia, cetakan ketiga, diterjemahkan oleh Moeso S., Soenarto H., Soerjo S.A., Wibisono, Margono P., Soemantri W.B., PT Pradnya Paramita: Jakarta Pusat. 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Cawan 1 Ekstrak Etanol 70% Cawan 2 Bobot cawan : 29,59 g Bobot cawan : 31,32 g Bobot cawan + isi : 33,19 g Bobot cawan + isi : 35,59 g Bobot ekstrak : 3,6 g Bobot ekstrak : 4,27 g % rendemen : 1,2% % rendemen : 1,423% Ekstrak Etanol 70% Cawan 3 Bobot cawan : 36,49 g Bobot cawan + isi : 40,49 g Bobot ekstrak :4g % rendemen : 1,333% Fraksi n-Heksan Cawan 1 Fraksi n-Heksan Cawan 2 Bobot cawan : 27,9291 g Bobot cawan : 29,3833 g Bobot cawan + isi : 27,9371 g Bobot cawan + isi : 29,3937 g Bobot fraksi : 0,008 g Bobot fraksi : 0,0104 g % rendemen : 0,08% % rendemen : 0,104% Fraksi Etil Asetat Cawan 1 Fraksi Etil Asetat Cawan 2 Bobot cawan : 29,6115 g Bobot cawan : 36,8962 g Bobot cawan + isi : 29,6182 g Bobot cawan + isi : 36,9019 g Bobot fraksi : 0,0067 g Bobot fraksi : 0,0057 g % rendemen : 0,067% % rendemen : 0,057% 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fraksi Metanol Cawan 1 Fraksi Metanol Cawan 2 Bobot cawan : 30,0622 g Bobot cawan : 26,0178 g Bobot cawan + isi : 31,1075 g Bobot cawan + isi : 25,1178 g Bobot fraksi : 1,0453 g Bobot fraksi : 0,9 g % rendemen : 10,453% % rendemen :9 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 5. Penghitungan Nilai IC50 Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi n-Heksan Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 0,262 0,227 0,179 0,041 0,222 21,819 250 0,48 0,418 0,404 0,040 0,434 62,150 125 0,568 0,409 0,426 0,087 0,467 68,575 62,5 0,491 0,501 0,485 0,008 0,492 73,282 31,25 0,49 0,492 0,478 0,007 0,486 72,201 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Sel HeLa 0,608 0,579 0,71 0,632 0,068 Media 0,104 0,11 0,111 0,108 0,003 % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi n-Heksan 90 viabilitas sel (%) 80 y = -0.1093x + 80.789 R² = 0.9337 70 60 50 40 30 20 10 0 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,9662 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi n-heksan. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 281,6 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi n-heksan yaitu y = -0,1093x + 80,789. 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi n-Heksan Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 0,646 0,754 0,733 0,057 0,711 89,147 250 0,797 0,77 0,814 0,022 0,793 101,162 125 0,811 0,862 0,848 0,026 0,840 107,945 62,5 0,842 0,805 0,875 0,035 0,840 107,994 31,25 0,851 0,918 0,844 0,040 0,847 112,403 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,849 0,77 0,738 0,785 0,057 % Viabilitas T47D Akibat Fraksi n-Heksan 120 viabilitas sel (%) 115 y = -0.0473x + 112.89 R² = 0.9827 110 105 100 95 90 85 80 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,9913 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi n-heksan. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 1329,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi n-heksan yaitu y = -0,0473x+112,89. 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi Etil Asetat Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 250 0,462 0,426 0,46 0,020 0,449 65,076 125 0,262 0,46 0,455 0,264 0,458 66,793 62,5 0,47 0,458 0,48 0,011 0,469 68,893 31,25 0,5 0,488 0,436 0,034 0,474 69,910 15,625 0,482 0,528 0,506 0,023 0,505 75,763 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Sel HeLa 0,608 0,579 0,71 0,632 0,068 Media 0,104 0,11 0,111 0,108 0,003 % Viabilitas HeLa Akibat Fraksi Etil Asetat 78 viabilitas sel (%) 76 74 y = -0.0349x + 72.67 R² = 0.6667 72 70 68 66 64 62 0 50 100 150 200 250 300 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,8165 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi etil asetat. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 649,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi etil asetat yaitu y = -0,0349x + 72,67. 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi Etil Asetat Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 0,779 0,764 0,732 0,024 0,758 96,027 250 0,848 0,803 0,794 0,028 0,815 104,263 125 0,844 0,836 0,796 0,025 0,825 105,765 62,5 0,827 0,797 0,81 0,015 0,811 103,730 31,25 0,834 0,796 0,798 0,021 0,809 103,439 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,849 0,77 0,738 0,785 0,057 % Viabilitas T47D Akibat Fraksi Etil Asetat 110 viabilitas sel (%) 108 y = -0.0167x + 105.87 R² = 0.6964 106 104 102 100 98 96 94 92 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi µg/ml 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,8345 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi etil asetat. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 3345,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi etil asetat yaitu y = -0,0167x+105,87. 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Fraksi Metanol Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 250 0,514 0,46 0,5 0,028 0,491 73,091 125 0,514 0,539 0,475 0,032 0,509 76,526 62,5 0,494 0,555 0,478 0,040 0,509 76,463 31,25 0,377 0,528 0,545 0,309 0,536 81,711 15,625 0,408 0,426 0,532 - 0,532 80,852 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Sel HeLa 0,608 0,579 0,71 0,632 0,068 Media 0,104 0,11 0,111 0,108 0,003 % Viabilitas HeLa Akibat Fraksi Metanol 84 viabilitas sel (%) 82 y = -0.0335x + 80.97 R² = 0.8107 80 78 76 74 72 70 0 50 100 150 200 250 300 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,9003 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi metanol. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 924,4 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0335x + 80,97. 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Fraksi Metanol Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 0,801 0,762 0,798 0,021 0,787 100,193 250 0,817 0,794 0,786 0,016 0,799 101,938 125 0,806 0,829 0,791 0,019 0,808 103,343 62,5 1,096 0,819 0,805 0,009 0,812 103,827 31,25 0,799 0,822 0,791 0,016 0,804 102,664 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,849 0,77 0,738 0,785 0,057 % Viabilitas T47D Akibat Fraksi Metanol 105 y = -0.0069x + 103.72 R² = 0.8466 viabilitas sel (%) 104 103 102 101 100 99 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,9201 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi metanol. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 7785,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0069x+103,72. 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel HeLa Akibat Ekstrak Etanol 70% Absorbansi Konsen Rerata Viabilita trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi s Sel (%) (µg/ml) 1 2 3 500 0,43 0,443 0,453 0,011 0,442 63,676 250 0,48 0,502 0,544 0,032 0,508 76,526 125 0,568 0,566 0,547 0,011 0,560 76,463 62,5 0,581 0,64 0,597 0,030 0,606 81,711 31,25 0,516 0,646 0,547 0,067 0,569 80,852 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel HeLa Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Sel HeLa 0,608 0,579 0,71 0,632 0,068 Media 0,104 0,11 0,111 0,108 0,003 % Viabilitas HeLa Akibat Ekstrak Etanol 70 % 110 y = -0.0613x + 93.742 R² = 0.9247 viabilitas sel (%) 100 90 80 70 60 50 40 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,9616 > r tabel, terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi metanol. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 713,5 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0613x+93,742. 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel % Viabilitas Sel T47D Akibat Ekstrak Etanol 70% Absorbansi Konsen Rerata Viabilita trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi s Sel (%) (µg/ml) 1 2 3 500 0,762 0,742 0,735 0,014 0,746 94,282 250 0,733 0,771 0,734 0,021 0,746 94,234 125 0,782 0,738 0,773 0,023 0,764 96,899 62,5 0,798 0,791 0,779 0,009 0,789 100,532 31,25 0,821 0,821 0,778 0,024 0,806 103,052 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Percobaan Sel T47D Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,849 0,77 0,738 0,785 0,057 % Viabilitas T47D Akibat Ekstrak Etanol 70% 106 viabilitas sel (%) 104 102 y = -0.0167x + 101.04 R² = 0.6656 100 98 96 94 92 90 0 100 200 300 400 500 600 konsentrasi (µg/ml) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,8158 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi fraksi metanol. 3. Nilai IC50 yang didapat yaitu 3056,28 µg/ml berdasarkan persamaan garis linier yang didapat fraksi metanol yaitu y = -0,0167x+101,04. 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel Absorbansi Uji Kontrol Pelarut Pada Sel HeLa Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 O,623 0,579 0,605 0,022 0,602 95,340 250 0,69 0,043 0,627 0,044 0,658 105,950 125 0,738 0,731 0,627 0,062 0,698 113,539 62,5 0,713 0,711 0,627 0,050 0,690 111,964 31,25 0,67 0,678 0,641 0,019 0,663 106,801 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Uji Kontrol Pelarut Pada Sel HeLa Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,694 0,579 0,608 0,627 0,059 % Viabilitas HeLa Akibat DMSO viabilitas sel (%) 115 110 y = -16.168x + 112.98 R² = 0.7444 105 100 95 90 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 konsentrasi v/v (%) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=5 adalah 0,8783. 2. r = 0,8627 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi kontrol pelarut terhadap sel HeLa. 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel Absorbansi Uji Kontrol Pelarut Pada Sel T47D Absorbansi Konsen Rerata trasi SD Replikasi Replikasi Replikasi Absorbansi (µg/ml) 1 2 3 Viabilita s Sel (%) 500 0,654 0,563 0,632 0,047 0,616 75,387 250 0,606 0,65 0,604 0,026 0,62 75,920 125 0,617 0,615 0,624 0,004 0,618 75,726 62,5 0,667 0,698 0,717 0,025 0,667 82,751 Data yang di garis bawah tidak digunakan Tabel Absorbansi Kontrol Sel dan Media Uji Kontrol Pelarut Pada Sel T47D Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rerata Kontrol SD 1 2 3 Absorbansi Media 0,135 0,085 0,073 0,097 0,032 Sel 0,849 0,77 0,738 0,785 0,057 % Viabilitas T47D Akibat DMSO 86 viabilitas sel (%) 84 y = -5.7634x + 80.148 R² = 0.3961 82 80 78 76 74 72 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 konsentrasi v/v (%) 1. Nilai r tabel untuk taraf kepercayaan 95% (P<0,05), n=4 adalah 0,95. 2. r = 0,6293 < r tabel, tidak terdapat hubungan linier antara % viabilitas sel dengan konsentrasi kontrol pelarut terhadap sel T47D. 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 6. Hasil Identifikasi Golongan Fraksi n-Heksan Menggunakan KLT Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2) di semprot dengan reagen liebermann burchard menggunakan fase diam alumunium silica gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) di bawah sinar tampak (A), UV254 (B), dan UV366 (C). 1 A 2 1 B 2 1 C 2 Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2) di semprot dengan reagen AlCl3 menggunakan fase diam alumunium silica gel F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (4:1) di bawah sinar tampak (A), UV254 (B), dan UV366 (C). 1 A 2 1 B 2 1 C 2 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2) di semprot dengan reagen FeCl3 menggunakan fase diam alumunium silica gel F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (4:1) di bawah sinar tampak (A), UV254 (B), dan UV366 (C) 1 A 2 1 B 2 1 C 2 Perbandingan hasil KLT fraksi nheksan sebelum (1) dan sesudah (2) di semprot dengan reagen dragendorf menggunakan fase diam alumunium silica gel F254 dan fase gerak n-heksan : etil asetat (4:1) di bawah sinar tampak (A), UV254 (B), dan UV366 (C) 1 A 2 1 B 2 1 C 2 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama Theodorus Kristianto Dau, Lahir di Bumi Emas, 7 Maret 1995. Putra pertama pasangan Bapak Tarsisius Didik dan Ibu Ester Sri Rahayu. Penulis menempuh pendidikan di TK Mater Dei Pamulang (1998-2001), SDK Mater Dei Pamulang (2001-2007), SMPK Mater Dei Pamulang (2007-2010), SMAK Mater Dei Pamulang (2010-2013). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi pada tahun 2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan dan organisasi saat menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma, yaitu : Panitia TITRASI 2014 divisi Perlengkapan, Panitia Pelepasan Wisuda 2 tahun 2014 sebagai Koordinator Perlengkapan, Panitia Desa Mitra I tahun 2015 divisi Dana dan Usaha, dan Panitia TITRASI 2015 sebagai Ketua Umum. 35