meningkatkan keterampilan proses sains siswa menggunakan

advertisement
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Riska Asyari Putri, Mastuang, Abdul Salam M.
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
[email protected]
ABSTRAK: Rendahnya keterampilan proses sains siswa di kelas X-3 SMA Negeri 10
Banjarmasin disebabkan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa tidak
pernah melakukan kegiatan penyelidikan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Banjarmasin
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian menggunakan
penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari 2 siklus, setiap
siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan/ pengamatan, dan refleksi. Data diperoleh
melalui observasi dan tes. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Temuan penelitian dari siklus I ke siklus II yaitu: (1) Keterlaksanaan RPP secara
keseluruhan pada siklus I dan siklus II memperoleh kriteria sangat baik; (2) Keterampilan
proses sains siswa pada siklus I ke siklus II dengan kategori cukup terampil menjadi
terampil; (3) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 76,67%
yang tuntas menjadi 93% yang tuntas pada siklus II sehingga dapat dinyatakan tuntas
secara klasikal. Diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas X-3 SMA Negeri 10 Banjarmasin
dengan cara guru menyampaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menarik perhatian siswa, memberikan tambahan waktu untuk membaca prosedur
percobaan dan mengurangi bimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa.
Kata kunci: Keterampilan proses sains, inkuiri terbimbing
IMPROVING STUDENTS’ SCIENCE PROCESS SKILL
USING GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL
ABSTRACT: The students’s low science process skill at class X-3 SMA Negeri 10
Banjarmasin is caused by the learning process which is only centered on the teacher and
the students never conduct the investigation activity. Therefore, the research was
conducted to improve the science process skills of X-3 students of SMA Negeri 10
Banjarmasin by using guided inquiry learning model. This type of research uses
classsroom actionresearch by Kemmis and Mc Taggart model which consist of 2 cycles,
each cycle includes planning, implementation/observation and reflection. The data was
obtained through observation and test. The data were analyzed descriptively qualitative
and quantitative. The research findings from cycle I to cycle II are: (1) The overall
implementation of RPP in cycle I and cycle II has increased respectively very good
category (2) Students’ science process skill in cycle I to cycle II from skilled enough to be
skilled category; (3) The Students’ learning results have increased from the first cycle of
76.67% pass to 93% pass in cycle II so that it can be defined pass classically. The
conclusion is that the guided inquiry learning model can improve the science process
skills of X-3 students of SMA Negeri 10 Banjarmasin in a way teacher convey problems
in everyday life to attract students attention, provide additional time to read the
investigation procedur and reduces guided to trained students science process skill.
Keywords: science process skill, guided inquiry
169
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
PENDAHULUAN
Fisika merupakan bagian dari
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
Pada kondisi ini tugas guru untuk
berkaitan
dalam
merancang pembelajaran yang dapat
kehidupan sehari-hari dan alam sekitar
membekali siswa pengetahuan secara
yang diamati dan diukur sistematis
teoritis dan praktik serta siswa dapat
sehingga
memahami materi pembelajaran yang
dengan
kejadian
fisika
tidak
penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berbentuk
fakta,
diajarkan.
konsep, atau prinsip. Namun,
Pembelajaran
IPA
suatu
Keterlibatan dan peran aktif siswa
proses
dalam pembelajaran menekankan siswa
penemuan pengetahuan yang diperoleh
untuk membangun pengetahuan dan
melalui penyelidikan. Konsep-konsep
guru merancang kegiatan pembelajaran
dalam fisika merupakan hasil dari
untuk siswa mengaitkan pengetahuan
pengamatan dan penelitian terhadap
awal
fenomena alam semesta yang dipelajari
Untuk hal itu diharapkan bahwa guru
melalui eksperimen di laboratorium,
memfasilitasi
sehingga pembelajaran fisika kepada
pengetahuan dengan cara mengajarkan
siswa di sekolah melalui
informasi yang diberikan oleh guru
kegiatan
dalam
kehidupan
siswa
membangun
eksperimen di laboratorium penting
menjadi
untuk
Kurikulum
memberikan kesempatan kepada siswa
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah
menemukan dan menetapkan ide-ide
tercantum bahwa proses pembelajaran
untuk belajar. Selanjutnya guru memberi
IPA diperoleh melalui metode ilmiah
arahan untuk membantu siswa mencapai
yang terwujud dengan serangkaian kerja
tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
ilmiah, nilai dan sikap ilmiah (Sadia,
Namun, siswa diupayakan melakukan
2014).
arahan tersebut.
dilakukan.
Siswa
Pada
belum
dapat
bermakna
sehari-hari.
dan
Pembelajaran
relevan,
konvensional
menghubungkan yang telah dipelajari
mengutamakan hafalan, pembelajaran
untuk
pengetahuan
yang dilakukan siswa sebagian besar
dikarenakan
digunakan
memanfaatkan
tersebut.
Hal
ini
mengerjakan
tugas
dan
pembelajaran yang ada dikelas masih
latihan, serta mendengarkan ceramah.
bersifat teoritis sehingga siswa tidak
Pembelajaran terjadi di ruang kelas dan
menangkap
siswa secara pasif menerima informasi
dalam
makna
pembelajaran
yang
diperoleh
untuk
dapat
dari guru. Pembelajaran berorientasi
170
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
pada guru. Guru memegang peranan
kepada
dominan dan siswa tidak ditugaskan
menunjukkan keterampilan proses sains
menemukan materi pembelajaran yang
siswa bahwa sebanyak 93,5 % siswa
diajarkan. Pada pembelajaran siswa
tidak mampu merumuskan hipotesis,
dijadikan sebagai penerima pasif dan
100
hanya menghafal tanpa belajar untuk
mengidentifikasi variabel penyelidikan,
berpikir
tidak
100% siswa tidak mampu menganalisis
data, dan 100% siswa tidak mampu
sehingga
pengajaran
menanamkan
konsep
tetapi
lebih
mengarahkan
pada
hafalan
dan
siswa
%
diperoleh
siswa
tidak
hasil
mampu
menarik kesimpulan dari 31 siswa.
mengingat fakta-fakta. Kondisi kelas X-
Dari
penjabaran
permasalahan
3 berfokus pada guru sebagai sumber
yang ada dikelas X-3 bahwa ada faktor
utama
penyebab
terjadinya
menjadi pilihan metode pembelajaran.
ketercapian
prestasi
Hal ini berdampak pada hasil ujian
Proses
semestesr ganjil 2016/2017 siswa kelas
direncanakan untuk mencapai tujuan
X-3 menunjukkan sebanyak 97,37%
yang diharapkan. Perencanana proses
nilai siswa dibawah kriteria ketuntasan
pembelajaran
minimum ditetapkan 70. Nilai rata-rata
pedoman
ujian semester ganjil 2016/2017 siswa
pembelajaran
kelas X-3 diperoleh sebesar 51.
perangkat pembelajaran sehingga tujuan
pengetahuan
dan
ceramah
Ketersediaan alat-alat praktikum
penghambat
belajar
pembelajaran
kelas
digunakan
dalam
di
sebagai
merencanakan
kelas
menentukan
Berdasarkan permasalahan yang
10 Banjarmasin yang kurang memadai
diuraikan
menjadi salah satu alasan guru tidak
pembelajaran
yang
melakukan
meningkatkan
ketercapaian
pada
X-3
pembelajaran tercapai (Sanjaya, 2013).
yang ada di laboratorium SMA Negeri
percobaan
siswa.
proses
maka
diperlukan
model
memfasilitasi
prestasi
pembelajaran. Namun, masih ada alat-
belajar siswa yang tidak hafalan. Solusi
alat
untuk
permasalahan
materi
diterapkan model pembelajaran yang
yang
melakukan
dapat
digunakan
percobaan
untuk
direncanakan
pembelajaran tertentu seperti suhu dan
menjadikan
kalor.
pembelajaran sehingga prestasi belajar
Hal
ini
berdampak
pada
keterampilan proses sains siswa bahwa
akan
berdasarkan studi pendahuluan yang
diharapkan.
dilakukan peneliti di kelas X-3 SMA
sesuai
siswa
dengan
aktif
dan
tujuan
dalam
yang
Proses pembelajaran fisika harus
Negeri 10 Banjarmasin berupa tes
sesuai
171
hakikat IPA diharapkan ada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
pengalaman belajar langsung, siswa
pembelajaran ini bahwa siswa secara
ditekankan melalui peran aktif dalam
aktif
menemukan
keterampilan,
dan
pengetahuannya.
bahwa
mengkonstruksi
Piaget
menyatakan
pengetahuan
tidak
membangun
hasil
Siswa
informasi
yang
kerangka oleh siswa dari lingkungan di
luar dirinya.
mengkonstruksi yang dilakukan siswa
2014).
dan
diperoleh dalam proses membangun
pemberian guru tetapi hasil dari proses
(Sadia,
pengetahuan,
Pembelajaran yang berorientasi
diharapkan
pada
penerapan
latihan-latihan
soal
mengalami proses mencari kebenaran
kurang efektif menghasilkan siswa yang
tentang pengetahuan tersebut. Sesuai
aktif,
dengan pernyataan yang dikemukakan
mengingat
oleh Tangkas (2012) bahwa siswa
siswa
dengan
persoalan dalam jangka panjang. Hal ini
proses pembelajaran melalui
kreatif,
dan
jangka
tidak
inovatif.
pendek.
dapat
Siswa
Namun,
memecahkan
suatu penyelidikan untuk memperoleh
memerlukan
pengetahuan akan memiliki pemahaman
pembelajaran bermakna sehingga siswa
konsep yang lebih tinggi di bandingkan
dibekali
siswa yang belajar melalui pembelajaran
hidup yang dihadapi sekarang maupun
langsung yang disampaikan oleh guru.
yang akan datang. Model pembelajaran
Anam (2016) mengungkapkan
memecahkan
permasalahan
inkuiri terbimbing.
atau prinsip yang telah ada untuk
Menurut Anam (2016)
diingat. Siswa harus mengkonstruksi
pembelajaran
pengetahuan dalam memberi makna
merupakan
melalui
pembelajaran
nyata.
model
yang tepat yaitu model pembelajaran
pengetahuan tidak hanya fakta, konsep
pengalaman
perubahan
Sejalan
inkuiri
salah
dengan
model
terbimbing
satu
model
pendekatan
dengan paham konstruktivisme yaitu
konstruktivisme, dalam proses belajar
supaya memperoleh pengamatan atau
siswa
pengetahuan,
berdasarkan
siswa
membangun
membangun
pengetahuan
pengalaman-pengalaman
pemahaman terhadap fenomena alam
dan menggunakan keterampilan proses
diamati
memanfaatkan
sains untuk memperoleh banyak ilmu
dan
pengetahuan.
dengan
pengalaman
kognitif.
langsung
Konstruktivisme
struktus
Model
pembelajaran
diartikan
inkuiri terbimbing salah satu model
pembelajaran yang mengharuskan siswa
pembelajaran kognitif yang berpengaruh
belajar
dalam mendorong siswa untuk belajar
dengan
membangun
pengetahuannya. Pada dasarnya dalam
dengan diri sendiri.
172
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Penggunaan
pembelajaran
model
inkuiri
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10
terbimbing
Banjarmasin
bukanlah hal yang baru dalam dunia
menggunakan
model
pembelajaran inkuiri terbimbing?”.
pendidikan, banyak penelitian-penelitian
Berdasarkan
terdahulu yang menggunakan model
pertanyaan
tersebut. Beberapa penelitian tersebut
secara umum penelitian ini bertujuan
diantaranya
mendeskripsikan
adalah
hasil
penelitian
pada
pertanyaanrumusan
cara
masalah,
meningkatkan
Elnada (2016), Karim, Zainuddin, dan
keterampilan proses sains siswa kelas X-
Mastuang (2016), dan Setiawan (2016)
3
menyatakan bahwa penerapan model
menggunakan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
inkuiri terbimbing.
SMA
Negeri
10
model
Banjarmasin
pembelajaran
meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Kelebihan model pembelajaran
inkuiri
terbimbing
penelitian
Kurnia
Zainuddin,
dan
menyatakan
KAJIAN PUSTAKA
berdasarkan
Model
pembelajaran
inkuiri
dan
Amalia,
merupakan model pembelajaran yang
Misbah
(2016)
mampu mendorong siswa untuk menjadi
model
insan
penggunaan
yang
cerdas,
kritis
dan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
berwawasan luas. Tujuan pembelajaran
melatihkan keterampilan generik sains
inkuiri ini yaitu membantu siswa untuk
dan kemampuan berpikir kreatif.
mengembangkan keterampilan berpikir
Berdasarkan uraian di atas telah
tingkat tinggi dengan cara mengajukan
menjelaskan masalah yang ada di SMA
pertanyaan-pertanyaan
Negeri 10 Banjarmasin serta solusi yang
memotivasi,
diperkirakan dapat mengatasi masalah
berdasarkan rasa ingin tahu, dapat
tersebut.
menyimpulkan dan memberi makna
Oleh
karena
itu
peneliti
melakukan penelitian yang berjudul
terhadap
“Meningkatkan
2014).
keterampilan
proses
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10
Banjarmasin
menggunakan
latar
mendapatkan
jawaban
temuan-temuannya
(Sadia,
Keterampilan proses sains adalah
model
kemampuan
pembelajaran inkuiri terbimbing”.
Berdasarkan
yang
yang
dipelajari
atau
dilatihkan siswa pada saat melakukan
belakang
inkuiri ilmiah. Menurut Suyidno (2012)
tersebut, dapat dirumuskan masalah
keterampilan
secara umum ialah “bagaimana cara
berberapa
meningkatkan keterampilan proses sains
Merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
173
proses
aspek
sains
meliputi
sebagai
berikut
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
variabel, menganalisis data, menarik
yang berlokasi di Jalan Tembus Mantuil
kesimpulan.
Kelurahan
Basirih
Banjarmasin.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
Penelitian
Tindakan
Penelitian
ini
April 2017 s/d Mei 2017.
ini
adalah
Kelas
(PTK).
pengumpulan data penelitian ini yaitu
untuk
observasi dan tes. Keterampilan proses
dilaksanakan
Teknik
yang
mengatasi masalah yang ada di kelas X-
sains
3 SMA Negeri 10 Banjarmasin berkaitan
menggunakan rumus berikut:
dengan keterampilan proses sains siswa
P=
𝑁
Keterangan: P
Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto,
2014). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
yang setiap siklus dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan.
Subjek penelitian adalah 30 orang
sains
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10
genap
dengan
(1)
= skor
rata-rata
keterampilan
proses sains yang
didapat
𝑅 = jumlah skor yang
didapat
N = jumlah
skor
maksimum
Skor rata-rata keterampilan proses
tindakan kelas ini menggunakan model
semester
dianalisis
𝑅
yang masih rendah. Alur penelitian
Banjarmasin
siswa
digunakan
yang
diperoleh
diinterpretasikan
tahun
selanjutnya
dengan
kriteria
keterampilan proses sains yang dapat
ajaran 2016/2017. Tempat penelitian
dilihat pada tabel 1.
adalah SMA Negeri 10 Banjarmasin
Tabel 1 Kriteria keterampilan proses sains
No
1
2
3
4
5
Rerata Skor
P > 3,2
2,4 < P ≤ 3,2
1,6 < P ≤ 2,4
0,8 < P ≤ 1,6
P ≤ 0,8
Kriteria
Sangat terampil
Terampil
Cukup terampil
Kurang terampil
Sangat kurang terampil
(Adaptasi Widoyoko, 2016)
Indikator
keberhasilan
dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini yaitu keterlaksanaan RPP
Hasil
minimal berkategori baik, hasil belajar
RPP
Rekapitulasi
siswa memenuhi ketuntusan klasikal ≥
70%
individu
tuntas,
sains
minimal
proses
pengamatan
keterlaksanaan
data
siklus
I
berdasarkan lembar keterlaksanaan RPP
keterampilan
pertemuan pertama pada tabel 2.
berkategori
terampil.
174
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Tabel 2. Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP Siklus I Pertemuan Pertama
No
1
2
3
4
5
6
7
Fase
Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses
inkuiri
Menyajikan permasalahan
Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan
permasalahan atau kejadian
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan
Merefleksikan situasi bermasalah dan proses
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
Penutup
Rata-Rata
Persentase
Reliabilitas
Persentase
71 %
Kriteria
Baik
75 %
81%
Baik
Sangat baik
80 %
79%
88%
Sangat baik
Baik
Sangat baik
88%
0,80
80,73
0,79
Sangat baik
Sangat baik
Cukup
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
Pertemuan
pertama
kegiatan
80,73 mencapai kriteria sangat baik.
pembelajaran dengan menerapkan model
inkuiri
terbimbing
Rekapitulasi
persentase
data
siklus
I
berdasarkan lembar keterlaksanaan RPP
pertemuan kedua pada tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus I pertemuan kedua
No
Fase
Persentase
Kriteria
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan
92 %
Sangat baik
proses inkuiri
2 Menyajikan permasalahan
100%
Sangat baik
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan
100%
Sangat baik
permasalahan atau kejadian
4 Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
85%
Sangat baik
5 Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan
92%
Sangat baik
6 Merefleksikan situasi bermasalah dan proses
98%
Sangat baik
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup
100%
Sangat baik
Rata-Rata
0,94
Persentase
94,27
Sangat baik
Reliabilitas
0,88
Tinggi
Pertemuan
kedua
kegiatan
pertemuan
pembelajaran dengan menerapkan model
inkuiri
terbimbing
kedua
persentase
pertama
mengalami
dan
peningkatan
80,73% menjadi 94,27%
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
pertemuan
dari
mencapai
kriteria sangat baik.
94,27 mencapai kriteria sangat baik.
Keterampilan proses sains
Tabel 2 dan tabel 3 di atas
Rekapitulasi data keterampilan
menunjukkan bahwa secara keseluruhan
proses sains siswa berdasarkan lembar
keterlaksanaan RPP siklus I pada
kerja siswa pada siklus I pada tabel 4.
175
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Tabel 4. Rekapitulasi keterampilan proses sains siklus I
KETERAMPILAN
KRITERIA
PROSES SAINS
sangat terampil cukup
kurang
tidak
terampil
terampil terampil terampil
Merumuskan Hipotesis
77%
23%
Mengidentifikasi variabel
83%
17%
Menganalisis data
67%
23%
10 %
Menarik kesimpulan
67%
23%
10 %
Jumlah siswa
30 orang
Tabel
4
menunjukkan
bahwa
bahwa keterampilan proses sains siswa
persentase keterampilan proses sains
belum mencapai indikator keberhasilan.
masih ada siswa pada keterampilan
Hasil belajar produk
menganalisis
data
dan
menarik
Rekapitulasi nilai dari tes hasil
kesimpulan mencapai kriteria cukup
belajar siswa secara klasikal pada siklus
terampil. Pada siklus I menunjukkan
I pada tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi nilai THB siklus I
Uraian
Hasil Siklus I
Nilai rata-rata tes
73,5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
23
Jumlah siswa seluruhnya
30
Persentase yang tuntas
76,67
No
1
2
3
4
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil
Pada pembelajaran siklus I masih
belajar siswa yang tuntas pada siklus I
terdapat
mencapai 76,67 %. Hal ini menunjukkan
diperbaiki dalam siklus selanjutnya.
bahwa
Hasil refleksi dan perencanaan ulang
hasil
belajar
siswa
telah
kekurangan
yang
harus
memenuhi indikator keberhasilan.
untuk siklus II dari siklus I secara
Refleksi
lengkap dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil refleksi siklus I dan perencanaan ulang siklus II
No
1
2
3
Hasil Refleksi Siklus I
Keterlaksanaan RPP pada semua fase
telah terlaksana dan secara umum
dalam kriteria sangat baik. Namun,
ada catatan dari pengamat tentang
perlu
peningkatan
mendapatkan
perhatian siswa pada fase I
Pada fase mengumpulkan data untuk
menguji hipotesis, pada aspek
melakukan
penyelidikan
dalam
kriteria baik.
Keterampilan proses sains untuk
aspek menganalisis data dan menarik
kesimpulan
berkriteria
cukup
Rencana Tindakan pada Siklus II
Mendapatkan perhatian siswa menggunakan
salah satu gambar atau sebuah masalah yang
sering siswa temukan dalam kehidupan
sehari-hari
tanpa
guru
harus
mendemonstrasikan fenomena tersebut.
Memberikan
tambahan
waktu
untuk
membaca
prosedur
percobaan
dan
kesempatan bertanya tentang prosedur
percobaan yang belum dimengerti.
Saat pembelajaran siklus II guru lebih intensif
membimbing dan mengingatkan kembali
mengenai aspek keterampilan proses sains
176
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Lanjutan Tabel 6
terampil.
4
Waktu pelaksanaan pembelajaran
terlambat sehingga mengurangi waktu
pembelajaran di kelas.
5
Guru
belum
maksimal
dalam
mengelola kelas terlihat masih ada
siswa melakukan hal-hal yang tidak
diperintahkan dalam penyelidikan
misalkan bermain-main dengan alat
dan bahan yang digunakan untuk
penyelidikan.
dan
menekankan
pada
keterampilan
menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Untuk melihat kemandirian siswa maka guru
mengurangi bimbingan dan arahan.
Waktu pelaksanaan pembelajaran terlambat
karena siswa harus menuju laboratorium
fisika sehingga untuk siklus II guru harus
memberitahukan dan mengingatkan kembali
bahwa pelaksanaan
pembelajaran di
laboratorium fisika.
Guru harus bertindak tegas menegur siswa
yang membuat keributan di kelas.
Setelah selesai digunakan, alat dan bahan
penyelidikan segera meminta siswa untuk
mengembalikan sehingga siswa tidak
bermain-main dengan alat dan bahan yang
diberikan.
Keterlaksanaan RPP Siklus II
Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus
II pertemuan pertama dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP siklus II pertemuan pertama
No
1
2
3
4
5
6
7
Fase
Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses
inkuiri
Menyajikan permasalahan
Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan
permasalahan atau kejadian
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan
Merefleksikan situasi bermasalah dan proses
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
Penutup
Rata-Rata
Persentase
Reliabilitas
Pertemuan
pertama
pembelajaran
siklus
II
Persentase
100
Kriteria
Sangat baik
100
100
Sangat baik
Sangat baik
95
100
100
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
100
0,98
98,96
0,92
Sangat baik
Sangat baik
Tinggi
kegiatan
Rekapitulasi data siklus II berdasarkan
persentase
lembar keterlaksanaan RPP pertemuan
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
kedua yang ditunjukkan pada tabel 8.
98,96 mencapai kriteria sangat baik.
Tabel 8. Rekapitulasi keterlaksanaan RPP pertemuan 2 siklus II
No
Fase
1 Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses
inkuiri
2 Menyajikan permasalahan
3 Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan
177
Persentase
100
Kategori
Sangat baik
100
100
Sangat baik
Sangat baik
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Lanjutan Tabel 8
permasalahan atau kejadian
Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
Merumuskan penjelasan dan/atau kesimpulan
Merefleksikan situasi bermasalah dan proses
berpikir yang digunakan untuk menyelidiki
7 Penutup
Rata-Rata
Persentase
Reliabilitas
4
5
6
Pertemuan
pembelajaran
kedua
siklus
II
kegiatan
97,5
100
100
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
100
0,9948
99,48
0,96
Sangat baik
Sangat baik
Tinggi
Keterampilan proses sains
persentase
Rekapitulasi data
keterampilan
keterlaksanaan RPP secara keseluruhan
proses sains siswa berdasarkan lembar
99,48 mencapai kriteria sangat baik.
kerja siswa pada siklus II pada tabel 9.
Tabel 9 Rekapitulasi keterampilan proses sains siklus II
KETERAMPILAN
PROSES SAINS
sangat
terampil
100%
100%
63%
90%
Merumuskan Hipotesis
Mengidentifikasi variabel
Menganalisis data
Menarik kesimpulan
Jumlah siswa
Tabel
9
menunjukkan
terampil
33%
10%
bahwa
KRITERIA
cukup
kurang
terampil
terampil
30 orang
tidak
terampil
-
Hasil belajar produk
persentase keterampilan proses sains
Rekapitulasi nilai dari tes hasil
telah mencapai kriteria terampil dan
belajar siswa pada siklus II yang dapat
sangat terampil.
dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Rekapitulasi nilai THB siklus II secara klasikal
No
1
2
3
4
Uraian
Nilai rata-rata tes
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa seluruhnya
Persentase yang tuntas
Hasil Siklus II
87,6
28
30
93%
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil
tes hasil belajar siswa diuraikan yaitu
belajar siswa yang tuntas pada siklus II
Data keterlaksanaan setiap fase dalam
mencapai 93 % .
RPP pada siklus II telah memenuhi
Refleksi
indikator keberhasilan; Hasil belajar
Hasil
refleksi
dari
siklus
II
siswa di kelas X-3 secara klasikal telah
berdasarkan hasil pengamatan proses
memenuhi
pembelajaran, lembar kerja siswa dan
Keterampilan proses sains siswa telah
178
indikator
keberhasilan;
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
mencapai
kriteria
terampil;
(2015) bahwa penyusunan RPP dengan
Keterampilan
proses
siswa
memerhatikan segala aspek meliputi
memperoleh nilai yang meningkat dan
keterakitan antara standar kompetensi,
juga
kompetensi dasar, materi pembelajaran,
tetap
sains
walaupun
diberikan
pengurangan bimbingan dan arahan dari
aspek
guru sehingga dapat diketahui bahwa
pembelajaran. Guru dapat melaksanakan
pemberian tindakan ini memberikan
proses pembelajaran dengan baik dan
dampak positif membuat siswa menjadi
tercapai
mandiri; Penelitian dapat diketahui hasil
diharapkan.
sehingga tidak perlu dilanjutkan ke
kejelasan
tujuan
langkah-langkah
pembelajaran
yang
Upaya yang dilakukan peneliti
siklus III.
dalam menyusun rencana pelaksanaan
Pembahasan
pembelajaran siklus II dengan acuan
Keterlaksanaan RPP dengan model
pada hasil reflkesi siklus I menghasilkan
pembelajaran inkuiri terbimbing
peningkatan keterlaksanaan setiap fase
Persentase keterlaksanaan RPP
dalam RPP. Pada siklus I masih ada
secara keseluruhan pada siklus I dan
beberapa fase yang tidak terlaksana
siklus
dengan baik. Setelah disusun rencana
II
mengalami
berturut-turut
sebesar
peningkatan
80,73;
94,27;
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
98,96 dan 99,46 mencapai kriteria
mempertimbangkan kekurangan pada
sangat baik. Dengan demikian, upaya
siklus I dan dilakukan perbaikan pada
yang dilakukan peneliti sesuai refleksi
rencana
siklus
meningkatkan
semua fase pada siklus II terlaksana
keterlaksanaan RPP siklus II secara
dengan kriteria sangat baik atau telah
keseluruhan dan keterlaksanaan fase-
memenuhi indikator keberhasilan yang
fase pada RPP siklus II telah memenuhi
ditetapkan. Berdasarkan refleksi siklus I
indikator
keberhasilan.
pada
disebabkan
skenario
I
berhasil
pelaksanaan
Hal
ini
kegiatan
yang
untuk mendapatkan perhatian siswa,
dirancang secara rinci dan jelas untuk
guru memerlukan waktu yang lama
setiap
kegiatan
untuk melakukan demonstrasi tersebut.
pembelajaran yang dilakukan selama
Saran pengamat untuk menggunakan
proses pembelajaran sehingga dapat
gambar atau fenomena dalam kehidupan
mudah
sehari-hari dalam memotivasi siswa.
langkah-langkah
dipahami
Sebagaimana
oleh
diungkapkan
guru.
oleh
Pada
Ayuningtyas, Soegimin, dan Supardi
tahap
melakukan
pembelajaran,
pertemuan
demonstrasi
kedua,
peneliti
menggunakan dua buah gambar untuk
179
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
memotivasi siswa, namun hal ini masih
perencanaan
kurang efektif karena siswa tampak
memberikan
kesulitan jika harus memahami dua
pembelajaran berjalan secara efektif
fenomena
sesuai dengan yang direncanakan dan
dalam
satu
pertemuan
yang
matang
pedoman
dan
sehingga
sehingga siklus II untuk pertemuan
tujuan pembelajaran akan tercapai.
pertama
Keterampilan proses sains
dan
kedua
peneliti
menggunakan satu gambar atau satu
Berdasarkan hasil lembar kerja
fenomena untuk memotivasi siswa. Pada
siswa keterampilan proses sains masih
siklus II pertemuan pertama, peneliti
dalam
menggunakan sebuah fenomena yang
Keterampilan
sering
kehidupan
diketahui melalui lembar kerja siswa
sehari-hari. Hal ini berdampak positif
yang dikerjakan oleh siswa. Hal ini
terhadap siswa. Siswa tertarik dalam
sesuai dengan teori belajar Piaget (dalam
proses pembelajaran. Pertemuan kedua
Sanjaya,
siklus II, peneliti menggunakan sebuah
sebenarnya dilahirkan dengan suatu
gambar untuk memotivasi siswa, hal ini
kebutuhan untuk menentukan makna
juga berdampak positif terhadap siswa.
tentang dunia mereka.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dewi,
Tahapan
ditemukan
Dantes,
dan
dalam
Sadia
(2013)
bahwa
kriteria
cukup
proses
2013)
terbimbing
terampil.
sains
dapat
menyatakan anak
pembelajaran
yang
dilakukan
inkuiri
untuk
penerapan model inkuiri terbimbing
melatihkan keterampilan proses sains
melakukan perencanaan pembelajaran
yaitu mendapatkan perhatian siswa dan
yang berpusat pada masalah-masalah
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
yang tepat.
kegiatan
Berdasarkan uraian bahwa data
keterlaksanaan
peningkatan
RPP
pada
setiap
pembelajaran
yang
direncanakan. Pada tahap pembelajaran,
mengalami
motivasi berkaitan dengan masalah yang
pertemuan
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
dalam siklus penelitian dan pada siklus I
Ketika
dan siklus II fase-fase dalam RPP telah
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
memenuhi
pertama kalinya, guru perlu menjelaskan
indikator
keberhasilan
guru
menggunakan
penelitian. Hal ini sesuai pernyataan
tujuan
Karim, Zainuddin, dan Mastuang
pembelajaran keseluruhan kepada siswa.
(2016) bahwa RPP yang dibuat guru
Hal yang paling penting merupakan
merupakan
penjelasan
melaksanakan
kesiapan
pembelajaran
dalam
pembelajaran
yang
dan
model
membantu
alur
siswa
memahami bahwa tujuan-tujuan dari
dengan
180
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
pembelajaran
ini
mempelajari
diperoleh. Keterampilan proses sains
keterampilan proses sains yang terkait
yang dilatihkan kepada siswa yaitu
dengan
menarik kesimpulan berdasarkan hasil
penyelidikan;
menyajikan
permasalahan penyelidikan dengan cara
analisis data yang telah dilakukan.
membangkitkan keingintahuan siswa.
Upaya
meningkatkan
Guru menggunakan presentasi untuk
keterampilan proses sains siswa dalam
mengomunikasikan
pembelajaran
kepada
siswa.
permasalahan
melalui
proses
ini
pembelajaran yang menerapkan model
disajikan untuk inkuiri seluruh kelas.
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
Siswa membaca dan menelaah rumusan
memberi
masalah yang telah disajikan pada LKS
proses pembelajaran melalui kegiatan-
untuk mampu mengidentifikasi masalah;
kegiatan
Merumuskan
untuk
penyelidikan. Hal ini sesuai dengan hasil
Selama
penelitian Elnada (2016), Fatmi (2014)
tahap ini, siswa di dorong untuk
dan Wahyudi (2013) menyatakan model
menyusun dan membuat hipotesis yang
pembelajaran inkuiri terbimbing yang
membantu menjelaskan masalah yang
diterapkan kepada siswa memberikan
sedang terjadi. Keterampilan proses
pengaruh
sains yang dilatihkan kepada siswa yaitu
keterampilan proses sains siswa karena
merumuskan
siswa
menjelaskan
Permasalahan
fisika
hipotesis
permasalahan.
hipotesis
dan
keterlibatan
yang
terlibat
pembelajaran
diperoleh
melatihkan
dalam
penyelidikan;
dalam
berorientasi
yang
mengidentifikasi variabel yang dapat
siswa
baik
terhadap
langsung
sehingga
dan
pada
tepat
dalam
untuk
meningkatkan
Mengumpulkan data untuk menguji
keterampilan
hipotesis, siswa melakukan kegiatan
dengan pendapat Sadia (2014: 124)
penyelidikan untuk menguji hipotesis
bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
yang telah dirumuskan. Keterampilan
melatih
proses sains yang dilatihkan kepada
melakukan penyelidikan, menjelaskan
siswa yaitu mengevaluasi, menyusun
fenomena, menemukan inti dan makna
data, mengelola dan menganalisis data
dari suatu permasalahan, memecahkan
yang telah diperoleh pada kegiatan
melalui
penyelidikan; merumuskan penjelasan
melibatkan keterampilan proses sains.
dan/atau kesimpulan, siswa menentukan
proses
kemampuan
prosedur
sains.
siswa
ilmiah
Berdasarkan
hasil
Sejalan
untuk
dengan
refleksi
makna hubungan data dan merumuskan
siklus I untuk mengetahui peningkatan
kesimpulan
keterampilan proses sains siswa meliputi
berdasarkan
data
yang
181
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
sebesar 76,67% yang tuntas menjadi
variabel, menganalisis data dan menarik
93% yang tuntas pada siklus II sehingga
kesimpulan
dapat dinyatakan tuntas secara klasikal.
penyelidikan,
peneliti
melakukan tindakan mengurangi arahan
Tindakan yang dilakukan untuk
dan bimbingan kepada siswa pada fase 2
meningkatkan
sampai dengan fase 5. Pada siklus I,
melalui
guru dominan memberikan arahan dan
menerapkan model pembelajaran inkuiri
bimbingan
melatihkan
terbimbing, guru tidak mengajarkan
keterampilan proses sains siswa hal ini
pengetahuan secara langsung tentang
disebabkan siswa pertama kali belajar
konsep-konsep
dengan model pembelajaran inkuiri
fisika tetapi siswa akan diarahkan untuk
terbimbing dan pertama kali juga untuk
melakukan
dilatihkan keterampilan proses sains.
menemukan konsep atau prinsip fisika.
Pada siklus II guru mengurangi arahan
Konsep
dan bimbingan siswa dalam melakukan
diaplikasikan pada suatu permasalahan
keterampilan
umum berupa soal tes uraian. Hal ini
dilatihkan.
untuk
proses
Diperoleh
sains
hasil
yang
bahwa
sesuai
hasil
belajar
siswa
pembelajaran
atau
dengan
prinsip-prinsip
penyelidikan
atau
untuk
prinsip
dengan
tersebut
teori
keterampilan proses sains siswa pada
konstruktivisme
siklus I ke siklus II meningkat. Hal ini
bahwa pengetahuan yang dikonstruksi
sesuai dengan teori belajar Vygotsky
oleh anak menjadi pengetahuan yang
(dalam Sanjaya, 2013) bahwa untuk
bermakna sedangkan pengetahuan yang
melatihkan sesuatu yang melampaui
hanya
kemampuan anak tetapi dapat dicapai
pemberitahuan
dengan bantuan orang dewas maka anak
pengetahuan
yang
dapat belajar dengan bantuan orang
Pengetahuan
tersebut
dewasa. Pada awal pembelajaran anak
diingat sementara setelah itu dilupakan.
bergantung pada orang dewasa tetapi
yang
belajar
diperoleh
menyatakan
melalui
proses
akan
menjadi
tidak
bermakna.
hanya
untuk
Berdasarkan hasil refleksi siklus I
semakin mandiri setelah menguasai hal
guru
menciptakan,
menjaga
dan
yang dilatihkan.
mengembangkan suasana belajar yang
Hasil belajar produk
kondusif dan produktif merupakan hal
Berdasarkan hasil belajar siswa
utama dari pencapaian keberhasilan
mengalami peningkatan pada siklus I
belajar siswa. Salah satu cara untuk
mewujudkan
bagian
hal
tersebut
dengan
memposisikan semua siswa sebagai
penting
dalam
proses
pembelajaran, semua siswa harus terlibat
182
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
aktif dalam setiap proses pembelajaran
penekanan pada beberapa hal yaitu
yang dilakukan dikelas. Keterlibatan
Pengajar menyampaikan permasalahan
siswa dalam setiap proses pembelajaran
umum untuk menarik perhatian siswa,
untuk
mengembangkan
masalah atau melalui gambar yang
dalam
diri
siswa.
kemampuan
Sesuai
dengan
berupa
fenomena
dalam
pernyataan Juhji (2016) bahwa tujuan
sehari-hari;
pembelajaran dapat tercapai dengan baik
penekanan dan tambahan waktu untuk
apabila siswa dapat terlibat aktif pada
membaca prosedur percobaan untuk
pembelajaran dan membiasakan belajar
membantu
siswa
sendiri
penyelidikan;
Pengajar
dalam
pemecahan
masalah-
masalah sains.
Pengajar
kehidupan
memberikan
melakukan
mengurangi
bimbingan dan arahan untuk melatih
Berdasarkan uraian di atas bahwa
kemandirian siswa dalam keterampilan
penerapkan model pembelajaran inkuiri
proses
sains
serta
memberikan
terbimbing dapat meningkatkan hasil
bimbingan yang intensif terhadap siswa
belajar siswa. Hal ini sesuai dengan
yang memiliki kemampuan rendah.
temuan penelitian oleh Dewi , Dantes,
Didukung temuan hasil penelitian
dan Sadia (2013) dan khairani (2015)
pada penggunaan model pembelajaran
bahwa
inkuiri terbimbing di kelas X-3 SMA
model
pembelajaran
inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil
Negeri
belajar siswa. sebagaimana pendapat
sebagai berikut Keterlaksanaan RPP
Yuniastuti (2016) menyatakan bahwa
model
model pembelajaran inkuri terbimbing
pertemuan pertama siklus I terlaksana
mampu meningkatkan motivasi dan
80,73% dengan kriteria sangat baik,
keterampilan proses sains siswa yang
pertemuan kedua siklus I terlaksana
secara
94,27% dengan kriteria sangat baik,
konsekutif
berdampak
pada
peningkatan hasil belajar siswa.
10
Banjarmasin
inkuiri
diuraikan
terbimbing
pada
pertemuan pertama siklus II terlaksana
98,96% dengan kriteria sangat baik dan
SIMPULAN
pertemuan kedua siklus II terlaksana
Berdasarkan
dapat
disimpulkan
hasil
penelitian,
bahwa
99,46% dengan kriteria sangat baik.
untuk
Keterampilan proses sains mengalami
meningkatkan keterampilan proses sains
peningkatan dari siklus I ke siklus II.
siswa kelas X-3 SMA Negeri 10
Pada siklus I merumuskan hipotesis dan
Banjarmasin
mengidentifikasi
digunakan
model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
variabel
berkriteria
terampil serta menganalisis data dan
183
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
menarik kesimpulan berkriteria cukup
terhadap sikap ilmiah dan hasil
belajar IPA. Jurnal Pendidikan
Dasar, 3(1)
terampil. Pada siklus II merumuskan
hipotesis,
mengidentifikasi
menganalisis
data
dan
variabel,
Elnada, I. W. (2016). Meningkatkan
Keterampilan
Proses
Sains
dengan Model Inkuiri Terbimbing
pada Siswa Kelas X PMIA 3 Di
SMAN 3 Banjarmasin. Berkala
Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(3),
284-292.
menarik
kesimpulan berkriteria terampil. Hasil
belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sebesar 76,67% yang tuntas
menjadi 93% yang tuntas pada siklus II
sehingga dapat dinyatakan tuntas secara
Fatmi, N. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Dan
Kreativitas
Terhadap
Keterampilan Proses Sains Pada
Siswa Sma. Jurnal Pendidikan
Fisika, 3(1), 47-52.
klasikal.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Y. F., Zainuddin, Z., & Misbah,
M. (2016). Pengembangan Bahan
Ajar IPA Fisika Berorientasi
Keterampilan Generik Sains
Menggunakan
Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
di SMP Negeri 13 Banjarmasin.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,
4(3), 238-246.
Juhji,
J.
(2016).
Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Siswa
Melalui
Pendekatan
Inkuiri
Terbimbing. Jurnal Penelitian
dan Pembelajaran IPA, 2(1), 5870.
Karim, M. A., Zainuddin, Z., &
Mastuang,
M.
(2016).
Meningkatkan
Keterampilan
Proses Sains Siswa Kelas VIII B
SMP Negeri 10 Banjarmasin
Menggunakan
Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing. Berkala
Ilmiah
Pendidikan Fisika, 4(1), 44-51.
Anam, K. (2016). Pembelajaran
Berbasis Inkuiri Metode dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Khairani, D., & Ritonga, W. (2015).
Pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok
listrik dinamiskelas x semester II
SMA Negeri 14 Medant. P
2014/2015. INPAFI (Inovasi
Pembelajaran Fisika), 3(4), 1419.
Ayuningtyas, P., Soegimin, W. W., &
Supardi,
Z.
I.
(2017).
Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Fisika
dengan
Model Inkuiri Terbimbing untuk
Melatihkan Keterampilan Proses
Sains Siswa SMA pada Materi
Fluida Statis. JPPS: Jurnal
Penelitian Pendidikan Sains, 4(2),
636-647.
Kurnia, L., Zainuddin, Z., & Mahardika,
A. I. (2016). Pengembangan
Bahan
Ajar
IPA
Fisika
Berorientasi Kemampuan Berpikir
Dewi, N. L., Dantes, N., & Sadia, I. W.
(2013).
Pengaruh
model
pembelajaran inkuiri terbimbing
184
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 3 Oktober 2017
Tangkas, I. M. (2012). Pengaruh
implementasi model pembelajaran
inkuiri
terbimbing
terhadap
kemampuan pemahaman konsep
dan keterampilan proses sains
siswa kelas X SMAN 3
Amlapura. Jurnal pendidikan
IPA, 2(1).
Kreatif Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Di Smpn 13 Banjarmasin. Berkala
Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(3),
256-263.
Sadia,
W I. (2014).
pembelajaran
Konstruktivistik.
Graha Ilmu.
Model-model
Sains
Yogyakarta:
Yuniastuti, E. (2016). Peningkatan
Keterampilan Proses, Motivasi,
dan Hasil Belajar Biologi dengan
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing pada Siswa Kelas VII
SMP Kartika V-1 Balikpapan.
Jurnal Penelitian Pendidikan.
13(1).
Sanjaya,
W.
(2013).
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Setiawan, H., Jamal, M. A., & Salam, A.
(2016).
Meningkatkan
keterampilan proses sains fisika
siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Juai dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika,
4(1), 27-32.
Wahyudi, L. E., & Supardi, Z. I. (2013).
Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Pada Pokok
Bahasan Kalor Untuk Melatihkan
Keterampilan
Proses
Sains
Terhadap Hasil Belajar di SMAN
1 Sumenep. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika, 2(02).
Suyidno dan Jamal, M A. (2012).
Pengantar Laboratorium: Jangan
Pisahkan
IPA
dengan
Laboratoriumnya.
Malang:
Intimedia.
Widoyoko, E P. (2016). Evaluasi
Program Pembelajaran Panduan
Praktiks Bagi Pendidik dan Calon
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
185
Download