10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Sarana dan Prasarana Pembelajaran 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pembelajaran Sebelum memahami pengertian tentang sarana dan prasarana pmbelajaran, maka terlebih dahulu dipahami hakekat dari pembelajaran. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai “kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas (sarana dan prasarana), perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”1. Pengertian ini adalah pengertian pembelajaran berdasarkan pendekatan bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem, dalam pengertian tersebut nampak bahwa aspek sarana dan prasarana (fasilitas dan perlengkapan) merupakan bagian dari unsur atau elemen pembelajaran. Berdasarkan teori belajar definisi pembelajaran dapat dibagi dalam beberapa definisi, yaitu sebagai berikut : a. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. b. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga Negara yang baik dan c. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.2 1 H. Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya; Insan Cendekia, 2002, h. 41 2 Ibid, h. 42 10 11 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang terencana dalam mempersiapkan lingkungan belajar bagi siswa yang melibatkan banyak unsur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan sarana dan prasarana adalah unsur fisik yang dapat memudahkan suatu proses usaha berjalan dengan lebih lancar untuk mencapai tujuan usaha yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara sederhana sarana dan prasarana dipahami sebagai bagian yang dibutuhkan dalam melakukan sebuah usaha tertentu, sarana dan prasarana ini merupakan unsur fisik yang dibutuhkan untuk digunakan atau dimanfaatkan demi tercapaianya sebuah tujuan usaha tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar, pengaruh itu ditunjukkan kepada nilai manfaat dan kedayagunaan sarana dan prasarana untuk mewujudkan efektifitas dan evesiensi pembelajaran. Bagi guru melaksanakan tugas mengajar tanpa dilengkapi dengan sarana dan prasarana pembelajaran, maka pembelajaran akan berlangsung tidak kondusif dan lebih banyak menghabiskan sumber daya waktu dan tenaga. Begitu pula bagi siswa keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran membuat siswa dapat dengan nayaman dan tenang untuk mengikuti pembelajaran dan proses belajar pun terasa lebih mudah. Kesimpulanya adalah kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika ditunjang dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. 12 Secara lebih rinci sarana dan prasarana pembelajaran dipahami sebagai sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan proses belajar mengajar yang diselenggarakan di dalam kelas, berbeda dengan sarana dan prasarana belajar. Karena sarana dan prasarana belajar adalah sarana dan prasarana yang dapat memudahkan siswa untuk menguikuti kegiatan belajar baik secara individu atau berkelompok, seperti perpustakaan, laboratorium, PSB dan lain sebagainya. Sedangakan sarana dan prasarana pembelajaran yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah sarana dan prasarana pendidikan yang dapat membantu dan menjadi satu bagian (sub sistem) dari kegiatan belajar mengajar yang terjadi dalam satu kelompok belajar (kelas), seperti ketersediaan buku-buku paket, buku bacaan, LKS, alat peraga, media, bangku dan meja dan lain-lain. Oleh sebab itu, berikut ini akan diuraikan mengenai ruang lingkup sarana dan prasarana pembelajaran. 2. Ruang Lingkup Sarana dan prasarana Pembelajaran Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.079/1975, sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu: 1. Bangunan dan perabot sekolah. 2. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan dan alat-alat peragadan laboratorium. 3. Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audovisual yang menggunakan alat penampilan dan media yang tidak menggunakan alat penampil.3 3 Umar Malik, Makalah ; Sarana dan prasarana Pendidikan, http;//id.shvoong.com/socialsciences/education/2025059-sarana dan prasarana-pendidikan/, diakses tanggal 18 Juli 2012 13 Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan tersebut, dapat dijelaskan bahwa yang disebutkan di atas adalah sarana dan prasarana pendidikan secara umum, termasuk bangunan atau gedung, perabotan sekolah, laboratorium, media pendidikan dan lain sebagainya. Akan tetapi diantara itu semua terdapat diantaranya adalah sarana dan prasarana pembelajaran seperti buku-buku dan media pembelajaran. Ditinjau dari fungsi dan peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar , mengemukakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan atau sarana dan prasarana materil dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 1. Alat Pelajaran. 2. Alat peraga. 3. Media Pengajaran.4 Penjelasan yang diberikan dalam bukunya Arikunto menunjukkan arah yang lebih terperinci kepada sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar, yang meliputi alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran. Alat pelajaran adalah sarana dan prasarana yang berhubungan dengan bahan-bahan pelajaran seperti modul, buku paket, LKS, alat tulis, alat praktik dan lain sebagainya. Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai dengan yang konkret 4 Arikunto, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Reineka Cipta, 2001, h.10 14 atau dapat juga diartikan sebagai sarana dan prasarana yang digunakan untuk memperagakan atau menjadi model (contoh) suatu bentuk bahan ajar tertentu, seperti anatomi bentuk tubuh manusia. Media pengajaran diartikan sebagai sarana dan prasarana yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan, sehingga media pengajaran adalah sebagai segala sesuatu yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian pesan bahan ajar, agar lebih mudah diterina oleh siswa seperti media visual (gambar, bagan dan lain-lain), audio (rekaman, kaset, radio dan lain-lain) atau audio visual (film, video dan lainlain). Hal ini seirama dengan penjelasan yang diberikan oleh Ary gunawan yang lebih memperjelas tentang sarana dan prasarana pendidikan mencakup 3 hal yaitu : 1. Alat Pelajaran (buku pelajaran, buku tulis menulis, alat praktikum) 2. Alat peraga. (Gambar, bentuk – bentuk) 3. Media Pengajaran.(Media visual, Audio dan Audio Visual)5 Media visual seperti slide, gambar dan sebagainya, sedangkan media audio seperti tape recorder, radio, dan media audio visual seperti TV, Film bersuara, sound slide dan sebagainya). Untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajaryang memadai, antara lain ruang tempat belajar, penerangan cukup, bukubuku pegangan, dan kelengkapan peralatan mengetik. Jadi pada prinsipnya fasilitas 5 Gunawan, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta; Rineka Cipta, 2002, h. 8 15 belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar. Peralatan mengajar yang khusus berkaitan dengan proses belajar mengajar perlu diperhatikan pemeliharaannya seperti (a) Ruang belajar; (b) Ruang perpustakaan; dan (c) Ruang keterampilan atau praktek. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa fasilitas belajaradalah semua peralatan dan perlengkapan yang secara langfsung digunakandalam proses belajar mengajar yang terdiri dari alat pelajaran, alat peraga danmedia pengajaran/media pendidikan. Tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan memperolehhasil yang baik, sehingga nantinya dapat memperoleh hasil belajar mengetikyang kompeten . Yaitu dapat mengoperasikan mesin ketik dengan metode 10 (sepuluh) jari buta dengan baik. 3. Persyaratan yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan Sarana dan prasarana Pembelajaran Lembaga pendidikan yaitu sekolah memegang peranan penting dalam menentukan sarana dan prasarana pembelajaran yang ditetapkan. Oleh sebab itu, dalam menentukan sarana dan prasarana pembelajaran (pendidikan) perlu memeprhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Perencanaan pengadaan barang harus dipandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kulaitas proses belajar mengajar. b. Perencanaan harus jelas. Kejelasan suatu rencana dapat dilihat pada : 1) Tujuan dan sasaran atau target yang harus dicapai. 2) Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan. 3) Petugas pelaksanaan, misal guru, karyawan. 4) Bahan dan peralatan yang dibutuhkan. 16 c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. 5) Kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan. 6) Dapat dilaksanakan dengan jelas, terprogram, sistematis, sederhana, luwes, fleksibel. Rencana harus sistematis dan terpadu. Rencana harus menunjukkan unsur-unsur insani yang baik ataupun non-insani sebagai komponen yang berhubungan satu sama lainnya bekerja sama mencapai tujuan, target, kesesuaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Memiliki struktur berdasarkan analisis. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama pihak perencana. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi dan kondisi yang tidak disangka-sangka. Dapat dilaksanakan dan berkelanjutan. Menunjukkan skala prioritas. Mengadakan sarana dan prasarana pendidikan yang disesusaikan dengan plafon anggaran. Mengacu dan berpedoman pada kebutuhan dan tujuan yang logis. Dapat dilaksanakan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4-5 tahun), jangka panjang (10-15 tahun)6 B. Hakekat Efektivitas Pembelajaran Bidang Studi Al-qur’an Hadits 1. Pengertian Efektivitas Pembelajaran Al-qur’an Hadits Efektif diartikan sebagai tepat sasaran atau tercapainya tujuan yang ditetapkan”7. Sedangkan Kata pembelajaran al-qur’an Hadis terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan al-qur’an hadits. Istilah pembelajaran menurut Gagne dan Brings adalah “suatu rangkaian event (kejadian, peristiwa, kondisi dan lain-lain) 6 Intan Nur Charina, Administrasi Sarana dan prasarana Pendidikan, http;//id.shvoong.com/socialsciences/education/2025059-administrasi-sarana dan prasarana-pendidikan/, diakses tanggal 18 Mei 2011 7 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 2006, h. 225 17 yang secara segaja dirancang untuk mempengaruhi siswa sehingga proses belajarnya dapat berlagsung denga mudah”.8 Adapun menurut Oemar Hamalik “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersususn meliputi unsur-unsur manusiawi, matrial, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”.9 Pembelajaran dikatakan proses apabila interaksi antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa “proses belajar-mengajar (pembelajaran) merupakan interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya”.10 Dari beberapa pengertian di atas, maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses/strategi pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan yang di dalamnya meliputi metode-metode dan tehniktehnik pembelajaran. Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Abd Rahman Saleh adalah “usaha yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami ajaran-ajaran Agama Islam serta menjadikannya way of lave (jalan keluar)”.11 8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung; Sinar Baru Algensindo, 1995, h. 28 9 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta; Bumi Aksara, 1995, h. 57 10 Ali Imron, Belajar dan Pembelajara, Jakarta; PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996, h. 43 11 Suharsimi Arikunto, Metodelogi Pendidikan Islam, Solo ; Ramadhani, 1993, h. 10 18 Bidang studi Al-qur’an Hadis merupakan bagian dari pendidikan agama Islam, sedangkan Pendidikan Islam menurut GBPP 1994 berbunyi : Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain adalah hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.12 Pengertian tersebut disempurnakan menurut kurikulum 2004 bahwa dapat dipahami: Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadith, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kurukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.13 Sejalan dengan pengertian dan tujuan PAI tersebut, maka pendidikan Bidang studi Al-qur’an Hadis merupakan point penting, Bunyamin S. Bloom menyatakan bahwa “untuk mewujudkan tujuan pembelajaran Bidang studi Alqur’an Hadis akan diperoleh 3 aspek kemampuan yaitu aspek pengetahuan (cognive), aspek sikap (afective), dan aspek keterampilan (psikomotorik)”.14 Dengan demikian, disimpulkan bahwa pembelajaran Bidang studi Alqur’an Hadis adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan kegiatan mengalihkan 12 Depdikbud, GBPP 1994, Jakarta; 1995, h. 1 13 Depdikbud, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI, Jakarta; 2003, h. 4 14 Muhaimin dan Abdul Ghofur, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya; Citra Media, 1996, h. 4 19 pengalaman, pegetahuan dan kecakapannya oleh pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang utuh yang mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran-ajaan Agama dalam kehidupan sehari-haridan juga akan mengarahkan manusia dalam kehidupan yang lebih baik yang nantinya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan rang lain melalui pemahaman terhadap alqu’an dan Hadis Rasulullah SAW. 2. Karakteristik Bidang Studi Al-Qur’an Hadits Pada dasarnya setiap mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu, dibatasi oleh ruang lingkup keilmuanya bila dilihat dari segi isi materi. Dari segi sifatnya, bidang studi dapat dibedakan menjadi bidang studi yang memiliki sifat bahan yang konseptual dan aktual serta abstrak. Konseptual berarti suatu mata pelajaran banyak berisi tentang konsep-konsep seperti ilmu ekonomi, sosiologi dan lainya. Sedangkan aktual berarti berisi tentang bahan aplikatif yang harus dipraktekan, seperti fiqhi ibadah, olah raga dan lainya. Sedangkan abstrak adalah bahan yang sulit untuk dijelaskan secara fisik seperti materi keimanan, ketauhidan dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan mata pelajaran Al-Qur’an Hadis merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam, yang membahas tentang Al-Qur’an dan Hadist, yaitu berupa dalil-dalil atau sumber-sumber hukum yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, maupun muamalah, yang diperkuat dengan ayat-ayat dan 20 hadis-hadist Nabi Muhammad Saw, berupa perkataan, ucapan dan perbuatan beliau. Maka ia berisi tentang konsep-konsep yang harus dihafal dan difahami oleh peserta didik, yang pada akhirnya pun harus diamalkan serta diyakini kebenaranya. Selain itu, ditingkat sekolah dasar dan menegah, keberhasilan Bidang studi Al-qur’an Hadis masih sebatas pada kemampuan siswa dalam membaca Al-qur’an dengan baik. Criteria ini menjadi hal yang paling ditonjolkan oleh sekolah yang bersirikan agama, sebagai pembeda dengan sekolah umum. 3. Tolak Ukur Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan antara lain bahwa “Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dikatakan berhasil apabila indikator pembelajarannya dapat tercapai.”15 Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan adalah: a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. 15 M. Arifin, Pendidikan Islam, Jakarta; Bina Aksara,1993, h. 14-15 21 b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal. Demikian, dua macam tolak ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam buku lain telah dijelaskan bahwa kriteria (indikator) keberhasilan belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Kriteria umum keberhasilan belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: Sejauh mana masing-masing individu mengimani Islam, yang dilandasi oleh ilmu Islam (mengilmui Islam, baik tanzili maupun kauni) yang bersifat universal dan tidak mengenal dikotomi, yang direalisasikan dalam bentuk pengalaman Islam dalam pelbagai aspek kehidupannya, mendakwahkan Islam dalam berbagai bidang, serta tetap teguh (istiqomah) dan sabar dalam beriman.16 b. Kriteria khusus keberhasilan belajar Berdasarkan taksonomi Bloom dan kawan-kawan, “kriteria khusus keberhasilan belajar terdiri dari aspek kognitif, psikomotor dan afektif”17 penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Kognitif Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu pengetahuan (mengingat, menghafal), pemahaman (menginterpretasikan), aplikasi (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), analisis (menjabarkan suatu konsep), sintetis 16 Moch. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar mengajar, Bandung; Remaja Rosda Karya,1993, h. 7 17 B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta; Bumi Aksara, 2006, h. 14 22 (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya) 2) Psikomotor Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu peniruan (menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). 3) Afektif Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), merespons (aktif berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu), pengorganisasian (menghubunghubungkan nilai-nilai yang dipercayai), pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). Menurut Nana Sudjana memberikan gambaran umum bahwa : Keberhasilan pembelajaran dapat dinilai berdasarkan beberapa kriteria tertentu, yaitu pembelajaran sesuai dengan kurikulum, keaktifan guru dan siswa, peningkatan motivasi belajar siswa dan keterampilan mengajar guru.18 Secara umum, penjelasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum. Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan ini dilihat dari sejauh mana 18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung; Remaja Rosda Karya, 1995, h. 60-62 23 acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek sebagai berikut: 1) Tujuan-tujuan pengajaran, 2) Bahan pengajaran yang diberikan, 3) Jenis kegiatan yang dilaksanakan, 4) Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, 5) Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan, dan 6) Penilaian yang digunakan untuk setiap jenis kegiatan. b. Keterlaksanaannya oleh guru. Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana harusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal: 1) Mengkondisikan kegiatan belajar siswa, 2) Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, 3) Waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar mengajar, 4) Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, 5) Melaksanakan penilaian proseas dan hasil belajar siswa, 6) Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya. 24 c. Keterlaksanaannya oleh siswa Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal: 1) Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru, 2) Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, 3) Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagai mana meastinya, 4) Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru, 5) Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru. d. Motivasi belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: 1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, 2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, 3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, 4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yangf diberikan guru, 5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar. Penilaian pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifansiswa dapat dilikhat dalam hal : 25 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas bterlibat dalampemecahan maslah, 2) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, 3) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, 4) Melaksanakandiskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, 5) Menilai diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, 6) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. f. Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungantimbal balik atau hubungan dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam: 1) Tanya jawab atau dialog antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa, 2) Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, 3) Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar, 4) Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar, 26 5) tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa mengahadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya, 6) Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar. Kamampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang professional, sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indicator dalam menilai kamampuan ini antara lain adalah: 1) Menguasai bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa, 2) Terampil berkomunikasi dengan siswa, 3) Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, 4) Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar, 5) Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan. h. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu keberhasilan pembelajaran dapat dilihat antara lain: 1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya, 2) Kualitas penguasaaan tujuan instruksional oleh para siswa, 3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang harus dicapai, 27 4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. 4. Komponen-kompeonen dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Secara umum “komponen dalam pembelajaran Al-qur’an Hadis meliputi tujuan, bahan/materi, aktivitas pembelajaran, metode, alat, sumber belajar dan evaluasi”19. Ketujuh hal tersebut pada dasarnya komponen yang selalu ada dalam setiap pembelajaran, namun untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tujuan Tujuan merupakan komponen yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya. b. Bahan pelajaran Bahan pelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar atas dasar tujuan pembelajaran dan sebagai sumber belajar bagi anak didik, hal ini dapat berupa benda dan isi pendidikan yang berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehannya. c. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar ini akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan 19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta; Sinar Baru Algesindo, 1995, h. 134. 28 motivator, sehingga guru harus dapat memahami dan memperhatikan aspek individual anak didik baik dalam aspek biologis, intelektual dan psikologis. d. Metode Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, kombinasi dalam penggunaan dari berbagai metode mengajar merupakan keharusan dalam praktek mengajar. e. Alat Alat merupakan segala sesuatu cara yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, memperjelas bahan pengajaran yang diberikan guru atau yang dipelajari siswa. Alat pembelajaran memiliki banyak ragam dan bentuk, Amir Hamzah sebagaimana dikutip Cece Wijaya mengemukakan jenis-jenis media sebagai berikut: 1) Alat-alat visual dimensi pada bidang yang tidak transparan yang meliputi gambar, gambar yang diproyeksikan dengan apaque proyektor, lembaran balik wayang beber, grafik, diagram, bagan peta, poster gambar hasil cetak saring, foto dan gambar sederhana dengan garis dan lingkaran. 2) Berbagai macam papan yang meliputi papan tulis, papan fanel, papan magnet (whith board), dan papan peragaan. 3) Alat-alat visual tiga dimensi yang meliputi benda asli, model, barang contoh atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up, diorama pameran dan bak pasir. 4) Alat-alat audio yang meliputi tape recorder dan radio. 5) Alat-alat audio visual yang meliputi film suara. 6) Demonstrasi dan widyawisata.20 20 Cece Wijaya, Media Pembelajaran, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 115 29 f. Sumber pelajaran “Sumber pelajaran merupakan bahan yang dijadikan sumber rujukan materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar”.21 g. Evaluasi Merupakan proses menentukan nilai suatu obyek tertentuberdasarkan kriteria tertentu,dalam pembelajaran berfungsi untukmengetahui tercapai tidaknya tujuan pengetahuan instruksional dansebagai bahan dalam memperbaiki proses belajar mengajar. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Agar perubahan-perubahan dalam diri anak didik sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar sampai pada tujuan yang diharapkan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut: a. Faktor ektern Faktor ini adalah faktor yang berasal dari luar meliputilingkungan dan instrumen. 1) Lingkungan Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: 21 Sudirman IN. dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung; Remaja Rosdakarya, 1999, h.. 203. diri siswa 30 a) Lingkungan alami seperti suhu, kelembapan udara sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar b) Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia/respentasinyaataupun yang berwujud lainnya seperti suara mesin pabrik, hirukpikuk lalu lintas 2) Instrumental Faktor ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hard ware) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya. Dapat juga berwujud faktor-faktor lunak seperti, kurikulum, pedoman belajar, guru, metode, media, dan lain-lain. b. Faktor intern Faktor ini adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu sendiri.dalam faktor ini mencakup faktor fisiologis dan psikologis. 1) Kondisi fisiologis Kondisi ini meliputi kondisi fisik (kesehatan) dan faktor-faktor tubuh di samping itu kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran pun sangat mempengaruhi proses belajar mengajar karena sebagian besar yang dipelajari manusia di pelajarinya dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran. 2) a) b) c) d) Kondisi Psikologis Minat Kecerdasan (intelegensi) Bakat Motivasi 31 e) Kultural.22 Sedangkan menurut Muhibbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan, “faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar meliputi karakteristik siswa, karakteristik guru, interaksi dan metode, fasilitas, mata pelajaran dan lingkungan”23. Menurut Muhaimin, dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam, “proses pembelajaran Al-Qur’an Hadis dipengaruhi oleh 3 faktor, meliputi Kondisi pembelajaran, metode pembelajaran dan Hasil pembelajaran”.24 C. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Al-qur’an Hadits Pembelajaran merupakan suatu masalah yang kompleks karena setiap siswa memiliki ciri yang unik dalam belajar. Hal ini terutama disebabkan oleh efisiensi penerimanya dan kemampuan tanggapannya. Seorang siswa yang normal akan dapat memperoleh pengertian dengan cara mengolah rangsangan dari luar, yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa maupun peraba. Dalam proses pembelajaran Al-qur’an Hadis dengan menggunakan media, diharapkan siswa yang belajar tidak hanya sekedar 22 A. S. Sudirman R. Raharjo dan Amung H, Media Pendidikan, Jakarta; Grafindo Persada, 2001, h. 14 23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2000, h. 247-250 24 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2002, h. 150-156. 32 meniru, mencontoh atau melakukan apa yang diberikan kepadanya, tetapi bagaimana siswa secara aktif ada upaya untuk berbuat. Sarana dan prasarana secara langsung ataupun tidak langsung memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran al-qur’an hadits. Pembelajaran al-qur’an Hadis adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk dapat menguasai keterampilan membaca al-qur’an, mengerti artinya dan memahami kandungannya. Proses pencapaian tujuan tersebut guru al-qur’an Hadis memerlukan banyak bantuan sarana dan prasarana, seperti sumber belajar (buku ajar yang kontemporer dan memadai, buku paket bagi siswa), media pembelajaran (media audio, visual dan audio visual), dan penciptaan suasa nyaman melalui sarana fisik lainnya (seperti masjid). Pembelajaran al-qur’an haditsm terutama materi mengaji banyak dilakukan di masjid dibandingkan di kelas. Hal ini diharapkan menjadi suasana religious yang mendorong semangat membaca alqur’an.