Sumber hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia

advertisement
Sumber hukum islam dan
kontribusi umat islam indonesia
Arif Mustafa, S.Pd.I, M.S.I
Disampaikan pada kuliah MPK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Inilah kitab (Quran) yang diturunkan Allah swt kepada Muhammad
saw, yang menjadi petunjuk untuk menuju hidup bahagia dunia dan
akhirat, tetapi pada saat ini banyak orang islam tidak menggunakan sebagai
pedoman, membaca dan mengkajinya, serta mengaplikasikan
dalamkehidupan. Mereka lebih tertarik membaca facebook, twitter tiap
pagi, siang dan sore, bagaimana dengan anda sebagai generasi penerus
islam?
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ٰ‬
‫ِ‬
‫ّويُِيِق ْي ُم ْو َنّ‬
‫ّ‬
‫غ‬
‫ْ‬
‫ل‬
‫ِّب‬
‫ن‬
‫)‬
‫‪2‬‬
‫(‬
‫ّ‬
‫ت‬
‫ّ‬
‫آلم(‪)1‬‬
‫ّ‬
‫و‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ْم‬
‫ل‬
‫م‬
‫ؤ‬
‫يِق‬
‫ىّل‬
‫د‬
‫ّي‬
‫ّه‬
‫ن‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ذ‬
‫ال‬
‫ّف‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ي‬
‫ّر‬
‫ال‬
‫ّ‬
‫ٰب‬
‫ت‬
‫ْك‬
‫ل‬
‫ّا‬
‫ك‬
‫ل‬
‫ذ‬
‫م‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ً‬
‫َ‬
‫ُ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ُ َ َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ٰ‬
‫كّ‬
‫ل‬
‫ب‬
‫ّ‬
‫ّق‬
‫ن‬
‫ّم‬
‫ل‬
‫ز‬
‫ن‬
‫ا‬
‫اّ‬
‫م‬
‫ّو‬
‫ك‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ّا‬
‫ل‬
‫ز‬
‫ّ‬
‫ن‬
‫ا‬
‫آّ‬
‫ِّب‬
‫ن‬
‫و‬
‫ن‬
‫م‬
‫ؤ‬
‫ّي‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ذ‬
‫ال‬
‫و‬
‫)‬
‫‪3‬‬
‫(‬
‫ّ‬
‫ن‬
‫و‬
‫يِق‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ّي‬
‫م‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ق‬
‫ز‬
‫اّر‬
‫ِم‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ّو َ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ‬
‫َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ ُْ ْ َ َ َ ُْ ْ ْ َ‬
‫الص ٰلوَة َ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِِ‬
‫ِ‬
‫ٰ‬
‫ّه ُمّال ُْم ْفلِ ُح ّْو َنّ(‪)5‬‬
‫ٰك‬
‫ئ‬
‫ل‬
‫و‬
‫ا‬
‫ّو‬
‫ّ‬
‫م‬
‫ّب‬
‫ّر‬
‫ن‬
‫ىّم‬
‫د‬
‫ىّه‬
‫ل‬
‫ّع‬
‫ك‬
‫ئ‬
‫ل‬
‫و‬
‫ا‬
‫)‬
‫‪4‬‬
‫(‬
‫ّ‬
‫ن‬
‫و‬
‫ن‬
‫ق‬
‫و‬
‫ّي‬
‫م‬
‫ّه‬
‫ة‬
‫ر‬
‫الخ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ُ‬
‫ُ‬
‫َوِِبْ َ ُ ْ ُ ْ ُْ‬
‫َ َ ُ ً ْ َم ْ َ َ ُ‬
‫[البيِقرة‪]5-1/‬‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ّوالَّتَ ُك ْنّ‬
‫هللا‬
‫ّ‬
‫اك‬
‫ر‬
‫ا‬
‫آّ‬
‫ِّب‬
‫اس‬
‫ّالن‬
‫ن‬
‫ّب‬
‫م‬
‫ك‬
‫ح‬
‫ت‬
‫ّ‬
‫ّل‬
‫ق‬
‫ْل‬
‫ِّب‬
‫ٰب‬
‫ت‬
‫ْك‬
‫ل‬
‫ّا‬
‫ك‬
‫ي‬
‫ل‬
‫آّا‬
‫ْن‬
‫ل‬
‫ز‬
‫ن‬
‫ا‬
‫ّ‬
‫َّن‬
‫ْ‬
‫ا َ ْ َ َ َْ َ‬
‫َ َ م َ ْ ُ َ ََْ‬
‫َ ََ َ ُ َ‬
‫ِ‬
‫نّ َخ ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ص ْي ًماّ[النساء‪]105/‬‬
‫ن‬
‫آئ‬
‫خ‬
‫ل‬
‫ْ‬
‫ل َ َْ‬
‫ِ‬
‫شرّالْم ْؤِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫نّال ِّذيْ َنّيَ ْع َملُ ْو َنّ‬
‫ن‬
‫م‬
‫ب‬
‫ي‬
‫ّو‬
‫م‬
‫و‬
‫ّ‬
‫ق‬
‫ا‬
‫ّ‬
‫ي‬
‫ّه‬
‫ِت‬
‫ل‬
‫يّل‬
‫د‬
‫ه‬
‫ّي‬
‫ن‬
‫آ‬
‫ر‬
‫يِق‬
‫ْ‬
‫ل‬
‫اّا‬
‫ذ‬
‫ّه‬
‫ن‬
‫ٰ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ا َ ُْ َ َ ْ‬
‫َ َ َ ُ َ َُ م ُ ُ ْ َ‬
‫الصلِ ٰح ِ‬
‫تّاَنّ ََلُ ْمّاَ ْج ًراّ َكبِْي ًراّّ[اإلسراء‪]9/‬‬
‫ٰم‬
‫واَ ِ‬
‫ط‬
‫ي‬
‫ع‬
‫واّهللا‬
‫حُْو َّن [ال عمران‪]132/‬‬
‫ّوالر ُس ْو َلّلَ َعل ُك ْمّتُ ْر َّ‬
‫َ ُْ َ َ‬
Sumber Hukum Islam
Pokok atau ushul
menetapkan sesuatu
atau tidak
menetapkannya
menyembah-Nya,
menuruti perintahNya
Pokok dalam menetapkan sesuatu aturan islam dalam rangka menyempurnakan
keislaman
Secara umum SHI dapat dipetakan
sebagai berikut
A. AL-QUR'AN
1. Pengertian al-Qur’an
Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a”, berarti mengumpulkan dan menghimpun,
juga berarti “qur’anah”, artinya bacaan. (QS. Al-Qiyamah 75 : 17-18)
Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad
saw. Secara lafaz, makna dan gaya bahasa, yang termaktub dalam mushaf
yang dinukil secara mutawatir, yang bagi pembacaannya merupakan ibadah.
2. Nama-nama Al-Qur’an:
Al-Kitab = Tulisan yang Lengkap (QS. Al-Baqarah2:2), Al-Furqan =
Memisahkan yang Haq dari yang Bathil (QS. Al-Furqon 25:1), Al-Mau’idhah =
Nasihat (QS. Yunus 10:57), Asy-Syifa’ = Obat (QS. Yunus 10:57), Al-Huda =
Yang Memimpin (QS. Al-Jin 72:13), Al-Hikmah = Kebijaksanaan (QS. Al-Isra
17:39), Adz-Dzikru = Peringatan (QS. Al-Hijr 15:9).
3. Kedudukan Al-Qur’an:
Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama dari seluruh ajaran Isam,
berturut-turut Al-Sunnah dan Ijtihad.
3. Fungsi Al-Qur’an:
a.
Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW (QS. Al-Isra 17: 88)
b.
Pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia (QS. An-Nisa 4: 105)
c.
Pemisah yang hak dengan yang batil (QS. Asy-Syura 42: 24)
d.
Peringatan bagi manusia (QS. Al-Furqon 25: 1)
e.
Sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya (
QS. Al-Maidah 5: 48)
4. Isi kandungan al-Qur’an:
a.
Keimanan dan keyakinan
b.
Tuntunan ibadah dan hukum
c.
Berisi daya tarik dan ancaman
d.
Berisi tata aturan yang diperlukan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
manusia, hewan, dan alam sekitar demi kebahagiaan dunia dan akhirat
e.
Berisi riwayat-riwayat orang terdahulu baik yang taat maupun yang mengingkari.
5. Kodifikasi Al-Qur’an:
 Wahyu turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis
wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka
hafalkan sekaligus mereka amalkan
 Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu
Bakar Shiddiq, Qur’an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri
Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk
menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam
rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan.
6. Pembagian Isi Al-Qur’an:
Al-Qur’an terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat
turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat, 86 turun di Makkah, dan
28 di Madinah terdiri dari 6632 ayat.
Surat/ayat yang turun sebelum Nabi Hijrah dinamakan surat
Makkiyyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut
prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada
manusia
Surat/ayat yang turun Setelah Nabi Hijrah ke Madinah disebut surat
Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan
atau seseorang dengan lainnya ( syari’ah ).
Atas inisiatif para ulama maka kemudian Al-Qur’an dibagi-bagi menjadi
30 juz
B. Al-HADIS/SUNNAH
1.

Pengertian al-Hadis dan as-Sunnah
Secara bahasa hadis berarti baru, dekat, dan informasi. Sedangkan as-Sunnah
berarti cara, jalan, undang-undang, kebiasaan dan tradisi.

Secara istilah hadis berarti segala perbuatan (af’al), perkataan (aqwal), dan
keizinan Nabi Muhammad saw (taqrir).
2. Hadis dalam SHI
Hadis menjadi sumber hukum islam yang kedua setalah al-Quran adapun ayat yang
menujukkan itu ialah:
QS.an-Nisa’: 80
3. Fungsi al-Hadis terhadap al-Qur’an:
a. Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak. Seperti hadits : “ Shallu kama ro-aitumuni ushalli “. (Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat AlQur’an yang umum, yaitu : “ Aqimush- shalah “, (Kerjakan shalat)
b. Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi : Fungsi ini berkaitan dengan hal
menguatkan atau menggaris bawahi apa yang ada dalam al-Qur’an. Sebagai contoh Allah
melarang berdusta yang termaktub dalam QS al-Hajj 30: Maka jauhilah olehmu berhala-berhala
yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. Kemudian larangan ini dipertegas hadis
Nabi saw, “….maukah kamu aku beritahukan 3 dosa yang paling besar?kami menjawab,
ya,wahai rasulullah!beliau bersabda, berbaut syirik kepada Allah swt, dan durhaka kepada
Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qur’an, “dan
(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu
miliki[282] (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu” kemudian
dijelaskan dalam hadis seperti pernyataan Nabi : “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw
bersabda “dilarang seseorang mengawini secara bersama seseorang perempuan dengan
saudara perempuan dari ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari
ibunya”. (HR. Bukhari). Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik
harta-hartamu yang sudah dizakati “, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat AlQur’an dalam surat at-Taubah 9: 34. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,
maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”
3. Perbedaan Antara Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai Sumber Hukum
a.
Al-Qur’an nilai kebenarannya adalah qath’I (absolut), sedangkan al-Hadits
adalah zhanni (kecuali hadits mutawatir)
b.
Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak
semua hadits mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup
c.
Al-Qur’an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak
d.
Apabila Al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal
yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya.
4. Kodifikasi Hadis
Pada zaman ‘Umar bin Abdul Azis, khalifah ke-8 dari dinasti Bani Umayyah (99101 H) timbul inisiatif secara resmi untuk menulis dan membukukan hadits
Kodifikasi Hadits dilatar belakangi oleh adanya usaha-usaha untuk membuat dan
menyebarluaskan hadits-hadits palsu dikalangan ummat Islam, baik yang dibuat
oleh ummat Islam sendiri karena maksud-maksud tertentu, maupun oleh orangorang luar yang sengaja untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Macam-Macam Hadis
a.
Dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikan:

Hadits mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang kepada
banyak orang dan seterusnya sehingga tercatat dengan banyak sanad. Dan
mustahil orang yang banyak itu sepakat untuk berdusta
Hadits masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih
hingga tercatat dengan sanad sekurang-kurangnya tiga orang
Hadits aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang sanad hingga tercatat
dengan dua sanad
Hadits gharib, yaitu hadits yang diriwayatkan seorang sanad hingga tercatat
satu sanad.



b. Dilihat dari segi kualitasnya:
Hadits Shahih. Yaitu sunnah/hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang adil
(baik), kuat hafalannya, sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung sampai kepada
Rasul, tidak mempunyai cacat, dan tidak bertentangan dengan dalil periwayatan yang
lebih kuat (Al Qur’an)
Hadits Hasan. Yaitu sunnah/hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang yang adil
(baik), sanadnya bersambung sampai kepada Rasul, tidak mempunyai cacat, dan tidak
bertentangan dengan dalil yang lebih kuat (Al Qur’an), tapi kekuatan hafalan atau
C. IJTIHAD
1. Pengertian Ijtihad
 Secara bahasa ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan
sesuatu.
 Menurut istilah ialah mengerahkan segala potensi akal pikiran dan kemampuan semaksimal
mungkin untuk menetapkan hukum-hukum syari’ah.
 Dasar keharusan berijtihad ialah QS. A-Nisa 4: 59.
2. Kedudukan Ijtihad
a.
Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang
mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif
b.
Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi
tidak berlaku bagi orang lain
c.
Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah
mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah
d.
Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah
e.
Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat,
kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa
daripada ajaran Islam
Syarat Mujtahid
Pertama, persyaratan umum (al-syurut al-‘ammah), yang meliputi: (1)
balig, (2) berakal sehat, (3) kuat daya nalarnya, dan (4) beriman atau
mukmin. Kedua, persyaratan pokok (al-syurut al-asasiyah), yaitu
syarat-syarat mendasar yang menuntut mujtahid supaya memiliki
kecakapan berikut: (1) mengetahui Qur’an, (2) memahami Sunnah,
(3) memahami maksud-maksud hukum syari’at, dan (4) mengetahui
kaidah-kaidah umum (al-qawa’id al-kulliyat) hukum Islam.
Ketiga, persyaratan penting (al-syurut al-hammah), yakni beberapa
persyaratan yang penting dipunyai mujtahid. Syarat-syarat ini
mencakup: (1) menguasai bahasa Arab, (2) mengetahui ilmu ushul alfiqh, (3) mengetahui ilmu mantik atau logika, dan (4) mengetahui
hukum asal suatu perkara (al-bara’ah al-asliyah).
Keempat, persyaratan pelengkap (al-syurut al-takmiliyah) yang
mencakup: (1) tidak ada dalil qat’i bagi masalah yang diijtihadi, (2)
mengetahui tempat-tempat khilafiyah atau perbedaan pendapat, dan
(3) memelihara kesalehan dan ketaqwaan diri.
3. Bentuk-Bentuk Ijtihad







Ijma’ = konsensus = ijtihad kolektif. Yaitu persepakatan ulama-ulama Islam dalam
menentukan sesuatu masalah ijtihadiyah
Qiyas = reasoning by analogy. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal
yang belum diterangkan oleh al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan dianalogikan kepada
hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-Qur’an/as-Sunnah, karena ada
sebab yang sama
Istihsan = preference. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan
ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang
dan lain-lain.
Mashalihul Mursalah = utility, yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan
ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan
syari’at.
Saddudz Dzari'ah, yaitu menetapkan hukum atas dasar kehilangan
kerusakan/kemadorotan bagi seseorang atau segolongan orang.
Istishab, yaitu menetapkan hukum atas hukum yang telah berlaku sampai ada hukum
yang merubahnya.
'Urf, yaitu menetapkan suatu hukum yang telah menjadi kebiasaan masyarakat.
Dalam Al Quran Surat An Nisa : 59 disebutkan bahwa
setiap muslim wajib mengikuti kehendak Allah,
kehendak Rasul dan kehendak ulil ‘amri yakni orang yg
mempunyai “kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan utk
mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua sumber
utamanya yakni Al Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad. Ulir-amri disini dapat kita pahami sebagai
pengusa yaitu orang-orang yang memenuhi ber-ijtihad
(mujtahid) bahasa arab, memahami ulumul Qur’an,
Kaidah fiqih serta beberapa persyaratan yang lain.
Dasar hukum islam
1. Tidak memberatkan dan tidak banyaknya
beban
2. Sifatnya berangsur-angsur dalam penentuan hukum
3. Sejalan dengan kebaikan orang banyak
4. Berdasarkan pada persamaan dan kea-dilan
ibadah
mahdhoh
Ibadah vertikal yaitu
hubungan seorang
hamba dengan
penciptanya
(habluminallah)
contoh: salat, zakat,
puasa
Ghoiru mahdhoh
Ibadah horizontal:
ibadah yang berkaitan
antara hubungan
dengan sesama (hablu
minannas)
Seiring dinamika kehidupan masyarakat
dewasa
ini, muncul berbagai macam persoalan yang
Fungsi
hukum
dihadapi manusia. Berbagai permasalahan islam
tersebut harus dikelolah dengan baik untuk dicarikan
solusinya dengan tetap berpatokan pada ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam alQur’an dan al-Hadis. Dari hal tersebut, hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat memiliki
fungsi yang dapat dijabarkan di bawah ini :
ibadah
amar makruf nahi
munkar
Fungsi ibadah
merupakan
kewajiban pokok
dalam upaya kita
mengabdi kpd
allah
Perintah dan
larangan yang harus
dalam rangka
mencapai
kemaslahatan dan
kemudharatan
dunia dan akhirat
zawajir
(penjeraan)
Sanksi yang akan
diterima umat
islam ketika
melakukan
pelanggaran
terhadap syariat:
qisas[2:178] , diyat,
ta’zir, rajam
tandzim wa
ishlah al-ummah
Fungsi ini untuk
memperlancar interaksi
dalam kehidupan
masyarakat agar
terwujud masyarakat
yang harmonis, aman
dan sejahterah
Sumber hukum islam berdasarkan isinya dapat di klasifikasi
dalam lima bagian pokok dapat dijabarkan sebagai berikut
Hukum taklifi
Al-Ijab
firman yang
menuntut untuk
mengerjakan
suatu perbuatan
dengan tuntutan
yang pasti. Dlm
hukum Fiqih biasa
disebut dengan
istilah wajib
An-Nadab
firman yang
Menuntut suatu
perbuatan yang tidak
pasti tuntutan
yang pasti. Dlm
hukum Fiqih biasa
disebut dengan
istilah sunah
At-Tahrim
Al-Karohah
firman yang
menuntut untuk
meninggalkan
suatu perbuatan
dengan tuntutan
yang pasti. Dlm
hukum Fiqih
biasa disebut
dengan istilah
Haram
firman yang
menuntut untuk
me-ninggalkan
suatu perbuatan
dengan tuntutan
yang tidak pasti.
Dalam hukum
Fiqih biasa disebut
dengan istilah
Makruh
Al-Ibahah
yaitu firman
yang mem
Bolehkan
sesuatu untuk
diperbuat atau
ditinggalkan.
Dalam hukum
Fiqih biasa
disebut dengan
istilah Mubah
Kontribusi umat islam di indonesia
Telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia
yang memang mayoritas sejak awal kemerdekaannya.
Antara lain dipelopori oleh: Hazairin, Hasbi Ash-Shiddiqy,
Syafruddin Prawiranegra, dll.
Akhir-akhir ini kontribusinya semakin signifikan dengan
dirativikasinya beberapa peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan hukum Islam antara lain: UU No 1
tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No 28 Tahun 1977
Tentang Perwakafan Tanah Milik, UU No 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama, Inpres No 1 Tahun 1991
Tentang Kompilasi Hukum Islam, UU No 10Tahun 1998
Tentang Perbankan, yang menampung Bank Syari’ah, UU
No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, dll.
Download