OBJEK FORMAL DAN OBJEK MATERIAL Semua disiplin ilmu memiliki objek yang dijadikan sasaran. Objek sosiologi adalah masyarakat. Objek psikologi adalah jiwa. Objek theologi adalah Tuhan. Objek astronomi adalah bintang. Demikian juga dengan filsafat, sekalipun filsafat bukan ilmu, tetapi bapak moyang ilmu, tetap saja memiliki objek yang akan dikaji. Dalam filsafat ada istilah objek formal dan ada istilah objek material. Objek material dalam filsafat adalah segala yang ada. Ada dalam filsafat mencakup yang nampak dan tidak nampak. Objek yang nampak masuk pada dunia empiris, sementara objek yang tidak nampak masuk alam metafisika. Filosuf membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam fikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Alam empiris yaitu seseutu yang bisa diukur, dan bersifat berulang. Misalnya seseorang melempar biji salak di manapun akan menjadi salak. Sekolah atau tidak, setiap orang yang melempar biji salak akan menjadi salak. Hal ini tentu berbeda dengan alam pemikiran, terbukti atau tidak yang penting rasional. Demikian juga dengan kemungkinan, yaitu objek yang dijadikan sasaran yang mungkin terjadi atau tidak. Seperti yang telah penulis paparkan di atas, bahwa dalam objek filsafat selain objek material juga ada yang dinamakan objek formal. Objek formal yang dimaksud adalah sudut pandang secara menyeluruh. Objek formal juga dapat dikatan metode atau cara yang digunakan untuk menarik satu kesimpulan. Misalnya dengan cara deduktif atau induktif. Cara deduktif adalah menarik suatu kesimpulan berangkat dari yang besar, menuju satu kesimpulan secara spesipik. Sementara metode induktif menarik satu kesimpulan dari yang kecil menuju yang besar. Objek filsafat Islam Objek filsafat Islam secara pengertian sama dengan objek filsafat pada umumnya. Yakni terdiri dari material dan formal. Hanya saja objek filsafat Islam lebih pada ke-Islaman. Misalnya al-Qur’an sebagai objek filsafat Islam. Di sini orang menangkap isi al-Qur’an, dengan berbagai pendekatan. Al-Qur’an sebagai objek material dalam filsafat Islam. sementara cara yang digunakan untuk menangkap isi al-Qur’an dengan berbagai pendekatan. Misalnya ahli bahasa arab akan menagkap al-Qur’an dengan cara pendekatan kebahasaan. Sementara ulama fiqih akan berusaha menangkap al-Qur’an dari sisi hukum, dan ulama akidah akan berusaha menangkap al-Qur’an dari sisi akidah. Dalam dunia tafsir kita mengenal metode menafsirkan al-Qur’an, yaitu ijmali, muqarin, tahlili, dan maudhu’i. Nah metode dalam menafsirkan al-Qur’an termasuk pada metode formal. Jadi orang menagkap isi al-Qur’an dengan cara pendekatan yang telah disepakati oleh disiplin ulama tafsir. Demikian juga dalam hadis, para ulama membuat kesepakatan dalam menentukan hadis shahih, hasan dan dhaif. Ulama fiqih, yang disebut mujtahid mutlak, sama dalam menentukan sebuah hukum masing-masing memiliki objek formal, atau metode yang telah baku. Misalnya Imam Syafi’i menentukan sebuah hukum menggunakan al-Qur’an, hadis, ijma dan qias. Hal ini tentu sangat berbeda dengan Imam Malik, Imam Malik dalam memutuskan hukum menggunakan al-Qur’an, hadis, ijma amalan orang madinah, qiyas dan mashalih musrsalah. Imam Hanfi menggunakan al-Qur’an, hadis, ijma shahabat, qiyas dan ihtihsan. Imam Ahmad dengan cara al-Qur’an, Ijma shabat, hadis, dan qiyas. Semua yang penulis paparkan cara ulama dalam menentukan hukum termasuk pada objek formal. Kesimpulannya objek material dalam filsafat Islam memerupakan hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Sementara objek materialnya dalah cara umat Islam dalam menetapkan sebuah ketentuan Islam.