Ringkasan Pengkajian Keamanan Lingkungan Jagung PRG Toleran Herbisida Glifosat Event NK603 I. Pendahuluan Jagung PRG event NK603 adalah tanaman jagung toleran herbisida glifosat yang memiliki sifat fisik, nilai gizi dan stabilitas genetik tidak berbeda dengan jagung non PRG. Jagung PRG event NK603 merupakan tanaman jagung PRG yang mengandung gen CP4 EPSPS yang bertanggung jawab dalam toleransi terhadap herbisida glifosat. Gen CP4 EPSPS diperoleh dari hasil isolasi bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens strain CP4. Jagung PRG event NK603 telah memperoleh ketetapan aman lingkungan di tujuh negara yaitu Amerika Serikat (2000), Jepang (2001), Kanada (2001), Afrika Selatan (2002), Argentina (2004), Filipina (2005), dan Brazil (2008). Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Nomor 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/ 1999; 015A/ Nmeneg PHOR/09/1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, TTKHKP telah melakukan pengkajian keamanan lingkungan jagung PRG event NK603 berdasarkan informasi genetik dan informasi keamanan lingkungan yang terdiri atas dampak terhadap organisme non target, dampak terhadap keanekaragaman hayati, perpindahan gen, potensi menjadi gulma, dan pertimbangan lainnya sebagaimana diuraikan di bawah ini. II. Informasi Genetik II.1. Elemen Genetik Jagung PRG NK603 mengandung satu gen interes yaitu CP4 EPSPS (5-enolpyruvyl shikimate-3-phosphate synthase) yang bertanggung jawab dalam toleransi terhadap herbisida glifosat. Promotor yang digunakan adalah P-ract1/ract1 intron yang berasal dari tanaman padi, dan terminator NOS (nopaline synthase) dari Agrobacterium tumefaciens. II.2. Sumber Gen Interes Gen CP4 EPSPS adalah hasil isolasi bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens strain CP4. II.3. Sistem Transformasi Jagung PRG NK603 dirakit melalui transformasi sel-sel embriogenik tanaman jagung dengan penembakan partikel mikro (microparticle bombardment). Plasmid PV-ZMGT32 yang dipersiapkan untuk membentuk fragmen DNA MluI linear digunakan dalam sistem transformasi tanaman jagung. Fragmen DNA MluI linear tidak mengandung origin of replication (ori) dan 1 penanda resistensi antibiotik (nptII). Plasmid vektor PV-ZMGT32 mengandung dua kaset gen CP4 EPSPS. Masing-masing kaset mengandung satu kopi gen CP4 EPSPS dengan sekuen pengaturnya (regulatory sequence). Kaset CP4 EPSPS yang satu mengandung promotor aktin padi (p-ract1) dan intron ract1, sekuen peptida transit kloroplas (CTP2, yang berasal dari gen EPSPS Arabidopsis thaliana), gen CP4 EPSPS, dan terminator NOS3’, sedangkan kaset CP4 EPSPS yang lain mengandung promotor e35S dan intron ZmHSP70, sekuen peptida transit kloroplas (CTP2, yang berasal dari gen EPSPS A. thaliana), gen CP4 EPSPS, dan terminator NOS3’. II.4. Stabilitas Genetik Stabilitas genetik dan segregasi dilakukan dengan analisis Southern blot. Setelah diuji selama beberapa generasi, gen yang disisipkan masih stabil dan berada di dalam genom jagung PRG NK603. Analisis segregasi menunjukkan penyisipan satu active site dari gen CP4 EPSPS pada genom jagung PRG NK603 dan tersegregasi sesuai dengan Hukum Mendel. Stabilitas dari penyisipan telah ditunjukkan pada enam generasi penyilangan dan tiga generasi penyerbukan sendiri (self-pollination). Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa gen interes (CP4 EPSPS) yang diintroduksikan ke jagung PRG NK603 stabil pada enam generasi penyilangan dan tiga generasi penyerbukan sendiri (self-pollination), gen interes (CP4 EPSPS) yang diintroduksikan ke jagung PRG NK603 diwariskan mengikuti Hukum Mendel; dan jagung PRG NK603 tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat toleran herbisida glifosat. Deng, M.Y., R. P. Lirette, T.A. Cavato, R.S. Sidhu. 1999. Molecular Characterization of Roundup Ready® (CP4 EPSPS) Corn Line NK603. Monsanto Technical Reports MSL 16214, St. Louis III. Informasi Keamanan Lingkungan III.1 Dampak Samping Budidaya Jagung PRG NK603 Toleran Herbisida Glifosat terhadap Organisme Non Target Sehubungan dengan penggunaan jagung NK603 dalam budidaya jagung akan melibatkan penggunaan herbisida glifosat, maka evaluasi dampak samping mencakup dampak samping langsung jagung NK603 dan dampak tidak langsung dari penggunaan herbisida glifosat. II.1.1 Dampak langsung jagung NK603 terhadap artropoda dan mikroorganisme. Beberapa studi menunjukkan bahwa kelimpahan dari beberapa organisme bermanfaat menurun pada areal tanaman toleran glifosat dibandingkan dengan areal tanaman konvensional (Jasinski et al., 2003) cit. EFSA, 2009. Namun penurunan itu tampaknya tidak secara langsung berhubungan dengan ekspresi protein EPSPS CP4 pada tanaman toleran herbisida, tetapi kemungkinan besar terjadi akibat dari perubahan populasi gulma yang disebabkan oleh penggunaan herbisida. 2 Sampai saat ini belum ada laporan yang menyebutkan efek langsung dari jagung NK603 terhadap organisme non target dan belum ada laporan yang menyebutkan bahwa tanaman PRG toleran glifosat berdampak langsung terhadap keanekaragaman hayati atau kelimpahan spesies dalam areal tanam (Firbank et al., 2003a;. Owen, 2008) cit. EFSA, 2009. Sampai saat ini juga belum ada laporan yang menyebutkan bahwa jagung NK603 berdampak langsung terhadap lingkungan abiotik dan pada proses biogeokimiawi (EFSA, 2009). III.1.2 Dampak langsung NK603 terhadap hewan dan manusia. Pemberian protein EPSPS CP4 secara oral pada tikus tidak menyebabkan toksisitas akut. Protein CP4 EPSPS cepat rusak dalam cairan lambung dan usus buatan tanpa pembentukan fragmen peptida yang stabil. Studi bioinformatika menunjukkan bahwa protein CP4 EPSPS tidak homolog dengan protein beracun dan alergen yang diketahui. Analisis perbandingan karakter komposisi, agronomi, dan fenotipik menunjukkan bahwa NK603 jagung setara dengan varietas jagung non-PRG konvensionalnya, kecuali untuk sifat toleran glifosat. Tidak ada indikasi dampak samping pada tikus yang diberi diet 33% butiran jagung NK603 selama 90 hari. Ayam pedaging yang diberi pakan jagung NK603 selama 42 hari menunjukkan kesehatan yang sama dengan ayam pedaging yang diberi pakan jagung nonPRG konvensionalnya. Kesepadanan gizi jagung NK603 dengan jagung non-PRG konvensionalnya juga telah dikonfirmasi dalam studi-pakan terhadap sapi Angus, sapi perah Holstein, babi, dan tikus. III.1.3 Dampak tidak langsung akibat penggunaan herbisida glifosat. Glifosat dapat berdampak pada komunitas mikroba tanah, jamur mikoriza dan spesies rhizobium penting dalam daur-ulang nutrisi tanaman (Zablotowicz dan Reddy, 2004, 2007; Sarana et al., 2007;. Powell et al., 2009a). cit. EFSA, 2009. Budidaya tanaman PRG toleran herbisida glifosat di Amerika yang diaplikasi terus menerus dan berulang-ulang dengan glifosat menyebabkan perubahan flora gulma dan perkembangan gulma lebih tahan atau toleran herbisida (Fernandez-Band et al, 2002.) cit. EFSA, 2009. Pergeseran gulma juga telah dibahas oleh Marshall et al. (2001) dan Owen (2008) cit. EFSA, 2009. Powles (2008) cit. EFSA, 2009 telah mengamati perkembangan resistensi pada beberapa jenis gulma dan mendorong modifikasi manajemen gulma oleh petani melalui intensifikasi penggunaan herbisida dan manajemen dampak merugikan lingkungan. Dari sisi positif, ada berbagai dampak menguntungkan (misalnya, peningkatan collembolans, pengurangan erosi tanah, pengurangan infeksi virus), karena adanya gulma yang menutupi permukaan tanah selama pertumbuhan awal tanaman (Brookes et al., 2003; Dewar et al., 2003; May et al., 2005) cit. EFSA, 2009. III.1..4. Kesimpulan Berdasarkan informasi tersebut di atas, Tim Teknis KHKP berpendapat bahwa jagung NK603 sama amannya dengan jagung konvensional, sehingga jagung NK603 tidak mungkin berdampak langsung yang buruk terhadap organisme non-target, lingkungan abiotik, proses biogeokimiawi, hewan, dan manusia. 3 Tim Teknis KHKP juga berpendapat bahwa potensi dampak lingkungan yang merugikan dari budidaya jagung NK603 adalah dampak tidak langsung yang sepenuhnya terkait dengan penggunaan herbisida glifosat. Dampak potensial yang merugikan lingkungan meliputi (1) pengurangan keanekaragaman hayati lahan pertanian, (2) evolusi resistensi gulma, dan (3) efek pada masyarakat mikroba tanah. Besarnya potensi dampak buruk terhadap lingkungan akan tergantung pada manajemen herbisida yang khusus diterapkan di tingkat petani. Untuk mencegah dampak buruk penggunaan glifosat pada jagung NK603, dalam pembuatan pedoman pemanfaatan jagung NK603 oleh petani, pemohon agar memasukkan petunjuk tentang manajemen penggunaan herbisida yang baik. EFSA, 2009. Opinion of the Scientific Panel on Genetically Modified Organisms on an applications (references EFSA-GMO-NL-2005-22, EFSA-GMO-RX-NK603) for the placing on the market of the genetically modified glyphosate tolerant maize NK603 for cultivation, food and feed uses, import and processing and for renewal of the authorisation of maize NK603 as existing products, both under Regulation (EC) No 1829/2003 from Monsanto1. The EFSA Journal (2009) 1137, 1-50 III.2. Dampak terhadap Keanekaragaman Hayati Tanaman jagung PRG toleran herbisida akan ditanam atau dibudidayakan di Indonesia pada lahan tertentu (lahan kering). Jagung NK603 tidak memiliki karakteristik fenotipik baru yang akan memperluas penggunaannya di luar jangkauan geografis produksi jagung saat ini. Tanaman jagung dapat menyerbuk silang dengan jagung lainnya, namun sifat baru (toleran herbisida) tidak akan ditransfer ke daerah atau lingkungan yang tidak dikelola (umanaged environment). Indonesia tidak mempunyai kerabat jauh tanaman jagung, sehingga tidak mungkin akan memindahkan gen toleran herbisida ke kerabat liarnya. Jagung toleran glifosat telah mengurangi kebutuhan untuk pembajakan tanah dan kadangkadang jumlah aplikasi herbisida. Berkurangnya atau tidak adanya sistem pembajakan lahan berkontribusi terhadap pengurangan erosi tanah ke air, penggunaan bahan bakar fosil, dan pemadatan tanah (Holland, 2004). Hal ini juga meningkatkan struktur tanah, menyebabkan penurunan risiko limpasan dan pencemaran air permukaan dengan ekstra nutrisi dan pestisida. Bahkan mungkin, efek yang paling merusak lingkungan pertanian adalah hilangnya lapisan tanah akibat pembajakan lahan. Glifosat tidak dianggap sebagai pencemar tanah yang signifikan, bila digunakan pada dosis yang dianjurkan. Beberapa studi telah menemukan bahwa tidak ada efek signifikan glifosat pada komunitas mikroba tanah (Busse et al., 2001; Levesque dan Rahe, 1992). Dengan demikian, glifosat dengan cepat terdegradasi oleh mikroba tanah, bahkan pada tingkat aplikasi yang tinggi, tanpa mengganggu aktivitas mikroba secara keseluruhan (Cerdeira dan Duke, 2010). Dalam konteks kualitas air permukaan dan air tanah, glifosat cenderung tidak mencemari dibandingkan dengan banyak herbisida lainnya. Risiko pencemaran air tanah dan air permukaan oleh glifosat tampaknya terbatas karena penyerapan glifosat pada mineral tanah dan degradasi mikroba (Borggaard et al., 2008). Glifosat juga tidak larut dalam air tanah dalam berbagai jenis tanah karena penyerapan yang kuat pada komponen tanah, dan 4 menghilang lebih cepat dari herbisida yang lain. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa berkurangnya bahaya bagi ekologi air untuk jagung toleran glifosat daripada varietas tanaman non-transgenik (Bennett et al., 2004; Duke dan Cerderia, 2007). Mengenai efek pada fungsi tanah, investigasi oleh Haney et al. (2000, 2002) berkaitan dengan peningkatan penggunaan tanaman toleran glifosat menunjukkan glifosat terdegradasi dari waktu ke waktu oleh mikroba tanah, bahkan pada tingkat aplikasi yang tinggi sekalipun, tanpa berdampak merugikan pada komunitas mikroba tanah. Pengaruh dari glifosat dan formulasi yang berbasis glifosat pada mikroba tanah telah diteliti oleh Sullivan dan Sullivan (2000). Peneliti independen telah meninjau berbagai laboratorium dan studi lapangan, menyelidiki pengaruh glifosat pada bakteri tanah dan jamur (Giesy et al., 2000). Hasil dari studi lapangan yang telah mengevaluasi komponen jamur dari komunitas mikroba tanah menunjukkan bahwa perlakuan glifosat tidak mempunyai efek merusak pada jamur tanah yang menguntungkan (Araujo et al;., 2003; Biederbeck et al;., 1997; Busse et al., 2001; Wardle dan Parkinson, 1990a; Wardle dan Parkinson, 1990b). Riwayat penggunaan yang aman dan data hasil yang diperoleh selama hampir 10 tahun produksi global tanaman toleran glifosat, dikombinasikan dengan aplikasi pada tanaman dengan herbisida pertanian berbasis glifosat, memperkuat temuan bahwa mikroba tanah dan proses dimediasi mikroba tidak terpengaruh oleh glifosat pada tingkat aplikasi lapangan. Dapat disimpulkan bahwa glifosat lebih ramah lingkungan dan secara toksikologi lebih baik dibandingkan banyak herbisida lainnya, dan dampaknya pada tanah dan air relatif kecil. Araujo, A.S.F., R.T.R Monteiro, R.B. Abarkeli. 2003. Effect of glyphosate on the microbial activity of two Brazilian soils. Chemosphere. 52: 799-804. Bennett R, et al. 2004. Environmental and human health impacts of growing genetically modified herbicide-tolerant sugar beet: a life-cycle assessment. Plant Biotechnol. J. 2:273-278. Biederbeck, V.O., C.A. Campbell, H.J. Hunter. 1997. Tillage effects on soil microbial and biochemical characteristics in a fellow-wheat rotation in a dark brown soil. Can. J. Soil Sci. 77:309-316. Borggaard, O.K. and A.L. Gimsing (2008) Fate of glyphosate in soil and the possibility of leaching to ground and surface waters: a review. Pest Manag Sci. 64:441-456. Busse, M.D., A.W. Ratcliff, C.J. Shestak, R.F. Powers. 2001. Glyphosate toxicity and the effects of long-term vegetation control on soil microbial communities. Soil Biol. Biochem. 33:1777-1789. Cerdeira, A.L. and Duke S.O. 2010. Effects of glyphosate-resistant crop cultivation on soil and water quality: A review. GM Crops 1:1, 1-9. Duke, S.O. and Cerdeira, A.L. 2007. Risks and benefits of glyphosate-resistant crops. ISB News Report, January. Giesy, J.P., S. Dobson & K.R Solomon. 2000. Ecotoxicological risk assessment for Roundup herbicide. Reviews of Environmental Contamination and Toxicology. 167:35-120. 5 Haney, R.L., S.A. Senseman, F.M. Hons. 2002. Effect of Roundup Ultra on microbial activity and biomass from selected soils. J. Environ. Qual. 31(3): 730-735. Haney, R.L, S.A. Senseman, F.M. Hons, D.A. Zuberer. 2000. Effects of glyphosate on soil microbial activity and biomass. Weed Science. 48:89-93. Holland, J.M. 2004. The environmental consequence of adopting conservation tillage in Europe: reviewing the evidence. Agriculture Ecosystems & Environment. 103:1-25. Lévesque, C.A, J.E. Rahe. 1992. Herbicide interactions with fungal root pathogens, with special reference to glyphosate. Annu. Rev. Phytopathol. 30(1): 579-602. Sullivan, D.S., and T.P. Sullivan. 2000. Non-target impacts of the herbicide glyphosate: A compendium of references and abstracts. 5th Edition. Applied Mammal Research Institute, Summerland, British Columbia, Canada. Wardle, D.A., D. Parkinson. 1990a. Effects of three herbicides on soil microbial biomass and activity. Plant & Soil. 122: 21-28. Wardle, D.A., D. Parkinson. 1990b. Influence of the herbicide glyphosate on soil microbial community structure. Plant & Soil. 122: 29-37. III.3 Perpindahan Gen (Gene Flow) Jagung merupakan tanaman yang menyerbuk silang melalui angin. Tepung sari jagung disebarkan oleh angin. Diameter tepung sari jagung sebesar 0.1 mm, merupakan tepung sari terbesar yang disebarkan oleh angin. Jarak penyebaran tepung sari tergantung dari kecepatan dan arah angin, temperatur udara dan kelembaban udara. Tepung sari jagung PRG memiliki ukuran, viabilitas dan kemampuan menyebar/ dispersal yang tidak berbeda dengan jagung non PRG, sehingga dapat bersari bebas dengan jagung lainnya. Persilangan alami dapat mencapai jarak maksimum 200 m dari lokasi penanaman, dan sudah tidak terjadi persilangan pada jarak 300 m (Luna et al 2001). Viabilitas tepung sari dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara dan tidak bertahan lama (OECD, 2003). Menurut Luna et al. (2001) viabilitas tepung sari/serbuk sari tanaman adalah satu sampai dua jam. Apabila terjadi persilangan alami antara jagung non PRG dengan serbuk sari jagung PRG NK603, maka biji yang dihasilkan relatif sedikit, dan sebagian besar dari biji tersebut akan dipanen. Apabila ada tanaman yang tumbuh dari biji-biji hasil persilangan alami antara jagung non PRG dengan jagung PRG NK603 tersebut, sangat tidak mungkin akan mempunyai sifat competitive advantage atau disadvantage dibandingkan dengan varietas jagung yang lain. Pada lingkungan yang terkontrol (FUT dan LUT) sebagaimana pengujian pada jagung PRG ini, perpindahan gen EPSPS (novel trait) ke tanaman lain sangat kecil karena adanya isolasi waktu. Persilangan alami antara tanaman jagung dengan kerabat liarnya (teosinte) dapat terjadi di alam. Potensi perpindahan gen antara jagung PRG NK603 dan kerabat liarnya di Indonesia dapat diabaikan karena Indonesia bukan pusat asal usul (center of origin) tanaman jagung. Jagung dapat bersilang dengan spesies lain (Tripsacum) dengan tingkat kesukaran yang tinggi, dan bunga jantan dari keturunan yang dihasilkan bersifat steril (male sterile). Persilangan jagung dengan spesies maupun genus lainnya sangat sulit. Penelitian sitogenetika telah membuktikan penyerbukan silang yang melibatkan spesies maupun genus yang berbeda dan dengan kemungkinan jumlah dan struktur kromosom yang berbeda tidak bisa bertahan hidup dan hidup dengan sempurna. 6 Luna S. V., J. Figueroa M., B. Baltazar M., R. Gomez L., R. Townsend and J. B. Schoper .. 2001. Maize pollen longevity and distance isolation requirements for effective pollen control. Crop Science 41:1551-1557. OECD. 2003. Consensus document on the biology of Zea mays subsp mays (maize). Available on line at www.olis.oecd.org/olis/2003doc.nsf/LinkTo/env-jmmono(2003)11.Organization for Economic Co-operation and Development. Accessed on March 6, 2006. III.4 Potensi Menjadi Gulma (Weediness Potential) Tanaman budidaya tidak mungkin menjadi masalah gulma, karena kebanyakan tanaman tidak kompetitif di bawah kondisi alami tanpa campur tangan manusia (Riches and Valverde 2002). Jagung tidak termasuk sebagai gulma dalam referensi tentang gulma (Muenscher, 1980). Secara alami jagung tidak mempunyai potensi untuk menjadi gulma, karena biji jagung tidak mengalami dormansi, tidak mudah rontok dari tongkolnya, dan kemampuan kompetitif dari bibitnya juga rendah. Tongkol dan biji jagung terbungkus dalam kelobot, sehingga secara alami penyebaran biji jagung sulit terjadi. Jagung sangat sulit bertahan hidup sebagai gulma karena seleksi yang terjadi dalam evolusi perkembangan jagung. Jagung tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan manusia dan tidak mampu bertahan hidup sebagai gulma. Tanaman yang tidak direkayasa secara genetik tidak merupakan tanaman yang invasif dan tidak mempunyai potensi bersifat gulma (Galinat, 1988). Hipotesis yang menyatakan bahwa tanaman jagung volunteer akan memiliki keunggulan selektif dan menjadi gulma telah secara empiris dibuktikan tidak terjadi oleh hasil percobaan jangka menengah yang dilakukan di Inggris (Crawley et al.,2001.). Tanaman budidaya, termasuk jagung toleran glifosat, tidak mengalami peningkatan kemampuan atau kelimpahan di luar ladang budidaya. Kehadiran dan kepadatan tanaman volunteer adalah fungsi dari iklim (misalnya ketahanan musim dingin dari tanaman volunteer), fungsi biologi dari spesies tanaman (misalnya penyebaran benih, dormansi benih) dan efisiensi pemanenan. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa tanaman volunteer cenderung tidak sempurna atau rusak. Tanaman-tanaman ini jarang menghasilkan tongkol dan yang menghasilkan biasanya tidak memiliki biji-bijian. Penyebaran serbuk sari tampaknya sulit karena tanaman volunteer jauh lebih pendek daripada tanaman normal. Ketika pembuahan silang memang terjadi, hal itu cenderung jarang sekali. Jagung tidak berkembang dan bertahan di habitat yang tidak terurus dan tidak diharapkan untuk menyerang dan/atau bertahan dalam lingkungan alami (OECD, 2003). Hasil pengujian di lapangan terbatas terhadap C7RR-NK603 (varietas jagung PRG event NK603 yang digunakan untuk percobaan di LUT) menunjukkan bahwa daya tumbuah benih dan kecepatan tumbuhnya tidak berbeda dengan C7 yang tidak direkayasa secara genetik. Peubah pertumbuhan pada kedua tanaman tidak berbeda. Sifat yang mungkin mendukung untuk menjadi gulma seperti dormansi, penyebaran biji, dan anakan juga tidak berbeda. Hibrida C7 telah dilepas sejak 1997 dan telah ditanam secara luas di Indonesia. Jagung hibrida C7, seperti halnya jagung lainnya yang ditanam di Indonesia tidak memiliki sifat sebagai gulma dan tidak dapat mempertahankan turunannya tanpa bantuan manusia. Berdasarkan pengujian di Bogor dan Lampung C7RR- NK603 dan C7 terbukti tidak berbeda 7 secara fenotipik satu sama lain kecuali sifat toleransi terhadap herbisida glifosat. Jagung C7RR-NK603 tidak memberikan lingkungan baik yang dapat meningkatkan populasi gulma. Satu-satunya keuntungan kompetitif jagung PRG C7RR-NK603 ini adalah ketoleranannya terhadap glifosat. Ketoleranannya terhadap glifosat tidak akan menyebabkan jagung ini menjadi gulma atau menjadi invasif pada habitat alaminya karena tidak ada bagian reproduktif atau sifat pertumbuhannya yang termodifikasi. Namun demikian, dalam pengelolaan budidaya tanaman di lapangan, penggunaan herbisida yang sama (glifosat) secara terus menerus harus dihindari mengingat adanya laporan tentang gulma yang toleran herbisida tersebut. Penggunaan herbisida dengan cara kerja (mode of action) lain dapat menjadi alternatif dalam budidaya jagung disamping penggunaan glifosat. Crawley, M. J., S. L. Brown, R. S. Hails, D. D. Kohn, and M. Rees. 2001. Transgenic crops in natural habitats. Nature 409:682–683. Galinat, W.C., 1988 The origin of corn. In: J.W. Dudley, G.F.. Sprague (Eds.), Corn and Corn Improvement. 3rd edition. Academic Press. New York. Muenscher, W.C., 1980. Weeds (2nd Edition). Cornell University Press, Ithaca, NY, 586 pp. OECD. 2003. Consensus document on the biology of Zea mays subsp mays (maize). Available on line at www.olis.oecd.org/olis/2003doc.nsf/LinkTo/env-jmmono(2003)11.Organization for Economic Co-operation and Development. Accessed on March 6, 2006. PT. Monagro Kimia. 2002. Laporan pengujian jagung RR di Fasilitas Uji Terbatas, Balai Penelitian BioteknologiSumber Daya Genetik Pertanian, Bogor. PT. Monagro Kimia. 2003. Laporan keamanan hayati C7RR-NK603 di Lapangan Uji Terbatas di Bogor dan di Lampung. Riches, C.R. & B.E. Valverde. 2002. Agricultural and biological diversity in Latin America: implications for development, testing, and commercialization of herbicide-resistant crops. Weed Technol. 16:200-214. III.5. Pertimbangan Lainnya (Other Considerations) Dampak tidak langsung dari penanaman PRG NK 603 jagung tahan glifosat adalah adanya kemungkinan meningkatnya penggunaan herbisida glifosat hingga ke tingkat mempengaruhi lingkungan (red. Kewenangan Komisi Pestisida). Adanya laporan yang menyebutkan terjadinya gulma toleran glifosat (Roberson, 2006; Pollack, 2003). karena penggunaannya yang berlebihan harus diantisipasi dengan adanya sistem pengendalian gulma “antisipatif”. Selain itu waktu paruh glifosat bervariasi 3-141 hari, tergantung pada jenis tanah 4. Demikian juga penyerapan tanah terhadap glifosat (Albers et al. 2009). Demikian juga penggunaan yang berlebihan dari glifosat yang mungkin mengkontaminasi air minum ataupun sungai harus dihindari karena dapat mengancam beberapa amphibians (Chivian and Bernstein, 2008); antara lain dengan monitoring yang tepat terhadap lingkungan akuatik tersebut. Albers; Banta, G.; Hansen, P.; Jacobsen, O. (2009). "The influence of organic matter on sorption and fate of glyphosate in soil--comparing different soils and humic substances". Environmental Pollution (Barking, Essex : 1987) 157 (10): 2865– 2870. doi:10.1016/j.envpol.2009.04.004. PMID 19447533. edit 8 Chivian, Eric; Bernstein, Aaron (2008). "Threatened Groups of Organisms Valuable to Medicine". In Eric Chivian. Sustaining Life: How Human Health Depends on Biodiversity. Oxford University Press, USA. p. 209. ISBN 978-0195175097 Glyphosate Factsheet (part 1 of 2) Caroline Cox / Journal of Pesticide Reform v.108, n.3 Fall98 rev.Oct00 ISU Weed Science Online - Are RR Weeds in Your Future II. Pollack, A. (2003). Widely Used Crop Herbicide Is Losing Weed Resistance. The New York Times, January 14, 2003 Roberson, R (2006). Glyphosate resistant weeds a reality for cotton growers. http://southeastfarmpress.com/glyphosate-resistant-weeds-reality-cotton-growers Kesimpulan Atas dasar beberapa uraian tentang informasi genetik dari gen CP4 EPSPS diperoleh dari hasil isolasi bakteri tanah Agrobacterium tumefaciens strain CP4, yang disisipkan dalam jagung PRG toleran herbisida glifosat event NK603; stabilitas genetik, dampak terhadap non target, potensi perpindahan gen, potensi sebagai gulma, dampak terhadap keanekaragaman hayati, dan pertimbangan lainnya maka dapat disimpulkan bahwa jagung PRG toleran herbisida glifosat event NK603 dapat dinyatakan aman lingkungan. 9