Drs. I Wayan Suja, M.Si_IbM Depot Vegetarian

advertisement
LAPORAN AKHIR
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
JUDUL
IbM DEPOT VEGETARIAN
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Perjanjian
Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
No. 039/SP2H/KMP/DIT.LITABMAS/III/2012 tanggal 6 Maret 2012
Oleh:
Drs. I Wayan Suja, M.Si., NIP 19670320 199303 1 002
Drs. Nyoman Retug, M.Si., NIP19591230 198903 1 002
Drs. Wayan Cipta, M.M., NIP. 19591231 198603 1 019
Putu Agus Mayuni, S.Pd., M.Si., NIP.19710828 199703 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul IbM:
Depot Vegetarian
1. Nama Mitra Progam IbM (1)
Nama Mitra Program IbM (2)
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama
b. NIP
c. Jabatan/Golongan
d. Jurusan/Fakultas
e. Perguruan Tinggi
f. Bidang Keahlian
g. Alamat Kantor/ Telp/Faks/E-mail
:
:
Luh Seniwati
Ni Luh Sudimpen, SH.
:
:
:
:
:
:
:
h. Alamat Rumah Telp/Faks/E-mail
:
Drs. I Wayan Suja, M.Si.
19670320 199303 1 002
Lektor Kepala/IVa.
Pendidikan Kimia/MIPA.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Kimia Organik.
Jalan Udayana Singaraja 81116.
(0362) 25072 / (0362) 25335.
Jalan Pulau Komodo, Gang Ayodya Sgr.
08124660530/[email protected]
3.
4.
5.
6.
7.
Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota
b. Nama Anggota I/bid.keahlian
c. Nama Anggota II/bid.keahlian
d. Nama Anggota III/bid keahlian
Lokasi Kegiatan/Mitra (1)
a. Wil. Mitra (Desa/Kecamatan)
b. Kabupaten/Kota
c. Propinsi
d. Jarak PT ke lokasi mitra (km)
Lokasi Kegiatan/Mitra (2)
a. Wil. Mitra (Desa/Kecamatan)
b. Kabupaten/Kota
c. Propinsi
d. Jarak PT ke lokasi mitra (km)
Luaran yang dihasilkan
Jangka Waktu Program
Biaya Total
• Dikti
• Sumber lain
:
:
:
:
Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA
:
:
:
:
Dosen 3 orang
Drs. Nyoman Retug, M.Si./Kimia Fisika
Drs. I Wayan Cipta, M.M./Manajemen
Putu Agus Mayuni, S.Pd., M.Si./PKK
:
:
:
:
Banyuning/Buleleng.
Buleleng
Bali
3 km (ke arah Timur)
:
:
:
:
:
Bakti Seraga/Buleleng.
Buleleng
Bali
4 km (ke arah Barat)
a. Buku vegetarian dan Resep Masakan Vegetarian
Khas Bali.
b. Manajemen pengelolaan Warung Makanan
c. Keterampilan membuat masakan vegetarian khas
Bali.
Delapan Bulan
Rp. 45.000.000,00
Rp. 45.000.000,00
Singaraja, 10 Desember 2012
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si.
NIP. 19581231 198601 1 005
Drs. I Wayan Suja, M.Si.
NIP. 19670320 199303 1 002
Mengetahui,
Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.
NIP. 19590101 198403 1 003
2 | Laporan IbM Depot Vegetarian
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
rakhmat-Nyalah penyelenggaraan kegiatan IbM Depot Vegetarian sampai penyusunan laporan
ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan IbM ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan mitra dalam mengkomunikasikan pola hidup vegetarian, membuat
masakan vegetarian khas Bali, dan mengelola usaha secara modern.
Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini kami banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu ijinkanlah kami mengucapkan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha atas
penugasan dan dana yang diberikan untuk menyelenggarakan IbM ini.
2. Kedua mitra, yakni Ibu Nengah Supeni (pengelola Depot Vegetarian Bhoga Laksmi) dan
Ibu Ni Luh Sudimpen, SH (pengelola Depot Vegetarian Bu Krisna) atas kerjasamanya
dalam menyukseskan kegiatan IbM ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhirnya, kami berharap semoga laporan IbM Depot Vegetarian ini ada manfaatnya
bagi kita semua. Saran dan kritik dari pembaca juga sangat kami harapkan. Terima kasih.
Singaraja, Desember 2012
Pelaksana Pengabdian
3 | Laporan IbM Depot Vegetarian
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
PRAKATA ............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
i
ii
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi ..............................................................................................
1.2. Permasalan Mitra ...........................................................................................
1.3. Solusi Pemecahan Masalah …………………………………………………
1.4. Tujuan Kegiatan ............................................................................................
1.5. Manfaat Kegiatan ..........................................................................................
1
5
6
7
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mengenal Vegeraian ......................................................................................
2.2. Fakta dan Sejarah ...........................................................................................
2.3. Makanan Hewani sebagai Sumber Penyakit ……………………………..…
2.4. Makanan Vegetarian ………………………………………………………...
9
10
10
12
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah .....................................................................
3.2. Realisasi Pemecahan Masalah ......................................................................
3.3. Metode Yang Digunakan ..............................................................................
3.4. Indikator Keberhasilan ...................................................................................
17
18
19
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengabdian ...........................................................................................
4.2. Pembahasan ...................................................................................................
21
26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................
5.2. Saran ..............................................................................................................
27
27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LAMPIRAN
28
4 | Laporan IbM Depot Vegetarian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Semenjak sepuluh tahun terakhir di Bali muncul trend masyarakat menjalani
hidup vegetarian. Ada tiga alasan seseorang memutuskan diri untuk menjalani hidup
vegetarian atau setidaknya mengurangi mengkonsumsi daging, yaitu kesadaran akan
pentingnya hidup sehat secara jasmani dan rohani, pembiasaan menyayangi kehidupan
(termasuk binatang), dan penanggulangan pemanasan global (global warming). Gerakan
masyarakat tersebut mendapat sambutan positif dari Gubernur Bali, Made Mangku
Pastika, yang mendeklarasikan kepada masyarakat dunia, bahwa tanggal 27 Maret
sebagai hari Vegan Organik Dunia (World Vegan Organic Day) dan hari Jumat sebagai
hari tanpa produk hewani (Friday-free animal product day).
Dukungan Gubernur Bali terhadap upaya penanggulangan pemanasan global
memunculkan berbagai gerakan “be vegan, go green to save the planet.” Gerakan
tersebut dimotori oleh Bali Green Community yang keanggotaannya bersifat lintas
agama/keyakinan, lintas budaya, lintas paham politik, dan lintas etnis. Di Singaraja
gerakan tersebut didukung oleh berbagai organisasi sosial-spiritual yang telah ada
sebelumnya, seperti Ananda Marga, Kesadaran Krishna, Japa Yoga, Reyki, Rada
Swami, Tao, Loving Hurt, Asosiasi Supreme Master Ching Hai, dan Sai Study Group.
Gerakan be vegan membuka peluang munculnya banyak café vegetarian.
Sekarang ini di kota Singaraja telah ada 11 café dan warung vegetarian, yang sebagian
besar dikelola oleh warga keturunan dengan masakan Cinanya (Chinese food). Dari
wawancara dengan pengelola warung-warung vegetarian tersebut diketahui rata-rata
pengunjung setiap harinya sekitar 40 orang. Jika rata-rata setiap pengunjung memiliki 4
orang keluarga vegetarian, maka perhitungan kasar jumlah orang vegetarian di kota
Singaraja adalah sebanyak 1.700 orang dan cenderung meningkat setiap tahunnya.
Kecenderungan tersebut disambut oleh para “wirausahawan” dengan membuka warungwarung makan vegetarian.
Masakan “daging” nabati yang disediakan di warung-warung tersebut tidak
jarang asing bagi lidah orang Bali, di samping harganya relatif mahal. Dari sekian
banyak café dan warung vegetarian yang ada di kota Singaraja, dua di antaranya dikelola
oleh penduduk lokal (asli Bali), yaitu “Depot Vegetarian Bhoga Laksmi” yang dikelola
5 | Laporan IbM Depot Vegetarian
oleh Ibu Luh Seniwati dan “Depot Vegetarian Bu Krisna” dikelola oleh Ibu Luh
Sudimpen, S.H.
Gambar 1. Pemilik Depot
Vegetarian Bhoga Laksmi
Gambar 2. Pemilik Depot
Vegetarian Bu Krisna
Kedua warung vegetarian yang dikelola oleh masyarakat asli Bali tersebut perlu
mendapatkan pembinaan dengan tujuan sebagai berikut. Pertama,, pemberdayaan dan
pemertahanan masyarakat Bali yang berusaha dalam bidang ekonomi kerakyatan agar
mampu bersaing dengan para pendatang.
pendatang
terhadap
gempuran
kuliner global,
Kedua,, pemertahanan seni kuliner Bali
termasuk
masakan
vegetarian.
Ketiga,
mengakrabkan lidah masyarakat Bali dengan berbagai produk masakan vegetarian
melalui proses globalinisasi kuliner, baik bahan, jenis, bentuk, maupun bumbunya,
sehingga sesuai dengan selera masyarakat Bali.
Keempat, untuk
ntuk menekan harga
masakan vegetarian, sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah yang
memiliki kesadaran untuk menjadi seorang vegetarian
veg
atau mengurangi mengkonsumsi
produk daging.
Peluang bisnis masakan vegetarian khas Bali tergolong sangat terbuka dan
strategis.
Para
ara pelanggannya
pelanggan
berasal dari berbagai komunitas dan profesi, seperti
anggota-anggota
anggota kelompok spiritual (termasuk mereka yang
yang pantang makan bawang
merah, bawang putih, dan bahan tambahan makanan non organik), praktisi kesehatan
(tenaga medis), para manula, penderita penyakit tertentu, pencinta lingkungan, dan
masyarakat awam yang belajar mengurangi ketergantungan makan produk daging
hewani. Peluang tersebut bisa diraih jika mitra memahami keinginan pelanggan dan
mampu memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan yang mereka hadapi
berkaitan dengan pola hidup vegetarian.
6 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Melalui observasi pendahuluan dan wawancara mendalam dengan pemilik dua
warung vegetarian yang akan dijadikan mitra kegiatan IbM ini, didapatkan kondisi
umum ke dua warung tersebut seperti terlihat pada Tabel 1.
No
Uraian
Depot Vegetarian
“Bhoga Laksmi”
Depot Vegetarian
“Bu Krisna”
1.
Pemilik
Ni Nengah Supeni
Luh Sudimpen, SH.
2.
Tempat
Jl. Gempol 40
Banyuning
Jl. Laksamana 104A
Baktisraga
3.
Mulai usaha
Juni 2004
Juli 2010
4.
Modal awal, termasuk
sewa tempat
Rp. 2.000.000,00
Rp. 17.000.000,00
5.
Modal harian
Rp. 300.000,00
Rp. 200.000,00
6.
Penghasilan kotor setelah
dipotong modal harian.
Rp. 200.000,00
Rp. 150.000,00
7.
Jumlah pengunjung
(makan/beli lauk)
20/50 orang
15/30 orang
Melalui wawancara juga berhasil diungkap permasalahan yang dihadapi oleh ke
dua depot vegetarian tersebut tidak jauh berbeda, baik dari aspek produksi maupun
manajemen usahanya. Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan aspek produksi
adalah sebagai berikut.
1) Bahan masakan yang disediakan di kedua depot vegetarian tersebut adalah
gluten dan proteina. Gluten berupa bahan yang bersifat kenyal dan kaya akan
protein, berasal dari sisa remasan berbagai jenis tepung gandum, seperti terigu,
yang tidak larut dalam air. Ke dua bahan tersebut merupakan produk olahan
pabrik, sehingga tidak segar dan kemungkinan tidak bebas bahan-bahan aditif
makanan yang secara akumulatif bisa berbahaya bagi kesehatan konsumen.
2) Variasi jenis masakan vegetarian yang disediakan sebagian masih meniru
masakan luar, seperti siobak dan kare yang merupakan jenis masakan Cina.
Kondisi itu menyebabkan masakan vegetarian tetap asing bagi masyarakat Bali.
3) Pengolahan tepung menjadi gluten yang dilakukan oleh pemilik kedua depot
vegetarian tersebut tampaknya belum sempurna, sehingga produk olahan
makanan yang dihasilkannya masih terasa tepung dan tidak tahan lama.
4) Bumbu masakan yang dipakai sebagian menggunakan produk jadi yang telah
disediakan oleh pabrik. Akibatnya, rasa masakan vegetarian tersebut banyak
7 | Laporan IbM Depot Vegetarian
tidak sesuai dengan selera lidah masyarakat Bali, yang umumnya menyenangi
rasa agak pedas, dan relatif banyak bumbu.
5) Jumlah produk yang dihasilkan cukup terbatas dan mereka buka warung hanya
sampai tengah hari. Keterbatasan produksi disebabkan mereka bekerja sendiri
dan jumlah pelanggan terbatas.
Dalam kaitan dengan aspek manajemen, permasalahan yang mereka hadapi
dapat dipaparkan seperti di bawah ini.
1) Segala kegiatan, mulai dari membeli bahan, membuat produk masakan,
menghidangkan, mencuci peralatan, sampai menerima bayaran dilakukan sendiri
oleh pemilik depot.
2) Modal yang mereka kelola dalam satu hari relatif rendah dan tidak melibatkan
kerja sama atau bantuan modal dari perbankan.
Rendahnya modal yang
digerakkan menyebabkan keuntungan mereka pun juga tidak banyak, dan hanya
cukup untuk keperluan hidup harian.
3) Kedua depot vegetarian tersebut tidak memiliki dokumen berkaitan dengan
transaksi keuangan yang dilakukannya karena tidak memiliki buku kas. Kondisi
utang dan piutangnya hanya tersimpan dalam ingatan.
4) Mereka tidak memiliki perencanaan ke depan untuk keberlanjutan kehidupan
usahanya, apalagi untuk pengembangan lebih jauh.
Dengan demikian,
pengelolaan kedua depot vegetarian tersebut masih bersifat tradisional dan
belum mendapat sentuhan manajemen modern.
5) Tidak adanya promosi lewat media massa. Keberadaan kedua depot vegetarian
tersebut hanya diketahui oleh mereka yang kebetulan tewat dan yang menerima
informasi dari mereka yang pernah berkunjung ke tempat itu. Kondisi pasif
tersebut menyebabkan kedua depot tersebut hanya dikenal oleh lingkungannya
saja atau mereka yang kenal dengan pemiliknya.
Selain mengalami kelemahan dari aspek produksi dan manajemen usaha, kedua
depot vegetarian tersebut belum mampu menyediakan berbagai informasi yang
diperlukan oleh konsumen berkaitan dengan masakan vegetarian, terutama dampaknya
terhadap kesehatan fisik, psikis, dan spiritual. Informasi tersebut sangat diperlukan,
mengingat sampai sekarang masih ada pandangan keliru berkaitan dengan vegetarian, di
antaranya sebagai berikut.
1) Mitos tentang daging yang dapat membuat orang menjadi kuat dan perkasa,
sebaliknya akan menjadi lemah jika tidak mengkonsumsi daging. Pandangan
8 | Laporan IbM Depot Vegetarian
ini masih kuat hidup di masyarakat, walaupun sudah banyak muncul
olahragawan vegetarian dan berbagai bukti ilmiah bahwa daging bisa menjadi
perantara munculnya berbagai penyakit, seperti ikan mengandung histamin,
daging ayam mengandung virus flu burung, daging babi mengandung telur
cacing pita, serta daging sapi dan kambing mengandung virus anthraks. Di sisi
lain, kelebihan kolesterol yang berasal dari daging telah terbukti menimbulkan
berbagai penyakit, seperti: stroke, atherosklerosis, tekanan darah tinggi, dan
diabetes mellitus.
2) Pandangan keliru tentang tidak makan daging bisa menyebabkan orang menjadi
bodoh.
Dugaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, terbukti banyak
ilmuwan dan penerima hadiah nobel melakoni hidup vegetarian, misalnya: Dr.
Albert Einstein (1921, fisikawan), Albert Schweitzer (1952, pemusik), Isaac
Beshevis Singer (1978, penulis), Rabindranath Tagore (1913, penyair), George
Bernard Shawa (1925, Kesusastraan), Sir C.V. Raman (1930, Fisika), Linus
Pauling (1954, Kimia & 1962, Perdamaian), George Wald (1967, Kedokteran),
Chandrashekar Subrahmanyam (1983, Fisika), Elie Wiesel (1986, Perdamaian),
Dalai Lama XIV (1989, Perdamaian), Aung San Suu Kyi (1991, Perdamaian),
dan lain-lainnya.
3) Vegetarian dipandang bertentangan dengan tradisi dan budaya Bali, yang
makanan tradisionalnya menggunakan bahan daging, termasuk daging mentah
pada pembuatan lawar.
Mereka juga memandang vegetarian bertentangan
dengan agama Hindu karena praktek ritual di Bali banyak menggunakan daging
sebagai bahan persembahan.
Sedangkan, dalam Weda daging bukanlah
merupakan bahan persembahan.
1.2. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi di depan dapat diketahui bahwa kedua pengelola
depot vegetarian yang akan dijadikan mitra memiliki permasalahan berkaitan dengan
produksi, managemen, dan pendidikan masyarakat (konsumen). Permasalahan tersebut
disebabkan oleh keterbatasan sumber informasi dan kurangnya pelatihan yang mereka
terima. Keterampilan yang mereka miliki sebagian besar diperoleh melalui proses cobacoba (trial and error) dan berbagi pengalaman dengan kaum vegetarian yang lainnya.
Kondisi tersebut ditambah keterbatasan modal yang dimilikinya menyebabkan variasi
jenis masakan vegetarian yang bisa dihidangkan cukup terbatas.
9 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Lewat diskusi dan kesepakatan dengan pemilik depot vegetarian calon mitra,
dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang mereka hadapi berdasarkan urutan
prioritasnya dan akan dipecahkan selama pelaksanaan program IbM ini.
a. Mereka belum menyiapkan berbagai informasi penting tentang vegetarian yang
diperlukan oleh konsumen, terutama konsumen pemula yang belum banyak tahu
tentang seluk-beluk vegetarian, terutama tentang kandungan gizi dan dampaknya
bagi kesehatan fisik, psikis, dan spiritual. Informasi tersebut sangat diperlukan,
mengingat melangkah menjadi vegetarian di Bali masih menghadapi berbagai
kendala, baik kendala internal dari dalam diri sendiri, maupun kendala eksternal
dari lingkungan sosial.
b. Berkaitan dengan produksi, mereka belum banyak memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk mengembangkan masakan vegetarian khas Bali.
Menu
masakan yang disiapkan relatif kurang variatif dan cenderung monoton dari hari
ke hari. Selain itu, proses pembuatan glutennya dari tepung terigu cenderung
belum sempurna, sehingga produk masakan vegetarian yang dihasilkan menjadi
lembek, kurang kenyal, dan tidak tahan lama. Penggunaan bahan-bahan jadi
yang dapat dibeli di toko bahan makanan bersifat tidak segar dan rentan dengan
penggunaan bahan-bahan aditif makanan.
Bumbu yang digunakan pun juga
sebagian merupakan produk pabrik, sehingga kurang sesuai dengan tuntutan
lidah orang Bali. Selain tergantung pada pasokan bahan dari luar, kebiasaan
tersebut menyebabkan masyarakat terikat dengan jenis produk makanan luar,
seperti ketergantungannya saat ini kepada bakso, sosis, dan ciki-cikian.
c. Berkaitan dengan manajemen, seperti dipaparkan di depan, pengelolaan ke dua
depot vegetarian tersebut masih bersifat tradisional dan mereka lakukan sendiri
mulai dari penyiapan bahan sampai dengan menghidangkannya di meja makan.
Selain itu, tidak ada catatan berkaitan dengan transaksi keuangan yang mereka
lakukan, serta keberlanjutan dan rencana pengembangannya ke depan. Mereka
juga tidak memiliki ruang promosi, sehingga kunjungan konsumen ke depot
vegetarian tersebut bersifat kolegial lewat informasi dari mulut ke mulut.
1.3. Solusi Pemecahan Masalah
Masalah pokok yang hendak dipecahkan dalam kegiatan IbM ini berkaitan
dengan Balinisasi (bahan, jenis, dan bumbu) masakan vegetarian, modernisasi
manajemen usaha, dan edukasi mitra tentang pentingnya pola makan, bahkan pola
10 | Laporan IbM Depot Vegetarian
hidup, vegetarian. Dengan demikian, usaha yang dimiliki mitra perlu diglobalinisasi.
Dalam artian, pengelolaannya perlu sentuhan manajemen global (modern), sedangkan
bentuk dan tampilan produksnya sesuai dengan seni kuliner Bali (Balinisasi). Untuk
mewujudkan hal itu akan diterapkan berbagai model pendekatan berikut.
a. Model problem based discussion (PBD) atau diskusi berdasarkan masalah
digunakan untuk menambah wawasan mitra tentang berbagai hal berkaitan
dengan pola hidup vegetarian. Berangkat dari permasalahan yang mereka hadapi,
baik yang ditanyakan oleh pengunjung atau pernyataan kontra kepadanya, tim
akan melakukan dokumentasi, diskusi, dan klarifikasi. Dengan demikian, kedua
mitra diharapkan mendapatkan informasi yang komprehensif tentang pola hidup
vegetarian.
b. Model entrepreneurship capasity building (ECB) digunakan untuk meningkatkan
kemampuan berwirausaha bagi mitra. Dengan model tersebut diharapkan: (1)
memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) menambah peluang
yang lebih luas, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan, dsb.), menambah ketahanan
untuk bersaing dengan usaha sejenis, serta (4) merencanakan, melaksanakan,
memonitor dan mengevaluasi perkembangan usahanya.
Penerapan model
tersebut diharapkan bisa mengangkat mitra dari pengelolaan usaha tradisional
menuju pengelolaan yang lebih modern.
c. Model technology transfer (TT) dilakukan agar mitra menguasai prinsip-prinsip
penerapan teknologi berkaitan dengan pengolahan bahan pangan menjadi
masakan vegetarian yang akan dilaksanakan dalam kegiatan IbM ini. Jika
dirasakan rumit, maka akan dicarikan alternatif dalam bentuk penerapan teknologi
tepat guna (TTG).
d. Model Information Technology (IT) juga akan diterapkan untuk memfasilitasi
keterbatasan mitra dalam menyampaikan informasi tentang vegetarian kepada
masyarakat konsumen. Informasi yang disedikan ada dalam bentuk kepingan CD
dan juga buku yang bisa dinikmati langsung oleh konsumen.
1.4. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan IbM Depot Vegetarian ini adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan mitra untuk mengkomunikasikan segala hal berkaitan
dengan pola makan vegetarian, terutama tentang kandungan gizi dan dampaknya
bagi kesehatan fisik, psikis, dan spiritual, serta kontribusi vegetarian dalam
11 | Laporan IbM Depot Vegetarian
penanggulangan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan (khususnya
penanggulangan pemanasan global).
b. Meningkatkan keterampilan mitra untuk membuat masakan vegetarian khas Bali,
mulai dari penyiapan bumbu Bali, pengembangan masakan vegetarian dari bahan
pabrik, campuran bahan pabrik dan alami, serta bahan alami.
Peningkatan
keterampilan membuat masakan vegetarian khas Bali tersebut diharapkan dapat
meningkatkan penghasilan mitra.
c. Meningkatkan kemampuan mitra untuk mengelola usaha kulinernya, mencatat
seluruh transaksi keuangan yang dilakukannya, serta merencanakan keberlanjutan
usaha dan rencana pengembangannya ke depan.
1.5. Manfaat Kegiatan
1). Bagi Mitra
Kegiatan IbM Depot Vegetarian ini sangat bermanfaat bagi kedua mitra karena
mereka mendapatkan informasi berkaitan dengan pola hidup vegetarian dan dampaknya,
dilatih membuat masakan vegetarian khas Bali, yang pada akhirnya berkontribusi
terhadap kepuasan pelanggan dan penghasilan mitra, serta dibekali kemampuan
manajemen usaha dan dilatih membuat buku kas.
2). Bagi Pemerintah
Sebagian tugas pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan dapat
terbantu melalui kegiatan ini. Kegiatan IbM ini dapat meningkatkan pemberdayaan dan
pemertahanan masyarakat Bali yang berusaha dalam bidang ekonomi kerakyatan agar
mampu bersaing dengan para pendatang, khususnya dalam bisnis kuliner. Selain itu,
kegiatan ini juga membantu pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kesehatan masyarakat.
12 | Laporan IbM Depot Vegetarian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mengenal Vegetarian
Kata vegetarian ada yang menyatakan berasal dari bahasa
Lain “vegetare,” tetapi ada pula yang menyatakan dari kata
“vegetabilis.”
Vegetare berarti sanjiwani yang akan
memberikan kehidupan baru kepada pelakunya, sedangkan
vegetabilis bermakna orang yang hanya makan sayursayuran (sayuranisme).
Secara umum, vegetarian
dimaknai sebagai pola hidup berpantang terhadap segala
makanan yang berasal dari penyembelihan binatang, termasuk ikan.
Dalam prakteksnya vegetarian dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Lacto-ovo
vegetarian, yaitu golongan vegetarian yang masih membolehkan makan telur dan
minum susu; 2) Lacto vegetarian, yaitu golongan vegetarian yang tidak mengkonsumsi
telur, namun membolehkan minum susu; serta 3) Vegan, yaitu golongan vegetarian
murni yang tidak membolehkan makan telur dan minum susu, bahkan sampai tidak
mengkonsumsi madu, serta bawang merah dan bawang putih.
Berdasarkan struktur anatominya, manusia memang lebih cocok masuk dalam
kelompok vegetarian, atau kelompok pemakan tumbuhan (herbivora) dibandingkan
dengan pemakan daging (carnivora) atau pemakan segala (omnivora). Sebagai
perbandingan susunan organ tubuh carnivora dan herbivora dapat dipaparkan sebagai
berikut.
1. Carnivora memiliki gigi runcing, tajam, dan kuat; sedangkan herbivora bergerigi
rata. Pembukaan mulut carnivora besar dan lebar, sedangkan herbivora sempit.
2. Usus carnivora relatif pendek, sedangkan herbivora panjang ± 12 kali panjang
tubuhnya.
3. Lidah carnivora menjulur panjang keluar, sedangkan herbivora relatif pendek.
4. Carnivora berkeringat lewat mulut, sedangkan herbivora lewat pori-pori kulit.
5. Carnivora meminum air dengan jalan menjilat pendek-pendek dengan lidahnya,
sedangkan herbivora dengan cara mengisap.
6. Gerakan geraham carnivora hanya naik-turun, sedangkan herbivora bisa ke
segala arah.
13 | Laporan IbM Depot Vegetarian
7. Air liur carnivora dominan mengandung enzim proteinase, sedangan herbivora
enzim amilase.
Manusia mempunyai usus halus dan usus besar dengan panjang ± 8,5 m.
Akibatnya, jika manusia memakan daging, maka akan tinggal di usus dalam jangka
waktu yang lama. Dalam kurun waktu itu, daging akan mengalami pembusukan dan
menimbulkan racun, mengakibatkan konstipasi (susah buang air besar), bawasir, kanker
usus, dan menambah beban hati untuk penawar racun.
2.2. Fakta Sejarah
Pada waktu perang dunia pertama laut utara diblokade oleh tentara Inggris,
sehingga Denmark kekurangan bahan pangan. Untuk mempertahankan hidup, penduduk
mengkonsumsi biji-bijian, sebagai pengganti daging. Anehnya, walaupun kekurangan
makanan, angka kematian penduduknya justru turun 34% di bawah angka kematian 18
tahun sebelumnya.
Sewaktu perang dunia kedua, kekurangan pangan terjadi di Norwegia. Selama 5
tahun penduduk hanya hidup dari bahan-bahan nabati. Ternyata, angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah menurun drastis.
Namun, angka kematian akibat kedua penyakit itu kembali meningkat ketika perang
telah usai, dan penduduk kembali menikmati makanan hewani.
Fakta lain, tiga suku terpencil di dunia: Suku Hunsa (di Pakistan Utara), Suku
Abhasia (Ggeorgia), dan Suku Vilkabamba (Equador), di samping pekerja ulet, tidak
pernah stres, pola makan vegetarian menjadikan rata-rata usia hidup mereka melebihi
usia hidup penduduk lain di dunia. Hasil penelitian dr. Jay Hoffman menunjukkan,
bahwa makanan utama suku Hunza adalah buah aprikot, kedelai, dan gandum. Ternyata,
aprikot kaya vitamin A, tembaga, dan besi. Diduga, komponen kimiawi itulah yang
berkontribusi terhadap umur panjang orang-orang suku Hunza. Di sisi lain, kedelai kaya
akan lesitin, yang berkhasiat sebagai obat awet muda, mencegah jantung koroner dan
penyumbatan pembuluh darah. Mereka juga suka menyantap jagung mentah dan lalapan
lainnya, dan itu disimpulkan sebagai penunjang umur panjang mereka (Bangun, 2005).
2.3. Makanan Hewani sebagai Sumber Penyakit
Makanan merupakan sumber energi, bahan pembangun, dan pengatur
metabolisme tubuh; tetapi tidak jarang juga berperan sebagai sumber penyakit. Kondisi
itu terjadi jika kita salah atau berlebih mengkonsumsi makanan. Makanan yang salah
mengandung bahan-bahan beracun dan berbahaya bagi tubuh, misalnya formalin sebagai
14 | Laporan IbM Depot Vegetarian
pengawet, natrium siklamat sebagai pemanis, boraks sebagai pengenyal, rhodamin
sebagai pewarna, dan lain-lainnya.
Selain ditambahkan dalam proses pengolahannya, bahan-bahan beracun bisa juga
ada dalam bahan pangan tanpa disengaja, misalnya: sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung residu pestisida, ikan mengandung histamin, daging ayam mengandung
virus flu burung, daging babi mengandung telur cacing pita, serta daging sapi dan
kambing mengandung virus anthraks. Di sisi lain, kelebihan makanan terutama yang
mengandung kolesterol telah terbukti menimbulkan berbagai penyakit, seperti: stoke,
atherosklerosis, tekanan darah tinggi, dan diabetes mellitus (Suja, 2006).
Mengingat sedemikian beratnya resiko yang harus ditanggung oleh tubuh apabila
mengkonsumsi daging, maka banyak orang mulai beralih ke pola makan vegetarian,
yang dipandang lebih menjamin kesehatan jasmani dan rohani. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa vegetarian, yang diet sehari-harinya banyak mengandung
karbohidrat kompleks dan serat gizi, 50% lebih jarang dihinggapi penyakit jantung
ischemis, dengan angka kematian lebih rendah. Lagi pula, ada indikasi kuat mengenai
efek pelindungnya terhadap penyakit kronis, seperti obesitas, sembelit, diverticulosis,
dan kanker paru, payu darah, serta colon. Risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes, dan
batu empedu juga menurun (Walter, 1997; dan Margetts, 1993).
Hasil penelitian Gallup menemukan sekitar 2.000 orang di dunia beralih menjadi
vegetarian setiap minggunya (Wibawa, 2005).
Fenomena beralih ke pola makan
vegetarian tidak hanya terjadi di dunia Barat, tetapi juga di Indonesia, termasuk di Bali.
Orang Bali modern yang menu hariannya selalu menghidangkan daging, ternyata
semakin banyak diserang oleh penyakit aneh, yang tidak dikenal oleh para pendahulunya
beberapa dasa warsa silam, seperti hipertensi, kegemukan (obesitas), stres, kanker,
radang usus buntu, serangan jantung, diabetes mellitus, dan gangguan ginjal. Seluruh
penyakit itu dikenal sebagai disease of western civilization atau penyakit peradaban
Barat.
Hasil penelitian Catharine Gale dan tim peneliti dari Universitas Southampton,
Inggris, terhadap 8.200 pria dan wanita berusia 30 tahun, menemukan orang cerdas,
makanannya vegetarian.
Ditemukan, anak dengan IQ tinggi cenderung menjadi
vegetarian pada saat mereka berusia 30 tahun. Kebanyakan yang menjadi vegetarian
adalah wanita atau mereka yang berasal dari kelas sosial atas atau berpendidikan tinggi.
Kecenderungan wanita menjadi vegetarian dibandingkan pria karena wanita memang
15 | Laporan IbM Depot Vegetarian
lebih peduli pada kesehatan dibandingkan dengan pria. Demikian pula dengan status
sosial-ekonomi, dan tingkat pendidikan.
Menurut Gale, orang dengan otak cerdas cenderung memiliki pola makan lebih
sehat, termasuk menjalani hidup vegetarian. Akibatnya, mereka yang ber-IQ tinggi
memiliki risiko penyakit jantung lebih rendah pada saat mereka dewasa, karena kadar
kolesterol darahnya lebih rendah. Studi lain juga menemukan, bahwa anak berotak
cerdas biasanya memiliki gaya hidup sehat, tidak merokok, tidak kegemukan, dan rajin
berolahraga (Situs Kedai Iptek PKT - BPPT).
Dewasa ini, beberapa negara di Eropa bahkan telah menerapkan pola hidup
vegetarian sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Inggris misalnya, telah mengenal
vegetarian sejak tahun 1843. Dan hingga saat ini, jumlah pelaku vegetarian telah
mencapai lebih dari 10 juta orang. Demikian juga dengan AS yang mengalami
perkembangan pesat dengan jumlah vegetarian mencapai hampir 20 juta orang.
Perkembangan ini diakui terjadi karena kesadaran masyarakat di dunia akan pentingnya
pola hidup sehat dengan menghindari makanan yang berasal dari hewan.
2.4. Makanan Vegetarian
Pola makan vegetarian telah dikenal orang sejak 2000 tahun sebelum Masehi di
kalangan umat Hindu di India. Perkembangan berikutnya, agama-agama yang terlahir di
Asia, seperti Budha, Taoisme, Jainisme, Bahafi, dan Sikh juga mengajarkan umatnya
agar mengkonsumsi makanan nabati.
Bahkan, Nabi Isa pernah bersabda, “Daging
binatang yang disembelih akan menjadi nisan di dalam badan orang yang
mengkonsumsinya. Dia yang membunuh, membunuh dirinya sendiri. Karena itu, siapa
pun yang makan daging binatang yang disembelih, sesungguhnya dia telah makan badan
kematian.” Hal senada disampaikan oleh Nabi Kong Hu Chu, “Siapa pun yang pernah
mendengar jeritan seekor binatang saat disembelih, jika dia masih punya hati, maka dia
tidak akan pernah mau lagi makan daging.”
Dalam perkembangannya, vegetarian bukan semata-mata ajaran agama, tetapi
menjadi tuntutan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun psikis-spiritual.
Mereka
berkeyakinan, dengan membunuh hewan berarti melakukan tindakan kejahatan kepada
sesama makhluk Tuhan, itu namanya kejam.
Selain perbuatan kejam, ada yang
menganggap bahwa dengan memakan hewan, memberikan pengaruh sifat kehewanan
pada yang memakannya.
16 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Pada tahun 1989, Corner University of China bersama dengan pemerintah
setempat, dibantu Prof. Collin Champel mengadakan penelitian mengenai pola makan
vegetarian di 65 provinsi di negara tersebut. Hasil penelitian membuktikan 80%-90%
penduduknya sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya karena sejak lama mereka
menjalankan pola makan vegetarian. Menurut Hendry, perkumpulan ahli gizi mulai
merubah pola hidup empat sehat dengan komposisi padi-padian, kacang-kacangan,
sayuran, dan buah-buahan. Susu tidak lagi penting untuk manusia karena komposisi zat
gizi pada susu telah digantikan pada kacang-kacangan. Sedangkan, kebutuhan lemak
dalam tubuh telah digantikan dengan konsumsi kacang-kacangan.
Menurut dia,
kandungan lemak dari kacang-kacangan bahkan memberi efek lebih baik karena lemak
nabati merupakan lemak tak jenuh. Demikian juga dengan kebutuhan protein. Kedelai
sebagai sumber protein akan menggantikan asupan protein yang biasanya didapat dari
telur atau susu. Dia menambahkan dari hasil penelitian ahli gizi membuktikan bahwa
konsumsi daging dan susu dalam jangka waktu lama akan berpotensi untuk merusak
organ tubuh dan menyebabkan penyakit jantung koroner.
a. Keunggulan Makanan Vegetarian
Keunggulan makanan vegetarian berkaitan dengan persenyawaan yang
dikandungnya, khususnya senyawa-senyawa bioaktif yang mempunyai efek kesehatan,
dan dikenal sebagai fitokimia.
Menurut Prof. Bernhard Watzl dari Institute of
Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure Jerman, fitokimia terdiri dari karotenoid,
fitosterol, saponin, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fitoestrogen sulfida.
Fitokimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu pada tanaman. Uraian
tentang senyawa-senyawa fitokimia tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut (Kompas,
8 Agustus 2002).
Menu makanan tradisional Bali kaya akan kandungan fitokimia.
memberikan aroma, rasa dan warna tertentu pada tanaman dan makanan.
Fitokimia
Sebagai
komponen bioaktif, fitokimia memberikan dampak faali bagi konsumen. Di antaranya,
mempunyai efek biologis yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai
antioksidan, antimikroba, menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa
darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan.
Sayur-sayuran seperti bayam, kangkung, dan pare mengandung banyak
fitokimia. Biji-bijian dan kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang koro, kacang
ijo juga mengandung fitokimia.
Termasuk juga, serealia yang sering dikonsumsi
17 | Laporan IbM Depot Vegetarian
masyarakat. Ringkasnya, menu makanan tradisional tersebut cukup baik kandungan
fitokimianya.
Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN) Karlshure,
Jerman menyatakan bahwa fitokimia terdiri dari karotenoid, fitosterol, saponin,
polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fitoestrogen sulfida. Uraian masingmasing senyawa fitokimia itu dapat dilihat di bawah ini.
1) Karotenoid
Karotenoid memberikan warna kuning sampai merah pada buah dan sayuran.
Karotenoid terdiri dari lycopen, alfa dan beta karoten, xanthofil, lutein, zeaxanthin dan
kriptoxanthin.
Sumber karotenoid adalah sayuran hijau.
Buah-buahan juga
mengandung karotenoid, khususnya yang berwarna kuning sampai merah. Tomat dan
wortel dikenal sebagai sumber utama karotenoid.
Sedangkan, jenis sayuran seperti
bayam dan kangkung juga merupakan sumber karotenoid yang tidak kalah penting.
Rata-rata konsumsi karotenoid per hari bagi mereka yang doyan makan sayur dan buah
adalah ± 6 mg. Khasiat karotenoid adalah sebagai antioksidan yang dapat memproteksi
oksidasi oleh radikal bebas.
Kelebihan radikal bebas dalam tubuh dikenal sebagai
kondisi stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dan dapat menyebabkan
terjadinya percepatan proses penuaan, selain bisa menimbulkan penyakit jantung, kanker
dan diabetes mellitus.
2) Fitosterol
Fitosterol utama adalah beta-sitosterol, stigmasterol dan campesterol. Fitosterol
berperan menghambat penyerapan kolesterol. Sumber utama fitosterol adalah biji-bijian
dan minyak nabati. Bagi yang suka mengkonsumsi biji-bijian, rata-rata dalam sehari
dapat mengkonsumsi sebanyak 150-400 mg fitosterol.
3) Saponin
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati.
Sumber utama
saponin adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat menghambat pertumbuhan
kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis
bahan makanan yang dikonsumsi, konsumen dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10200 mg per hari.
4) Polifenol
Polifenol adalah asam fenolik dan flavonoid. Polifenol banyak ditemukan dalam
buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia bisa mengkonsumsi polifenol
dalam seharinya sampai 23 mg. Khasiat polifenol adalah antimikroba dan menurunkan
18 | Laporan IbM Depot Vegetarian
kadar gula darah. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai dapat digunakan sebagai
anti infeksi terhadap E.coli dan antidiare, serta dapat menurunkan resiko mendapatkan
kanker payudara. Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh
bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus.
5) Fitoestrogen
Fitoestrogen terdiri dari isoflavon dan lignin. Fitoestrogen banyak terdapat pada
biji-bijian dan kacang-kacangan, khususnya kedelai. Fito-estrogen dapat menghambat
kanker payudara dan diduga dapat menunda masa menopause pada wanita, serta sangat
ampuh dalam mencegah kanker.
6) Sulfida
Sulfida lebih identik dengan senyawa belerang pada bawang putih. Selain pada
bawang putih, sulfida juga terdapat pada bawang merah. Sulfida dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Selain mengandung senyawa sulfida, bawang merah dan bawang
putih juga mengandung skordinin. Senyawa tersebut dapat meningkatkan tenaga dan
gairah seks, sehingga dihindari oleh beberapa kelompok spiritual.
7) Monoterpen
Monoterpen merupakan senyawa volatil yang terdapat pada tanaman.
Monoterpen yang terkenal adalah menthol, carvon dan limonen. Monoterpen dapat
menghambat pertumbuhan kanker, khususnya kanker payudara.
8) Protease Inhibitor
Protease inhibitor yang banyak ditemukan adalah sejenis tripsin inhibitor.
Protease inhibitor berkhasiat sebagai antikanker.
Bowman-Birk Inhibitor (BBI)
merupakan salah satu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, dapat mencegah
terjadinya kanker kolon dan hati.
b. Kelemahan Makanan Vegetarian
Diet vegetarian kaya akan karbohidrat, asam lemak omega-6, serat makanan,
karotenoid, asam folat, vitamin C, vitamin E, kalium, dan magnesium. Akan tetapi,
vegetarian cenderung kurang (walaupun tidak sampai defisiensi) berbagai nutrien yang
berasal dari hewan, seperti protein, besi, seng, vitamin B12, dan kalsium.
1) Protein pada menu vegetarian dapat dipenuhi jika jumlah asupan kalorinya cukup
dan bahan makanannya bervariasi.
Protein tidak hanya dari hewan (protein
hewani), tetapi juga dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati).
19 | Laporan IbM Depot Vegetarian
2) Zat besi merupakan bagian penting banyak protein dan enzim yang berfungsi
mempertahankan kondisi tubuh agar tetap sehat. Besi pada hemoglobin terlibat
dalam transpor oksigen sel darah merah, selain itu juga mengatur pertumbuhan
dan diferensiasi sel.
Untuk memenuhi asupan zat besi menu vegetarian
semestinya dibuat dengan bahan-bahan yang kaya zat besi, seperti sereal,
kangkung, bayam, kacang-kacangan, biji-bijian, dan polong-polongan.
3) Seng berfungsi untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan fungsi imun. Bahan
makanan yang kaya akan seng, meliputi: buncis, tanaman laut, bahan-bahan
kedele, sereal yang difortifikasi, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
4) Vitamin B12 berfungsi sebagai penjaga nafsu makan, mencegah terjadinya
anemia, dan melindungi fungsi saraf.
Vitamin B12 tidak hanya ada pada
makanan yang bersumber dari hewan, tetapi huga dalam rumput laut dan susu
beserta produk olahannya, sumber lainnya adalah miso (produk fermentasi
kedelai, semacam tauco) dan tempe (terutama yang dibuat secara tradisional).
Bagi kaum vegetarian yang ingin meningkatkan asupan vitamin B12, dapat
makan sereal ataupun susu kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.
5) Asam lemak omega-3 berperan menurunkan resiko penyakit jantung dan
mencegah depresi. Bagi para vegetarian, sumber senyawa ini adalah kenari,
minyak olive, minyak canola, avokat, rumput laut, dan telur.
6) Vitamin D berfungsi membantu mempertahankan sistem imun, membantu
meregulasi pertumbuhan sel dan diferensiasinya. Sumber utama provitamin D
bagi vegetarian adalah susu dan telur.
7) Riboflavin (vitamin B2) berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf
mata. Sumber utamanya bagi kaum vegetarian adalah sayur-sayuran, kacangkacangan, dan susu.
20 | Laporan IbM Depot Vegetarian
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam kegiatan IbM ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alternatif Pemecahan Masalah
No
Permasalahan
Akar masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
1.
Tidak adanya
informasi berkaitan
dengan kadungan gizi
menu vegetarian dan
dampaknya terhadap
kesehatan fisik, psikis,
dan spiritual
konsumen.
Belum ada kesempatan dan
kemampuan
untuk
menyiap-kan
informasi
tertulis dan
elektronik.
1. Eksplorasi dan diskusi permasalahan yang dihadapi mitra berkaitan
dengan pola makan vegetarian.
2. Pembuatan brosur, booklet, dan
poster tentang vegetarian yang di
dalamnya memuat keunggulan
masakan vegetarian serta kontribusi
kaum vegan dalam penanggulangan
masalah sosial dan lingkungan
(pemanasan global).
2.
Bahan, bumbu, dan
variasi jenis masakan
vegetarian yang
disiapkan masih
terbatas, dengan rasa
cukup asing bagi lidah
orang Bali.
Belum banyak
ada upaya
untuk
memanfaatkan
potensi lokal
dalam pembuatan masakan
vegetarian.
1. Pembuatan masakan vegetarian
menggunakan bahan produksi
pabrik, namun memakai bumbu
lokal, didukung dengan buku resep
masakan vegetarian khas Bali.
2. Pembuatan masakan vegetarian
menggunakan campuran bahan
pabrik dan alami, namun
menggunakan bumbu lokal.
3. Mengembangkan masakan
vegetarian khas Bali, baik jenis,
bahan maupun bumbunya diambil
dari potensi lokal.
3.
Usaha dilakukan
sendiri, modal
terbatas, tidak ada
catatan keuangan,
tidak ada promosi, dan
juga tidak ada
rancangan
pengembangan depan.
Kurangnya
pemahaman
akan
manajemen
usaha
1.
2.
3.
4.
Diskusi tentang permasalahan yang
dihadapi mitra berkaitan dengan
usaha yang dijalaninya.
Diskusi tentang manajemen usaha.
Diskusi tentang kewirausahaan dan
pengembangan usaha.
Pengenalan tentang jurnal umum
dan buku kas.
21 | Laporan IbM Depot Vegetarian
3.2. Realisasi Pemecahan Masalah
Realisasi kegiatan IbM ini dimulai dengan sosialisasi kepada mitra untuk
mendiskusikan program dan waktu kegiatan secara pasti. Hasil kesepakatan tersebut
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan di tempat mitra secara bergiliran. Secara
umum kegiatan IbM berupa diskusi tentang masakan vegetarian dan managemen usaha,
serta praktek pembuatan masakan vegetarian khas Bali.
Tabel 3.2 Kegiatan IbM Depot Vegetarian
No
Tujuan
1.
Untuk meningkatkan
pemahaman dan
kemampuan
komunikasi mitra
berkaitan dengan pola
hidup vegetarian dan
kontribusinya dalam
menanggulangi
berbagai masalah
sosial dan lingkungan.
2.
Untuk melatih mitra
agar mampu membuat
berbagai produk
makanan vegetarian
yang sesuai dengan
seni dan selera orang
Bali.
Bentuk Kegiatan
Produk
Petugas
Diskusi kandungan gizi
bahan makanan hewani
dan nabati, bahan
tambahan makanan, serta
diit vegetarian dan non
vegetarian.
Booklet
vegetarian
Drs. I
Wayan
Suja, M.Si
Diskusi kontribusi
kelompok vegetarian
terhadap penanggulangan
masalah sosial dan
lingkungan
Brosur dan
poster
vegetarian
Drs. I
Wayan
Suja, M.Si
Diskusi seni kuliner Bali.
Resep bumbu
Bali
Putu Agus
Mayuni,
S.Pd., M.Si
Praktek pembuatan
masakan vegetarian
menggunakan bahan
pabrik, tetapi dengan jenis
dan bumbu lokal.
Buku resep
vege khas Bali.
Produk: sate
laut, sate kambing, urutan,
dll.
Drs.
Nyoman
Retug, M.Si
Praktek pembuatan
masakan vegetarian
menggunakan bahan
campuran lokal dan
pabrik.
Tum bungkil,
Idem
kare ayam,
tum isi, be
guling, be sisit,
syiobak, dll.
Pengembangan masakan
vegetarian khas Bali,
dengan jenis dan bahan
seutuhnya lokal
Lawar kelungah, lawar
nangka, ares,
tum nangka,
sate lilit, ati,
dll.
Drs. I
Wayan
Suja, M.Si
Idem
22 | Laporan IbM Depot Vegetarian
3.
Untuk meningkatkan
pemahaman dan
keterampilan mitra
tentang manajemen
usaha, kewirausahaan,
serta buku jurnal
harian dan buku kas
Diskusi manajemen dan
pengembangan usaha.
Keterampilan
mengelola
usaha bisnis
Drs. Wayan
Cipta, M.M.
Diskusi kewirausahaan.
Pengetahuan
kewirausahaan
Idem
Praktek pembuatan jurnal
umum dan buku kas.
Jurnal dan
buku khas
Idem
Seluruh program ini melibatkan mitra sebagai pelaku dan sasaran kegiatan.
Dengan demikian, partisipasi mereka bersifat total mulai dari perencanaan, penyediaan
fasilitas dan sarana, pelaksanaa kegiatan, sampai dengan refleksi dan evaluasi program.
Upaya tersebut dilakukan agar mereka mampu mengelola dan mengembangkan
usahanya secara mandiri, kreatif, dan produktif.
Mereka juga diharapkan secara
berkelanjutan dapat mengembangkan masakan vegetarian khas Bali, serta mampu
mengkomunikasikan berbagai kajian tentang masakan vegetarian dari aspek ilmiah,
sosial, dan spiritualnya.
3.3. Metode Yang Digunakan
Metode yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Diskusi tentang keunggulan dan kelemahan masakan vegetarian dibandingkan
dengan non vegetarian, serta kontribusinya terhadap penanggulangan berbagai
permasalahan
sosial
dan
lingkungan.
Hasil
diskusi
tersebut
akan
didokumentasikan dalam bentuk brosur dan booklet.
2) Pelatihan pengembangan masakan vegetarian menggunakan produk pabrik dan
organik lokal dalam bentuk dan jenis masakan khas Bali.
3) Diskusi manajemen usaha, termasuk pengembangan usaha, kewirausahaan, dan
pelatihan pembuatan buku jurnal umum dan buku khas.
Kegiatan diskusi dan praktek yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan
pemahaman dan keterampilan mitra berkaitan dengan masakan vegetarian, serta
memiliki jiwa kewirausahaan.
4.4. Indikator Keberhasilan dan Rancangan Evaluasi
Luaran dalam kegiatan IbM ini berupa produk masakan vegetarian khas Bali;
brosur, booklet, dan poster tentang pola makan vegetarian; buku resep masakan
23 | Laporan IbM Depot Vegetarian
vegetarian khas Bali; kemampuan mengelola dan mengembangkan usaha, jiwa
kewirausahaan, serta keterampilan membuat buku jurnal umum dan buku kas. Luaran
dan kriteria kualitas produk sebagai indikator keberhasilan kegiatan IbM ini dapat dilihat
pada Tabel 3.3
Tabel 3.3. Bentuk dan Kriteria Kualitas Luaran
No
Bentuk Luaran
Aspek
Spesifikasi/Kriteria Kualitas
1
Produk masakan
vegetarian khas Bali
Produk
Kualitas masakan mencakup tampilan,
tekstur, dan rasa; minimal tergolong baik
(rerata skor 3,40 menurut skala Likert 1 –
5). Kualitas produk dinilai oleh pelanggan
(konsumen).
2
Brosur, booklet, dan
poster pola hidup
vegetarian
Produk
Kualitas buku mencakup tampilan, format,
isi, dan bahasa; minimal tergolong baik
(rerata skor skala Likert 3,40).
3
Buku teori dan resep
pembuatan masakan
vegetarian khas Bali
Produk
Kualitas buku mencakup tampilan, format,
isi, dan bahasa; minimal tergolong baik
(rerata skor skala Likert 3,40).
4
Kemampuan mengelola Manajedan mengembangkan
men
usaha, dan jiwa kewirausahaan.
Pemahaman mitra minimal tergolong baik
(rerata skor skala Likert 3,40).
5
Keterampilan membuat
buku jurnal umum dan
buku khas.
Kualitas jurnal dan buku kas minimal
tergolong baik, dengan nilai ≥ 70.
Manajemen
Evaluasi kegiatan akan dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi
proses berkaitan dengan semangat mengikuti kegiatan, kerja sama, dan keterbukaan
menerima masukan. Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi
produk dilakukan terhadap kualitas masakan vegetarian khas Bali yang dibuat oleh mitra
(dinilai oleh konsumen); serta kualitas brosur, buku, dan poster yang disusun tim IbM
dinilai oleh validator (staf jurusan PKK dan Kimia).
24 | Laporan IbM Depot Vegetarian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Kegiatan
a. Hasil Diskusi tentang Makanan dan Pola Hidup Vegetarian
Melalui kegiatan diskusi dengan kedua mitra dapat diketahui bahwa pengetahuan
awal mereka tentang masakan vegetarian sudah cukup baik, namun belum terbiasa
mengkomunikasikan pengetahuannya itu kepada pelanggan. Sehubungan dengan itu,
untuk memperkuat lagi pemahaman dan kemampuannya dalam berkomunikasi, telah
dilakukan diskusi tentang masakan dengan bahan daging, non daging (vegetarian), dan
penggunaan bahan tambahan makanan.
Pengalaman empiris menunjukkan, bahwa
konsumsi daging hanya memberikan rasa nikmat, namun diikuti dengan berbagai bibit
penyakit. Dewasa ini sangat mudah mencari makanan enak, tetapi susah mencari yang
enak dan sehat.
Berkaitan dengan munculnya penyakit dari mengkonsumsi daging (apalagi
berlebih), telah disampaikan di samping membawa berbagai bibit penyakit, daging
termasuk bahan pangan kolesterol tinggi. Kehadiran kolesterol dalam organ tubuh telah
menimbulkan kekakuan dan penyumbatan sistem regulasi.
Akibat pertama adalah
peningkatan tekanan darah. Jika terjadi penyumbatan pembuluh darah di jantung, maka
muncul jantung koroner; jika di pembuluh otak, maka menyebabkan terjadinya stoke.
Jika kolesterol melekat pada sel alfa pulau Langerhans maka produksi dan sekresi
insulin akan terganggu, akibatnya muncul penyakit Diabetes Mellitus. Konsumsi daging
juga menyebabkan peningkatan produksi kreatinin, yang berkontribusi terhadap penyakit
gagal ginjal.
Dari diskusi juga mengemuka, bahwa mereka yang mengkonsumsi daging,
apalagi yang suka berlebih, emosinya lebih susah dikendalikan. Selain itu, kelebihan
makan daging membuat susah ke belakang (buang air besar). Terhadap kedua kasus
tersebut diberikan penjelasan sebagai berikut. Bentuk gigi manusia rata dan air liur kita
tidak mengandung enzim proteinase, akibatnya pencernaan daging di mulut susah
berlangsung.
Selain itu, usus manusia ukurannya panjang, sekitar 12 kali panjang
tubuhnya. Ciri tersebut cocok untuk kelompok herbivora. Jika mengkonsumsi daging,
maka proses pembusukan akan berlangsung cukup lama di usus sebelum dikeluarkan
dalam bentuk feses. Di sisi lain, daging miskin serat, sehingga mengurangi penyerapan
25 | Laporan IbM Depot Vegetarian
air, dan menyusahkan buang air besar. Berkaitan dengan peningkatan emosi akibat
mengkonsumsi daging diberikan penjelasan spiritual religius dan ilmiah.
Dalam
Bhagawadgita disebutkan, bahwa perbuatan ditentukan oleh pikiran, sedangkan pikiran
dipengaruhi oleh makanan. Makanan memiliki sifat sesuai dengan bahan dan proses
pembuatannya. Masakan dari daging tentu menimbulkan karakter sesuai dengan sumber
daging tersebut.
Mitra juga memberikan informasi, bahwa beberapa konsumen menyampaikan
kepadanya, setelah mereka mencoba mengurangi makan daging dan mencoba makanan
vegetarian, ternyata mereka merasakan tubuhnya terasa lebih segar dan lebih mudah
mengendalikan pikirannya. Terhadap kasus ini muncul pemikiran-pemikiran berikut.
Sumber energi utama dalam tubuh kita sesungguhnya adalah karbohidrat yang banyak
dikandung oleh makanan nabati, khususnya nasi. Daging bukanlah sumber energi, tetapi
sumber protein yang akan dipergunakan dalam pembentukan sel-sel tubuh. Perubahan
pola makan menuju vegetarian tidaklah akan memperlemah fisik, karena banyak bukti
menunjukkan bahwa orang vegetarian tidak lebih lemah dibandingkan dengan orang
yang makan daging.
Berbeda dengan makanan hewani yang menjadi pembawa bibit penyakit atau
menimbulkan penyakit yang aneh-aneh, makanan nabati kaya akan senyawa-senyawa
bioaktif yang berperan untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebagai contoh, kedele dengan
berbagai produknya, seperti tahu dan tempe, merupakan sumber protein, kalsium, serat,
tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, seng, magnesium, dan fosfat. Selain itu, kedele
juga mengandung isoflavon, khususnya genistein, yang bersifat antioksidan dan
antitumor kuat.
Sekarang ini, senyawa tersebut digunakan untuk pencegahan dan
penanganan kanker payudara dan prostat.
Kedele juga mengandung lesitin, yang
memiliki sifat emulsif terhadap lemak, sehingga mampu menormalisasi kadar lemak
dalam darah dan mengakibatkan kondisi badan menjadi lebih segar.
Pertanyaan yang sering muncul tentang kebenaran anggapan, bahwa mengurangi
makan daging menyebabkan IQ menurun, atau memperlemah daya pikir seseorang,
diberikan penjelasan sebagai berikut.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa daging dapat
menyebabkan orang menjadi pintar, demikian juga sebaliknya tidak ada bukti bahwa
mengurangi makan daging menyebabkan orang menjadi bodoh.
Agar tidak terlalu
mengagung-agungkan IQ, diberikan informasi oleh narasumber bahwa berbagai hasil
penelitian menunjukkan 80% kesuksesan hidup sesorang ditentukan oleh kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritualnya (SQ). Dan, kedua jenis kecerdasan tersebut
26 | Laporan IbM Depot Vegetarian
ditopang oleh pola makan vegetarian. Bukti yang diangkat untuk mempertegas bahwa
IQ tidak diperlemah oleh pola makan vegetarian adalah banyaknya penerima hadiah
Nobel dan para tokoh dunia adalah orang-orang vegetarian.
Selain diskusi tentang vegetarian dari sudut pandang ilmiah, kesehatan, dan juga
memasuki ranah spiritual, juga didiskusikan tentang peranan kaum vegan terhadap
penanggulangan pemanasan global.
Seperti diketahui Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) lewat Organisasi Makanan dan Pertaniannya (FAO) pada bulan November 2006
telah merilis laporan yang sangat mengejutkan, bahwa 18% emisi gas rumah kaca datang
dari aktivitas peternakan sapi, babi, ayam, dan hewan-hewan ternak lainnya berupa gas
metana (CH4).
Sementara itu, kendaraan bermotor, pesawat terbang dan semua
transportasi lainnya hanya memasok 13% emisi gas rumah kaca berupa gas karbon
dioksida (CO2). Permasalahannya, mengapa sektor peternakan bisa menghasilkan emisi
gas rumah kaca sedemikian besar? Berikut ini adalah fakta-fakta yang mendukungnya.
1. Pemeliharaan hewan ternak boros energi listrik, mulai dari penerangan, penghangat
ruangan, mesin pemotong, pendingin penyimpanan daging di peternakan,
distributor, pengecer, pasar, rumah makan, sebelum sampai dihidangkan. Bukankah
mesin pendingin sangat boros dengan energi listrik?
2. Alat transportasi yang digunakan untuk pengangkutan makanan ternak dan obatobatan mengemisikan gas karbondioksida.
3. Pengubahan
hutan
tropis
menjadi
lahan
peternakan
dan
pendukungnya
memperparah pemanasan global akibat akumulasi karbon dioksida di atmosfer.
4. Biogas (metana) yang dihasilkan dari peternakan 23 kali lebih buruk dibandingkan
gas karbon dioksida untuk menyebabkan pemanasan global. Hal ini disebabkan
kemampuan molekul-molekul gas metana untuk menyerap dan memancarkan
kembali sinar inframerah (gelombang panas) menuju permukaan bumi jauh
melebihi kekuatan molekul-molekul gas karbon dioksida.
5. Limbah kotoran ternak juga menghasilkan gas nitrogen oksida yang 300 kali lebih
berbahaya dibandingkan karbon dioksida. Di USA saja hewan ternak menghasilkan
39,5 ton kotoran per detik.
Dengan mengurangi mengkonsumsi daging, apalagi menjadi seorang vegetarian
(kaum vegan), berarti kita telah mengurangi emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfer,
sebagai upaya penanggulangan bencana pemanasan global. Seluruh materi diskusi dan
permasalahan yang berkembang selama diskusi tersebut telah didokumentasikan dalam
bentuk booklet dengan judul “Mengapa Saya Memilih Vegetarian?”
Buku itu
27 | Laporan IbM Depot Vegetarian
selanjutnya dijadikan pegangan oleh kedua mitra untuk memberikan penjelasan kepada
para pelanggannya.
b. Hasil Pelatihan Pembuatan MasakanVegetarian
MasakanVegetarian Khas Bali
Masakan vegetarian yang dibuat pada kegiatan IbM ini ada tiga macam, yaitu: 1)
masakan vegetarian dengan bahan gluten dan proteina, tetapi mengunakan bumbu lokal;
2) masakan vegetarian dengan bahan campuran produk pabrik dan alam, dengan bumbu
lokal; serta 3) masakan vegetarian yang dibuat dari bahan-bahan
bahan ahan dan bumbu lokal
(bahan-bahan
bahan organik). Produk masakan vegetarian tersebut sekarang telah menjadi
menu masakan di kedua Depot Vegetarian tersebut. Data produk masakan vegetarian
hasil pelatihan dan cara pembuatannya pada Lampiran 2.
Selama kegiatan
an berlangsung, dilakukan evaluasi proses oleh tiga orang anggota
pelaksana IbM ini. Parameter yang diukur adalah kehadiran mitra,, semangat mengikuti
kegiatan, keterampilan membuat masakan, keingintahuan, dan kerja sama. Penilaian
dilakukan dengan instrumen
men lembar observasi, dan hasil rekapitulasinya ditampilan pada
Tabel 4.1. Secara umum, kinerja mitra selama kegiatan IbM ini tergolong sangat tinggi.
28 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Tabel 4.1. Rekapitulasi Kinerja Mitra
No
1
2
3
4
4
Uraian
Kehadiran mitra
Semangat mengikuti kegiatan
Keterampilan membuat masakan
Rasa keingintahuan
Kerja sama
Rerata
1
-
2
-
Skor
3
-
4
1
-
5
3
3
3
2
3
Jumlah
Rerata
15
15
15
14
15
74
5,00
5,00
5,00
4,67
5,00
4,93
Untuk mendapatkan data yang paling akurat berkaitan dengan kualitas produk
masakan vegetarian yang dihasilkan, telah diambil pendapat para pelanggan terhadap
masakan vegetarian yang disediakan di kedua mitra setelah mengikuti pelatihannya.
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Secara umum, konsumen sangat puas
dengan masakan yang disediakan dan layanan yang diberikan oleh pedagang.
c. Hasil Pelatihan Kewirausahaan
Sebagai langkah awal dalam kegiatan ini tim menanyakan kepada mitra tentang
sistem pengelolaan usahanya, mulai dari modal awal, modal harian, keuntungan harian,
dan pelibatan tenaga kerja. Ditekankan agar seluruh tenaga yang terlibat diperhitungkan
honornya, setelah itu barulah menghitung
menghitung laba bersih. Lewat diskusi itu tercermin,
bahwa kedua mitra mengelola usahanya masih secara tradisional.
29 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Setelah
diskusi
panjang
tentang
menajemen
usaha
dan
dasar-dasar
kewirausahaan kedua mitra dilatih membuat buku khas, yang sebelumnya tidak
dilakukan oleh kedua mitra.
Mereka sama sekali tidak memiliki catatan berkaitan
dengan transaksi keuangannya. Setelah dilatihkan, mereka telah mampu membuat buku
khas harian dan bulanan, termasuk menghitung keuntungan bersihnya.
4.2. Pembahasan
Kedua mitra dalam kegiatan IbM ini sangat puas dengan kegiatan yang
dilakukan. Mereka sangat terbuka dan bersemangat dalam mengikuti seluruh kegiatan.
Selain telah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masakan vegetarian dan
dampaknya, mereka juga sudah terampil membuat masakan khas Bali, baik ditinjau dari
jenis maupun rasanya. Masakan yang mereka buat pada kegiatan ini adalah tum, sate,
urutan, be siap sitsit, be kuah siap, be kuah kambing (rawon), ati, dan lawar, dan lainlainnya. Semua masakan tersebut dibuat dari bahan nabati, seperti tepung terigu, produk
olahan kedele (proteina), kacang hijau, bahan-bahan membuat lawar di luar daging,
beserta bumbu yang sudah biasa dikenal oleh masyarakat Bali sebagai bumbu lengkap
(basa genep/basa gede).
Berdasarkan pengakuan konsumen, yang sekaligus menjadi tester atas produk
yang dihasilkan dari kegiatan IbM ini, masakan vegetarian yang dijual oleh mitra setelah
mengikuti pelatihan memiliki tekstur dan cita rasa yang sangat mirip dengan daging.
Sebagai contoh, sate yang dibuat mirip sate kambing, kuahnya yang dibuat dari gluten
dan sereh mirip kare ayam, dan seterusnya. Karena kemiripannya dengan daging, maka
kualitas produk masakan yang dibuat peserta tergolong tinggi.
Berdasarkan indikator-indikator yang telah terukur di depan, serta kriteria
keberhasilan menurut skala Linker yang tidak kurang dari 3,40 (batas minimal skor
baik), maka proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil (dengan rerata skor 4,87 atau
sangat baik). Demikian juga produk yang telah dicapai tergolong sangat baik (rerata
skor 4,93).
30 | Laporan IbM Depot Vegetarian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di depan, hasil dalam kegiatan
P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pertama, kedua mitra telah memiliki
pemahaman yang komprehensif berkaitan dengan masakan dan pola hidup vegetarian,
serta memiliki kapasitas untuk mengkomunikasikannya kepada konsumen.
Sebagai
pendukung dalam berkomunikasi mereka dilengkapi dengan brosur, poster, dan booklet
tentang vegetarian.
Kedua, kedua mitra telah terampil dalam membuat masakan
vegetarian khas Bali dari bahan-bahan alami. Keterampilan mereka itu telah mendapat
pengakuan positif dari para pelanggannya. Ketiga, kedua mitra telah mampu membuat
buku khas untuk mengetahui penghasilan mereka dan perkembangan usaha yang
dijalankannya.
5.2. Saran
Selama melaksanakan kegiatan IbM ini, masih ditemukan kelemahan pada kedua
mitra, dimana kontinuitas mitra untuk berjualan sering terganggu oleh kegiatan hari
raya, acara ritual keluarga, dan kegiatan sosial lainnya. Karena menutup warung (tidak
berjualan), maka bisa menyebabkan pelanggan berpindah kepada pedagang masakan
vegetarian lainnya. Untuk itu, ke depan perlu dicarikan solusi dengan pelibatan tenaga
kerja yang lebih banyak dan volume usaha yang lebih besar. Untuk itu, perlu diberikan
bantuan berkaitan dengan permodalan dan pengembangan usaha mereka.
31 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Daftar Pustaka
Anonim, 2002. Makanan Tradisional Kaya Fitokimia. Kompas, 8 Agustus 2002.
http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0208/ 08/gizi.htm.
Anonim, tt., Kumpulan Resep Vegan Praktis.
Bangun, A.P., 2005. Vegetarian: Pola Hidup Sehat Berpantang Daging. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Ching Hai, S. M., 2002. Kunci Pencerahan Seketika. Jakarta: Yayasan Supreme Master
Ching Hai Indonesia.
Darmayasa, M., 2000. Vegetarian dan Ahimsa Dharma. Surabaya: Paramita.
Direktorat Gizi Depkes RI, 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Gsianturi, 2002. Fitokimia Komponen Ajaib Cegak Penyakit jantung Koroner, Diabetes
Mellitus,
dan
Kanker.
Kompas.
9
Agustus
2002.
http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0208/08/gizi.htm.
Kusharisupeni & Setiorini, A. (Eds.), 2010. Vegetarian Gaya Hidup Sehat Masa Kini.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Latief, A., 1998. Resep Masakan Daerah. Jakarta: CV. Atisa.
Margetts, B. M., et al, 1993. Vegetarians and longevity. Epidemiology, 4(3): 278-279.
Muchtadi, D., 1989. Analisis Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB.
Suci, N. K., 1986. Pengolahan Makanan Khas Bali. Denpasar: Proyek Penelitian dan
Pengkajian Bali.
Suhandra, I M., 1996. Dharma Caruban (Tuntunan Ngebat). Denpasar: CV. Kayumas
Agung.
Suhardana, K., 2010. Ahimsa & Vegetarian Jalan Menuju Kasih Sayang. Surabaya:
Paramita.
Suja, I W., 2012. Mengapa Saya Memilih Vegetarian? Singaraja: Lembaga Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.
Surayin, I. A., 2007. Masakan Bali. Surabaya: Paramita.
Tim Devisi Penulisan & Multimedia Move Indonesia, 2007. Vegetarian Hidup Ekologis.
Mojokerto: Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman.
Tjay, T. H. & Rahardja, K., 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek Sampingnya. Edisi ke-5. Jakarta: Gramedia.
Walter, P., 1997. Effect of vegetarian diets on aging and longevity. Nutrition reviews 55;
61-68.
32 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Wibawa, M.A., 2005. Vegetarianisme. Surabaya: Paramita.
Wijaya, A. A. N. P. S., 2009. Makanan Satwik & Kesehatan: Konsep Hidup Masa Lalu
untuk Solusi Kesehatan dan Pengembangan Spiritual di Jaman Modern.
Surabaya: Paramita.
33 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Kegiatan dan Produk
Jenis Ipteks yang disampaikan oleh Tim IbM kepada mitra dikelompokkan
menjadi tiga.
1. Kajian Vegetarian
Informasi tentang masakan vegetarian disampaikan mencakup komposisi kimia
bahan-bahan vegetarian (termasuk fitokimia) dan kecukupan gizinya, serta
perbandingannya dengan bahan makanan hewani. Selain komposisi kimia juga
disampaikan keunggulan dan kelemahan makanan vegetarian dibandingkan non
vegetarian. Mitra juga diberikan informasi tentang berbagai bahan aditif makanan
dan dampaknya terhadap kesehatan. Lebih lanjut, mitra juga diajak mengkaji
kontribusi para vegetarian untuk menanggulangi berbagai permasalahan sosial dan
lingkungan.
2. Pembuatan Masakan Vegetarian
Masakan vegetarian yang dibuat pada kegiatan IbM ini ada tiga macam, yaitu: 1)
masakan vegetarian dengan bahan gluten dan proteina, tetapi mengunakan bumbu
lokal; 2) masakan vegetarian dengan bahan campuran produk pabrik dan alam,
dengan bumbu lokal; serta 3) masakan vegetarian yang dibuat dari bahan-bahan dan
bumbu lokal (bahan-bahan organik).
Gluten
Gluten merupakan campuran amorf protein (gliadin dan
glutenin) dengan pati dalam endosperma dan tepung yang
dibuat dari biji-bijian, terutama gandum.
Gluten
menyebabkan adonan menjadi kenyal dan dapat
mengembang karena bersifat kedap udara. Gluten dibuat
dengan meremas-remas tepung terigu dalam air, setelah
ditendam selama ± 3 jam.
Serat yang diperoleh
kemudian dicuci dengan air sampai airnya bening.
Gluten yang diperoleh memiliki sifat kenyal dan
berwarna putih. Selanjutnya, dikukus sampai matang
sekitar 30 menit.
Dibuat dari bahan proteina yang sudah tersedia di toko
bahan makanan. Proteina direndam beberapa saat dalam
air panas, dikucek untuk menghilangkan baunya, ditiris,
dipotong-potong untuk mendapatkan ukuran sesuai
keinginan, diolah dengan bumbu Bali. Setelah ditusuktusuk dibakar, kemudian ditambahkan bumbu plecing
Sate “kambing”
Bahan pembuatan lawar adalah buah nangka muda dan
kacang panjang. Kedua bahan tersebut direbus sampai
matang. Setelah dingin, buah nangka muda dicincang
dan kacang panjang dipotong-potong, kemudian diperas
untuk mengeluarkan airnya. Selanjutnya, diaduk dengan
basa gede (bumbu Bali lengkap) secara merata. Agar
tidak cepat masam, adonan lawar tersebut selanjutnya
34 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Lawar Nangka
Tum Isi
Ati
disangrai beberapa saat.
Dibuat dari gluten. Gluten dibuat dari tepung terigu,
ditambah air, diulet dan diremas, sampai kenyal dan tidak
lengket, selanjutnya direndam dan didiamkan sekitar tiga
jam. Kemudian, dicuci agar serat glutennya bebas tepung
(air cuciannya jernih).
Serat dikukus, kemudian
dipotong-potong untuk bahan “tum.”
Setelah
ditambahkan bumbu Bali, selanjutnya dibungkus dengan
daun pisang, dan dikukus.
Dibuat dari kacang hijau. Kacang hijau direndam dalam
air, diblender, pasta yang dihasilkan dimasukkan dalam
kantong plastik. Selanjutnya, direbus dalam air panas
sampai mengental (padat). Padatan yang terbentuk
dipotong-potong sesuai keinginan, kemudian digoreng
sampai berwarna coklat kehitaman (seperti hati goreng).
Selanjutnya dicampur dengan bumbu Bali dalam kuali,
dan diaduk.
Daging “ayam sisit” dibuat dari gluten atau kulit jambu
mente.
Jambu mente direbus kemudian dikupas
memanjang menyerupai daging ayam sisit. Daging tiruan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kuali yang telah
berisi bumbu dan diaduk. Cara yang sama juga dapat
dilakukan dengan bahan gluten.
Be sisit
Kare ayam
Urutan
Dibuat dari tepung terigu. Tepung terigu ditambah air,
diulet, diremas, direndam 3 jam, dan dicuci. Serat yang
diperoleh merupakan gluten. Gluten tersebut selanjutnya
dililitkan pada batang sereh dapur, yang bertindak
sebagai tulang dari sayap ayam tiruan yang dibuat,
selanjutnya dikukus sampai matang, dan ditumis dalam
bumbu kare yang telah disiapkan.
Urutan dibuat dari proteina rajangan yang telah direbus
dan dicampur dengan bumbu Bali. Selanjutnya digulung
dengan kembang tahu yang ditaburi tepung kanji sebagai
perekat.
Urutan yang berbentuk bulat memanjang
selanjutnya digoreng sampai setengah matang. Setelah
didinginkan, dipotong berbentuk jajaran genjang,
kemudian digoreng lagi sampai matang, dan siap
dihidangkan.
Terong setelah dibersihkan dipotong menjadi dua bagian.
Masing-masing bagian selanjutnya dibelah menjadi
empat. Selanjutnya, disiapkan basa plecing dalam kuali
dan digoreng. Setelah hampir matang, masukkan terong
yang telah dipotong-potong ke dalamnya, dan diaduk.
Proses pengadukan dilanjutkan sampai terongnya matang.
Terong goreng
35 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Gluten yang telah dimasak dipotong-potong kemudian
dicampur dengan kecap asin. Selanjutnya ditusuk-tusuk
membentuk sate, dan dipanggang. Agar tidak terbakar
dioles dengan minyak kelapa. Pada saat menghidangkan,
dibuatkan bumbu plecing.
Sate gluten
Be kuah dibuat dari potongan-potongan proteina yang
telah direbus sampai matang dan gluten yang disisit
memanjang menyerupai serat daging ayam. Kedua bahan
tersebut selanjutnya dicampur dengan basa gede (bumbu
Bali) dan ditambahkan daun salam sebagai penyedap.
Setelah ditambahkan air secukupnya, masak dalam panci
sampai matang.
Be kuah
Basa gede merupakan campuran rajangan bungkilan,
yang meliputi lengkuas, jahe, kencur, dan kunir. Selain
itu, juga ditambahkan kemiri, sereh, cabe besar dan kecil,
garam, dan penyedap totole (ekstrak jamur). Seluruh
bahan tersebut dihaluskan dengan diblender, dan dimasak
dengan jalan digoreng di atas kuali sambil diaduk.
Basa Gede
Syiobak
Be “guling”
Syiobak dibuat dari bahan gluten dan proteina, serta
krupuk tepung kanji. Cara pembuatannya, gluten dan
proteina setelah dicuci dengan air panas, diiris-iris,
kemudian digoreng. Dalam penyajiannya ditambahkan
krupuk dan bumbu syiobak, yang dibuat dengan
mengulek kemiri dan merica, selanjutnya digoreng
dengan sedikit minyak, dan ditambahkan air. Setelah
mendidih tambahkan kecap manis, gula tebu, buah pekak,
dan penyedap secukupnya. Akhirnya tambahkan tepung
kanji, aduk, sehingga menjadi lengket.
Be guling dibuat dari gluten dicampur dengan kentang
rebus. Gluten yang telah dikukus sampai matang diiris
membentuk potongan-potongan babi guling, dan sedikit
dipencet-pencet agar tampak seratnya. Irisan-irisan “babi
guling” tersebut kemudian dituangkan ke dalam kuali
yang berisi adonan bumbu Bali (basa gede), selanjutnya
diaduk sampai matang.
36 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Sate lilit dibuat dari campuran parutan buah kelapa muda
dan umbi keladi yang telah direbus sampai matang.
Campuran buah kelapa dan umbi keladi tersebut
selanjutnya dicampur dan diulek dengan bumbu Bali.
Ulekannya selanjutnya dililitkan pada batang kelapa atau
batang bambu yang dibentuk menjadi tusuk sate (tusuk
tumpul), dan selanjutnya dipanggang sampai matang.
Sate “lilit”
Buncis yang sudah dibersihkan dihilangkan serat
kasarnya pada kedua sisinya. Selanjutnya dipotongpotong, dan disiapkan bumbu cabe, terasi vegetarian, dan
garam. Campuran bumbu tersebut diaduk, kemudian
digoreng dengan sedikit minyak. Setelah itu, masukkan
potongan buncis tersebut dan aduk sampai matang.
Sayur buncis
Serombotan
Sayuran setelah bersih dipotong-potong, masing-masing
direbus, kecuali terong. Sambal kelapa: Goreng bumbu
lalu dihaluskan, beri garam, campur dengan kelapa
sangrai, aduk rata. Bumbu koples: haluskan bahan,
campur air masak dan jeruk limau. Hidangkan sayuran
dalam piring satu per satu dalam jumlah sama, taburi
bumbu kelapa lalu siram dengan bumbu koples, taburi
kacang merah dan kacang kedelai rebus.
Ares dibuat dari batang pisang klutuk, diiris-iris setebal ±
½ cm, ditambahkan garam dan ulet-ulet; selanjutnya
dituangkan ke dalam panci, ditambahkan air secukupnya,
dan direbus sampai matang. Selanjutnya, ditambahkan
gluten, bumbu dan penyedap totole secukupnya. Setelah
matang, siap dihidangkan.
Ares
37 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Membuat basa genep
Memotong “urutan”
Membuat gluten
Gluten: bahan masakan Vege
Merajang nangka untuk Lawar
Pemanggangan sate
Proses Pembuatan Sate
Salah satu sisi Depot Vege
Bhoga Laksmi
Salah satu sisi Depot
Vegetarian Bu Krisna
Foto-foto Kegiatan IbM Depot Vegetarian Undiksha 2012
38 | Laporan IbM Depot Vegetarian
Download