BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan hidup pokok manusia terdiri dari pangan (makan), sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Namun dalam setiap pemenuhan kebutuhan hidup manusia ini tidak selalu sama satu dengan manusia yang lain. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh budaya, ekonomi, agama, lingkungan, letak geografis wilayah dan waktu dalam mengkonsumi barang atau jasa tersebut. Salah satu kebutuhan hidup dasar manusia yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebutuhan akan pangan.Makanan atau pola makanan menjadi alat alamiah yang meyeleksi manusia atau pengelompokan manusia. Perbedaan kepemilikan sumber dan bahan makanan mengelompokkan manusia menjadi orang kaya dan orang miskin, variasi jenis makanan mengelompokkan manusia menjadi orang modern dan orang tradisional, serta perbedaan gaya hidup mengenai makanan mengelompokkan manusia menjadi manusia gaul atau tidak. Berdasarkan pertimbangan ini, keberadaan makanan ternyata memberikan warna-warni kehidupan yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Makanan bukan lagi sekedar benda ekonomi yang “hampa makna”. Makanan justru merupakan identitas budaya yang tumbuh dan berkembang dalam tatanan kehidupan manusia. Dengan kata lain, bila dikaitkan dengan konteks sosial budaya, maka makanan itu ternyata mengandung makna yang lebih luas dibandingkan sekedar bahan konsumsi manusia (Sudarma, 2009: 157-158). Dari sosial budaya inilah kemudian melahirkan sebuah pola gaya hidup yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Di era globalisasi ini, banyak terjadi perubahan di berbagai aspek, tidak terkecuali perubahan pola gaya hidup masyarakatsaat ini. Perkembangan zaman 1 yang semakin cepat dengan dukungan teknologi komunikasi, informasi, dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat membuat perkembangan manusia pun mengalami banyak perubahan (Anggen, 2012: 18), tidak terkecuali perubahan gaya hidup pada pola makan. Sayangnya, budaya sebagian besar masyarakatsekarang ini dalam mengkonsumsi makanan hanya memperhatikan prestige dan rasa yang enak di mulut saja, tanpa mementingkan nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.Tanpa kita sadari, kita pun ikut mengalami perubahan perilaku dan perubahan gaya hidup yang sangat mencolok akibat berkembangnya zaman yang semakin hari semakin modern(Anggen, 2012: 19). Perubahan gaya hidup inilah yang nantinya akan melahirkan sebuah produk budaya baru sebagai hasil dari perilaku masyarakat. Pola hidup konsumtif masyarakat sekarang ini sangat dimanjakan dengan berbagai hal yang serba cepat dan instan, tidak terkecuali pada pola makan. Dewasa ini masyarakatgemar mengkonsumsi makanan dan minuman yang serba instan dan cepat saji, biasanya olahan makanan dan minuman ini tergolong junk food dan fast food yang kurang memperhatikan kualitas gizi dari makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Pusat Ilmu Pengetahuan Umum Amerika Serikat telah menetapkan 10 makanan terburuk dan 10 makanan terbaik yang biasa menjadi santapan masyarakat Amerika Serikat. Dua diantara 10 makanan terburuk tersebut adalah menu white chocolate mocca Starbucks dan ice cream Haagen-Dazs, karena mengandung banyak kalori dan lemak jenuh. Padahal, kedua menu ini begitu banyak digandrungi masyarakat, bahkan juga masyarakat di Indonesia. Padahal selain dua menu tersebut, beberapa menu lain seperti pizza, hamburger, ayam goreng tepung, dan beberapa makanan siap saji lainnya juga harus dihindari karena mempunyai kandungan kalori yang tinggi (Islafatun, 2015:19). Manusia zaman sekarang sudah mulai meninggalkan makanan tradisional yang banyak menggunakan sayur-mayur, tempe, tahu, dan rempah-rempah alami. Mereka lebih suka mengkonsumsi makanan siap saji (junk food) yang 2 gurih dan berlemak yang biasanya berbahan utama daging, ayam, dan ikan. Padahal menurut hasil penelitian, makanan (daging, ayam, ikan) yang digoreng dengan minyak ekstra panas (220°C) atau dibakar sampai sebagian hangus terbakar mengandung zat carcinogen (zat penyebab kanker) belum lagi zat kimia tambahan (aditif) yang terkandung dalam makanan tersebut seperti MSG, pewarna, pemanis, penambah rasa kaldu, dan sebagainya. Zat aditif kimia tersebut tidak baik untuk kesehatan (Wang, 2014: 100). Para peneliti membuktikan bahwa banyak penyakit kronis timbul akibat mengkonsumsi makanan hewani yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh. Pada 2005, 60% kematian atau setara dengan 35juta jiwa di dunia disebabkan penyakit kronis yaitu 30% penyakit kardiovaskular, 13% kanker, 2% diabetes, dan 9% penyakit kronis lainnya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Angka kematian di Indonesia akibat penyakit kronis meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahuun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis (Susianto, 2014: 11). Pada gaya hidup yang tidak sehat ini sudah pasti akan menghasilkan kualitas hidup yang sangat memprihatinkan, terlebih banyaknya konsumsi daging yang berlebih tanpa diimbangi sayur dan buah yang seimbang akan menimbulkan berbagai penyakit karena kurangnya nilai gizi yang dibutuhkan sesuai kebutuhan tubuh. Dimana seharusnya penyakit ini bisa dicegah melalui pola gaya hidup yang sehat. Menurut Kus Irianto dan Kusno Waluyo (2004: 16-17) makanan yang dimakan sehari-hari hendaknya merupakan makanan seimbang, terdiri atas bahan makanan yang tersusun seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi syarat hidup sehat. Sehingga perlu dilakukannya pemilihan makanan yang bergizi seimbang untuk menunjang pola hidup sehat. Di dalam Ilmu Gizi dijelaskan menurut Akhmad, dkk (2014: 3-4) prioritas anjuran 3 konsumsi bahan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh per hari yaitu mulai dari : o Air putih yang diminum 8gelas perhari o Sumber karbohidrat : 50-60% kebutuhan kalori atau setara dengan 34 piring nasi sehari. o Sayuran : 1½-2 mangkok/perhar o Buah : 2-3 potong/perhari o Sumber protein hewani : 2-3 potong/perhari o Sumber nabati : 2-3 potong/perhari o Minyak : secukupnya o Gula : 3-4 sendok/perhari Pola hidup sehat ini sangat penting bagi kehidupan manusia agar tubuh terhindar dari penyakit dan kesehatan tetap terjaga. Menurut Dr.Hwang SungJoo inti pola makan sehat adalah kesatuan antara makanan dan tubuh. Artinya, jika makanan yang masuk ke dalam tubuh adalah makanan yang baik, maka tubuh akan sehat. Sebaliknya, tubuh akan kedatangan berbagai macam penyakit ketika kita mengkonsumsi makanan yang asal enak di lidah tanpa memerhatikan nilai gizi. Oleh karenanya, kita harus mencermati apa yang kita makan sehari-hari. Kriteria dalam memilih makanan akan menentukan kondisi kesehatan kita (Islafatun, 2015: 20). Pada Jurnal yang berjudul “Peranan Pola Hidup Sehat terhadap Kebugaran Jasmani” (Suryanto, 2011) mengatakan pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup yang memperhatikan faktor-faktor penentu kesehatan, salah satunya adalah makanan. Fakta menunjukkan bahwa orang-orang zaman dulu memiliki tubuh yang sehat, padahal waktu itu belum ada teori mengenai pola hidup sehat. Sebaliknya, di zaman modern seperti sekarang ini banyak orang meninggal di usia muda dengan komplikasi penyakit. Menurut data WHO, tujuh puluh persen kematian dini disebabkan oleh penyakit jantung, stroke, kanker, dan diabetes. 4 Separuh dari jumlah tersebut terkait dengan pola makan yang buruk. Beberapa pola makan modern yang tidak sesuai dengan pola hidup sehat antara lain: a. Terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat dan lemak serta kurang mengonsumsi serat. b. Sering menyantap fast food (makanan yang banyak mengandung pengawet, penyedap rasa, lemak dan kalori kosong). c. Kebiasaan ngemil berlebihan. Kebiasan pola hidup yang tidak sehat ini harus segera dirubah. Pada awalnya kitalah yang membentuk kebiasaan. Namun, akhirnya kita yang dikendalikan oleh kebiasaan. Mengubah kebiasaan buruk bukanlah pekerjaan mudah. Seperti kata pendidik besar, Horace Mann, “Kebiasaan itu seperti kabel. Kita menenun seuntai demi seuntai setiap hari dan segera kebiasaan itu tidak dapat diputuskan. Banyak bukti menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup individu, baik dalam skala kecil maupun masyarakat secara lebih luas, dapat menurunkan angka kejadian penyakit kronis modern secara drastis. Mengubah gaya hidup atau kebiasaan seseorang berarti harus mengubah cara pandang atau paradigma seseorang (Cahyono, 2008: 8). Dari konsep maupun cara pandang tentang kesehatan inilah yang nantinya akan menginterpretasikan bagaimana gaya hidup yang kita jalani saat ini. Menerapkan pola hidup sehat di kehidupan sehari-hari, tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Kita dapat melakukannya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Contohnya dengan melalui penerapan gaya hidup sehat “Vegetarian”. Penerapan pola hidup sehat vegetarian seperti ini akan menjaga kesehatan kita bila dilakukan secara benar dan teratur. Dewasa ini beberapa masyarakat Kecamatan Jebres sudah merubah gaya hidup dalam memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman menjadi seorang vegetarian. Vegetarian merupakan sebutan bagi orang yang hanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari bahan sayur dan buah dan tidak 5 mengkonsumsi makanan yang berasal dari mahluk hidup seperti daging, unggas, ikan atau hasil olahannya. Pada 2009 Academy of Nutrition and Dietetics melakukan riset, dan dapat disimpulkan bahwa pola makan nabati berhubungan dengan rendahnya tekanan darah dan kolesterol. Pola makan ini juga mengurangi risiko terkena diabetes tipe2. Secara keseluruhan, pola makan ini mengurangi risiko kanker dan penyakit kronis lainnya. Namun, pola makan vegetarian mensyaratkan perencanaan yang matang. Pola makan yang tidak terencana menyebabkan pelakunya berisiko kekurangan nutrisi. (Padmasuri, 2015: 66-67). Gaya hidup vegetarian ini menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan, 23 juta orang di Amerika Serikat menjadikan pola makan yang menghindari produk makanan hewani ini sudah menjadi gaya hidup mereka (Padmasuri, 2015: 66). Masyarakat Kecamatan Jebressendiri yang beralih ke gaya hidup vegetarian sudah mulai banyak berkembang. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya tempat rumah makan yang berkonsep vegetarian untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi para vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana konstruksi sosial gaya hidup vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta? 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan uraian rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai : 1. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan atasgaya hidup vegetariandi Kecamatan Jebres, Surakarta? 2. Bagaimana dampak konstruksi sosial gaya hidup vegetariandi Kecamatan Jebres, Surakarta? Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya pendidikan sosiologi, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku. b. Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. c. Bagi Peneliti Berikutnya Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serat referensi terhadap penelitian yang sejenis. 7