BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil

advertisement
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Konstruksi
Sosial Gaya Hidup Vegetarian (Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial
Gaya Hidup Vegetarian), dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstruksi Gaya Hidup Vegetarian
Munculnya fenomena gaya hidup vegetarian yang hadir dalam kehidupan
masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta tidak lepas dari adanya tiga proses
konstruksi sosial yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi yang
dialami secara bersama. Proses eksternalisasi yang membentuk pengetahuan
masyakakat Kecamatan Jebres tentang gaya hidup vegetarian adalah gaya hidup
yang menerapkan pola makan nabati dan tidak mengkonsumsi makanan yang
berunsur dari hewani. Sedangkan sikap yang muncul pada proses obyektivasi
terhadap gaya hidup vegetarian yaitu pada masyarakat vegetarian yaitu gaya
hidup vegetarian menyehatkan karena gizi makanan nabati jauh lebih baik dan
sehat dengan biaya bahan yang murah dibanding makanan hewani serta
dilakukan guna untuk aspek kesehatan, ekonomi, keyakinan, maupun pewarisan
budaya
yang
diajarkan
oleh
keluarga.
Sedangkan
bagi
masyarakat
nonvegetarian sikap yang muncul adalah Pola pengetahuan untuk kesehatan ada
dua macam yaitu pertama, sehat karena pola makan hanya mengkonsumsi dari
nabati sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat dan terhindar dari penyakit
yang berasal dari makanan hewani. Kedua, tidak sehat, pola makan yang hanya
mengkonsumsi nabati tanpa ada unsur hewani dimaknai sebagai pola makan
yang tidak memenuhi gizi dan nutrisi 4sehat 5sempurna sehingga tidak sehat
dan buruk untuk kesehatan. Sedangkan untuk pola pengetahuan biaya gaya
hidup vegetarian juga ada 2macam. Pertama, murah karena harga makanan
nabati tergolong murah dibanding makanan hewani. Kedua, biaya gaya hidup
140
vegetarian mahal karena para vegetarian yang tidak mengkonsumsi unsur
hewani dan sebagai pengganti daging, ikan dan telur para vegetarian
mengkonsumsi makanan beku yaitu daging vegetarian yang merupakan imitasi
sebagai pengganti daging yang terbuat dari unsur nabati dengan harga jauh
lebih mahal jika dibanding dengan harga daging yang terbuat dari daging
hewani asli. Selanjutnya pemaknaan alasan dan manfaat dari gaya hidup
vegetarian yang mereka lembagakan dan legitimasi. Bagi masyarakat
nonvegetarian terdapat 4 yaitu, untuk menjaga dan meingkatkan kesehatan,
sebagai sarana diet untuk mendapatkan berat badan yang ideal, adanya perintah
dari suatu keyakinan ataupun agama tertentu, adanya suatu penyakit atau alergi
tertentu terhadap makanan hewani. Selanjutnya berdasarkan dari adannya
manfaat gaya hidup vegetarian terdapat 2 macam pemaknaan yaitu pertama ada
manfaat seperti hidup menjadi lebih sehat dengan pola makan mengkonsumsi
sayur dan buah yang sehat untuk tubuh, jarang terkena penyakit yang
disebabkan oleh makanan hewani seperti kolesterol, diabetes, dan lain-lain,
serta lebih awet muda. Kedua tidak ada manfaat, hal ini dikarenakan pola
makan gaya hidup vegetarian yang hanya mengkonsumsi makanan nabati tanpa
hewani dianggap kurang sehat memenuhi 4sehat 5sempurna yang masih
membutuhkan nutrisi dari unsur hewani, dan tidak mengetahui manfaat dari
adanya gaya hidup vegetarian, serta gaya hidup vegetarian dianggap sama saja
dengan gaya hidup nonvegetarian yang ini artinya tidak ada manfaat lebih yang
bisa dirasakan dari gaya hidup vegetarian. Selanjutnya tindakan terhadap gaya
hidup vegetarian dilakukan atas dasar keyakinan akan tenang, damai, sabar
tidak mudah emosi dan apabila tidak dilakukan maka akan merasakan sakit
seperti mual, pusing, gatal-gatal, mencret, maupun kolesterol naik, dan lain
sebagainya.
141
2.
Kedudukan Gaya Hidup Vegetarian Bagi Masyarakat Kecamatan
Jebres, Surakarta.
Konstruksi gaya hidup vegetarian pada masyarakat Kecamatan Jebres,
Surakarta telah menjadikan gaya hidup vegetarian ini memiliki kedudukan.
Adapun kedudukan gaya hidup vegetarian yang dimiliki oleh masyarakat
Kecamatan Jebres, Surakarta adalah pertama, gaya hidup yang menyehatkan.
Bagi mereka khususnya bagi para vegetarian, asupan makanan yang mereka
konsumsi dari tumbuhan seperti sayur, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian
sudah mampu untuk memenuhi nutrisi maupun gizi mereka sehari-hari bahkan
jauh lebih baik daripada makanan hewani yang berpotensi untuk memicu
timbulnya penyakit. Kedua, sebagai salah satu cara alternatif pengobatan untuk
penyembuhan penyakit tertentu. Berbagai penyakit yang bersumber dari
makanan hewani seperti kolesterol, diabetes, jantung, dan lain sebagainya
menjadikan gaya hidup vegetarian cocok dilakukan untuk alternatif pengobatan
penyakit tersebut karena pola makan yang diterapkan dalam gaya hidup
vegetarian hanya bersumber dari nabati.Ketiga, gaya hidup vegetarian memiliki
kedudukan sebagai jalan untuk menyebar cinta kasih kepada sesama makhluk
hidup karena dalam gaya hidup vegetarian pola makan mereka hanya
mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan sehingga tidak ada unsur
tindakan menyakiti maupun membunuh hewan untuk mereka konsumsi sebagai
bahan makanan. Bagi mereka dengan tidak menyakiti maupun membunuh
hewan untuk dikonsumsi merupakan sebagai bentuk representasi mereka dalam
mengasihi dan menyayangi makhluk ciptaan Tuhan termasuk hewan. Keempat,
gaya hidup vegetarian sekaligus juga memiliki kedudukan sebagai gaya hidup
yang tidak sehat. Hal tersebut didasarkan gaya hidup vegetarian yang hanya
menerapkan pola makan nabati yaitu hanya mengkonsumsi makanan sayur,
buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan dan tidak mengkonsumsi makanan yang
bersumber dari hewani dilihat dari segi kesehatan makanan tersebut tidak sesuai
dengan pola makan 4sehat 5sempurna yang masih membutuhkan asupan
142
makanan dari hewani sehingga gaya hidup vegetarian dianggap tidak mampu
memenuhi gizi dan nutrisi. Sehingga dalam hal ini kedudukan gaya hidup
vegetarian sebagai gaya hidup yang tidak sehat untuk dilakukan di kehidupan
sehari-hari.
B.
IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini menggunakan teori sosiologi modern yaitu konstruksi sosial
yang dikemukan oleh Peter L. Berger dan Luckmann. Konstruksi sosial
merupakan proses interaksi sosial antara individu dengan lingkungan diluar
dirinyanya melalui tindakan dimana individu menciptakan secara terus-menerus
suatu realitas atau kenyataan yang dimiliki dan dialami bersama secara
subyektif. Untuk melihat konstruksi sosial yang dialami oleh masyarakat
Kecamatan Jebres, Surakarta, Berger dan Luckmann mengemukakan dilihat
dari 3 proses yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi.
Proses eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia
terus- menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya
yang menggambarkan pengetahuan masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta
tentang gaya hidup vegetarian.
Proses objektivasi merupakan penyerapan hasil yang telah dicapai dari
proses eksternalisasi melalui interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang
dilembagakan dan dilegitimasi sehingga membentuk sebuah pola yang
bermakna yang menggambarkan sikap masyarakat Kecamatan Jebres, Surakarta
tentang gaya hidup vegetarian.
Proses internalisasi merupakan realitas subyektif yang dihasilkan dari
proses obyektivikasi dimana individu mengidentivikasikan diri dengan
lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi
anggotanya melalui proses sosialisasi primer maupun sosialisasi sekunder
sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Proses ini
143
adalah pemahaman atau penafsiran individu langsung dari peristiwa obyektif
sebagai pengungkapan makna. Maka dalam hal ini teori yang digunakan dalam
menganalisis penelitian ini mampu mengungkapkan dan menampilkan
konstruksi sosial atas gaya hidup vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta.
2.
Implikasi Metodologis
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui makna dari pengalaman
individu yang mengalami kejadian yang sama.Sampel diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu yakni dianggap paling tahu tentang apa yang
diharapkan, sehingga memudahkan peneliti. Sumber data yang peneliti peroleh
dari data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara
langsung dengan narasumber dan data sekunder berasal dari buku, media online
serta data-data dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian peneliti.
Dalam tekni pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara mendalam,
observasi, dokumentasi dan studi pustaka sehingga dapat menghasilkan suatu
data
yang diharapkan.Pedoman wawancara
sebelumnya
dibuat
untuk
mempermudah penulis untuk mencari data dari informan di lapangan.Peneliti
menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik untuk mengecek keabsahan
data yang menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan
sumber perolehan data. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan model
analisis data pendekatan fenomenologi. Dari metodologis yang digunakan
dalam
penelitian
ini
mampu
sebagai
alat
dalam
menemukan
dan
mengungkapkan permasalahan yang sedang diteliti yakni konstruksi sosial gaya
hidup vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta.
144
3.
Implikasi Empiris
Gaya hidup vegetarian merupakan gaya hidup yang menerapkan pola
makan nabati yaitu hanya mengkonsumsi makanan yang terbuat dari sayur,
buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan dan tidak mengkonsumsi makanan yang
berasal dari unsur hewani seperti daging, telur, dan ikan. Sekarang ini gaya
hidup vegetarian tidak hanya dilakukan oleh mereka yang berkeyakinan
tertentu, tetapi juga dilihat dari adanya aspek kesehatan yang ternyata mampu
menjaga dan meningkatkan kesehatan sehingga terhindar dari penyakit yang
ditimbulkan oleh makanan hewani. Karena di era globalisasi ini perkembangan
pola makan masyarakat gemar mengkonsumsi makanan dan minuman yang
serba instan dan cepat saji, biasanya olahan makanan dan minuman ini
tergolong junk food dan fast food yang kurang memperhatikan kualitas gizi dari
makanan dan minuman yang dikonsumsinya sehingga menimbulkan berbagai
penyakit. Sehingga peminat gaya hidup vegetarian di Kecamatan Jebres,
Surakarta semakin meninggat seiring kesadaran masyarakat akan kebutuhan
gaya hidup sehat.
C.
SARAN
Sebagai penutup dalam penelitian studi tentang gaya hidup vegetarian,
maka saran yang dapat penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
1.
Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji tema lain terkait isu maupun
kasus gaya hidup vegetarian yang tengah hangat diperbincangkan oleh
masyarakat. Diharapkan dengan meneliti isu dan kasus yang sedang
berkembang saat ini mampu membantu masyarakat dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
145
2.
Bagi masyarakat vegetarian
Masyarakat diharapkan untuk selalu konsisten dalam menjalankan gaya
hidup vegetarian, serta memahami apa yang menjadi maksud dan tujuan
dilakukannya gaya hidup vegetarian sehingga tidak mendorong pemikiran
kepada hal-hal yang mampu merusak esensi dari gaya hidup vegetarian.
Masyarakat vegetarian juga diharapkan mampu untuk turut mempromosikan
gaya hidup vegetarian kepada masyarakat lain melalui acara seminar maupun
hal lainnya.
3.
Bagi masyarakat nonvegetarian
Maraknya makanan instan siap saji yang kurang gizi di era globalisasi ini
diharapkan masyarakat nonvegetarian tetap mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan tidak hanya mementingkan soal rasa enak di lidah saja dan
menerapkan gaya hidup yang sehat walaupun tidak menerapkan gaya hidup
vegetarian dalam kehidupan sehari-hari.
146
Download