1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetarian adalah orang yang tidak mengonsumsi daging (termasuk
unggas) atau makanan laut, atau juga produk yang mengandung jenis makanan ini
(American Dietetic Association, 2009). Vegetarian dibagi menjadi vegetarian
murni dan vegetarian tidak murni. Vegetarian murni adalah vegetarian yang hanya
mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Vegetarian tidak
murni adalah vegetarian yang mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan namun juga mengonsumsi beberapa produk hewani seperti, susu atau
telur (Key dkk, 2006). Pola makan vegetarian murni banyak mengandung serat,
vitamin C, dan asam folat, namun memiliki risiko defisiensi besi, zinc, vitamin
B12 dan protein (Phillips, 2006). Berbeda dengan pola makan vegetarian murni,
pola makan vegetarian tidak murni mendapatkan asupan nutrisi seperti kalsium
dan protein lebih tinggi daripada vegetarian murni (Davey dkk, 2003).
Beberapa tahun belakangan ini pola makan vegetarian semakin popular.
Jumlah vegetarian yang terdaftar pada Indonesian Vegetarian Society (IVS) saat
berdiri pada tahun 1998 adalah sekitar lima ribu orang dan meningkat menjadi
enam puluh ribu anggota pada tahun 2007. Angka ini merupakan sebagian kecil
dari jumlah vegetarian yang sesungguhnya, karena tidak semua vegetarian
mendaftar menjadi anggota (Susianto, 2008). Bertambah banyaknya vegetarian
menyebabkan banyak penelitian mengenai efek pola makan tersebut terhadap
1
2
kondisi tubuh. Pola makan vegetarian diketahui memiliki berbagai manfaat bagi
kesehatan, seperti kadar kolesterol darah yang lebih rendah, risiko penyakit
jantung yang lebih kecil, tekanan darah lebih rendah, dan diabetes tipe 2 yang
lebih kecil dibandingkan non-vegetarian (American Dietetic Association, 2009).
Pola makan vegetarian tidak hanya memberikan efek pada kesehatan
umum, namun juga terhadap kesehatan jaringan periodontal. Pada penelitian
Staufenbiel dkk. (2013), menyatakan bahwa vegetarian menunjukkan kondisi
periodontal yang lebih baik dari pada non vegetarian. Namun, dari 100 vegetarian
yang diperiksa 11 diantaranya merupakan vegan dengan kondisi kesehatan
periodontal lebih buruk diantara vegetarian lainnya (lacto-ovo-vegetarian) akan
tetapi belum dapat dihitung secara statistik.
Peningkatan asupan serat pada vegetarian murni dan vegetarian tidak
murni membuat indeks plak yang dimilikinya lebih rendah daripada non
vegetarian. Kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang
pembentukan plak, melainkan sebagai pengendali plak secara alamiah (Mc
Donald dkk., 1994). Pola makan vegetarian umumnya kaya akan vitamin C dan
asam folat, kedua nutrien ini dapat meningkatkan fungsi pertahanan tubuh.
Vitamin C dapat meningkatkan fungsi leukosit dalam membunuh mikroorganisme
melalui fagositosis (Anderson, 1980). Defisiensi asam folat dapat menurunkan
kemampuan jaringan gingiva yang berperan sebagai pembatas (barrier) terhadap
bakteri (Moynihan, 2008). Pola makan vegetarian tidak murni mendapatkan
asupan kalsium dan protein yang lebih tinggi. Kedua nutrien ini juga berpengaruh
terhadap jaringan periodontal, yaitu kalsium berperan penting dalam membangun
3
densitas tulang alveolar yang mendukung gigi dan kekurangan protein pada
jaringan periodontal dapat mengakibatkan integritas jaringan berkurang sehingga
lebih mudah ditembus oleh bakteri (Newman dkk, 2002; Ehizele dkk, 2009).
Cairan sulkus gingiva mengandung elemen bakteri dan selular, sehingga
banyak penelitian telah dikembangkan untuk mengukur cairan sulkus gingiva dan
komposisinya sebagai indeks dari keparahan dan aktivitas penyakit (Garrant,
2003). Berdasarkan uraian-uraian tersebut, peneliti menganggap perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh pola makan vegetarian murni dan vegetarian tidak
murni terhadap jumlah koloni bakteri cairan sulkus gingiva.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri cairan sulkus
gingiva antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian pada
mahasiswa di Yogyakarta)?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Staufenbiel dkk. (2013) yaitu
membandingkan status kesehatan jaringan periodontal vegetarian dan non
vegetarian dengan mengukur kedalaman poket, perdarahan pada saat probing
(bleeding on probing), indeks periodontal, OHI, dan mobilitas gigi. Namun,
penelitian mengenai perbedaan jumlah koloni bakteri cairan sulkus antara
vegetarian murni dan vegetarian tidak murni menurut sepengetahuan peneliti
belum pernah dilakukan.
4
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri
cairan sulkus gingiva antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian
pada mahasiswa di Yogyakarta).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang ilmu
kedokteran gigi mengenai perbedaan jumlah koloni bakteri cairan sulkus
gingiva pada vegetarian murni dan vegetarian tidak murni.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bahwa jenis makanan yang
kita konsumsi dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut, sehingga akan
memberikan dorongan atau motivasi bagi masyarakat untuk memilih jenis
makanan yang baik bagi kesehatan rongga mulutnya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada vegetarian
mengenai manfaat pola makan tersebut bagi kesehatan rongga mulutnya.
Download