I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toxoplasma gondii merupakan parasit obligat interseluler yang menyebabkan salah satu penyakit zoonosis penting pada manusia dan hewan (Nurcahyo et al., 2004). Hospes intermedier yaitu rodensia, burung, dan mamalia, hospes definitif nya adalah kucing domestik maupun golongan felidae lain (Bowman et al., 2002). Jika kucing memakan tikus yang terinfeksi oleh T. gondii kemudian infeksi dapat ditularkan kembali kepada tikus melalui feces kucing tersebut, bahkan dapat pula ditransmisikan melalui air, dan akan bertahan selama setahun atau lebih. Hospes definitif (kucing) memangsa hospes perantara (tikus) yang terinfeksi, maka akan terbentuk lagi siklus seksual maupun aseksual di dalam tubuh kucing dan akan menghasilkan oosista (Palgunadi, 2005). Kucing akan terkena infeksi ketika menelan sekitar 20 juta oosista dalam periode waktu singkat yaitu 2 minggu, sebelum terbentuk respon imun protektif yang kuat yang akan meminimalisir pecahnya oosista di dalam tubuh hospes. Oosista yang keluar melalui feses dapat mengkontaminasi lingkungan, makanan dan memberikan rute yang efektif untuk infeksi pada manusia dan bahan pangan asal hewan seperti daging (Weiss dan Kim, 2014). Oosista pada feses kucing maupun lingkungan dapat terbawa oleh serangga seperti kecoa, lalat, cacing tanah, bahkan tikus dan didistribusikan ke manusia (Bowman et al., 2002). Masa inkubasi toksoplasmosis tergantung dari cara penularannya. 1 2 Penularan yang berasal melalui makanan (daging yang kurang matang) memiliki masa inkubasi 23 hari, sedangkan bila penularan melalui oosista dari kucing, masa inkubasinya antara 5 sampai 20 hari. Infeksi akut ditandai dengan stadium takizoit yang ditemukan bebas dalam darah dan cairan tubuh. Berangsurangsur pembelahan takizoit berkurang seiring dengan terbentuknya kekebalan dan terbentuk sista yang mengandung bradizoit. Masa itu adalah masa infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten (Webster, 2001). Toksoplasmosis pada manusia dan hewan umumnya tanpa menunjukkan tanda-tanda klinis. Gejala klinis tergantung pada organ yang terserang dan sifat infeksi yang diperoleh secara bawaan atau perolehan (Iskandar, 1999). Toksoplasmosis tidak selalu menyebabkan keadaan patologis pada hospesnya, penderita biasanya tidak menunjukkan tanda dan gejala klinis yang jelas, terutama pada penderita yang mempunyai imunitas tubuh yang baik. T. gondii dapat menyerang semua sel yang berinti sehingga dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes kecuali sel darah merah. Parasit menginvasi tubuh hospes dan mampu memasuki sel hospes atau akan difagositosis. Parasit yang mampu selamat dari proses fagositosis akan memasuki sel, berkembangbiak dan selanjutnya menyebabkan sel hospes menjadi pecah dan parasit akan keluar serta menyerang sel lain disekitarnya (Palgunadi, 2005). Parasit Toxoplasma gondii dapat dilepaskan dari sel hospes yang pecah dan dapat menyebar secara lokal yaitu melalui peredaran darah, saluran limfe, dan menginvasi tipe sel apapun (Nurcahyo et al., 2004). Kekebalan humoral biasanya muncul dalam waktu 1 sampai 2 minggu dan kekebalan seluler baru terbentuk 2 3 sampai 4 minggu kemudian. Kekebalan humoral maupun seluler sangat penting artinya pada infeksi T. gondii (Komariah dan Susanto, 2010). Melihat dari cara persebaran T. gondii tersebut maka kemungkinan besar akan ada pengaruh terhadap gambaran histopatologis dan respon imun yang ditimbulkan akibat infeksi T. gondii pada tikus. Kejadian toksoplasmosis yang terjadi pada tikus dapat ditularkan kepada manusia baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menanggulangi dan memberikan tindakan preventif terhadap dampak negatif yang dapat ditimbulkan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infeksi T. gondii terhadap respon imun seluler yang ditimbulkan pada tikus yang diinfeksi dengan takizoit T. gondii, dengan melihat adanya perubahan jaringan pada gambaran histopatologis organ hati dan paru serta mengetahui jumlah CD4. C. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan mengenai penyakit toksoplasmosis dan mengetahui ketahanan tubuh tikus yang berperan sebagai hospes intermedier terhadap infeksi toksoplasmosis sehingga dapat dilakukan tindakan preventif pada manusia.