wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 PENGUJIAN NILAI SPESIFITAS DAN SENSITIVITAS HASIL PEMERIKSAAN METODE AGLUTINASI TERHADAP ELISA DALAM PEMERIKSAAN ANTIBODI IG G TOXOPLASMA PADA WANITA HAMIL DI PUSKESMAS PEGIRIKAN SURABAYA Oleh : Ayling Sanjaya Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Suranaya Abstrak Berdasar hasil penelitian yang dilakukan pada 100 responden yaitu wanita hamil di PKM Pegirikan Surabaya dengan m,enggunakan Plasmatec Latex Agglutination (LA) maka didapatkan 14% seropositif IgG terhadap Toxoplasma gondii (T.gondii) dan 37% seropositif IgG T.gondii dengan uji ELISA (TOXOLISA). Kemudian dilakukan pengukuran nilai uji diagnostic dalam hal sensitivitas Plasmatec LA terhadap Toxolisa IgG ELISA sebesar 32,4% dan spesifisitas plasmatic LA terhadap Toxolisa IgG ELISA sebesar 96,8%. Sedangkan sensitifitas Toxolisa IgG ELISA sebesar 98,3 % dengan spesifisitas sebesar 99,2 %. Melihat dari hasil yang ada maka dapat dilihat bahwa Toxolisa IgG ELISA memiliki nilai uji diagnostic yang lebih tinggi dari pada plasmatec LA dan dapat dipertimbangkan sebagai sarana skrining maupun diagnostic toksoplasmosis. Kata Kunci : Toxoplasma gondii, wanita hamil , plasmatec LA, Toxolisa IgG ELISA PENDAHULUAN Toxoplasma gondii (T.gondii) merupakan protozoa yang bersifat intraseluler oblogat. Protozoa bersel satu ini termasuk didalam Phylum Apicomplkexa, Familia Sarcocystidae, Genus Toxoplasma. Toxoplasma adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa T gondii yang dapaty menyebabkan morbiditas dan mortalitas baik pada manusia maupun pada binatang. Infeksi oleh T Gondii ini sering bersifat keonis dan asimtomatis dan menyebar diseluruh dunia. (Chai, 1997 ; Singh, 2003) Toxoplasmagondii pertama kali ditemukan pada binatang pengerat yaitu Ctenodactylus gundii di laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di laboratorium di Brazil ( Gandahusada, 1998 ) Toxoplasmosis merupakan suatu penyakit zoonosis yang menjangkiti penduduk hamper seluruh dunia. Hospes difinitifnya adalah kucing. Sifat kosmopolit penyakit ini ditunjukkan dengan ditemukannya penyakit ini diberbagai Negara diseluruh dunia, termasuk Indonesia. (Gandahuada, 1990 ) Prevalensi toksoplasmosis pada manusia pada umumnya dinyatakan atas dasar hasil pemeriksaan serologis. Prevalensi toksoplasmosis pada beberapa Negara di dunia seperti di Amerika Serikat dilaporkan 5-30 % penderita umur 10-19 tahun dan 10-67 % pada kelompok umur diatas 50 tahun. Di Inggris dilaporkan berkisar antara 30 %, bahkan prevalensi toksoplasmosis di Paris mencapai 87 % karena kebiasaan kulinarinya (Rampengan, 1993 ; Jawetz, 1996). Namun prevalensi toksoplasmosis di Jepang yang memiliki kebiasaan makan daging tidak matang berkisar 20% (Thulliez. 2001) Prevalensi toksoplasmosis di Indonesia berdasar hasil suevei serologi pada manusia bervariasi antara 2-63%, sedangkan pada binatang di Indonesia prevalensi toksoplasmosis pada kucing 35-75%, pada babi 11-36%, pada kambing 11-61%, pada anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%. Prevalensi toksoplasmosis pada penduduk Jakarta menunjukkan angka ratarata 70% (Gandahusada, 1998, Teratawa, 2003) Prevalensi toksoplasmosis pada wanita hamil dibeberapa Negara seperti di Perancis berkisar 54,3% (Mc Cabe,1995) dan Brasil 65,8% (Thulliez, 2001) di Indonesia, toksoplasmosis pada wanita hamil di RS Cipto,mangunkusumo Jakarta sebanyak 14,3% (Sayogo,1980), RS Sardjito Yokjakarta sebanyak 20,8% (Pranoto,1984) RSU Saiful Anwar sebanyak wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 18,7% (Sardjono,1988), RSU Dr. Sutomo Surabaya sebanyak 33% seropositif (Dachlan,1999) Penelitian diwilayah Semampir Surabaya terdapat 64% wanita hamil yang seropositif (Basuki 1998). Prevalensi toksoplasmosis congenital dibeberapa Negara di dunia seperti di Belanda terdapat 6,5 dari 1000 kelahiran hidup, Paris terdapat 3 dari 1000 kelahiran hidup dan Vienna terdapat 6-7 dari 1000 kelahiran hidup (Gandahusada, 2000) Prevalensi IgG terhadap T. gondii positif pada wanita yang mengalami kegagalan kahamilan dalam bentuk abortus spontan di RSU Saiful Anwar Malang (RSAA) adalah 53,48% sedangkan dengan igM positif berkisar 6,98% dan wanita yang mengalami abortus spontan tersebut (Sarjono,2001). Pemeriksaan pada kelompok tertentu di RSU Dr. Sutomo Surabaya pada 348 penderita dilakukan oleh Cachlan pada tahun 1997didapat titer positif IgG sebanyak 87 penderita dengan abortus inkompletus dan sebanyal 102 penderita dengan kehamilan yang beriwayat abortus ( Dachlan, 1994) Manusia dapat terinfeksi T gondii melalui makanan dan air yang mengandung kista parasit, trnfusi darah, trnspalansi organ dan transmisi vertical dari ibu ke anak(Feigin, 1998) Penyakit toksoplasmosis ini dapat menimbulkan morbiditas mortalitas yang nyata pada beberapa keadaan tertentu misalnya infeksi congenital dan individu dengan imunopresi seperti penderita kanker, transpalansi organ dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Pada penderita dengan imunosupresi, T gondii dapat menjadi penyebab utama infeksi sistem saraf pusat dan ensefalitis diakibatkan oleh terapi maupun proses penyakitnya. (Soewandojo,2002) Transmisi vertical merupakan penyebab terjadinya toksoplasmosis kongenital. Transmisi penyakit dari ibu ke janin bergantung pula pada usia kehamilan pada saat ibu terinfeksi ( Edwards, 2002 ) . penularan tersebut terjadi karena T.gondii yang berada dalam sistem sirkulasi mampu menembus barier plasenta dan menyebar keseluruh jaringan atau organ janin ( Robert, 2000 ) . Transmisi T.gondii dari ibu pada janin dapat mengakibatkan beberapa efek patalogis misalnya keguguran janin (abortus), bayi lahir mati , bayi lahir dwngan berbagai kondisi patologis dan kecacatan , misalnya klasifikasi intrakranial , hidrosefalus dan retinokroiditis ( Trias klasik ) ( Holiman 1996 ; Smith, 1999 ). Pemeriksaan serologi saat ini merupakan pilihan untuk diagnosis toksoplasmosis karena relatif lebih muda dan cepat dikerjakan serta cukup akurat namun tidak dapat mendeteksi keberadaan parasit secara langsung. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap T. gondii relative masih mahal , namun atas pertimbangan dampak negatif toksoplasmosis terutama toksoplamosis kongenital terhadap kualitas generasi penerus bangsa Indonesia , maka sangatlah bermanfaat bila dapat dilakukan pendataan dan skrining secara serius kejadian toksoplasmosis terutama pada wanita hamil mengingat resiko toksoplasmosis kongenital serta resiko kegagalan kehamilan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya serata perlunya pengembangan metode diagnosis yang cepat, tepat dan haraga terjangkau . mengiat resiko merugikan akibat toksiplasmosis maka sangat diperlukan srana diagnostik yang tepat guna ( sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi ) serta berdaya guna ( praktis dan murah ) Hal ini mendorong p[eneliti untuk mengadakan penelitian mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan antara 2 metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan dengan metode Latex Agglutination (LA) dari Toxoplasmosis Latex ( Plasmatec laboratory product Ltd ) dan metode ELISA (Enzymed Lnked Immunosorbent Assay) dari Kit Toxolisa IgG ( indec Diagnosis ) yang digunakan untuk mendeteksi zat anti bodi IgB terhadap T. gondii Pada wanita hamil. MATERIAL DAN METODE Penelitian dilakukan dipoli hamil puskesmas pegirian Surabaya dari bulan april sampai dengan juni 2006 . subyek penelitaan adalah wanita hamil . sampel darah dikumpulkan dari 100 orang wanita hamil. Dilkukan pencatatan pada riwayat penyakit , riwayat persalinan wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 serta perilaku yang beresiko terkena toksoplasmosis . pengukuran antibody IgB T.gondii dilakukan dengan plasmatec LA dan toxolisa IgB ELISA di tropical Disease Research centre , Fakultas kedokteran Airlangga Surabaya . HASIL Tabel 1 Hasil pemeriksaan antibodi IgB terhadap T.gondii dengan Uji Toxolisa Ig G ELISA pada wanita hamil Di puskesmas pegirian Surabaya ( April-juni 2006 ) Pemeriksaan dengan Toxolisa Ig G ELISA < 32IU/ml (negatif ) < 32IU/ml ( positif ) Total Jumlah ( orang ) 63 37 100 Persentasi (%) 63 37 100 Pemeriksaan ELISA IgG ( Toxolisa IgG ) didapatkan hasil bahwa dari 100 wanita hamil yang diperiksa di poli hamil PKM pegirian Surabaya terdapat sebanyak 37 orang ( 37% ) adalah seropositif dengan dan sebanyak 63 orang ( 63% ) adalah seronegatif ( Tabel 1 ). Tabel 2 Titer hasil pemeriksaan antibodi IgG terhadap T. Gondii dengan uji plasmatec LA Pada wanita hamil di PKM pegirian Surabaya ( April – juni 2006 ) Pemeriksaan titer Ig G (Plasmatec LA) Jumlah ( orang ) Persentase (%) 0 (tidak ada aglutinasi) 1:2 1:4 1:8 1 :16 1 : 32 Total 52 16 12 6 9 5 100 52 16 12 6 9 5 100 Tabel 3 Hasil pemeriksaan antibody IgG terhadap T. gondii dengan uji plasmatiec Latex Agglutination pada wanita hamil di puskesmas pegirian (April–juni 2006) Pemeriksaan antibodi IgG dengan Plasmatec LA < 1 : 16 ( negatif ) < 1 : !6 ( positif ) TOTAL Jumlah ( orang ) 86 14 100 Persentase (%) 86 14 100 Tabel 2 menyajikan hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan plasmatec LA dimana didapatkan sebanyak 52 orang ( 52 % ) tidak didapatkan reaksi aglutinasi sama sekali . kemudian didapatkan titer ½ sebanyak 16 orang ( 16 % ), pada titer ¼ sebanyak 12 orang , pada titer 1/8 sebanyak 6 orang (6%) Pada titer 1/16 sebanyak 9 orang ( 9% ) dan pada titer 1/32 sebanyak 5 orang ( 5% ). Tabel 3 menyajikan ringkasan data hasil pemeriksaan antibody IgG T. gondii dengan plasmatec Toxoplasmosis latex dan didapatkan bahwa dari 100 orang repoden yang mengalami seropositif ( titer >_ 1/16 ) sebanyak 86 orang (86%) Dari hasil-hasil pemeriksaan tersebut diatas dapatlah dibuat suatu crosstabs antara hasil pemeriksaan Plasmatec LA dan Toxolisa IgG ELISA sebagai berikut : New Test Plasmatec Latex Agglutination) + - Total Reference test result (ELISA Toxolisa IgG + Total TP(a)=12 FP(b)=2 A+b=14 FN©=25 A+c=37 TN(d)=61 B+d=63 C+d=86 100 Dari crosstabulation yang ada dapat dihitung nilai spesifitas, sensivitas dan akurasi plasmatec lA terhadap Toxolisa IgG ELISA dengan rumus sebagai berikut : Rumus sensivitas m= a/(a+c) = 12/(12+25)x100%=32,4% Rumus spesifitas = d/(d-b) = 61/61+2)x100%=96,8% Akurasi = (a+d)/(a+b+c+d) (12+61)/(12+2+25+61)x100%=73% Dari penilaian uji plasmatec LA diatas dapat disimpulkan bahwa uji tersebut memiliki spesifitas 32,4%, sensivitas 96,8%, akurasi 73% terhadap tOxolisa IgG ELISA telah diketahui dari test yang telah dilakukan oleh Provider kid bahwa pada Toxilisa IgG ELISA memiliki spesifitas sebesar 99,2%, sensifitas sebesar 98,3% dan akurasi sebesar 98,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai uji sensifitas, spesifitas dan akurali LA Plasmatec lebih kecil dari pada nilai uji ELISA (Toxolisa) wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 DISKUSI Adanya perbedaan hasil pemeriksaan dengan Plasmatec LA yang sero positif lebih sedikit (14 orang) dari pada ELISA (37 orang). Hal ini dapat dijelaskan kemungkinan jumlah sample yang terlalu sedikit, kemudian sample yang diambil adalah pada daerah yang sama yaitu diseputar PKM Pegirikan Surabaya, sehingga dapat berkaitan homogenitas respon imenjenis strein T Gondii yang hamper sama peserta urutan asam amino yang mengkode ham,pir sama dimana pada plasmatec ini tidak terbaca serta antiobodi tidak spesifik dengan antigen pada Plasmatec LA ini. Demikian pula kemungkinan pada sample hanya didapatkan parasitenia yang rendah yang tercermin dari kisaran titer yang tidak tinggi sehingga jumlah antigen beredar hanya sedikit untuk membentuk ikatan antigen antibody dan agrotinasi (lattice formation). Oleh karena sample yang diambil pada daerah yang sama maka sifat yang sama pada semua hasil pemeriksaan dengan polasmatec LA. Namun sesuai dengan pernyataan Grant (1978) bahwa elisa dapat mendeteksi bermacam jenis antigen dalam serum sample karena tidak bergantung pada reaksi agluginasi dan formasi namun reaksi antigen antibody ini dilaber dengan enzim dan ditandai dengan substrat kemudian dilakukan pengukuran secara fotoimetrik atau kuantitatif sehingga dapat difahami bahwa Toxolisa IgG ELISA dapat mendeteksi lebvel lebih banyak pada sample penelitian ini. Yang perlu lebih jauh adalah bahwa dari jumlah sample 100 orang, 14 positif dengan LA dan 37 dengan positif ELISA berarti ada 23 sampel yang mengalami fase negative dari LA. Hal ini membuktikan Grant (1978) bahwa ELISA dapat mengeliminasi hasil negative palsu. Mencermati hasil penelitian spesifitas dan sensivitas dari masing-masing pemeriksaan maka didapatkan bahwa spesifitas plasmatec LA sebesar 96,8% yang tergolong sangat tinggi sedangklan sensivitasnya 96,8% yang sangat rendah. Baldock (1995) : Uji-uji yang memberi hasil kuantitatif seperti titer akan terdapat hubungan terbalik antara sensifitas dan spesivitas G De’Ath (1995) mengemukakan sensifitas adalah proporsi individu sakit didalam suatu populasi yang menunjukkan hasil positif ataau kjemampuan jenis pemeriksa dalam menemukan anggta masyarakat yang menderita penyakit. Prinsip LA : Ikatan antibody antigen memerlukan jumlah dan konsentrasi yang equivalent untuk membentuk lactise formation / klapping (Aglutinasi). Kemungkinan responden low parasitenia sehingga kurang dlam membentuk aglutinasi. Kemungkinan pula dari segi alat dan reagen yang digunakan misalnya kualitas dan kuantitas latex dan daya penempelkannya. Juga dapat dipertimbangkan kemungkinan inkubasi serum sample yang tidak optimum, suhu dan lama penyimpanan yang tidak sesuai, jumlah aktifitas antigen terikatanm dengan antibody yang tidak equivalent, serta keadaan lingkungan seperti Ph, konsentrasi protein yang tidak sesuai. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi hasil test dan kemungkinan dpat menjadi suatu alasan rendahnya hasil sensifitas pada sample ini, dengan pemeriksaan plasmatec LA pada penelitian ini. Spesifikasi LA sangat tinggi 96,8 % kemungkinan responden didaerah yang berisiko tinggi terpapar dalam T. gondii sehingga sebagian besar dari mereka pernah terpapar sehingga masih memiliki memori sel dan terutama karena IgG dapat bertahan bertahun-tahun lamanya sejak terjadi infeksi bila dipandang dari suduk sensifitas dan spesifitas , maka toxolisa IgG ELISA dipandang dapat digunakan untuk skrening dan diaknosis toxoplasmosis namun sebaiknya dilakukan tes ulang sebagai konfirmasi perbedaan hasil test antara ELISA denga LA baik dengan Plasmatc LA maupun dengan nonm Plasmatec LA, oleh karena dapat terjadi banyak kesalahan dalam penelitian ini baik dari sudut sample serum, alat dan reagen, maupun teknis pelaksana. DAFTRA PUSTAKA SK 2000 Cellular and Modelur Immunologi, Philadelphia:WB Saunders Company Hal 48-52 Abbas SK, Lichtman AH 2003, Cellular and Molecular immunology, Saunders Publishing Page 193b. Abbas wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 Abbas SK, Lichtman AH. Pober JS, 1997, Cytokines : Cellular and Molecular Immunology 3 rd Edition Philadelphia: WB Saunders Company. Hal 250-276 Anggaini R, 2002 Uji DOT EIA Tifoid dengan Antigen OMP Salmonella thypoid tipe FAGA local sebagai penunjang diagnosis deman tifoid, Tesis Program S2 Pascasarjana UNAIR Azwar A, 1988. Pengantar Epideminologi Esisi pertama, Jakarta. Binarupa Alksara Hal 50,51,64 Basuki S, Safriah A, Dachlan EG, Dachlan YP, Wirjatmadi b, Uga S, Rai SK, 1996. Prevalence of Toxoplasma antibody among pregnant womwn in Semampir District Surabaya Indonesia. Burges GW, Prinsip Dasar ELISA dan variasi konfigurasinya dalam teknologi ELISA dalam diagnosis dan penelitian. Gajahmada University Press, Hal 50-67 Bottone EJ .1991. Diagnosis of Acute Pulmonary Toxoplasmosis by Visualization of invasive and intracellular tachyzoites in Giemsa stained Smears of bronchoalveolar lavage Fluid. Journal of Microbiology. 29 (11) : 26262627 CDC. 2005. Laboratory Identification of Parasites Of public Health Concern : toxoplasmosis gondii. Dalam www.cdc.gov ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Chai. 1997 . Experimental Infection of Murine Splenic Lymphocytes and Granulocytes with Toxoplasma gondii RH Tachyzoites. Korean j Parasitol. 35 (2) : 79-85 Cornain S .1990. aspek imulogi dan pendekatan imunoterapi peda infeksi Toxoplasma dari kumpulan makalah symposium tiksoplasmosis, editor gandahusaha S dan sutanto I. falkutas kedokteran Universitas Indonesia . hal 19-29 Cunningham .1997. Williams Obstetrics, 20th edotion Stamford – USA : Prentice Hall International Inc . Hal 69-93 , 95-123 , 579-605 Dachlan EG. 1999. Ig M Anti toxoplasma janin dalam cairan ketuban sebagai indicator Toksiplasmosis kongenital serta korelasinya dengan IgM anti Toxoplasma Seromaternal . Naskah disertai Universitas Airlangga Surabaya Dachlan EG.2001. Congenital Toxoplasmosis : Fetal Antibodies Production in Amniotic Fluid . Majalah Kedokteran Tropis Indonesia 12 (1) : 33-40 De Ath G .1995. Sensitifitas dan spesifitas : beberapa pertimbangan dan Epidemiologi dalam tegnologi ELISA dalam diagnosis dan penelitian . Gajah Mada Univercity Press. Hal : 167-174 Denkers EY and Gazzineli RT .1998. Regulation and Function of T-cell Medited Immunity During Toxoplasma Gondii Infection . Clin microbial Rev . 64 (11): 267299 Denny CF , Eckmann L , Reed SL .1999. Chemokine Secretion of humas Cells in Response to Toxoplasma gondii Infiction . Infect Immun . 67 (4) : 15471552 Derouin F , Sarfati C, Beauvais B , Iliou MC , Dehen L , Lariviere M .1989. Laboratory Diagnosis of Pulmonary Toxoplasmosis in Patiens With Acquired Immunodeficiency Sydrome. Journal Clinial Microbiology. 27 (7) : 1661-1663 Dubey JP and Beattie CP .1998. Toksoplasmosis of Animals and Man . Boca Raton : CRC Press. Hal . 239-320 Dubey JP , Lindsay DS , Speer CA .1998. Structures Of toksoplasma gondii Tachyzites, Bradyzoites and Sporozoites and biology and developen of tissue. Clin Microbiol Rev . 11 : 267-299 Dubay JP .1999. Toxoplasma gondii . dalam www.medimicrochapter84.com ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Edwards .2002. Fungal and protozoan Infections . In AA Fanaroff , RJ Martin (eds) Neonatal – perinatal medicine , Diseases of Fetus and infant , 7th ed . St louis : Mosby. Hal 745-755. Feigin RD and Cherry JD .1998. Textbook of pediatric Infectious Disease , 4 th ed . Philadelphia : WB Saunders. Hal . 2921 Frenkel JK .1973. Toxoplasma in Around of Us . Bioscience . 23: 343-352 Frenkel JK .1989. Toxoplasmosis in trpical Medecine and Parasitology. Ed . By Goldsmith R and Heyneman S . California : Appleton & Lange . Hal 332-341 Gandausaha S .1990. Toxoplasmosis Epidemiologi , Patogenesis dan Diagnotik . kumpulan makalah symposium toksoplasmosi Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia Gandausaha S. 1992. Diagnosis dan Penatalaksanaan Toxoplasmosis. Maj. Parasit . Ind. 5 (1) : 7-13 Gandausaha S .1998. Parasitologi Kedokteran , edisi ketiga . Jakarta : balai Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia . Hal . 153161 wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 Gandausaha S .1999. Diagnosis laboratoris Toxoplasma . majalah Kedokteran Indonesia. 49 (6) : 212-218 Gandausaha S .2000. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai penerbit FKUI. Hal. 160 Grant J. 1978. Immunological Methods in Bacterology In Handbook of Experimental Immunology third edition. Blackwell Scientific publication . page . 39.10 and 39.11 Handoyo I .2003. pengantar imunoasai dasar Surabaya : Airlangga University Press. Hayneman D , McKerrow JH .1991. parasitic disease. In : Basic and Clinical Immunologi, 7th edition. Stites DP, Terr AI ( ed ) . USA : Prentice Hall Internatinal. Hal . 675-676 Hennawy M. 2005. Toksoplasmosis During precnancy : Widespread Phobia. Dalam www.geocities.commmhennawy ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Hilla R .1997. The immunology of normal pregnancy Versus That of Recurrent Spontaneous Abortion . James Cook Universty of North Queensland . dalam www.capsid.jcu.au ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Hokama Y , Nakamura R.M .1982. Immunology and Immunopathology a Basic Concept first edition. Boston Company. Page 159, 169, 170 Holdeman N. 1998. Ocular Toxoplasmosis . Dalam www.kfunigraz.ac.at ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Holiman RE. 1996. Toxoplasmosis. Dalam Cook, G(Eds). Manson’s Tropical Diseases 20th . London : ELBS-WB Saunders Hunter CA, Subauste CS, Remington JS .1999a. Production of IFN-y by NK Cells form Toxoplasma gondii Infected SCID Mice : Regulation by IL-10 , IL-12 and TNF-a Infect Immun. 62 : 2818-2824 Hunter CA, Subauste CS , Remington JS. 1994b. The Role of Cytokines in Toxoplasmosis. Biotherapy. 7 (34) : 2347 Jawetz Melnick and Adelberg .1996. Mikribiologi Kedokteran. Alih bahasa Edi Nugroho dan RF Maulany. Jakarta : EGC Jones J , Lopes A , Wilson M . 2003. Congenital Toxoplasmosis. Dalam www.cdc.gov ( tanggal akses 1 september 2005 pukul 10.00 ) Karnen GB. 1991. Imunologi dasar edisi 2 jakarta : falkutas Kedokteran Universitas Indonesia . Hal. 36-43 Kasper LH and Boothroyd JC.1993. Toxoplasma gondii and Toxsoplasma , In : Warren KS Immunology and Molecular Biology of Parasitic Infetions. London : Blackwell Scientific Publication. Hal. 269-301 Kasper LH. 1998. Toxoplasma Infection, in : Fauci AL, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, Hause SL, Longo DL. Harrison’s Principle of Internal Medicine edisi 14. New York : MC Graw-Hill. Hal. 11971202 Lappalainen M & Hedman K. 2004 . Serodiagnosis of Toxoplasmosis : The Impact of Measurement og IgG Avidity. J. Infect Dis ; 40 (1) : 81-88 Levine ND.1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta : UGM Press Lynfield L & Guerina RG.1997. Toksoplasmosis. Pediart Rev. 18 (3) : 75-83 Mazumber P, Chuang HYK , Wentz MW and Wiedbrank DL. 1988. Latex Agglutination tests for Detection of Antibodies’ to Toxoplasma gondii. Journal of Clinikal Microbiologi Vol 26 (11). Page 2444-2446 Mc Cabe RE and Remington JS. 1985. Toxoplasma Gondii in Principles and practice of Infectious dsease, 2nd ed. Canada : John Wiley & Sons Inc. hal. 1540-1548 Mc Cabe RE and Remington JS. 1990. Toxoplasmosis, in : Warren KS and Mahmoud AAF. Tropical and Geographical Medicine edition . New York : Mc Graw – hill Information service company . hal . 309-320 Mc Cabe R, Remington JS.1995. Toksoplasmosis : The Time Has Come. N Engl j med. 31 (8) : 313-315 Mc Kerrow J. 1997. Parasitic desease, IN : Stites DP et al . medical immunology 9th edition. Stamford – USA : Appleton & Lange. Hal. 725-738 Mordue DG , Monroy F , Regina ML , Dinarella CA and Sibley LD .2001. Acute Toxoplasmosis Leasd to Lethal Overproduction of Th 1 Cytokines . journal of Immunology . 167 (43) : 4574-4584 Nee PF and Joiner AK . 2000. Totoxoplasmosis Current Treatment Options in Infectious diseases . journal of Infectious Diseases . 2 (22) : 249-258 Parker S.P , Cibitt W.D . 1993. Modified latex Agglutination Test of antibodies to Toxoplasma gondii in eluates form Guthrie cards . J of Clin . Pathology Ragupathy R. 1997. Th1-type Immunity is Incompatible with successful Pregnancy. Journal of Immunology Today. 18 (10):478-482 Rampengan TH and Laurent IR. 1993. Penyakit Infeksi pada Anak . Jakarta :EGC wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 Rantam F.A. 2003. Metode Immunology . Surabaya : Airlangga university Press. Hal . 79-94 Remington JS and Desmonts G. 1982. Toxoplasmosis in Infectious disease of The Fetus and Newborn Infant. Ed by Remington JS and Klein JO,2nd ed. Philadelphia : WB Saunders. Hal. 167-172 Rengminton JS. 1983. Toxoplasmosis, In : Infectious Disease of the fetus and Newborn Infant , 2nd edition. Philadelphia : WB . Saunders. Hal. 143-244 Rengminton JS .1985. Toxoplasmosis , in : Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant, 3rd edition. Philadelphia : WB . Saunders Company. Hal . 90-123 Rengminton JS. 1995. Infectious Disease of The Fetus and Newborn Infant,4th Edition . Philadelphia : WB Saunders Rengminton JS , Mc Leod R Desmont G. 1995 . Toxoplasmosis , in ; Rengminton JS , Klein Jo , ed . Infectious diseases of the Fetus and Newborn Infant, 4th edition Philadelphia : WB Saunders . Hal . 140-260 Robert LS , Janovi J . 2000. foundations of Parasitilogy. Boston : Mcgraw Hill. Hal . 127132 Roit I. 1980. Essential Immunologi Fourth edition. Blackwell scienfisic Publication. Page 7 Roit I .1998. Immunity to infencion . In Essential immunology sixth ed . London : Blecwell scientific Publication .p. 164-167 Roit I. 2003 . immunology , essential immunology . Jakarta : Widia Gama Medika Ryning FW , Mc Leod R , Maddox JC , Hunt S and Remington JS .1979. Probable Transmision of Toxoplasma gondii by oragan Transplantation . Annual International Medicine. 90 (1) : 47-49 Sarjono TW, Soebaktiningsih, Oemirins. 1998. Pemerisaan pendahuluhan toksoplasmosis dengan metode IHA pada ibu-ibu hamil di RSUD dr. Saiful anwar Malang . Majalah Kedokteran Tropi Indonesia . 1 (1) : 39-47 Sardjono TW . 2005 . pengaruh infeksi toxoplasma terhadap hasil kehamilan melalui interferon gama, caspase -3 dan Apoptosis Sel-Sel plasenta . Naska disertai . UNAIR Surabaya Siegel SE, Lunde MN , Gelderman AH , Halterman RH, Brown JA, Levine AS and Grow RG Jr.1971. Transmission of toxsoplasmosisby leucocte transfusion. Journal blood. 37 (4) : 388-394 Singh S. 2003. mother to child Transmision and diagnosis of toxoplasma gondii infection during pregnancy . Indian Journal of Medical Microbology. 21 (2) : 69-76 Skorin L .2005. Neurological Aspect of Toksoplasmosis. Dalam www.labmed.ucsf.edu ( tanggal akses 1 september 2005 ) Smith JL. 1999. Foodborne Infections During Pregnancy . J Food Protect. 62, 818-829 Soedarto . 1995. Protozoologi Kedokteran , edisi 3. Jakarta : Widya Medika. Hal. 105-106 Soewandojo E .2002. Diagnosis dan penatalakasanan toksoplmosis . Surabaya : Airlangga University Press. Hal .180 Stemmer SM. 2000. Three Months in Review: Current Progess in Early Pregnancy Investigation, Early Pregnancy. Journal of Biology and Medicine. 4(1) : 214-218 Sumarsono H .1990. Beberapa masalah klinis toksoplamosis pada penderita dewasa dan penderita imunodefisiensi. Kumpulan makalah symposium Toksoplasmosis FKUI. Hal . 65-70 Sutanto . 1999. invasi toksoplasma gondii fe dalam sel Hospes serta Diferensiasinya Dari TakiZoit ke Bradizoid . Majalah kedokteran Indonesia . 49 (6) : 208-211 Terazawa A, Muljono R, Susanto L , Margono SS, Konishi E. 2003. High Toxoplasma gondii Antibody Prevalence Among in habitans in Jakarta Indonesia. Journal Infectious Disease japan . 56 ( 43 ) : 107-109 Thuliez P. 2001. Comentary : Efficacy of prenatal treatment for Toxoplasmosis : A Possibility that cannot be ruled out . int . J Epidemiol. 30 (55) : 1315-1316 Tizard I.R .1995. immunology an Introduction Fourth edition. Sanders College Publishing. Page 263 Tjahjokoesoemo B.S. 1989. Prevalensi tiksoplasma gondii pada wanita kontak dan non kontak dengan kucing disurabaya. Tesis Program S2 Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya Turgeon M.L . 1996. immunologi and Serology in laboratory Medcine second adition Mosby Publising . page 123-129 , 153-154 Wallon M. 1999. Congenital Toxoplasmosis : Systemmatic Review of Evidence of Efficacy of treatment in pregnancy. Bilogy Medical Journal. 31 ( 8) : 1511-1514 Wilson M, Ware D.A , Walls K.W. 1987. Evalutaion of commercial Serodiagnostic Kits foer Toxoplasmosis . J. of Clin . Microbiology : 25 (12) . page 2262 wijaya kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007, 23-30 Zainudin M. 1998. Metodologi Penelitian. Surabaya : Airlangga University Press