21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

advertisement
21
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah
dan di Laboratorium Teknologi Pertanian Universitas Lampung, dari bulan
Agustus 2014 sampai dengan April 2015,
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah 85% (425 ml) limbah cair tahu, 0,5 kg
batuan fosfat alam, 75 ml pelarut asam (H2SO4 1 N), benih jagung, tanah, pupuk
urea, pupuk KCl, aquades dan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis
tanah, dan tanaman di labolatorium.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain polibag, alat tulis,
timbangan, granulator, ayakan, oven, meteran, cangkul, gembor, hand sprayer,
shaker, kertas label, botol film, pisau, plastik, oven, pH meter, tungku pengabuan,
gilingan tanaman, hot plate, kalkulator, spectrometer dan alat-alat untuk analisis
tanah dan tanaman di labolatorium.
3.3 Metode Penelitian
Perlakuan disusun secara faktorial 2x4 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 kelompok.
22
Faktor pertama adalah dosis pupuk Fosfatsuper (P), yaitu :
P0 = Kontrol
P1 = 360 kg ha-1 pupuk Fosfatsuper (setara dengan 50% dosis rekomendasi P
(100 kg SP-36 ha‒1)
P2 = 720 kg ha-1 pupuk Fosfatsuper (setara dengan 100% dosis rekomendasi
(200 kg SP-36 ha‒1)
Faktor kedua adalah ukuran butiran pupuk Fosfatsuper (T), yaitu :
T1 = ukuran butiran (1 mm)
T2 = ukuran butiran (2−3 mm)
T3 = ukuran butiran (3−5 mm)
T4 = ukuran butiran (> 5 mm)
Sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga
didapat 24 satuan percobaan dan ditambah dengan 3 kontrol sebagai pembanding.
Pengelompokkan berdasarkan keserentakan analisis di laboratorium. Data yang
diperoleh diuji homogenitas ragamnya dengan uji Bartlett dan aditivitasnya
dengan uji Tukey. Selanjutnya jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik
ragam, dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf 5%. Uji korelasi dilakukan antara variabel utama, dengan
variabel pendukung.
23
3.4
Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Pupuk Fosfatsuper
Limbah cair tahu disiapkan dalam keadaan segar dan pelarut asam sulfat
(H2SO4 1 N). Tepung fosfat (lolos saringan 1 mm) ditimbang 0,5 kg. Kemudian
sebanyak 0,5 kg tepung batuan fosfat, 425 ml limbah cair tahu, dan 75 ml
(H2SO4 1 N) secara bersamaan dan perlahan-lahan dimasukkan ke dalam mixer
selama 5 menit. Setelah itu campuran tersebut dituang ke dalam toples dan di
diamkan selama seminggu, kemudian Fosfatsuper dibuat granul sesuai dengan
perlakuan menggunakan alat granulator yang ada di Laboratorium Teknologi
Pertanian Universitas Lampung. Pupuk Fosfatsuper akan membentuk granul
dengan adanya penambahan air melalui sprayer. Setelah operasi granulasi selesai,
hasilnya diambil dan dikeringkan dengan cara penjemuran langsung oleh sinar
matahari. Pupuk yang sudah kering dianalisis distribusi diameter granul dengan
menggunakan ayakan
(1 mm, 2‒3 mm, 3‒5 mm, dan > 5 mm).
3.5
Percobaan Rumah Kaca
3.5.1 Persiapan Media Tanam
Tanah diambil dari kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung di
Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Tanah digali sampai kedalaman 20 cm,
dibersihkan dari bebatuan dan akar, kemudian dikeringanginkan, diayak, dan
dikompositkan. Selanjutnya tanah ditimbang seberat 5 kg Berat Kering Oven
(BKO) dan dimasukkan dalam polibag.
24
3.5.2 Penanaman
Benih jagung sebanyak 3 buah dibenamkan ke dalam polibag yang sudah tersedia
lalu ditanami benih jagung untuk masing-masing polibag, penanaman dilakukan
dengan cara membenamkan benih ke dalam polybag dengan kedalaman sekitar
3 cm, dan dilakukan pemeliharaan sesuai dengan standar pemeliharaan jagung.
Sebelum penanaman, tanah dianalisis terlebih dahulu sifat kimianya. Pertumbuhan
tanaman yang meliputi tinggi tanaman jagung dan jumlah daun. Pengamatan
dilakukan setiap minggu sampai fase vegetatif akhir yaitu 9 minggu setelah tanam
(MST).
3.5.3 Penyulaman
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Penyulaman ini dilakukan
dengan tujuan untuk menjaga jumlah populasi akibat banyaknya benih yang tidak
tumbuh.
3.5.4 Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk dasar dilakukan 1 MST dengan aplikasi urea dengan dosis
3 gram polibag-1, dan aplikasi KCl dengan dosis 3 gram polibag-1. Selain itu
diberikan pupuk Fosfatsuper dengan ukuran butiran 1 mm, 2−3 mm, 3−5 mm, dan
> 5 mm sehari setelah pemberian pupuk dasar dengan dosis rekomendasi
10,8 g polibag-1 atau setara dengan 720 kg ha‒1 dan 5,4 g polibag-1 atau setara
dengan 360 kg ha‒1 sesuai perlakuan.
25
3.5.5 Pemeliharaan Tanaman Jagung
Pemeliharaan tanaman jagung dilakukan berupa penyiraman dan pengendalian
gulma yang tumbuh. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari
tergantung cuaca, dan pengendalian gulma dilakukan seminggu sekali dengan cara
manual.
3.5.6 Pemanenan dan Pengambilan Sampel Tanaman
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sudah memasuki fase vegetatif akhir
umur 9 MST. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang tanaman
jagung, setelah itu ditimbang. Berangkasan kemudian dioven dengan suhu 70°C
selama 24 jam. Lalu ditimbang untuk menentukan bobot berangkasan kering.
Pengambilan sampel tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
vegetatif akhir. Hal ini dilakukan dengan cara memotong batang tanaman jagung
dari polibag. Pengambilan akar dilakukan dengan cara membongkar tanah yang
ada dalam polibag, kemudian mengambil akarnya secara hati-hati. Selanjutnya
tanaman dibersihkan dari kotoran, ditimbang, dioven, dan ditimbang kembali.
3.5.7 Pengambilan sampel tanah
Sampel tanah diambil setelah dilakukan pemanenan tanaman jagung pada fase
vegetatif akhir. Sampel tanah diambil pada setiap polibag, kemudian
dikeringanginkan dan disimpan untuk dilakukan analisis pH serta P-tersedia.
26
3.6
Analisis Laboratorium
3.6.1 Serapan P tanaman jagung
Untuk mengetahui analisis kadar P yang diserap oleh tanaman digunakan metode
pengabuan kering yaitu dengan cara bagian daun tanaman yang diambil pada fase
vegetatif akhir diabukan pada temperatur 500oC sampai menjadi abu. Penentuan
serapan P tanaman jagung dilakukan dengan cara menimbang 1 gram tanaman
yang sudah diabukan dalam cawan porselin, pengabuan dilakukan selama 6 jam.
Setelah itu cawan yang berisi abu tanaman kemudian ditambah HCl 1 N sebanyak
10 ml. Setelah itu dimasukkan ke dalam hot plate sampai mendidih. Apabila
sudah mendidih kemudian diangkat menggunakan penjepit dan didinginkan
sampai suhu ruangan. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas
saring dan dimasukkan ke dalam botol. Sisa ampas dalam cawan diberi 10 ml
HCl 1 N yang kemudian dimasukkan kembali dalam botol, setelah itu
ditambahkan 50 ml aquades ke dalam cawan tadi. Setelah semua sudah
dimasukkan ke dalam semua botol lalu ditambahkan 30 ml aquades, kemudian
diukur menggunakan alat spektrophotometer.
3.6.2
pH (Metode elektrometrik)
Analisis pH dilakukan dengan cara 2 g tanah ditimbang dan dimasukkan ke dalam
botol film. Kemudian ditambahkan 12,5 ml aquades dan dikocok menggunakan
shaker selama 30 menit. Selanjutnya sampel diukur dengan menggunakan pHmeter (Tipe Horiba F-51) yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan
pH 7.
27
3.6.3
P-tersedia tanah
Metode yang digunakan dalam analisis P-tersedia yaitu metode Bray I. Analisis
P-tanah dilakukan dengan cara ditimbang 2 g sampel tanah < 2 mm kering udara.
Kemudian ditambah pengekstrak Bray sebanyak 20 ml lalu kocok selama 15
menit. Selanjutnya disaring dan bila larutan keruh, maka dikembalikan keatas
saringan semula (proses penyaringan maksimal 5 menit). Membuat deret standar
dengan memipet 0; 0,5; 1; 2; 3; 4 larutan standar 25 ppm. Kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan aquades hinga tanda tera. Larutan
standar dipipet sebanyak 5 ml dan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi.
Larutan kerja ditambahkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml, setelah 30
menit diukur Transmitannya pada panjang gelombang 800 nm.
3.7 Variabel Pengamatan
3.7.1 Variabel Utama
1. Serapan P Tanaman Jagung
2. P-tersedia Tanaman Jagung
3. Tinggi Tanaman Jagung
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi batang dari
permukaan tanah hingga daun paling tinggi.
28
4. Jumlah Daun
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh dan berwarna
hijau. Jumlah daun dihitung mulai umur 4 (MST) setiap minggu hingga saat
keluar malai.
5. Bobot Berangkasan Kering
Dilakukan dengan cara memotong batang tanaman jagung, setelah itu ditimbang
hasil berangkasan tanaman jagung yang telah dipanen, berangkasan kemudian
dioven dengan suhu 70°C selama 24 jam. Lalu ditimbang.
3.8 Variabel Pendukung
3.8.1
pH Tanah
Analisis pH dilakukan dengan cara 2 g tanah ditimbang dan dimasukkan ke dalam
botol film. Kemudian ditambahkan 12,5 ml aquades dan dikocok menggunakan
shaker selama 30 menit. Selanjutnya sampel diukur dengan menggunakan
pH-meter (Tipe Horiba F-51) yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4
dan pH 7.
3.8.2
Bobot Akar Kering
Setelah tanaman jagung dipanen kemudian dipotong bagian akar kemudian
setelah itu bobot akar ditimbang. Selanjutnya akar dioven dengan suhu 70°C
selama 24 jam. Lalu ditimbang untuk menentukan bobot akar kering.
Download