Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA Saiful Umam M.Th.S.R. Retnaningdyastuti Rohastono Ajie Sukati Abstrak: Disiplin merupakan kunci untuk dapat menjadi sukses dan maju. Untuk dapat membangun negara yang mempunyai karakter adalah dengan membudayakan sikap disiplin. SMP Negeri 2 Semarang merupakan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional, sehingga kedisiplinan siswa perlu ditingkatkan guna memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Semarang dengan menggunakan teknik modeling dalam bimbingan klasikal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan bidang bimbingan dan konseling yang bersifat kolaboratif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII-D berjumlah 26. Prosedur penelitian ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian tindakan yakni: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Analisis data dalam penelitian tindakan ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kedisiplinan dari siklus I sebesar 114,6menjadi 125,4 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian kedisiplinan sangat tinggi, siklus I sebesar 53,8% dan siklus II sebesar 100%. Aktivitas peserta didik dari rata-rata sedang menjadi baik sekalidan aktivitas mengikuti upacara bendera semakin meningkat.. Aktivitas guru semakin mampu mengelola proses bimbingan klasikal lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Kata kunci: teknik modeling, bimbingan klasikal, kedisiplinan. manusia yang beriman dan bertakwa PENDAHULUAN nasional kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan berakhlak mulia, sehat, berilmu, kemampuan dan membentuk watak cakap, menjadi warga negara yang serta yang demokratis serta bertanggung jawab rangka (Bab II, Pasal 3, UU RI No. 20 Pendidikan berfungsi peradaban bermartabat dalam mencerdaskan bertujuan bangsa kehidupan untuk bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Disiplin merupakan kunci untuk dapat menjadi sukses dan 37 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 maju. Sikap dan perilaku yang baik sehingga memiliki daya saing di dan penyelenggaraan forum internasional. Pada prinsipnya, seluruh Sekolah Bertaraf Internasional harus benar negara dari beserta Indonesia dalam rakyat mematuhi dan bisa memberikan jaminan mutu melaksanakan hukum dan norma pendidikan dengan standar yang kehidupan bermasyarakat, berbangsa lebih tinggi dari Standar Nasional dan bernegara mempunyai peran Pendidikan (Depdiknas, 2007: 5). untuk Berdasarkan hasil observasi keberhasilan pembangunan. Untuk pada saat masa orientasi siswa dan dapat yang pembelajaran di kelas menunjukkan mempunyai karakter adalah dengan bahwa siswa kelas VII D mempunyai membudayakan sikap disiplin (Tu’u, perilaku disiplin yang kurang baik. 2004: 35), karena nilai-nilai pangkal Perilaku tersebut dapat dilihat dari tolak dari pengembangan karakter banyaknya siswa yang melanggar didasari dan dilandasi oleh nilai-nilai peraturan tata tertib sekolah, bermain kedisiplinan (Supriatna, 2011: 6). handphone/laptop pada saat jam yang sangat penting membangun Perilaku negara disiplin sangat pelajaran berlangsung, berbicara penting ditanamkan kepada siswa sendiri dengan teman saat jam SMP Negeri 2 Semarang yang pelajaran, merupakan Rintisan Sekolah yang berangkat sekolah, potongan rambut Bertaraf Sekolah yang tidak sesuai dengan aturan, Internasional. datang terlambat Bertaraf Internasional merupakan tidak memakai atribut lengkap saat Sekolah yang memenuhi upacara seluruh Standar sudah bendera, dan berbicara dan sendiri saat mengikuti pembelajaran diperkaya dengan mengacu pada dan upacara bendera. Pelanggaran standar pendidikan salah satu negara disiplin dalam proses pembelajaran anggota Organization for Economic dapat Co-operational bahan pelajaran oleh siswa, yang (OECD) Nasional and dan/atau Development negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan mengganggu penguasaan akhirnya dapat berdampak terhadap penurunan prestasinya. tertentu dalam bidang pendidikan 38 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 Upaya untuk meningkatkan kelas VII-D SMP Negeri 2 Semarang kedisiplinan kepada siswa kelas VII- dengan D SMP Negeri 2 Semarang sudah modeling dalam bimbingan klasikal. dilakukan dan Kedisiplinan siswa adalah perilaku konseling dengan berbagai macam yang ditunjukkan oleh siswa dalam cara, mentaati dan menjalankan tata tertib guru seperti bimbingan memberi layanan menggunakan teknik orientasi, dan layanan informasi. sekolah Namun tingkat paksaanmaupun tekanan dari pihak kedisiplinan siswa belum mencapai luar (Shochib, 1998: 16; Tu’u, 2004: standar yang ditentukan dan masih 31; Ekosiswoyo, 2000: 97). Ciri-ciri harus ditingkatkan. Terkait belum siswa optimalnya kedisiplinan kedisiplinan meliputi: melaksanakan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 tata tertib sekolah dengan baik, Semarang, maka peneliti berupaya menaati kebijakan-kebijakan yang untuk menerapkan teknik modeling berlaku di sekolah, dan mampu dalam bimbingan klasikal sebagai mengendalikan diri (Wijaya dan salah Rusyam, 1991: 18-19). demikian, tingkat satu meningkatkan alternatif untuk kedisiplinan siswa tanpa yang adanya menunjukkan Pembinaan kedisiplinan pada sehingga dapat menjadi siswa yang siswa berkarakter dan berwawasan global. rambu berikut: kedisiplinan harus Masalah pokok yang diteliti adalah merupakan petunjuk atau pegangan bagaimanakah bagi tingkah laku siswa, kedisiplinan meningkatkan perlu harus Negeri sangsi negatif, kedisiplinan baiknya Semarang menggunakan dalam teknik bimbingan dengan sangsi rambu- kedisiplinan siswa kelas VII-D SMP 2 disertai dipedomani modeling dikaitkan klasikal? imbalan/penghargaan, khususnya dengan dan Sedangkan tujuan dari penelitian kedisiplinan harus konsisten (Riberu yang hendak dikaji adalah untuk dalam Rusdinal dan Elizar, 2005: mendeskripsikan 135). Ada empat unsur penting bimbingan dan meningkatkan upaya guru konseling dalam kedisiplinan siswa dalam penerapan disiplin yaitu: aturan, hukuman, ganjaran (hadiah), 39 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 dan konsistensi yang masing-masing behavioral yang dijadikan sebagai dijelaskan media untuk belajar secara langsung sebagai berikut: (1) Aturan merupakan elemen penting atau dalam kedisiplinan melalui suatu bantuan bimbingan peserta didik. Aturan merupakan bagi siswa yang berjumlah antara 20- suatu tuntutan terhadap siswa untuk 25 orang melalui kegiatan klasikal berperilaku sesuai dengan batas- yang disajikan secara sistematis, batas yang digariskan. (2) Hukuman bersifat preventif dan memberikan merupakan tidak pemahaman diri dan pemahaman siswa. tentang orang lain yang berorientasi Penerapan hukuman dimaksudkan pada bidang belajar, pribadi, sosial agar dan pembinaan stimulus menyenangkan siswa yang bagi dapat menghentikan tidak langsung karier (simbolis) dengan tujuan perilaku-perilaku yang tidak dapat menyediakan informasi yang akurat diterima oleh kelompok sosialnya. dan dapat membantu siswa untuk (3) Ganjaran (hadiah) merupakan merencanakan stimulus yang diberikan pada siswa keputusan dalam hidupnya serta yang menunjukkan perilaku yang mengembangkan potensinya secara diharapkan dan dicapainya prestasi optimal dan merubah tingkah laku tertentu. yang tidak sesuai (Gunarsa, 2004: (4) Konsistensi diperlukan dalam amat penerapan pengambilan 220; Winkel dan Hastuti, 2006:561). kedisiplinan kepada siswa. Alasan Prosedur yang digunakan dalam pentingnya konsistensi karena teknik konsisten mempunyai nilai konsistensi dapat pendidikan, modeling langsung yaitu untuk mengajarkan tingkah laku yang dikehendaki yang oleh siswa meningkatkan motivasi, konsistensi hendaknya membuat siswa menghargai aturan melalui dan figur otoritas (Rusdinal dan konselor sendiri, guru, atau teman Elizar, 2005: 135). sebaya yang dilaksanakan secara Teknik modeling dalam klasikal. dimiliki atau contoh langsung Modeling dari simbolis, bimbingan klasikal adalah suatu modelnya disajikan melalui material teknik tertulis, rekaman audio atau video, dalam model konseling 40 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 film atau slide yang disajikan secara pelanggaran peraturan. Dari hasil klasikal. penelitian Astutik (2007) dan Yunica Modeling langsung tahap (2010) penggunaan teknik modeling kegiatan, yaitu: (a) menyuruh siswa dalam pembelajaran dapat mengubah memperhatikan perilaku siswa ke arah positif. dilakukan melalui empat apa yang akan Sebagai dipelajari, (b) memilih model yang implementasi serupa dengan siswa dan dengan pendidikan karakter yang terintegrasi orang dalam bimbingan dan konseling, yang dapat mendemonstrasikan tingkah laku guru bimbingan dan konseling (c) dapatmenggunakan teknik modeling mendemontrasikan model, dan (d) dalam bimbingan klasikal yang tepat. menyuruh siswa merangkum apa Hal ini diasumsikan akan dapat yang dilihat setelah demonstrasi. meningkatkan Modeling simbolis dilakukan melalui merubah sikap belajar siswa ke arah langkah-langkah: positif yakni melaksanakan tata tertib yang dipelajari, (a) menentukan kedisiplinan, sifat-sifat dari pengguna model, (b) sekolah tingkah laku tujuan yang menjadi kebijakan-kebijakan yang berlaku di model, (c) menyiapkan media yang sekolah, dan mampu mengendalikan akan digunakan, (d) menyajikan diri. Untuk model, dan (e) mengetes model di perlu didukung lapangan (Cormier dan Cormier bimbingan dari guru bimbingan dan dalam Abimanyu dan Manrihu, 2009: konseling yang tepat dan didukung 50-51). olehi Menurut Thohir dkk keteladanan hasil penelitian (1998) diperlukan untuk pembentukan kesadaran berperilaku disiplin. Hasil penelitian Susilo (2011) menegaskan bahwa untuk kedisiplinan peraturan pengembangan diperlukan dan sanksi adanya terhadap dengan baik, dan menaati penyelenggaraannya dengan kebijakan sekolah strategi yang memberikan jam khusus untuk guru bimbingan dan memberikan konseling dalam bimbingan klasikal kepada siswa. Hipotesis penelitian ini tindakan adalah dalam dengan menerapkan teknik modeling dalam bimbingan klasikal dapat 41 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 meningkatkan kelas kedisiplinan VII-D SMP siswa Negeri Semarang. 2 b. Pelaksanaan Tindakan 1 METODE PENELITIAN Pada Pendekatan yang digunakan tahap ini berupa dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan pelaksanaan tindakan bimbingan dan konseling. bimbingan klasikal melalui teknik Populasi penelitian adalah seluruh modeling, siswa kelas VII-D berjumlah 26 pengumpulan orang. Prosedur penelitian tindakan skala bimbingan dan konseling ini merujuk pengambilan atau data hasil posttest dan lembar observasi. Pembahasan materi pada model Kurt Lewin yang terdiri bimbingan klasikal atas pelaksanaan tindakan I dilaksanakan empat komponen pokok kedisiplinan, pada penelitian bimbingan dan konseling secara langsung dan simbolis. yakni: b. Observasi, Refleksi, dan perencanaan (planning), (acting), pengamatan tindakan Evaluasi I Tahap ini dilakukan untuk (observing), dan refleksi (reflecting). 1. Siklus I mengumpulkan a. Perencanaan Tindakan 1 menganalisanya untuk dapat kesimpulan Masalah yang ditemukan akan dibimbing dengan langkah-langkah melakukan perencanaan tahap diambil penelitian data-data ini. Adapun dan kemudian dari indikator keberhasilan bersumber pada hasil tindakan, yaitu menyusun instrumen posttest penelitian berupa: satuan layanan pemahaman siswa terhadap nilai- bimbingan nilai dan konseling yang kedisiplinan mencerminkan yang telah (SATLAN), media bimbingan dan diberikan melalui bimbingan klasikal konseling dengan teknik modeling simbolis dan untuk pelaksanaan simbolis bimbingan dan pendukung teknik langsung klasikal, modeling langsung diharapkan dapat dalam meningkatkan pemahaman nilai-nilai skala kedisiplinan yang diperoleh masing- kedisiplinan, dan lembar observasi. masing siswa. Hasil pengamatan 42 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 sikap dan perilaku siswa dalam lembar mengikuti bimbingan, keterampilan materi bimbingan klasikal melalui guru dalam mengelola bimbingan, modeling simbolis dan langsung dan hasil pengamatan sikap dan pada tahap pelaksanaan tindakan II. perilaku dalam mentaati tata tertib b. Observasi, Refleksi, dan sekolah. observasi. Pembahasan Evaluasi II Tahap ini dilakukan untuk 2. Pada Siklus II dilakukan mengumpulkan perencanaan tindakan II, pelaksanaan menganalisanya untuk tindakan II, observasi II, refleksi II, dapat kesimpulan dan evaluasi II. penelitian a. Perencanaan Tindakan II keberhasilan bersumber pada hasil Pada siklus Berdasarkan II masalah yang diambil data-data ini. Adapun posttest yang dan kemudian dari indikator mencerminkan timbul dari hasil observasi, refleksi pemahaman siswa terhadap nilai- dan evaluasi tindakan I dilakukan nilai kedisiplinan yang telah diberi langkah-langkah bimbingan klasikal dengan teknik tindakan II, perencanaan yaitu menyusun modeling simbolis, langsung, instrumen penelitian berupa: satuan partisipasi, tersembunyi dan kognitif, layanan bimbingan dan konseling diharapkan (SATLAN), media bimbingan dan pemahaman nilai-nilai kedisiplinan konseling yang untuk pelaksanaan simbolis pendukung teknik dan modeling langsung, skala dapat diperoleh meningkatkan masing-masing siswa. Hasil pengamatan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti kedisiplinan, dan lembar observasi. bimbingan, keterampilan guru dalam b. Pelaksanaan Tindakan II mengelola bimbingan, Pada tindakan tahap II ini berupa dilakukan pelaksanaan bimbingan klasikal melalui teknik pengamatan sikap dan dan hasil perilaku dalam mentaati tata tertib sekolah. 3. Analisis Data modeling simbolis dan langsung, Analisis data dalam penelitian pengambilan atau pengumpulan data tindakan bimbingan dan konseling hasil posttest skala kedisiplinan, dan ini menggunakan analisis kuantitatif 43 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 dan kualitatif. Hasil perhitungan dari penelitian ini adalah sebagai dikonsultasikan dengan tabel kriteria berikut: 85% siswa kelas VII-D SMP deskriptif yang Negeri 2 Semarang memiliki tingkat dikelompokkan dalam lima kategori, kedisiplinan sangat tinggi, terjadi yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, perubahan sikap dan perilaku siswa rendah, dan sangat rendah. Hasil dalam mengikuti bimbingan klasikal observasi dianalisis menggunakan dengan menggunakan teknik modeling yang persentase, deskriptif kualitatif yang ditandai teknik dengan digambarkan dengan kata-kata atau aktivitas peserta didik minimal baik, kalimat, dipisah-pisahkan menurut dan guru bimbingan dan konseling kategori terampil untuk memperoleh kesimpulan. mengelola proses bimbingan klasikal melalui teknik Adapun indikator keberhasilan modeling. HASIL PENELITIAN diperoleh data perolehan skor 1. Siklus I tertinggi 128, perolehan skor a. Paparan Hasil Skala Kedisiplinan Siswa terendah 99, dan rata-rata perolehan skor adalah 114,6. selengkapnya Berdasarkan hasil analisis data dapat dibaca pada tabel distribusi penelitian siklus I mengenai hasil frekuensi bergolong sesuai dengan skala kedisiplinan melalui teknik kategori kedisiplinan siswa sebagai modeling dalam bimbingan klasikal berikut: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Bergolong Skala Kedisiplinan Siklus I Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori 114,6-136 14 53,8% Sangat Tinggi 95,6-114,5 12 46,2% Tinggi 74,6-95,5 Sedang 54,6-74,5 Rendah 34,6-54,5 Sangat Rendah Jumlah 26 100% 44 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil skala bersemangat jika dengan kondisi awal sebelum teknik kedisiplinan siswa melalui teknik modeling modeling dalam bimbingan klasikal, bimbingan klasikal. digunakan dalam Kemajuan juga terlihat dalam 53,8% siswa berada pada kategori 53,8% sangat tinggi, dan 46,2% hal tinggi. mengemukakan Adapun rata-rata hasil skala dibandingkan keberanian mulai siswa ketika pendapat. berani Siswa mengemukakan kedisiplinan siswa siklus I melalui pendapatnya, hal ini terlihat dari teknik modeling dalam bimbingan keaktifan siswa bertanya tentang klasikal dan materi yang disampaikan melalui kedisiplinan yang sangat tinggi baru bimbingan dengan teknik modeling mencapai 53,8%. Potret kedisiplinan simbolis, dan langsung. Siswa juga siswa belum mencapai tujuan yang tidak diharapkan pertanyaan, sebesar konseling guru yang 114,6 bimbingan tertuang dan dalam malu berusaha lagi setiap menjawab siswa menjawab selalu pertanyaan indikator kinerja > 85% dari jumlah dengan benar tanpa malu-malu lagi. siswa Keberanian dalam kelas yang telah siswa juga semakin memiliki kedisiplinan sangat tinggi, terlihat ketika harus tampil di depan sehingga perlu dilaksanakan siklus kelas, mereka berani tampil untuk II. menjadi model bagi teman-temannya b. Observasi Proses Bimbingan secara menceritakan Klasikal Hasil observassi pada siklus I bergantian untuk kelebihan-kelebihan yang dimilikinya di depan kelas. diperoleh gambaran tentang sikap Dari sudut guru bimbingan dan dan perilaku perihal kesungguhan konseling kemampuan melaksanakan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat bimbingan pada bimbingan walaupun belum peningkatan maksimal. signifikan. Sedangkan semangat klasikal mulai walaupun Guru sudah ada belum mulai siswa dalam mengikuti bimbingan mengelola ruang, fasilitas, strategi, mulai interaksi dengan siswa, dan evaluasi meningkat. Siswa lebih 45 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 untuk bendera mulai meningkat. Siswa pengelolaan waktu masih belum lebih menghayati upacara bendera dapat terlaksana efektif, dan tenang, masing-masing siswa karena guru terbiasa bisa dengan baik. Namun dengan belum menggunakan model bimbingan menahan diri untuk berbicara sendiri saat tidak mengikuti klasikal dengan teknik modeling. upacara bendera. Kemajuan juga Kesan dalam terlihat dalam hal pemakaian atribut melaksanakan bimbingan klasikal sekolah pada saat mengikuti upacara masih sedikit kaku, kurang luwes bendera, dan belum terlalu peka terhadap pengamatan peneliti kondisi siswa. siswa yang tidak memakai atribut b. Observasi Kehadiran dan seragam lengkap. umum guru dimana tercatat dalam hanya dua 2. Siklus II Upacara Bendera Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap a. Paparan Hasil Skala Kedisiplinan Siswa masuk Berdasarkan hasil analisis data upacara penelitian siklus II mengenai hasil bendera. Kehadiran siswa mulai skala kedisiplinan melalui teknik meningkat dimana yang dulunya modeling dalam bimbingan klasikal dalam satu bulan ada lima siswa diperoleh data perolehan skor yang tertinggi 136, perolehan skor dan perilaku sekolah dan kehadiran mengikuti terlambat masuk sekolah, bimbingan terendah 115, dan rata-rata perolehan klasikal dengan teknik modeling skor adalah 125,4. Selengkapnya tercatat dalam daftar hadir dan dapat dibaca pada tabel distribusi pengamatan peneliti yang terlambat frekuensi bergolong sesuai dengan hanya tinggal dua siswa yang datang kategori kedisiplinan siswa sebagai terlambat. Sedangkan kehikmatan berikut: setelah siswa mendapatkan dalam mengikuti upacara 46 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Bergolong Skala Kedisiplinan Siklus II Kelas Interval 114,6-136 95,6-114,5 74,6-95,5 54,6-74,5 34,6-54,5 Jumlah Frekuensi 26 26 Persentase (%) 100% 100% Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil skala kedisiplinan siswa melalui teknik Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah b. Observasi Proses Bimbingan Klasikal Hasil observasi siklus peningkatan II modeling dalam bimbingan klasikal, menunjukkan 100% siswa berada pada kategori cukup sangat tinggi. siswa dalam mengikuti bimbingan signifikan. yang Kesungguhan Adapun rata-rata hasil analisis klasikal lebih meningkat. Perhatian skala kedisiplinan siswa siklus II siswa secara penuh tertuju pada melalui dalam materi bimbingan. Semangat siswa bimbingan klasikal sebesar 125,4 dan lebih meningkat, semua mengikuti kedisiplinan sangat tinggi sudah bimbingan dengan penuh semangat, mencapai 100%. Potret kedisiplinan tidak ada yang malas atau kurang siswa telah mencapai tujuan yang bersemangat diharapkan bimbingan klasikal. konseling teknik guru yang modeling bimbingan tertuang dan dalam dalam mengikuti Keberanian siswa indikator kinerja > 85% dari jumlah mengemukakan pendapat siswa telah memiliki kedisiplinan semakin meningkat. Siswa sudah sangat tinggi, sehingga penelitian berani dinyatakan berhasil, maka tidak perlu mengomentari suatu hal atau pun dilaksanakan siklus berikutnya. mengungkapkan mengungkapkan juga pendapat, ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberaniannya menjawab pertanyaan. Peningkatan 47 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 juga terlihat pada kemampuan siswa memahami untuk tampil di kelas. Masing- Perilaku disiplin siswa meningkat masing siswa dan kualitas guru bimbingan dan dengan sebaik-baiknya. berusaha tampil materi bimbingan. konseling dalam proses bimbingan dapat berlangsung bimbingan meningkat. dengan antara guru bimbingan dan konseling lancar, Sehingga aktif, kreatif, yang cukup dinamis, harmonis, signifikan juga terjadi pada guru menyenangkan. bimbingan dan konseling sebagai c. Observasi fasilitator Kualitas pelayanan guru konseling bimbingan. bimbingan dalam Sehingga dan siswa terjalin hubungan yang bermakna, dan menyenangkan. Perubahan melaksanakan dan melaksanakan dan Kehadiran dan Mengikuti Upacara Bendera Hasil observasi pada siklus II menunjukkan peningkatan yang meningkat signifikan. Kehadiran siswa pada sebelumnya. siklus II mencapai 100%, dalam Guru bimbingan dan konseling lebih catatan pengamatan peneliti tidak tenang, dapat menciptakan suasana ada siswa yang terlambat. Sedangkan pembelajaran yang efektif, terkesan kehikmatan siswa dalam mengikuti luwes, dan dapat menguasai kelas, upacara bendera semakin baik. Siswa mengelola menggunakan semakin menghayati dan tenang, model pembelajaran, dan strategi masing-masing siswa bisa menahan dengan tepat. diri untuk tidak berbicara sendiri saat bimbingan lebih dibandingkan siklus ruang, Hal yang lebih mengikuti upacara bendera. menggembirakan lagi guru terkesan Kemajuan juga terlihat dalam hal lebih bergairah pemakaian atribut sekolah pada saat bimbingan mengikuti upacara bendera, dimana kreatif, lebih menyelenggarakan klasikal, membawa suasana kelas semua menjadi menjadi hidup. Dengan lengkap pada saat mengikuti upacara suasana bendera. ternyata kelas siswa yang lebih demikian siswa memakai atribut mudah 48 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 siswa. Perilaku disiplin siswa dapat PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan kedisiplinan terlihat dari ketertiban mengikuti upacara bendera, kemampuan siswa mengendalikan diri baik pada saat dalam mengikuti bimbingan bimbingan klasikal. Hal tersebut maupun pembelajaran, diindikasikan dari perolehan rata-rata meningkatnya siklus I (114,5) dan siklus II (125,4). kehadiran siswamasuk sekolah yakni Sedangkan pencapaian ketuntasan dengan tidak adanya siswa yang belajar individu pada siklus I sebesar datang 53,8% dan siklus II sebesar 100% mendapatkan sehingga melalui teknik modeling. melalui teknik modeling indikator keberhasilan Penggunaan teknik modeling dalam bimbingan klasikal yang terlambat (2009) setelah bimbingan bahwa klasikal tujuan teknik modeling dalam bimbingan klasikal adalah modeling menirukan menggunakan waktu pendapat Abimanyu dan Manrihu digunakan peneliti meliputi teknik langsung dan Hal tersebut sejalan dengan penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini selesai pada siklus II. ketepatan klasikal siswa dapat tingkah belajar laku yang model yang nyata dan modeling dilihatnya sesuai dengan lingkungan simbolis melalui yang seharusnya melalui kegiatan material video dan film. Terjadinya klasikal. Selain itu tujuan modeling hipotesis tindakan dalam penelitian adalah untuk mengajarkan siswa ini membuktikan bahwa penerapan tingkah teknik modeling dalam bimbingan mempengaruhi sikap dan nilai-nilai klasikal dan yang disajikan dapat meningkatkan laku mengajarkan yang sesuai, keterampilan- Disamping keterampilan sosial melalui simbol terdapat perubahan pemahaman dan atau gambar dari benda aslinya yang pola siswa disajikan secara klasikal. Dengan penerapan demikian hasil penelitian tindakan juga mampu bimbingan dan konseling ini dapat perilaku disiplin dijadikan rujukan oleh peneliti lain kedisiplinan pikir terhadap model siswa. lebih positif kedisiplinan, tersebut meningkatkan 49 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 yang hendak menelaah dan menindak kritisi sebagai fenomena dalam hal inovasi pelayanan bimbingan dan konseling. aktual bidang pendidikan khususnya mengikuti pembelajaran dan upacara SIMPULAN bendera semakin yang telah dilaksanakan, maka dapat sehingga tingkat ditarik siswamengikuti Berdasarkan hasil penelitian simpulan bahwa melalui teknik modeling dalam bimbingan meningkat, keterlambatan pembelajaran menjadi sangat rendah. klasikal terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VII-D SMP Negeri 2 Semarang. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dan adanya peningkatan rata-rata kedisiplinan dari siklus I sebesar 114,6 dan 125,4 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian kedisiplinan sangat tinggi, siklus I sebesar 53,8% dan siswa dalam mengikuti proses bimbingan klasikal juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Aktivitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses bimbingan klasikal lebih aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan. perilaku disiplin efektif, Demikian siswa Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa, hendaknya dapat terus menjaga dan meningkatkan nilainilai pangkal tolak pengembangan karakter khususnya dan juga dalam nilai-nilai kedisiplinan sekolah. 2. Bagi guru konseling, siklus II sebesar 100%. Aktivitas SARAN bimbingan hendaknya dan lebih memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional, mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pelayanan bimbingan dan konseling secara variatif sebagai upaya untuk meningkatkan nilai-nilai pangkal tolak pengembangan karakter khususnya nilai-nilai kedisiplinan. 50 2014 Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN 2406-8691 3. Bagi Kepala Pengawas Sekolah Sekolah, dan hendaknya siswa dengan penelitian dalam bidang khasanah lebih mengintensifkan perannya keilmuan sebagai konseling. supervisor bimbingan memiliki dan guru konseling motivasi menerapkan bimbingan agar dalam model-model yang melakukan 5. Bagi bimbingan pemerintah, dan hendaknya menjadikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebagai bermakna. landasan dalam pemberian kurikulum pendidikan mengikuti yang terintegratif dengan layanan penataran, bintek, workshop, dan bimbingan dan konseling, untuk sejenisnya mewujudkan layanan pendidikan Selebihnya, kesempatan untuk kepada guru bimbingan dan konseling perlu sekolah mendapat perhatian. berkualitas 4. Bagi peneliti, hendaknya dapat berkesinambungan dengan memberikan kontribusi modeling rangka pengembangan karakter Daftar Pustaka Abimanyu, Soli & Manrihu, Thayeb. 2009. Tehnik dan Laboratorium KonselingII. Makassar: Badan Penerbit UNM. Astutik, Endang. 2007. Efektivitas Teknik Modeling Simbolis dalam Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 01 Gunungpati. Tesis. Universitas Negeri Semarang (5 Desember 2011). sekolah bermutu dalam dan rangka mengembangkan karakter siswa secara dalam yang menyusun menggunakan dalam teknik bimbingan klasikal. Depdiknas. 2007. Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BPP Depdiknas Ekosiswoyo, Rasdi dan Rachman, Maman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang: IKIP Semarang Press. Gunarsa, D. Singgih. 2004. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. 51 2014 ISSN 2406-8691 Rusdinal dan Elizar. 2005. Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Supardi, Suharsimi A, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Supriatna, Mamat. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Suatu Analisis Implementatif. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Bandung dan Dikti Kemendiknas. Susilo, Ari Priyo. 2011. Kedisiplinan Mahasiswa dalam Berlalulintas di Kampus (Penelitian Deskriptif pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang). Tesis. Universitas Negeri Semarang (5 Desember 2011). Volume 1 Nomor 1, Oktober Thohir dkk. 1998. Penelitian tentang Tingkat Kedisiplinan Anak di Pemukiman Kumuh Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro (5 Desember 2011). Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Jakarta: Sinar Grafindo. Wijaya, Cece dan Tabrani Rusyam. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S. dan Sri Hastuti, M.M. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. Yunica, Anggraeni. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi melalui Teknik Modeling dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Ulujami Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta (5 Desember 2011). 52 2014