10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori umum 2.1.1 Public Relations

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori umum
2.1.1 Public Relations
2.1.1.1 Definisi public relations
Batasan pengertian public relations, menurut para ahli sampai
saat ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, ini disebabkan
karena pertama, banyaknya definisi public relations yang telah
dirumuskan oleh baik para pakar atau ahli, maupun profesional
public relations yang satu sama lain saling berbeda pendapat tentang
public relations. Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian
tentang public relations diakibatkan karena adanya latar belakang
yang berbeda, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan
akademisi akan lain dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan
praktisi public relations. Ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik
secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan public relations itu
bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika
masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman. Mungkin tidak ada
bidang ilmu lain yang sulit didefinisikan seperti public relations.
Semua orang percaya bahwa definisi dari public relations bisa saja
berbeda-beda arti bagi masing-masing pihak. Ada yang melihatnya
dari segi komunikasi, publikasi, manajemen, pemasaran atau
periklanan, begitu kompleksnya. (Rosady, 2010:15)
10
11
Sebagai acuan, salah satu definisi public relations yang
diambil dari The British Institute of Public Relations dalam Rosady
adalah “public relations activity is management of communications
between an organization and its publics”. (Rosady, 2010:6)
Lebih lanjut Cutlip, Center and Broom dalam sebuah bukunya
yang berjudul “Effective Public Relations” mendefinisikan public
relations sebagai berikut :
“Public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut”. (Scott M., ET AL, 2007:6)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan public relations
adalah kegiatan yang menghubungkan organisasi dengan publiknya
demi tercapainya tujuan organisasi.
2.1.1.2 Tujuan Public Relations
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau
diraih. Tujuan juga dapat juga disebut objective. Tujuan merupakan
sesuatu yang mengarahkan kegiatan public relations, sehingga tidak
melenceng atau salah sasaran. Karena public relations adalah fungsi
manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada
dasarnya tujuan public relations adalah tujuan komunikasi.
12
Tujuan tersebut diimplementasikan ke dalam programprogram public relations. Dalam realita praktik public relations di
perusahaan, tujuan public relations antara lain :
1. Menciptakan pemahaman publik
Tujuan kegiatan public relations pertama kali ialah
berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan
publiknya. Melalui kegiatan komunikasi diharapkan terjadi
kondisi kecukupan informasi (well-informed) antara perusahaan
dengan publiknya.
Kecukupan informasi merupakan dasar untuk mencegah
kesalahan persepsi. Kesalahan akibat persepsi atau kekurangan
informasi merupakan kesalahan mendasar dalam kegiatan
komunikasi.
Ketercukupan informasi akan terwujud bila public
relations menyediakan saluran komunikasi yang terbuka (open
communication) dan memungkinkan terjadinya komunikasi dua
arah yang timbal balik (two way reciprocal).
2. Membangun citra korporat
Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak
publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang
perusahaan yang menyangkut pelayanannya, kualitas produk,
budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individuindividu
dalam
perusahaan
dan
lainnya.
Persepsi
akan
13
mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung, netral atau
memusuhi.
3. Membangun opini publik yang favorable
Sikap publik terhadap perusahaan bila diekspresikan
disebut opini publik. Jadi opini publik merupakan ekspresi publik
mengenai persepsi dan sikapnya terhadap perusahaan. Ada 3 jenis
opini publik, yaitu opini positif (mendukung atau favorable),
negatif (menentang) dan netral. Dalam kaitannya dengan hal ini,
public relations dituntut memelihara komunikasi persuasif yang
ditujukan untuk :
a. Menjaga opini yang mendukung (mantain favorable opinion)
b. Menciptakan opini yang masih tersembunyi atau yang belum
diekspresikan (create opinion where none exist or where it is
latent)
c. Menetralkan opini yang negatif (neutralize hostile opinion)
4. Membentuk goodwill dan kerja sama
Goodwill dan kerjasama dapat terwujud karena ada inisiatif
yang dilakukan berulang-ulang oleh public relations perusahaan
untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan kepada
publiknya. Public relations adalah upaya-upaya perusahaan untuk
menciptakan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat.
(Kriyantono, 2008:5-21)
14
2.1.1.3 Proses Public Relations
Proses public relations sangat tergantung dari input informasi,
karena bidang public relations adalah suatu studi yang menyangkut
sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis,
serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok
manusia secara efektif. Proses public relations selalu dimulai dan
diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat
langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations
sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:
1. Definisikan Permasalahan
Langkah
pertama
ini
mencakup
penyelidikan
dan
memantau pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku pihak-pihak
yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan
organisasi. Pada dasarnya inilah fungsi inteligen organisasi.
Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses
pemecahan masalah dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi
saat ini?”
2. Perencanaan dan Program
Informasi yang dikumpulkan pada langkah pertama
digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik,
strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik dan sasaran.
Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah
pertama dalam membuat kebijakan dan program organisasi.
Langkah kedua ini akan menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa
15
kita tahu tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa
yang harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?”
3. Aksi dan Komunikasi
Langkah ketiga adalah mengimplementasi program aksi
dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik
untuk masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan
program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus
melakukan dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan
bagaimana caranya?”
4. Evaluasi Program
Langkah terakhir dari proses ini adalah melakukan
penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program.
Penyesuaian
akan
dilakukan
sembari
program
diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan
balik tentang bagaimana program itu berhasil atau tidak.
Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab
pertanyaan “Bagaimana keadaan kita sekarang atau seberapa
baik langkah yang telah kita lakukan?” (2007:320)
Keempat langkah diatas merupakan tahap-tahap yang
penting, sehingga dalam menjalankan keempat tahapan itu harus
lengkap, tidak boleh ada yang terlewat.
16
2.2 Teori khusus
2.2.1 Strategi Public Relations
2.2.1.1 Pengertian Strategi public relations
Menurut Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti, Strategi
merupakan
tindakan
yang
bersifat
incremental
(senantiasa
meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa
depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai
dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai “dari apa yang terjadi”.
(Rangkuti, 2006:4)
Mengacu kepada pola strategi public relations, menurut
Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan manajemen
jayakarta, batasan pengertian tentang strategi public relations adalah :
“Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai
tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations
(public relations plan)”. (Rosady, 2010:134)
Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, public relations
bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu “citra yang
menguntungkan” (favorable image) bagi organisasi atau perusahaan,
atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholdersnya sasaran
yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal. Untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi kegiatan public relations
semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para
stakeholder, akar sikap dan tindakan mereka. Konsekuensinya jika
17
strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap tindak
dan persepsi yang yang menguntungkan dari stakeholder sebagai
khalayak sasaran. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra
yang menguntungkan.
2.2.2 Media Relations
2.2.2.1 Pengertian Media Relations
Media relations dan kerja publisitas yang canggih menjadi tulang
punggung bagi praktik public relations. Dalam banyak hal,
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan
media, tetap menjadi ciri khas praktik public relations. Seperti yang
dikatakan oleh Sinaga dan Wu yang dikutip oleh Augustine Pang
dalam jurnalnya yang berjudul “Mediating the media: a journalistcentric media relations model” :
“In media relations, practitioners seek favorable publicity for the
organization’s products and services often through information
subsidy to “enhance the reputation of anorganization” (2009:192)
Menurut Frank Jefkins dalam Diah Wardhani, media relations
adalah usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang
maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka
menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari
organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. (Wardhani, 2008:9)
Sementara itu menurut Sam Black dan Melvin L. Sharpe
menjelaskan media relations lebih kepada hubungan antara
18
organisasi dengan media. Definisinya adalah hubungan antara suatu
organisasi dengan pers, radio dan televisi secara dua arah. (Wardhani,
2008:9)
Tampak bahwa pengertian Media Relations berdasarkan pada
relasi antara individu atau organisasi/perusahaan dengan media.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian media relations adalah relasi
yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau
publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya
tujuan-tujuan
individu
maupun
organisasi/perusahaan.
Media
memberikan metode yang relatif ekonomis dan efektif untuk
berkomunikasi dengan publik luas dan menyebar. Dalam hal ini,
media berfungsi menjadi penjaga gerbang atau penyaring tempat
praktisi public relations menjangkau publik umum dan kelompok
lainnya yang dukungannya dibutuhkan.
2.2.2.2 Tujuan Media Relations
Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan media relations
selalu dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran, misalnya kesadaran merek (brandawareness) pada publik
2. Mengubah sikap, misalnya mengubah sikap dari anti menjadi
netral menjadi mendukung terhadap tindakan yang dilakukan
organisasi.
19
3. Mendorong tindakan, misalnya mendorong untuk mendukung
kebijakan proses produksi yang ramah lingkungan yang dilakukan
organisasi.
Tujuan – tujuan tersebut dicapai dengan menggunakan media
massa mengingat untuk melakukan ketiga hal tersebut diatas.
(Iriantara, 2008:90-91)
2.2.2.3 Kegiatan Media Relations
Kegiatan yang dilakukan seorang praktisi public relations
sebagai media relations adalah:
1. Publisitas
Publisitas merupakan istilah yang populer bukan saja
dalam kegiatan public relations, tapi juga dalam kehidupan seharihari. Menurut Lesly definisi publisitas adalah “penyebaran pesan
yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan lewat
media tertentu untuk kepentingan tertentu dari organisasi dan
perorangan tanpa pembayaran tertentu pada media”. (Iriantara,
2008:190)
2. Menulis siaran pers
Kegiatan lain yang sering dilakukan dalam media relations
adalah membuat siaran pers. Bahkan sering dikesankan menulis
siaran pers itu merupakan bentuk utama kegiatan media relations.
Tujuan dibuatnya siaran pers tidak terlepas dari tujuan public
20
relations secara umum dan organisasi secara keseluruhan. Namun
secara khusus, siaran pers juga bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada publik yang tersebar secara geografis, sehingga
menggunakan media massa membawa dampak positif lain. Siaran
pers biasanya terbagi menjadi dua kategori, yakni:
a. Laporan peristiwa/kegiatan, yang menyampaikan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi pada organisasi yang perlu diketahui
publik.
1). Peristiwa/kegiatan terencana. Dalam kehidupan organisasi,
selalu ada kegiatan yang terencana yang perlu diketahui
publik organisasi itu.
2). Peristiwa tak terduga. Selain melaksanakan kegiatan
terencana, satu organisasi bisa saja mengalami musibah
atau krisis yang tentu saja kedatangannya tak terduga.
Namun organisasi tetap harus memberikan penjelasan pada
publik.
b. Pengumuman, yang pada dasarnya memberikan penjelasan
tentang apa yang dilakukan atau akan dilakukan organisasi
yang perlu diketahui oleh publik.
1.) Informasi untuk media. Pada dasarnya informasi ini
diberikan untuk media massa untuk memberitahukan
adanya narasumber
yang bisa diwawancarai untuk
misalnya memberi tanggapan atas suatu peristiwa penting.
21
2.) Associate baru. Satu saat organisasi bisa saja memiliki
associate baru. Organisasi tersebut bisa menuliskan latar
belakang pendidikan dan latar belakang profesional
associate baru itu.
3.) Kenaikan gaji. Sesungguhnya informasi kenaikan gaji
tentunya lebih ditujukan pada publik internal organisasi,
seperti karyawan. Namun kenaikan gaji pun bisa
dipublikasikan untuk memperlihatkan komitmen organisasi
terhadap kesejahteraan karyawannya.
4.) Mitra baru. Ini jelas sangta penting untuk diketahui publik,
apabila organisasinya adalah perusahaan terbuka yang
tercatat dibursa saham.
5.) Kantor baru. Ini memang merupakan peristiwa yang tidak
luar biasa. Nilai beritanya pun rendah. Namun dengan
kreativitas menyelenggarakan kegiatan dalam peresmian
kantor baru, seperti mengumumkan program sosial sebagai
tanda peresmian kantor baru tetap akan menjadi perhatian
publik dan memiliki nilai berita.
6.) Kemenangan di pengadilan. Perselisihan yang diselesaikan
di pengadilan memang bernilai berita karena di dalamnya
ada unsur konflik. Proses kemenangan organisasi dalam
suatu perkara yang disidangkan di pengadilan tentu akan
sangat
menarik
perhatian
publik.
Apalagi
bila
organisasinya adalah organisasi yang menjadi sorotan
22
publik misalnya karena kebesaran namanya atau karena
usaha yang dilakukannya menghasilkan produk yang
tergolong strategis.
7.) Jadi pembicara. Ini sebenarnya akan terkait dengan prestise
organisasi. Karena itu, bila pimpinan atau tokoh salam satu
organisasi menjadi pembicara dalam kegiatan seperti
seminar, konferensi atau dialog bisnis tentu mesti
disebarluaskan pada publik. Ini akan terkait dengan
reputasi pribadi pimpinan atau tokoh yang jadi pembicara
itu dan juga organisasi tempatnya bekerja. Kemungkinan
siaran pers seperti ini tak dimuat media untuk meliput
kegiatan yang melibatkan tokoh atau pimpinan organisasi
kita.
c. Menjadi sumber informasi media massa
Bila
siaran
pers
dikirimkan
lantaran
satu
organisasi
membutuhkan bantuan media massa untuk mempublikasikan
informasi dari organisasi itu, maka pada kesempatan lain ada
kemungkinan sebaliknya, media massalah yang membutuhkan
organisasi untuk menjadi sumber beritanya. Pihak medialah
yang aktif menghubungi organisasi untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan.
d. Mempersiapkan konferensi pers
Menjelang akhir tahun biasanya banyak organisasi bisnis
menyelenggarakan
konferensi
pers
untuk
memberikan
23
penjelasan kinerja organisasi sepanjang tahun tersebut. Abaisa
juga konferensi pers itu diselenggarakan menjelang dan
sesudah melaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Pada dasarnya, melalui konferensi pers kita menyampaikan
informasi secara lisan dan tertulis pada para wartawan melalui
kegiatan yang diorganisasikan oleh organisasi kita sendiri.
(Iriantara, 2008:190-213)
2.2.2.4 Prinsip – prinsip hubungan media yang baik
Berikut
adalah
beberapa
prinsip
umum
yang
perlu
diperhatikan oleh setiap praktisi public relations dalam rangka
menciptakan dan membina hubungan pers yang baik :
1. Memahami dan melayani media
Dengan memahami media seorang praktisi public relations
akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. selain itu
juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.
2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya.
Menurut Judy Motion dalam jurnal nya yang berjudul “Personal
public relations: The interdisciplinary pitfalls and innovative
possibilities of identity work” :
“Public relations practitioners have, infact, been accused of not
being attached to the truth.Moreover, the relationship between
24
truth and authenticity is a relevant yet ill-defined issue for personal public relations work”. ( 2000:31)
Oleh karena itu para praktisi public relations harus senantiasa siap
menyediakan materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan
saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui
sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya
oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi
timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah
diciptakan dan dipelihara.
3. Menyediakan salinan yang baik.
Misalnya menyediakan reproduksi foto-foto yang baik,
menarik, dan jelas. Dengan adanya teknologi pemasukan data
langsung melalui komputer, teknologi ini sangat memudahkan
koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran
berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara
cepat menjadi semakin penting.
4. Bekerja sama dalam penyediaan materi.
Sebagai contoh, petugas public relations dan jurnalis dapat
bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau
temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu.
5. Menyediakan fasilitas verifikasi.
Para praktisi public relations juga perlu memberi
kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi
(membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima.
25
Contoh konkretnya, para jurnalis diizinkan untuk langsung melihat
fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi/perusahaan yang hendak
diberitakan.
6. Membangun hubungan personal.
Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya
akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan,
kejujuran, kerjasama, dan sikap saling menghormati profesi
masing-masing. (Jefkins, 2004:16)
2.2.3 Citra
2.2.3.1 Pengertian citra
Menurut Frank Jefkins dalam Soemirat menyimpulkan bahwa secara
umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu
yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. (2007:114)
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam Soemirat menyebutkan
bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai
dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. (2007:114)
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,
seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. (Soemirat, 2007:113)
Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang
memandangnya. Berbagai citra perusahaan dari pelanggan perusahaan,
pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok,
asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perusahaan yang
mempunyai pandangan terhadap perusahaan.
26
2.2.3.2 Jenis-Jenis citra
Menurut Frank Jefkins dalam Soemirat mengemukakan jenisjenis citra, antara lain :
1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra)
manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.
2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat
pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau
menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal.
Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.
3. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen
menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasi kan
untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap.
4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,
kantor
cabang
atau
perwakilan
perusahaan
lainnya
dapat
membentuk citra yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra
seluruh organisasi atau perusahaan. (Soemirat, 2007:117)
2.2.3.3 Proses pembentukan citra
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasiinformasi yang diterima seseorang. Proses pembentukan citra dalam
struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi
dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang
27
tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra dalam
Soemirat (2007), sebagai berikut :
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra
Kognisi
Stimulus
rangsang
Persepsi
Sikap
Respon
perilaku
Motivasi
Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus
yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon.
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau
ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan,
hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam
mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu
karena tidak ada perhatian individu tersebut. Sebaiknya jika rangsang
itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat
perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat
berjalan.(Soemirat, 2007:115)
28
2.2.3.4 Cara meningkatkan citra
Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi
perusahaan di mata khalayak. Untuk itu citra positif harus dimiliki dan
harus ditingkatkan perusahaan. Berikut ada enam panduan umum
untuk membangun citra menurut Ditta Amahorrseya, Corporate Head
Citi Bank Indonesia pada seminar Intermatrix Communication
Februari 2003 yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa adalah sebagai
berikut :
1. Memetakan persepsi
Pertama public relations harus mencoba memetakan posisi
perusahaan berada dimana didalam persepsi masyarakat. Dari
situlah public relations mengambil langkah awal yang kemudian
disinkronisasikan dengan visi manajemen.
2. Menyesuaikan dengan visi manajemen
Kesesuaian
aktivitas
manajemen
paling
atas
(top
management) merupakan hal yang mutlak perlu. Inilah sebabnya
public relations harus meyakinkan mereka terlebih dahulu tentang
pentingnya program public relations. Kalau tidak, program apapun
yang public relations buat malah menjadi kontra produktif.
3. Pahami audiens
Sebelum semua program dibuat, public relations harus tahu
persis audiens yang akan yang akan menjadi target program yang
akan public relations buat. Karena, sebetulnya, program yang harus
public relations buat adalah berdasarkan kebutuhan audiens, bukan
29
sebaliknya. Inilah salah satu hal yang menentukan apakah program
akan sukses atau gagal. Dengan demikian, kenalilah audiens secara
tepat, terutama kebutuhan kebutuhan komunitas mereka.
4. Fokus
Pada saat public relations menyiapkan program masyarakat,
public relations harus fokus pada titik pengembangan tertentu.
Fokus menjadi penting karena untuk menghindari jebakan
permintaan yang sesaat dari direksi ataupun para komisaris yang
masih baru (yang mungkin belom diyakinkan oleh public relations
sehubungan dengan program-program jangka panjangnya).
Fokus jugalah yang nantinya akan menentukan bagaimana
public relations mengkomunikasikan program tersebut. Dengan
fokus, kita menjadi lebih mudah menilai informasi sebuah program.
Karena di situ dapat diketahui kemajuan apa yang didapat dari
program-program
sebelumnya
yang
diselenggarakan
oleh
perusahaan kita.
5. Kreativitas
Jangan lupa bahwa untuk melakukan komunikasi yang
diperlukan kreativitas. Kreativitas mengisyaratkan kreatif dalam hal
apa sehubungan dengan program tersebut. Misalnya, suatu program
yang harus dilancarkan di suatu daerah tertentu saja membutuhkan
kreativitas.
30
6. Konsistensi
Program public relations yang harus dijalani secara
konsisten karena menyangkut sejuah mana kemampuan public
relations untuk mengubah citra. Hasil kerja public relations
sangatlah sederhana, yaitu ketika public relations mampu
mengubah citra perusahaan. Untuk berhasil dibutuhkan waktu yang
cukup lama, tidak bisa dalam waktu hitungan bulan. Kadangkadang diperlukan waktu lima atau enam tahun. Selain itu,
konsistensi juga berkaitan dengan dari mana program itu akan
dijalankan dan sampai mana program tersebut akan dikembangkan,
terutama sehubungan dengan komunitas yang akan dijadikan
sasaran program itu. (Wasesa, 2006:264-267)
31
2.3 Kerangka pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Hal yang akan dianalisa
1.
Bagaimana strategi public relations sebagai
media relations yang dilakukan oleh PT.
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
cabang Merak untuk meningkatkan citra
perusahaan?
2. Apakah strategi public relations tersebut dapat
meningkatkan citra perusahaan?
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan dan upaya
yang dilakukan dalam kegiatan tersebut?
Kegiatan public relation PT.
ASDP
dalam
menjalankan
strategi melalui media relations
untuk meningkatkan citra
1. Kegiatan media relations
2. Hubungan dengan Media
CITRA
1. Analisis
presentase tone
berita
2. Analisi tema
pemberitaan di
media
STOP
POSITIF
NEGATIF
Hal yang harus dianalisa dan diperbaiki:
- Melakukan evaluasi
- Mencari solusi alternative
- Memperbaiki kinerja
Metode Analisis
Metodelogi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif.
Metode kualitatif merupakan
proses
penelitian
yang
berkesinambungan sehingga tahap
pengumpulan data, pengolahan data
dan analisis data dilakukan bersamaan
selama proses penelitian. Sifat dari
penelitian ini adalah deskriptif,
dimana pada pada penelitian ini
penulis hanya memaparkan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan.
Cara memperoleh data
Data primer :
1. Melakukan wawancara dengan
perusahaan
serta
melakukan
observasi
Data sekunder :
a. Laporan kegiatan media relations
PT.
ASDP
Indonesia
Ferry
(Persero).
b. Company profile perusahaan.
c. Website resmi PT. ASDP Indonesia
Ferry (Persero).
d. Sejumlah media cetak, baik surat
kabar maupun media internet
mengenai PT. ASDP Indonesia
Ferry (Persero).
Download