BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori umum 2.1.1 Public Relations 2.1.1.1 Definisi public relations Batasan pengertian public relations, menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, ini disebabkan karena pertama, banyaknya definisi public relations yang telah dirumuskan oleh baik para pakar atau ahli, maupun profesional public relations yang satu sama lain saling berbeda pendapat tentang public relations. Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian tentang public relations diakibatkan karena adanya latar belakang yang berbeda, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi akan lain dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi public relations. Ketiga, sesuatu yang menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan public relations itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat serta mengikuti kemajuan zaman. Mungkin tidak ada bidang ilmu lain yang sulit didefinisikan seperti public relations. Semua orang percaya bahwa definisi dari public relations bisa saja berbeda-beda arti bagi masing-masing pihak. Ada yang melihatnya dari segi komunikasi, publikasi, manajemen, pemasaran atau periklanan, begitu kompleksnya. (Rosady, 2010:15) 10 11 Sebagai acuan, salah satu definisi public relations yang diambil dari The British Institute of Public Relations dalam Rosady adalah “public relations activity is management of communications between an organization and its publics”. (Rosady, 2010:6) Lebih lanjut Cutlip, Center and Broom dalam sebuah bukunya yang berjudul “Effective Public Relations” mendefinisikan public relations sebagai berikut : “Public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”. (Scott M., ET AL, 2007:6) Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan public relations adalah kegiatan yang menghubungkan organisasi dengan publiknya demi tercapainya tujuan organisasi. 2.1.1.2 Tujuan Public Relations Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih. Tujuan juga dapat juga disebut objective. Tujuan merupakan sesuatu yang mengarahkan kegiatan public relations, sehingga tidak melenceng atau salah sasaran. Karena public relations adalah fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada dasarnya tujuan public relations adalah tujuan komunikasi. 12 Tujuan tersebut diimplementasikan ke dalam programprogram public relations. Dalam realita praktik public relations di perusahaan, tujuan public relations antara lain : 1. Menciptakan pemahaman publik Tujuan kegiatan public relations pertama kali ialah berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (well-informed) antara perusahaan dengan publiknya. Kecukupan informasi merupakan dasar untuk mencegah kesalahan persepsi. Kesalahan akibat persepsi atau kekurangan informasi merupakan kesalahan mendasar dalam kegiatan komunikasi. Ketercukupan informasi akan terwujud bila public relations menyediakan saluran komunikasi yang terbuka (open communication) dan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah yang timbal balik (two way reciprocal). 2. Membangun citra korporat Citra (image) merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan yang menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individuindividu dalam perusahaan dan lainnya. Persepsi akan 13 mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung, netral atau memusuhi. 3. Membangun opini publik yang favorable Sikap publik terhadap perusahaan bila diekspresikan disebut opini publik. Jadi opini publik merupakan ekspresi publik mengenai persepsi dan sikapnya terhadap perusahaan. Ada 3 jenis opini publik, yaitu opini positif (mendukung atau favorable), negatif (menentang) dan netral. Dalam kaitannya dengan hal ini, public relations dituntut memelihara komunikasi persuasif yang ditujukan untuk : a. Menjaga opini yang mendukung (mantain favorable opinion) b. Menciptakan opini yang masih tersembunyi atau yang belum diekspresikan (create opinion where none exist or where it is latent) c. Menetralkan opini yang negatif (neutralize hostile opinion) 4. Membentuk goodwill dan kerja sama Goodwill dan kerjasama dapat terwujud karena ada inisiatif yang dilakukan berulang-ulang oleh public relations perusahaan untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan kepada publiknya. Public relations adalah upaya-upaya perusahaan untuk menciptakan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat. (Kriyantono, 2008:5-21) 14 2.1.1.3 Proses Public Relations Proses public relations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang public relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses public relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut: 1. Definisikan Permasalahan Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya inilah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan masalah dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?” 2. Perencanaan dan Program Informasi yang dikumpulkan pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik dan sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah pertama dalam membuat kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa 15 kita tahu tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?” 3. Aksi dan Komunikasi Langkah ketiga adalah mengimplementasi program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus melakukan dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana caranya?” 4. Evaluasi Program Langkah terakhir dari proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan, implementasi, dan hasil dari program. Penyesuaian akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program itu berhasil atau tidak. Program akan dilanjutkan atau dihentikan setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?” (2007:320) Keempat langkah diatas merupakan tahap-tahap yang penting, sehingga dalam menjalankan keempat tahapan itu harus lengkap, tidak boleh ada yang terlewat. 16 2.2 Teori khusus 2.2.1 Strategi Public Relations 2.2.1.1 Pengertian Strategi public relations Menurut Hamel dan Prahalad dalam Rangkuti, Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai “dari apa yang terjadi”. (Rangkuti, 2006:4) Mengacu kepada pola strategi public relations, menurut Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan manajemen jayakarta, batasan pengertian tentang strategi public relations adalah : “Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations plan)”. (Rosady, 2010:134) Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, public relations bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu “citra yang menguntungkan” (favorable image) bagi organisasi atau perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholdersnya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi kegiatan public relations semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap dan tindakan mereka. Konsekuensinya jika 17 strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang yang menguntungkan dari stakeholder sebagai khalayak sasaran. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan. 2.2.2 Media Relations 2.2.2.1 Pengertian Media Relations Media relations dan kerja publisitas yang canggih menjadi tulang punggung bagi praktik public relations. Dalam banyak hal, membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan media, tetap menjadi ciri khas praktik public relations. Seperti yang dikatakan oleh Sinaga dan Wu yang dikutip oleh Augustine Pang dalam jurnalnya yang berjudul “Mediating the media: a journalistcentric media relations model” : “In media relations, practitioners seek favorable publicity for the organization’s products and services often through information subsidy to “enhance the reputation of anorganization” (2009:192) Menurut Frank Jefkins dalam Diah Wardhani, media relations adalah usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. (Wardhani, 2008:9) Sementara itu menurut Sam Black dan Melvin L. Sharpe menjelaskan media relations lebih kepada hubungan antara 18 organisasi dengan media. Definisinya adalah hubungan antara suatu organisasi dengan pers, radio dan televisi secara dua arah. (Wardhani, 2008:9) Tampak bahwa pengertian Media Relations berdasarkan pada relasi antara individu atau organisasi/perusahaan dengan media. Sehingga dapat disimpulkan pengertian media relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun organisasi/perusahaan. Media memberikan metode yang relatif ekonomis dan efektif untuk berkomunikasi dengan publik luas dan menyebar. Dalam hal ini, media berfungsi menjadi penjaga gerbang atau penyaring tempat praktisi public relations menjangkau publik umum dan kelompok lainnya yang dukungannya dibutuhkan. 2.2.2.2 Tujuan Media Relations Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan media relations selalu dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran, misalnya kesadaran merek (brandawareness) pada publik 2. Mengubah sikap, misalnya mengubah sikap dari anti menjadi netral menjadi mendukung terhadap tindakan yang dilakukan organisasi. 19 3. Mendorong tindakan, misalnya mendorong untuk mendukung kebijakan proses produksi yang ramah lingkungan yang dilakukan organisasi. Tujuan – tujuan tersebut dicapai dengan menggunakan media massa mengingat untuk melakukan ketiga hal tersebut diatas. (Iriantara, 2008:90-91) 2.2.2.3 Kegiatan Media Relations Kegiatan yang dilakukan seorang praktisi public relations sebagai media relations adalah: 1. Publisitas Publisitas merupakan istilah yang populer bukan saja dalam kegiatan public relations, tapi juga dalam kehidupan seharihari. Menurut Lesly definisi publisitas adalah “penyebaran pesan yang direncanakan dan dilakukan untuk mencapai tujuan lewat media tertentu untuk kepentingan tertentu dari organisasi dan perorangan tanpa pembayaran tertentu pada media”. (Iriantara, 2008:190) 2. Menulis siaran pers Kegiatan lain yang sering dilakukan dalam media relations adalah membuat siaran pers. Bahkan sering dikesankan menulis siaran pers itu merupakan bentuk utama kegiatan media relations. Tujuan dibuatnya siaran pers tidak terlepas dari tujuan public 20 relations secara umum dan organisasi secara keseluruhan. Namun secara khusus, siaran pers juga bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada publik yang tersebar secara geografis, sehingga menggunakan media massa membawa dampak positif lain. Siaran pers biasanya terbagi menjadi dua kategori, yakni: a. Laporan peristiwa/kegiatan, yang menyampaikan kegiatan atau peristiwa yang terjadi pada organisasi yang perlu diketahui publik. 1). Peristiwa/kegiatan terencana. Dalam kehidupan organisasi, selalu ada kegiatan yang terencana yang perlu diketahui publik organisasi itu. 2). Peristiwa tak terduga. Selain melaksanakan kegiatan terencana, satu organisasi bisa saja mengalami musibah atau krisis yang tentu saja kedatangannya tak terduga. Namun organisasi tetap harus memberikan penjelasan pada publik. b. Pengumuman, yang pada dasarnya memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan atau akan dilakukan organisasi yang perlu diketahui oleh publik. 1.) Informasi untuk media. Pada dasarnya informasi ini diberikan untuk media massa untuk memberitahukan adanya narasumber yang bisa diwawancarai untuk misalnya memberi tanggapan atas suatu peristiwa penting. 21 2.) Associate baru. Satu saat organisasi bisa saja memiliki associate baru. Organisasi tersebut bisa menuliskan latar belakang pendidikan dan latar belakang profesional associate baru itu. 3.) Kenaikan gaji. Sesungguhnya informasi kenaikan gaji tentunya lebih ditujukan pada publik internal organisasi, seperti karyawan. Namun kenaikan gaji pun bisa dipublikasikan untuk memperlihatkan komitmen organisasi terhadap kesejahteraan karyawannya. 4.) Mitra baru. Ini jelas sangta penting untuk diketahui publik, apabila organisasinya adalah perusahaan terbuka yang tercatat dibursa saham. 5.) Kantor baru. Ini memang merupakan peristiwa yang tidak luar biasa. Nilai beritanya pun rendah. Namun dengan kreativitas menyelenggarakan kegiatan dalam peresmian kantor baru, seperti mengumumkan program sosial sebagai tanda peresmian kantor baru tetap akan menjadi perhatian publik dan memiliki nilai berita. 6.) Kemenangan di pengadilan. Perselisihan yang diselesaikan di pengadilan memang bernilai berita karena di dalamnya ada unsur konflik. Proses kemenangan organisasi dalam suatu perkara yang disidangkan di pengadilan tentu akan sangat menarik perhatian publik. Apalagi bila organisasinya adalah organisasi yang menjadi sorotan 22 publik misalnya karena kebesaran namanya atau karena usaha yang dilakukannya menghasilkan produk yang tergolong strategis. 7.) Jadi pembicara. Ini sebenarnya akan terkait dengan prestise organisasi. Karena itu, bila pimpinan atau tokoh salam satu organisasi menjadi pembicara dalam kegiatan seperti seminar, konferensi atau dialog bisnis tentu mesti disebarluaskan pada publik. Ini akan terkait dengan reputasi pribadi pimpinan atau tokoh yang jadi pembicara itu dan juga organisasi tempatnya bekerja. Kemungkinan siaran pers seperti ini tak dimuat media untuk meliput kegiatan yang melibatkan tokoh atau pimpinan organisasi kita. c. Menjadi sumber informasi media massa Bila siaran pers dikirimkan lantaran satu organisasi membutuhkan bantuan media massa untuk mempublikasikan informasi dari organisasi itu, maka pada kesempatan lain ada kemungkinan sebaliknya, media massalah yang membutuhkan organisasi untuk menjadi sumber beritanya. Pihak medialah yang aktif menghubungi organisasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. d. Mempersiapkan konferensi pers Menjelang akhir tahun biasanya banyak organisasi bisnis menyelenggarakan konferensi pers untuk memberikan 23 penjelasan kinerja organisasi sepanjang tahun tersebut. Abaisa juga konferensi pers itu diselenggarakan menjelang dan sesudah melaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS). Pada dasarnya, melalui konferensi pers kita menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis pada para wartawan melalui kegiatan yang diorganisasikan oleh organisasi kita sendiri. (Iriantara, 2008:190-213) 2.2.2.4 Prinsip – prinsip hubungan media yang baik Berikut adalah beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan oleh setiap praktisi public relations dalam rangka menciptakan dan membina hubungan pers yang baik : 1. Memahami dan melayani media Dengan memahami media seorang praktisi public relations akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. selain itu juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. 2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Menurut Judy Motion dalam jurnal nya yang berjudul “Personal public relations: The interdisciplinary pitfalls and innovative possibilities of identity work” : “Public relations practitioners have, infact, been accused of not being attached to the truth.Moreover, the relationship between 24 truth and authenticity is a relevant yet ill-defined issue for personal public relations work”. ( 2000:31) Oleh karena itu para praktisi public relations harus senantiasa siap menyediakan materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. 3. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi foto-foto yang baik, menarik, dan jelas. Dengan adanya teknologi pemasukan data langsung melalui komputer, teknologi ini sangat memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting. 4. Bekerja sama dalam penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas public relations dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. 5. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi public relations juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. 25 Contoh konkretnya, para jurnalis diizinkan untuk langsung melihat fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi/perusahaan yang hendak diberitakan. 6. Membangun hubungan personal. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerjasama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing. (Jefkins, 2004:16) 2.2.3 Citra 2.2.3.1 Pengertian citra Menurut Frank Jefkins dalam Soemirat menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. (2007:114) Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam Soemirat menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. (2007:114) Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. (Soemirat, 2007:113) Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perusahaan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan. 26 2.2.3.2 Jenis-Jenis citra Menurut Frank Jefkins dalam Soemirat mengemukakan jenisjenis citra, antara lain : 1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya. 2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image. 3. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasi kan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. 4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. (Soemirat, 2007:117) 2.2.3.3 Proses pembentukan citra Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasiinformasi yang diterima seseorang. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang 27 tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra dalam Soemirat (2007), sebagai berikut : Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra Kognisi Stimulus rangsang Persepsi Sikap Respon perilaku Motivasi Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu karena tidak ada perhatian individu tersebut. Sebaiknya jika rangsang itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.(Soemirat, 2007:115) 28 2.2.3.4 Cara meningkatkan citra Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi perusahaan di mata khalayak. Untuk itu citra positif harus dimiliki dan harus ditingkatkan perusahaan. Berikut ada enam panduan umum untuk membangun citra menurut Ditta Amahorrseya, Corporate Head Citi Bank Indonesia pada seminar Intermatrix Communication Februari 2003 yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa adalah sebagai berikut : 1. Memetakan persepsi Pertama public relations harus mencoba memetakan posisi perusahaan berada dimana didalam persepsi masyarakat. Dari situlah public relations mengambil langkah awal yang kemudian disinkronisasikan dengan visi manajemen. 2. Menyesuaikan dengan visi manajemen Kesesuaian aktivitas manajemen paling atas (top management) merupakan hal yang mutlak perlu. Inilah sebabnya public relations harus meyakinkan mereka terlebih dahulu tentang pentingnya program public relations. Kalau tidak, program apapun yang public relations buat malah menjadi kontra produktif. 3. Pahami audiens Sebelum semua program dibuat, public relations harus tahu persis audiens yang akan yang akan menjadi target program yang akan public relations buat. Karena, sebetulnya, program yang harus public relations buat adalah berdasarkan kebutuhan audiens, bukan 29 sebaliknya. Inilah salah satu hal yang menentukan apakah program akan sukses atau gagal. Dengan demikian, kenalilah audiens secara tepat, terutama kebutuhan kebutuhan komunitas mereka. 4. Fokus Pada saat public relations menyiapkan program masyarakat, public relations harus fokus pada titik pengembangan tertentu. Fokus menjadi penting karena untuk menghindari jebakan permintaan yang sesaat dari direksi ataupun para komisaris yang masih baru (yang mungkin belom diyakinkan oleh public relations sehubungan dengan program-program jangka panjangnya). Fokus jugalah yang nantinya akan menentukan bagaimana public relations mengkomunikasikan program tersebut. Dengan fokus, kita menjadi lebih mudah menilai informasi sebuah program. Karena di situ dapat diketahui kemajuan apa yang didapat dari program-program sebelumnya yang diselenggarakan oleh perusahaan kita. 5. Kreativitas Jangan lupa bahwa untuk melakukan komunikasi yang diperlukan kreativitas. Kreativitas mengisyaratkan kreatif dalam hal apa sehubungan dengan program tersebut. Misalnya, suatu program yang harus dilancarkan di suatu daerah tertentu saja membutuhkan kreativitas. 30 6. Konsistensi Program public relations yang harus dijalani secara konsisten karena menyangkut sejuah mana kemampuan public relations untuk mengubah citra. Hasil kerja public relations sangatlah sederhana, yaitu ketika public relations mampu mengubah citra perusahaan. Untuk berhasil dibutuhkan waktu yang cukup lama, tidak bisa dalam waktu hitungan bulan. Kadangkadang diperlukan waktu lima atau enam tahun. Selain itu, konsistensi juga berkaitan dengan dari mana program itu akan dijalankan dan sampai mana program tersebut akan dikembangkan, terutama sehubungan dengan komunitas yang akan dijadikan sasaran program itu. (Wasesa, 2006:264-267) 31 2.3 Kerangka pemikiran Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Hal yang akan dianalisa 1. Bagaimana strategi public relations sebagai media relations yang dilakukan oleh PT. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan cabang Merak untuk meningkatkan citra perusahaan? 2. Apakah strategi public relations tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan? 3. Untuk mengetahui apa saja hambatan dan upaya yang dilakukan dalam kegiatan tersebut? Kegiatan public relation PT. ASDP dalam menjalankan strategi melalui media relations untuk meningkatkan citra 1. Kegiatan media relations 2. Hubungan dengan Media CITRA 1. Analisis presentase tone berita 2. Analisi tema pemberitaan di media STOP POSITIF NEGATIF Hal yang harus dianalisa dan diperbaiki: - Melakukan evaluasi - Mencari solusi alternative - Memperbaiki kinerja Metode Analisis Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan bersamaan selama proses penelitian. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, dimana pada pada penelitian ini penulis hanya memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Cara memperoleh data Data primer : 1. Melakukan wawancara dengan perusahaan serta melakukan observasi Data sekunder : a. Laporan kegiatan media relations PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). b. Company profile perusahaan. c. Website resmi PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero). d. Sejumlah media cetak, baik surat kabar maupun media internet mengenai PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero).