Modul ke: 11 Fakultas PASCA SARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Modul Perkuliahan X Ekonomi Politik Media Ekonomi Industri Media Radio Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Judul Sub Bahasan 1. Sejarah singkat industri radio 2. 3. 4. 5. Pasar media radio Kompetisi industri radio Kepemilikan radio siaran Masa depan industri radio siaran Sejarah Singkat • Kelayakan teknis dari komunikasi radio ditunjukkan pada tahun 1899 oleh penemu Italia Guglielmo (William) Marconi. Dia menunjukkan bahwa sebuah kapal di laut bisa mengirim dan menerima kode Morse (telegraf) sinyal dari sebuah situs di pantai. • Marconi menciptakan sebuah perusahaan, Marconi Wireless, di London untuk kemungkinan mengembangkan secara komersial penemuannya. Namun ada perusahaan lain yang lebih terbentuk di tempat lain yang akan terbukti menjadi pesaing yang lebih efektif di bidang dari Marconi Wireless. • Di Jerman pada tahun 1904 para pemimpin utama dari manufaktur peralatan listrik, Siemens dan AEG (Allgemeine Electricitat Gesellschaft), membentuk perusahaan joint-venture Telefunken untuk mengembangkan teknologi komunikasi nirkabel. Untuk Amerika generasi baru sulit untuk menyadari bahwa di akhir abad kesembilan belas bahwa Amerika Serikat bukanlah pemimpin utama dalam teknologi. • Jerman-lah yang menemukan industri manufaktur peralatan kimia dan listrik. Mesin pembakaran internal diciptakan tidak di Detroit atau di mana pun di Amerika melainkan oleh Otto di Jerman. Perusahaan mobil pertama juga adalah Daimler di Jerman. Ketika pemerintah AS menyita pabrik aspirin Bayer di New York selama Perang Dunia I itu menemukan bahwa tidak bisa menemukan pribadi Amerika untuk mengoperasikannya dan harus bergantung pada teknisi Jerman. • Kemunculan radio sebagai unit usaha besar yang penuh oersaingan mulai terjadi pada 1920 dengan berdirinya radio KDKA. Awalnya radio ini hanya meliput pemilihan presiden. Sumber keuntungannya bukan dari iklan, namun dari pengjualan radioradio di masyarakat. Program radio yang disponsori mulai diudarakan oleh stasiun WEAF pada 1922. Sejak itulah, radio mulai menayangkan iklan dan menjadikan iklan sebagai sumber pendapatan. • Di Indonesia, cikal bakal radio siaran sudah ada sejak masa Prakemerdekaan. Pada 1911, fasilitas radio siaran milik angkatan laut mengudara di Sabang. Hingga akhir Perang Dunia Pertama, pemerintah kolonial Belanda melarang individu mendengar siaran radio. Bersamaan dengan mengendurnya pembatasan selama masa perang, para radio amatir mendirikan Masyarakat Radio Batavia yang sejak 1925 mengudara secara regular. Pada 1937, pemerintah Belanda memberikan izin terbatas bagi Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran untuk menyiarkan materi sosial budaya. Di masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang menempatkan seluruh stasiun radio di bawah pengawasan Departemen propadanda dan Informasi, Sendenbu. Pada 11 September 1945, delapan stasiun radio lokal yang sebelumnya berada dalam pengawasan Jepang, mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Sejak April 1946, RRI berada dalam naungan Departemen Penerangan. Pasar Radio • Pasar radio adalah khalayak atau pendengar dan iklan. Radio beroperasi dalam pasar duopoli. Dalam duaopoli satu orang atau satu perusahaan menguasai banyak stasiun radio dalam suatu pasar. • Dari sisi pasar ini, di Amerika, radio mencapai masa keemasan (golden age) pada 1940-an. Di Indonesia, masa keemasan radio berlangsung sekitar tahun 1980-an, ketika pemerintah melarang TVRI menayangkan iklan, sehingga iklan beralih ke radio. • Setiap pekan, rata-rata lebih dari 225 juta atau 94 persen orang Amerika berusia 12 tahun ke atas mendengarkan radio. Pada harihari kerja antara pukul 06.00-10.00, 81 persen orang Amerika berusia 12 tahun ke atas mendengarkan radio. Sebagian besar orang Amerika pertama kali mendengar suatu berita melalui radio, terutama di dalam mobil. • Namun, berdasarkan sejumlah data, jumlah pendengar radio di Amerika tidak bertambah, bahkan cenderung menurun. Data di atas bahwa 94 persen orang Amerika yang secara rutin mendengarkan radio sesungguhnya merupakan penurunan 1,6 persen dari 95,6 persen pada 1998. Data Edision Research (2007) menunjukkan antara tahun 2002 dan 2007, jumlah orang Amerika yang menganggap radio sebagai media utama menurun dari 26 persen menjadi 17 persen. • Kecenderungan menurunnya jumlah pendengar radio di Amerika, menurut kalangan industri radio sendiri, diakibatkan oleh meluasnya musik online, ketidakpuasan pendengar dengan program yang tidak imajinatif (unimaginative programming), dan hiperkomersialisme. Hiperkomersialisme ditunjukkan dengan panjangnya durasi iklan yang mencapai 12 menit per jam pada sejumlah stasiun radio. • Di Indonesia, antara 1970 dan 1980, jumlah pesawat radio yang digunakan meningkat enam kali lipat. Pada 1970 terdapat 2,5 juta pesawat radio, tahun 1980 ada 15 juta, dan tahun 1994 menjadi 28,8 juta. Lebih dari 3,1 juta radio portable terjual pada 1995 saja, menjadikan Indonesia salah satu pasar terbesar radio. • Hingga pertengahan 1990-an, lebih dari setengah juta orang di Jakarta mendengar radio setiap hari. Pada 1994, terdapat sekitar 15 radio untuk 100 orang di Indonesia. Menurut data Roy Morgan Single Source (Oktober 2006-September 2007), radio menjangkau 39,3 persen penduduk Indonesia. • Di AS Pada 1929 perolehan iklan radio sebesar 40 juta dolar AS. Antara tahun 19930-1940, revenue dari iklan meningkat dari 40 juta dolar AS menjadi 155 juta dolar AS. Pada 1955 perolehan iklan radio mencapai 500 juta dolar AS. Pada 1969, perolehan iklan radio mencapai 1,2 miliar dolar AS. Menurut data Television Bureau Advertising 2006, dewasa ini iklan radio mencapai 20 miliar dolar AS. • Di Indonesia, iklan radio mengalami booming pada 1980-an ketika pemerintah melarang penayangan iklan di TVRI. Belanja iklan media radio selama kurun waktu 1986-2002 meningkat secara meyakinkan. Berdasarkan data Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), pada 1986 belanja iklan radio menjadi Rp 23 miliar, tahun 1996 Rp 230 miliar, tahun 1997 Rp 206 miliar, tahun 1998 Rp 136 miliar, tahun 1999 Rp 187 miliar, tahun 2000 Rp 257 miliar, 2001 Rp 341 miliar, dan tahun 2002 menjadi Rp 658 miliar. Kepemilikan • Di AS Jumlah stasiun radio melonjak dari 605 pada tahun 1935 menjadi lebih dari 2.500 di tahun 1955, dan meningkat lagi menjadi lebih dari 5.000 pada 1969. Dewasa ini terdapat 13.837 stasiun radio siaran yang beroperasi di seluruh Amerika: 4.754 stasiun komersial yang beroperasi di gelolmbang AM, 6,266 radio komersial FM, dan 2.817 radio nonkomersial FM. • Di Amerika terdapat sejumlah korporasi pemilik stasiun radio siaran. Clear Channel memiliki 1.207 stasiun, Cumulus 268 stasiun radio, dan Citadel 243 stasiun radio. Ketiga korporasi mengklaim menguasai 80 persen pendengar Amerika. • • Konsentrasi kepemilikan ini mengundang kritik dari para pekerja radio maupun para intelektual. Aktivis dan intelektual media Robert McChesney menyebut konsentrasi kepemilikan sudah merusak radio. McChesney menyatakan radio telah menjadi mesin pencari keuntungan semata. • Di Indonesia, hingga pertengahan 1990-an terdapat sekitar 700 stasiun radio. Banyak pengusaha yang mendirikan stasiun radio. Sejumlah korporasi atau konglomerasi besar menguasai banyak stasiun radio. Kompetisi • Stasiun radio tentu berkompetisi dengan sesama stasiun radio. Stasiun radio saling berkompetisi memperebutkan pendengar dan iklan. Di Indonesia, karena begitu banyaknya stasiun radio—yang hingga pertengahan 1990-an mencapai 700 stasiun radio—kompetisi di antara stasiun radio dalam memperebutkan pendengar dan pengiklan sangatlah ketat. Untuk mengurangi derajat kompetisi, stasiun radio mengukuhkan positioning tersendiri agar berbeda dengan stasiun radio lain. Kompetisi • Dengan media lain, stasiun radio terutama berkompetisi dengan televise, sejak pesawat televisii diciptakan. Kehadiran televisi mengakhiri masa keemasan radio. Di Amerika, kehadiran televisi menurunkan penghasilan radio dari iklan hingga 50 persen antara tahun 1945 hingga pertengahan 1950-an. Oleh karena itu, kehadiran televisi membuat orang meramalkan kematian radio (the end of radio). • Pesaing radio lainnya datang dari musik online. Di Amerika, musik online menjadi salah satu penyebab turunnya pendapatan iklan radio dari 26 persen menjadi 17 persen antara tahun 2002-2007. Regulasi • Di Amerika, telah terjadi deregulasi dalam industri radio. Federal Communication Commision (FCC) awalnya membatasi kepemilikan: satu orang atau perusahaan hanya boleh memiliki satu stasiun radio AM dan satu radio FM lokal, serta 7 radio AM dan & radio FM nasional. Telecommunication Act 1996 tidak membatasi kepemilikan stasiun radio. Telecommunication Act 1996 makin mengukuhkan radio sebagai industri. Lebih jauh, telecommunication Act menciptakan sistem duopoli: satu orang atau perusahaan memiliki dan mengatur banyak stasiun radio dalam ssuatu pasar. • Di Indonesia, pada 1970, keberadaan radio swasta disahkan, tetapi dengan kewajiban merelai berita RRI. Pada 1976 terbit Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1976 tentang Radio Siaran Non-pemerintah yang mengatur kriteria kepemilikan (pemilik warganegara Indonesia, tak terlibat PKI, bukan penguus partai), melaksanakan fungsi sosial, tak boleh untuk politik). • Pada 1971 lahir Keputusan Menhub tahun 1971 yang memberi kewenangan atas stasiun radio nonpemerintah kepada gubernur dan kopkamtib. Pada tahun yang sama lahir Keputusan Menteri Penerangan tahun 1971 tentang muatan lokal. • Undang-undang Penyiaran tahun 1997 menghilangkan pembatasan kepemilikan dan manajemen stasiun radio. Tidak ada larangan eksplisit terhadap mereka yang terlibat komunisme untuk memiliki radio. Tidak ada pula larangan bagi partai politik atau organisasi massa untuk berinvestasi di stasiun radio. Akan tetapi, kepemilikan asing tetap dilarang oleh undang-undang ini. • Pasca Orde Baru lahir Undang-undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 yang mengatur kepemilikan radio, modal, materi atau sisi siaran, frekuensi, dll. Undang-undang Penyiaran menegaskan radio sebagai industri, institusi ekonomi atau institusi komersial. Masa Depan • Sebagai media elektronik tertua, industri radio telah beradaptasi terhadap berbagai kekuatan yang mempengaruhi potensi ekonominya. Radio bukan hanya bertahan, tetapi juga makin kuat. Orang, ketika televisi muncul, meramalkan ‘’the end of radio.’’ Tetapi, nyatanya radio tetap bertahan. • Kelebihan radio membuatnya tak lekang di makan zaman. Radio bersifat personal, lokal, terfragmentasi, terspesialisasi (minimal dalam tataran positioning), serta bersifat mobile. Positioning atau spesialisasi akan mengurangi derajat kompetisi dalam industri radio siaran. • Saat ini industri radio merupakan industri yang mapan, dan punya masa depan yang menjanjikan. Apalagi, ongkos membangun radio siaran relatif murah. Di masa depan mungkin radio tak berbentuk konvensional berupa radio dengan gelombang frekuensi, tetapi berupa radio internet Referensi • Albarian, Alan B, Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, 1996. • Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1998. • Boediono. Ekonomi Makro, BPFE:Yogyakarta, 1984 • Deliarnov, Ekonomi Politik. Erlangga; Jakarta, 2006. • Didik J. Rachbini. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Ghalia Indonesia: Bogor, 2006. • Kansong, Usman. Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009. • Alex Sentosa. Masihkah radio Berjaya? http://radioclinic.com/2012/10/17/masihkah-radio-berjaya-konsumsimedia-di-indonesia-2012/ Referensi • 8th Annual Video Competition Report. Federal Communications Commission. 14 Jan 2002. Hal. 87. Retrieved 29 Mar 2015. • Federal Communications Commission. 31 Mar 2015. Retrieved 26 Apr 2015. • Kennedy, Sam (4 March 2007). "Cable TV invented in Mahanoy City". The Morning Call (Allentown, PA). • Laporan Market Intelligence: Perkembangan Industri TV Berbayar di Tengah Persaingan Ketat. November 2008. http://www.datacon.co.id/Internet2008Ind%20TVcable.html Terima Kasih Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm