“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “ (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X SMK Pembangunan Global) Tahun Ajaran 2015-2016 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd) Oleh : KIKI PUJI ASTUTI NIM : 109015000011 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X SMK Pembangunan Global Jln. Sukatani Barat No.99, Kota Pangulah Utara, Kec.Kota Baru, Cikampek) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd) Oleh : KIKI PUJI ASTUTI NIM : 109015000011 Mengetahui JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 ABSTRAK KIKI PUJI ASTUTI. NIM 109015000011.“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng”.(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X Smk Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek). Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan media pembelajaran dongeng atau cerita pada mata pelajaran IPS (Sejarah) tentang pedagang penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu-Buddha) dapat terlaksana dengan baik atau tidak serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan pada hasil penelitian ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat meski dengan media yang sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran, digunakanlah media dongeng pada pembelajaran IPS (Sejarah) di kelas X SMK Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek. Penulis memilih satu model pembelajaran media dongeng untuk mengatasi pembelajaran dalam peningkatan pemahaman serta menumbuhkan rasa kreativitas pada diri siswa. Media dongeng adalah cara mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak dari otak.Siswa yang dijadikan objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Pembangunan Global yang berjumlah 38 siswa kelas X. Instrument yang digunakan berupa RPP, lembar observasi, lembar angket, dan tes hasil belajar IPS pada materi Sejarah yakni pedagang, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha) berbentuk pilihan ganda 35 soal. pada penelitian ini dilakukan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 5 kali pertemuan. Berdasarkan analisis penelitian yang telah di lakukan bahwa penerapan media dongeng terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan meningkatnya hasil rata-rata hasil belajar siswa siklus 1 dengan nilai pretest : 69,43 dan posttest : 78,14 dengan nilai N-Gain : 0, 28 dan siklus 2 dengan nilai pretest : 77,51 dan posttest : 85, 94 dengan nilai N-Gain : 0, 37. Pada siswa kelas X SMK Pembangunan Global pada materi materi Sejarah yakni pedagang, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha). Kata Kunci : Upaya Peningkatan, Hasil Belajar, Pembelajaran (IPS) Sejarah, Media Dongeng. ABSTRACT KIKI PUJI ASTUTI,NIM. 109015000011. "Improving Learning Outcomes in Learning (IPS) History of Using Media Tale". (Class Action Research In Class X Smk Global Development at Jln. Sukatani West No. 99 North Pangulah City district. New Town Cikampek). Thesis Department of Social Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah UIN SyarifHidayatullah Jakarta, June 2016. This study aims to determine whether the learning media fairy tales or stories in social studies (history) about traders ruler and poet in the classical period (Hindu-Buddhist) can be done well or not, and can improve student learning outcomes. And the results of this study prove that student learning outcomes can be improved even with simple media. The method used in this research is the Classroom Action Research (PTK). Class Action Research is an approach to improve education by making changes towards improving the outcomes of education and learning, is used media IPS fairytale learning (History) in class X SMK Global Development at Jln. Sukatani West No. 99 City North Pangulah district. New Town Cikampek. The author chose a fairytale media learning model to address the learning in improving the understanding and foster a sense of creativity in students. Media fairytale is an easy way to put the information into the brain and take information out of the brain of the brain. Students who made the object of this study are students of class X SMK Global Development totaling 38 students of class X. The instrument is used in the form of lesson plans, observation sheets, sheet questionnaires, and tests results of social studies on the material history of the traders, rulers, and poet in the classical period (Hinduism and Buddhism) 35 multiple choice questions. in this study conducted two cycles, each cycle consisting of five meetings. Based on the analysis of the research that has been done that the media application fairytale performing well. This can be seen with increasing average results of student learning outcomes with the value pretest cycle 1: 69.43 and posttest: 78.14 with a value of N-Gain: 0, 28, and cycle to the value pretest 2: 77.51 and posttest: 85 , 94 with a value of N-Gain: 0, 37. in class X SMK Global Development in the material history of the material merchants, rulers, and poet in the classical period (Hinduism and Buddhism). Keywords: Improving, Results Learning, Learning (IPS) History, Media Stories Class. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaannirrahiim Puji serta syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada makhluk-Nya. Atas segala izin dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Juruan Pendidikan IPS (Sosiologi) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terealisasikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat : 1. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih pada Allah SWT. Berkat ridho dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas terakhir saya walau dengan perlahan tapi pasti. Tak lupa pula kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena beliaulah silaturahmi yang ada dalam ajaran agama Islam dapat mempertemukan kita dalam ruang lingkup pendidikan, yakni sebagai cahaya dalam hidup kita. 2. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA selaku Rektor (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 4. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan nasihat, arahan, dan memotivasi kepada penulis agar segera dapat terealisasikan skripsi ini. 5. Bapak Syaripulloh, selaku Wakil Ketua/Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS serta sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak ilmu dan nasihatnya. 6. Bapak Sodikin, M. Si, selaku Dosen Penguji II. 7. Bapak Ahmad Royani, selaku Ketua Lab 8. Bapak Muhammad Noviacdi, selaku Wakil Lab 9. Ibu Ulfah Fajarini, M. Si, Dr, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Bapak/ Ibu Dosen UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. i 11. Kepada kedua orang tuaku dan nenekku yang telah membimbing dan mendo’akan dalam setiap langkahku dengan ketulusan dan kasih sayang yang tiada tara demi terselesaikannya skripsi ini 12. Bapak Abdul Rojak, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Pembangunan Global. 13. Seluruh siswa/siswi SMK Pembangunan Global yang telah banyak membantu saat penelitian di lapangan. 14. Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman dari semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu namanya disini, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan informasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tapi besar harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya SMK atau SMA sederajat serta bermanfaat bagi yang membacanya. Jakarta, 24 Juni 2016 Penulis ii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK (INDONESIA) ABSTRAC (INGGRIS) KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR BAGAN ............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................... 6 C. Pembatasan Penelitian ........................................................................ 7 D. Rumusan Penelitian ............................................................................. 7 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ........................................ 9 1. Media ................................................................................................ 9 a. Pengertian Media........................................................................... 9 b. Pemanfaatan Media ....................................................................... 10 c. Fungsi Media ................................................................................. 11 d. Klasifikasi Dan Karakteristik Media ............................................. 12 2. Dongeng ............................................................................................. 13 a. Sejarah Singkat Cerita / Dongeng ................................................. 13 b. Pengertian Dongeng ...................................................................... 15 c. Ciri-Ciri Dongeng ......................................................................... 19 d. Manfaat Dongeng .......................................................................... 19 e. Fungsi Dongeng ............................................................................ 20 iii f. Tujuan Dongeng ............................................................................ 21 g. Peran Dongeng .............................................................................. 21 h. Dongeng Sebagai Sumber Pembentuk Dan Pembinaan Watak .... 22 i. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng .............................. 23 j. Metode Penyampaian Cerita/ Dongeng......................................... 24 3. Pendidikan, Belajar dan Hasil Belajar Kognitif ................................ 28 4. Sejarah ............................................................................................... 37 5. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................... 41 6. Kerangka Berfikir ............................................................................. 50 7. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 53 1. Tempat Penelitian .................................................................................. 53 2. Waktu Penelitian .................................................................................... 53 B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ............................................... 54 1. Metode .................................................................................................... 54 2. Desain Intervensi Tindakan .................................................................... 55 C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 55 D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................................ 55 E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................................. 55 F. Data dan Sumber Data ............................................................................. 58 G. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 59 H. Teknik Keterpercayaan Study ................................................................ 62 1. Uji Validitas ........................................................................................... 62 2. Uji Reliabilitas . ...................................................................................... 66 I. Analisis Data ............................................................................................. 67 J. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................... 69 K. Indikator Keberhasilan ............................................................................ 71 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah............................................................................................. 72 B. Deskripsi Data ........................................................................................... 74 1. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng Pada Setiap Siklus .................................................................................. 74 1) Pra Penelitian ................................................................................ 74 iv 2) Deskripsi Siklus I ......................................................................... 76 a. Tahap Perencanaan ................................................................. 76 b. Tahap Pelaksanaan ................................................................. 77 c. Tahap Pengamatan ................................................................. 78 d. Tahap Refleksi ....................................................................... 83 3) Deskripsi Siklus II ........................................................................ 84 a. Tahap Perencanaan ................................................................. 84 b. Tahap Pelaksanaan ................................................................. 85 c. Tahap Pengamatan ................................................................. 87 d. Tahap Refleksi ....................................................................... 91 2. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng Pada Akhir Siklus .................................................................................. 92 3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 93 4. Analisis hasil belajar siklus I ................................................................. 94 5. Analisis Hasil Belajar Siklus II............................................................... 98 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 103 B. Implikasi .................................................................................................... 103 C. Saran .......................................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jadwal Penelitian ......................................................................................................... 53 2. Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrument Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I .. 63 3. Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrument Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II.. 65 4. Hasil Interpretasi Realibilitas Uji Coba Instrument Pada Siklus I dan II .................... 67 5. Interpretasi Keterlaksanaan .......................................................................................... 68 1. Interpretasi Hasil Belajar ............................................................................................. 69 2. Obsevasi Awal ............................................................................................................. 75 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I .......... 79 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I ........... 80 5. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I ................................................................ 82 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II ......... 87 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II ......... 89 8. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................................. 92 9. Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ....................................................................... 94 10. Keterangan Nilai Presentase ........................................................................................ 96 11. Rekapitulasi Hasil Test Siklus I ................................................................................... 97 12. Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ...................................................................... 98 13. Rekapitulasi Hasil Test Siklus II .................................................................................. 100 14. Perbandingan Hasil Belajar dan Peresentase hasil belajar pada siklus I & II .............. 101 15. Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I Dan Siklus II .................................................. 101 vi DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerucut Pengalaman Dale ........................................................................................ 2. Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 3. Grafik Observasi Awal ............................................................................................. 4. Observasi Aktivitas Guru Siklus I ............................................................................. 5. Observasi Aktivitasa Guru Siklus II ......................................................................... 6. Observasi Siklus I dan II .......................................................................................... 7. Perhitungan Hasil Belajar Siklus I ............................................................................ 8. Perhitungan Hasil Belajar Siklus II ........................................................................... 9. Perbandingan hasil Belajar Pretest dan Postest Siklus I & II, Dan N-Gain ............. 10. Presentase Hasil Belajar Siklus I & II ..................................................................... vii 12 51 76 82 91 94 97 100 101 102 DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Penyampaian Cerita atau Dongeng .......................................................... 26 1.2 Model Desain Kemmis & Mc. Taggart ................................................... 58 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini kita telah memasuki abad dimana IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi) berkembang pesat sesuai kemajuan zaman dan tekhnologi modern banyak di ciptakan namun dalam hal ini seorang siswa tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh hanya bisa mengandalkan teknologi tersebut tanpa bisa menciptakan suatu kreativitas. Dengan demikian siswa perlu di bekali untuk memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif seperti di masa modern seperti ini. Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yanag lebih tinggi dalam arti mental. sebagaimana firman Allah SWT dalam surat (Al-ankabut ayat : 43) Artinya : “ Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.”1 Disini seorang guru dan siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam terbentuknya suatu proses belajar-mengajar/proses pembelajaran. Guru disini dituntut untuk dapat membimbing siswanya dalam mengasah kemampuan pengetahuannya sesuai bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menguasai materi agar dapat mengetahui tingkat pengetahuan 1 Kementrian Agama Republik Indonesia, Qur’an Dan Terjemahnya, Q. S. Al-Ankabut ayat : 43, Bandung : Pt. Madina Raihan Makmur, 2017, Hal 401 1 2 siswanya dari sebelum dan sesudahnya diberikan materi pelajaran. Selanjutnya dengan media yang guru bawakan dalam penerapan belajarnya diharapkan bisa membantu siwa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif. Dalam hal ini contoh mata pelajarannya misalnya sejarah yang merupakan bidang studi yang sudah ada dan merupakan salah satu bidang study IPS (ilmu pengetahuan sosial) baik di tingkat SD, SMP maupun SMA atau SMK sederajat sekolah-sekolah tersebut senantiasa memberikan pelajaran sejarah agar siswanya mengetahui bagaimana bisa terbentuknya sejarah. Akan tetapi, dengan persepsi kurang baik dan di anggap rendah. Bahkan, sejarah menyandang pelajaran yang membosankan bagi siswa/siswinya. Kecenderungan yang muncul adalah, persepsi bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan dan sejarah merupakan pelajaran yang membosankan. Umumnya pembelajaran di dalam kelas berlangsung sangat kaku, dan bosan. Sedangkan, siswa diharapkan belajar yang menyenangkan agar dapat menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri. Sebagaimana kecenderungan yang muncul adalah persepsi bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan dalam pelajaran serta membosankan. Karena, di kelas pada umumnya materi sejarah disampaikan secara verbal dan siswa memahami secara visual baik yang digambarkan oleh guru maupun buku. Sebagai salah satu bahan ajar dalam materi sejarah sekolah, buku dengan berbagai penyajiannya merupakan sumber belajar paling utama dalam mendapatkan materi yang dipelajari oleh siswa. Kenyataannya buku mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah, di samping peran guru sebagai pengajar. Akan tetapi, tidak hanya buku yang memegang peranan penting tetapi dengan media lainnya juga bisa memegang peranan penting. Misalnya, dengan media dongeng/cerita karena hampir bisa di pastikan bahwa setiap ahli pendidikan sepakat bahwa dongeng/cerita (untuk anak-anak) memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah SWT dalam surat (Qs. Al-Baqarah ayat : 65). 3 Artinya : “ Dan sungguh, kamu telahmengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran diantara kamu pada hari sabat, lalu kami katakan pada mereka, “ Jadilah kamu kera yang hina! ”2 Melalui media dongeng/cerita tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan, tetapi masukan dan pengalaman psikologis, sosial dan kultural yang berharga bagi perkembangannya yang masih berada pada tahap awal umumnya. Tidaklah berlebihan bahwa cerita/dongeng bisa mempengaruhi pembentukan kepribadian anak terutama dalam peningkatan hasil belajar. Dengan begitu, jelaslah bahwa cerita/dongeng bukanlah masalah yang remeh dan “ Sekedar Cerita “! Cerita berpengaruh besar dan menjangkau waktu yang amat panjang, bahkan seumur hidup siswa kelak.3 Namun, fakta dilapangan menunjukkan bahwa minat siswa untuk membaca buku-buku sejarah sangatlah memprihatinkan, ditambah lagi dengan penyampaian materi oleh guru yang kurang menarik pada pembelajaran sejarah tentu saja akan berdampak pada peningkatan hasil belajar yang kurang baik. Hal ini bisa dibuktikan, Setiap kali masuk kelas guru dihadapkan pada kenyataan yamg kurang menyenangkan misalnya ; siswa tidak tertib dan tidak peduli pada topik bahasan yang sedang guru jelaskan, pasti banyak siswa yang mengantuk dan kurang memperhatikan pelajaran ini, dan sebagian dari mereka sibuk sendiri dengan apa yang mereka pikirkan dan banyak juga yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, asyik mengerjakan tugas yang lain, bahkan tidak sedikit 2 Kementrian Agama Republik Indonesia, Qur’an Dan Terjemahnya, Q. S. Al-Ankabut ayat : 43, Bandung : Pt. Madina Raihan Makmur, 2017, Hal 10 3 Sugihastuti, “ Tentang Cerita Anak ”, Cet. 3 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013). H. 3 4 siswa yang meninggalkan kelas dengan berbagai macam alasan. Demikian pula fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah. Hal-hal tersebut di atas kemungkinan dikarenakan oleh berbagai macam faktor, misal cara mengajar guru yang kurang menarik bahkan cenderung monoton sehingga banyaknya argumentasi yang sulit dipahami. Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan siswa pengalaman langsung. Melihat pameran, atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Maka untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni dengan bercerita/berdongeng, maksudnya dalam berdongeng siswa di haruskan untuk ikut turut serta dalam cerita tersebut agar siswa dapat mengetahui makna dan kandungan yang tersimpan di dalam cerita tersebut. Selain itu, dengan jiwa yang senang selama proses pembelajaran berlangsung, maka belajar beriringan membentuk kreativitas yang tanpa tekanan, secara operasional memenuhi standar penilaian KKM untuk pelajaran sejarah. Itupun selama pembelajaran menarik dan menyenangkan, maka kondisi belajar dan pengelolaan belajar sudah dipastikan berjalan baik. Akan tetapi, jika cenderung tidak menarik atau membosankan tidak menutup kemungkinan bahwa bahwa kondisi belajar dan pengelolaan dalam belajarnya dipastikan belum berjalan dengan baik. Suatu keberhasilan pelajaran tentunya tidak lepas dari faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal yakni faktor yang berkaitan dengan diri siswa dalam kemampuan, minat, motivasi, keaktivan belajar, kreativitas dan lain-lain. Dan faktor eksternal yakni faktor dari luar diri siswa diantaranya seperti model pembelajaran, strategi pembelajaran, sarana kelas, dan lain-lain. Akan tetapi dalam fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum melalui fase belajar lanjutan, selepas mereka dari usia balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Fase ini mencakup masa pengasuhan, pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai memasuki sekolah lanjutan atas. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa. 5 Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang berbasis kelompok. Media pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kreatif dan inovatif. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif/ikut serta secara aktif dan bekerja sama sehingga antara siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan pembelajaran bersama dan berbuat ke arah yang sama. Oleh karena itu, siswa memerlukan latihan, daya khayal, dan sosiasi pikiran, serta kemampuan untuk menggunakan semua hal apa yang telah diketahui dan di alaminya. Dengan demikian, para orang tua, guru dan para pendidik lain, serta siapa pun yang menaruh perhatian pada masalah pendidikan siswa sesungguhnya amat perlu untuk menyadari dan selalu memperluas wawasan akan hal ihwal cerita siswa tersebut. Karena disini proses belajar yang dipakai adalah dengan media dongeng/cerita yang merupakan seni dan seni adalah sumber dari rasa keindahan dan bagian dari pendidikan. Salah satunya seni sastra, termasuk cerita juga menjadi bagian dari keduanya. Maka, didalamnya terdapat kenikmatan dan kesenangan bagi pengarang yang telah menyusun dan mengarangnya, pendongeng yang menyampaikannya, dan penyimak yang menyimaknya. Seni sastra ini seperti cerita atau dongeng memberi pengaruh, baik pada jiwa orang dewasa maupun anak-anak karena ia dapat mengasah rasa, akal, daya khayal, dan bersosialisasi pikiran. Dengan bercerita siswa diperkenalkan dengan seni bercerita yang dapat menimbulkan kecintaannya. Kecintaannya ini tidak akan terwujud tanpa latihan. Oleh karena itu, dengan peragaan para siswa terhadap beberapa cerita/ dongeng merupakan bentuk lain dari cara pengungkapan yang akan berkesan dengan ekspresi tubuh dan perasaan. Hal itu menjadi salah satu tujuan pengajaran cerita di sekolah yang dapat membantu siswa dalam mengungkapkan idenya secara hidup dan ekspresif. Guru yang cerdik dan ulet akan dapat melihat siswa yang siap bercerita dan akan memotivasi mereka. 6 Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Karena cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa di baca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan. Yaitu karangan, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak. Karangan, pengarang, penceritaan, pencerita, atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak adalah komponen pokok yang harus diperhatikan sehingga sebuah cerita layak disebut bagian dari sastra yang hidup dan abadi. Selain itu, mengarang cerita mencakup tiga unsur pokok. Pertama, ide yang terkandung dalam cerita, sisi kejiwaan, kesesuaiannya dengan pembaca atau pendengar, baik dalam cerita panjang maupun cerita pendek. Kedua, susunan ide yang teratur. Ketiga, bahasa dan gaya bahasa yang dibentuk oleh ide.4 Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga dimungkinkan siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran dengan mudah. Berdasarkan semua pernyataan diatas, diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai penggunaan dongeng dan pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “ B. Fokus Penelitian. Dari uraian di atas dapat di identifikasikan beberapa fokus penelitian dalam penelitian ini, antara lain : 1. Kurangnya peran guru dalam memberikan materi pelajaran secara menarik dan menyenangkan hingga konsentrasi/fokus pada suatu pelajaran kurang terserap. 4 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita Cet. 4 Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008 Hal 3-10 7 2. Kurangnya media serta sarana/fasilitas selama proses pembelajaran/proses belajar-mengajar, hingga kurangnya minat ketertarikan serta interaksi antar teman, siswa dan guru mengakibatkan proses belajar terhambat dan hasil belajar pun menurun. C. Pembatasan Penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1. Kurangnya peran guru dalam memberikan materi pelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk menghilangkan rasa tidak menarik/cenderung bosan dan meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi tersebut. 2. Kurangnya efektivitas timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa, pada saat pembelajaran berlangsung berakibat pada hasil belajar jika konsentrasi atau fokus siswa tidak tertuju pada bidang studi pada saat pembelajaran berlangsung. D. Rumusan Masalah Penelitian. Dari uraian di atas sesuai latar belakang yang telah di kemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran media dongeng pada pokok bahasan dalam pelajaran sejarah. 2. Bagaimana tingkat hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran menggunakan media dongeng di kelas X SMK Pembangunan Global pada setiap siklus ? E. Tujuan Penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan agar memperoleh gambaran tentang : 1. Untuk memperoleh peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran (IPS) sejarah dengan menggunakan media dongeng di kelas X SMK Pembangungan Global pada setiap siklus dan memperoleh hasil akhir pada akhir siklus. 8 2. Untuk memberikan masukan terhadap sekolah tentang media-media sederhana yang ternyata mungkin bisa jadi sarana pembelajaran yang efektif terutama media dongeng. F. Manfaat Penelitian. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah media dongeng atau cerita yang dapat dijadikan bahan pertimbangan melakukan inovasi pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran tidak monoton dan konvensional. Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi guru dan siswa dapat memberikan atau menyampaikan materi dengan menggunakan media dongeng atau cerita sebagai kontribusi positif agar dapar meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan dongeng sebagai bahan ajar sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efesien, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan media yang berbeda dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya Sejarah.5 2. Bagi sekolah. Dari hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada sekolah atau yayasan di SMK Pembangunan Global sebagai bahan kajian dalam usaha perbaikan proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik, sehingga mutu pendidikan dapat lebih meningkat. 5 Kasmadi, SST, M.Pd, DKK, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, cet.1, Bandung : ALFABETA, 2013, H. 20-21 BAB II KAJIAN TEORI A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti. 1. Media a. Pengertian Media. Kata “Media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” secara harfiah media memiliki arti “perantara“ atau “pengantar“. Association For Education and Communication Technology (AECT), mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang di pergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan, Education Association (NEA), mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan, beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.1 Dari definisi-definisi diatas disimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.2 Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. 1 Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar” Cet. Ke 3, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006, h. 120 2 Asnawir dan Basyiruddin Usman, “ Media Pembelajaran “, cet. 1, Jakarta Selatan : Ciputat Pers, 2002, h. 11 9 10 Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Apapun batasan-batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu ang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.3 Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Jika diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.4 Namun, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mecapai tujuan pengajaran. b. Pemanfaatan Media. Media digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip dalam penggunaannya yang antara lain harus di perhatikan ialah : a. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan. b. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. c. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang dipergunakan. d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media pengajaran. 3 Arif, S. Sadiman, dkk, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya “, cet. 4 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996. H. 6. 4 Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar” h. 121 11 e. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sitematis bukan sembarang menggunakannya. f. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.5 Secara umum media memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. 4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.6 Media disini sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataaan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. c. Fungsi Media. Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian, media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan daya simpan anak terhadap materi pembelajaran. 5 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran , h. 19 Arif Sadiman, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, h. 16-17. 6 12 Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari halhal yang paling konkrit sampai pada hal-hal yang di anggap paling abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih di kenal dengan kerucut pengalaman (Cone of Experience). Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale Berdasarkan klasifikasi di atas media dongeng termasuk audio visual dan sangat mengandalkan indera penglihatan dan indera pendengaran dalam penyampaiannya. Namun, dongeng merupakan media seni yang bisa di lihat, di baca, di dengar oleh siapa saja. Sedangkan, klasifikasi media menurut Rudi Bretz ada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak. d. Klasifikasi Dan Karakteristik Media. Dalam media tentunya memiliki beberapa klasifikasi diantaranya, menurut Oemar Hamalik dan 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu : a) Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya ; filmstrip, transparansi, papan tulis. b) Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya bisa di dengar, misalnya ; radio, rekaman pada tape recorder. c) Alat-alat yang bisa di dengar dan di lihat, misalnya ; film, dan televisi, bak pasir, peta electris. d) Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, saandiwara boneka, dan sebagainya. Sedangkan gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : (1) Benda untuk di demonstrasikan. (2) Komunikasi lisan. (3) Gambar cetak. (4) gambar diam. (5) Gambar gerak. 13 (6) Film bersuara. (7) Mesin belajar.7 2. Dongeng. a. Sejarah Singkat Cerita / Dongeng. Mengkaji dongeng dari sudut pandang sejarah tidak lepas dari tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan pesan-pesan verbal yang berupa pernyataanpernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi sekarang, sedikitnya satu generasi sebelumnya. Pernyataanpernyataan tersebut meliputi pesan-pesan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik (alat bunyi-bunyian). Munculnya tradisi lisan tidak dapat diketahui secara pasti, ada yang berpendapat, usianya tak ubahnya usia peradaban manusia karena berkembang seiring dengan dinamika sosio kultural suatu komunitas atau masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia sebagai individu tidak mungkin hidup terisolasi dengan individu-individu lainnya. Mereka hidup berkelompok-kelompok sebagai suatu masyarakat. Jadi individu-individu itu mewujudkan masyarakat yang akan memberi wadah bagi interaksi antar individu dan menjadi landasan bagi perkembangan pribadi dari masingmasing individu dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan perkembangan yang di sediakan oleh kehidupan sosialnya. Masyarakat juga melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh individu sebagaimana terbagan pada struktur di bawah, maka yang menjadi masalah sekarang ialah dari mana pengalaman masa lampau dari masyarakat itu di hidupkan kembali. Di mana pengalaman masa lampau itu di simpan. Masyarakat sebagai kumpulan individu tidak punya fasilitas yang berupa memori seperti pada individu, yang bisa menyimpan pengalaman mereka dan kemudian menghidupkannya kembali apabila diperlukan. Rupanya fungsi memori pada masyarakat digantikan oleh suatu media yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menyimpan pengalamannya. Itu tidak lain daripada berupa cerita-cerita yang hidup di masyarakat (tradisi lisan), yang pada 7 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran h. 29&31. 14 mulanya diabadikan dengan cara menceritakannya secara lisan turun temurun.8 Maka mendongenglah sebab itu menyenangkan, sebelumnya ada yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng, yaitu : a. Keinginan yang kuat dan tulus untuk mendongeng. b. Siap melakukan sehingga hasilnya tidak setengah-setengah. c. Mau bersuara lantang dan jelas. d. Mau melakukan dengan benar. e. Dapat menciptakan suasana akrab, hangat, dan gembira9. Selain itu, Menurut Kak Agus Ds, menyampaikan ada 13 hal yang harus diperhatikan agar menjadi pendongeng yang baik, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Pastikan kondisi fisik benar-benar dalam keadaan baik. Berusaha untuk memfokuskan perhatian pada saat bercerita. Menghayati cerita dengan sunguh-sunguh. Membuat singkatan cerita. Menyiapkan dan menyusun gambar-gambar peraga. Membuat puisi dan lagu. (jika mampu) Memilih adegan menarik. Atur dan perhatikan artikulasi pengucapan kata-kata. Komunikatif. Menjaga kerahasiaan jalan cerita. Terbuka terhadap kritik dan saran. Tidak menyimpang dari etika. Bersedia belajar dari orang lain.10 Dan ada pula hal-hal yang harus di perhatikan saaat mendongeng, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pola dan irama bicara. Jarak dengan audien. Gerak dan sikap tubuh. Kontak mata. Suara saat berbicara. Penampilan.11 Mendongeng adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan, oleh siapapun, baik orang tua, guru bahkan anak-anak sekalipun. Serta 8 Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” FPIPS IKIP PGRI Madiun. 9 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta:PT Luxima Metro Media, cet.1 , 2014) h. 30. 10 Ibid., h. 86 11 Ibid., h. 89 15 mendongeng merupakan suatu kegiatan yang sangat mudah bisa dikatakan sebagai kegiatan yang sangat sederhana, mudah dan maknanya sangat luas.12 b. Pengertian Dongeng. Dongeng atau cerita rakyat adalah bagian dari salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting artinya bagi pembentukan dan pembinaan watak serta pengaturan ketertiban sosial. Hal ini dimungkinkan karena berbagai pesan dan amanat yang ingin disampaikan pada masyarakat dilakukan secara tidak langsung serta diselubungi oleh berbagai hal yang mengasyikan, sehingga penerima pesan tanpa merasakan adanya kebosanan. Oleh karena itu, tradisi mendonggeng pada waktu itu tumbuh subur.13 Cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif tertentu. dalam kancah keilmuan cerita dalam bahasa inggris disebut “folktale” namun lebih di kenal dengan “folklore” yang merujuk bahwa cerita rakyat merupakan milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya. Dongeng disini bukan hanya sekedar cerita rakyat yang disimpan dalam bentuk cerita melainkan sebagai isyarat, alat pembantu, pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki, dan sebagainya yang dilakukan secara verbal dan nonverbal. Selain itu, folklore mencakup segala keyakinan, mitos, legenda, dan adat istiadat yang dipelihara suatu puak atau suatu bangsa secara turun temurun.14 Namun, Danandjaja mengatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral),atau bahkan sindiran. Selain itu, dongeng juga sering disebut cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dan ada juga yang menyebutkan bahwa dongeng itu adalah mite yang telah rusak (broken-down myths). Dalam kenyataannya pun hal ini memang terjadi, suatu cerita 12 Ibid., h. 3 Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, 1993 14 Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, (Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2014)., h. 1. 13 16 mengalami gradasi misalnya, mite seiring perkembangan zaman dapat beralih menjadi dongeng karena anggapan masyarakat pemilik sudah tidak memandang mite sebagai sesuatu yang suci lagi. Dongeng memiliki begitu banyak jenis, menurut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Danandjaja, yang berjudul The Types of the Folktale, dongeng terbagi ke dalam empat golongan besar, yaitu: 1. 2. 3. 4. Dongeng Binatang (animal tales), dongeng dengan tokoh binatang peliharaan dan binatang liar. Serta binatang-binatang ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Dongeng Biasa (ordinary tales), tokohnya adalah manusia dan biasanya berkisah suka duka seseorang. Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut, dan lain-lainnya. Lelucon dan Anekdot (jokes and anecdotes), adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa atau dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat atau orang yang menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati. Contohnya “Dongeng Modin Karok:” (Sumenep Madura). Dongeng Berumus (formula tales)15, adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak, untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak mempunyai akhir. Contoh dongeng bersifat penghinaan suku bangsa lain.16 Dongeng pada umumnya tidak memiliki fakta riil. Fungsi dongeng lebih di tujukan sebagai hiburan. Di dalam dongeng biasanya terdapat unsur nasihat, pertentangan antara yang baik dan yang buruk. Dongeng salah satu bentuk sosialisasi nilai-nilai yang perlu di wariskan kepada generasi yang lebih muda. Ada beberapa tipenya adanya 3, yakni ; 1) Unpromising Heroin ( cinderella, dan bawang merah bawang putih), 2) Male Cinderella (jaka kendil), Mather Incest Prophecy (sangkuriang, dan prabu watu gunung). Karena, dongeng merupakan pewarisan tradisi lisan dan yang mewarisinya adalah keluarga dan masyarakat.17 Sebagaimana menurut kamus bahasa sunda: 15 Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X (Jakarta: PT. Perca; 2009) h. 39 Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” 17 Ratna Hapsari, Dkk, “Sejarah SMA Kelas X (1)” (Jakarta : Erlangga, 2008) h. 43. 16 17 ” Carita, lem, carios; omongan, dongeng, lalakon; nyarita, lem, nyarios; ngomong”. “ Dongeng, carita baheula, biasana loba pamohalanana”.18 Maksudnya, dalam bahasa sunda dongeng biasanya itu adalah sebuah cerita, cerita dahulu, kisah, pembicaraan, dan biasanya terdapat amanat yang terkadung di dalamnya. Karena dengan dongeng manusia tidak mengetahui bagaimana bisa mereka dapat menjalani hidupnya. Sebab, di dalam dongeng terdapat unsur-unsur yang dapat mendidik tanpa kita ketahui yang sekarang sudah mulai punah malah sudah tidak di hiraukan lagi oleh banyak manusia. Dengan dongeng ini di harapkan bisa membangun suasana pembelajaran yang baru yang tidak dominan dengan ceramah saja, dan tidak membuat jenuh suasana belajar jenuh atau cenderung membosankan. Agus Trianto dalam buku bahasa indonesia dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh zaman dahulu. Dongeng disini termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Kejadia-kejadian dalam dongeng menjadi impian semua orang.19 Rika Lestari dalam buku Bahasa Indonesia SMP dongeng adalah bagian dari sastra lama yang ceritanya berkaitan dengan cerita-cerita zaman dahulu. Dongeng berisi petuah atau nasihat dengan tujuan untuk membina budi pekerti yang luhur bagi generasi muda. Ada beberapa jenis dongeng, yakni : a. b. c. 18 Sage, adalah cerita yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran dan kepahlawanan. Contohnya, Babad Dipenogoro. Mitos, adalah cerita tentang dewa atau pahlawan zaman dahulu yang mengandung roh atau mistis. Contohnya, Bandung Bondowoso, Nyai Roro Kidul. Legenda, adalah cerita yang berkaitan dengan terjadinya suatu tempat atau peristiwa. Contohnya, Sangkuriang (Gunung Tangkuban Perahu), Nyai Endit (Situ Bagendit). Surayi, Dkk, “Kamus Basa Sunda Pikeun Murid Sakola Dasar” cet.2 (Bandung : CV Yrama Widya, 2003) h. 24 & 28. 19 Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan MTs Kelas VII ”, Jakarta : Erlangga, 2007. H.14 18 d. Fabel, adalah cerita yang diperankan oleh binatang. Contohnya, Sikancil, Kura-kura, dan Siput.20 Korrie layun rampan dalam buku teknik menulis cerita rakyat membagi jenis-jenis cerita rakyat, yaitu : a. Mite,adalah cerita rakyat yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pendukungnya. b. Legenda, adalah folklore yang dianggap benar-benar pernah terjadi. c. Dongeng, yang besifat fiktif mengangkat cerita dari khazanah masa silam tentang tokoh-tokoh manusia biasa atau benda dan makhluk lainnya yang dibuat sama dengan manusia yang beraktivitas seperti didalam kehidupan sehari-hari. d. Fabel, adalah cerita rakyat yang berkisah tentang binatang. e. Sage, adalah cerita rakyat yang memiliki latar tempat dan waktu tertentu. awalnya, sage merupakan cerita rakyat yang menekankan pada silsilah raja-raja dan keturunannya. f. Saga, adalah salah satu bentuk cerita rakyat. Berawal dari islandia saga tersebut berupa cerita lisan. g. Auktorial, adalah pembacaan cerita rakyat yang bersifat dongeng. Auktorial mirip teater rakyat yang menggunakan ruang pentas dan penonton menjadi satu kesatuan. h. Epik, merupakan bentuk cerita kepahlawanan. Sering disebut epos atau wiracarita. Dengan ciri khas tokoh utamanya harum namanya. i. Cerita Jenaka, adalah cerita rakyat yang mengacu kepada hal-hal yang lucu. j. Cerita Berbingkai, adalah kisah yang ditandai oleh peristiwa, perbuatan, pengalaman, penderitaan, kebahagiaan seseorang yang terjadi pada masa lalu. Maksudnya, di dalam cerita terdapat cerita lain. k. Cerita Pelipur Lara, memiliki dua pengertian yakni ; 1) cerita rakyat yang tujuan utamanya menghibur para pendengar atau pembaca, dan 2) orang yang mahir berkisah menggunakan cerita-cerita tertentu (maksudnya, tukang cerita, pendongeng, juru kisah). Tujuan utama cerita ini untuk memberi hiburan guna melipur hati yang lara. l. Hikayat, berasal dari bahasa Arab yang artinya kisah, dongeng, cerita. Kata tersebut diturunkan dari kata kerja “haka” yang artinya menceritakan atau mengisahkan sesuatu kepada orang lain m. Biografi, adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis orang lain. Tujuan penulisan biografi ini untuk memberi teladan. n. Autobiografi, adalah bentuk riwayat hidup yang tulis sendiri oleh pengarangnya. Umumnya bersifat subjektif karena banyak peristiwa dan pengalaman pribadi yang bersifat rahasia tak mungkin ditulis seperti apa adanya. 20 Rika Lestari, “ Ringkasan Dan Pembahasansoal Bahasa Indonesia, SMP”, cet. 1, Jakarta : Puspa Swara, Anggota Ikapi, 2006. H. 116 19 o. Kisah perjalanan, adalah salah satu bentuk cerita yang melandaskan isi cerita pada pengalaman subjektif.21 c. Ciri-Ciri Dongeng. Adapun ciri-ciri dongeng menurut Rusyana dkk seperti terlihat pada bagan di bawah ini: a. b. c. d. e. f. Dongeng merupakan cerita tradisional yang terdapat di masyarakat sejak zaman dahulu. Peristiwa yang diceritakan menggambarkan peristiwa dahulu kala. Pelakunya dibayangkan manusia biasa seperti dalam kehidupan seharihari. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku kebanyakan perbuatan biasa, akan tetapi ada juga yang melakukan hal-hal luar biasa atau keajaiban. Latar cerita dapat berupa tempat biasa yang ada di bumi ini atau juga latar yang bukan merupakan tempat biasa seperti kayangan atau tempat tinggal makhluk halus. Oleh masyarakatnya dongeng tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang pernah terjadi dan sebagai sesuatu kepercayaan.22 d. Manfaat Dongeng. Ada 5 manfaat dongeng bagi anak : a. Merangsang kekuatan berfikir. b. Sebagai media yang efektif dalam berkomunikasi. c. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian. d. Menimbulkan minat baca. e. Menumbuhkan rasa empati23. Menurut Hollowel dalam kak Agus DS, mengatakan bahwa ada 6 manfaat yang positif dongeng untuk anak, yaitu : a. b. c. d. e. f. 21 Mengembangkan Imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam. Memuaskan kebutuhan ekspesi. Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui. Menumbuhkan rasa humor yang sehat. Mempersiapkan apresiasi sastra. Memperluas cakrawala khayalan anak24. Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 16-99. Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X h. 41 23 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h. 17. 24 Ibid, H. 15 22 20 Selain itu manfaat dongeng bisa dirasakan oleh orang tua dan guru, di antaranya sebagai berikut : a. Menambah pengetahuan. b. Lebih dekat dengan anak c. Mudah dalam memberikan pelajaran25. Adapun kendala bagi orang tua ketika akan mendongeng , yaitu : a. Tidak bisa mendongeng. b. Malas. c. Sibuk. d. Capek. e. Tidak punya ide26. e. Fungsi Dongeng. Pada dasarnya dongeng berfungsi untuk menyenangkan (menghibur) bagi yang mendengarkannya, meskipun sering di dalamnya terkandung unsur-unsur petuah. Petuah-petuah ” yang sebenarnya merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti khusus bagi kelompok, yang biasanya dinyatakan berulang-ulang untuk menegaskan satu pandangan kelompok yang diharapkan jadi pegangan bagi generasi-generasi berikutnya. Rumusan kalimat atau kata-kata itu biasanya diusahakan untuk tidak dibah-ubah, meskipun dalam kenyataan perubahan itu biasa saja terjadi terutama sesudah melewati beberapa generasi, apalagi penerusannya bersifat lisan, jadi sukar dicek dengan rumusan aslinya. Namun, karena kedudukannya yang sangat istimewa dalam kehidupan kelompok, maka tetap diyakini bahwa rumusan itu tidak berubah.27 25 Ibid, h. 20. Ibid, h. 26. 27 Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X , h. 41 26 21 Selain itu, dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur. Melalui dongeng, nilai, kepercayaan, dan adat masyarakat juga dapat tercermin.28 Secara sederhana, tujuan cerita rakyat berfungsi sebagai pelipur lara, sarana pendidikan, kritik sosial atau protes sosial, dan sebagai sarana untuk menyatakan suatu yang sukar dikatakan secara langsung. Kadang hal-hal tabu dan profan tak mungkin di eksplorasikan dan di nyatakan secara terbuka, sedangkan cerita rakyat atau dongeng berfungsi menjadi media penyampaian hal-hal yang demikian, sehingga sesuatu yang, mungkin akan menimbulkan kualat dapat dinyatakan dalam sintaksis-sintaksis cerita rakyat yang memikat. f. Tujuan Dongeng. Cerita dan dongeng memiliki tujuan yang sama yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat. Karena bagi mereka mendongeng itu sangatlah penting dalam memberikan contoh yang baik dan buruk adalah media yang sangat efektif.29 Namun, tujuan utama dongeng adalah menghibur dan memberikan pelajaran kepada pembacanya untuk meniru apa yang dilakukan tokoh-tokohnya.30 Tujuan dongeng atau cerita rakyat dalam nilai budaya mengandung unsur pembentukan serta pembinaan watak ialah : a. Untuk memahami dan mempelajari nilai dan citra anak di lingkungan masyarakat pendukung cerita yang bersangkutan. b. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang umum berlaku pada masyarakat pendukung cerita. c. Untuk mengkaji dan memahami proses sosialisasi pada masyarakat sunda yang menggunakan media cerita rakyat. d. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah kepustakaan nusantara. g. 28 Peran Dongeng. Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan MTs Kelas VII ”.h. 46 29 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h.4 30 Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 28 22 Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang di amanatkan Tuhan kepada orang tua. Maka, tanggung mendidik anak terletak di atas bahu para orang tua. Anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang lebih intensif, baik melalui pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan nonformal (keluarga). Sarana pendidikan keluarga, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak dan watak yang akan dibawanya sampai dewasa nanti. Dengan demikian, bahwa mendidik anak adalah pekerjaan yang terpenting serta merupakan tnggung jawab orang tua demi masa depan anaknya. Tugas utama dan mulia dalam pembentukan watak, sebagian besar terletak di tangan orang tua. Menurut, Dr. Benyamin Spock dalam melihat cinta antara orang tua dan anak-anaknya hendaknya dibedakan antara kasih sayang yang di dasarkan kepada devition dan cinta orang tua yang bertolak dari enjoyment. Orang tua mencintai ank-anaknya dalam arti devition di dorong oleh kasih sayang yang sebenarnya. Karena, dari pengorbananlah itu terjadi baik yang masuk akal maupun yang tak masuk akal pasti akan dilakukan. Misalnya: orang tua mampu menjadi narator atau tokoh dari dongeng yang diceritakan. Yang paling penting adalah contoh-contoh yang diberikan yang di contoh oleh anak adalah dengan pola tingkah laku seperti ucapan-ucapan, tingkah laku yang harmonis, tentram, damai, dan saling sayang menyayangi diantara anggota keluarga. h. Dongeng Sebagai Sumber Pembentuk Dan Pembinaan Watak. Amanat dongeng yang memberi bayangan kepada pendukung budaya yang bersangkutan bahwa dengan kuasa Tuhan hasil yang di peroleh adalah perbuatannya sendiri. Kelangsungan nilai seperti itu dalam upaya ketentraman hidup bermasyarakat. Namun, bukan berarti di balik itu tidak boleh menerima nilai-nilai yang baru, yang datang dari luar. Selama nilai tu bersifat positif dan meningkatkan kemartabatan sebagai manusia maka hal itu di perbolehkan. Oleh karena itu, ukuran-ukuran bagaimana manusia seharusnya berperilaku sangat di perlukan. Nilai adalah “tata bahasa” bagaimana berperilaku dalam bermasyarakat. Beberapa nilai yang dicari dikategorikan 23 sebagai nilai budi pekerti dan nilai semangat kerja (etos kerja). Nilai budi pekerti yang dimaksud adalah : kejujuran, lurus hati, punya kepribadian dan pendirian, tidak terbawa arus dan situasi kondisi sosial, nilai suci bersih, takwa, tidak takabur, tidak sombong, bijaksana, pemimpin yang bejiwa kerakyatan, taat pada pepatah orang tua, taat pada guru dan ajaran leluhur, mendapat didikan agama, dan suka tolong menolong. Nilai yang di kategorikan bersemangat (etos kerja) antara lain: punya idealisme, sabar, pasrah kepada Tuhan, rajin, tekun, dan lain-lain. Melalui dongeng masyarakat memahami secara konkrit adanya nilai-nilai yang harus di ajarkan. Dengan demikian, dongeng merupakan media yang mensosialisasikan nilai itu, baik melalui jalur nonformal (pendidikan di dalam rumah tangga), maupun jalur formal (sekolah). Karena, dengan berkembangnya pendidikan masalah nilai ini pun agar dapat di lanjutkan di berbagai pendidikan formal (sekolah). Jadi, akan tercipta kesinambungan pendidikan yang tidak lain merupakan salah satu cara dalam usaha pembudayaan.31 i. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng. a) Pemilihan Cerita. Sebagian orang yang piawai harus mampu menceritakan satu bentuk cerita bentuk cerita tertentu dengan baik dibandingkan dengan cerita yang lain. Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang, misteri, dsb. Sebaiknnya pendongeng memilih jenis cerita yang ia kuasai. Tetapi lain halnya bagi seorang guru, tampaknya ia akan agak sulit jika membatasi diri pada satu bentuk cerita. Ada faktor lain yang dapat membantu dalam pemilihan cerita, yaitu situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di awal tahun sangat baik memilih cerita Sakinah dan Anaknya. Karena dalam cerita tersebut sangat dekat dan dikenal dengan anak sebelum masuk sekolah. Kemudian di akhir 31 Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, hal. 1&6, dan 83-87 24 tahun cukup baik bila memilih kisah Cerita Tak Berujung. Karena pada cerita ini lebih dekat dengan memberi kesan pada dihati para siswa menjelang kelulusannya di akhir tahun. Sebab dalam cerita ini, digambarkan sebagai sesuatu yang terulang-ulang dan terus-menerus berlangsung. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan dan membaca seluruh cerita yang hendak diceritakan. Sebagai catatan bagi guru, bahwa dalam dalam penyampaian cerita yang lucu dan sedih, ia harus bercerita dengan menggunakan cara yang tepat agar murid tidak salah dalam mengapresiasikan. b) Persiapan sebelum Masuk Kelas. Sebuah kekeliruan adalah mengira seorang guru tidak memerlukan persiapan. tetapi harus ada persiapan terlebih dahulu karena setiap menit dan waktu yang digunakan untuk berpikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran di mulai, akan membantu penyampaiannya dengan mudah. c) Perhatikan Posisi Duduk Siswa. Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu, guru harus dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik. Untuk keperluan ini, dalam penceritaana berlangsung para siswa hendaknya di posisikan secara khusus, tidak sewaktu mereka belajar menulis dan membaca. Yang terpenting siswa dapat menerima cerita yang di sampaikan secara aktif, tidak duduk sesukanya. Dengan begitu suasananya jauh dari kesan resmi tidak seperti umumnya pelajaran yang lain, dan hubungan guru dan siswanya dalam bercerita hendaknya seperi tuan rumah dengan tamunya, yakni harus terjalin keakraban yang wajar.32 32 Abdul Aziz Abdul Majid, “Mendidik Dengan Cerita”, cet. 4, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hal 30-33. 25 j. Metode Penyampaian Cerita/Dongeng. a) Tempat Bercerita/Dongeng. Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa duduk dan mendengarkan cerita/dongeng. Karena anjuran untuk para guru, akan lebih baik mengajar para siswa, atau bercerita kepada mereka di udara bebas selagi mungkin daripada membatasi mereka di ruang kelas. b) Posisi Duduk. Sebelum memulai bercerita atau berdongeng sebaiknya ia memposisikan para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita/dongeng. Kemudian, guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya, dalam memulai bercerita/berdongeng hendaknya memulai dengan berdiri dan tidak duduk terus tetapi juga selama proses tersebut hendaknya mengubah posisi gerakan sesuai dengan jalan cerita tersebut. c) Bahasa Cerita. Bahasa dalam buku ini adalah bahasa yang baik dan mudah, memiliki bahasa yang sesuai dengan guru. Guru juga tidak harus selalu terfokus dalam gaya bahasa cerita dalam buku akan tetapi bisa aja dengan menambahkan atau mengurangi ungkapan yang dirasanya cukup baik agar para siswa lebih mudah memahami jalannya cerita. Bahasa dalam cerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari tetapi lebih ringan di bandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap di pahami oleh siswa. Dalam bercerita guru juga hendaknya menggunakan kata-kata dan ungkapan yang pendek dan baru tapi mudah diingat dan dekat dengan siswa. Yang terpenting adalah memilih kosa kata baru yang sesuai dan mencari cara yang tepat untuk menjelaskannya ketika bercerita tanpa memutuskan rangkaian jalannya cerita. 26 d) Intonasi Guru. Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita guru hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian, mengeras sedikit demi sedikit. Perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika sampai pada puncak konflik ia harus menyampaikan dengan suara yang di tekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Juga akan memberikan gambaran yang membuat mereka berpikir untuk menemukan klimaksnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah ketika konflik akan bertambah. Dan mereka akan merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaksnya. Maka hendaknya dalam penyampaian klimaksnya dengan suara yang meyakinkan dan membuat penasaran hingga tiba saat klimaks. Karena, harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita. Puncak konflik Rangkaian peristiwa Klimaks Pengantar Akhir cerita Bagan 1 Penyampaian Cerita/ Dongeng. e) Pemunculan Tokoh-Tokoh. Telah di sebutkan bahwa ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkannya secara hidup di depan para siswa. Untuk itu, diharapkan guru dapat menjelaskan peristiwanya dengan jelas tanpa gemetar atau ragu-ragu. Dalam bercerita guru juga harus dapat menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya, dan memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita. 27 f) Penampakan Emosi. Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. Jika situasinya menunjukan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut. g) Peniruan Suara. Seorang guru tidak perlu merasa rendah dengan peniruan suara ini, karena pekerjaan mengajar adalah mulia. Dan bercerita dengan penggambaran yang baik adalah bagian dari pekerjaan ini. Dengan demikian, selama peniruan yang dimaksud dalam cerita untuk menciptakan penjiwaan dalam cerita dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para siswa. h) Penguasaan Terhadap Siswa Yang Tidak Serius. Ketika proses bercerita berlangsung, guru mungkin menemukan salah seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian ceritauntuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat dengan menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukan kembali si anak di tempat duduknya, atau membiarkannya berdiri di samping sang guru. Bisa juga dengan menyebutkan namanya, dengan penyebutan nama ini atau memandangnya dengan tajam saat bercerita, cukup untuk memperlihatkan kepada siswa ini bahwa guru memperhatikannya dan mengetahui kenakalannya. Biasanya, tindakan ini bisa menghilangkan kenakalan tersebut. i) Menghindari Ucapan Spontan. Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap kali menceritakan suatu peristiwa. Kebiasaan ini tidak baik karena bisa memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Kesembilan hala di atas 28 sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan oleh guru ketika bercerita. Memang, kita menganggap bahwa bercerita dengan cara yang baik, rata-rata, adalah sesuatu yang lebih bersifat alami dari pada yang dibuat-buat. Namun, kita juga hendaknya tidak melupakan manfaat dari latihan dan belajar dalam mengusahakan metode yang tepat. Untuk itu, membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan praktek dan melampaui pengalaman dalam waktu yang tidak singkat. Jika guru telah selesai bercerita dengan memperhatikan poin-poin terdahulu, maka guru dapat meminta para siswa untuk mengungkap ulang cerita dengan salah satu cara dari banyak cara pengungkapan cerita.33 3. Pendidikan, Belajar dan Hasil Belajar Kognitif. a. Pendidikan. Apa itu pendidikan ? jawabannya pasti beragam. Dalam arti sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pendidikan atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogia yang berarti “ pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Paedagogos mulanya berarti “rendah” (pelayan atau bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik/ ahli 33 Ibid, h. 47-54 29 didik) ialah seseorang yang tugasnya pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. membimbing 34 anak dalam Kenyataanya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, berikut akan dibahas beberapa pengertian pendidikan yang di berikan oleh para ahli pendidikan, yaitu: Langeveld, “ pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa dan ditunjuakan pada orang yang belum dewasa”. Carter V. Good, a. Pedagogy is the art, practice, of profession of theaching. b. The systematized learning or intruction concerning principlesand methods of teaching and of studentcontrol and guidance; largely replaced by the term educatin. Pendidikan adalah : a. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar. b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode, mengajar, pengawasan, dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. Ki Hajar Dewantara, “ pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagi manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Karena itu, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami sebagai berikut: 1. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. 34 Ngalim Puwanto MP, “Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis”, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007. H 20 30 2. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. 3. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik. 4. Tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuantujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Jean Piaget, pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial , intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Disini menggambarkan makna bahwa pendidikan adalah segala sesuatu hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas sosial-sosialnya dalam bermasyarakat. Ilmu pendidikan disebut juga pedagogik, diterjemahkan dalam bahasa inggris "pedagogics". Pedagogics sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu "pais" yang artinya anak, dan "again" yangvartinya membimbing. Poerwabakwatja dan Haharap mengatakan bahwa pedagogik ada 2 arti : 1) praktek, cara seseorang mengajar, dan 2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan. Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi kedewasaan. Mudyahardjo menegaskan bahwa sebuah teri berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai : 1) asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/ titik tolak pemikiran sebuah teori, dan 2) definisi konotatif, atau denotatif 31 atau konsep-konsep yang menyatakan Makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori. Asumsi pokok pendidikan ; 1) pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajar, 2) pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada pencapaian hal-hal yang baik atau normaa-norma yang baik, 3) pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi –kondisi aktual dan invidu yang belajar tertuju pada pencapaian yang individu yang diharapkan. Teori pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dan secara perspektif memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arahan, pilihan yang telah ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia. Pendidikan menurut Charles E Silberman tidak sama dengan pengajaran karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Jadi, pengajaran merupakan bagaian dari pendidikan , mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat indonesia yang demikian majemuknya, maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan di selenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, dan lengkap, menyeluruh, rasional dan obyektif menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat “cross culture”, artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas sdan lintas kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. Ada berbagai rumusan untuk memahami pendidikan dari berbagai sudut pandang keilmuan, yakni : 1. Sosiologi, dari aspek sosial pendidikan diartikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. Dengan tujuan agar orang lain menjadi terdidik, dan untuk menjadi terdidik mereka harus belajar. 32 2. Antropologi, memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi. Disini melihat dari aspek budaya, yakni sebagai udaha pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. 3. Psikologi, dari aspek tingkah laku individu, yaitu sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Konsep-konsep psikologi tentang invidu menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar. 4. Ekonomi, memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Konsep ekonomi menjadi dasar atau landasan pendidikan, karena itu kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan. 5. Politik, melihatnya sebagai proses menjadi warga negara yang diharapkan (civilisasi) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Konsep politik menjadi dasar penyelenggara sistem pendidikan makro nasional. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogiyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Pengajaran pada hakekatnya proses komunikasi, maka perlu dikuasai teori komunikasi yang relevan. O’Connor, mengatakan pendidikan perlu memiliki syarat-syarat untuk berfikir lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas dan menjelaskan berarti memberikan penerangan. Teori pendidikan menurut Pratte tidak dapat disusun seperti teori dalam ilmu pengetahuan alam. Teori tidak memiliki keterkaian logis sebagai suatu rangkaian hipotesis dan gagal membentuk suatu paradigma sebagai teori ilmiah. Artinya, mengajar pada hakekatnya suatu proses, yaitu proses yang mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. b. Faktor-Faktor Pendidikan. 33 Pendidikan merupakan sarana dimana siswa mendapatkan pengajaran, Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan di didik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu : a. Adanya tujuan yang hendak dicapai. b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan. c. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu. d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan. Antara faktor yang satu dengan faktor lainnya, tidak bisa dipisahkan, karena kesemuanya saling pengaruh mempengaruhi.35 c. Tujuan Pendidikan. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu ? akan di bawa kemanakah anak didik itu ? soal “ tujuan pendidkan “ merupakan soal yang prinsipil dalam pedagogik. Dalam UU yang membicarakan tujuanj pendidikan yang khusus berlaku dinegara kita dewasa ini ( UU pendidkan dan pengajaran no 12 tahun 1954 dan UU no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yakni “ segala apa yang kita katakan tentang tujuan pendidikan ditentukan oleh zaman dan kebudayaan ditempat kita hidup”. Dalam beberapa pasal yang sudah dikatakan pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dalam ringkasan tadi tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti ia harus bisa menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dan yang harus kita ingat bahwa tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik sendiri. Di dalam buku Beknopte theoretische paedagogiek, langeveld mengutarakan macam-macam-macam tujuan pendidikan, yakni; tujuan umum, tujuan-tujuan tak sempurna, tujuan-tujuan sementara, tujuan-tujuan perantara, dan tujuan-tujuan insidental.36 Berikut akan dikemukakan secara singkat tentang tujuan-tujuan satu persatu secara hierarki. Sebagai bekal atas pendidikannya, yaitu : a) Tujuan umum, tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidikdalam segala waktu dan keadaan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal. 35 Hasbullah, “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan” (Jakarta : Rajawali Pers; 2012) h. 9-10. 36 Puwanto, “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”, hal. 3, 18, dan 20. 34 b) Tujuan khusus, merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas dasar beberapa hal, di antaranya : 1. Terdapatnya perbedaan individual dan anak didik. 2. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat. 3. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas dan lembaga pendidikan. 4. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa.37 d. Fungsi Pendidikan. Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Karena, dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnyamelalui proses pendidikan ia mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapinya. Fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan karena orang yang berpendidikan dapat terhindar dari kebodohan maupun kemiskinan. UUSPN No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.38 e. Belajar. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Arthur D. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behavior through experience dan training”, yakni perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Menurut Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 37 Hasbullah“ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h. 14 Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, “konsep dan makna pembelajaran”, Bandung : ALFABETA, 2010, cet. 8 hal. 1-11. 38 35 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Mudjiono mengemukakan bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses meencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebaginya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri. Gage menurutnya, belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Henry. E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Lester. D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya, maka belajar seperti dikatakan “rote-learning”. Dan jika apa yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri maka itu di sebut “overlearning”. Perhatian yang utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menagkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar. Berikut makna belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikologi : 1) B. F. Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progressif serta dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. 2) Robert M. Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan; (a) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (b) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. 3) Jean Piaget, seorang psikolog swiss menitik beratkan pada aspek perkembangan pikiran secara alami dari lahir hingga dewasa. 36 4) Carl. R. Rogers, ahli psiko terapi praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar.39 Berbagai pengertian belajar dari berbagai pandangan konsep belajar atau makna belajar selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku atau perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu ”, dengan ini bahwa belajar membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, semua itu di dapatkan karena kecakapan baru dan perubahan yang terjadi karena usaha yang disengaja. Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah. Karena itu, belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya melalui pengalaman pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Secara garis besar dikenal ada 3 rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive gestalt-filed. Jika di uraikan adalah : a) Teori Disiplin Mental. Bahwa disini menganggap belajar mental siswa didisiplinkan dan dilatih. Jadi, disini mengsahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada pada kesadaran individu. b) Teori Behaviorisme. Teori ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati/diukur. Disini belajar benar-benar diperuntukkan untuk mengembangkan kemampuan pribadi siswa dengan mengembangkan potensinya melalui berbagai aktivitas belajar. c) Teori Cognitive Gestalt-Filed. Bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Disini menegaskan bahwa belajar adalah berusaha mengatasi hambatanhambatan untuk mencapai tujuan.40 f. Pembelajaran. Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses 39 Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, “Konsep dan Makna Pembelajaran”, Bandung : ALFABETA, h. 4-37 40 Ibid, h. 39-50. 37 interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran memiliki 2 karakteristik, yaitu : 1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. 2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dalam proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Kegiatan pembelajaran yang di programkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran (Instructional). Dengan demikian, pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajarai suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegaitan belajar mengajar.41 4. Sejarah. a. Pengertian Sejarah. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu atau syajara yang berarti terjadi.42 Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama 41 42 Ibid, h. 61-65. Muhammad Arif, “ Pengantar Sejarah ”, Jakarta : Para Cita Prees, 2010, Hal 9. 38 lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.43 Istilah yang memiliki makna sama dengan kata syajaratun adalah silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek moyang. Pada kerajaan-kerajaan masa lampau sering dibuat silsilah keluarga raja mulai dari siapa pendiri raja itu sampai pada raja yang sedang berkuasa.44 Selain itu, pengertian beberapa ahli mengatakan : J. Bank, Sejarah merupakan semua kejadian/peristiwa masa lampau. Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua kejadian yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Dalam kejadian atau peristiwa tersebut terdapat bagaimana manusia berperilaku. Robert V. Daniels, Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa silam. Sejarah yang dimaksud dalam definisi adalah sejarah manusia. Manusia merupakan pelaku sejarah. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia adalah kemampuan untuk menangkap kejadiankejadian yang ada di sekelilingnya. Hasil tangkapan tersebut akan menjadi ingatan atau memori dalam dirinya. Memori ini akan menjadi sumber sejarah. Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.45 Selain merujuk pada kata syajarah seperti yang di uraikan di atas, pengertian sejarah dapat di gali dari kata historia (bahasa Yunani Kuno) yang kemudian berkembang menjadi history (bahasa Inggris) yang berarti orang pandai. Dalam hubungan ini Sjamsuddin dan Ismagun menjelaskan bahwa istilah historia atau history mengandung pengertian belajar dengan cara bertaya-tanya. Istilah ini juga mengandung pengertian sebagai pertelaan tentang hal ihwal manusia secara kronologis. 43 Marwan Supriyadi, “ Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X ”, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009 h. 2 44 Ibid, h. 2 45 Ibid, h. 4 39 Woolever dan Scoot “ sejarah sebagai suatu kajian tentang aktivitas manusia pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, ilmu pengetahuan, dan hasil kreativitas seni. Menurut Heyking menyatakan bahwa sejarah merupakan suatu bentuk kegiatan inkuiri yang membantu dalam membangung pemahaman tentang kehidupan, baik yang bersifat individu maupun kolektif, dalam kurun waktu tertentu. Sementara Kartodirdjo melihat pengertian sejarah dalam dua sudut pandang, yakni secara subyektif dan obyektif. Secara subyektif merupakan suatu konstruk atau suatu bangunan yang disusun oleh sejarawan sebagai suatu cerita tentang suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada masala lampau. Sedangkan, secara obyektif memungkinkan adanya tafsiran yang berbeda antara sejarawan yang satu dengan sejarawan yang lainnya meskipun mengkaji suatu tema yang sama.46 Sebagaimana yang dijelaskan di atas sejarah tidak dapat dipisahkan dari pendidikan ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora) yang dapat melatih daya untuk berpikir, memberikan kesadaran kepada kita akan nilai-nilai yang telah manusia lahirkan dan temukan melalui pikiran, perasaan, atau perbuatannya. Sebab, sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau.47 Oleh karena itu, penting nya kita memahami sejarah dari berbagai sisi baik itu dari segi pengertian, makna, fungsi, kegunaan, dan manfaat, yang saling saling terkait satu sama lainnya. b. Makna Sejarah. Berbicara makna memiliki beberapa makna diantaranya, Collingwood bahwa sejarah akan memberikan makna bagi kehidupan manusia karena materi sejarah itu sendiri telah memungkinkan tterjadinya dialog antar dimensi waktu, yakni dialog antara waktu yang telah lalu, waktu yang sekarang, dan bahkan waktu yang akan datang yang terjadi secara terus menerus. Kesadaran untuk mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa yang lalu, guna mengantisipasi peristiwa pada saat ini dan pada masa yang akan datang seperti itulah yang akan membentuk kesadaran sejarah. 46 47 Muhammad Arif, “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h 9-14. Drs, Idad Suhada, M. Pd, “Konsep Dasar IPS” Bandung : Solo Press, 2010. Hal 7. 40 Soedjatmoko menyatakan, kesadaran sejarah merupakan suatu refleksi yang berkesinambungan tentang kompleksitasperubahan yang ditimbulkan oleh interaksi dialektik dari masyarakat yang ingin melepaskan diri dari realitas yang mengungkung. Sementara kartodirdjo “ kesadaran sejarah merupakan kesadaran diri yang secara imanen ada pada refleksi diri.48 c. Fungsi Sejarah. Pada dasarnya fungsi menurut Kuntowijoyo mengatakan bahwa fungsi sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni fungsi instrinsik dan fungsi ekstrinsik. Fungsi instrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Misalnya, sejarah sebagai kisah dan peristiwa. Sedangkan, fungsi ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai, proses pendidikan, liberal education. Misalnya sejarah sebagai pendidikan moral. Wiriatmadja menyatakan sejarah berfungsi untuk membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah. Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa terdapat empat fungsi sejarah, yaitu: 1) Fungsi rekreatif. Yaitu sejarah sebagai pendidikan keindahan, sebagai pesona perlawatan. 2) Fungsi inspiratif. Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat identitas dan mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa. 3) Fungsi instruktif. Yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. 4) Fungsi edukatif. Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia.49 d. Kegunaan Sejarah. Kegunaan dalam pelajaran sejarah menerangkan bahwa, Widja menjelaskan bahwa sejarah bukan sekedar uraian cerita kehidupan pada masa yang lalu semata. Adapun kegunaan sejarah yang dimaksud adalah kegunaan edukatif, kegunaan inspiratif, dan kegunaan rekreatif. Kegunaan Edukatif, mengkaji peristiwa masa lampau akan memberikan peluang bagi kita untuk 48 49 Muhammad Arif“ Pengantar Ibid, h. 41 Sejarah ”, h 19-20. 41 dapat melakukan dialog dengan masa lalu. Kegunaan Inspiratif, menggali gagasan masa lalu yang berguna untuk mendapatkan inspiratif dan semangat untuk mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa. Kegunaan Rekreatif, sesuatu yang mendatangkan kegembiraan hati atau sesuatu yang menyegarkn pikiran. Karena dengan membaca yang secara penghayatan akan menerobos kemasa lampau dan tempat-tempat yang tak terbatas untuk mengikuti suatu peristiwa sejarah. e. Manfaat Sejarah. Mengenai manfaat, menurut Kuntowijoyo adanya dua dimensi dari manfaat sejarah, yakni manfaat sejarah instrinsik dan secara ekstrinsik. Secara intrinsik bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terhadap pengembangan ilmu sejarah. Kemudian, secara ekstrinsik, sejarah memberikan nilai-nilai yang memberikan inspirasi terhadap perjalanan umat manusia.50 Pada dasarnya manfaat sejarah adalah mengenang, menilai, mengambil sebuah pengajaran yang terdapat dalam setiap masanya, baik itu masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. 5. Hasil Penelitian Yang Relevan. a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hanif dalam jurnal ilmiahnya “Dongeng/Cerita Dalam Perspektif Pendidikan” menulis, Dongeng merupakan suatu cerita yang sifatnya fiksi dan bersifat menyenangkan (menghibur) bagi yang mendengarkannya didalamnya sering didalamnya terkandung unsurunsur petuah pula. Danandjaya juga mengatakan, bahwa dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak pernah terjadi, dan diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau sindiran. Dongeng bersifat universal dan banyak jumlahnya, namun menurut Anti Arne dan Stith Thomson dongeng dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 32 Muhammad Arif, “ Pengantar Sejarah ”, h 21-22.. 42 1) Dongeng binatang (animal tales). Adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti bianatang menyusui, binatang melata, ikan dan serangga. Binatang-binatang tersebut dalam ceritanya dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Ada binatang cerdik, licik, dan jenaka di satu pihak dan binatang pandir yang menjadi bulan-bulanan tipu muslihat di lain pihak. Di Indonesia banyak dongeng jenis ini, satu diantaranya : Si Kancil dan Si Siput, Kancil Menipu Kera, dan lain-lainnya (Rahimsyah.tanpa tahun). 2) Dongeng biasa (ordinary folkates). Adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut, dan lain-lainnya. 3) Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes). Adalah dongengdongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa. 4) Dongeng berumus (formula tales). Adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak, untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak mempunyai akhir.51 b. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Role Playing mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V SDN Tegalweru. Peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,6%, peningkatan prosentase ketuntasan belajar kelas yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap teks cerita rakyat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,7%.52 51 Muhammad Hanif, “ Dongeng/Cerita Dalam Perspektif Pendidikan”, FPIPS IKIP PGRI Madiun. 52 Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jur. Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. 43 c. Dalam penelitiannya Meina Febriani (2012) “Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa Sd Kelas Rendah”. Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) bahan ajar Dongeng Banyumas yang dinginkan oleh guru dan siswa adalah bahan ajar dongeng Banyumasan yang didesain dengan tampilan yang menarik, sesuai dengan pemahaman siswa, mengajarkan nilai-nilai positif, dan memberikan pengetahuan budaya Banyumas, (2) penilaian yang diberikan oleh guru dan ahli pada dimensi sampul buku diperoleh nilai rata-rata 83,33 dengan ketegori baik, pada dimensi anatomi buku diperoleh nilai rata-rata 82,5 dengan kategori baik, dan pada dimensi isi buku, diperoleh nilai rata-rata 81,25 dengan kategori baik, dan (3) perbaikan yang dilakukan terhadap bahan ajar apresiasi dongeng Banyumas meliputi perbaikan desain sampul, peniadaan materi mengapresiasi dongeng, pembatasan cakupan dongeng, perbaikan gaya bahasa, dan penyesuasian pertanyaan tentang apresiasi dan muatan budaya Banyumas yang dihubungkan dengan nilai yang terkandung dalam dongeng. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan aktivitas, dan pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V di SDN Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang.53 d. Dalam penelitian Sunarti A Lapalume (2014) Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui Media Audio Visual Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I menjadi 10 orang atau sekitar 52,63% siswa yang mampu, 6 orang atau sekitar 31,58% siswa yang kurang mampu dan 3 orang atau sekitar15,79% siswa yang tidak mampu. Kemudian pada tindakan siklus II kemampuan siswa menyimak meningkat 16 orang atau sekitar 84,21% 53 Meina Febriani (2012) “Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa Sd Kelas Rendah”. 44 siswa yang mampu, 2 orang atau 10,53% siswa yang kurang mampu dan 1 orang atau sekitar 5,26% siswa yang tidak mampu. Simpulannya bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak dongeng dikelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.54 e. Dalam penelitiannya Novita Dewi (2015). Penggunaan Metode Bercerita dengan Boneka Jari Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang. Skripsi. Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Hopkins (1993) dan dirancang dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang meliputi perencanaan, aksi/tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru kelas sebagai pelaksana sedangkan peneliti sebagai observer. Subyek penelitian yaitu anak kelompok A di TA Pesan Ibu Malang sebanyak 30 anak, 20 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Penerapan metode bercerita dengan boneka jari tangan diawali dengan guru memberitahu judul cerita dan memperkenalkan tokoh-tokohnya, kemudian bercerita dengan boneka jari tangan, selanjutnya anak menceritakan kembali cerita tersebut di depan kelas secara berkelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak pada pra tindakan sebesar 33.33%, meningkat menjadi 46.67% pada siklus I dan menjadi 83.33% pada siklus II. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan 54 Sunarti A Lapalume (2014) Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui Media Audio Visual Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 45 bahwa penggunaan metode bercerita dengan boneka jari tangan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A.55 f. Dalam penelitiannya, Nasai (2012) “Pemanfaatan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII A MTs NU Pakis Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa MTs NU Pakis Malang. Tahap-tahap yang dilakukan adalah menyiapkan boneka, menyusun pokok-pokok cerita, dan bercerita. Keaktifan siswa selama pembelajaran keterampilan berbicara khususnya bercerita dengan menggunakan boneka tangan meningkat. Siklus I meningkat 52,3% dan siklus II meningkat 63,5%. Hasil belajar juga meningkat dari siklus I mencapai rata-rata 45,8% dan pada silkus II mencapai 64,1%.56 g. Dalam Penelitiannya, Eka Retnaningsih (2009) “Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A. Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng. Siklus I nilai rata-rata kelas 72,8 dan siklus II 80. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan kearah yang lebih positif.57 h. Dalam penelitiannya, Teti Milawati (2011) “ Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual (Savi) Hasil penelitian 55 Novita Dewi (2015). Penggunaan Metode Bercerita dengan Boneka Jari Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang. Skripsi. Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. 56 Nasai (2012) “Pemanfaatan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII A MTs NU Pakis Malang.” S1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. 57 Nas Haryati, dkk (2009) “Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A. 46 untuk pencapaian kemampuan anak memahami drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14% mampu dan 32% mahir, urutan kedua aspek memahami tema yang mendapat hasil 16% mampu dan 30% mahir, urutan ketiga memahami amanat 18% mampu dan 28% mahir, urutan keempat menirukan tokoh mendapat hasil 22% dan 26% mahir, urutan kelima mengekspresikan karakter mendapat hasil 26% mampu dan 22% mahir sedangkan urutan terakhir menyusun alur mendapat hasil 38% mampu dan 8% mahir. Berdasarkan uji t bahwa hasil tes performansi di kelas eksperimen memperoleh rerata (mean) 14,44 sedangkan rerata tes performansi 10,28 di kelas kontrol. Kesimpulannya kelas ekaperimen lebih berhasil dalam peningkatan kemampuan memahami drama dibanding kelas kontrol. Hasil penelitian untuk pencapaian kemampuan anak menulis teks drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek menulis tokoh dengan tingkat pencapaian hasil 12% mampu dan 38% mahir, urutan kedua aspek menulis latar yang mendapat hasil 18% mampu dan 32% mahir, urutan ketiga aspek menulis tema mendapat hasil 30% mampu dan 14% mahir, urutan keempat aspek menulis konflik mendapat hasil 28% mampu dan 14% mahir sedangkan urutan terakhir yaitu aspek menulis bahasa mendapat hasil 38% mampu dan 8% mahir. Berdasarkan uji t hasil kemampuan anak menulis teks drama di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan mendapat nilai rerata 7,24 dan hasil kemampuan menulis teks drama anak di kelas eksperimen setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata 11,76 maka pencapaian hasil peningkatan kemampuan menulis teks drama anak di kelas eksperimen mencapai nilai rerata 4,52. Hasil kemampuan anak menulis teks drama anak di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan mendapat nilai rerata 6,24 dan hasil kemampuan menulis teks drama anak di kelas kontrol setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata 47 8,36 maka pencapaian hasil peningkatan kemampuan menulis teks drama anak di kelas kontrol mencapai nilai rerata 2,12 Hasil observasi selama penerapan model pembelajaran SAVI berlansung sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai persentase yang diperoleh 94% terhadap penilaian aktivitas siswa dan 96% hasil aktivitas guru dalam kelas. Nilai ini menandakan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam setiap pertemuan di kelas eksperimen sangat baik.58 i. Dalam Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1)(2009): 3 - 15 yang dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar Tingkatan Dua (The Use of Concept Maps in Improving Achievement in The Subject of History for Form Two Students) Hipotesis ini bertujuan untuk melihat sama ada wujud atau tidak perbedaan yang signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam ujian pra dan ujian pasca. Jadual 1 menunjukkan keputusan ujian-t (36) = -10.769 dan p = .000 < 0.05. Min ujian pra ialah 39.7, manakala min ujian pasca pula ialah 52.7 di mana perbezaan min ialah 13. Oleh itu terdapat perbezaan yang signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam ujian pra dan ujian pos. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. (Rujuk Jadual 1) Berdasarkan kepada taburan skor min item tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep yang diperoleh, didapati 6 daripada 10 item mempunyai skor min tinggi adalah item berkaitan dengan pengajaran menggunakan peta konsep membuatkan saya lebih ingin belajar dan berjaya dalam mata pelajaran sejarah (skor min = 3.84). Setiap pelajar harus tahu menggunakan peta konsep dalam pelajaran mereka (skor min 58 = 4.11). Pembelajaran berbantukan peta konsep amat Teti Milawati (2011) “ Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual (Savi)“ Hasil penelitian untuk pencapaian kemampuan anak memahami drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14% mampu dan 48 menyeronokkan, mudah dan realistik(skor min = 3.78). Saya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan fakta dalam sejarah dengan menggunakan peta konsep (skor min = 3.70). Pengajaran guru dengan menggunakan peta konsep lebih berkesan (skor min = 4.0). Saya lebih mudah mengingati fakta dalam sejarah dengan penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajara sejarah (skor min = 3.78) Hasil analisis ini menunjukkan bahawa pelajar-pelajar boleh menerima dengan baik penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pelajar juga menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran sejarah itu menunjukkan minat untuk belajar mata pelajaran sejarah. Secara keseluruhan skor min tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran sejarah ialah 3.55. Berdasarkan interpretasim min yang diadaptasi daripada Jamil Ahmad (1993), didapati tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran sejarah berada pada tahap sederhana positif.59 j. Dalam Penelitian Skripsi, Kresna Hendrawan (2009) “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII D yang berjumlah 28 siswa. Siswa dikatan tuntas belajar jika siswa mendapat nilai minimal > 75,00 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 70% dari jumlah siswa yang ada dikelas. Hasil belajar siswa sebelum diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata 64,32 dengan 59 Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1)(2009): 3 - 15 yang dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar Tingkatan Dua (The Use of Concept Maps in Improving Achievement in The Subject of History for Form Two Students). 49 persentase ketuntasan klasikal sebesar 21,43%. Pada siklus I setelah diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,39 dengan persentase ketuntasan klasikal 64,29%. Pada siklus I nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal sudah meningkat, tapi ketuntasan belajar belum mencapai indikator. Kemudian hasil belajar yang diperoleh pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,14 dengan ketuntasan klasikal 78,57%. Pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I, dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu 78,57% dari jumlah siswa satu kelas dan nilai rata-rata mencapai 77,14. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.60 k. Dalam penelitiannya, Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21–41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat. Dapatan kajian ini menunjukkan bahawa penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham (Needham, 1987) dalam pengajaran dan pembelajaran Sejarah sangat berkesan dan dapat membantu pelajar memahami konsep dan menguasai isi kandungan tajuk pelajaran Sejarah dengan lebih baik. Signifikan kajian ini adalah pelajar dapat menjawab keseluruhan soalan Sejarah, soalan esei, soalan struktur dan soalan objektif/aneka pilihan dengan baik dan signifikan berbanding pelajar Kumpulan Kawalan yang menggunakan pendekatan tradisional.61 l. Dalam penelitiannya, “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian 60 Kresna Hendrawan (2009) “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun Ajaran 2008/2009.” 61 Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21–41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat. Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21–41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat. 50 Tindakan Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok yang dilakukan Oleh Fitria Ningtias Rahmawati. Penelitian ini dilakukan di SMP Bina Sejahtera Depok kelas VIII B yang berjumlah 25 siswa tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data yng dilakukan adalah test, lembaar observasi, dan angket. Teknik analisis data secara kuantitatif berdasarkan hasil analisis perhitungan rata-rata skor angket motivasi siklus II. Rata-rata skor angket motivasi belajar siswa sebesar 91,5 sedangkan rata-rata skor hasil hasil belajar siswa siklus I 6,06, sedangkan pada siklus II sebesar 7,42. Dapat disimpulkan terjadi peningkatan skor hasil belajar siswa.62 Dari beberapa hasil penelitian yang relevan di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tentang upaya peningkatan hasil belajar media dongeng dalam pembelajaran Sejarah. Hal ini terbukti dengan perubahan pada nilai hasil belajar siswa, bahwa dapat di katakan hal ini dapat di terima oleh siswa. 6. Kerangka Berpikir. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu satunya yaitu tata cara penyajian materi yang dilakukan oleh guru di depan kelas masih membosankan. masalah seperti ini dapat dengan mudah dipecahkan dan diatasi dengan penggunaannya media-media pembelajaran. Penggunaannya media-media pembelajaran didalam penyajian materi akan membantu guru untuk lebih mudah mengarahkan serta menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat dengan mudah ditingkatkan. Namun, metode pembelajaran yang bagus tidak hanya terbatas digunakan untuk menyampaikan materi siswa saja, akan tetapi media yang membuat siswa terlibat langsung untuk menggunakannya. 62 “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian Tindakan Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok” yang dilakukan Oleh Fitria Ningtias Rahmawati (2011/2012) 51 Dari uraian diatas metode pembelajaran dengan dongeng tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah pada siswanya. Dengan demikian, menggunakan metode dongeng dengan berbantuan media-media yang telah disiapkan maupun yang dihasilkan oleh siswanya hasil karya sendiri. Hal ini menentukan bagaimana proses belajar mengajar akan berlangsung dan mendapatkan hasil belajar yang ingin dicapai. Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran Penerapan Media Dongeng Untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Media Dongeng Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Langkah Dasar Dalam Penyampaian Media Hasil Belajar Siswa Dongeng 1. Pengetahuan. a) Keinginan yang kuat dan tulus untuk 2. Pemahaman. mendongeng. 3. Pengaplikasian. b) Siap melakukan sehingga hasilnya tidak setengah-setengah. 4. Analisis. 5. Sisntesis. c) Mau bersuara lantang dan jelas. hasil belajar 6. Evaluasi. d) Mau melakukan dengan benar. e) Dapat menciptakan suasana akrab, hangat, dan gembira. 7. Hipotesis Tindakan. Hipotesis adalah dugaan sementara adanya hubungan antara varibel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Agar memenuhi unsur yang 52 menentukan mengenai ada tidaknya hubungan tersebut, maka diajukan hipotesis. Sederhananya, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi melalui data-data penelitian yang diperoleh dari sampel. Para meter adalah ukuran-ukuran yang di kenakan pada populasi. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang mewakili populasi. Pengajuan hipotesis didasarkan atas hipotesis nol (H0), hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol adalah koefesien korelasi antara variabel X dengan Y sama dengan nol. Artinya, tidak menunjukan adanya hubungan antara variabel X dengan Y. Sedangkan hipotesis penelitian (H1) adalah koefesien korelasi menunjukan harga lebih besar dari nol. Artinya, terdapat hubungan antara variabel X dengan Y. Hipotesis disini adalah istilah yang memungkinkan peneliti menghubungkan teori dengan pengamatan, atau sebaliknya pengamatan dengan teori. Jadi berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir yang telah penulis uraikan sebelumnya. Bahwa adanya hubungan yang saling keterkaitan satu sama lainnya antara variabel X dan Y.63 Hipotesis Tindakan yang dipandang tepat untuk memecahkan masalah yang akan diteliti adalah Upaya Peningkatan hasil belajar siswa dengan Media Dongeng dengan pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Sejarah) di kelas X SMK Pembangunan Global. 63 Kasmadi, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif”, H. 52-55. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek Kab Karawang. Peneliti memilih lokasi penelitian ini dikarenakan secara geografis lokasi sekolah strategis, dan memadai untuk dilakukannya penelitian berlangsung. 2. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di pada tanggal 1 Oktober 2015 sampai dengan 1 November 2015 pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Jadwal kegiatan dilakukan secara berkala sesuai jam mata pelajaran atau jam mengajar di sekolah. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Oktober 2015 Kegiatan 1 2 3 4 5 November 2015 1 2 3 4 Januari 2016 1 Persiapan Penelitian Awal Studi Pustaka Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penelitian Siklus I dan Refleksi Pelaksanaan Penelitian Siklus II dan Refleksi Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Perbaikan Laporan 53 2 3 4 5 Februari 2016 1 2 3 4 Maret 2016 1 2 3 4 54 Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Secara Final B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan. 1. Metode. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Dalam buku Suharsimi Arikunto,2 agar peneliti mendapatkan informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan kelas, perlu kiranya di pahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip tersebut adalah : 1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin 2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja 3) SWOT (Strength/ Kekuatan, Weaknesses/ Kelemahan, Opportunity/ Kesempatan, Threat/Ancaman) sebagai dasar berpijak 4) Upaya emperis dan sistematik 5) Ikuti prinsip SMART (Specifik/ khusus, Mangable/ dapat dikelola, Acceptable/ dapat diterima dan Achievable/ dapat dipercaya, Realistik/ operasional, Time-bound/ diikat oleh waktu) dalam perencanaan. Bagi peneliti pemula, sangat di sarankan untuk melakukan penelitian kolaborasi, yaitu penelitian yang dilakukan bersama-sama atau berpasangan.3 Dalam melakukan kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan kelas adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 1 orang 1 Prof. Suharsimi Arikunto DKK, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara 2010), Cet ke 10, H. 3 2 Ibid., h. 6-8 3 Ibid., h. 22 55 guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru dan ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti.4 2. Desain Intervensi Tindakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini kegiatan pembelajarannya berbentuk siklus dengan setiap siklus terdiri atas 4 komponen kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada setiap pelaksanaannya ke-4 komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus pada setiap siklus. C. Subjek Tindakan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Pembangunan Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan. Kotabaru. Kabupaten Karawang, yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sedangkan, subjek pendukung penelitian adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Sejarah Indonesia kelas X yang melakukan tindakan terhadap siswa. D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai peneliti, guru mata pelajaran sejarah sekaligus sebagai wali kelas yang berperan langsung dalam pembelajaran dengan menggunakan pemanfaatan Media Dongeng atau Cerita serta media audio visual video pembelajaran di kelas X SMK Pembangunan Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang. E. Tahapan Intervensi Tindakan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang saling keterkaitan. Untuk lebih jelasnnya, berikut rincian siklus yang akan dilaksanakan : Pada siklus 1 tindakan yang dilakukan adalah : 4 Ibid., h.17 56 1) Rencana (Plan), pelaksanaan PTK mencakup beberapa kegiatan, yaitu : a) Menetapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaranyang akan dicari alternatif pemecahannya. b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran lebih terarah dan terpogram guna tercapainya tujuan pembelajaran. c) Menyiapkan kertas kosong A4 dan membagi kelompok d) Menyusun instrument penelitian untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan berupa lembar observasi guru dan siswa. e) Memberikan informasi kepada observer (guru mata pelajaran IPS) dan rekan sejawat yang membantu dalam penelitian ini untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan sesuai dengan instrumen-instrumen yang ada f) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap proses dan hasil pada pelaksanaan tindakan yang berlangsung. 2) Tindakan (Act), tindakan PTK merupakan implentasi atau penerapan tindakan yang sesuai skenario pembelajaran (RPP). a) Menerapkan media dongeng yang telah disusun dalam RPP pada materi Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha). b) Pada akhir pembelajaran mengadakan evaluasi. 3) Observasi (Observe), kegiatan yang dilakukan pada tahap oservasi tindakan adalah : a) Observasi dan pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b) Observasi dan pengamatan aktivitas guru menerapkan media pembelajaran dongeng/ bercerita. c) Observasi, pengamatan, kerjasama dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media dongeng. 4) Refleksi (Reflect), kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah : a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah, dan waktu dari setiap tindakan. 57 b) Melakukan pertemuan dengan guru untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran. c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. d) Evaluasi tindakan 1. Pada siklus 2 tindakan yang dilakukan adalah : 1) Rencana (Plan), Rencana pelaksanaan PTK pada siklus 2 mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut : a) Menetapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi Pembelajaran yang akan dicari alternatif pemecahannya. b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran lebih terarah dan terpogram guna tercapainya tujuan pembelajaran. c) Menyiapkan kertas kosong A4 dan membagi kelompok d) Menyusun instrument penelitian untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan berupa lembar observasi guru dan siswa. e) Memberikan informasi kepada observer (guru mata pelajaran IPS) dan rekan sejawat yang membantu dalam penelitian ini untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan sesuai dengan instrumen-instrumen yang ada f) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap proses dan hasil pada pelaksanaan tindakan yang berlangsung. 2) Tindakan (Act), tindakan PTK merupakan implentasi atau penerapan tindakan yang sesuai skenario pembelajaran (RPP). a) Menerapkan media dongeng yang telah disusun dalam RPP pada materi Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha). b) Pada akhir pembelajaran mengadakan evaluasi. 3) Observasi (Observe), observasi pada siklus 2 terdiri dari pengumpulan dan analisis data tindakan kedua. a) Observasi dan pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 58 b) Observasi dan pengamatan aktivitas guru menggunakan media pembelajaran dongeng/ bercerita. c) Observasi dab pengamatan kerjasama dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media dongeng. 4) Refleksi (Reflect), kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi siklus II adalah evaluasi tindakan kelas. Jika pada kenyataanya hasil dari ke-2 siklus tersebut, masih kurang untuk meningkatkan pemahaman siswa, maka akan dilakukan siklus III, dan seterusnya. Model penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggrat yang dikutip oleh Rochiati Wiriatmadja. REFLEKSI PLAN OBSERVE ACTION REFLEKSI PLAN OBSERVE ACTION Bagan 2 Model Desain Kemmis & Mc Taggart F. Data dan Sumber Data. Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya. Jenis data dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas. penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas 59 secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang di lakukan oleh siswa5. G. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik non tes yang terdiri atas observasi, tes yang terdiri atas observasi, rekaman vidio dan dan foto. Uraian masing-masing teknik tersebut di jelaskan lebih rinci dibawah ini : 1) Observasi Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematika dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena (kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan. Observasi yang dilakukan observer ini adalah untuk melihat aktivitas siswa dan guru serta untuk merekam dan memotret jalannya pembelajaran sesuai skenario pembelajaran. 2) Lembar Observasi Pada alat pengumpulan data berupa observasi ini menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam belajar, menilai keprofesionalan guru dalam mengajar dan kefektifan model pembelajaran yang digunakan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi karena peneliti akan mengukur perilaku manusia, proses kerja serta gejala alam. 3) Angket Angket merupakan instrumen pengumpul data penelitian berupa sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada subyek penelitian. Pengambilan angket ditujukan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa. Daryanto mengatakan dengan kuisioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Maksud dari pendapat di atas angket mampu mengukur tentang 5 Ibid, H. 3 60 pribadi, perasaan, kebiasaan, pengalaman, dan pendapatnya. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersbut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil langsung data yang akan digunakan, berdasarkan teori peneliti menggunakan data primer sebagai data yang dipakai dalam penelitian ini. Pengambilan data primer yang menggunakan angket ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan para siswa dengan pembelajaran yang akhir-akhir ini mereka rasakan, dalam hal ini pembelajaran sejarah yang menggunakan media dongeng atau cerita. Angket terdiri 11 butir pernyataan dengan penyebaran beberapa pernyataan positif dan negatif. 4) Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang langsung di tunjukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi merupakan ciri dengan proses sistematis, proses yang di arahkan untuk menggeneralisasikan, memanifestasikan dan mengikuti aturan tertentu. Proses sistematis, obyektif yang di gunakan untuk mengkaji masalah yang berkenaan dengan hubungan antar variabel dengan cara mengumpulkan dan menganalisis keterangan atau informasi yang sesuai dengan lingkup batasan kajian, merupakan hakikat dari penelitian. Salah satu sumber informasi untuk penelitian dapat diperoleh melalui keterangan yang terdapat dalam dokumentasi. 5) Tes Tes menggunakan instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa. Adapun bentuk tes dapat dilihat dari bentuknya yang terbagi menjadi dua yaitu: a) ”Tes obyektif, istilah obyektif adalah tidak adanya faktor lain yang mempengaruhi proses pemeriksaan pekerjaan test”. Dengan artian tes obyektif telah memiliki jawaban yang pasti dan tidak dapat diubah-ubah semaunya. Hal ini hanya memungkinkan siswa untuk menjawab soal dengan satu jawaban saja, sehingga siswa tidak memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat dalam menjawab soal. Ini sejalan dengan pendapat Cece Rahmat dan Didi Suherdi, bahwa dalam tes obyektif, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri, 61 karena alternatif-alterntif jawabannya sudah disediakan, kecuali dalam tes isian dan jawaban singkat, dan siswa tinggal memilih jawaban mana yang paling tepat. Berdasarkan penjelasan di atas bentuk tes obyektif dapat berupa pilihan ganda, mencocokan, dan benar salah. b) Tes subyektif, istilah subyektif di sini diartikan sebagai adanya faktor lain di luar kemampuan testi dan perlengkapan instrumen tes yang mempengaruhi proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor/nilai. Bentuk tes ini memiliki keunggulan yaitu tes ini mampu menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya karena menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi untuk mengaitkan fakta-fakta yang relevan. Tes ini diberikan untuk tes hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II. 6) Pilihan Ganda Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes pilihan ganda yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu tes yang pilihan jawabannya sudah tertera dala soal tersebut. Dalam hal ini bertujuan untuk mengukur pemahaman serta ketelitian siswa dalam menjawab setelah dilakukannya suatu pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan hasil belajar dalam peningkatan pemahamannya pada pelajaran IPS tiap siklus dan dan seluruh siklus, diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus baik itu siklus I samapai dengan siklus II dan dari hasil posttest. Alat elektronik yang digunakan adalah HP,dan Tab atau Kamera digital untuk memudahkan proses pengamatan. 7) Catatan Harian Pada alat pengumpulan data berupa catatan harian ini menggunakan lembar catatan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses belajar mengajar. Kejadian-kejadian yang dicatat akan dijadikan alat bukti, dan sebagai acuan untuk melakukan tidakan pada penelitian ini. Diharapkan dengan catatan harian ini mampu memperkuat dan menjabarkan informasi yang 62 didapat dari penelitian secara jelas dan transparan. Catatan harian ini diisi oleh peneliti, dan dikoreksi oleh observer. H. Teknik Keterpercayaan Study. Sebelum instrument pengumpulan data tersebut dijadikan sebagai instrument penelitian dilakukanterlebih dahulu uji coba kepada responden yang berada diluar subject yang sudah ditetapkan. Uji coba tersebut dimaksudkan sebagai syarat validitas dan reliabilitas instrument. Uji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran soal tes objektif, jika diuraikan : 1. Uji Validitas Menurut Pengujian Scarvia B. Anderson dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Educational Evaluation yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto mengatakan A test is valid if it measures what it purpose to measure. yang artinya bahwa suatu tes dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebelum menentukan suatu instrumen itu layak diuji atau tidak penelitian perlu melakukan uji validitas terlebih dahulu. Pada penelitian tindakan kelas ini validasi instrumen tes hasil belajar, angket, lembar observasi dan catatan harian dilakukan dengan cara meminta penilaian kepada para ahli dibidang pendidikan berkenaan dengan content, kisi-kisi, kata per kata serta letak tata gambar pada alat pengumpulan data, dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing. Untuk menguji validitas instrumen tes hasil belajar siklus I, dan II menggunakan Korelasi Poin biserial6, yang akan dikorelasikan dengan r tabel di mana n = 35 yaitu 0,334 ≈ 0,33 dan taraf signifikansi 5%, di mana n merupakan banyaknya subjek. Rumusnya sebagai berikut : rpbis Mp Mt St p q Keterangan: rpbis : Koefisien Korelasi Poin Biserial Mp : Rata-rata skor subjek-subjek yang menjawab benar 6 Hal.64 Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 63 Mt : Rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh subjek) St : Standar deviasi skor total p : Proporsi subjek yang menjawab betul item pilihan q :1 p Di mana rumus standar deviasi7 menggunakan rumus: St n X i2 n n Xi 2 1 Setelah diperoleh nilai rpbis , dan nilai ini dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf signifikan 0,05 . Adapun kriteria pengujian uji coba validitas butir soal adalah sebagai berikut: a. Jika rpbis rtabel maka butir soal valid. b. Jika rpbis rtabel maka butir soal tidak valid. Berdasarkan hasil analisis validitas dari instrumen yang telah diuji cobakan pada 35 siswa. Setelah dilakukan uji coba instrumen di SMK Pembangunan Global maka didapat hasil, berikut ini hasil interpretasi validitas uji coba instrumen hasil belajar Sejarah siswa pada siklus I: Tabel 3.2 Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus I: 7 No 1 rhitung 0,343 rtabel 2 0,416 Valid 3 0,564 Valid 4 0,455 5 0,632 Valid 6 0,377 Valid 7 0,360 Valid 8 0,524 Valid 0,334 Status Valid Valid Sudjana. Metode Statistika. (Bandung : Tarsito. 2005) hlm. 94 64 9 0,434 Valid 10 0,420 Valid 11 0,422 Valid 12 0,556 Valid 13 0,450 Valid 14 0,422 Valid 15 0,418 Valid 16 0,372 Valid 17 0,089 Drop 18 0,632 Valid 19 -0,075 Drop 20 0,430 Valid 21 -0,206 Drop 22 -0,028 Drop 23 0,596 Valid 24 0,352 Valid 25 0,467 Valid 26 0,435 Valid 27 0,574 Valid 28 0,490 Valid 29 0,337 Valid 30 0,532 Valid 31 0,438 Valid 32 0,350 Valid 33 0,359 Valid 34 0,032 Drop 35 0,405 Valid Berdasarkan perhitungan validitas soal pada uji coba instrumen siklus I didapatkan 30 butir soal valid dan 5 butir soal tidak valid. Sehingga soal yang 65 akan digunakan untuk mengukur hasil belajar sejarah siswa pada kelas sampel yang valid. Berikut ini hasil interpretasi validitas uji coba instrumen hasil belajar sejarah siswa pada siklus II: Tabel 3.3 Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus II: No 1 2 3 rhitung 0,259 0,345 0,123 rtabel Status Drop Valid Drop 4 0,308 Drop 5 0,535 Valid 6 0,474 Valid 7 0,504 Valid 8 0,538 Valid 9 0,372 Valid 10 0,433 Valid 11 0,461 Valid 12 0,521 Valid 0,334 13 0,371 14 0,369 Valid 15 0,383 Valid 16 0,452 Valid 17 0,396 Valid 18 0,464 Valid 19 0,352 Valid 20 0,546 Valid 21 0,369 Valid 22 0,523 Valid 23 -0,063 Drop 24 0,543 Valid Valid 66 25 0,488 Valid 26 0,461 Valid 27 0,405 Valid 28 0,384 Valid 29 0,043 Drop 30 0,452 Valid Berdasarkan perhitungan validitas soal pada uji coba instrumen siklus II didapatkan 25 butir soal valid dan 5 butir soal tidak valid. 2. Pengujian Reliabilitas Dalam sebuah tes, validitas itu penting dan reliabilitas itu perlu karena suatu tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel, oleh karena itu jika sudah mengetahui instrumen soal mana saja yang valid, maka tahap selanjutnya adalah tahap mengukur reliabilitas pada sekumpulan butir soal yang telah terbukti valid. Reliabilitas instrumen berhubungan dengan keajekkan suatu tes. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 1 kelas yang berbeda untuk uji instrumen. Jadi reliabilitas dilakukan untuk setiap uji coba yang dilakukan agar mendapatkan instrumen yang sesuai dan layak untuk diujikan kepada subyek penelitian. Perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II ini rumus yang digunakan peneliti adalah rumus Kuder - Richardson (K-R.20)8, rumusnya yaitu: r11 st 2 k k 1 pi qi st 2 Keterangan : r11 : Koefisien reliabilitas k : Jumlah soal pi : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i qi 8 : Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i Erman Suherman. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. (Jakarta: Universitas Terbuka. Depdikbud. 1993) hlm.160 67 st2 : Varians dari skor total Setelah diperoleh nilai r11 , dan nilai ini dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf signifikan 0,05 . Adapun kriteria pengujian uji coba reliabilitas butir soal sebagai berikut : a. Jika r11 > rtabel maka butir soal reliabel. b. Jika r11 ≤ rtabel maka butir soal tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji reliabilitas pada siklus I yang = ℎ diperoleh pada uji coba instrumen 11 = 0,873 dan nilai 0,334. Sehingga diperoleh ℎ = 0,873 > 0,334 = = . Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji reliabilitas pada siklus II yang diperoleh pada uji coba instrumen, diperoleh Sehingga diperoleh ℎ 11 = ℎ = 0,853 dan nilai = 0,853 > 0,36 = = 0,334. . Dapat disimpulkan bahwa uji coba instrument siklus I dan II reliabel. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas pada siklus I dan siklus II. Tabel 3.4 Hasil Interpretasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Sejarah Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Siklus Kemampuan I Hasil Belajar 0,873 Sejarah 0,853 II Kriteria Kategori Sangat Tinggi 0,334 Reliabel Sangat Tinggi Berdasarkan tabel 3.5 diperoleh bahwa soal yang digunakan untuk mengukur hasil belajar sejarah siswa pada siklus I dari total 35 soal yang diujikan valid 30 soal. Sedangkan dari siklus II dari total 30 soal yang diujikan 25 valid. Reliabilitas pada Siklus I tergolong tinggi dengan perolehan 0,873 > 0,334 = ℎ = , dan pada siklus II tergolong tinggi dengan perolehan = 0,853 > 0,334 = . Jadi dapat disimpulkan bahwa soal layak diujikan kepada siswa dikelas X SMK Pembangunan Global. I. Analisis Data. ℎ 68 Pengolahan dan analisis data yang dimaksud adalah untuk mengolah data mentah berupa hasil penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna. Penafsiran data tersebut antara lain untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. 1) Untuk mengetahui keterlaksanaan media pembelajaran tipe Dongeng/ Bercerita yang meliputi aktivitas guru dan siswa. Teknik analisis datanya dilakukan dengan cara dihitung dan dipaparkan secara sederhana hasil analisis lembar observasi setiap siklus. Kemudian dirataratakan dan di presentasikan ke dalam grafik sederhana. Presentasi dihitung dengan persamaan : Presentase Skor hasil observasi x100 Skor total Tabel 3.5 Interpretasi Keterlaksanaan Presentase (%) Bobot Kategori ≤54 0 Sangat Kurang 55-59 1 Kurang 60-75 2 Sedang 76-85 3 Baik 86-100 4 Sangat Baik Sumber : (Purwanto, 2009:103) 2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah pada siklus. Ketercapaian individu Katercapaian klasikal = jumlah jawaban benar yang dicapai oleh siswa x100 Jumlah soal Jumlah siswa yang tuntas x100 Jumlah seluruh siswa 3) Untuk mengetahui nilai rata-rata peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah pada setiap siklus dan akhir siklus. Adapun untuk mengetahui nilai rata-rata peningkatan pemahaman siswa di gunakan rumus : 69 Rata-rara peningkatan kemampuan belajar siswa = Jumlah skor total siswa x100 Jumlah seluruh siswa Tabel 3.6 Interpretasi Hasil Belajar No Presentase Hasil Belajar Kategori 1 <70% Kurang 2 70-79% Cukup 3 80-89% Tinggi 4 90-100% Sangat Tinggi (Sumber : Adi Suryanto, 2008: 47) J. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan. Proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan Media Dongeng dalam pembelajaran IPS (Sejarah) Pada Materi Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) berlangsung beberapa pertemuan. Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan pedoman observasi kegiatan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya dan untuk memperoleh gambaran pembelajaran media dongeng atau cerita serta sesuai tidak langkah-langkah model pembelajaran dan proses pembelajaran yang berlangsung dengan media dongeng atau cerita di dalam kelas yang dilakukan peneliti sebagai observer. Penelitian ini dilakukan secara individu yang dimana peneliti (Observer), guru (Guru Model), dan siswa (Dokumentasi). Observasi ini fokus untuk aktivitas guru dan siswa. Mengenai aktivitas guru dan siswa berdasarkan hasil data observasi yang telah dilakukan interaksinya berlangsung dengan cukup baik. Proses pembelajaran pun dilaksanakan sesuai dengan media dongeng yang berlangsung selama beberapa pertemuan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut : a. Memberikan materi. 70 Tahapan yang dilakukan oleh guru adalah memberikan materi tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) setelah menerangkan guru memberikan contoh cara pembelajaran media dongeng di papan tulis di hubungkan dengan materi yang diberikan guru. b. Pengelompokkan. Guru membentuk pengelompokkan peserta satu kelas terdiri dari 5 kelompok, setiap kelompok memiliki 6 sampai 7 peserta. Pengelompokkan ini tidak berdasarkan tingkat kepintaran, status sosial, agama, suku, warna kulit, maupun lainnya. Pengelompokkan ini semua siswa dianggap sama tidak memiliki perbendaan apapun. Kemudian guru memberikan bahan ajar dan contoh media dongeng kepada masing-masing kelompok, tiap satu kelompok di berikan contoh bercertita atau berdongeng. Walaupun siswa didik dibagi menjadi kelompok namun diharapkan dalam pembuatan tugas secara bekerjasama, masing-anggota kelompok memiliki tugasnya masing-masing dan tidak ada yang mengandalkan. Disini guru membebaskan siswa dalam pembuatan cerita atau dongeng dan tidak membatasinya dalam pembuatan Cerita atau Dongeng tetai tetap dalam pengawasan guru sehingga timbul kreatifitas pada diri siswa. Setelah selesai guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil yang telah ada. c. Guru memberikan tugas (Buku Paket). Pada tahap ini Guru memberikan tugas buku paket dalam BAB II, untuk dikerjakan perkelompok. Pada buku paket ini karena tidak adanya LKS, maka guru memberikan tugas pada BAB II dalam buku paket yang terdiri dari beberapa materi dan di bagi menajdi beberapa pertemuan, dikerjakan setelah proses pengelompokkan pembuatan media dongeng atau cerita. d. Kesimpulan. Setelah semua kegiatan terlaksana, maka siswa dan guru menyampaikan kesimpulan dari materi yang diberikan. Dengan adanya kesimpulan tersebut guru dapat menilai apakah pembelajaran yang dilaksanakan berhasil diserap oleh peserta didik. 71 K. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini antara lain: 1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa hingga mencapai kualifikasi yang ditentukan sebagai berikut: a. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ideal adalah 75. b. Persentase kelulusan ideal adalah 75%. 3. Adanya peningkatan nilai rata-rata dari sebelum siklus, siklus I, dan siklus II BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah. SMK Pembangunan Global adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang didirikan oleh sebuah yayasan, yang bernama “Yayasan Sartika Putri”. Pada tahun 2009 dengan izin Bupati Karawang dengan No. 421.3/kep.747.HUK/2010 dan Akreditasi „B‟ dengan nilai akreditasi, sekolah ini beralamat di Jl. Sukatani Barat No. 99, Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang 41374. Dengan No. Telepon (0264) 2654 499/ 082114795500. Homepage : http://smkpege.blogspot.com , dan Email : [email protected]. Disertai beberapa jurusan diantaranya adalah : 1. Bidang Studi Keahlian : Teknologi dan Rekayasa, dengan Kompetensi Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer Jaringan. 2. Bidang Studi Keahlian : Bisnis Manajemen, dengan Kompetensi Keahlian : Administrasi Perkantoran. Lokasi sekolah berada di dalam pemukiman warga tidak ada angkot yang lewat tepat depan sekolah, jarak dari sekolah ke jalan raya yang dilalui angkot kurang lebih 100 meter. Untuk mengakses sekolah ini dapat menggunakan kendaraan pribadi atau berjalan kaki. Kelas X terdiri dari 3 kelas, kelas XI terdiri dari 2 kelas dan kelas XII terdiri dari 2 kelas, ukuran ruang kelas cukup luas sehingga cukup nyaman untuk proses belajar mengajar. Peneliti mengajar di kelas X, yang mempunyai 102 siswa, karena beberapa siswa keluar atau pindah sekolah, siswa sekarang menjadi beberapa siswa. 38 siswa di kelas X dimana guru sebagai peneliti mengajar terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Di kelas X mempunyai 1 papan tulis biasa, LCD, kipas angin, serta sound system. Kelas di penuhi dengan karya-karya siswa yang ditempel di dinding kelas. Kelas X terletak di depan gedung sekolah yang bersebelahan dengan gedung sekolah SD Sartika Putri. Keadaan kelas cukup 72 73 memadai diantaranya papan tulis yang besar ditambah dengan meja dan lemari penyimpanan dalam keadaan baik, begitu pula kondisi meja dan kursi yang tersedia. 1. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pembangunan Global a) Visi SMK Pembangunan Global 1) Beriman dan bertakwa. 2) Berbudi luhur. 3) Mengedepankan pendidikan. 4) Mengedepankan Prestasi baik pendidikan maupun olahraga. b) Misi SMK Pembangunan Global 1) Menjadikan siswa penerus bangsa Indonesia yang berkualitas dan berbudaya. 2) Menjadikan siswa penerus bangsa yang sehat dan berpendidik. 3) Menjadikan siswa penerus bangsa Indonesia yang jujur dan berprestasi. c) Tujuan SMK Pembangunan Global Menyiapkan siswa yang kreatif, handal, terampil, disiplin, berbudaya, dan berprestasi serta mampu mengembangkan diri dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 2. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan. Salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan dalah seorang guru. Dimana, guru memerankan peran sebagai sutradara atau aktor yang memegang kendali atas berlangsungnya proses belajar mengajar. Sedangkan, jumlah tenaga kependidikan di SMK Pembangunan Global berjumlah 32 termasuk Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan, Wakil Kepala Sekolah Kurikulum, TU (Tata Usaha), Bendahara, dan 27 guru pengajar mata pelajaran sesuai bidangnya. 3. Keadaan Siswa. Jumlah siswa SMK Pembangunan Global pada tahun ajaran 2015/2016 secara keseluruhan berjumlah 209 siswa. 4. Sarana dan prasarana. 74 Sarana dan Prasarana merupakan sesuatau yang diadakan sekelompok manusia sebagai penunjang proses pendidikan dagar dapat memberikan kontribusi secara efesien dan optimal bagi jalannya proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Adapun sarana dan prasarana di SMK Pembangunan Global adalah sebagai berikut ; Ruang Kelas : 9, Komputer : 12, Ruang Kepala Sekolah: 1, Ruang Yayasan : 1, Ruang Guru : 1, Ruang Tu : 1, Papan Tulis : 10, Lab Komputer : 1, Toilet Guru : 1, Toilet Siswa : 2 dan semua dalam keadaan baik.1 B. Deskripsi Data. 1. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng Pada Setiap Siklus. a. Pra Penelitian. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdri dari dua siklus, dan sebelum memulai siklus tim peneliti melakukan observasi secara mendalam pada sampel yang akan di teliti. Siklus satu di bagi menjadi dua pertemuan begitu pula siklus kedua, hal ini di lakukan karena materi yang di ajarkan terbilang sedikit. Observasi di dasarakan pada hasil belajar sejarah siswa dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung, penyebab nilai sejarah siswa masih di bawah KKM, serta melihat motivasi siswa dalam belajar di kelas. Ketika peneliti melaksanakan observasi awal dengan cara memperhatikan tingkah laku siswa saat belajar sejarah, banyak hal-hal yang menjadi bahan acuan peneliti untuk mencari solusi sehingga saat penelitian kelas bisa kondusif. Hal-hal tersebut antara lain, konsentrasi siswa sering terganggu karena adanya gangguan dari luar kelas, motivasi siswa yang rendah ketika mengerjakan soal latihan bahakan sering mereka mengerjakan soal seadanya, dan model pembelajaran yang digunakan cenderung 1 membosankan. Sumber Hasil Penelitian 2015. Berkenaan dengan masalah model 75 pembelajaran, judul yang di angkat oleh peneliti sudah tepat karena berkaitan dengan model pembelajaran. Hasil belajar siswa terutama bidang studi sejarah kelas X masih relatif rendah karena masih terdapat siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini juga diperkuat oleh hasil belajar siswa pada saat ulangan harian pada materi garis dan sudut yang menunjukkan bahwa hasil belajarnya masih rendah. Berdasarkan hasil ulangan tersebut, dari 35 siswa yang mengikuti ulangan diperoleh hasil dengan persentase perolehan sebesar 75% yang mencapai KKM, sedangkan 25% belum mencapai KKM Ideal Berdasarkan gambar 4.1 siswa terdapat 16 siswa yang belum mencapai KKM. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan pembelajaran sehingga disepakati dan diputuskan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam meningkatkan pembelajarannya yaitu dengan menggunakan media dongeng atau bercerita. Setelah melakukan pra penelitian, proses pembelajaran siklus pertama dilakukan yang terdiri dari empat kali pertemuan dilaksanakan pada tanggal 12 Mei, dan 13 Mei 2015. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Mei, dan 26 Mei 2015. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa hasil belajar siswa kelas X SMK Pembangunan Global dengan KKM yang harus dicapai 75 setelah mengikuti proses pelajaran Sejarah dengan menggunakan media dongeng atau bercerita. Tabel 4.1 Observasi Awal No 1 2 3 4 Instrumen Observasi Awal Sangat Antusias Sedang Biasa Saja Tidak Antusias Jumlah Jumlah Siswa 5 10 8 12 35 Presentase 14,3 28,6 22,8 34,3 100 76 Dalam bentuk grafik batang, data tersebut di atas dapat disajikan seperti gambar grafik 4.1 berikut ini: Gambar Grafik 4.1 Observasi Awal Presentase Sangat Antusias Sedang 5 12 Biasa Saja 10 Tidak Antusias 8 b. Deskripsi Siklus I Siklus pertama terdiri atas 4 tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi seperti berikut ini : 1) Perencanaan. a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mengacu kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS (Sejarah) untuk kelas X dengan Standar Kompetensi adalah menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di indonesia dan menganalisis karakteristikk kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia. b) Pembuatan lembar observasi aktivitas guru dan siswa Pembuatan lembar observasi terdiri dari 2 yaitu lembar observasi untuk aktivitas siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru. Lembar observasi untuk guru dibuat berdasarkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media dongeng atau cerita. Sedangkan , lembar observasi untuk siswa dibuat berdasarkan kegiatan atau aktivitas apa saja yang 77 harus dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran media dongeng atau cerita. c) Menyiapkan media pembelajaran Dalam hal ini peneliti menggunakan media pembelajaran dongeng atau cerita. Pemilihan media tersebut dikarenakan media tersebut sangat sesuai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model dongeng atau cerita. Kemudian disini guru menulis dan mencoNtohkan dengan menggunakan spidol dengan warna warni dengan tema (Kata Kunci) Jalur Perdagangan dan Pelayaran serta Masuknya Pengaruh HinduBuddha di Kepulauan Nusantara yakni Indonesia , tema tersebut adalah materi yang telah diterangkan dan sedang di bahas oleh guru. d) Menyipakan instrument berupa test Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan ganda (multi choice) yang terdiri dari 35 soal. Tes tersebut dilakukan sesudah pelajaran berlangsung. 2) Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin, selasa dan kamis pada tanggal 28,29, dan 1 September 2015 pada pukul 10.0011.10, 07.00-09.40, dan 07.00-12.20. kegiatan pembelajaran menggunakan media dongeng atau cerita untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam meningkatkan pemahamannya yang mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat. Peneliti merupakan seorang guru yang merupakan wali kelas X dan peneliti sebagai observe. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi : 1) Guru mengucapkan salam dengan kata yang santun pada saat membuka pelajaran. 2) Guru mengabsen siswa dengan suara yang jelas. 3) Guru menanyakan kabar kepada siswa. 78 4) Guru mengulang kembali pelajaran yang telah lalu secara sepintas. 5) Guru mengharapkan siswa memahami materi Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) setelah pembelajaran ini selesai. Setelah kegiatan awal selesai, maka guru melakukan kegitan inti. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Guru menjelaskan aturan main dalam setiap kegiatan pembelajaran. 2) Guru menjelaskan materi tentang BAB II ini. 3) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran. 4) Siswa memperhatikan guru yang sedang membuat contoh dongeng atau cerita. 5) Guru tidak membatasi siswa dalam pembuatan media dongeng atau cerita membebaskan dalam pembuatannya tetapi tetap dalam pengawasan guru. 6) Setelah selesai, perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk kedepan kelas mempresentasikan hasil pekerjaannya dan kelompok lain memperhatikan apa yang dibicarakan oleh temannya di depan kelas. 7) Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani maju ke depan kelas. Setelah kegiatan inti selesai, maka guru melakukan kegiatan akhir. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : a) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama dengan siswa. b) Guru memberikan penilaian bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar c) Guru memberiksn hasil dari penilaian media dongeng atau cerita kepada siswa. 3) Observasi. a) Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I 79 Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita dalam beberapa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Nama Siswa A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 ∑Nilai 229 244 200 125 245 184 209 157 184 178 179 175 114 180 183 204 177 183 152 145 198 170 178 196 162 183 187 209 192 185 170 189 203 % 229% 224% 200% 125% 245% 184% 209% 157% 184% 178% 179% 175% 114% 180% 183% 204% 177% 183% 152% 145% 198% 170% 178% 196% 162% 183% 187% 209% 192% 185% 170% 189% 203% 80 34 35 A34 A35 Jumlah Keseluruhan Rata-Rata Presentase 206 233 6708 191,66 348,5% 206% 233% Presentase ketercapaian aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe dongeng atau cerita pada siklus I adalah sebagai berikut : = = rata rata aktivitas siswa X 100% jumlah no item x skor maksimal 191, 66 x100% 11x5 = 3,485 x 100% = 348,5 Berdasarkan tabel diatas, menggambarkan bahwa keterlaksanaan aktivitas dari setiap siswa pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan media dongeng. b) Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I Selain itu, dilakukan juga pengamatan terhadap aktivitas guru ketika proses pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai bahan acuan guru agar terus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan bahan refleksi siklus selanjutnya. Pedoman observasi untuk guru pada siklus I ditunjukkan dalam lembar observasi seperti berikut : Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I No 1 2 3 4 5 Aspek yang Diamati Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran. Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) Implementasi Ya Tidak 1 1 1 1 1 81 6 7 8 9 10 11 12 13 Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri dari 10-11 orang 1 Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada siswa. 1 Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 1 Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan keinginannya masing-masing. 1 Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas. 1 Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan dongeng atau cerita yang cocok. 1 Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng atau cerita. 0 Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian. 1 14 Guru melakukan proses penilaian 1 15 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). 0 16 Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 0 Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. 0 17 Jumlah 13 4 Jumlah Tahapan 17 Keterlaksanaan 75% Kategori Baik Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa presentase keterlaksanaan aktivitas guru pada siklus I dalam penerapan media dongeng atau cerita di kelas X SMK Pembangunan Global dapat di gambarkan dengan grafik seperti gambar 4.2 berikut ini: 82 Presentase 25% Terlaksana Tidak Terlaksana 75% Gambar 4.2 Observasi Aktivitas Guru Siklus I c) Hasil belajar kognitif siswa pada siklus I Hasil belajar kognitif siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe dongeng dengan mengacu pada indikator-indikator yang tertera pada lembar tes yang telah dikerjakan oleh siswa pada siklus I terdiri dari : d) Ketuntasan belajar individu. Ketuntasan belajar individu pada siklus I diketahui bahwa 1. Ketuntasan belajar klasikal. Hasil ketuntasan belajar siswa kelas X SMK Pembangunan Global pada pembelajaran IPS (Sejarah) deangan menggunakan media pembelajaran dongeng atau cerita pada siklus I adalah 2. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa dalam peningkatan pemahaman pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Siswa A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 Nilai Pretest 75 75 70 70 70 75 60 75 60 Nilai Posttest 80 80 75 75 75 80 75 80 75 83 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 Jumlah Rata-rata 60 80 75 75 75 80 75 75 75 60 60 60 80 80 60 60 60 60 60 76 70 70 70 80 70 70 2430 69,43 75 85 80 80 80 83 78 78 79 75 75 75 83 84 75 76 75 76 75 80 78 78 79 84 77 77 2735 78,14 Berdasarkan tabel diatas, rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa pada siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran media dongeng atau cerita yaitu 69,43 dengan interpretasi kurang. 4) Refleksi dan perencanaan ulang. Berdasarkan hasil penelitian siklus I, ada beberapa kendala atau masalah yang perlu dicari pemecahan masalahnya agar penelitian agar penelitian di siklus II akan lebih baik lagi. Adapun masalah-masalah atau kendala yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut : 1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran aktif tipe dongeng atau 84 cerita. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang hanya mencapai 348,5% 2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. Hal ini dapat dilihat dari dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya mencapai 3) Masih ada siswa yang belum paham bagaimana media dongeng atau cerita. Untuk memecahkan masalah dan mengurangi kendala di atas, maka peneliti melakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Guru harus lebih menguasai lagi tentang semua tahapan pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. 2) Guru meberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. Memberikan penghargaan (reward) atau apresiasi (apreciation) bagi peserta didik yang berani tampil berpendapat di depan kelas. c. Deskripsi Siklus II Sama halnya dengan siklus I, Siklus II juga terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapannya seperti berikut ini : 1) Perencanaan. a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang lebih mudah dimengerti oleh siswa dan mengacu kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS (Sejarah) untuk kelas X dengan Standar Kompetensi menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-buddha di indonesia dan menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia. Adapun kompetensi dasarnya menganalisis berbagai teori 85 tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindubuddha di indonesia dan menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. b) Pembuatan lembar observasi aktivitas guru dan siswa Pembuatan lembar observasi terdiri dari 2 yaitu lembar observasi untuk aktivitas siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru. Lembar observasi untuk guru dibuat berdasarkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media dongeng atau cerita. Sedangkan , lembar observasi untuk siswa dibuat berdasarkan kegiatan atau aktivitas apa saja yang harus dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran media dongeng atau cerita. c) Menyiapkan media pembelajaran Dalam hal ini peneliti menggunakan media pembelajaran dongeng atau cerita. Pemilihan media tersebut di karenakan media tersebut sangat sesuai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media dongeng atau cerita. Kemudian disini guru menulis dan mencotontohkan dengan menggunakan Spidol Dengan Warna Warni dengan tema (Kata Kunci) Jalur Perdagangan dan Pelayaran serta Masuknya Pengaruh HinduBuddha di Kepulauan Nusantara yakni Indonesia, tema tersebut adalah materi yang telah diterangkan dan sedang di bahas oleh guru. d) Menyipakan instrument berupa test Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan ganda (multi choice) dan essay yang terdiri dari 30 soal. Tes tersebut dilakukan sesudah pelajaran berlangsung. 2) Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari senin, selasa dan kamis pada tanggal 12,13, dan 15 Oktober 2015 pada pukul 10.00- 86 11.10, 07.00-09.40, dan 07.00-12.20. kegiatan pembelajaran menggunakan media dongeng atau cerita untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam meningkatkan pemahamannya yang mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat. Peneliti merupakan seorang guru yang merupakan wali kelas X dan peneliti sebagai observe. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus II meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi : 1) Guru mengucapkan salam dengan kata yang santun pada saat membuka pelajaran. 2) Guru mengabsen siswa dengan suara yang jelas. 3) Guru menanyakan kabar kepada siswa. 4) Guru mengulang kembali pelajaran yang telah lalu secara sepintas. 5) Guru mengharapkan siswa memahami materi pedagang, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha) setelah pembelajaran ini selesai. Setelah kegiatan awal selesai, maka guru melakukan kegiatan inti. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Guru menjelaskan aturan main dalam setiap kegiatan pembelajaran. 2) Guru menjelaskan materi pedagang, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha) 3) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran. 4) Siswa memperhatikan guru yang sedang membuat contoh dongeng atau cerita. 5) Siswa diminta untuk membentuk kelompok menajadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari 6-7 orang 6) Guru tidak membatasi siswa dalam pembuatan Dongeng atau Cerita membebaskan dalam pembuatannya tetapi tetap dalam pengawasan guru. 87 7) Setelah selesai, perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk kedepan kelas mempresentasikan hasil pekerjaannya dan kelompok lain memperhatikan apa yang dibicarakan oleh temannya di depan kelas. 8) Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani maju ke depan kelas. Setelah kegiatan inti selesai, maka guru melakukan kegiatan akhir. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama dengan siswa. 2) Guru memberikan penilaian bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar 3) Guru memberiksn hasil dari penilaian media dongeng atau cerita kepada siswa. 3) Observasi. a) Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Dongeng atau Cerita dalam beberapa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II A1 ∑Nilai 2023 % 2023% 2 A2 1005 1005% 3 A3 1504 1504% 4 A4 1696 1696% 5 A5 1542 1542% 6 A6 2161 2161% No Nama Siswa 1 88 7 A7 1495 1495% 8 A8 1344 1344% 9 A9 514 514% 10 A10 1585 1585% 11 A11 1886 1886% 12 A12 956 956% 13 A13 216 216% 14 A14 1562 1562% 15 A15 2145 2145% 16 A16 525 525% 17 A17 1072 1072% 18 A18 1790 1790% 19 A19 465 465% 20 A20 2503 2503% 21 A21 365 365% 22 A22 820 820% 23 A23 1170 1170% 24 A24 1272 1272% 25 A25 1623 1623% 26 A26 984 984% 27 A27 1938 1938% 28 A28 566 566% 29 A29 1690 1690% 30 A30 1830 1830% 31 A31 1550 1550% 32 A32 1670 1670% 89 33 A33 1780 1780% 34 A34 1225 1225% 35 A35 1239 1239% Jumlah Keseluruhan Rata-Rata Presentase 1.390.367 39.724,77 72,227% Presentase ketercapaian aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran active learning tipe dongeng atau cerita pada siklus II adalah sebagai berikut : = rata rata aktivitas siswa X 100% jumlah no item x skor maksimal = 39724, 77 x100% 11x5 = 722,27 x 100% = 72,227 Berdasarkan tabel 3.4 diatas, menggambarkan bahwa keterlaksanaan aktivitas dari setiap siswa pada pembelajaran siklus II dengan menggunakan media dongeng atau cerita pada umumnya terlaksana dengan sangat baik dengan nilai rata-rata dari keseluruhan aktivitas siswa adalah 72,227% di kategorikan berada pada kategori tinggi. b) Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II Berdasarkan penelitian pada siklus II yang telah di laksanakan pada tanggal 12, 13, dan 15 oktober 2015, hasil penelitian yang dapat dikemukakan adalah mengenai observasi terhadap kegiatan yang. dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi terhadap kegiatan guru yang telah disediakan. Tabel 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II No Aspek yang Diamati 1 Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran. Implementasi Ya Tidak 1 90 2 3 4 Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran. 1 1 1 5 Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 1 6 Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri dari 10-11 orang 1 7 Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada siswa. 1 8 Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 1 9 10 Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan keinginannya masing-masing. Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas. 1 1 11 Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan dongeng atau cerita yang cocok. 1 12 Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng atau cerita. 1 13 Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian. 1 14 Guru melakukan proses penilaian 1 15 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). 1 16 Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 1 17 Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. 1 Jumlah 17 0 Jumlah Tahapan 17 Keterlaksanaan 100% Kategori Sangat Baik 91 Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pada pertemuan di siklus II seluruh tahap atau kegiatan pembelajaran sudah terlaksana semua. di bandingkan dengan pertemuan pada siklus I, pada pertemuan siklus II ini guru sudah memahami perannya dalam pembelajaran dengan menggunakan media dongeng atau cerita, sehingga tidak ada satu tahap pembelajaran pun yang terlewati dalam pelaksanaannya. hasil tersebut tergambar pula pada grafik 4.3. Presentase Terlaksana 100% Gambar 4.3 Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Grafik 4.2 diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada pembelajaran siklus II yang merupakan pembelajaran pertemuan terakhir. pada pertemuan kali ini guru sudah bisa mengkondisikan waktu, siswa dan diririnya sehingga pembelajaran pada siklus II ini semua tahap pembelajaran bisa terlaksana. 4) Refleksi dan perencanaan ulang. Berdasarkan hasil penelitian siklus II, beberapa kendala atau masalah yang perlu dicari pemecahan masalahnya agar penelitian lebih baik lagi kini dapat terselesaikan. Adapun masalah-masalah atau kendala yang terjadi pada siklus II adalah sebagai berikut : 1) Guru sudah terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang hanya mencapai 72,227%. 2) Sebagian siswa sudah mulai terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. 92 Hal ini dapat dilihat dari dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya mencapai 72,227%. 3) Meski masih ada siswa yang belum paham bagaimana media dongeng atau cerita. Akan tetapi, sebagian besar pula siswa sudah terbiasa dengan media pembelajaran dongeng atau cerita. Untuk memecahkan masalah dan mengurangi kendala di atas, maka peneliti melakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Guru harus lebih menguasai lagi tentang semua tahapan pembelajaran aktif dongeng atau cerita. 2) Guru memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. Memberikan penghargaan (reward) atau apresiasi (apreciation) bagi peserta didik yang berani tampil berpendapat di depan kelas.2 2. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng Pada Akhir Siklus. 2.1. Hasil Postest Akhir Siklus. Dalam pembelajaran IPS (Sejarah), suatu pokok bahasan yang satu dengan sub bahasan yang lain saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Maka untuk mengetahui kemampuan siswa dalam satu pokok bahasan selain diadakn test setiap sub pokok bahasan (dalam penelitian ini tes setiap siklus) dianggap perlu untuk mengadakan postest. Adapun nilai rata-rata hasil post tes pada akhir siklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II No 1 2 Op. Cit, H. 80 Nama Siswa A1 Nilai Pretest 76 Nilai Posttest 86 93 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 Jumlah Rata-rata 3. 76 80 75 75 76 75 76 77 77 83 78 80 75 83 80 77 77 75 76 75 84 85 75 76 77 77 75 78 75 75 78 83 76 77 2713 77,51 85 85 86 90 85 80 86 87 87 88 87 85 85 86 84 84 84 90 85 90 89 88 83 83 84 87 90 85 90 86 80 88 85 85 3008 85,94 Pembahasan Hasil Penelitian Dalam penelitian ini pelaksanaan siklus dibatasi hanya sampai siklus II. Hal ini didasarkan kepada perolehan hasil aktivitas siswa dan guru yang cukup tinggi. Selain itu, perolehan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus ke siklus dan pada akhir siklus. 94 Berdasarkan siklus yang telah dilaksanakan mulai dari siklus I dan siklus II, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dengan aktif. Berdasarkan siklus I rata-rata nilai aktivitas siswa hanya 348,5% sedangkan pada siklus II mencapai 72,227% skor ideal 100 %. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Presentase 348,50% Siklus I 722,27% Siklus II Gambar 4.4 Observasi Siklus I dan Siklus II Selain aktivitas siswa, aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang signifikan ke arah yang lebih baik dari siklus ke siklus. Hasil yang diperoleh pada siklus I dengan rata-rata 75% dan 100% pada siklus II. Adapun peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus akhir (posttest) dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 4. Analisis hasil belajar siklus I Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus I dapat di uraikan pada tabel berikut di bawah ini : Tabel 4.8 Nilai hasil belajar siswa pada siklus I No Hasil yang di capai Nama Siswa Pretest Posttest N-Gain Keterangan 1 Ai Siti Nurindah Sari 75 80 0,2 Rendah 2 Aisah 75 80 0,2 Rendah 3 Al Lenah 70 75 0,17 Rendah 4 Anisa Febriani 70 75 0,17 Rendah 95 5 Ayu Wahdini Retno Handayani 70 75 0,17 Rendah 6 Cicih Trisnawati 75 80 0,2 Rendah 7 Devi Andriyani 60 75 0,4 Sedang 8 Devi Anggraeni 75 80 0,2 Rendah 9 Dian Kurniasari 60 75 0,4 Sedang 10 Doni Nuryasin 60 75 0,4 Sedang 11 Fiorenza Hendriyani 80 85 0,25 Rendah 12 Indy Fitria 75 80 0,2 Rendah 13 Indra Gunawan 75 80 0,2 Rendah 14 Mia Sumiyati 75 80 0,2 Rendah 15 Muhammad Jejen 80 83 0,15 Rendah 16 Nika Nurafni 75 78 0,04 Rendah 17 Putri Syidqia 75 78 0,04 Rendah 18 Ria Siti Rahayu 75 79 0,16 Rendah 19 Rika Maesaroh 60 75 0,4 Sedang 20 Rika Nurhasanah 60 75 0,4 Sedang 21 Rosidah 60 75 0,4 Sedang 22 Royani 80 83 0,15 Rendah 23 Sartika 80 84 0,2 Rendah 24 Sinta 60 75 0,4 Sedang 25 Siti Fatimah 60 76 0,4 Sedang 26 Siti Maryati 60 75 0,4 Sedang 27 Siti Nurlaela 60 76 0,4 Sedang 28 Siti Solehayati 60 75 0,4 Sedang 96 29 Sri Handayani 76 80 0,17 Rendah 30 Teti Kurnia 70 78 0,27 Rendah 31 Vivi Fitria 70 78 0,27 Rendah 32 Wina Nurlaila 70 79 0,3 Rendah 33 Winda Kania 80 84 0,2 Rendah 34 Windy Aulia 70 77 0,23 Rendah 35 Wiki Abadi 70 77 0,23 Rendah Jumlah 2430 2735 9,69 Rata-rata 69,43 78,14 0,28 Rata-rata Rendah 0,68 Rata-rata Sedang 0,314 Rata Tinggi - RUMUS N- GAIN N-Gain = Nilai Pos Test- nilai Pre Test Nilai Ideal – Nilai Pre Tast Tabel.4.9 Keterangan Nilai Presentase Presentase 0,1-0,3 0,4-0,5 0,5-1,00 Keterangan Rendah Sedang Tinggi Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 16 Jumlah siswa yang belum tuntas : 19 97 Skor Pre Test : 2430 Rata-rata SkorTercapai : 69,43 Skor Post Test : 2735 Rata-rata Skor Tercapai : 78,14 Prosentase Ketuntasan : 75% N-Gain : 9,69 Klasikal : Belum tuntas Tabel. 4.10 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No 1 2 3 4 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar N-Gain Hasil Siklus I 70 16 75% 9,69 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan bahwa strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau mengahasilkan suatu karya. Dengan pembelajaran aktif menggunakan media dongeng atau cerita menjadi kreatif dan dapat berpikir serta mengingat dengan lebih baik sehingga terjadi suatu peningkatan hasil pembelajaran dari setiap siklusnya. Berikut dapat disimpulkan dengan grafik dibawah ini : Presentase 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2430 2735 Presentase 9,69 Pretest Postest N-Gain 98 Gambar 4.5 Perhitungan Hasil Belajar Siklus I 5. Analisis Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II dapat di uraikan pada tabel berikut di bawah ini : Tabel 4.11 Nilai hasil belajar siswa pada siklus II Hasil yang di capai No Nama Siswa Pretest Posttest N-Gain Keterangan 1 Ai Siti Nurindah Sari 76 86 0,42 Sedang 2 Aisah 76 85 0,4 Sedang 3 Al Lenah 80 85 0,25 Rendah 4 Anisa Febriani 75 86 0,44 Sedang 5 Ayu Wahdini Retno Handayani 75 90 0,6 Tinggi 6 Cicih Trisnawati 76 85 0,4 Sedang 7 Devi Andriyani 75 80 0,2 Rendah 8 Devi Anggraeni 76 86 0,42 Sedang 9 Dian Kurniasari 77 87 0,43 Sedang 10 Doni Nuryasin 77 87 0,43 Sedang 11 Fiorenza Hendriyani 83 88 0,3 Rendah 12 Indy Fitria 78 87 0,41 Sedang 13 Indra Gunawan 80 85 0,25 Rendah 14 Mia Sumiyati 75 85 0,4 Sedang 15 Muhammad Jejen 83 86 0,18 Rendah 16 Nika Nurafni 80 84 0,2 Rendah 99 17 Putri Syidqia 77 84 0,30 Rendah 18 Ria Siti Rahayu 77 84 0,30 Rendah 19 Rika Maesaroh 75 90 0,6 Tinggi 20 Rika Nurhasanah 76 85 0,4 Sedang 21 Rosidah 75 90 0,6 Tinggi 22 Royani 84 89 0,31 Rendah 23 Sartika 85 88 0,2 Rendah 24 Sinta 75 83 0,32 Rendah 25 Siti Fatimah 76 83 0,3 Rendah 26 Siti Maryati 77 84 0,30 Rendah 27 Siti Nurlaela 77 87 0,43 Sedang 28 Siti Solehayati 75 90 0,6 Tinggi 29 Sri Handayani 78 85 0,32 Rendah 30 Teti Kurnia 75 90 0,6 Tinggi 31 Vivi Fitria 75 86 0,44 Sedang 32 Wina Nurlaila 78 80 0,1 Rendah 33 Winda Kania 83 88 0,3 Rendah 34 Windy Aulia 76 85 0,4 Sedang 35 Wiki Abadi 77 85 0,35 Rendah Jumlah 2713 3008 12,9 Rata-rata 77,51 85,94 0,37 Rata-rata Rendah 0,5 Rata-rata Sedang 0,4 Rata Tinggi 0,143 100 Berikut dapat disimpulkan dengan grafik dibawah ini : Presentase 4000 3008 2713 3000 2000 Presentase 1000 12,9 0 Pretest Postest N-Gain Gambar 4.6 Perhitungan Hasil Belajar Siklus II Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 35 Jumlah siswa yang belum tuntas :- Skor Pre Test : 2713 Rata-rata Skor Tercapai : 77,51 Skor Post Test : 3008 Rata-rata Skor Tercapai : 85,94 Prosentase Ketuntasan : 100% N-Gain : 12,9 Klasikal : Tuntas Tabel. 4.12 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No Uraian Hasil Siklus II 1 Nilai rata-rata tes formatif 80 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 35 3 Persentase ketuntasan belajar 100% 4 N-Gain 12,9 Adapun perbandingan hasil belajar siswa dalam pembelajaran (IPS) Sejarah dengan menggunakan media gambar pada siklus I dan siklus II, yaitu: 101 Tabel. 4.13 Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II Hasil Belajar Pre Tes Hasil Belajar Post Tes Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 69,43 77,51 78,14 85,94 Tabel. 4.14 Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I dan II Presentase Hasil Belajar Pre Tes Presentase Hasil Belajar Post Tes Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 6,943% 7,751% 7,814% 8,594% Gambar 4.7 Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II beserta N-Gain 4000 3000 2713 2430 3008 2735 2000 Siklus I 1000 Siklus II 0 9,6912,9 Pretest Posttest N-Gain Dari grafik di atas perbandingan hasil belajar siswa dari siklus I dan II mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil belajar siswa untuk nilai pre tes adalah 69,43 dan post tes adalah 78,14 serta N-Gain adalah 0,28. Sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa untuk nilai pre tes adalah 77,51 dan post tes adalah 85,94 serta N-Gain adalah 0,37 102 Gambar 4.8 Presentase Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I dan II 100,00% 50,00% 0,00% Siklus 1 Siklus 2 Pre Tes Siklus 1 43,33% Siklus 2 53,33% Post Tes 83,33% 100% Sedangkan dari grafik presentase hasil belajar siswa dari siklus I dan II juga mengalami peningkatan. Pada siklus I presentase hasil belajar siswa untuk pre tes adalah 43,33% dan post tes adalah 83,33%. Sedangkan pada siklus II presentase hasil belajar siswa untuk pre tes adalah 53,33% dan post tes adalah 100%. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima yaitu : penerapan media dongeng atau cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran (IPS) sejarah di kelas X SMK Pembangunan Global BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran media dongeng atau cerita pada mata pelajaran IPS (Sejarah) tentang pedagang penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu-Buddha) pada setiap siklus terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil rata-rata aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus. 2. Hasil belajar pada mata pelajaran IPS (Sejarah) materi Pedagang Penguasa Dan Pujangga Pada Masa Klasik (Hindu-Buddha) dengan menggunakan media dongeng atau cerita pada setiap siklus cukup baik dan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada siklus I dengan rata-rata 7,814% dengan kategori kurang berdasarkan dari interval <70% hingga siklus II dengan rata-rata 8,594% dengan kategori cukup berdasarkan dari interval 70-79. Hasil belajar siswa dari siklus I dan II mengalami peningkatan sehingga pelajaran IPS (Sejarah) dengan menggunakan Media Dongeng dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Pembangunan Global Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek. Hasil belajar pada akhir siklus mengalami pengingkatan di bandingkan dengan siklus I dan II. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata Postess formatif mencapai 8,594% dengan kategori cukup meningkat dari siklus sebelumnya. B. Implikasi. Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengetahui penerapan penggunaan media dongeng atau bercerita terhadap hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa penggunaan media dongeng atau bercerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada setiap siklusnya. Jadi penggunaan media dongeng atau bercerita sebagai media pembelajaran pada kelas X SMK dirasa cukup baik berdasarkan temuan peneliti yang telah diuraikan pada BAB II. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk diadakan penelitian lebih lanjut mengenai media-media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan siswa di kelas, sehingga kelebihan dan kekurangan setiap media dapat menjadi perhatian. 103 104 penyelenggara guru agar pada akhirnya bisa lebih menciptakan proses pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. C. Saran. Berdasarkan simpulan diatas, penulis perlu untuk merumuskan saran yaitu talh terbuktinyapembelajaran dengan media dongeng atau cerita dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPS (Sejarah) kelas X SMK Pembangunan Global. Maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan guru menjadikan pembelajaran media dongeng sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS (Sejarah) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Media pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi siswa dengan guru. Oleh karena itu diharapkan media ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pengajaran IPS (Sejarah). 3. Media pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi sekolah terutama dalam dunia pendidikan di berbagai mata pelajaran tertentu pada proses belajar mengajar untuk memberikan kontribusi yang positif pada siswa sehingga tidak cenderung monoton atau membosankan. Daftar Pustaka Ali, Mohammad, “ Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan”, cet. 1, Jakarta : Pustaka Cendekia Utama, 2010. Arif, Muhammad, “ Pengantar Sejarah ”, Cet.1, Jakarta : Para Cita Prees, 2010. Arikunto, Suharsimi, dkk, “ Penelitian Tindakan Kelas ”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010. Arikunto, Suharsimi, “ Prosedur Penelitian “ , Jakarta : Rineka Cipta 2006. Arikunto, Suharsimi,” Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Asnawir, dan Usman, Basyiruddin, “ Media Pembelajaran “, cet. 1, Jakarta Selatan : Ciputat Pers, 2002. Bunanta, Murti, “problematika : Penulisan Cerita Rakyat Untuk Ank Di Indonesia”, cet 1, Jakarta : Balai Pustaka, 1998 Djamarah, Bahri, Syaiful, dkk,“ Strategi Belajar Mengajar ”, cet. 3, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006. Dwi, Amurwani,L, dkk, “Sejarah Indonesia”, cet. 2, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudyaan, 2014. Faisal, Sanapiah, “ Format-format Penelitian Sosial ”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1989 Hasbullah, “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, Jakarta : Rajawali Press, 2012. Hapsari, Ratna, Syukur, Abdul, “ Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk SMA Kelas X ”, Jakarta : Erlangga, 2008. Hamalik, Oemar, “ Media Pendidikan”, Cet. 6, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1989. Hanif, Muhammad, dalam Jurnal Ilmiah, “Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” FPIPS IKIP PGRI Madiun. Kasmadi, dkk,” Panduan Modern Penelitian Kuantitatif”, Bandung : Alfabeta, 2013. Kosasih, E, Surayin, “ Kamus Basa Sunda”, cet-2, Bandung : CV Yrama Widya, 2003. Latif, H., Abdul, Muhammad, “ Mendongeng Mudah dan Menyenangkan ”, cet.1, Jakarta : PT. Luxima Metro Media, 2014. Majid, Abdul, Aziz, Abdul, “Mendidik Dengan Cerita”, cet. 4, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008 NK, Roestiyah, “Strategi Belajar Mengajar”. Cet. 2, Jakarta : Bina Aksara, 1988. Rampan, Layun, Korrie, “Teknik Menulis Cerita Rakyat”, cet. 1, Bandung : Yrama Widya, 2014. 105 106 Sadiman, S, Arif, dkk, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya “, cet. 4 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996. Sagala, Syaiful, “ Konsep dan Makna Pembelajaran ”, cet. 8, Bandung : Alfabeta, 2010. Sudjana, Nana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, cet-14, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sugihastuti, “ Tentang Cerita Anak ”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013, Cet. 3. Suhada, Idad, ”Konsep Dasar IPS”, Bandung : Solo Press, 2010. Sukmadinata, Syaodih, Nana, “ Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, cet ke 3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Supriyadi, Marwan, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X”, Jakarta : PT Perca, Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional , 2009. Surayin, dan Kosasih, E, “ Kamus Basa Sunda ”, cet. 1-2, Bandung : CV. Yrama Widya, 2003. Suryabrata, Sumadi, “ Psikologi Pendidikan”, cet. 19, Jakarta : Rajawali Press, 2012. Purwanto, Ngalim, “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”, edisi. 2, cet. 18, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Yunus, Ahmad, dkk, “ Peranan Cerita Rakyat Dalam Pembentukan Dan Pembinaan Anak” Jakarta : 1993. DAFTAR UJI REFERENSI Nama : KIKI PUJI ASTUTI NIM : 109015000011 Jurusan/ Prodi : P. IPS/ Sosiologi-Antropologi Judul : ” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “ UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dlam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “ yang disusun oleh Kiki Puji Astuti NIM : 109015000011 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Sosiologi-Antropologi (P.IPS/ Sosiologi-Antropologi) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 04 Mei 2016. Jakarta, 04 Mei 2016 Lampiran-Lampiran Lampiran 1 Jadwal Penelitian SMK Pembangunan Global Pertemuan Ke- Hari, Tanggal/ Bulan/ Tahun 1 Senin, 6 Oktober 2015 Kegiatan Mengajar Kelas Waktu Pukul X 2 x 45” 11.10– 12.20 Materi Indonesia Zaman Hindu-Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global Tahap Awal 1. Teori -teori masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha 2 Selasa, 7 Oktober 2015 2. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia X 4 x 45” 07.00 – 09.40 3. Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini 3 Senin, 13 Oktober 2015 X 2 x 45” 11.10– 12.20 4 Selasa, 14 Oktober 2015 X 4 x 45” 07.00 – 09.40 5 Senin, 20 Oktober 2015 X 2 x 45” 11.10– 12.20 6 Selasa, 21 Oktober 2015 X 4 x 45” 1. 7 Senin, 27 Oktober 2015 X 2 x 45” 11.10– 12.20 8 Selasa, 28 Oktober 2015 4 x 45” 07.00 – 09.40 9 Senin, 3 November 2015 2 x 45” 11.10– 12.20 Praktek Bermain Peran Uji Instrument Siklus I Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia 1. Teori-teori masuk dan berkembangnya Islam – 09.40 2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia 1. Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil budaya pengaruh Islam X X 107 yang masih ada pada saat ini Praktek Bermain Peran Uji Instrument Siklus II Kotabaru, 3 November 2015 Peneliti Guru Mata Pelajaran Kiki Puji Astuti NIM.109015000011 Kiki Puji Astuti NIM.109015000011 Mengetahui, Kepala Sekolah Abdul Rojak, S. Pd. I 108 109 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi pokok Pertemuan keAlokasi waktu : SMK Pembangunan Global : X/1 : Sejarah Indonesia : - Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Buddha) - Dari lembah indus-muara karam : - Dari lembah indus-muara karam - Masuknya pengaruh Hindu-budddha - Kerajaan Kutai dan Tarumanegara - Kerajaan Kalingga dan SriWijaya - Kerajan Mataram Kuno : 11-15 : 2 X 45 menit @ (5x Pertemuan) A. Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotongroyong, kerjasama cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan kemanusiaan, kebangsaan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 2.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya 2.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 2.3 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam 2.4 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 2.5 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat,pemerintahan,dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia serta menunjukkan contoh buktibukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat indonesia masa kini. 2.6 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia 2.7 Budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Budha dan masih berkelanjutan 110 dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. 2.8 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu Budha dengan menerapkan cara berpikir kronologis dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2.9 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu-Budha yang masih ada sampai sekarang. 2. Menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan zaman Hindu-Budha di Indonesia. 3. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindu Budha. 4. Menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan Hindu-Budha. 5. Menganalisa berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu – Budha di Indonesia 6. Merumuskan pendapat tentang teori yang paling tepat dari beberapa teori yang ada tentang proses masuk dan berkembangnya Hindu – Budha di Indonesia. 7. Menjelaskan perkembangan masyarakat pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya 8. Memahami perkembangankerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim 9. Menjelaskan keteladanan para pemimpin agama dan raja di kerajaan Kalingga dan Kerajaan Sriwijaya 10. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-budha di indonesia 11. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan HinduBudha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan 12. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai –nilai dan unsur D. Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat: 1. Menjelaskan Pertumbuhan Dan Perkembangan Agama Hindu 2. Menjelaskan Asal Mula Lahirnya Agama Budha. 3. Menjelaskan proses masuknya agama Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. 4. Membandingkan teori-teori masuknya agama Hindu-Buddha ke kepulauan Indonesia, sehingga peserta didik dapat memahami berbagai teori tentang masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia, dan Menganalisis relevansi teori dengan kondisi masyarakat di kepulauan Indonesia. 5. Dengan melakukan pengamatan gambar prasasti yang ada di Kutai dan Tarumanegara siswa dapat menanya hubungan antara prasasti dengan sistem 6. Dengan membaca materi masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonsesia siswa dapat menalar pengaruh sistem kerajaan (pemerintahan) Hindu-Budha di Indonesia 7. Dengan berdiskusi siswa dapat memahami pengaruh Hindu-Budha di bidang Pemerintahan yang ada di Indonesia 8. Dengan mempresentasikan hasil diskusi siswa dapat menyampaikan pengaruh sistem pemerintahan (kerajaan) Hindu-Budha di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang masih ada sampai saat iniProses kegiatan dimunculkan 9. Melalui pengamatan gambar peta sejarah dan membaca referensi pesera didik dapat menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya 111 10. Melalui browsing internet dan buku referensi peserta didik dapat mengidentifikasi perkembangan ekonomi kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. 11. Melalui pengamatan terhadap peta sejarah peserta didik dapat menunjukkan letak kerajaan Kalingga dan Sriwijaya. 12. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menjelaskan keteladanan para pemimpin agama dan raja di kerajaan Kalingga dan Sriwijaya. 13. Melalui penayangan gambar candi peserta didik mengidentifikasi tentang bangunan peninggalan Hindu dan Budha kerajaan Mataram Kuno 14. Melalui membaca peserta didik dapat menggali informasi tentang perkembangan kerajaan Mataram Kuno 15. Melalui mendengarkan keterangan guru peserta didik memiliki rasa ingin tahu tentang perkembangan Hindu Budha di kerajaan Mataram Kuno dengan bertanya kepada teman dan guru lebih jauh 16. Melalui menganalisa perkembangan kerajaan Mataram Kuno peserta didik mampu menalar perkembangan kerajaan Mataram Kuno 17. Melalui diskusi peserta didik berani bertanya tentang perkembangan kerajaan Mataram Kuno 18. Melalui Diskusi peserta didik mampu mempresentasikan pendapatnya tentang keteladanan dan kepedulian para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya di depan kelas. E. Materi Ajar 1. lahirnya agama Hindu-Budha 2. Proses masuk dan berkembangnya Hindu Budha Di Indonesia 3. Teori tentang masuk dan berkembangya agama dan kebudayaan Hindu – Budha di Indonesia 4. Gambar prasasti yang ada di Kutai dan Tarumanegara 5. Hubungan antara prasasti dengan berkembangya kerajaan Hindu – Budha di Indonesia. 6. Pengaruh Hindu-Budha di bidang Pemerintahan di Indonsesia. Pengaruh sistem pemerintahan Hindu-Budha di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang masih ada sampai sekarang. 7. Nilai-nilai keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dengan saling menghargai pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya. 8. Perkembangan kehidupan Kerajaan Sriwijaaya sebagai kerajaan maritim. 9. Keteladanaan para pemimpin agama dan raja di Kerajaan Kalingga ( ratu Sima ) dan kerajaan Sriwijaya. 10. Proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu Buddha serta pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia masa kini dan mengemukakannya dalam tulisan. 11. Kerajaan Mataram Kuno 12. Metode pembelajaran 1. Pendekatan : Scientifik learning, melatih, mempersiapkan, memberi contoh untuk peragaan 2. Strategi : Bermain Peran dan Bercerita 3. Metode : Media Dongeng/ Bercerita 13. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Deskripsi Memberikan salam Alokasi waktu 5 menit 112 Kegiatan Inti Penutup Alokasi waktu Deskripsi Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Menanyakan kehadiran siswa Appersepsi : mengkaitkan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran hari ini Menyampaikan tujuan pembelajaran di papan bor Menayangkan hasil kebudayaan Hindhu Budha yang berupa bangunan candi Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan diskusi Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok kecil Setiap kelompok mendapatkan tugas: 1. Mendiskusikan kerajaan yang berkaitan dengan berdirinya,sistem sosial ekonomi dan pemerintahan serta perkembangan sastra dan budaya 2. Mendiskusikan bukti sejarah,sistem ekonomi 3. Mencari bahan cerita dari materi yang diberikan Setiap kelompok memperagakan hasil latihannya, dan setiap siswa di kelas mencatat hasil dari peragaan yang diperagakan di depan kelas, sampai semua masalah selesai dibahas Masing-masing anggota Kelompok yang lain menanggapi Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran Mengucapkan salam 30 menit 10 menit 14. Alat/Sumber Belajar : 1. Buku sumber Sejarah SMA X a. Kemendikbud RI, 2013, Sejarah Indonesia, Jakarta b. Siti Waridah,2000, Sejarah nasional ,Bumi aksara,Jakarta 2. White board/papan flanel 3. Internet 15. Penilaian Hasil Belajar a. Tes Uraian (terlampir) b. Non Tes : Penilaian Kinerja 1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir) 2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir) 3. Mengesahkan: Kotabaru, 3 November 2015 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Abdul Rojak S, Pd. I Kiki Puji Astuti 113 LEMBAR PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SISWA Kelas/ Semester Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi pokok Peretemuan keAlokasi Waktu No. Urut : X/ 1 : Sejarah : Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha) : Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Budha : 11-15 : 2 x 45 menit ( 5x pertemuan ) Aspek Aktivitas Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan Aspek Aktifitas: 1. Memperhatikan penjelasan guru/teman. 2. Menghargai pendapat orang lain. 3. Membaca materi. 4. Menulis (mencatat) materi penting. 5. Menjadi pembicara kelompok. 6. Bertanya(pada teman/guru). 7. Mengumpulkan hasil diskusi Petunjuk: 1. Pengamatan dilakukan oleh guru pada saat peserta didik berdiskusi 2. Pengamatcukup memberi tanda cek ( ) pada kolom aspek aktivitas siswa. Kotabaru, 3 November 2015 Guru Mata Pelajaran Kiki Puji Astuti 114 PENILAIAN PRESENTASI (hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll) Tanggal /bulan/tahun : ................................................... Nama/kelompok : ................................................... Kelas/Smt : ................................................... Mata Pelajaran : ................................................... Judul Presentasi : ………………………………… No 1 2 3 4 5 6 7 Aspek Penilaian Bobot KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN a. Ide pokok laporan b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah, 15% tujuan, hasil, dan kesimpulan. c. Penggunaan Bahasa Indonesia. KEMAMPUAN MENJELASKAN ISI PRESENTASI 15% a. Kelancaran penyampaian gagasan b. Kejelasan metode dan prosedur kerja KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS a. Bukti empirik atas argumen 15% b. Konsistensi argumentasi KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN MANFAAT a. Sifat kebaruan hasil karya 15% b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan penugasan dari guru KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP 20% DALAM MENJAWAB PERTANYAAN a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan konsistensi, berkomunikasi lisan b. Keruntutan dalam penalaran c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL 15% a. Originalitas atas keaslian karya b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi c. Dampak atau manfaatnya SIKAP DALAM PRESENTASI 5% a. Kerapihan b. Kesopanan Skor Nilai Catatan : Skor 1-5. 1. Sangat Kurang, 2. Kurang,3. Cukup,4. Baik, 5. Sangat Baik). Nilai = bobot x skor Kotabaru, 3 November 2015 Guru Mata Pelajaran Kiki Puji Astuti 115 MATERI PELAJARAN PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara berikut ini: Gambar 1.1. Peta jalur perdagangan laut Asia Tenggara. Pada abad 1 Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapiberalih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentangproses masuknya agama Hindu Budha atau kebudayaan India ke Indonesia. Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal inidibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad2 - 5 Masehi.Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).Dari penjelasan uraian materi tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda belumpaham, baca kembali uraian materi tersebut, dan kemudian lanjutkan menyimak uraian materiselanjutnya! Untuk penyiaran Agama Hindu ke Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaituantara lain: 116 1. 2. 3. Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang keIndonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia. Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yangkalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaandi Indonesia. Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindumasuk ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmanayang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmanatersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta.Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut. Dari kebenaran maupun kelemahan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana yang tidak kolot atas undangan raja dan orang Indonesia yang belajar ke India.Dengan adanya penyebaran agama Hindu tersebut maka mendorong orang-orang Indonesia untuk menambah ilmunya mempelajari agama Hindu di India sekaligus berziarah ke tempat-tempat suci. Dan sekembalinya dari India tersebut, maka orang-orang tersebut dapat menyebarkan agama Hindu dengan bahasa mereka sendiri, dengan demikian agama Hindu lebih cepat dan mudah tersebar di Indonesia. Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar atau mengetahui pengertian Akulturasi? Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat Harsoyo. Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo). Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Dengan adanya penjelasan tentang pengertian akulturasi, apakah anda sekarang sudah memahami istilah akulturasi? Jika Anda sudah paham, silakan anda simak uraian materinya. Seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menja dibentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Budha. Wujud akulturasi tersebut dapat anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini: 1. Bahasa Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda, silakan tulis 5 kata bahasa Indonesia yangberasal dari bahasa Sansekerta, kemudian dapat Anda kumpulkan pada Guru bina Anda, selanjutnya Anda simak uraian materi selanjutnya. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa dari 117 Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M.Sedangkan untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa, tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam bidang bahasa, untuk selanjutnya simak uraian materi berikutnya. 2. Religi/Kepercayaan Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Anda masih ingat pengertian Animisme dan Dinamisme? Kalau Anda lupa, baca kembali modul ke-2 Anda! Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Tentu Anda ingin bertanya apa yang dimaksud dengan Sinkritisme?Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda denganagama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atauBudha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. 3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang rajasecara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengana danya rajaraja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa danWisnu jadi satu). Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti diIndia dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam system kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Apakah Anda sebelumnya mengenal kasta? Kalau Anda pernah mengetahui tentang kasta, cobalah tuliskan empat kasta menurut kepercayaan agama Hindu, seperti yang anda ketahui berikut ini. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Paria (golongan glandangan) Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya, Anda dapat melanjutkan pada uraian materi wujud akulturasi berikutnya. 4. Sistem Pengetahuan 118 Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungantahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernahmengetahui istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat ataugambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilangkertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit . 5. Peralatan Hidup dan Teknologi Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Clpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsisebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yangdisebut dengan Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap rohnenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa. A. Kerajaan Kalingga Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Budha yang muncul di Jawa Tengah, sebelah utara gunung Muria 119 Sejarah Kerajaan Kalingga Sumber sejarah : 1. Berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang 2. Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu Pemerintahan dan kehidupan Masyarakat Raja yang paling terkenal di kerajaan Kalingga : Ratu Sima (Raja yang tegas, jujur dan bijaksana) yang memerintah sekitar 674 M. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadiladilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri. Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga adalah Budha Rakyat hidup teratur, aman dan tenteram. Mata pencaharian penduduk bertani dan berdagang Kemunduran : akibat serangan Kerajaan Sriwijaya yang menguasai perdagangan. Akibatnya pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur B. Kerajaan Sriwijaya Pusat kerajaan Sriwijaya : Palembang, di tepi sungai Musi. Sumber sejarah : - Prasasti Kedukan Bukit Berangka tahun : 605 Saka Isi : “Seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000 personel” - Prasasti Talang Tuo Berangka tahun : 606 Saka Isi : “Pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra”. Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga - Prasasti Telaga Batu Tidak berangka tahun. Isi : “Kutukan-kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan” - Prasasti Kota Kapur Berangka tahun : 608 Saka Isi :”Permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat” - Prasasti Karang Berahi 120 Berangka tahun : 608 Saka Isi : “Permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat” - Prasasti Ligor - Prasasti Nalanda - Berita I-tsing Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Faktor-faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya : a. Letak geografis yaitu terletak di tepi sungai Musi b. Runtuhnya kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja Perkembangan Politik dan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke 7 dengan rajanya Dapunta Hyang. Dapunta Hyang banyak melakukan usaha perluasan daerah. Daerah yang berhasil dikuasai : - Tulang Bawang - Daerah Kedah - Pulau Bangka - Daerah Jambi Tanah Genting Kra - Kerajaan Kaling dan Mataram Kuno Raja yang terkenal : Balaputradewa Perkembangan ekonomi - Bertani - Berdagang Kemunduran kerajaan Sriwijaya disebabkan beberapa hal antara lain : - Keadaan sekitar Kerajaan Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan - Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri - Serangan dari kerajaan-kerajaan lain misal serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, Raja Kertanegara dari Singasari 121 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Satuan Pendidikan : SMK Pembangunan Global Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Materi Pokok : - Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Buddha - Mengkaji proses berkembangnya agama Hindu Buddha Sub Materi pokok : - Kekuasaan Dinasti Isyana - Kerajaan Kediri dan Kerajaaan Singhasari - Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Buddha - Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan - Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan HinduBuddha Pertemuan ke: 16-20 Alokasi waktu : 2 X 45 menit @ (5x pertemuan) A. Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotongroyong, kerjasama cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan kemanusiaan, kebangsaan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya. 1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.3 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam. 1.4 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah. 1.5 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia. 1.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini 122 1.7 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu Budha dengan menerapkan cara berpikir kronologis dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 1.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsure budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Mendeskripsikan perkembangan kerajaan zaman Hindu-Budha di Indonesia 2. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindhu-Budha 3. Menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan zaman Hindhu-Budha 4. Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu budha yang masih ada sampai sekarang D. Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat: 1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan majapahit 2. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 3. Mendeskripsikan berdirinya kerajaan majapahit, 4. Menganalisis bukti adanya kerajaan Buleleng dan dinasti warmadewa di bali 5. Mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerajaan majapahit,buleleng dan dinasti warmadewa di bali 6. Menunjukkan bukti-bukti peninggalan hasil kebudayaan dari kerajaan majapahit E. Materi Ajar 1. Kerajaan Majapahit 2. Politik dan pemerintahan 3. Kehidupan sosial ekonomi 4. Perkembangan sastra budaya 5. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa F. Metode pembelajaran 1. Pendekatan : Scientifik learning, melatih, mempersiapkan, memberi contoh untuk peragaan 2. Strategi : Bermain Peran dan Bercerita 3. Metode : Media Dongeng/ Bercerita G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Deskripsi Memberikan salam Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Menanyakan kehadiran siswa Appersepsi : mengkaitkan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran hari ini Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point Alokasi waktu 5 menit 123 Kegiatan Inti Penutup Alokasi waktu Deskripsi Menayangkan hasil kebudayaan Hindhu Budha yang berupa bangunan candi Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan diskusi Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok kecil Setiap kelompok mendapatkan tugas: 1. Mendiskusikan kerajaan Majapahit yang berkaitan dengan berdirinya,sistem sosial ekonomi dan pemerintahan serta perkembangan sastra dan budaya 2. Mendiskusikan kerajaan Buleleng dan dinasti Warmadewa di Bali yang berkaitan dengan bukti sejarah,sistem ekonomi Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya dan setial anggota mencatat hasil laporan kelompoknya dengan cara guru menunjuk secara acak untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah selesai dibahas Masing-masing anggota Kelompok yang lain menanggapi Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi Kerajaan Majapahit, kerajaan Buleleng dan kerajaan dinasti Warmadewa Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran Mengucapkan salam 30 menit 10 menit H. Alat/Sumber Belajar : 1. Buku sumber Sejarah SMA X a. Kemendikbud RI, 2013, Sejarah Indonesia, Jakarta b. Siti Waridah,2000, Sejarah nasional ,Bumi aksara,Jakarta 2. White board/papan flanel 3. Power point 4. LCD 5. Internet I. Penilaian Hasil Belajar a. Tes Uraian (terlampir) b. Non Tes : Penilaian Kinerja 1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir) 2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir) Mengesahkan: Kotabaru, 3 November 2015 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Abdul Rojak S, Pd. I Kiki Puji Astuti 124 LEMBAR PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SISWA Kelas/ Semester Mata pelajaran Materi Pokok Sub Materi pokok Peretemuan keAlokasi Waktu No. Urut : X/ 1 (Ganjil) : Sejarah : Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha) : Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Budha : 16-20 : 2 x 45 menit ( 5 x pertemuan ) Aspek Aktivitas Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 1. 2. 3. 4. 5. 6. Keterangan Aspek Aktifitas: 1. Memperhatikan penjelasan guru/teman. 2. Menghargai pendapat orang lain. 3. Membaca materi. 4. Menulis (mencatat) materi penting. 5. Menjadi pembicara kelompok. 6. Bertanya(pada teman/guru). 7. Mengumpulkan hasil diskusi Petunjuk: 1. Pengamatan dilakukan oleh guru pada saat peserta didik berdiskusi 2. Pengamat cukup memberi tanda cek ( ) pada kolom aspek aktivitas siswa. 3. Kotabaru, 3 November 2015 Guru Mata Pelajaran Kiki Puji Astuti 125 PENILAIAN PRESENTASI (hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll) Tanggal /bulan/tahun : ................................................... Nama/kelompok : ................................................... Kelas/Smt : ................................................... Mata Pelajaran : ................................................... Judul Presentasi : ………………………………… No 1 2 3 4 5 6 7 Aspek Penilaian Bobot KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN a. Ide pokok laporan b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah, 15% tujuan, hasil, dan kesimpulan. c. Penggunaan Bahasa Indonesia. KEMAMPUAN MENJELASKAN ISI PRESENTASI 15% a. Kelancaran penyampaian gagasan b. Kejelasan metode dan prosedur kerja KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS a. Bukti empirik atas argumen 15% b. Konsistensi argumentasi KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN MANFAAT a. Sifat kebaruan hasil karya 15% b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan penugasan dari guru KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP 20% DALAM MENJAWAB PERTANYAAN a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan konsistensi, berkomunikasi lisan b. Keruntutan dalam penalaran c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL 15% a. Originalitas atas keaslian karya b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi c. Dampak atau manfaatnya SIKAP DALAM PRESENTASI 5% a. Kerapihan b. Kesopanan Skor Nilai Catatan : Skor 1-5. 1. Sangat Kurang, 2. Kurang,3. Cukup,4. Baik, 5. Sangat Baik). Nilai = bobot x skor Kotabaru, 3 November 2015 Guru Mata Pelajaran Kiki Puji Astuti 126 MATERI PELAJARAN Kerajaan Majapahit Setelah Singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, abad ke14 - ke-15 M. Berdirinya kerajaanini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengandibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit,yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutudengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalikmenyerang pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalamipemberontakan yang dilakukan oleh sahabatsahabatnya yangpernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit. Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh puteranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang menyebabkan pembantu-pembantunya melakukan pemberontakan. Di antara pemberontakan tersebut, yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti. Padasaat itu, pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kotanegara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa Badanderdi bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Gajah Mada kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkanpasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai patih Kahuripan (1319-1321) dan patih Kediri (1322-1330). Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi yang sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit.Masa pemerintahan Tribhuwanattungga dewi Jaya wisnu warddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Iadi teruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. Padamasa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun1350 hingga 1389. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan Negaranasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan diIndonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Halini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benardilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada diNusantara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbaga i bidang. Sejarah Indonesia 117 Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya,Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat” a. Politik dan Pemerintahan Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan yang teratur. Raja memegang kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai badan atau pejabat berikut. 1. Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja,terdiri atas Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan, dan Rakryan iHalu. 127 2. Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi, Rakryan Tumenggung, Rakryan Demung,Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat 118 Kelas X ini dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika. Di antara kelima pejabat itu Rakryan Mapatih atau Patih Mangkubumimerupakan pejabat yang paling penting. Ia menduduki tempat sebagai perdana menteri. Bersama sama raja,ia menjalankan kebijaksanaan pemerintahan. Selain ituterdapat pula dewan pertimbangan yang disebut dengan Batara Sapta Prabu.Struktur tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiapdaerah yang berada di bawah raja-raja, dibuatkan pula struktur yang mirip.Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih danberwibawa, dibentuklah badan peradilan yang disebutdengan Saptopapati. Selain itu disusun pula kitab hukum olehGajah Mada yang disebut Kitab Kutaramanawa. Gajah Mada memang seorang negarawan yang mumpuni. Ia memahami pemerintahan strategi perang dan hukum.Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan atau pejabat yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut.1. Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu), 2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha. Dalam menjalankan tugas, masing-masing Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan yang diberi sebutan Sang Pamegat. Kehidupan beragama di Majapahit berkembang semarak. Pemeluk yang beragama Hindu maupun Buddha saling bersatu. Pada masa itupun sudah dikenal semboyan Sejarah Indonesia 119Bhinneka Tunggal Ika, artinya, sekalipun berbedabeda baik Hindu maupun Buddha pada hakikatnya adalah satu jua. Kemudian secara umum kita artikan berbeda-beda akhirnya satu jua Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin.Hal ini disebabkan pula karena kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya sehingga semua perairan nasional dapat diawasi. Majapahit juga menjalin hubungan dengan negara-negara/kerajaan lain. Hubungan dengan Negara Siam, Birma, Kamboja, India, dan Cina berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan dengan luar negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat. b. Kehidupan Sosial Ekonomi Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan tenteram. Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya, Sungai Bengawan Solo danSungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan. Hal itu menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang yang menjajakan barang dagangannya dari daerah pantai atau muara ke pedalaman atau sebaliknya. Bahkan di daerah pantai berkembang perdagangan antar daerah, antar pulau, bahkan dengan pedagang dari luar. Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan Siam. Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah Indonesia Timur dan Malaka. Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah bahaya banjir. c. Perkembangan Sastra dan Budaya 128 Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling terkenal padazaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab iniditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan di bidang sastra, negarakertagamajuga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting adalah Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Di samping itu, Empu Tantular juga menulis kitab Arjunawiwaha. Sejarah Indonesia 121 Sutasoma 139,4d-5d Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma bhineki rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa kalawan siwatatwa tunggal bhineka ika tan hanna dharma mangruwa Artinya : “Dewa Buddha tidak berbeda dengan Siwa. Mahadewa diantara dewa-dewa. Keduanya dikatakan mengandung banyak unsur Buddha yang boleh dikatakan tidak terpisahkan dapat begitu saja dipisahkan menjadi dua? Jiwa Jina dan Jiwa Siwa adalah satu dalam hukum tidak terdapat dualisme. Kebudayaan dan Pariwisata.Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi dan Surawanadi dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan. Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidak puasan sebagian besar keluarga raja, setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan berakhir, Majapahit terus mengalami kelemahan karena raja yang berkuasa tidak mampu lagi mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya Majapahit adalah semakin meluasnya pengaruh Islam pada saat itu. Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan runtuhnya kerajaanitu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga masa perkembangan Islam di Jawa.Peninggalan peradaban Majapahit juga dapat kita saksikan pada perkembangan lingkup kebudayaan Bali pada saat ini.Kebudayaan yang masih dikembangkan hingga masa Islam adalah cerita wayang yang berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana). Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni ukir sulursuluran dan tanaman melata, senjata keris, lokasi keramat, dan masih banyak lagi.i Komnsi Dalam catatan sejarah, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan besar yang mampu menguasai hampir seluruh pulau di Nusantara, melampaui luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini. Kitab Nagarakartagama mencatat puluhan daerah yang menyerahkan upeti kepada Kerajaan Majapahit. 4. Kerajaan Buleleng danKerajaan Dinasti Warmadewa di Bali Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kaling ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orangorang Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang. Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan yang lain. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti 129 Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065. Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa. ….. Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra datang berlabuh di manasa …..” Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling. Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti. Lampiran 4 SILABUS SEJARAH INDONESIA Satuan Pendidikan : SMK Pembangunan Global Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas : X ( Sepuluh ) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran pada KD KI 1 Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar Penilaian hasil belajar 130 Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Penilaian keteladanan para dan KI 2 terintegrasi dalam dilakukan melalui observasi, pemimpin dalam pembelajaran pada KI 3 dan penilaian diri, penilaian antar mengamalkan ajaran KI 4 melalui indirect teaching teman, dan jurnal (catatan agamanya. 1.2 Materi Pokok Alokasi Sumber Waktu Belajar pendidik). Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antarumat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari 2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada zaman pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam 131 Kompetensi Dasar 2.2 Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya 2.3 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah 3.1 Memahami dan Cara Berfikir Mengamati: menerapkan konsep Kronologis Membaca buku teks tentang berpikir kronologis dan Sinkronik cara berfikir kronologis, Tentang kegiatan peserta Indonesia (diakronik), sinkronik, dalam sinkronik, dan konsep ruang didik dalam proses kelas X. ruang dan waktu mempelajari dan waktu dalam sejarah. mengumpulkan data, Buku-buku dalam sejarah Sejarah analisis data dan lainya Menanya: Sikap: Observasi 6 jp Buku Sejarah 132 Kompetensi Dasar 4.1 Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar Menyajikan informasi Cara Menanya dalam kegiatan pembuatan laporan tentang Internet mengenai keterkaitan berfikir diskusi untuk mendapatkan cara berfikir kronologis, (jika antara konsep berpikir kronologis pendalaman pengertian sinkronik, ruang dan tersedia) kronologis ( diakronik dalam tentang cara berfikir waktu dalam sejarah ), sinkronik, ruang dan mempelaja kronologis, sinkronik, dan (peduli, cinta damai, waktu dalam sejarah ri sejarah konsep ruang dan waktu responsif, proaktif, jujur, Cara dalam sejarah. tanggung jawab) berfikir Mengumpulkan Informasi: Pengetahuan: sinkronik Mengumpulkan informasi Tes tertulis tentang cara dalam terkait dengan pertanyaan berfikir kronologis, mempelaja mengenai cara berfikir sinkronik serta ri sejarah kronologis, sinkronik, konsep keterkaitannya dengan Konsep ruang dan waktu dari sumber konsep ruang dan waktu ruang dan tertulis, sumber lainnya dan dalam sejarah. waktu atau internet. Tugas membuat ringkasan Menalar/Mengasosiasi: laporan dalam bentuk Menganalisis hasil informasi tulisan tentang cara yang didapat dari sumber berfikir kronologis, tertulis dan atau internet untuk sinkronik, ruang dan 133 Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran mendapatkan kesimpulan tentang cara berfikir Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar waktu dalam sejarah. Keterampilan: kronologis dan sinkronik serta Portofolio keterkaitan antara cara Tentang laporan-laporan berfikir kronologis, sinkronik dan karya peserta didik dengan konsep ruang dan berkaitan dengan materi waktu dalam sejarah. cara berfikir kronologis, Mengomunikasikan: Menyajikan secara tertulis sinkronik, ruang dan waktu dalam sejarah. hasil analisis dan kesimpulan tentang cara berfikir kronologis dan sinkronik serta keterkaitannya dengan konsep ruang dan waktu dalam sejarah. 3.2 3.3 Memahami corak Indonesia Mengamati: Sikap: kehidupan masyarakat Zaman Membaca buku teks dan pada zaman praaksara Praaksara: melihat gambar-gambar Tentang kegiatan peserta Indonesia Menganalisis asal-usul awal tentang aktivitas kehidupan didik dalam proses kelas X. Observasi 16 jp Buku Sejarah 134 3.4 4.2 Penilaian Sumber Waktu Belajar Materi Pokok nenek moyang bangsa kehidupan masyarakat zaman praaksara, mengumpulkan, Buku-buku Indonesia (Proto, Manusia peta persebaran asal-usul menganalisis data dan lainya Deutero Melayu dan Indonesia. nenek moyang bangsa membuat laporan tentang Internet Melanesoid) Awal Indonesia dan peninggalan kehidupan zaman (jika Menganalisis kehidupan hasil kebudayaan pada zaman praaksara di Indonesia tersedia) berdasarkan tipologi masyarakat praaksara. (peduli, cinta damai, Gambar hasil budaya Praaksara Indonesia responsif, proaktif, jujur, aktifitas Indonesia termasuk Asal-usul Menanya melalui kegiatan tanggungjawab). kehidupan yang berada di nenek diskusi untuk mendapatkan lingkungan terdekat. Moyang klarifikasi tentang kehidupan Tes tertulis/lisan tentang praaksara Menyajikan hasil bangsa masyarakat zaman praaksara, Indonesia pada zaman Gambar penalaran mengenai Indonesia persebaran asal-usul nenek praaksara. hasil-hasil corak kehidupan Kebudayaa moyang bangsa Indonesia dan Tugas membuat laporan peninggala masyarakat pada zaman n zaman peninggalan hasil-hasil dalam bentuk tulisan n praaksara dalam bentuk praaksara kebudayaan pada zaman mengenai kehidupan kebudayaan praaksara. zaman praaksara di praaksara Indonesia. Peta tulisan. 4.3 Kegiatan Pembelajaran Alokasi Kompetensi Dasar Menyajikan Menanya: Mengumpulkan Informasi: Pengetahuan: manusia kesimpulan-kesimpulan Mengumpulkan informasi Keterampilan: penyebaran dari informasi terkait dengan pertanyaan Portofolio nenek 135 Kompetensi Dasar 4.4 Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar mengenai asal-usul mengenai masyarakat Tentanglaporan-laporan moyang nenek moyang bangsa Indonesia zaman praaksara dan karya peserta didik bangsa Indonesia (Proto, melalui bacaan, pengamatan berkaitan dengan materi Indonesia Deutero Melayu dan terhadap sumber-sumber kehidupan zaman Melanesoid) dalam praaksara yang ada di praaksara di Indonesia. bentuk tulisan. museum atau peninggalan- Menalar informasi peninggalan yang ada di mengenai hasil budaya lingkungan terdekat. Praaksara Indonesia Menalar/Mengasosiasi: termasuk yang berada Menganalisis informasi dan di lingkungan terdekat data-data yang didapat baik dan menyajikannya dari bacaan maupun dari dalam bentuk tertulis. sumber-sumber lain yang terkait untuk mendapatkan kesimpulan tentang kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman praaksara. Mengomunikasikan: Menyajikan secara tertulis 136 Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar hasil analisis dan kesimpulan tentang kehidupan di Indonesia pada zaman praaksara. 3.5 3.6 Menganalisis berbagai Indonesia Mengamati: teori tentang proses Zaman Membaca buku teks dan masuk dan Hindu- melihat gambar-gambar Tentang kegiatan peserta Indonesia berkembangnya agama Buddha: tentang Indonesia pada didik dalam kelas X. dan kebudayaan Silang Budaya zaman Hindu-Buddha. mengumpulkan, Buku-buku Hindu-Buddha di Lokal dan menganalisis data dan lainya Indonesia. Global Tahap Menanya melalui kegiatan membuat laporan tentang Internet ( Menganalisis Awal diskusi untuk mendapatkan kehidupan masyarakat di jika Menanya: Sikap: Observasi 24 jp Buku Sejarah karakteristik Teori -teori klarifikasi tentang kehidupan Indonesia pada zaman tersedia) kehidupan masyarakat, masuk dan masyarakat Indonesia pada Hindu-Buddha (peduli, Gambar pemerintahan dan berkemban zaman Hindu-Buddha. cinta damai, responsif, hasil-hasil kebudayaan pada masa gnya proaktif, jujur, peninggala kerajaan-kerajaan Hindu- Mengumpulkan informasi tanggungjawab). n zaman Hindu-Buddha di Buddha terkait dengan pertanyaan Indonesia serta Kerajaan- tentang Indonesia pada zaman Mengumpulkan Informasi: Pengetahuan: Tes tertulis/lisan: tentang HinduBuddha 137 Kompetensi Dasar 4.5 Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar menunjukan contoh kerajaan Hindu-Buddha melalui kehidupan masyarakat Peta letak bukti-bukti yang masih Hindu- bacaan, internet, pengamatan Indonesia pada zaman kerajaan- berlaku pada kehidupan Buddha di terhadap sumber-sumber Hindu-Buddha. kerajaan masyarakat Indonesia Indonesia sejarah yang ada di museum Tugas membuat laporan Hindu masa kini. Bukti-bukti dan atau peninggalan- dalam bentuk tulisan Buddha di Mengolah informasi Kehidupan peninggalan yang ada di mengenai nilai-nilai dan Indonesia mengenai proses masuk dan hasil- lingkungan terdekat unsur-unsur budaya yang dan perkembangan hasil berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha kebudayaan Menalar/Mengasosiasi: Hindu-Buddha yang masih dengan menerapkan pengaruh Menganalisis informasi dan berkelanjutan dalam cara berpikir Hindu- data-data yang didapat baik kehidupan masyarakat kronologis, dan Buddha dari bacaan maupun dari Indonesia masa kini. pengaruhnya pada yang masih sumber-sumber terkait untuk kehidupan masyarakat ada pada mendapatkan kesimpulan Portofolio tentang Indonesia masa kini saat ini tentang Indonesia pada laporan-laporan dan karya zaman Hindu-Buddha. peserta didik berkaitan serta mengemukakannya 4.6 Materi Pokok Mengomunikasikan: Keterampilan: dengan materi kehidupan dalam bentuk tulisan. Menyajikan dalam bentuk masyarakat di Indonesia Menyajikan hasil tulisan hasil analisis dan pada zaman Hindu- 138 Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran penalaran dalam bentuk kesimpulan tentang Indonesia tulisan tentang nilai- pada zaman Hindu-Buddha. Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar Buddha nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan HinduBuddha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. 3.7 Menganalisis berbagai Perkembanga teori tentang proses n Kerajaan- Membaca buku teks dan masuk dan Kerajaan melihat gambar-gambar Tentang kegiatan peserta Indonesia berkembangnya agama Islam di peninggalan zaman didik dalam proses kelas X. dan kebudayaan Islam Indonesia perkembangan kerajaan- mengumpulkan data, Buku-buku kerajaan Islam di Indonesia analisis data dan lainya pembuatan laporan tentang Internet ( perkembangan kerajaan- jika kerajaan Islam dan hasil- tersedia) di Indonesia. Teori-teori Mengamati: masuk dan 3.8 Menganalisis berkemban karakteristik gnya Islam Menanya: Menanya untuk mendapatkan Sikap: Observasi 24 jp Buku Paket Sejarah 139 Kompetensi Dasar 4.7 Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Waktu Belajar kehidupan masyarakat, Kerajaan- klarifikasi tentang zaman hasil kebudayaannya di Gambar pemerintahan dan kerajaan perkembangan kerajaan- Indonesia (peduli, cinta hasil-hasil kebudayaan pada masa Islam di kerajaan Islam di Indonesia. damai, responsif, proaktif, peninggala kerajaan-kerajaan Islam Indonesia jujur, tanggungjawab). n zaman di Indonesia dan Bukti-bukti Mengumpulkaninformasi menunjukan contoh Kehidupan terkait dengan pertanyaan dan Tes tertulis/lisan tentang Peta letak bukti-bukti yang masih dan hasil- materi tentang zaman perkembangan kerajaan- kerajaan- berlaku pada kehidupan hasil perkembangan kerajaan- kerajaan Islam dan hasil- kerajaan masyarakat Indonesia budaya kerajaan Islam di Indonesia hasil kebudayaannya di Islam di masa kini. pengaruh melalui bacaan, internet, Indonesia Indonesia Mengolah informasi Islam yang pengamatan terhadap sumber- Tugas membuat laporan mengenai proses masih ada sumber sejarah yang ada di dalam bentuk tulisan masuk dan pada saat museum dan atau mengenai perkembangan perkembangan kerajaan ini peninggalan-peninggalan kerajaan-kerajaan Islam di Islam dengan yang ada di lingkungan Indonesia. menerapkan cara terdekat. berpikir kronologis, Mengumpulkan Informasi: Menalar/Mengasosiasi: dan pengaruhnya pada Menganalisis informasi dan kehidupan masyarakat data-data yang didapat baik Pengetahuan: Islam Keterampilan: Portofolio TentangLaporan-laporan 140 Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Indonesia masa kini dari bacaan maupun dari dan karya peserta didik serta sumber-sumber terkait untuk tentangperkembangan mengemukakannya mendapatkan kesimpulan kerajaan-kerajaan Islam dalam bentuk tulisan. tentang zaman perkembangan dan hasil-hasil kerajaan-kerajaan Islam di kebudayaannya di Indonesia. Indonesia 4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai Alokasi Sumber Waktu Belajar Mengomunikasikan: dan unsur budaya yang Melaporkan dalam bentuk berkembang pada masa tulisan hasil analisis dan kerajaan Islam dan kesimpulan tentang Indonesia masih berkelanjutan pada zaman perkembangan dalam kehidupan bangsa kerajaan-kerajaan Islam. Indonesia pada masa kini Guru Mata Pelajaran Kotabaru, 3 November 2015 Peneliti Kiki Puji Astuti Kiki Puji Astuti 141 142 Lampiran 5 1. Materi Pokok. a. Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha). Masa Hindu-Budha berlangsung selama kurang lebih 12 abad. Pembabakan masa Hindu-Budha terbagi menjadi 3, yaitu : periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad ke-16 agama islam mulai mendominasi Nusantara. Namun, tidak berarti pengaruh kebudayaan Hindu-Budha hilang tergantikan kebudayaan islam. Agama islam mengakomodasi peninggalan Hindu-Budha, tentunya dengan melakukan modifikasi agar tetap berselang beberapa abad, wujud peradaban Hindu-Budha masih dapat kita saksikan hingga sekarang, misalnya dalam perwujudan sastra dan arsitektur. Perkembangan kebudayaan Hindu-Budha sudah sangat berlangsung lama dan meluas di seluruh kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, disini akan dibahas tentang penduduk di kepulauan Indonesia ketika sudah mengenal tulisan dan kebudayaannya mulai berkembang. Terutama saat pengaruh Hindu-Budha masuk ke kepulauan Indonesia, masa ini di sebut masa klasik, yaitu awal masuknya unsur-unsur budaya india di kepulauan Indonesia. Dimana masa klasik ini di artikan sebagi pertimbngan banyaknya capaian budaya pada masa Hindu-Budha itu yang masih dihargai dan ditafsirkan ulang hingga saat ini meskipun pengaruh budaya Hindu-Budha sudah mulai memudar dan digantikan dengan budaya lain. 143 Gambar 2 : PETA KONSEP Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) Terbentuk Melalui Pengaruh Hindu-Budha Membentuk Membentuk Kerajaan Pada Masa Jaringan Perdagangan dan Pelayaran Nusantara Antara Lain Hindu-Budha Kerajaan Kutai, Proses Melalui Akulturasi kebudayaan Nusantara dan Hindu-Budha Tarumanegara, Kalingga, Membentuk Budaya Baru Kerajaan Kerajaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Seni Bangunan, Seni Rupa Kerajaan Kediri, dan Ukir, Seni Sastra dan Singhasari, Kerajaan Majapahit, Aksara, Sistem Kepercayaan, Kerajaan Buleleng, Kuno, Kerajaan Kerajaan Tulang Bawang, Kerajaan Kota Sistem Pemerintah Kapur. Saling Mempengaruhi 1) Pengaruh Budaya India. Satu diantara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk kepulauan Indonesia adalah bangsa India. Interaksi itu terjalin sejalan dengan meluasnya hubungan perdagangan antara india dan cina. Hubungan tersebut mendorong pedagang-pedagang India dan Cina datang ke Kepulauan Indonesia. Menurut Van Leur, barang yang diperdagangkan dalam pasar internasional saat itu adalah barang komoditas yang bernilai 144 tinggi. Barang-barang itu berupa logam mulia, perhiasan, berbagai barang pecah belah, serta bahan baku yang diperlakukan untuk kerajinan. Dua komoditas penting yang menjadi primadona pada awal masa sejarah di Kepulauan Indonesia adalah gaharu dan kapur barus. Kedua komoditi itu merupakan bahan baku pewangi yang paling di gemari oleh bangsa India dan Cina. Interaksi dengan kedua bangsa itu membawa perubahan pada bentuk tatanegara di beberapa daerah di Kepulauan Indonesia. Juga perubahan dalam susunan kemasyarakatan dan sistem kepercayaan. Sejak saat itu pengaruh-pengaruh Hindu-Budha berkembang di Indonesia. 2) Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha. a. Kerajaan Kutai. Dalam memahami kerajaan kutai memerlukan sumber sejarah yang dapat menjelaskannya. Sumbersejarah yang utama adalah prasasti yang disebut Yupa, yaitu batu bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa di tulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para ahli berpendapat bahwa yupa dibuat sekitar abad ke-5 M. Hal yang menarik dalam prasasti tersebut menyebutkan nama kakek dari Mulawarman adalah Kudungga. Kudungga berarti penguasa lokal yang setelah terkena pengaruh Hindu-Budha daerahnya berubah menjadi kerajaan. Walaupun pengaruh tersebut Kudungga tetap berbedadengan anaknya Aswawarman dan cucunya Mulawarman. Oleh karena itu, yang ternal sebagai wamsakerta adalah aswawarman. Satu diantara yupa tersebut menceritakan silsilah tentang Raja Mulawarman. Dikatakan Kudungga memiliki putra bernama Aswawarman yang seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari),. Beliau memiliki 3 anak tetapi yang terkenal adalah Mulawarman. Dia merupakan raja terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu- Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan waprakeswara. Ia merupakan raja yang 145 dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman sangat dermawan, sehingga ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para Brahmana. Sebagai tanda terimakasih daan peringatan mengenai upacara kurban para Brahmana mendirikan sebuah yupa. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami zaman keemasan. Kehidupan Ekonomi pun mengalami perkembangan. Kutai terletak ditepi sungai, sehingga masyarakat melakukan pertanian. Selain itu, mereka banyak yang melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina.dalam pelayarannya dimungkinkan bahwa para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai semakin ramai dan rakyat hidup makmur. Satu diantara yupa berisi keterangan yang artinya “Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka dengan memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara ” b. Kerajaan Tarumanegara. Sejarah tertua yang berkaitan dengan pengedalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara. Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di wilayah Jakarta saat ini., maka Raja Purnawarman menggali Sungai Candrabaga. Setelah itu, raja mempersembahkan 1.000 ekor lembu pada para Brahmana. Purnawarman adalah raja terkenal dari Tarumanegara. Karena, setelah Kerajaan Kutai berkembang di Kalimantan Timur, di Jawa Bagian Barat muncul Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan prasastiprasasti pusat Kerajaan Tarumanegara berada diantara Sungai Citarum dan Cisadane. Kemudian, berdasarkan prasasti tugu, Purbacaraka memperkirakan pusatnya ada di daerah Bekasi. 146 Sumber sejarah Tarumanegarayang utama adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Tarumanegara diteukan 7 buah prasasti yang berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta, yaitu : Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Jambu, Prasasti Cidanghiang dan Prasasti Pasir Awi. c. Kerajaan Kalingga. Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menuurut berita Cina, disebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga ada To-po-Teng (Sumatra). Disebelah utara Kalingga ada Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu, Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah atau disebelah utara Gunung Muria. Sumber utama Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah prasasti Tuk Mas di Lereng Gunung Merbabu. Melalui Berita Cina, banyak hal yang diketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 sampai ke-9 M. d. Kerajaan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kenudian berkembang dan mencapai puncak kejayaannya adalah Kerajaan Sriwijaya (Kerajaan Melayu)yang berpusat di Jambi. Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi di daerah Melayu yang kemudian ditaklukan dan berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Sumber sejarah Kerjaan Sriwijaya yang penting adalah Prasasti yang bertuliskan huruf pallawa, bahasa yang dipakai adalah Melayu Kuno. Prasasti tersebut antara lain ; Prasasti Kedutan Bukit, Prasasti 147 Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi. e. Kerajaan Mataram Kuno. Pertengahan abad ke-8 di Jawa Bagian Tengah berdiri sebuah kerajaan baru yang kita kenal dengan Kerajaan Mataram Kuno. Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dapat digunakan sumber yang berupa prasasti. Ada beberapa prsasti yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno diantaranya Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasastoi Klura, Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung. Selain prasasti tersebut sumber sejarah lainnya adalah berita Cina. f. Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri adalah Kerajaan pertama yang memiliki sistem administrasi kewilayahan nnegara berjenjang. Hierarki kewilayahan dibagi atas 3 jenjang. Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara samarawijaya yang berekuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Pada thun 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan diantara kedua belah pihak. Tahun 1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi setelah itu tidak terdengar berita mengenai Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Bru pada Tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa lebih dikenal dengan Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha. Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yang ditemukan, antara lain Prasasti Padlegan (1117 M) dan Panumbangan (1120 M). Isinya yang penting tentang pemberian status perdikan untuk beberapa desa. Tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni Raja Jayabaya. Ia meninggalkan 3 Prasasti penting, yakni Prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M) yang berisi tulisan panjalu jayati, artinya panjalu menang dan untuk mengenang kemenangan Panjalu atas Jenggala, Talan (1136 M), dan Prasasti Desa Jepun (1144 M). 148 Jayabaya berhasil mengatasi berbagai kekacauan di kerajaan, karena nama Jayabaya sangatterkenal di kalangan masyarakat Jawa sebab ada Ramalan atau Jangka Jayabaya. Pada masa Kerajaan Jayabaya telah digubah Kitab Baratayuda oleh Empu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Raja terkhir kerajaan kediri adalah Kertajaya atau Dandang Gendis. Pada masa pemeerintahannya, terjadi pertentangan antara raja dan para pendeta atau kaum Brahmana, karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Hal ini memperlemah pemerintahan di Kediri. Kemudian, para Brahmana mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan dukungan para kaum Brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat dikalahkan oleh Ken Arok. g. Kerajaan Singhasari. Raja-Raja yang Memerintah Singhasari. 1. Ken Arok (1222-1227 M) Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan Singhasari. Yang pusatnya kota Malang, Jawa Timur dengan pendirinya Ken Arok sebagai raja yang berasal dari rakyat biasa. Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang Petani dari Desa Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi, daerah Malang, ibunya bernama Ken Endok. Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama bergelar “Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi”. Ia memerintah selama 5 tahun. Pada tahun 1227 M Ken Arok di bunuh seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil, atas perintah Anusapati yang merupaka Putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam bangunan perpaduan Syiwa-Budha. Ken Arok meninggalkan beberapa Putra bersama Ken Umang memiliki 4 Putra yakni : Panji 149 Tohjaya, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Sedangkan, bersama Ken Dedes memiliki Putra bernama Mahesa Wongateleng. 2. Anusapati Anusapati naik tahta tahun 1227 M di Kerajaan Singhasari dan ia memeritah selama 21 tahun sebelum banyak berbuat untuk pembangunan Kerajaan. Lambat laun berita tentang pembunuhan Ken Arok samapai pada Tohjoyo (Putra Ken Arok) adalah Anusapati, maka Tohjoyo ingin membalasa dengan cara mengetahui kesukaan Anusapati adalah menyambung ayam. Oleh karena itu, tohjoyo mengajaknya Anusapati mengadu ayam dan pada saat mengadu ayam Tohjoyo berhasil membunuh Anusapati, jenazahnya di candikan di Candi Kidal dekat Kota Malang. Beliau meninggal seorang putra bernama Ronggowuni. 3. Tohjoyo (1248 M) Setelah berhasil membunuh Anusapaati Tohjoyo naik tahta, namun sangat singkat karena menurut Ronggowuni ia berhak atas tahta tersebut maka ia menuntut hak tersebut dalam hal ini ia dibantu oleh Mahesa Cempaka putra dari Mahesa Wongateleng. Saat mengetahui berita ini Tohjoyo mengirim pasukannya dibawah Lembu Ampaluntuk melawan Ronggowuni. Namun, Lembu Ampal berbalik memihak Ronggowuni, maka Ronggowuni semakin kuat. Tohjoyo berhasil meloloskan diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbang akibat luka-luka yang dideritanya. 4. Ronggowuni (1248-1268 M) Ronggowuni naik tahta menggantikan Tohjoyo di Kerajaan Singhasari 1248 M dengan gelar “Sri Jaya Wissnuwardana” ia didampingi Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu Anggabaya yang bergelar “Narasimhamurti”. Pada tahun 1254 M 150 Wisnuwardana mengangkat putranya Kertanegara sebagai raja muda atau Yuwaraja. Tahun 1268 M Ronggowuni meninggal dan dicandikan di 2 tempat, yaitu sebagai Syiwa di Waleri dan sebagai Budha Amogapasa di Jajagu yang kemudian dikenal Jago. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka meninggal dan dicandikan di Kumeper dan Wudi Kucir. 5. Kertanegara (1268-1292 M) Tahun 1268 M Kertanegara naik tahta menggantikan Ronggowuni dan ia bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara merupakan raja yang paling Terkenal di Singhasari. Ia bercita-citakan Kerajaan Singhasari menjadi Kerajaan Besar maka ia melakukan bebgai usaha. Sebagai raja besar maka nama Kertanegara diabadikan di berbagai tempat. Bahkan di Surabaya terdapat Arca Kertanegara yang menyerupai Arca Budha. Arca Kertanegara dinamakan Arca Joko Dolok. Dengan terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singhasari. h. Kerajaan Majapahit. Setelah Kerajaan Singhasari jatuh berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur antara abad ke 14-15 M. Kerajaan ini direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia memiliki tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang hampir runtuh. Saat itu dibantu dengan Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebutkan dalam kitab Pararaton sebagai Hutannya orang Trik. Desa itu dinamakan dari sebuah buah yang bernama Maja dengan rasa Pahit dari buah tersebut. i. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali. 151 Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah Kerajaan. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dibuktikan dalam prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka Tahun 1065 M. Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu dikenal dengan beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su, dan pilling. j. Kerajaan Tulang Bawang. Menurut berita Cina, Kerajaan awal yang terdapat di Lampung adalah Kerajaan yang disebut Bawang atau Tulang Bawang. Berita Cina Tertua itu berasal dari abad ke 5, yaitu dari kitab Liu-Sung-Shu, kitab Sejarah pada masa Kaisar Liu Sung (420-479). Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’a- P’ing-huangyu-chi yang dtulis pada tahun 976-983 M, disebutkan Kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.ferrand disarankan untuk diidentifikasi dengan Tulang Bawang ynag terletakdi daerah Pantai Tenggara Pulau Sumatera, di Selatan sungai Palembang (Sungai Musi). k. Kerajaan Kota Kapur. Ditemukan petunjuk pada tahun 1994 adanya sebuah kekuasaan sebelum Kerajaan Sriwijaya. pusat kekuasaan ini ditemukan beberapa temuan Arkeologi seperti sisa-sia bangunan Candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan arca-arca batu lainnya. Sebelumnya di situs Kota Kapur selain ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka(=686 M) telah ditemukan pula peninggalan-peninggalan yang lain diantaranya sebuah arca Wisnu dan Arca Durga Mahisasuramardhini. Dan nampaknya peninggalan- peninggalan tersebut tampak kekuasaan di Pulau Bangka yang bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Lampiran 6 KISI – KISI UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran Kelas/ Semester Tahun pelajaran No : IPS (Sejarah) :X/ 1 : 2015/2016 Kompetensi Dasar 1 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan HinduBuddha di Indonesia 2 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Jumlah Soal PG UT/Esai Indikator 1. Mendeskripsikan pengertian kebudayaan Hindu 2. Memahami proses sinkretisme 3. Memahami teori proses masuknya agama Hindu ke Indonesia 4. Memahami istilah-istilah dalam kepercayaan Hindu 5. Memahami pengertian akulturasi dan mampu menyebutkan contoh-contohnya dalam berbagai bidang kehidupan 1. Menyebutkan Negara-negara pada masa Hindu Budha yang menerapkan konsep Negara kesatuan 2. Menerapkan pengaruh Hindu-Buddha pada kehidupan sekarang 3. Memahami istilah “Labadiu” 4. Memahami ketaladanan dari Raja Mulawarman 5. Memahami bukti catatann I-Tsing tentang kerajaan Sriwijaya 6. Memahami pendiri kerajaan Mataram Hindu 7. Memahami kebijakan raja Airlangga 8. Memahami isi dari karya Jayabaya 9. Memahami kerjasama yang dilakukan oleh raja Balaputeradewa di Sriwijaya dengan Negara lain : 35 soal : 35 soal : 0 soal Nomor Soal Jumlah Soal 1, 3, 4, 18, 19, 34, 16, 7 2, 10, 11,12, 13, 14, 15, 17, 26, 27, 28, 30, 33 13 152 3 1. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu-Buddha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 1. Mampu membuktikan bahwa Holing adalah kerajaan yang menganut agama Budha 2. Memahami isi catatan I-Tsing 5, 6, 7, 8, 9, 3. Memahami catatan yang merupakan bukti adanay 20,21, 22, 23,24, kerajaan Melayu 25, 29, 31, 32, 4. Memahami tujuan ekspedisi Pamalayu oleh Singasari 5. Memahami bukti peninggalan kerajaan Kutai 35 6. Memahami bukti peninggalan kebudayaan India di Indonesia 7. Memahami bukti didirikannya kerajaan Bali 15 153 154 Lampiran 7 Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar IPS Siklus I Nama : Kelas : Sekolah : Petunjuk : Tulis nama, kelas, dan sekolah pada tempat yang disediakan pada lembaran soal. Pilihlah jawaban yang anggap kalian benar di antara: a,b,c, d, dan e. Berdoalah sebelum mengerjakan soal. Selamat mengerjakan ! 1. Terletak dimanakah Candi Borobudur........... a. Kota Magelang, Jawa Barat b. Kota Pontianak, Jawa Timur c. Kota Pare, Jawa Tengah d. Kota Magelang, Jawa Tengah e. Kota Pare, Jawa Timur 2. Dilihat dari arsitektur, Candi tersebut merupakan bentuk dari........ a. Candi Hindu b. Candi Buddha c. Candi Kalasan d. Candi Peninggalan e. Candi Artefak 3. Candi Prambanan, letaknya tidak jauh dari Candi Borobudur tepatnya dimana...... a. Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten Jawa Tengah b. Perbatasan Daerah Istimewa Bandung, Jawa Barat c. Perbatasan Daerah Pare, Jawa Timur d. Perbatasan Daerah Jambi, Klaten Jawa Tengah e. Perbatasan Daerah Surakarta, Jambi Jawa Tengah 4. Kedua Candi tersebut (Candi Borobudur dan Candi Prambanan) merupakan bukti-bukti pada masa ............ a. Dinasti Jayanegara b. Dinasti Raden Wijaya c. Dinasti Hayam Wuruk d. Dinasti Syailendra e. Dinasti Waisnawa 155 5. Candi tersebut merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang merupakan bukti perkembangan...... a. Agama dan politik di Indonesia b. Agama kedudukan di Indonesia c. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia d. Sastra dabn budaya Hindu waisnawa di Indonesia e. Sastra, agana, politik dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia 6. Kerajaan yang handal menajalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan kemaritimannya adalah.......... a. Kerajaan Sriwijaya b. Kerajaan Kutai c. Kerajaan Demak d. Kerjaan Banten e. Kerajaan Tarumanegara 7. Berdasarkan kehebatan Sriwijaya ditunjukan dengan adanya “dharma”(sumbangan) untuk mendirikan asrama di wilayah....... a. Nalanda, Irlandia b. Nepal, Iran c. Nalanda, India d. Nepal, Nigeria e. Nalanda, Iran 8. Yang terkenal dengan seorang ahli geografi yunani, adalah........... a. Jawasyipa b. Jawadwipa c. Ptolomeus d. Labadiu e. Syailendra 9. Sumber sejarah yang tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia berupa....... a. Artefak b. Yupa c. Candi d. Tugu e. Prasasti 10. Kerajaan tertua yang terdapat di Muara Kaman Kalimantan Timur yakni......... a. Kutai b. Demak c. Sriwijaya d. Mataram Kuno e. Tulang Bawang 11. Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari budaya India yaitu budaya yang dikembangkan oleh....... a. Bangsa Negro, Kalimantan Barat b. Bangsa Portugis, Kalimantan Tidur c. Bangsa Arya di Lembah Sungai Indus d. Bangsa Dayak, di Lembah Sungai Tandus e. Bangsa Barat, Di Lembah Sungai Indus 12. Nama komoditas penting yang bernilai tinggi pada awal masa sejarah dikepulauan Indonesia adalah....... a. Gaharu b. Kapur Tulis 156 c. Gaharu dan Tulisan d. Gaharu dan kapur Barus e. Kapur Barus 13. Komoditas tersebut merupakan bahan baku pewangi yang paling digemari oleh....... a. Bangsa Barat dan Portugis b. Bangsa India dan Barat c. Bangsa Cina dan Potugis d. Bangsa India dan Cina e. Bangsa Portugis dan India 14. Awal hubungan dagang antara penduduk kepulauan Nusantara dan India bertepatan dengan perkembangan pesat dari........ a. Agama Hindu b. Agama Buddha c. Agama Kristen d. Agama Katholik e. Agama Islam 15. Sistem Kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di Lembah Sungai Indus adalah...... a. Sistem Kasta b. Sistem Ras c. Sistem Pemerintahan d. Sistem Kerajaan e. Sistem Politik 16. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan pertama di duduki oleh ......... a. Brahmana (Pendeta) b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit) c. Waisya (Pedagang dan Petani) d. Sudra (Rakyat Biasa) e. Pecinan 17. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan ketiga di duduki oleh.... a. Brahmana (Pendeta) b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit) c. Waisya (Pedagang dan Petani) d. Sudra (Rakyat Biasa) e. Pecinan 18. Sistem kepercayaan dan kasta menajdi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap Hinduisme, penggolongan seperti ini disebut............ a. Caturwarga b. Caturwarna c. Dharmawarga d. Dharmawarna e. Dharmawangsa 19. Arca Buddha yang terbuat dari perunggu di daerah sempaga, sulawesi selatan. Arca ini memperlihatkan langgam seni arca asmarawati dari India Selatan. Arca sejenis ditemukan di........... a. Jember Jawa Timur dan Daerah Bukit Siguntang Sumatra Selatan b. Bandung Jawa Barat dan daerah Perbukitan c. Daerah Perbukitan dan perbatasan Daerah kalimantan Barat d. Dataran tinggi dan perbukitan rendah daerah Sumatra Barat e. Pare Jawa Timur dan Perbatasan Kalimantan Timur 157 20. Pendapat mengenai berbagai proses masuknya Hindu-Buddha sering di sebut............. a. Buddhanisasi b. Hindunisasi c. Hinbuddanisasi d. Kristenisasi e. Prostetanisasi 21. Munculnya kerajaan atau pengaruh hindu di kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum ksatria/ para prajurit India disebut ......... a. Teori Brahmana b. Teori Ksatria c. Teori Waisya d. Teori Sudra e. Teori Arus Balik 22. Teori yang lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia, di sebut........ a. Teori Brahmana b. Teori Ksatria c. Teori Waisya d. Teori Sudra e. Teori Arus Balik 23. “Yang memotivasi para pedagang india untu datang ke asia tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan” ini merupakan pendapat dari........... a. R.C Majundar b. N. J Krom c. G Coedes d. Van Leur e. Paul Wheatly 24. “Para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka” merupakan pendapat dari.......... a. R.C Majundar b. N. J Krom c. G Coedes d. Van Leur e. Paul Wheatly 25. “ Proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu mereka itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama buddha” merupakan pendapat dari.................... a. R.C Majundar b. N. J Krom c. G Coedes d. F.D.K. Bosch e. Paul Wheatly 26. Melalui proses apa budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu...... a. Akulturasi b. Indianisasi c. Hindunisasi d. Buddhanisasi e. Kristenisasi 158 27. Letak pusat pemerintahan Majapahit saat itu adalah......... a. Kompleks Himalaya b. Kompleks Sinabung c. Komplek Trowulan d. Komplek Sangiran e. Kompleks Mahakam 28. Siapakan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Nasional kedua........ a. Soekarno b. Muhammad Hatta c. Muhammad Yamin d. Gajah Mada e. Hayam Wuruk 29. Siapakah 2 tokoh besar yang berhasil mempersatukan Nusantara........... a. Selaparang dan Mulawarman b. Soekarno dan Moch Hatta c. Mahmud Effendi dan Moch Yamin d. Gajah Mada dan Hayam Wuruk e. Gajah Mada dan Selaparang 30. Masyarakat Lombok timur mempercayai bahwasannya makam Patih Gajah Mada berada di wilayah Komplek Pemakaman.............. a. Selaparang b. Mulawarman c. Anusopati d. Hayam Wuruk e. Pendhopo 31. Suatu kondisi dimana perbedaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi penghalang merupakan pengertian ................. a. Globalisasi. b. Asimilasi. c. Akuluturasi. d. Intergasi. e. Jaringan Perdagangan Global. 32. Pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat 2 kekuatan peradaban besar, yakni....... a. Cina dan India b. Hongkong dan Taiwan c. Thailand dan Taiwan d. Hongkong dan Thailand e. Cina dan Hongkong 33. Di Jawa terdapat 3 kerajaan utama, yaitu........... a. Tarumanegara, Demak, Majapahit b. Ho-ling (Kalingga), Tarumanegara, Singhasari c. Singhasari, Demak, Majapahit d. Majapahit, Kalingga, Kutai e. Demak, Tarumanegara, Singhasari 34. Sketsa, Candi, Stupa dan Batas Kota merupakan bagian unsur darai seni... a. Seni Rupa dan Ukir b. Seni Pertunjukan c. Seni Bangunan 159 d. Seni Aristektur e. Seni Sastra dan Aksara 35. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang.... a. Laki-laki dan Perempuan b. Kekuasaan dan Kekuatan c. Kesuburan dan Kemakmuran d. Animismedan Dinamisme e. Asimilasi dan Akulturasi Kunci Jawaban 1. D 2. B 3. A 4. D 5. C 6. A 7. C 8. B 9. E 10. A 11. C 12. D 13. D 14. B 15. A 16. A 17. C 18. B 19. A 20. B 21. B 22. E 23. C 24. E 25. D 26. A 27. C 28. C 29. D 30. A 31. A 32. A 33. B 34. C 35. C 160 Lampiran 8 Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar IPS Siklus II Nama : Kelas : Sekolah : Petunjuk : Tulis nama, kelas, dan sekolah pada tempat yang disediakan pada lembaran soal. Pilihlah jawaban yang anggap kalian benar di antara: a,b,c, d, dan e. Berdoalah sebelum mengerjakan soal. Selamat mengerjakan ! 1. Terletak dimanakah Candi Borobudur........... a. Kota Magelang, Jawa Barat b. Kota Pontianak, Jawa Timur c. Kota Pare, Jawa Tengah d. Kota Magelang, Jawa Tengah e. Kota Pare, Jawa Timur 2. Dilihat dari arsitektur, Candi tersebut merupakan bentuk dari........ a. Candi Hindu b. Candi Buddha c. Candi Kalasan d. Candi Peninggalan e. Candi Artefak 3. Candi Prambanan, letaknya tidak jauh dari Candi Borobudur tepatnya dimana...... a. Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten Jawa Tengah b. Perbatasan Daerah Istimewa Bandung, Jawa Barat c. Perbatasan Daerah Pare, Jawa Timur d. Perbatasan Daerah Jambi, Klaten Jawa Tengah e. Perbatasan Daerah Surakarta, Jambi Jawa Tengah 4. Kedua Candi tersebut (Candi Borobudur dan Candi Prambanan) merpakan bukti-bukti pada masa ............ a. Dinasti Jayanegara b. Dinasti Raden Wijaya c. Dinasti Hayam Wuruk d. Dinasti Syailendra e. Dinasti Waisnawa 5. Candi tersebut merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang merupakan bukti perkembangan...... 148 161 a. Agama dan politik di Indonesia b. Agama kedudukan di Indonesia c. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia d. Sastra dabn budaya Hindu waisnawa di Indonesia e. Sastra, agana, politik dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia 6. Kerajaan yang handal menajalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan kemaritimannya adalah.......... a. Kerajaan Sriwijaya b. Kerajaan Kutai c. Kerajaan Demak d. Kerjaan Banten e. Kerajaan Tarumanegara 7. Berdasarkan kehebatan Sriwijaya ditunjukan dengan adanya “dharma”(sumbangan) untuk mendirikan asrama di wilayah....... a. Nalanda, Irlandia b. Nepal, Iran c. Nalanda, India d. Nepal, Nigeria e. Nalanda, Iran 8. Yang terkenal dengan seorang ahli geografi yunani, adalah........... a. Jawasyipa b. Jawadwipa c. Ptolomeus d. Labadiu e. Syailendra 9. Sumber sejarah yang tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia berupa....... a. Artefak b. Yupa c. Candi d. Tugu e. Prasasti 10. Kerajaan tertua yang terdapat di Muara Kaman Kalimantan Timur yakni......... a. Kutai b. Demak c. Sriwijaya d. Mataram Kuno e. Tulang Bawang 11. Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari budaya India yaitu budaya yang dikembangkan oleh....... a. Bangsa Negro, Kalimantan Barat b. Bangsa Portugis, Kalimantan Tidur c. Bangsa Arya di Lembah Sungai Indus d. Bangsa Dayak, di Lembah Sungai Tandus e. Bangsa Barat, Di Lembah Sungai Indus 12. Nama komoditas penting yang bernilai tinggi pada awal masa sejarah dikepulauan Indonesia adalah....... a. Gaharu b. Kapur Tulis c. Gaharu dan Tulisan d. Gaharu dan kapur Barus 162 e. Kapur Barus 13. Komoditas tersebut merupakan bahan baku pewangi yang paling digemari oleh....... a. Bangsa Barat dan Portugis b. Bangsa India dan Barat c. Bangsa Cina dan Potugis d. Bangsa India dan Cina e. Bangsa Portugis dan India 14. Awal hubungan dagang antara penduduk kepulauan Nusantara dan India bertepatan dengan perkembangan pesat dari........ a. Agama Hindu b. Agama Buddha c. Agama Kristen d. Agama Katholik e. Agama Islam 15. Sistem Kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di Lembah Sungai Indus adalah...... a. Sistem Kasta b. Sistem Ras c. Sistem Pemerintahan d. Sistem Kerajaan e. Sistem Politik 16. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan pertama di duduki oleh ......... a. Brahmana (Pendeta) b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit) c. Waisya (Pedagang dan Petani) d. Sudra (Rakyat Biasa) e. Pecinan 17. Sistem kepercayaan dan kasta menajdi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap Hinduisme, penggolongan seperti ini disebut............ a. Caturwarga b. Caturwarna c. Dharmawarga d. Dharmawarna e. Dharmawangsa 18. Pendapat mengenai berbagai proses masuknya Hindu-Buddha sering di sebut............. a. Buddhanisasi b. Hindunisasi c. Hinbuddanisasi d. Kristenisasi e. Prostetanisasi 19. “Yang memotivasi para pedagang india untu datang ke asia tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan” ini merupakan pendapat dari........... a. R.C Majundar b. N. J Krom c. G Coedes d. Van Leur e. Paul Wheatly 20. “Para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka” merupakan pendapat dari.......... 163 A. R.C Majundar B. N. J Krom C. G Coedes D. Van Leur E. Paul Wheatly 21. “ Proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu mereka itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama buddha” merupakan pendapat dari.................... A. R.C Majundar B. N. J Krom C. G Coedes D. F.D.K. Bosch E. Paul Wheatly 22. Melalui proses apa budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu...... A. Akulturasi B. Indianisasi C. Hindunisasi D. Buddhanisasi E. Kristenisasi 23. Letak pusat pemerintahan Majapahit saat itu adalah......... A. Kompleks Himalaya B. Kompleks Sinabung C. Komplek Trowulan D. Komplek Sangiran E. Kompleks Mahakam 24. Siapakan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Nasional kedua........ A. Soekarno B. Muhammad Hatta C. Muhammad Yamin D. Gajah Mada E. Hayam Wuruk 25. Siapakah 2 tokoh besar yang berhasil mempersatukan Nusantara........... A. Selaparang dan Mulawarman B. Soekarno dan Moch Hatta C. Mahmud Effendi dan Moch Yamin D. Gajah Mada dan Hayam Wuruk E. Gajah Mada dan Selaparang 26. Masyarakat Lombok timur mempercayai bahwasannya makam Patih Gajah Mada berada di wilayah Komplek Pemakaman.............. A. Selaparang B. Mulawarman C. Anusopati D. Hayam Wuruk E. Pendhopo 27. Suatu kondisi dimana perbedaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi penghalang merpakan pengertian ................. A. Globalisasi. B. Asimilasi. 164 C. Akuluturasi. D. Intergasi. E. Jaringan Perdagangan Global. 28. Pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat 2 kekuatan peradaban besar, yakni....... A. Cina dan India B. Hongkong dan Taiwan C. Thailand dan Taiwan D. Hongkong dan Thailand E. Cina dan Hongkong 29. Di Jawa terdapat 3 kerajaan utama, yaitu........... A. Tarumanegara, Demak, Majapahit B. Ho-ling (Kalingga), Tarumanegara, Singhasari C. Singhasari, Demak, Majapahit D. Majapahit, Kalingga, Kutai E. Demak, Tarumanegara, Singhasari 30. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang.... A. Laki-laki dan Perempuan B. Kekuasaan dan Kekuatan C. Kesuburan dan Kemakmuran D. Animismedan Dinamisme E. Asimilasi dan Akulturasi Kunci Jawaban 1. D 2. B 3. A 4. D 5. C 6. A 7. C 8. B 9. E 10. A 11. C 12. D 13. D 14. B 15. A 16. A 17. B 18. B 19. C 20. E 21. D 22. A 23. C 24. C 25. D 26. A 27. A 28. A 29. B 30. C 165 Lampiran 9 Lampiran Dokumentasi 153 166 167 168 169 Lampiran 10 Lembar Observasi Akktivitas Siswa 167 Lampiran 11 Validitas Siklus I No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah Jumlah True p q Mp Mt St r pbis r tabel Status Nomor Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 20 19 20 32 32 31 22 24 25 14 16 28 30 30 11 29 12 32 11 5 13 8 31 16 25 17 20 15 30 28 24 22 27 18 17 465 451 487 715 725 692 509 566 578 343 387 648 678 676 276 653 267 725 230 138 260 170 706 380 581 410 488 372 670 646 558 508 612 391 407 0,571 0,543 0,571 0,914 0,914 0,886 0,629 0,686 0,714 0,400 0,457 0,800 0,857 0,857 0,314 0,829 0,343 0,914 0,314 0,143 0,371 0,229 0,886 0,457 0,714 0,486 0,571 0,429 0,857 0,800 0,686 0,629 0,771 0,514 0,486 0,429 0,457 0,429 0,086 0,086 0,114 0,371 0,314 0,286 0,600 0,543 0,200 0,143 0,143 0,686 0,171 0,657 0,086 0,686 0,857 0,629 0,771 0,114 0,543 0,286 0,514 0,429 0,571 0,143 0,200 0,314 0,371 0,229 0,486 0,514 23,250 23,737 24,350 22,344 22,656 22,323 23,136 23,583 23,120 24,500 24,188 23,143 22,600 22,533 25,091 22,517 22,250 22,656 20,909 27,600 20,000 21,250 22,774 23,750 23,240 24,118 24,400 24,800 22,333 23,071 23,250 23,091 22,667 21,722 23,941 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 0,343 0,416 0,564 0,455 0,632 0,377 0,360 0,524 0,434 0,420 0,422 0,556 0,450 0,422 0,418 0,372 0,089 0,632 -0,075 0,430 -0,206 -0,028 0,596 0,352 0,467 0,435 0,574 0,490 0,337 0,532 0,438 0,350 0,359 0,032 2 Y Y 28 18 22 21 21 22 25 29 27 17 19 21 20 24 19 22 16 25 24 24 24 5 31 27 20 18 20 25 14 20 16 17 30 33 10 754 784 324 484 441 441 484 625 841 729 289 361 441 400 576 361 484 256 625 576 576 576 25 961 729 400 324 400 625 196 400 256 289 900 1089 100 17368 0,405 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID DROP VALID DROP DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID 1 2 3 4 5 170 Realibilitas Siklus II No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah p q k S2t p*q ∑ p*q KR-20 rkritis Status 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 20 0,571 0,429 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 19 0,543 0,457 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 20 0,571 0,429 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 32 0,914 0,086 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 32 0,914 0,086 6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 31 0,886 0,114 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 22 0,629 0,371 8 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 24 0,686 0,314 9 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 25 0,714 0,286 10 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 14 0,400 0,600 11 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 16 0,457 0,543 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 28 0,800 0,200 13 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 30 0,857 0,143 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 30 0,857 0,143 0,245 0,248 0,245 0,078 0,078 0,101 0,233 0,216 0,204 0,240 0,248 0,160 0,122 0,122 Nomor Butir Soal 15 16 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 29 0,314 0,829 0,686 0,171 30 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 32 0,914 0,086 20 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 0,143 0,857 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 0,886 0,114 24 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16 0,457 0,543 25 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25 0,714 0,286 26 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 17 0,486 0,514 27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 20 0,571 0,429 28 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 15 0,429 0,571 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 30 0,857 0,143 30 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 28 0,800 0,200 31 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 24 0,686 0,314 32 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 22 0,629 0,371 33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 27 0,771 0,229 35 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 17 0,486 0,514 0,078 0,122 0,101 0,248 0,204 0,250 0,245 0,245 0,122 0,160 0,216 0,233 0,176 0,250 Y Y2 28 17 20 20 19 20 23 27 26 16 18 21 18 24 17 21 15 25 20 23 21 2 29 25 19 17 18 23 12 19 12 15 28 28 6 692 784 289 400 400 361 400 529 729 676 256 324 441 324 576 289 441 225 625 400 529 441 4 841 625 361 289 324 529 144 361 144 225 784 784 36 14890 35,534 0,216 0,142 5,551 0,873 0,334 Reliabel 171 Lampiran 12 Validitas Siklus II No Nama Jumlah Jumlah True p q Mp Mt St 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 23 517 0,657 0,343 22,478 21,486 5,299 2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 27 607 0,771 0,229 22,481 21,486 5,299 3 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 23 505 0,657 0,343 21,957 21,486 5,299 4 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 20 458 0,571 0,429 22,900 21,486 5,299 5 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 26 602 0,743 0,257 23,154 21,486 5,299 6 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 27 617 0,771 0,229 22,852 21,486 5,299 7 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 497 0,600 0,400 23,667 21,486 5,299 8 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 27 622 0,771 0,229 23,037 21,486 5,299 9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 22 506 0,629 0,371 23,000 21,486 5,299 10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 32 710 0,914 0,086 22,188 21,486 5,299 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 26 596 0,743 0,257 22,923 21,486 5,299 12 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 23 540 0,657 0,343 23,478 21,486 5,299 13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 29 649 0,829 0,171 22,379 21,486 5,299 14 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 629 0,800 0,200 22,464 21,486 5,299 r pbis 0,259 0,345 0,123 0,308 0,535 0,474 0,504 0,538 0,372 0,433 0,461 0,521 0,371 0,369 r tabel 0,334 DROP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Status 0,334 0,334 VALID DROP 1 #NUM! Nomor Butir Soal 15 16 17 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 28 23 28 630 534 631 0,800 0,657 0,800 0,200 0,343 0,200 22,500 23,217 22,536 21,486 21,486 21,486 5,299 5,299 5,299 0,383 0,452 0,396 18 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 636 0,800 0,200 22,714 21,486 5,299 19 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 24 546 0,686 0,314 22,750 21,486 5,299 20 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 30 680 0,857 0,143 22,667 21,486 5,299 21 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 629 0,800 0,200 22,464 21,486 5,299 22 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25 581 0,714 0,286 23,240 21,486 5,299 23 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 22 467 0,629 0,371 21,227 21,486 5,299 24 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 23 542 0,657 0,343 23,565 21,486 5,299 25 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25 578 0,714 0,286 23,120 21,486 5,299 26 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 22 514 0,629 0,371 23,364 21,486 5,299 27 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 488 0,600 0,400 23,238 21,486 5,299 28 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 23 528 0,657 0,343 22,957 21,486 5,299 29 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 23 498 0,657 0,343 21,652 21,486 5,299 30 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 25 575 0,714 0,286 23,000 21,486 5,299 0,464 0,352 0,546 0,369 0,523 -0,063 0,543 0,488 0,461 0,405 0,384 0,043 0,452 Y Y2 13 12 21 24 25 15 21 18 26 26 25 20 16 27 28 30 26 27 15 24 24 20 25 21 25 17 13 14 18 12 24 28 27 26 19 752 169 144 441 576 625 225 441 324 676 676 625 400 256 729 784 900 676 729 225 576 576 400 625 441 625 289 169 196 324 144 576 784 729 676 361 17112 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID 2 3 4 5 6 7 8 9 10 28,08067 172 Realibilitas Siklus II No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah p q k S2t p*q ∑ p*q KR-20 2 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 27 0,771 0,229 5 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 26 0,743 0,257 6 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 27 0,771 0,229 7 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 0,600 0,400 8 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 27 0,771 0,229 9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 22 0,629 0,371 10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 32 0,914 0,086 11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 26 0,743 0,257 12 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 23 0,657 0,343 13 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 29 0,829 0,171 14 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0,800 0,200 0,176 0,191 0,176 0,240 0,176 0,233 0,078 0,191 0,225 0,142 0,160 Nomor Butir Soal 15 16 17 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 28 23 28 0,800 0,657 0,800 0,200 0,343 0,200 25 26,104 0,160 0,225 4,730 0,853 rkritis 0,334 Status Reliabel 0,160 18 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 0,800 0,200 19 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 24 0,686 0,314 20 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 30 0,857 0,143 21 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0,800 0,200 22 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25 0,714 0,286 24 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 23 0,657 0,343 25 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25 0,714 0,286 26 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 22 0,629 0,371 27 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 0,600 0,400 28 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 23 0,657 0,343 30 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 25 0,714 0,286 0,160 0,216 0,122 0,160 0,204 0,225 0,204 0,233 0,240 0,225 0,204 Y Y2 9 11 17 21 21 10 18 13 22 23 23 17 13 24 24 25 24 24 11 21 19 16 21 16 21 16 12 11 18 10 22 25 24 23 16 641 81 121 289 441 441 100 324 169 484 529 529 289 169 576 576 625 576 576 121 441 361 256 441 256 441 256 144 121 324 100 484 625 576 529 256 12627 173 174 Lampiran 13 1. Contoh soal validitas dari yang valid hingga tidak valid pada siklus I a. Contoh soal yang valid Mp : 23,250 Mt : 21,543 St : 5,751 P : 0, 571 q : 0,429 rtabel : 0,334 Jika rpbis = = 0,297 (1,154) = 0,343 rtabel , dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 0,343 > 0,334 maka butir soal valid. b. contoh soal yang tidak valid Mp : 22,250 rp bis Mt : 21,543 St : 5,751 P : 0, 343 q : 0,657 rtabel : 0,334 Jika rpbis Mp Mt St p q = = 0,123 (0,722) = 0,089 rtabel , dari perhitungan diatas di peroleh bahwa 0,089 < 0,334 maka butir soal tidak valid. 2. Contoh realibilitas dari siklus I Analisis butir soal dengan Uji Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Croncbach, rumusnya yaitu : r11 st 2 k k 1 pi qi st 2 Keterangan : r11 : Koefisien reliabilitas k pi : Jumlah soal : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i qi : Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i st 2 : Varians dari skor total Mencari varians total: 175 st 2 st 2 Yi 2 n Yi 2 n n 1 35 14890 692 35 35 1 st 2 521150 478864 35 34 st 2 42286 1190 st 2 35,534 2 Perhitngan reliabilitas instrumen sebagai berikut: r11 st 2 k k pi qi st 2 1 r11 30 30 1 35,534 5,551 35,534 r11 30 29 r11 1, 034 0,844 r11 0,873 29,983 35,534 0,334 . Karena rhitung Dari tabel diperoleh rtabel 0,873 rtabel 0,334 , maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel. 3. Contoh soal validitas dari yang valid hingga tidak valid pada siklus II a. contoh soal yang valid Mp : 22,481 rp bis Mt : 21,486 St : 5,299 P : 0, 771 q : 0,229 rtabel : 0,334 Mp Mt St p q = Jika rpbis = 0, 188 (1,835) = 0, 345 rtabel , dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 0.345 > 0,334 maka butir soal valid. 176 b. Contoh soal yang tidak valid Mp : 22,478 Mt : 21,486 St : 5,299 P : 0, 657 q : 0,343 rtabel : 0,334 rp bis Mp Mt St p q = = 0, 187 (1,384) = 0, 259 Jika rpbis rtabel , dari perhitungan diatas di peroleh bahwa 0,259 < 0,334 maka butir soal tidak valid. 4. Contoh realibilitas dari siklus II Analisis butir soal dengan Uji Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Croncbach, rumusnya yaitu : st 2 k r11 k pi qi 1 st 2 Keterangan : : Koefisien reliabilitas r11 k pi : Jumlah soal : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i qi : Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i 2 st : Varians dari skor total Mencari varians total: st 2 st 2 n Yi 2 n n Yi 2 1 35 12627 641 35 35 1 st 2 441945 410881 35 34 st 2 31064 1190 2 177 st 2 26,104 Perhitngan reliabilitas instrumen sebagai berikut: r11 st 2 k k 1 pi qi st r11 25 25 1 r11 25 24 r11 1, 042 0,819 r11 0,853 2 26,104 4, 730 26,104 21,374 26,104 Dari tabel diperoleh rtabel 0,334 . Karena rhitung disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel. 0,853 rtabel 0,334 , maka dapat 178 Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I No Aspek yang Diamati 1 Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran. 2 Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 3 Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. 4 Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran. 5 Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 6 Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri dari 10-11 orang 7 Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada siswa. 8 Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 9 Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan keinginannya masing-masing. 10 Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas. 11 Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan dongeng atau cerita yang cocok. 12 Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng atau cerita. 13 Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian. 14 Guru melakukan proses penilaian 15 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Implementasi Ya Tidak 179 16 Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 17 Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Keterangan untuk mengisi kolom implementasi : 1. Berikan tanda centang (√) pada kolom (Ya ) jika guru melaksanakan, dan (Tidak) jika tidak melaksanakan aktivitas penerapan model pembelajaran. Guru Mata Pelajaran Kotabaru, 14 Oktober 2015 Observer Kiki Puji Astuti Kiki Puji Astuti Mengetahui Kepala Sekolah Abdul Rojak, S. Pd. I 180 Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II No Aspek yang Diamati 1 Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran. 2 Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 3 Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. 4 Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran. 5 Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 6 Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri dari 10-11 orang 7 Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada siswa. 8 Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) 9 Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan keinginannya masing-masing. 10 Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas. 11 Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan dongeng atau cerita yang cocok. 12 Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng atau cerita. 13 Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian. 14 Guru melakukan proses penilaian 15 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Implementasi Ya Tidak 181 16 Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. 17 Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Keterangan untuk mengisi kolom implementasi : 2. Berikan tanda centang (√) pada kolom (Ya ) jika guru melaksanakan, dan (Tidak) jika tidak melaksanakan aktivitas penerapan model pembelajaran. Guru Mata Pelajaran Kotabaru, 3 November 2015 Observer Kiki Puji Astuti Kiki Puji Astuti Mengetahui Kepala Sekolah Abdul Rojak, S. Pd. I 182 Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I Nama Siswa ∑Nilai % 1 A1 229 229% 2 A2 244 224% 3 A3 200 200% 4 A4 125 125% 5 A5 245 245% 6 A6 184 184% 7 A7 209 209% 8 A8 157 157% 9 A9 184 184% 10 A10 178 178% 11 A11 179 179% 12 A12 175 175% 13 A13 114 114% 14 A14 180 180% 15 A15 183 183% 16 A16 204 204% 17 A17 177 177% 18 A18 183 183% 19 A19 152 152% 20 A20 145 145% 21 A21 198 198% 22 A22 170 170% 23 A23 178 178% 24 A24 196 196% 25 A25 162 162% 26 A26 183 183% 27 A27 187 187% 28 A28 209 209% No 183 29 A29 192 192% 30 A30 185 185% 31 A31 170 170% 32 A32 189 189% 33 A33 203 203% 34 A34 206 206% 35 A35 233 233% Jumlah Keseluruhan 6708 Rata-Rata 191,66 Presentase 348,5% 184 Lampiran 17 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I Nama Nilai Nilai Siswa Pretest Posttest 1 A1 75 80 2 A2 75 80 3 A3 70 75 4 A4 70 75 5 A5 70 75 6 A6 75 80 7 A7 60 75 8 A8 75 80 9 A9 60 75 10 A10 60 75 11 A11 80 85 12 A12 75 80 13 A13 75 80 14 A14 75 80 15 A15 80 83 16 A16 75 78 17 A17 75 78 18 A18 75 79 19 A19 60 75 20 A20 60 75 21 A21 60 75 22 A22 80 83 23 A23 80 84 24 A24 60 75 25 A25 60 76 26 A26 60 75 27 A27 60 76 28 A28 60 75 No 185 29 A29 76 80 30 A30 70 78 31 A31 70 78 32 A32 70 79 33 A33 80 84 34 A34 70 77 35 A35 70 77 Jumlah 2430 2735 Rata-rata 69,43 78,14 186 Lampiran 18 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II Nama Siswa ∑Nilai % 1 A1 2023 2023% 2 A2 1005 1005% 3 A3 1504 1504% 4 A4 1696 1696% 5 A5 1542 1542% 6 A6 2161 2161% 7 A7 1495 1495% 8 A8 1344 1344% 9 A9 514 514% 10 A10 1585 1585% 11 A11 1886 1886% 12 A12 956 956% 13 A13 216 216% 14 A14 1562 1562% 15 A15 2145 2145% 16 A16 525 525% 17 A17 1072 1072% 18 A18 1790 1790% 19 A19 465 465% 20 A20 2503 2503% 21 A21 365 365% 22 A22 820 820% No 187 23 A23 1170 1170% 24 A24 1272 1272% 25 A25 1623 1623% 26 A26 984 984% 27 A27 1938 1938% 28 A28 566 566% 29 A29 1690 1690% 30 A30 1830 1830% 31 A31 1550 1550% 32 A32 1670 1670% 33 A33 1780 1780% 34 A34 1225 1225% 35 A35 1239 1239% Jumlah Keseluruhan 1.390.367 Rata-Rata 39.724,77 Presentase 72,227% 188 Lampiran 19 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II No Nama Nilai Nilai Siswa Pretest Posttest 1 A1 76 86 2 A2 76 85 3 A3 80 85 4 A4 75 86 5 A5 75 90 6 A6 76 85 7 A7 75 80 8 A8 76 86 9 A9 77 87 10 A10 77 87 11 A11 83 88 12 A12 78 87 13 A13 80 85 14 A14 75 85 15 A15 83 86 16 A16 80 84 17 A17 77 84 18 A18 77 84 19 A19 75 90 20 A20 76 85 21 A21 75 90 22 A22 84 89 23 A23 85 88 24 A24 75 83 25 A25 76 83 26 A26 77 84 27 A27 77 87 28 A28 75 90 189 29 A29 78 85 30 A30 75 90 31 A31 75 86 32 A32 78 80 33 A33 83 88 34 A34 76 85 35 A35 77 85 Jumlah 2713 3008 Rata-rata 77,51 85,94