skripsi kiki Watermark

advertisement
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS)
Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X SMK Pembangunan Global)
Tahun Ajaran 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd)
Oleh :
KIKI PUJI ASTUTI
NIM : 109015000011
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan
Menggunakan Media Dongeng
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X SMK Pembangunan Global Jln. Sukatani
Barat No.99, Kota Pangulah Utara, Kec.Kota Baru, Cikampek)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd)
Oleh :
KIKI PUJI ASTUTI
NIM : 109015000011
Mengetahui
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK
KIKI PUJI ASTUTI. NIM 109015000011.“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng”.(Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X Smk Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99
Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek). Skripsi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan media pembelajaran dongeng
atau cerita pada mata pelajaran IPS (Sejarah) tentang pedagang penguasa dan pujangga pada
masa klasik (Hindu-Buddha) dapat terlaksana dengan baik atau tidak serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dan pada hasil penelitian ini membuktikan bahwa hasil
belajar siswa dapat meningkat meski dengan media yang sederhana.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran,
digunakanlah media dongeng pada pembelajaran IPS (Sejarah) di kelas X SMK
Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru
Cikampek.
Penulis memilih satu model pembelajaran media dongeng untuk mengatasi
pembelajaran dalam peningkatan pemahaman serta menumbuhkan rasa kreativitas pada diri
siswa. Media dongeng adalah cara mudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi keluar otak dari otak.Siswa yang dijadikan objek penelitian ini adalah
siswa kelas X SMK Pembangunan Global yang berjumlah 38 siswa kelas X. Instrument yang
digunakan berupa RPP, lembar observasi, lembar angket, dan tes hasil belajar IPS pada
materi Sejarah yakni pedagang, penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha)
berbentuk pilihan ganda 35 soal. pada penelitian ini dilakukan 2 siklus, setiap siklus terdiri
dari 5 kali pertemuan.
Berdasarkan analisis penelitian yang telah di lakukan bahwa penerapan media dongeng
terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dengan meningkatnya hasil rata-rata hasil belajar
siswa siklus 1 dengan nilai pretest : 69,43 dan posttest : 78,14 dengan nilai N-Gain : 0, 28 dan
siklus 2 dengan nilai pretest : 77,51 dan posttest : 85, 94 dengan nilai N-Gain : 0, 37. Pada
siswa kelas X SMK Pembangunan Global pada materi materi Sejarah yakni pedagang,
penguasa, dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha).
Kata Kunci : Upaya Peningkatan, Hasil Belajar, Pembelajaran (IPS) Sejarah, Media
Dongeng.
ABSTRACT
KIKI PUJI ASTUTI,NIM. 109015000011. "Improving Learning Outcomes in
Learning (IPS) History of Using Media Tale". (Class Action Research In Class X Smk Global
Development at Jln. Sukatani West No. 99 North Pangulah City district. New Town
Cikampek). Thesis Department of Social Education, Faculty of Science and Teaching
Tarbiyah UIN SyarifHidayatullah Jakarta, June 2016.
This study aims to determine whether the learning media fairy tales or stories in social
studies (history) about traders ruler and poet in the classical period (Hindu-Buddhist) can be
done well or not, and can improve student learning outcomes. And the results of this study
prove that student learning outcomes can be improved even with simple media.
The method used in this research is the Classroom Action Research (PTK). Class
Action Research is an approach to improve education by making changes towards improving
the outcomes of education and learning, is used media IPS fairytale learning (History) in
class X SMK Global Development at Jln. Sukatani West No. 99 City North Pangulah district.
New Town Cikampek.
The author chose a fairytale media learning model to address the learning in improving
the understanding and foster a sense of creativity in students. Media fairytale is an easy way
to put the information into the brain and take information out of the brain of the brain.
Students who made the object of this study are students of class X SMK Global Development
totaling 38 students of class X. The instrument is used in the form of lesson plans,
observation sheets, sheet questionnaires, and tests results of social studies on the material
history of the traders, rulers, and poet in the classical period (Hinduism and Buddhism) 35
multiple choice questions. in this study conducted two cycles, each cycle consisting of five
meetings.
Based on the analysis of the research that has been done that the media application
fairytale performing well. This can be seen with increasing average results of student learning
outcomes with the value pretest cycle 1: 69.43 and posttest: 78.14 with a value of N-Gain: 0,
28, and cycle to the value pretest 2: 77.51 and posttest: 85 , 94 with a value of N-Gain: 0, 37.
in class X SMK Global Development in the material history of the material merchants, rulers,
and poet in the classical period (Hinduism and Buddhism).
Keywords: Improving, Results Learning, Learning (IPS) History, Media Stories Class.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaannirrahiim
Puji serta syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada
makhluk-Nya. Atas segala izin dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul : Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah
Dengan Menggunakan Media Dongeng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Juruan Pendidikan IPS (Sosiologi) Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terealisasikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :
1. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih pada Allah SWT. Berkat ridho dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas terakhir saya walau dengan perlahan tapi
pasti. Tak lupa pula kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena beliaulah
silaturahmi yang ada dalam ajaran agama Islam dapat mempertemukan kita dalam
ruang lingkup pendidikan, yakni sebagai cahaya dalam hidup kita.
2. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA selaku Rektor (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
4. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan sekaligus
Pembimbing
Akademik
yang
telah
banyak
meluangkan
waktunya
untuk
membimbing, memberikan nasihat, arahan, dan memotivasi kepada penulis agar
segera dapat terealisasikan skripsi ini.
5. Bapak Syaripulloh, selaku Wakil Ketua/Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS serta
sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak ilmu dan nasihatnya.
6. Bapak Sodikin, M. Si, selaku Dosen Penguji II.
7. Bapak Ahmad Royani, selaku Ketua Lab
8. Bapak Muhammad Noviacdi, selaku Wakil Lab
9. Ibu Ulfah Fajarini, M. Si, Dr, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak/ Ibu Dosen UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak
ilmu sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
i
11. Kepada kedua orang tuaku dan nenekku yang telah membimbing dan mendo’akan
dalam setiap langkahku dengan ketulusan dan kasih sayang yang tiada tara demi
terselesaikannya skripsi ini
12. Bapak Abdul Rojak, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Pembangunan Global.
13. Seluruh siswa/siswi SMK Pembangunan Global yang telah banyak membantu saat
penelitian di lapangan.
14. Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman dari semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-satu namanya disini, yang telah memberikan motivasi,
semangat, dan informasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tapi besar
harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang berarti
bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya SMK atau SMA sederajat serta
bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta, 24 Juni 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK (INDONESIA)
ABSTRAC (INGGRIS)
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 6
C. Pembatasan Penelitian ........................................................................ 7
D. Rumusan Penelitian ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ........................................ 9
1. Media ................................................................................................ 9
a. Pengertian Media........................................................................... 9
b. Pemanfaatan Media ....................................................................... 10
c. Fungsi Media ................................................................................. 11
d. Klasifikasi Dan Karakteristik Media ............................................. 12
2. Dongeng ............................................................................................. 13
a. Sejarah Singkat Cerita / Dongeng ................................................. 13
b. Pengertian Dongeng ...................................................................... 15
c. Ciri-Ciri Dongeng ......................................................................... 19
d. Manfaat Dongeng .......................................................................... 19
e. Fungsi Dongeng ............................................................................ 20
iii
f. Tujuan Dongeng ............................................................................ 21
g. Peran Dongeng .............................................................................. 21
h. Dongeng Sebagai Sumber Pembentuk Dan Pembinaan Watak .... 22
i. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng .............................. 23
j. Metode Penyampaian Cerita/ Dongeng......................................... 24
3. Pendidikan, Belajar dan Hasil Belajar Kognitif ................................ 28
4. Sejarah ............................................................................................... 37
5. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................... 41
6. Kerangka Berfikir ............................................................................. 50
7. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 53
1. Tempat Penelitian .................................................................................. 53
2. Waktu Penelitian .................................................................................... 53
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ............................................... 54
1. Metode .................................................................................................... 54
2. Desain Intervensi Tindakan .................................................................... 55
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 55
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ............................................ 55
E. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................................. 55
F. Data dan Sumber Data ............................................................................. 58
G. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 59
H. Teknik Keterpercayaan Study ................................................................ 62
1. Uji Validitas ........................................................................................... 62
2. Uji Reliabilitas . ...................................................................................... 66
I. Analisis Data ............................................................................................. 67
J. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................... 69
K. Indikator Keberhasilan ............................................................................ 71
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah............................................................................................. 72
B. Deskripsi Data ........................................................................................... 74
1. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng
Pada Setiap Siklus .................................................................................. 74
1) Pra Penelitian ................................................................................ 74
iv
2) Deskripsi Siklus I ......................................................................... 76
a. Tahap Perencanaan ................................................................. 76
b. Tahap Pelaksanaan ................................................................. 77
c. Tahap Pengamatan ................................................................. 78
d. Tahap Refleksi ....................................................................... 83
3) Deskripsi Siklus II ........................................................................ 84
a. Tahap Perencanaan ................................................................. 84
b. Tahap Pelaksanaan ................................................................. 85
c. Tahap Pengamatan ................................................................. 87
d. Tahap Refleksi ....................................................................... 91
2. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan Media Dongeng
Pada Akhir Siklus .................................................................................. 92
3. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 93
4. Analisis hasil belajar siklus I ................................................................. 94
5. Analisis Hasil Belajar Siklus II............................................................... 98
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 103
B. Implikasi .................................................................................................... 103
C. Saran .......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jadwal Penelitian ......................................................................................................... 53
2. Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrument Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I .. 63
3. Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrument Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II.. 65
4. Hasil Interpretasi Realibilitas Uji Coba Instrument Pada Siklus I dan II .................... 67
5. Interpretasi Keterlaksanaan .......................................................................................... 68
1. Interpretasi Hasil Belajar ............................................................................................. 69
2. Obsevasi Awal ............................................................................................................. 75
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I .......... 79
4. Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I ........... 80
5. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I ................................................................ 82
6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II ......... 87
7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II ......... 89
8. Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................................. 92
9. Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ....................................................................... 94
10. Keterangan Nilai Presentase ........................................................................................ 96
11. Rekapitulasi Hasil Test Siklus I ................................................................................... 97
12. Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ...................................................................... 98
13. Rekapitulasi Hasil Test Siklus II .................................................................................. 100
14. Perbandingan Hasil Belajar dan Peresentase hasil belajar pada siklus I & II .............. 101
15. Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I Dan Siklus II .................................................. 101
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerucut Pengalaman Dale ........................................................................................
2. Skema Kerangka Pemikiran .....................................................................................
3. Grafik Observasi Awal .............................................................................................
4. Observasi Aktivitas Guru Siklus I .............................................................................
5. Observasi Aktivitasa Guru Siklus II .........................................................................
6. Observasi Siklus I dan II ..........................................................................................
7. Perhitungan Hasil Belajar Siklus I ............................................................................
8. Perhitungan Hasil Belajar Siklus II ...........................................................................
9. Perbandingan hasil Belajar Pretest dan Postest Siklus I & II, Dan N-Gain .............
10. Presentase Hasil Belajar Siklus I & II .....................................................................
vii
12
51
76
82
91
94
97
100
101
102
DAFTAR BAGAN
Bagan
1.1 Penyampaian Cerita atau Dongeng ..........................................................
26
1.2 Model Desain Kemmis & Mc. Taggart ...................................................
58
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Sekarang ini kita telah memasuki abad dimana IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi) berkembang pesat sesuai kemajuan zaman dan tekhnologi modern
banyak di ciptakan namun dalam hal ini seorang siswa tidak bisa belajar dengan
sungguh-sungguh hanya bisa mengandalkan teknologi tersebut tanpa bisa
menciptakan suatu kreativitas. Dengan demikian siswa perlu di bekali untuk
memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan mengelola informasi untuk
bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif seperti di
masa modern seperti ini.
Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
yanag lebih tinggi dalam arti mental. sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
(Al-ankabut ayat : 43)
Artinya :
“ Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan tidak ada
yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.”1
Disini seorang guru dan siswa merupakan komponen yang sangat penting
dalam terbentuknya suatu proses belajar-mengajar/proses pembelajaran. Guru
disini dituntut untuk dapat membimbing siswanya dalam mengasah kemampuan
pengetahuannya sesuai bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, seorang guru
harus mampu menguasai materi agar dapat mengetahui tingkat pengetahuan
1
Kementrian Agama Republik Indonesia, Qur’an Dan Terjemahnya, Q. S. Al-Ankabut ayat : 43,
Bandung : Pt. Madina Raihan Makmur, 2017, Hal 401
1
2
siswanya dari sebelum dan sesudahnya diberikan materi pelajaran. Selanjutnya
dengan media yang guru bawakan dalam penerapan belajarnya diharapkan bisa
membantu siwa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.
Dalam hal ini contoh mata pelajarannya misalnya sejarah yang merupakan
bidang studi yang sudah ada dan merupakan salah satu bidang study IPS (ilmu
pengetahuan sosial) baik di tingkat SD, SMP maupun SMA atau SMK sederajat
sekolah-sekolah tersebut senantiasa memberikan pelajaran sejarah agar siswanya
mengetahui bagaimana bisa terbentuknya sejarah. Akan tetapi, dengan persepsi
kurang baik dan di anggap rendah. Bahkan, sejarah menyandang pelajaran yang
membosankan bagi siswa/siswinya. Kecenderungan yang muncul adalah, persepsi
bahwa sejarah itu tidak memiliki manfaat atau kegunaan dan sejarah merupakan
pelajaran yang membosankan. Umumnya pembelajaran di dalam kelas
berlangsung sangat kaku, dan bosan. Sedangkan, siswa diharapkan belajar yang
menyenangkan agar dapat menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri.
Sebagaimana kecenderungan yang muncul adalah persepsi bahwa sejarah itu
tidak memiliki manfaat atau kegunaan dalam pelajaran serta membosankan.
Karena, di kelas pada umumnya materi sejarah disampaikan secara verbal dan
siswa memahami secara visual baik yang digambarkan oleh guru maupun buku.
Sebagai salah satu bahan ajar dalam materi sejarah sekolah, buku dengan berbagai
penyajiannya merupakan sumber belajar paling utama dalam mendapatkan materi
yang dipelajari oleh siswa. Kenyataannya buku mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran di sekolah, di samping peran guru sebagai pengajar.
Akan tetapi, tidak hanya buku yang memegang peranan penting tetapi dengan
media lainnya juga bisa memegang peranan penting. Misalnya, dengan media
dongeng/cerita karena hampir bisa di pastikan bahwa setiap ahli pendidikan
sepakat bahwa dongeng/cerita (untuk anak-anak) memiliki peran penting dalam
proses tumbuh kembang anak. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah
SWT dalam surat (Qs. Al-Baqarah ayat : 65).
3
Artinya :
“ Dan sungguh, kamu telahmengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran diantara kamu pada hari sabat, lalu kami katakan pada mereka, “
Jadilah kamu kera yang hina! ”2
Melalui media dongeng/cerita tidak hanya memperoleh kesenangan atau
hiburan, tetapi masukan dan pengalaman psikologis, sosial dan kultural yang
berharga bagi perkembangannya yang masih berada pada tahap awal umumnya.
Tidaklah berlebihan bahwa cerita/dongeng bisa mempengaruhi pembentukan
kepribadian anak terutama dalam peningkatan hasil belajar. Dengan begitu,
jelaslah bahwa cerita/dongeng bukanlah masalah yang remeh dan “ Sekedar Cerita
“! Cerita berpengaruh besar dan menjangkau waktu yang amat panjang, bahkan
seumur hidup siswa kelak.3
Namun, fakta dilapangan menunjukkan bahwa minat siswa untuk membaca
buku-buku sejarah sangatlah memprihatinkan, ditambah lagi dengan penyampaian
materi oleh guru yang kurang menarik pada pembelajaran sejarah tentu saja akan
berdampak pada peningkatan hasil belajar yang kurang baik. Hal ini bisa
dibuktikan, Setiap kali masuk kelas guru dihadapkan pada kenyataan yamg
kurang menyenangkan misalnya ; siswa tidak tertib dan tidak peduli pada topik
bahasan yang sedang guru jelaskan, pasti banyak siswa yang mengantuk dan
kurang memperhatikan pelajaran ini, dan sebagian dari mereka sibuk sendiri
dengan apa yang mereka pikirkan dan banyak juga yang asyik mengobrol dengan
teman sebangkunya, asyik mengerjakan tugas yang lain, bahkan tidak sedikit
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Qur’an Dan Terjemahnya, Q. S. Al-Ankabut ayat : 43,
Bandung : Pt. Madina Raihan Makmur, 2017, Hal 10
3
Sugihastuti, “ Tentang Cerita Anak ”, Cet. 3 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013). H. 3
4
siswa yang meninggalkan kelas dengan berbagai macam alasan. Demikian pula
fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah.
Hal-hal tersebut di atas kemungkinan dikarenakan oleh berbagai macam
faktor, misal cara mengajar guru yang kurang menarik bahkan cenderung
monoton sehingga banyaknya argumentasi yang sulit dipahami. Namun tidak
selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan
siswa pengalaman langsung. Melihat pameran, atau karyawisata hanya dapat
dilakukan beberapa kali.
Maka untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat
yang paling abstrak yakni dengan bercerita/berdongeng, maksudnya dalam
berdongeng siswa di haruskan untuk ikut turut serta dalam cerita tersebut agar
siswa dapat mengetahui makna dan kandungan yang tersimpan di dalam cerita
tersebut. Selain itu, dengan jiwa yang senang selama proses pembelajaran
berlangsung, maka belajar beriringan membentuk kreativitas yang tanpa tekanan,
secara operasional memenuhi standar penilaian KKM untuk pelajaran sejarah.
Itupun selama pembelajaran menarik dan menyenangkan, maka kondisi belajar
dan pengelolaan belajar sudah dipastikan berjalan baik. Akan tetapi, jika
cenderung tidak menarik atau membosankan tidak menutup kemungkinan bahwa
bahwa kondisi belajar dan pengelolaan dalam belajarnya dipastikan belum
berjalan dengan baik.
Suatu keberhasilan pelajaran tentunya tidak lepas dari faktor internal dan
eksternal. Dimana faktor internal yakni faktor yang berkaitan dengan diri siswa
dalam kemampuan, minat, motivasi, keaktivan belajar, kreativitas dan lain-lain.
Dan faktor eksternal yakni faktor dari luar diri siswa diantaranya seperti model
pembelajaran, strategi pembelajaran, sarana kelas, dan lain-lain. Akan tetapi
dalam fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum melalui fase belajar
lanjutan, selepas mereka dari usia balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Fase
ini mencakup masa pengasuhan, pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai memasuki sekolah
lanjutan atas. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa.
5
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar
yang berbasis kelompok. Media pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kreatif dan inovatif.
Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif/ikut serta
secara aktif dan bekerja sama sehingga antara siswa akan berfikir bersama,
berdiskusi bersama, melakukan pembelajaran bersama dan berbuat ke arah yang
sama. Oleh karena itu, siswa memerlukan latihan, daya khayal, dan sosiasi
pikiran, serta kemampuan untuk menggunakan semua hal apa yang telah diketahui
dan di alaminya.
Dengan demikian, para orang tua, guru dan para pendidik lain, serta siapa pun
yang menaruh perhatian pada masalah pendidikan siswa sesungguhnya amat perlu
untuk menyadari dan selalu memperluas wawasan akan hal ihwal cerita siswa
tersebut. Karena disini proses belajar yang dipakai adalah dengan media
dongeng/cerita yang merupakan seni dan seni adalah sumber dari rasa keindahan
dan bagian dari pendidikan. Salah satunya seni sastra, termasuk cerita juga
menjadi bagian dari keduanya. Maka, didalamnya terdapat kenikmatan dan
kesenangan bagi pengarang yang telah menyusun dan mengarangnya, pendongeng
yang menyampaikannya, dan penyimak yang menyimaknya.
Seni sastra ini seperti cerita atau dongeng memberi pengaruh, baik pada jiwa
orang dewasa maupun anak-anak karena ia dapat mengasah rasa, akal, daya
khayal, dan bersosialisasi pikiran. Dengan bercerita siswa diperkenalkan dengan
seni bercerita yang dapat menimbulkan kecintaannya. Kecintaannya ini tidak akan
terwujud tanpa latihan. Oleh karena itu, dengan peragaan para siswa terhadap
beberapa cerita/ dongeng merupakan bentuk lain dari cara pengungkapan yang
akan berkesan dengan ekspresi tubuh dan perasaan. Hal itu menjadi salah satu
tujuan pengajaran cerita di sekolah yang dapat membantu siswa dalam
mengungkapkan idenya secara hidup dan ekspresif. Guru yang cerdik dan ulet
akan dapat melihat siswa yang siap bercerita dan akan memotivasi mereka.
6
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan
kenikmatan tersendiri. Karena cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa di
baca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita ada
beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan. Yaitu karangan,
pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta
penyimak. Karangan, pengarang, penceritaan, pencerita, atau pendongeng, dan
penyimakan serta penyimak adalah komponen pokok yang harus diperhatikan
sehingga sebuah cerita layak disebut bagian dari sastra yang hidup dan abadi.
Selain itu, mengarang cerita mencakup tiga unsur pokok. Pertama, ide yang
terkandung dalam cerita, sisi kejiwaan, kesesuaiannya dengan pembaca atau
pendengar, baik dalam cerita panjang maupun cerita pendek. Kedua, susunan ide
yang teratur. Ketiga, bahasa dan gaya bahasa yang dibentuk oleh ide.4
Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki
siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga dimungkinkan siswa
yang mempunyai latar belakang kemampuan awal yang baik akan dapat
mengikuti pelajaran dengan mudah. Berdasarkan semua pernyataan diatas,
diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai penggunaan dongeng
dan pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini
peneliti mencoba mengkaji berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas
maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan
Media Dongeng “
B. Fokus Penelitian.
Dari uraian di atas dapat di identifikasikan beberapa fokus penelitian dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Kurangnya peran guru dalam memberikan materi pelajaran secara menarik
dan menyenangkan hingga konsentrasi/fokus pada suatu pelajaran kurang
terserap.
4
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita Cet. 4 Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2008 Hal 3-10
7
2. Kurangnya media serta sarana/fasilitas selama proses pembelajaran/proses
belajar-mengajar, hingga kurangnya minat ketertarikan serta interaksi antar
teman, siswa dan guru mengakibatkan proses belajar terhambat dan hasil
belajar pun menurun.
C. Pembatasan Penelitian.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :
1. Kurangnya peran guru dalam memberikan materi pelajaran yang menarik
dan menyenangkan untuk menghilangkan rasa tidak menarik/cenderung
bosan dan meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi tersebut.
2. Kurangnya efektivitas timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa,
pada saat pembelajaran berlangsung berakibat pada hasil belajar jika
konsentrasi atau fokus siswa tidak tertuju pada bidang studi pada saat
pembelajaran berlangsung.
D. Rumusan Masalah Penelitian.
Dari uraian di atas sesuai latar belakang yang telah di kemukakan maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran media dongeng pada
pokok bahasan dalam pelajaran sejarah.
2. Bagaimana tingkat hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran
menggunakan media dongeng di kelas X SMK Pembangunan Global pada
setiap siklus ?
E. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan agar memperoleh gambaran tentang :
1. Untuk memperoleh peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
(IPS) sejarah dengan menggunakan media dongeng di kelas X SMK
Pembangungan Global pada setiap siklus dan memperoleh hasil akhir pada
akhir siklus.
8
2. Untuk memberikan masukan terhadap sekolah tentang media-media
sederhana yang ternyata mungkin bisa jadi sarana pembelajaran yang
efektif terutama media dongeng.
F. Manfaat Penelitian.
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah media dongeng atau cerita yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan melakukan inovasi pembelajaran di kelas
sehingga pembelajaran tidak monoton dan konvensional. Manfaat praktis yang
diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi guru dan siswa dapat memberikan atau menyampaikan materi dengan
menggunakan media dongeng atau cerita sebagai kontribusi positif agar dapar
meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan dongeng sebagai
bahan ajar sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan
efesien, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan media yang
berbeda dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya
Sejarah.5
2. Bagi sekolah. Dari hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada sekolah
atau yayasan di SMK Pembangunan Global sebagai bahan kajian dalam usaha
perbaikan proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik, sehingga mutu
pendidikan dapat lebih meningkat.
5
Kasmadi, SST, M.Pd, DKK, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, cet.1, Bandung :
ALFABETA, 2013, H. 20-21
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti.
1. Media
a. Pengertian Media.
Kata “Media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata “Medium” secara harfiah media memiliki arti “perantara“ atau
“pengantar“. Association For Education and Communication Technology
(AECT), mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang di pergunakan
untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan, Education Association
(NEA), mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan, beserta instrument yang
dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional. Bila media adalah sumber
belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda,
ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, maka media merupakan wahana penyalur informasi
belajar atau penyalur pesan.1
Dari definisi-definisi diatas disimpulkan bahwa media merupakan
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan
siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.2
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
1
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar” Cet. Ke 3,
Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006, h. 120
2
Asnawir dan Basyiruddin Usman, “ Media Pembelajaran “, cet. 1, Jakarta Selatan : Ciputat Pers,
2002, h. 11
9
10
Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Apapun batasan-batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan
diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu ang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan, dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.3
Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Jika diabaikan maka media bukan lagi sebagai
alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien.4 Namun, dapat dipahami bahwa media adalah alat
bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mecapai
tujuan pengajaran.
b. Pemanfaatan Media.
Media digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi
mutu proses kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip dalam penggunaannya
yang antara lain harus di perhatikan ialah :
a.
Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan sebagai alat bantu
yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu
dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
b.
Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses belajar mengajar.
c.
Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media
pengajaran yang dipergunakan.
d.
Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran.
3
Arif, S. Sadiman, dkk, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya
“, cet. 4 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996. H. 6.
4
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar” h. 121
11
e.
Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sitematis bukan
sembarang menggunakannya.
f.
Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
media,
maka
guru
dapat
memanfaatkan
multi
media
yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga
dapat merangsang siswa dalam belajar.5
Secara umum media memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat diatasi
sikap pasif anak didik.
4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.6
Media disini sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah
suatu kenyataaan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang
menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan
dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
c.
Fungsi Media.
Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman
visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas,
dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih
sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian, media dapat
berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan daya simpan anak terhadap
materi pembelajaran.
5
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran , h. 19
Arif Sadiman, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, h. 16-17.
6
12
Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari halhal yang paling konkrit sampai pada hal-hal yang di anggap paling abstrak.
Klasifikasi pengalaman tersebut lebih di kenal dengan kerucut pengalaman
(Cone of Experience).
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
Berdasarkan klasifikasi di atas media dongeng termasuk audio visual
dan sangat mengandalkan indera penglihatan dan indera pendengaran dalam
penyampaiannya. Namun, dongeng merupakan media seni yang bisa di lihat,
di baca, di dengar oleh siapa saja. Sedangkan, klasifikasi media menurut Rudi
Bretz ada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak.
d. Klasifikasi Dan Karakteristik Media.
Dalam media tentunya memiliki beberapa klasifikasi diantaranya,
menurut Oemar Hamalik dan 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu :
a) Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya ; filmstrip, transparansi,
papan tulis.
b) Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya bisa di dengar, misalnya ;
radio, rekaman pada tape recorder.
c) Alat-alat yang bisa di dengar dan di lihat, misalnya ; film, dan televisi,
bak pasir, peta electris.
d) Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, saandiwara boneka, dan
sebagainya.
Sedangkan gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu :
(1) Benda untuk di demonstrasikan.
(2) Komunikasi lisan.
(3) Gambar cetak.
(4) gambar diam.
(5) Gambar gerak.
13
(6) Film bersuara.
(7) Mesin belajar.7
2. Dongeng.
a. Sejarah Singkat Cerita / Dongeng.
Mengkaji dongeng dari sudut pandang sejarah tidak lepas dari tradisi
lisan. Tradisi lisan merupakan pesan-pesan verbal yang berupa pernyataanpernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup
sebelum generasi sekarang, sedikitnya satu generasi sebelumnya. Pernyataanpernyataan tersebut meliputi pesan-pesan yang diucapkan, dinyanyikan atau
disampaikan lewat musik (alat bunyi-bunyian).
Munculnya tradisi lisan tidak dapat diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat, usianya tak ubahnya usia peradaban manusia karena
berkembang seiring dengan dinamika sosio kultural suatu komunitas atau
masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia sebagai individu tidak
mungkin hidup terisolasi dengan individu-individu lainnya. Mereka hidup
berkelompok-kelompok sebagai suatu masyarakat. Jadi individu-individu itu
mewujudkan masyarakat yang akan memberi wadah bagi interaksi antar
individu dan menjadi landasan bagi perkembangan pribadi dari masingmasing individu dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan perkembangan
yang di sediakan oleh kehidupan sosialnya.
Masyarakat juga melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh
individu sebagaimana terbagan pada struktur di bawah, maka yang menjadi
masalah sekarang ialah dari mana pengalaman masa lampau dari masyarakat
itu di hidupkan kembali. Di mana pengalaman masa lampau itu di simpan.
Masyarakat sebagai kumpulan individu tidak punya fasilitas yang berupa
memori seperti pada individu, yang bisa menyimpan pengalaman mereka dan
kemudian menghidupkannya kembali apabila diperlukan. Rupanya fungsi
memori pada masyarakat digantikan oleh suatu media yang dikembangkan
oleh masyarakat untuk menyimpan pengalamannya. Itu tidak lain daripada
berupa cerita-cerita yang hidup di masyarakat (tradisi lisan), yang pada
7
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran h. 29&31.
14
mulanya diabadikan dengan cara menceritakannya secara lisan turun
temurun.8
Maka mendongenglah sebab itu menyenangkan, sebelumnya ada yang
perlu diperhatikan sebelum mendongeng, yaitu :
a. Keinginan yang kuat dan tulus untuk mendongeng.
b. Siap melakukan sehingga hasilnya tidak setengah-setengah.
c. Mau bersuara lantang dan jelas.
d. Mau melakukan dengan benar.
e. Dapat menciptakan suasana akrab, hangat, dan gembira9.
Selain itu, Menurut Kak Agus Ds, menyampaikan ada 13 hal yang harus
diperhatikan agar menjadi pendongeng yang baik, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pastikan kondisi fisik benar-benar dalam keadaan baik.
Berusaha untuk memfokuskan perhatian pada saat bercerita.
Menghayati cerita dengan sunguh-sunguh.
Membuat singkatan cerita.
Menyiapkan dan menyusun gambar-gambar peraga.
Membuat puisi dan lagu. (jika mampu)
Memilih adegan menarik.
Atur dan perhatikan artikulasi pengucapan kata-kata.
Komunikatif.
Menjaga kerahasiaan jalan cerita.
Terbuka terhadap kritik dan saran.
Tidak menyimpang dari etika.
Bersedia belajar dari orang lain.10
Dan ada pula hal-hal yang harus di perhatikan saaat mendongeng, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pola dan irama bicara.
Jarak dengan audien.
Gerak dan sikap tubuh.
Kontak mata.
Suara saat berbicara.
Penampilan.11
Mendongeng adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan,
oleh siapapun, baik orang tua, guru bahkan anak-anak sekalipun. Serta
8
Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” FPIPS IKIP
PGRI Madiun.
9
H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta:PT Luxima Metro
Media, cet.1 , 2014) h. 30.
10
Ibid., h. 86
11
Ibid., h. 89
15
mendongeng merupakan suatu kegiatan yang sangat mudah bisa dikatakan
sebagai kegiatan yang sangat sederhana, mudah dan maknanya sangat luas.12
b. Pengertian Dongeng.
Dongeng atau cerita rakyat adalah bagian dari salah satu unsur
kebudayaan yang sangat penting artinya bagi pembentukan dan pembinaan
watak serta pengaturan ketertiban sosial. Hal ini dimungkinkan karena
berbagai pesan dan amanat yang ingin disampaikan pada masyarakat
dilakukan secara tidak langsung serta diselubungi oleh berbagai hal yang
mengasyikan, sehingga penerima pesan tanpa merasakan adanya kebosanan.
Oleh karena itu, tradisi mendonggeng pada waktu itu tumbuh subur.13
Cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif
tertentu. dalam kancah keilmuan cerita dalam bahasa inggris disebut
“folktale” namun lebih di kenal dengan “folklore” yang merujuk bahwa
cerita rakyat merupakan milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari
masyarakat lainnya. Dongeng disini bukan hanya sekedar cerita rakyat yang
disimpan dalam bentuk cerita melainkan sebagai isyarat, alat pembantu,
pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki, dan
sebagainya yang dilakukan secara verbal dan nonverbal. Selain itu, folklore
mencakup segala keyakinan, mitos, legenda, dan adat istiadat yang dipelihara
suatu puak atau suatu bangsa secara turun temurun.14
Namun, Danandjaja mengatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama
untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan
pelajaran (moral),atau bahkan sindiran. Selain itu, dongeng juga sering
disebut cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dan ada juga yang
menyebutkan bahwa dongeng itu adalah mite yang telah rusak (broken-down
myths). Dalam kenyataannya pun hal ini memang terjadi, suatu cerita
12
Ibid., h. 3
Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, 1993
14
Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, (Bandung: Penerbit Yrama Widya,
2014)., h. 1.
13
16
mengalami gradasi misalnya, mite seiring perkembangan zaman dapat beralih
menjadi dongeng karena anggapan masyarakat pemilik sudah tidak
memandang mite sebagai sesuatu yang suci lagi. Dongeng memiliki begitu
banyak jenis, menurut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Danandjaja,
yang berjudul The Types of the Folktale, dongeng terbagi ke dalam empat
golongan besar, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Dongeng Binatang (animal tales), dongeng dengan tokoh binatang
peliharaan dan binatang liar. Serta binatang-binatang ini dapat berbicara
dan berakal budi seperti manusia.
Dongeng Biasa (ordinary tales), tokohnya adalah manusia dan biasanya
berkisah suka duka seseorang. Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut,
dan lain-lainnya.
Lelucon dan Anekdot (jokes and anecdotes), adalah dongeng-dongeng
yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan
tawa atau dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang
mendengarkannya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi
masyarakat atau orang yang menjadi sasaran, dongeng itu dapat
menimbulkan rasa sakit hati. Contohnya “Dongeng Modin Karok:”
(Sumenep Madura).
Dongeng Berumus (formula tales)15, adalah dongeng yang strukturnya
terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak, untuk
mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak mempunyai akhir.
Contoh dongeng bersifat penghinaan suku bangsa lain.16
Dongeng pada umumnya tidak memiliki fakta riil. Fungsi dongeng lebih
di tujukan sebagai hiburan. Di dalam dongeng biasanya terdapat unsur
nasihat, pertentangan antara yang baik dan yang buruk. Dongeng salah satu
bentuk sosialisasi nilai-nilai yang perlu di wariskan kepada generasi yang
lebih muda.
Ada beberapa tipenya adanya 3, yakni ; 1) Unpromising Heroin (
cinderella, dan bawang merah bawang putih), 2) Male Cinderella (jaka
kendil), Mather Incest Prophecy (sangkuriang, dan prabu watu gunung).
Karena, dongeng merupakan pewarisan tradisi lisan dan yang mewarisinya
adalah keluarga dan masyarakat.17
Sebagaimana menurut kamus bahasa sunda:
15
Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X (Jakarta: PT. Perca; 2009) h. 39
Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan”
17
Ratna Hapsari, Dkk, “Sejarah SMA Kelas X (1)” (Jakarta : Erlangga, 2008) h. 43.
16
17
” Carita, lem, carios; omongan, dongeng, lalakon; nyarita, lem, nyarios;
ngomong”.
“ Dongeng, carita baheula, biasana loba pamohalanana”.18
Maksudnya, dalam bahasa sunda dongeng biasanya itu adalah sebuah
cerita, cerita dahulu, kisah, pembicaraan, dan biasanya terdapat amanat yang
terkadung di dalamnya. Karena dengan dongeng manusia tidak mengetahui
bagaimana bisa mereka dapat menjalani hidupnya. Sebab, di dalam dongeng
terdapat unsur-unsur yang dapat mendidik tanpa kita ketahui yang sekarang
sudah mulai punah malah sudah tidak di hiraukan lagi oleh banyak manusia.
Dengan dongeng ini di harapkan bisa membangun suasana pembelajaran yang
baru yang tidak dominan dengan ceramah saja, dan tidak membuat jenuh
suasana belajar jenuh atau cenderung membosankan.
Agus Trianto dalam buku bahasa indonesia dongeng adalah cerita
sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh
zaman dahulu. Dongeng disini termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional
adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun. Suatu cerita tradisional
dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian, cerita itu
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Kejadia-kejadian dalam
dongeng menjadi impian semua orang.19
Rika Lestari dalam buku Bahasa Indonesia SMP dongeng adalah bagian
dari sastra lama yang ceritanya berkaitan dengan cerita-cerita zaman dahulu.
Dongeng berisi petuah atau nasihat dengan tujuan untuk membina budi
pekerti yang luhur bagi generasi muda. Ada beberapa jenis dongeng, yakni :
a.
b.
c.
18
Sage, adalah cerita yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran dan
kepahlawanan. Contohnya, Babad Dipenogoro.
Mitos, adalah cerita tentang dewa atau pahlawan zaman dahulu yang
mengandung roh atau mistis. Contohnya, Bandung Bondowoso, Nyai
Roro Kidul.
Legenda, adalah cerita yang berkaitan dengan terjadinya suatu tempat
atau peristiwa. Contohnya, Sangkuriang (Gunung Tangkuban Perahu),
Nyai Endit (Situ Bagendit).
Surayi, Dkk, “Kamus Basa Sunda Pikeun Murid Sakola Dasar” cet.2 (Bandung : CV Yrama
Widya, 2003) h. 24 & 28.
19
Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan
MTs Kelas VII ”, Jakarta : Erlangga, 2007. H.14
18
d.
Fabel, adalah cerita yang diperankan oleh binatang. Contohnya, Sikancil,
Kura-kura, dan Siput.20
Korrie layun rampan dalam buku teknik menulis cerita rakyat membagi
jenis-jenis cerita rakyat, yaitu :
a.
Mite,adalah cerita rakyat yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat
pendukungnya.
b. Legenda, adalah folklore yang dianggap benar-benar pernah terjadi.
c. Dongeng, yang besifat fiktif mengangkat cerita dari khazanah masa silam
tentang tokoh-tokoh manusia biasa atau benda dan makhluk lainnya yang
dibuat sama dengan manusia yang beraktivitas seperti didalam kehidupan
sehari-hari.
d. Fabel, adalah cerita rakyat yang berkisah tentang binatang.
e. Sage, adalah cerita rakyat yang memiliki latar tempat dan waktu tertentu.
awalnya, sage merupakan cerita rakyat yang menekankan pada silsilah
raja-raja dan keturunannya.
f. Saga, adalah salah satu bentuk cerita rakyat. Berawal dari islandia saga
tersebut berupa cerita lisan.
g. Auktorial, adalah pembacaan cerita rakyat yang bersifat dongeng.
Auktorial mirip teater rakyat yang menggunakan ruang pentas dan
penonton menjadi satu kesatuan.
h. Epik, merupakan bentuk cerita kepahlawanan. Sering disebut epos atau
wiracarita. Dengan ciri khas tokoh utamanya harum namanya.
i. Cerita Jenaka, adalah cerita rakyat yang mengacu kepada hal-hal yang
lucu.
j. Cerita Berbingkai, adalah kisah yang ditandai oleh peristiwa, perbuatan,
pengalaman, penderitaan, kebahagiaan seseorang yang terjadi pada masa
lalu. Maksudnya, di dalam cerita terdapat cerita lain.
k. Cerita Pelipur Lara, memiliki dua pengertian yakni ; 1) cerita rakyat yang
tujuan utamanya menghibur para pendengar atau pembaca, dan 2) orang
yang mahir berkisah menggunakan cerita-cerita tertentu (maksudnya,
tukang cerita, pendongeng, juru kisah). Tujuan utama cerita ini untuk
memberi hiburan guna melipur hati yang lara.
l. Hikayat, berasal dari bahasa Arab yang artinya kisah, dongeng, cerita.
Kata tersebut diturunkan dari kata kerja “haka” yang artinya
menceritakan atau mengisahkan sesuatu kepada orang lain
m. Biografi, adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis orang lain. Tujuan
penulisan biografi ini untuk memberi teladan.
n. Autobiografi, adalah bentuk riwayat hidup yang tulis sendiri oleh
pengarangnya. Umumnya bersifat subjektif karena banyak peristiwa dan
pengalaman pribadi yang bersifat rahasia tak mungkin ditulis seperti apa
adanya.
20
Rika Lestari, “ Ringkasan Dan Pembahasansoal Bahasa Indonesia, SMP”, cet. 1, Jakarta :
Puspa Swara, Anggota Ikapi, 2006. H. 116
19
o.
Kisah perjalanan, adalah salah satu bentuk cerita yang melandaskan isi
cerita pada pengalaman subjektif.21
c.
Ciri-Ciri Dongeng.
Adapun ciri-ciri dongeng menurut Rusyana dkk seperti terlihat pada
bagan di bawah ini:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Dongeng merupakan cerita tradisional yang terdapat di masyarakat sejak
zaman dahulu.
Peristiwa yang diceritakan menggambarkan peristiwa dahulu kala.
Pelakunya dibayangkan manusia biasa seperti dalam kehidupan seharihari.
Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku kebanyakan perbuatan biasa, akan
tetapi ada juga yang melakukan hal-hal luar biasa atau keajaiban.
Latar cerita dapat berupa tempat biasa yang ada di bumi ini atau juga
latar yang bukan merupakan tempat biasa seperti kayangan atau tempat
tinggal makhluk halus.
Oleh masyarakatnya dongeng tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang
pernah terjadi dan sebagai sesuatu kepercayaan.22
d. Manfaat Dongeng.
Ada 5 manfaat dongeng bagi anak :
a.
Merangsang kekuatan berfikir.
b.
Sebagai media yang efektif dalam berkomunikasi.
c.
Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian.
d.
Menimbulkan minat baca.
e.
Menumbuhkan rasa empati23.
Menurut Hollowel dalam kak Agus DS, mengatakan bahwa ada 6
manfaat yang positif dongeng untuk anak, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
21
Mengembangkan Imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang
mendalam.
Memuaskan kebutuhan ekspesi.
Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui.
Menumbuhkan rasa humor yang sehat.
Mempersiapkan apresiasi sastra.
Memperluas cakrawala khayalan anak24.
Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 16-99.
Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X h. 41
23
H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h. 17.
24
Ibid, H. 15
22
20
Selain itu manfaat dongeng bisa dirasakan oleh orang tua dan guru, di
antaranya sebagai berikut :
a.
Menambah pengetahuan.
b.
Lebih dekat dengan anak
c.
Mudah dalam memberikan pelajaran25.
Adapun kendala bagi orang tua ketika akan mendongeng , yaitu :
a.
Tidak bisa mendongeng.
b.
Malas.
c.
Sibuk.
d.
Capek.
e.
Tidak punya ide26.
e.
Fungsi Dongeng.
Pada dasarnya dongeng berfungsi untuk menyenangkan (menghibur)
bagi yang mendengarkannya, meskipun sering di dalamnya terkandung
unsur-unsur petuah. Petuah-petuah ” yang sebenarnya merupakan rumusan
kalimat yang dianggap punya arti khusus bagi kelompok, yang biasanya
dinyatakan berulang-ulang untuk menegaskan satu pandangan kelompok
yang diharapkan jadi pegangan bagi generasi-generasi berikutnya. Rumusan
kalimat atau kata-kata itu biasanya diusahakan untuk tidak dibah-ubah,
meskipun dalam kenyataan perubahan itu biasa saja terjadi terutama sesudah
melewati beberapa generasi, apalagi penerusannya bersifat lisan, jadi sukar
dicek dengan rumusan aslinya. Namun, karena kedudukannya yang sangat
istimewa dalam kehidupan kelompok, maka tetap diyakini bahwa rumusan itu
tidak berubah.27
25
Ibid, h. 20.
Ibid, h. 26.
27
Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X , h. 41
26
21
Selain itu, dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral
(mendidik) dan juga menghibur. Melalui dongeng, nilai, kepercayaan, dan
adat masyarakat juga dapat tercermin.28
Secara sederhana, tujuan cerita rakyat berfungsi sebagai pelipur lara,
sarana pendidikan, kritik sosial atau protes sosial, dan sebagai sarana untuk
menyatakan suatu yang sukar dikatakan secara langsung. Kadang hal-hal tabu
dan profan tak mungkin di eksplorasikan dan di nyatakan secara terbuka,
sedangkan cerita rakyat atau dongeng berfungsi menjadi media penyampaian
hal-hal yang demikian, sehingga sesuatu yang, mungkin akan menimbulkan
kualat dapat dinyatakan dalam sintaksis-sintaksis cerita rakyat yang memikat.
f.
Tujuan Dongeng.
Cerita dan dongeng memiliki tujuan yang sama yaitu menyampaikan
pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat.
Karena bagi mereka mendongeng itu sangatlah penting dalam memberikan
contoh yang baik dan buruk adalah media yang sangat efektif.29 Namun,
tujuan utama dongeng adalah menghibur dan memberikan pelajaran kepada
pembacanya untuk meniru apa yang dilakukan tokoh-tokohnya.30
Tujuan dongeng atau cerita rakyat dalam nilai budaya mengandung
unsur pembentukan serta pembinaan watak ialah :
a. Untuk memahami dan mempelajari nilai dan citra anak di lingkungan
masyarakat pendukung cerita yang bersangkutan.
b. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang umum berlaku pada
masyarakat pendukung cerita.
c. Untuk mengkaji dan memahami proses sosialisasi pada masyarakat
sunda yang menggunakan media cerita rakyat.
d. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah kepustakaan nusantara.
g.
28
Peran Dongeng.
Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan
MTs Kelas VII ”.h. 46
29
H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h.4
30
Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 28
22
Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang di amanatkan
Tuhan kepada orang tua. Maka, tanggung mendidik anak terletak di atas bahu
para orang tua. Anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta
pengelolaan yang lebih intensif, baik melalui pendidikan formal (sekolah)
maupun pendidikan nonformal (keluarga). Sarana pendidikan keluarga, orang
tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak dan
watak yang akan dibawanya sampai dewasa nanti.
Dengan demikian, bahwa mendidik anak adalah pekerjaan yang
terpenting serta merupakan tnggung jawab orang tua demi masa depan
anaknya. Tugas utama dan mulia dalam pembentukan watak, sebagian besar
terletak di tangan orang tua.
Menurut, Dr. Benyamin Spock dalam melihat cinta antara orang tua dan
anak-anaknya hendaknya dibedakan antara kasih sayang yang di dasarkan
kepada devition dan cinta orang tua yang bertolak dari enjoyment. Orang tua
mencintai ank-anaknya dalam arti devition di dorong oleh kasih sayang yang
sebenarnya. Karena, dari pengorbananlah itu terjadi baik yang masuk akal
maupun yang tak masuk akal pasti akan dilakukan. Misalnya: orang tua
mampu menjadi narator atau tokoh dari dongeng yang diceritakan.
Yang paling penting adalah contoh-contoh yang diberikan yang di
contoh oleh anak adalah dengan pola tingkah laku seperti ucapan-ucapan,
tingkah laku yang harmonis, tentram, damai, dan saling sayang menyayangi
diantara anggota keluarga.
h. Dongeng Sebagai Sumber Pembentuk Dan Pembinaan Watak.
Amanat dongeng yang memberi bayangan kepada pendukung budaya
yang bersangkutan bahwa dengan kuasa Tuhan hasil yang di peroleh adalah
perbuatannya sendiri. Kelangsungan nilai seperti itu dalam upaya
ketentraman hidup bermasyarakat. Namun, bukan berarti di balik itu tidak
boleh menerima nilai-nilai yang baru, yang datang dari luar. Selama nilai tu
bersifat positif dan meningkatkan kemartabatan sebagai manusia maka hal itu
di perbolehkan.
Oleh karena itu, ukuran-ukuran bagaimana manusia seharusnya
berperilaku sangat di perlukan. Nilai adalah “tata bahasa” bagaimana
berperilaku dalam bermasyarakat. Beberapa nilai yang dicari dikategorikan
23
sebagai nilai budi pekerti dan nilai semangat kerja (etos kerja). Nilai budi
pekerti yang dimaksud adalah : kejujuran, lurus hati, punya kepribadian dan
pendirian, tidak terbawa arus dan situasi kondisi sosial, nilai suci bersih,
takwa, tidak takabur, tidak sombong, bijaksana, pemimpin yang bejiwa
kerakyatan, taat pada pepatah orang tua, taat pada guru dan ajaran leluhur,
mendapat didikan agama, dan suka tolong menolong.
Nilai yang di kategorikan bersemangat (etos kerja) antara lain: punya
idealisme, sabar, pasrah kepada Tuhan, rajin, tekun, dan lain-lain. Melalui
dongeng masyarakat memahami secara konkrit adanya nilai-nilai yang harus
di
ajarkan.
Dengan
demikian,
dongeng
merupakan
media
yang
mensosialisasikan nilai itu, baik melalui jalur nonformal (pendidikan di dalam
rumah
tangga),
maupun
jalur
formal
(sekolah).
Karena,
dengan
berkembangnya pendidikan masalah nilai ini pun agar dapat di lanjutkan di
berbagai pendidikan formal (sekolah). Jadi, akan tercipta kesinambungan
pendidikan yang tidak lain merupakan salah satu cara dalam usaha
pembudayaan.31
i.
Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng.
a) Pemilihan Cerita.
Sebagian orang yang piawai harus mampu menceritakan satu bentuk
cerita bentuk cerita tertentu dengan baik dibandingkan dengan cerita
yang lain. Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang,
misteri, dsb. Sebaiknnya pendongeng memilih jenis cerita yang ia kuasai.
Tetapi lain halnya bagi seorang guru, tampaknya ia akan agak sulit jika
membatasi diri pada satu bentuk cerita.
Ada faktor lain yang dapat membantu dalam pemilihan cerita, yaitu
situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di awal tahun sangat baik memilih
cerita Sakinah dan Anaknya. Karena dalam cerita tersebut sangat dekat
dan dikenal dengan anak sebelum masuk sekolah. Kemudian di akhir
31
Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, hal.
1&6, dan 83-87
24
tahun cukup baik bila memilih kisah Cerita Tak Berujung. Karena pada
cerita ini lebih dekat dengan memberi kesan pada dihati para siswa
menjelang kelulusannya di akhir tahun. Sebab dalam cerita ini,
digambarkan sebagai sesuatu yang terulang-ulang dan terus-menerus
berlangsung.
Oleh karena itu, guru harus menyiapkan dan membaca seluruh cerita
yang hendak diceritakan. Sebagai catatan bagi guru, bahwa dalam dalam
penyampaian cerita yang lucu dan sedih, ia harus bercerita dengan
menggunakan cara yang tepat agar murid tidak salah dalam
mengapresiasikan.
b) Persiapan sebelum Masuk Kelas.
Sebuah kekeliruan adalah mengira seorang guru tidak memerlukan
persiapan. tetapi harus ada persiapan terlebih dahulu karena setiap menit
dan waktu yang digunakan untuk berpikir dan mengolah cerita sekaligus
mempersiapkannya sebelum pelajaran di mulai, akan membantu
penyampaiannya dengan mudah.
c) Perhatikan Posisi Duduk Siswa.
Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa
dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu, guru harus
dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik. Untuk keperluan
ini, dalam penceritaana berlangsung para siswa hendaknya di posisikan
secara khusus, tidak sewaktu mereka belajar menulis dan membaca.
Yang terpenting siswa dapat menerima cerita yang di sampaikan secara
aktif, tidak duduk sesukanya. Dengan begitu suasananya jauh dari kesan
resmi tidak seperti umumnya pelajaran yang lain, dan hubungan guru dan
siswanya dalam bercerita hendaknya seperi tuan rumah dengan tamunya,
yakni harus terjalin keakraban yang wajar.32
32
Abdul Aziz Abdul Majid, “Mendidik Dengan Cerita”, cet. 4, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, hal 30-33.
25
j.
Metode Penyampaian Cerita/Dongeng.
a) Tempat Bercerita/Dongeng.
Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh
juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa
duduk dan mendengarkan cerita/dongeng. Karena anjuran untuk para
guru, akan lebih baik mengajar para siswa, atau bercerita kepada mereka
di udara bebas selagi mungkin daripada membatasi mereka di ruang
kelas.
b) Posisi Duduk.
Sebelum memulai bercerita atau berdongeng sebaiknya ia
memposisikan para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan
cerita/dongeng. Kemudian, guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai
bercerita. Sebaiknya, dalam memulai bercerita/berdongeng hendaknya
memulai dengan berdiri dan tidak duduk terus tetapi juga selama proses
tersebut hendaknya mengubah posisi gerakan sesuai dengan jalan cerita
tersebut.
c) Bahasa Cerita.
Bahasa dalam buku ini adalah bahasa yang baik dan mudah,
memiliki bahasa yang sesuai dengan guru. Guru juga tidak harus selalu
terfokus dalam gaya bahasa cerita dalam buku akan tetapi bisa aja dengan
menambahkan atau mengurangi ungkapan yang dirasanya cukup baik
agar para siswa lebih mudah memahami jalannya cerita.
Bahasa dalam cerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang
lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari tetapi lebih ringan di
bandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap di
pahami oleh siswa. Dalam bercerita guru juga hendaknya menggunakan
kata-kata dan ungkapan yang pendek dan baru tapi mudah diingat dan
dekat dengan siswa. Yang terpenting adalah memilih kosa kata baru yang
sesuai dan mencari cara yang tepat untuk menjelaskannya ketika
bercerita tanpa memutuskan rangkaian jalannya cerita.
26
d) Intonasi Guru.
Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang
muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita guru
hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian, mengeras sedikit
demi sedikit. Perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan
peristiwa dalam cerita. Ketika sampai pada puncak konflik ia harus
menyampaikan dengan suara yang di tekan dengan maksud menarik
perhatian para siswa. Juga akan memberikan gambaran yang membuat
mereka berpikir untuk menemukan klimaksnya. Para ahli pendidikan
berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah ketika
konflik akan bertambah. Dan mereka akan merasa lega dari
ketegangannya, jika telah sampai pada klimaksnya. Maka hendaknya
dalam penyampaian klimaksnya dengan suara yang meyakinkan dan
membuat penasaran hingga tiba saat klimaks. Karena, harus menjiwai
setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita.
Puncak konflik
Rangkaian peristiwa
Klimaks
Pengantar
Akhir cerita
Bagan 1
Penyampaian Cerita/ Dongeng.
e) Pemunculan Tokoh-Tokoh.
Telah di sebutkan bahwa ketika mempersiapkan cerita, seorang guru
harus mempelajari dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkannya
secara hidup di depan para siswa. Untuk itu, diharapkan guru dapat
menjelaskan peristiwanya dengan jelas tanpa gemetar atau ragu-ragu.
Dalam bercerita guru juga harus dapat menggambarkan setiap tokoh
dengan gambaran yang sesungguhnya, dan memperlihatkan karakternya
seperti dalam cerita.
27
f) Penampakan Emosi.
Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan
emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar
bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. Jika situasinya
menunjukan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi
dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut.
g) Peniruan Suara.
Seorang guru tidak perlu merasa rendah dengan peniruan suara ini,
karena pekerjaan mengajar adalah mulia. Dan bercerita dengan
penggambaran yang baik adalah bagian dari pekerjaan ini. Dengan
demikian, selama peniruan yang dimaksud dalam cerita untuk
menciptakan penjiwaan dalam cerita dan memberi kesan yang lebih
dalam di hati para siswa.
h) Penguasaan Terhadap Siswa Yang Tidak Serius.
Ketika proses bercerita berlangsung, guru mungkin menemukan
salah seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya.
Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian ceritauntuk
memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat dengan menghampirinya,
menarik tangannya dan mendudukan kembali si anak di tempat
duduknya, atau membiarkannya berdiri di samping sang guru. Bisa juga
dengan menyebutkan namanya, dengan penyebutan nama ini atau
memandangnya
dengan
tajam
saat
bercerita,
cukup
untuk
memperlihatkan kepada siswa ini bahwa guru memperhatikannya dan
mengetahui kenakalannya. Biasanya, tindakan ini bisa menghilangkan
kenakalan tersebut.
i) Menghindari Ucapan Spontan.
Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap kali
menceritakan suatu peristiwa. Kebiasaan ini tidak baik karena bisa
memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Kesembilan hala di atas
28
sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan oleh guru ketika
bercerita. Memang, kita menganggap bahwa bercerita dengan cara yang
baik, rata-rata, adalah sesuatu yang lebih bersifat alami dari pada yang
dibuat-buat. Namun, kita juga hendaknya tidak melupakan manfaat dari
latihan dan belajar dalam mengusahakan metode yang tepat. Untuk itu,
membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus
ditambah pula dengan praktek dan melampaui pengalaman dalam waktu
yang tidak
singkat.
Jika guru telah selesai
bercerita dengan
memperhatikan poin-poin terdahulu, maka guru dapat meminta para
siswa untuk mengungkap ulang cerita dengan salah satu cara dari banyak
cara pengungkapan cerita.33
3. Pendidikan, Belajar dan Hasil Belajar Kognitif.
a. Pendidikan.
Apa itu pendidikan ? jawabannya pasti beragam. Dalam arti sederhana
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya,
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan
paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti
ilmu pendidikan. Pendidikan atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Pedagogia yang berarti “ pergaulan dengan anak-anak”.
Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno
yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin). Paedagogos mulanya berarti “rendah” (pelayan atau bujang),
sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik/ ahli
33
Ibid, h. 47-54
29
didik)
ialah
seseorang
yang
tugasnya
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
membimbing
34
anak
dalam
Kenyataanya, pengertian
pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, berikut akan dibahas
beberapa pengertian pendidikan yang di berikan oleh para ahli pendidikan,
yaitu:
Langeveld, “ pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau
lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa dan ditunjuakan pada
orang yang belum dewasa”.
Carter V. Good,
a. Pedagogy is the art, practice, of profession of theaching.
b. The systematized learning or intruction concerning principlesand methods of
teaching and of studentcontrol and guidance; largely replaced by the term
educatin.
Pendidikan adalah :
a. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar.
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode-metode, mengajar, pengawasan, dan bimbingan murid; dalam arti
luas digantikan dengan istilah pendidikan.
Ki Hajar Dewantara, “ pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagi manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Karena itu, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami sebagai
berikut:
1.
Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus
sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila.
34
Ngalim Puwanto MP, “Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis”, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007. H 20
30
2.
Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi.
3.
Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.
4.
Tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuantujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak
didik.
Jean Piaget, pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu
yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial , intelektual, dan moral yang
menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Disini
menggambarkan makna bahwa pendidikan adalah segala sesuatu hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengaruh orang dewasa
terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang
sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas
sosial-sosialnya dalam bermasyarakat.
Ilmu pendidikan disebut juga pedagogik, diterjemahkan dalam bahasa inggris
"pedagogics". Pedagogics sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu "pais" yang
artinya anak, dan "again" yangvartinya membimbing. Poerwabakwatja dan
Haharap mengatakan bahwa pedagogik ada 2 arti : 1) praktek, cara seseorang
mengajar, dan 2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode
mengajar, membimbing dan mengawasi pelajaran yang disebut juga
pendidikan.
Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku
anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan
sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu
itu berada. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa dasarnya
pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung
jawab membimbing anak-anak didik menjadi kedewasaan.
Mudyahardjo menegaskan bahwa sebuah teri berisi konsep-konsep, ada
yang berfungsi sebagai : 1) asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/
titik tolak pemikiran sebuah teori, dan 2) definisi konotatif, atau denotatif
31
atau konsep-konsep yang menyatakan Makna dari istilah-istilah yang
dipergunakan dalam menyusun teori.
Asumsi pokok pendidikan ; 1) pendidikan adalah aktual, artinya
pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajar, 2) pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju
pada pencapaian hal-hal yang baik atau normaa-norma yang baik, 3)
pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa
serangkaian kegiatan bermula dari kondisi –kondisi aktual dan invidu yang
belajar tertuju pada pencapaian yang individu yang diharapkan.
Teori pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan
guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dan
secara perspektif memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan,
arahan, pilihan yang telah ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa
depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia.
Pendidikan menurut Charles E Silberman tidak sama dengan pengajaran
karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan
intelektualitas manusia. Jadi, pengajaran merupakan bagaian dari pendidikan ,
mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat
indonesia yang demikian majemuknya, maka usaha sadar memberi makna
bahwa pendidikan di selenggarakan berdasarkan rencana yang matang,
mantap, jelas, dan lengkap, menyeluruh, rasional dan obyektif menjadikan
peserta didik menjadi warga negara yang baik.
Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan
yang berbeda dengan yang lain bersifat “cross culture”, artinya bahwa kita
melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas sdan lintas kultural
yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara
akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. Ada berbagai rumusan untuk
memahami pendidikan dari berbagai sudut pandang keilmuan, yakni :
1. Sosiologi, dari aspek sosial pendidikan diartikan sebagai usaha pewarisan
dari generasi ke generasi. Dengan tujuan agar orang lain menjadi terdidik,
dan untuk menjadi terdidik mereka harus belajar.
32
2. Antropologi,
memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses
pemindahan budaya dari generasi ke generasi. Disini melihat dari aspek
budaya, yakni sebagai udaha pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai
kepada generasi berikutnya.
3. Psikologi, dari aspek tingkah laku individu, yaitu sebagai perkembangan
kapasitas individu secara optimal. Konsep-konsep psikologi tentang
invidu menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar.
4. Ekonomi, memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani
(human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa. Konsep ekonomi menjadi dasar atau landasan pendidikan, karena
itu kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan.
5. Politik, melihatnya sebagai proses menjadi warga negara yang diharapkan
(civilisasi) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Konsep
politik menjadi dasar penyelenggara sistem pendidikan makro nasional.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori
pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogiyanya
pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan
pendidikan
secara
konkretnya.
Pengajaran
pada
hakekatnya
proses
komunikasi, maka perlu dikuasai teori komunikasi yang relevan.
O’Connor, mengatakan pendidikan perlu memiliki syarat-syarat untuk
berfikir lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan
secara jelas dan menjelaskan berarti memberikan penerangan.
Teori pendidikan menurut Pratte tidak dapat disusun seperti teori dalam
ilmu pengetahuan alam. Teori tidak memiliki keterkaian logis sebagai suatu
rangkaian hipotesis dan gagal membentuk suatu paradigma sebagai teori
ilmiah.
Artinya, mengajar pada hakekatnya suatu proses, yaitu proses yang
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.
b. Faktor-Faktor Pendidikan.
33
Pendidikan merupakan sarana dimana siswa mendapatkan pengajaran,
Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan di didik
memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu :
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan.
c. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu.
d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.
Antara faktor yang satu dengan faktor lainnya, tidak bisa dipisahkan,
karena kesemuanya saling pengaruh mempengaruhi.35
c. Tujuan Pendidikan.
Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu ? akan di bawa kemanakah
anak didik itu ? soal “ tujuan pendidkan “ merupakan soal yang prinsipil
dalam pedagogik. Dalam UU yang membicarakan tujuanj pendidikan yang
khusus berlaku dinegara kita dewasa ini ( UU pendidkan dan pengajaran no
12 tahun 1954 dan UU no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,
yakni “ segala apa yang kita katakan tentang tujuan pendidikan ditentukan
oleh zaman dan kebudayaan ditempat kita hidup”.
Dalam beberapa pasal yang sudah dikatakan pendidikan ialah pimpinan
orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya ke arah kedewasaan.
Dalam ringkasan tadi tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak
kepada kedewasaannya, yang berarti ia harus bisa menentukan diri sendiri
dan bertanggung jawab sendiri. Dan yang harus kita ingat bahwa tujuan
pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik
sendiri. Di dalam buku Beknopte theoretische paedagogiek, langeveld
mengutarakan macam-macam-macam tujuan pendidikan, yakni; tujuan
umum, tujuan-tujuan tak sempurna, tujuan-tujuan sementara, tujuan-tujuan
perantara, dan tujuan-tujuan insidental.36
Berikut akan dikemukakan secara singkat tentang tujuan-tujuan satu
persatu secara hierarki. Sebagai bekal atas pendidikannya, yaitu :
a) Tujuan umum, tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidikdalam segala
waktu dan keadaan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang
universal.
35
Hasbullah, “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan” (Jakarta : Rajawali Pers; 2012) h. 9-10.
36
Puwanto, “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”, hal. 3, 18, dan 20.
34
b) Tujuan khusus, merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas dasar
beberapa hal, di antaranya :
1. Terdapatnya perbedaan individual dan anak didik.
2. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat.
3. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas dan lembaga pendidikan.
4. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup
suatu bangsa.37
d. Fungsi Pendidikan.
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan
rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Karena, dengan modal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnyamelalui proses pendidikan
ia mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapinya.
Fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan karena orang yang
berpendidikan dapat terhindar dari kebodohan maupun kemiskinan.
UUSPN No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.38
e. Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi).
Arthur D. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of
behavior through experience dan training”, yakni perubahan atau membawa
akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan
latihan atau karena mengalami latihan.
Menurut Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
37
Hasbullah“ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h. 14
Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, “konsep dan makna pembelajaran”, Bandung : ALFABETA,
2010, cet. 8 hal. 1-11.
38
35
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Mudjiono mengemukakan bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau
tidak terjadinya proses belajar.
Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses
meencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembelajaran, dan sebaginya sehingga terjadi perubahan dalam diri.
James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan
dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri.
Gage menurutnya, belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu
organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Henry. E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang
berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman
yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap
suatu perangsang tertentu.
Lester. D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan
berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang
dipelajarinya, maka belajar seperti dikatakan “rote-learning”. Dan jika apa
yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri
maka itu di sebut “overlearning”.
Perhatian yang utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia,
yaitu kemampuan manusia untuk menagkap informasi mengenai ilmu
pengetahuan yang diterimanya dalam belajar. Berikut makna belajar menurut
pandangan para ahli pendidikan dan psikologi :
1) B. F. Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlaku secara progressif serta dipahami sebagai suatu
perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.
2) Robert M. Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil
belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan; (a) stimulasi
yang berasal dari lingkungan, dan (b) proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar.
3) Jean Piaget, seorang psikolog swiss menitik beratkan pada aspek
perkembangan pikiran secara alami dari lahir hingga dewasa.
36
4) Carl. R. Rogers, ahli psiko terapi praktek pendidikan menitikberatkan
pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar.39
Berbagai pengertian belajar dari berbagai pandangan konsep belajar atau
makna belajar selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku
atau perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu ”, dengan ini bahwa belajar membawa perubahan tingkah laku karena
pengalaman dan latihan, semua itu di dapatkan karena kecakapan baru dan
perubahan yang terjadi karena usaha yang disengaja. Belajar pada dasarnya
merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat
jasmaniah.
Karena itu, belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru
yang disebabkan individu merespon lingkungannya melalui pengalaman
pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Secara
garis besar dikenal ada 3 rumpun besar teori belajar menurut pandangan
psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive
gestalt-filed. Jika di uraikan adalah :
a) Teori Disiplin Mental. Bahwa disini menganggap belajar mental siswa
didisiplinkan dan dilatih. Jadi, disini mengsahakan adanya tanggapan
sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada pada kesadaran individu.
b) Teori Behaviorisme. Teori ini sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat diamati/diukur. Disini belajar benar-benar diperuntukkan
untuk
mengembangkan
kemampuan
pribadi
siswa
dengan
mengembangkan potensinya melalui berbagai aktivitas belajar.
c) Teori Cognitive Gestalt-Filed. Bahwa yang utama pada kehidupan
manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Disini
menegaskan bahwa belajar adalah berusaha mengatasi hambatanhambatan untuk mencapai tujuan.40
f. Pembelajaran.
Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang
luas. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
39
Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, “Konsep dan Makna Pembelajaran”, Bandung : ALFABETA,
h. 4-37
40
Ibid, h. 39-50.
37
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan
kemampuan
berfikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran memiliki 2 karakteristik, yaitu :
1) Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir.
2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dalam proses tanya
jawab
terus
menerus
yang
diarahkan
untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Kegiatan pembelajaran yang di programkan guru merupakan kegiatan
integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini menggambarkan
bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses
pembelajaran (Instructional). Dengan demikian, pembelajaran adalah setiap
kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajarai
suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks
kegaitan belajar mengajar.41
4. Sejarah.
a. Pengertian Sejarah.
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti
pohon kayu atau syajara yang berarti terjadi.42 Pohon dalam pengertian ini
merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat
bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian
dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama
41
42
Ibid, h. 61-65.
Muhammad Arif, “ Pengantar Sejarah ”, Jakarta : Para Cita Prees, 2010, Hal 9.
38
lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada
dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan
dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu
menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan.43
Istilah yang memiliki makna sama dengan kata syajaratun adalah
silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah menunjuk pada
keluarga dan nenek moyang. Pada kerajaan-kerajaan masa lampau sering
dibuat silsilah keluarga raja mulai dari siapa pendiri raja itu sampai pada raja
yang sedang berkuasa.44
Selain itu, pengertian beberapa ahli mengatakan :
J. Bank, Sejarah merupakan semua kejadian/peristiwa masa lampau.
Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada
masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua
kejadian yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah kejadian atau
peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Dalam kejadian atau peristiwa
tersebut terdapat bagaimana manusia berperilaku.
Robert V. Daniels, Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa silam.
Sejarah yang dimaksud dalam definisi adalah sejarah manusia. Manusia
merupakan pelaku sejarah. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia adalah
kemampuan untuk menangkap kejadiankejadian yang ada di sekelilingnya.
Hasil tangkapan tersebut akan menjadi ingatan atau memori dalam dirinya.
Memori ini akan menjadi sumber sejarah.
Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang
masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa
lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi
pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika,
mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.45
Selain merujuk pada kata syajarah seperti yang di uraikan di atas,
pengertian sejarah dapat di gali dari kata historia (bahasa Yunani Kuno) yang
kemudian berkembang menjadi history (bahasa Inggris) yang berarti orang
pandai. Dalam hubungan ini Sjamsuddin dan Ismagun menjelaskan bahwa
istilah historia atau history mengandung pengertian belajar dengan cara
bertaya-tanya. Istilah ini juga mengandung pengertian sebagai pertelaan
tentang hal ihwal manusia secara kronologis.
43
Marwan Supriyadi, “ Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X ”, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009 h. 2
44
Ibid, h. 2
45
Ibid, h. 4
39
Woolever dan Scoot “ sejarah sebagai suatu kajian tentang aktivitas
manusia pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama,
ilmu pengetahuan, dan hasil kreativitas seni.
Menurut Heyking menyatakan bahwa sejarah merupakan suatu bentuk
kegiatan inkuiri yang membantu dalam membangung pemahaman tentang
kehidupan, baik yang bersifat individu maupun kolektif, dalam kurun waktu
tertentu.
Sementara Kartodirdjo melihat pengertian sejarah dalam dua sudut
pandang, yakni secara subyektif dan obyektif. Secara subyektif merupakan
suatu konstruk atau suatu bangunan yang disusun oleh sejarawan sebagai
suatu cerita tentang suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada masala lampau.
Sedangkan, secara obyektif memungkinkan adanya tafsiran yang berbeda
antara sejarawan yang satu dengan sejarawan yang lainnya meskipun
mengkaji suatu tema yang sama.46
Sebagaimana yang dijelaskan di atas sejarah tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora) yang dapat melatih daya
untuk berpikir, memberikan kesadaran kepada kita akan nilai-nilai yang telah
manusia lahirkan dan temukan melalui pikiran, perasaan, atau perbuatannya.
Sebab, sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa
lampau.47 Oleh karena itu, penting nya kita memahami sejarah dari berbagai
sisi baik itu dari segi pengertian, makna, fungsi, kegunaan, dan manfaat, yang
saling saling terkait satu sama lainnya.
b. Makna Sejarah.
Berbicara makna memiliki beberapa makna diantaranya, Collingwood
bahwa sejarah akan memberikan makna bagi kehidupan manusia karena
materi sejarah itu sendiri telah memungkinkan tterjadinya dialog antar
dimensi waktu, yakni dialog antara waktu yang telah lalu, waktu yang
sekarang, dan bahkan waktu yang akan datang yang terjadi secara terus
menerus. Kesadaran untuk mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa
yang lalu, guna mengantisipasi peristiwa pada saat ini dan pada masa yang
akan datang seperti itulah yang akan membentuk kesadaran sejarah.
46
47
Muhammad Arif, “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h 9-14.
Drs, Idad Suhada, M. Pd, “Konsep Dasar IPS” Bandung : Solo Press, 2010. Hal 7.
40
Soedjatmoko menyatakan, kesadaran sejarah merupakan suatu refleksi
yang berkesinambungan tentang kompleksitasperubahan yang ditimbulkan
oleh interaksi dialektik dari masyarakat yang ingin melepaskan diri dari
realitas yang mengungkung.
Sementara kartodirdjo “ kesadaran sejarah merupakan kesadaran diri
yang secara imanen ada pada refleksi diri.48
c. Fungsi Sejarah.
Pada dasarnya fungsi menurut Kuntowijoyo mengatakan bahwa fungsi
sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni fungsi instrinsik dan fungsi ekstrinsik.
Fungsi instrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan
keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Misalnya, sejarah sebagai kisah
dan peristiwa. Sedangkan, fungsi ekstrinsik terkait dengan proses penanaman
nilai, proses pendidikan, liberal education. Misalnya sejarah sebagai
pendidikan moral.
Wiriatmadja menyatakan sejarah berfungsi untuk membangkitkan
kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang
lebih
besar,
sehingga
tumbuh
kesadaran
kolektif
dalam
memiliki
kebersamaan dalam sejarah.
Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa terdapat empat fungsi sejarah,
yaitu:
1) Fungsi rekreatif. Yaitu sejarah sebagai pendidikan keindahan, sebagai
pesona perlawatan.
2) Fungsi inspiratif. Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat
identitas dan mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa.
3) Fungsi instruktif. Yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
4) Fungsi edukatif. Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan
pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia.49
d. Kegunaan Sejarah.
Kegunaan dalam pelajaran sejarah menerangkan bahwa, Widja
menjelaskan bahwa sejarah bukan sekedar uraian cerita kehidupan pada masa
yang lalu semata. Adapun kegunaan sejarah yang dimaksud adalah kegunaan
edukatif, kegunaan inspiratif, dan kegunaan rekreatif. Kegunaan Edukatif,
mengkaji peristiwa masa lampau akan memberikan peluang bagi kita untuk
48
49
Muhammad Arif“ Pengantar
Ibid, h. 41
Sejarah ”, h 19-20.
41
dapat melakukan dialog dengan masa lalu. Kegunaan Inspiratif, menggali
gagasan masa lalu yang berguna untuk mendapatkan inspiratif dan semangat
untuk mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa. Kegunaan Rekreatif,
sesuatu yang mendatangkan kegembiraan hati atau sesuatu yang menyegarkn
pikiran. Karena dengan membaca yang secara penghayatan akan menerobos
kemasa lampau dan tempat-tempat yang tak terbatas untuk mengikuti suatu
peristiwa sejarah.
e. Manfaat Sejarah.
Mengenai manfaat, menurut Kuntowijoyo adanya dua dimensi dari
manfaat sejarah, yakni manfaat sejarah instrinsik dan secara ekstrinsik. Secara
intrinsik bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terhadap pengembangan
ilmu sejarah. Kemudian, secara ekstrinsik, sejarah memberikan nilai-nilai
yang memberikan inspirasi terhadap perjalanan umat manusia.50
Pada dasarnya manfaat sejarah adalah mengenang, menilai, mengambil
sebuah pengajaran yang terdapat dalam setiap masanya, baik itu masa lalu,
masa kini, maupun masa yang akan datang.
5. Hasil Penelitian Yang Relevan.
a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hanif
dalam
jurnal
ilmiahnya
“Dongeng/Cerita
Dalam
Perspektif
Pendidikan” menulis, Dongeng merupakan suatu cerita yang sifatnya
fiksi
dan
bersifat
menyenangkan
(menghibur)
bagi
yang
mendengarkannya didalamnya sering didalamnya terkandung unsurunsur petuah pula. Danandjaya juga mengatakan, bahwa dongeng
adalah prosa rakyat yang dianggap tidak pernah terjadi, dan
diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau sindiran.
Dongeng bersifat universal dan banyak jumlahnya, namun menurut
Anti Arne dan Stith Thomson dongeng dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu :
32
Muhammad Arif, “ Pengantar
Sejarah ”, h 21-22..
42
1) Dongeng binatang (animal tales). Adalah dongeng yang ditokohi
binatang peliharaan dan binatang liar, seperti bianatang menyusui,
binatang melata, ikan dan serangga. Binatang-binatang tersebut
dalam ceritanya dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.
Ada binatang cerdik, licik, dan jenaka di satu pihak dan binatang
pandir yang menjadi bulan-bulanan tipu muslihat di lain pihak. Di
Indonesia banyak dongeng jenis ini, satu diantaranya : Si Kancil
dan Si Siput, Kancil Menipu Kera, dan lain-lainnya
(Rahimsyah.tanpa tahun).
2) Dongeng biasa (ordinary folkates). Adalah jenis dongeng yang
ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang.
Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut, dan lain-lainnya.
3) Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes). Adalah dongengdongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga
menimbulkan tawa.
4) Dongeng berumus (formula tales). Adalah dongeng yang
strukturnya terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak,
untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak
mempunyai akhir.51
b. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan
Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat
pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru
Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini
menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Role
Playing mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman teks cerita
rakyat siswa kelas V SDN Tegalweru. Peningkatan rata-rata aktivitas
belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,6%, peningkatan
prosentase ketuntasan belajar kelas yang menunjukkan tingkat
pemahaman siswa terhadap teks cerita rakyat dari siklus 1 ke siklus 2
sebesar 20,7%.52
51
Muhammad Hanif, “ Dongeng/Cerita Dalam Perspektif Pendidikan”, FPIPS IKIP PGRI
Madiun.
52
Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks
Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru Kabupaten
Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jur. Kependidikan Sekolah
Dasar dan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang.
43
c. Dalam penelitiannya Meina Febriani (2012) “Pengembangan Bahan
Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa Sd Kelas Rendah”.
Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut: (1) bahan ajar Dongeng Banyumas yang dinginkan oleh guru
dan siswa adalah bahan ajar dongeng Banyumasan yang didesain
dengan tampilan yang menarik, sesuai dengan pemahaman siswa,
mengajarkan nilai-nilai positif, dan memberikan pengetahuan budaya
Banyumas, (2) penilaian yang diberikan oleh guru dan ahli pada
dimensi sampul buku diperoleh nilai rata-rata 83,33 dengan ketegori
baik, pada dimensi anatomi buku diperoleh nilai rata-rata 82,5 dengan
kategori baik, dan pada dimensi isi buku, diperoleh nilai rata-rata
81,25 dengan kategori baik, dan (3) perbaikan yang dilakukan
terhadap bahan ajar apresiasi dongeng Banyumas meliputi perbaikan
desain sampul, peniadaan materi mengapresiasi dongeng, pembatasan
cakupan dongeng, perbaikan gaya bahasa, dan penyesuasian
pertanyaan tentang apresiasi dan muatan budaya Banyumas yang
dihubungkan dengan nilai yang terkandung dalam dongeng. Dari
penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan aktivitas, dan
pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V di SDN Tegalweru
Kecamatan Dau Kabupaten Malang.53
d. Dalam penelitian Sunarti A Lapalume (2014) Meningkatkan
Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui Media Audio Visual
Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.
Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I menjadi
10 orang atau sekitar 52,63% siswa yang mampu, 6 orang atau sekitar
31,58% siswa yang kurang mampu dan 3 orang atau sekitar15,79%
siswa yang tidak mampu. Kemudian pada tindakan siklus II
kemampuan siswa menyimak meningkat 16 orang atau sekitar 84,21%
53
Meina Febriani (2012) “Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa
Sd Kelas Rendah”.
44
siswa yang mampu, 2 orang atau 10,53% siswa yang kurang mampu
dan 1 orang atau sekitar 5,26% siswa yang tidak mampu. Simpulannya
bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan kemampuan
siswa menyimak dongeng dikelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango.54
e. Dalam penelitiannya Novita Dewi (2015). Penggunaan Metode
Bercerita
dengan
Boneka Jari Tangan Untuk
Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang.
Skripsi. Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi
S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Hopkins (1993)
dan dirancang dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua pertemuan
yang meliputi perencanaan, aksi/tindakan, observasi, dan refleksi.
Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru kelas sebagai
pelaksana sedangkan peneliti sebagai observer. Subyek penelitian
yaitu anak kelompok A di TA Pesan Ibu Malang sebanyak 30 anak, 20
anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan
dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah deskriptif, baik
deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Penerapan metode
bercerita dengan boneka jari tangan diawali dengan guru memberitahu
judul cerita dan memperkenalkan tokoh-tokohnya, kemudian bercerita
dengan boneka jari tangan, selanjutnya anak menceritakan kembali
cerita tersebut di depan kelas secara berkelompok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak pada pra tindakan
sebesar 33.33%, meningkat menjadi 46.67% pada siklus I dan menjadi
83.33% pada siklus II. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
54
Sunarti A Lapalume (2014) Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui
Media Audio Visual Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.
45
bahwa penggunaan metode bercerita dengan boneka jari tangan dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A.55
f. Dalam penelitiannya, Nasai (2012) “Pemanfaatan media boneka
tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII A
MTs NU Pakis Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa
MTs NU Pakis Malang. Tahap-tahap yang dilakukan adalah
menyiapkan boneka, menyusun pokok-pokok cerita, dan bercerita.
Keaktifan
siswa
selama
pembelajaran
keterampilan
berbicara
khususnya bercerita dengan menggunakan boneka tangan meningkat.
Siklus I meningkat 52,3% dan siklus II meningkat 63,5%. Hasil
belajar juga meningkat dari siklus I mencapai rata-rata 45,8% dan
pada silkus II mencapai 64,1%.56
g. Dalam
Penelitiannya,
Eka
Retnaningsih
(2009)
“Peningkatan
Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan Strategi
Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A. Desain
penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan
dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng.
Siklus I nilai rata-rata kelas 72,8 dan siklus II 80. Perilaku siswa
dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan kearah yang
lebih positif.57
h. Dalam
penelitiannya,
Teti
Milawati
(2011)
“
Peningkatan
Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama
Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual (Savi) Hasil penelitian
55
Novita Dewi (2015). Penggunaan Metode Bercerita dengan Boneka Jari Tangan Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang. Skripsi.
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan.
56
Nasai (2012) “Pemanfaatan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita
siswa kelas VII A MTs NU Pakis Malang.” S1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
dan Daerah.
57
Nas Haryati, dkk (2009) “Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan
Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A.
46
untuk pencapaian kemampuan anak memahami drama ternyata aspek
yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah
aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14% mampu dan
32% mahir, urutan kedua aspek memahami tema yang mendapat hasil
16% mampu dan 30% mahir, urutan ketiga memahami amanat 18%
mampu dan 28% mahir, urutan keempat menirukan tokoh mendapat
hasil 22% dan 26% mahir, urutan kelima mengekspresikan karakter
mendapat hasil 26% mampu dan 22% mahir sedangkan urutan
terakhir menyusun alur mendapat hasil 38% mampu dan 8% mahir.
Berdasarkan uji t bahwa hasil tes performansi di kelas eksperimen
memperoleh rerata (mean) 14,44 sedangkan rerata tes performansi
10,28 di kelas kontrol. Kesimpulannya kelas ekaperimen lebih
berhasil dalam peningkatan kemampuan memahami drama dibanding
kelas kontrol. Hasil penelitian untuk pencapaian kemampuan anak
menulis teks drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak
dan mendapat urutan kesatu adalah aspek menulis tokoh dengan
tingkat pencapaian hasil 12% mampu dan 38% mahir, urutan kedua
aspek menulis latar yang mendapat hasil 18% mampu dan 32% mahir,
urutan ketiga aspek menulis tema mendapat hasil 30% mampu dan
14% mahir, urutan keempat aspek menulis konflik mendapat hasil
28% mampu dan 14% mahir sedangkan urutan terakhir yaitu aspek
menulis bahasa mendapat hasil 38% mampu dan 8% mahir.
Berdasarkan uji t hasil kemampuan anak menulis teks drama di kelas
eksperimen sebelum diberi perlakuan mendapat nilai rerata 7,24 dan
hasil kemampuan menulis teks drama anak di kelas eksperimen
setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata 11,76 maka pencapaian
hasil peningkatan kemampuan menulis teks drama anak di kelas
eksperimen mencapai nilai rerata 4,52. Hasil kemampuan anak
menulis teks drama anak di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan
mendapat nilai rerata 6,24 dan hasil kemampuan menulis teks drama
anak di kelas kontrol setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata
47
8,36 maka pencapaian hasil peningkatan kemampuan menulis teks
drama anak di kelas kontrol mencapai nilai rerata 2,12 Hasil observasi
selama penerapan model pembelajaran SAVI berlansung sangat baik.
Hal ini terlihat dari nilai persentase yang diperoleh 94% terhadap
penilaian aktivitas siswa dan 96% hasil aktivitas guru dalam kelas.
Nilai ini menandakan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam setiap
pertemuan di kelas eksperimen sangat baik.58
i. Dalam Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1)(2009): 3 - 15 yang
dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair Penggunaan Peta Konsep untuk
Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar
Tingkatan Dua (The Use of Concept Maps in Improving Achievement
in The Subject of History for Form Two Students) Hipotesis ini
bertujuan untuk melihat sama ada wujud atau tidak perbedaan yang
signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam ujian pra dan ujian
pasca. Jadual 1 menunjukkan keputusan ujian-t (36) = -10.769 dan p =
.000 < 0.05. Min ujian pra ialah 39.7, manakala min ujian pasca pula
ialah 52.7 di mana perbezaan min ialah 13. Oleh itu terdapat
perbezaan yang signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam
ujian pra dan ujian pos. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. (Rujuk Jadual 1) Berdasarkan kepada
taburan skor min item tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan
peta konsep yang diperoleh, didapati 6 daripada 10 item mempunyai
skor
min
tinggi
adalah
item
berkaitan
dengan
pengajaran
menggunakan peta konsep membuatkan saya lebih ingin belajar dan
berjaya dalam mata pelajaran sejarah (skor min = 3.84). Setiap pelajar
harus tahu menggunakan peta konsep dalam pelajaran mereka (skor
min
58
=
4.11).
Pembelajaran
berbantukan
peta
konsep
amat
Teti Milawati (2011) “ Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks
Drama Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual (Savi)“ Hasil penelitian untuk pencapaian
kemampuan anak memahami drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan
mendapat urutan kesatu adalah aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14% mampu
dan
48
menyeronokkan, mudah dan realistik(skor min = 3.78). Saya dapat
meningkatkan penguasaan konsep dan fakta dalam sejarah dengan
menggunakan peta konsep (skor min = 3.70). Pengajaran guru dengan
menggunakan peta konsep lebih berkesan (skor min = 4.0). Saya lebih
mudah mengingati fakta dalam sejarah dengan penggunaan peta
konsep dalam proses pengajaran dan pembelajara sejarah (skor min =
3.78) Hasil analisis ini menunjukkan bahawa pelajar-pelajar boleh
menerima dengan baik penggunaan peta konsep dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Pelajar juga menunjukkan sikap yang
positif terhadap mata pelajaran sejarah itu menunjukkan minat untuk
belajar mata pelajaran sejarah. Secara keseluruhan skor min tahap
penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep dalam proses
pengajaran dan pembelajaran sejarah ialah 3.55. Berdasarkan
interpretasim min yang diadaptasi daripada Jamil Ahmad (1993),
didapati tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep
dalam proses pengajaran dan pembelajaran sejarah berada pada tahap
sederhana positif.59
j. Dalam Penelitian Skripsi, Kresna Hendrawan (2009) “Peningkatan
Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mind
Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun
Ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdapat 4
tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII D
yang berjumlah 28 siswa. Siswa dikatan tuntas belajar jika siswa
mendapat nilai minimal > 75,00 dan ketuntasan belajar klasikal
mencapai 70% dari jumlah siswa yang ada dikelas. Hasil belajar siswa
sebelum diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata 64,32 dengan
59
Jurnal Pendidikan Malaysia 34(1)(2009): 3 - 15 yang dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair
Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar
Tingkatan Dua (The Use of Concept Maps in Improving Achievement in The Subject of History for
Form Two Students).
49
persentase ketuntasan klasikal sebesar 21,43%. Pada siklus I setelah
diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,39 dengan
persentase ketuntasan klasikal 64,29%. Pada siklus I nilai rata-rata dan
ketuntasan belajar klasikal sudah meningkat, tapi ketuntasan belajar
belum mencapai indikator. Kemudian hasil belajar yang diperoleh
pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,14 dengan ketuntasan klasikal
78,57%. Pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I,
dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu 78,57% dari jumlah siswa
satu kelas dan nilai rata-rata mencapai 77,14. berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.60
k. Dalam penelitiannya, Subadrah Nair
Dalam Jurnal Pendidik Dan
Pendidikan, Jil. 20, 21–41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme
Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” mata pelajaran
Sejarah Tingkatan Empat. Dapatan kajian ini menunjukkan bahawa
penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham (Needham,
1987) dalam pengajaran dan pembelajaran Sejarah sangat berkesan
dan dapat membantu pelajar memahami konsep dan menguasai isi
kandungan tajuk pelajaran Sejarah dengan lebih baik. Signifikan
kajian ini adalah pelajar dapat menjawab keseluruhan soalan Sejarah,
soalan esei, soalan struktur dan soalan objektif/aneka pilihan dengan
baik dan signifikan berbanding pelajar Kumpulan Kawalan yang
menggunakan pendekatan tradisional.61
l. Dalam penelitiannya, “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual
Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian
60
Kresna Hendrawan (2009) “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Mind Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun Ajaran
2008/2009.”
61
Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21–41, 2005 “Penggunaan
Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K mata pelajaran
Sejarah Tingkatan Empat. Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21–41,
2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K
mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat.
50
Tindakan Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok yang dilakukan Oleh
Fitria Ningtias Rahmawati. Penelitian ini dilakukan di SMP Bina
Sejahtera Depok kelas VIII B yang berjumlah 25 siswa tahun ajaran
2011/2012. Teknik pengumpulan data yng dilakukan adalah test,
lembaar observasi, dan angket. Teknik analisis data secara kuantitatif
berdasarkan hasil analisis perhitungan rata-rata skor angket motivasi
siklus II. Rata-rata skor angket motivasi belajar siswa sebesar 91,5
sedangkan rata-rata skor hasil hasil belajar siswa siklus I 6,06,
sedangkan pada siklus II sebesar 7,42. Dapat disimpulkan terjadi
peningkatan skor hasil belajar siswa.62
Dari beberapa hasil penelitian yang relevan di atas menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh tentang upaya peningkatan hasil belajar
media dongeng dalam pembelajaran Sejarah. Hal ini terbukti dengan
perubahan pada nilai hasil belajar siswa, bahwa dapat di katakan hal
ini dapat di terima oleh siswa.
6. Kerangka Berpikir.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satu satunya yaitu tata cara penyajian materi yang dilakukan oleh guru
di depan kelas masih membosankan. masalah seperti ini dapat dengan mudah
dipecahkan dan diatasi dengan penggunaannya media-media pembelajaran.
Penggunaannya media-media pembelajaran didalam penyajian materi
akan membantu guru untuk lebih mudah mengarahkan serta menarik
perhatian siswa agar lebih bersemangat untuk belajar, sehingga hasil belajar
siswa dapat dengan mudah ditingkatkan. Namun, metode pembelajaran yang
bagus tidak hanya terbatas digunakan untuk menyampaikan materi siswa saja,
akan
tetapi
media
yang
membuat
siswa
terlibat
langsung
untuk
menggunakannya.
62
“Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian Tindakan
Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok” yang dilakukan Oleh Fitria Ningtias Rahmawati (2011/2012)
51
Dari uraian diatas metode pembelajaran dengan dongeng tersebut
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah pada siswanya. Dengan
demikian, menggunakan metode dongeng dengan berbantuan media-media
yang telah disiapkan maupun yang dihasilkan oleh siswanya hasil karya
sendiri. Hal ini menentukan bagaimana proses belajar mengajar akan
berlangsung dan mendapatkan hasil belajar yang ingin dicapai.
Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran
Penerapan Media Dongeng Untuk
Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Sejarah
Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Media
Dongeng Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Langkah Dasar Dalam Penyampaian Media
Hasil Belajar Siswa
Dongeng
1. Pengetahuan.
a) Keinginan yang kuat dan tulus untuk
2. Pemahaman.
mendongeng.
3. Pengaplikasian.
b) Siap melakukan sehingga hasilnya tidak
setengah-setengah.
4. Analisis.
5. Sisntesis.
c) Mau bersuara lantang dan jelas.
hasil belajar
6. Evaluasi.
d) Mau melakukan dengan benar.
e) Dapat
menciptakan
suasana
akrab,
hangat, dan gembira.
7. Hipotesis Tindakan.
Hipotesis adalah dugaan sementara adanya hubungan antara varibel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Agar memenuhi unsur yang
52
menentukan mengenai ada tidaknya hubungan tersebut, maka diajukan
hipotesis. Sederhananya, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter
populasi melalui data-data penelitian yang diperoleh dari sampel. Para meter
adalah ukuran-ukuran yang di kenakan pada populasi. Sedangkan sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang mewakili populasi.
Pengajuan hipotesis didasarkan atas hipotesis nol (H0), hipotesis
alternatif (H1). Hipotesis nol adalah koefesien korelasi antara variabel X
dengan Y sama dengan nol. Artinya, tidak menunjukan adanya hubungan
antara variabel X dengan Y. Sedangkan hipotesis penelitian (H1) adalah
koefesien korelasi menunjukan harga lebih besar dari nol. Artinya, terdapat
hubungan antara variabel X dengan Y. Hipotesis disini adalah istilah yang
memungkinkan peneliti menghubungkan teori dengan pengamatan, atau
sebaliknya pengamatan dengan teori. Jadi berdasarkan kajian teoritik dan
kerangka berpikir yang telah penulis uraikan sebelumnya. Bahwa adanya
hubungan yang saling keterkaitan satu sama lainnya antara variabel X dan
Y.63
Hipotesis Tindakan yang dipandang tepat untuk memecahkan masalah
yang akan diteliti adalah Upaya Peningkatan hasil belajar siswa dengan
Media Dongeng dengan pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga
pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS (Sejarah) di kelas X SMK Pembangunan Global.
63
Kasmadi, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif”, H. 52-55.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.
1. Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pembangunan Global di Jln.
Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek
Kab Karawang. Peneliti memilih lokasi penelitian ini dikarenakan secara
geografis lokasi sekolah strategis, dan memadai untuk dilakukannya
penelitian berlangsung.
2. Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di pada tanggal 1 Oktober 2015 sampai
dengan 1 November 2015 pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
Jadwal kegiatan dilakukan secara berkala sesuai jam mata pelajaran atau
jam mengajar di sekolah.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Oktober 2015
Kegiatan
1
2
3
4
5
November
2015
1 2 3 4
Januari 2016
1
Persiapan
Penelitian
Awal
Studi
Pustaka
Penyusunan
Proposal
Pelaksanaan
Penelitian
Siklus I dan
Refleksi
Pelaksanaan
Penelitian
Siklus
II
dan Refleksi
Pembuatan
Laporan
Hasil
Penelitian
Perbaikan
Laporan
53
2
3
4
5
Februari
2016
1 2 3 4
Maret 2016
1
2
3
4
54
Pembuatan
Laporan
Hasil
Penelitian
Secara Final
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan.
1. Metode.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1
Dalam buku Suharsimi Arikunto,2 agar peneliti mendapatkan informasi
atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan kelas, perlu kiranya
di pahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat akan
melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip tersebut adalah :
1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin
2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
3) SWOT (Strength/ Kekuatan, Weaknesses/ Kelemahan, Opportunity/
Kesempatan, Threat/Ancaman) sebagai dasar berpijak
4) Upaya emperis dan sistematik
5) Ikuti prinsip SMART (Specifik/ khusus, Mangable/ dapat dikelola,
Acceptable/ dapat diterima dan Achievable/ dapat dipercaya, Realistik/
operasional, Time-bound/ diikat oleh waktu) dalam perencanaan.
Bagi peneliti pemula, sangat di sarankan untuk melakukan penelitian
kolaborasi, yaitu penelitian yang dilakukan bersama-sama atau berpasangan.3
Dalam melakukan kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan kelas
adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan
terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang
sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 1 orang
1
Prof. Suharsimi Arikunto DKK, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara 2010),
Cet ke 10, H. 3
2
Ibid., h. 6-8
3
Ibid., h. 22
55
guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia
adalah seorang guru dan ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti.4
2. Desain Intervensi Tindakan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini kegiatan
pembelajarannya berbentuk siklus dengan setiap siklus terdiri atas 4 komponen
kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada
setiap pelaksanaannya ke-4 komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara
terus menerus pada setiap siklus.
C. Subjek Tindakan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Pembangunan
Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan. Kotabaru. Kabupaten Karawang,
yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan. Sedangkan, subjek pendukung penelitian adalah guru mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Sejarah Indonesia kelas X yang
melakukan tindakan terhadap siswa.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian.
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai peneliti, guru
mata pelajaran sejarah sekaligus sebagai wali kelas yang berperan langsung
dalam pembelajaran dengan menggunakan pemanfaatan Media Dongeng atau
Cerita serta media audio visual video pembelajaran di kelas X SMK
Pembangunan Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten
Karawang.
E. Tahapan Intervensi Tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang saling
keterkaitan. Untuk lebih jelasnnya, berikut rincian siklus yang akan
dilaksanakan :
Pada siklus 1 tindakan yang dilakukan adalah :
4
Ibid., h.17
56
1) Rencana (Plan), pelaksanaan PTK mencakup beberapa kegiatan, yaitu :
a) Menetapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi
Pembelajaranyang akan dicari alternatif pemecahannya.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran lebih terarah dan
terpogram guna tercapainya tujuan pembelajaran.
c) Menyiapkan kertas kosong A4 dan membagi kelompok
d) Menyusun instrument penelitian untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan berupa lembar observasi guru dan siswa.
e) Memberikan informasi kepada observer (guru mata pelajaran IPS) dan
rekan sejawat yang membantu dalam penelitian ini untuk mengamati
jalannya pelaksanaan tindakan sesuai dengan instrumen-instrumen yang
ada
f) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap proses dan hasil
pada pelaksanaan tindakan yang berlangsung.
2) Tindakan (Act), tindakan PTK merupakan implentasi atau penerapan
tindakan yang sesuai skenario pembelajaran (RPP).
a) Menerapkan media dongeng yang telah disusun dalam RPP pada materi
Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan
Budha).
b) Pada akhir pembelajaran mengadakan evaluasi.
3) Observasi (Observe), kegiatan yang dilakukan pada tahap oservasi tindakan
adalah :
a) Observasi dan pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b) Observasi
dan
pengamatan
aktivitas
guru
menerapkan
media
pembelajaran dongeng/ bercerita.
c) Observasi, pengamatan, kerjasama dan kreatifitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan media dongeng.
4) Refleksi (Reflect), kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah :
a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi
evaluasi mutu, jumlah, dan waktu dari setiap tindakan.
57
b) Melakukan pertemuan dengan guru untuk membahas hasil evaluasi
tentang skenario pembelajaran.
c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
pada siklus berikutnya.
d) Evaluasi tindakan 1.
Pada siklus 2 tindakan yang dilakukan adalah :
1) Rencana (Plan), Rencana pelaksanaan PTK pada siklus 2 mencakup
beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Menetapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Materi
Pembelajaran yang akan dicari alternatif pemecahannya.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman
pelaksanaan pembelajaran agar proses pembelajaran lebih terarah dan
terpogram guna tercapainya tujuan pembelajaran.
c) Menyiapkan kertas kosong A4 dan membagi kelompok
d) Menyusun instrument penelitian untuk mengumpulkan data-data yang
diperlukan berupa lembar observasi guru dan siswa.
e) Memberikan informasi kepada observer (guru mata pelajaran IPS) dan
rekan sejawat yang membantu dalam penelitian ini untuk mengamati
jalannya pelaksanaan tindakan sesuai dengan instrumen-instrumen yang
ada
f) Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap proses dan hasil
pada pelaksanaan tindakan yang berlangsung.
2) Tindakan (Act), tindakan PTK merupakan implentasi atau penerapan
tindakan yang sesuai skenario pembelajaran (RPP).
a) Menerapkan media dongeng yang telah disusun dalam RPP pada materi
Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan
Budha).
b) Pada akhir pembelajaran mengadakan evaluasi.
3) Observasi (Observe), observasi pada siklus 2 terdiri dari pengumpulan dan
analisis data tindakan kedua.
a) Observasi dan pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
58
b) Observasi
dan pengamatan aktivitas
guru
menggunakan media
pembelajaran dongeng/ bercerita.
c) Observasi dab pengamatan kerjasama dan kreatifitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan media dongeng.
4) Refleksi (Reflect), kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi siklus II
adalah evaluasi tindakan kelas. Jika pada kenyataanya hasil dari ke-2 siklus
tersebut, masih kurang untuk meningkatkan pemahaman siswa, maka akan
dilakukan siklus III, dan seterusnya. Model penelitian yang digunakan
adalah model spiral dari Kemmis dan Taggrat yang dikutip oleh Rochiati
Wiriatmadja.
REFLEKSI
PLAN
OBSERVE
ACTION
REFLEKSI
PLAN
OBSERVE
ACTION
Bagan 2
Model Desain Kemmis & Mc Taggart
F. Data dan Sumber Data.
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang berupa angka-angka (golongan)
maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk, tinggi, rendah, dan
sebagainya.
Jenis data dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas. penelitian
tindakan kelas yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
59
secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan
guru yang di lakukan oleh siswa5.
G. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik non tes yang
terdiri atas observasi, tes yang terdiri atas observasi, rekaman vidio dan dan
foto. Uraian masing-masing teknik tersebut di jelaskan lebih rinci dibawah ini :
1) Observasi
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematika dari
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan
data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena (kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan
yang telah dirumuskan.
Observasi yang dilakukan observer ini adalah untuk melihat aktivitas
siswa dan guru serta untuk merekam dan memotret jalannya pembelajaran
sesuai skenario pembelajaran.
2) Lembar Observasi
Pada alat pengumpulan data berupa observasi ini menggunakan lembar
observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam belajar, menilai
keprofesionalan guru dalam mengajar dan kefektifan model pembelajaran yang
digunakan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi
karena peneliti akan mengukur perilaku manusia, proses kerja serta gejala
alam.
3) Angket
Angket merupakan instrumen pengumpul data penelitian berupa sejumlah
pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada subyek penelitian.
Pengambilan angket ditujukan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar
siswa. Daryanto mengatakan dengan kuisioner ini orang dapat diketahui
tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya
dan lain-lain. Maksud dari pendapat di atas angket mampu mengukur tentang
5
Ibid, H. 3
60
pribadi, perasaan, kebiasaan, pengalaman, dan pendapatnya. Data primer
adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau
yang memakai data tersbut. Dalam penelitian ini peneliti mengambil langsung
data yang akan digunakan, berdasarkan teori peneliti menggunakan data primer
sebagai data yang dipakai dalam penelitian ini. Pengambilan data primer yang
menggunakan angket ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan para siswa
dengan pembelajaran yang akhir-akhir ini mereka rasakan, dalam hal ini
pembelajaran sejarah yang menggunakan media dongeng atau cerita. Angket
terdiri 11 butir pernyataan dengan penyebaran beberapa pernyataan positif dan
negatif.
4) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang langsung di tunjukan
pada subjek penelitian, namun melalui dokumentasi merupakan ciri dengan
proses sistematis, proses yang di arahkan untuk menggeneralisasikan,
memanifestasikan dan mengikuti aturan tertentu. Proses sistematis, obyektif
yang di gunakan untuk mengkaji masalah yang berkenaan dengan hubungan
antar variabel dengan cara mengumpulkan dan menganalisis keterangan atau
informasi yang sesuai dengan lingkup batasan kajian, merupakan hakikat dari
penelitian. Salah satu sumber informasi untuk penelitian dapat diperoleh
melalui keterangan yang terdapat dalam dokumentasi.
5) Tes
Tes menggunakan instrumen soal untuk mengukur hasil belajar siswa.
Adapun bentuk tes dapat dilihat dari bentuknya yang terbagi menjadi dua yaitu:
a) ”Tes obyektif, istilah obyektif adalah tidak adanya faktor lain yang
mempengaruhi proses pemeriksaan pekerjaan test”. Dengan artian tes
obyektif telah memiliki jawaban yang pasti dan tidak dapat diubah-ubah
semaunya. Hal ini hanya memungkinkan siswa untuk menjawab soal
dengan satu jawaban saja, sehingga siswa tidak memiliki kebebasan
mengeluarkan pendapat dalam menjawab soal. Ini sejalan dengan pendapat
Cece Rahmat dan Didi Suherdi, bahwa dalam tes obyektif, siswa tidak
mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri,
61
karena alternatif-alterntif jawabannya sudah disediakan, kecuali dalam tes
isian dan jawaban singkat, dan siswa tinggal memilih jawaban mana yang
paling tepat. Berdasarkan penjelasan di atas bentuk tes obyektif dapat
berupa pilihan ganda, mencocokan, dan benar salah.
b) Tes subyektif, istilah subyektif di sini diartikan sebagai adanya faktor
lain di luar kemampuan testi dan perlengkapan instrumen tes yang
mempengaruhi proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor/nilai.
Bentuk tes ini memiliki keunggulan yaitu tes ini mampu menggambarkan
kemampuan siswa yang sebenarnya karena menuntut siswa agar berpikir
secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi untuk
mengaitkan fakta-fakta yang relevan. Tes ini diberikan untuk tes hasil
belajar matematika siswa pada siklus I dan II.
6) Pilihan Ganda
Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes pilihan ganda yang dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu tes
yang pilihan jawabannya sudah tertera dala soal tersebut. Dalam hal ini
bertujuan untuk mengukur pemahaman serta ketelitian siswa dalam menjawab
setelah dilakukannya suatu pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan hasil
belajar dalam peningkatan pemahamannya pada pelajaran IPS tiap siklus dan
dan seluruh siklus, diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir
siklus baik itu siklus I samapai dengan siklus II dan dari hasil posttest.
Alat elektronik yang digunakan adalah HP,dan Tab atau Kamera digital
untuk memudahkan proses pengamatan.
7) Catatan Harian
Pada alat pengumpulan data berupa catatan harian ini menggunakan
lembar catatan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses belajar
mengajar. Kejadian-kejadian yang dicatat akan dijadikan alat bukti, dan
sebagai acuan untuk melakukan tidakan pada penelitian ini. Diharapkan dengan
catatan harian ini mampu memperkuat dan menjabarkan informasi yang
62
didapat dari penelitian secara jelas dan transparan. Catatan harian ini diisi oleh
peneliti, dan dikoreksi oleh observer.
H. Teknik Keterpercayaan Study.
Sebelum instrument pengumpulan data tersebut dijadikan sebagai
instrument penelitian dilakukanterlebih dahulu uji coba kepada responden yang
berada diluar subject yang sudah ditetapkan. Uji coba tersebut dimaksudkan
sebagai syarat validitas dan reliabilitas instrument. Uji validitas, reliabilitas,
dan tingkat kesukaran soal tes objektif, jika diuraikan :
1. Uji Validitas
Menurut Pengujian Scarvia B. Anderson dalam bukunya yang berjudul
Encyclopedia of Educational Evaluation yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto
mengatakan A test is valid if it measures what it purpose to measure. yang
artinya bahwa suatu tes dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sebelum menentukan suatu instrumen itu layak diuji atau
tidak penelitian perlu melakukan uji validitas terlebih dahulu. Pada penelitian
tindakan kelas ini validasi instrumen tes hasil belajar, angket, lembar observasi
dan catatan harian dilakukan dengan cara meminta penilaian kepada para ahli
dibidang pendidikan berkenaan dengan content, kisi-kisi, kata per kata serta
letak tata gambar pada alat pengumpulan data, dalam hal ini dilakukan oleh
dosen pembimbing. Untuk menguji validitas instrumen tes hasil belajar siklus
I, dan II menggunakan Korelasi
Poin biserial6, yang akan dikorelasikan
dengan r tabel di mana n = 35 yaitu 0,334 ≈ 0,33 dan taraf signifikansi 5%, di
mana n merupakan banyaknya subjek. Rumusnya sebagai berikut :
rpbis
Mp
Mt
St
p
q
Keterangan:
rpbis
: Koefisien Korelasi Poin Biserial
Mp
: Rata-rata skor subjek-subjek yang menjawab benar
6
Hal.64
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
63
Mt
: Rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh subjek)
St
: Standar deviasi skor total
p
: Proporsi subjek yang menjawab betul item pilihan
q
:1 p
Di mana rumus standar deviasi7 menggunakan rumus:
St
n
X i2
n n
Xi
2
1
Setelah diperoleh nilai rpbis , dan nilai ini dibandingkan dengan nilai rtabel
dengan taraf signifikan
0,05 . Adapun kriteria pengujian uji coba validitas
butir soal adalah sebagai berikut:
a. Jika rpbis
rtabel maka butir soal valid.
b. Jika rpbis
rtabel maka butir soal tidak valid.
Berdasarkan hasil analisis validitas dari instrumen yang telah diuji cobakan
pada 35 siswa.
Setelah dilakukan uji coba instrumen di SMK Pembangunan Global maka
didapat hasil, berikut ini hasil interpretasi validitas uji coba instrumen hasil
belajar Sejarah siswa pada siklus I:
Tabel 3.2
Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar
Sejarah Siswa Pada Siklus I:
7
No
1
rhitung
0,343
rtabel
2
0,416
Valid
3
0,564
Valid
4
0,455
5
0,632
Valid
6
0,377
Valid
7
0,360
Valid
8
0,524
Valid
0,334
Status
Valid
Valid
Sudjana. Metode Statistika. (Bandung : Tarsito. 2005) hlm. 94
64
9
0,434
Valid
10
0,420
Valid
11
0,422
Valid
12
0,556
Valid
13
0,450
Valid
14
0,422
Valid
15
0,418
Valid
16
0,372
Valid
17
0,089
Drop
18
0,632
Valid
19
-0,075
Drop
20
0,430
Valid
21
-0,206
Drop
22
-0,028
Drop
23
0,596
Valid
24
0,352
Valid
25
0,467
Valid
26
0,435
Valid
27
0,574
Valid
28
0,490
Valid
29
0,337
Valid
30
0,532
Valid
31
0,438
Valid
32
0,350
Valid
33
0,359
Valid
34
0,032
Drop
35
0,405
Valid
Berdasarkan perhitungan validitas soal pada uji coba instrumen siklus I
didapatkan 30 butir soal valid dan 5 butir soal tidak valid. Sehingga soal yang
65
akan digunakan untuk mengukur hasil belajar sejarah siswa pada kelas sampel
yang valid. Berikut ini hasil interpretasi validitas uji coba instrumen hasil
belajar sejarah siswa pada siklus II:
Tabel 3.3
Hasil Interpretasi Validitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar
Sejarah Siswa Pada Siklus II:
No
1
2
3
rhitung
0,259
0,345
0,123
rtabel
Status
Drop
Valid
Drop
4
0,308
Drop
5
0,535
Valid
6
0,474
Valid
7
0,504
Valid
8
0,538
Valid
9
0,372
Valid
10
0,433
Valid
11
0,461
Valid
12
0,521
Valid
0,334
13
0,371
14
0,369
Valid
15
0,383
Valid
16
0,452
Valid
17
0,396
Valid
18
0,464
Valid
19
0,352
Valid
20
0,546
Valid
21
0,369
Valid
22
0,523
Valid
23
-0,063
Drop
24
0,543
Valid
Valid
66
25
0,488
Valid
26
0,461
Valid
27
0,405
Valid
28
0,384
Valid
29
0,043
Drop
30
0,452
Valid
Berdasarkan perhitungan validitas soal pada uji coba instrumen siklus II
didapatkan 25 butir soal valid dan 5 butir soal tidak valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Dalam sebuah tes, validitas itu penting dan reliabilitas itu perlu karena
suatu tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya sebuah tes yang valid
biasanya reliabel, oleh karena itu jika sudah mengetahui instrumen soal mana
saja yang valid, maka tahap selanjutnya adalah tahap mengukur reliabilitas
pada sekumpulan butir soal yang telah terbukti valid.
Reliabilitas instrumen berhubungan dengan keajekkan suatu tes. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan 1 kelas yang berbeda untuk uji instrumen.
Jadi reliabilitas dilakukan untuk setiap uji coba yang dilakukan agar
mendapatkan instrumen yang sesuai dan layak untuk diujikan kepada subyek
penelitian. Perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II ini rumus yang
digunakan peneliti adalah rumus Kuder - Richardson (K-R.20)8, rumusnya
yaitu:
r11
st 2
k
k
1
pi qi
st 2
Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas
k
: Jumlah soal
pi : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi
8
: Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
Erman Suherman. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. (Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1993) hlm.160
67
st2 : Varians dari skor total
Setelah diperoleh nilai r11 , dan nilai ini dibandingkan dengan nilai rtabel
dengan taraf signifikan
0,05 . Adapun kriteria pengujian uji coba
reliabilitas butir soal sebagai berikut :
a. Jika r11 > rtabel maka butir soal reliabel.
b. Jika r11 ≤ rtabel maka butir soal tidak reliabel.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji reliabilitas pada siklus I yang
= ℎ
diperoleh pada uji coba instrumen
11
= 0,873 dan nilai
0,334. Sehingga diperoleh ℎ
= 0,873 > 0,334 =
=
. Berdasarkan
hasil perhitungan analisis uji reliabilitas pada siklus II yang diperoleh pada uji
coba instrumen, diperoleh
Sehingga diperoleh ℎ
11
= ℎ
= 0,853 dan nilai
= 0,853 > 0,36 =
= 0,334.
. Dapat disimpulkan
bahwa uji coba instrument siklus I dan II reliabel. Berikut ini merupakan
rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas pada siklus I dan siklus II.
Tabel 3.4
Hasil Interpretasi Reliabilitas Uji Coba Instrumen Hasil Belajar
Sejarah Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Siklus
Kemampuan
I
Hasil Belajar
0,873
Sejarah
0,853
II
Kriteria
Kategori
Sangat Tinggi
0,334
Reliabel
Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 3.5 diperoleh bahwa soal yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar sejarah siswa pada siklus I dari total 35 soal yang
diujikan valid 30 soal. Sedangkan dari siklus II dari total 30 soal yang diujikan
25 valid. Reliabilitas pada Siklus I tergolong tinggi dengan perolehan
0,873 > 0,334 =
ℎ
=
, dan pada siklus II tergolong tinggi dengan perolehan
= 0,853 > 0,334 =
. Jadi dapat disimpulkan bahwa soal layak
diujikan kepada siswa dikelas X SMK Pembangunan Global.
I. Analisis Data.
ℎ
68
Pengolahan dan analisis data yang dimaksud adalah untuk mengolah data
mentah berupa hasil penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna.
Penafsiran data tersebut antara lain untuk menjawab pertanyaan pada rumusan
masalah.
1) Untuk mengetahui keterlaksanaan media pembelajaran tipe Dongeng/
Bercerita yang meliputi aktivitas guru dan siswa.
Teknik analisis datanya dilakukan dengan cara dihitung dan dipaparkan
secara sederhana hasil analisis lembar observasi setiap siklus. Kemudian dirataratakan dan di presentasikan ke dalam grafik sederhana. Presentasi dihitung
dengan persamaan :
Presentase
Skor hasil observasi
x100
Skor total
Tabel 3.5
Interpretasi Keterlaksanaan
Presentase (%)
Bobot
Kategori
≤54
0
Sangat Kurang
55-59
1
Kurang
60-75
2
Sedang
76-85
3
Baik
86-100
4
Sangat Baik
Sumber : (Purwanto, 2009:103)
2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah
pada siklus.
Ketercapaian individu
Katercapaian klasikal =
jumlah jawaban benar yang dicapai oleh siswa
x100
Jumlah soal
Jumlah siswa yang tuntas
x100
Jumlah seluruh siswa
3) Untuk mengetahui nilai rata-rata peningkatan pemahaman siswa dalam
pembelajaran Sejarah pada setiap siklus dan akhir siklus.
Adapun untuk mengetahui nilai rata-rata peningkatan pemahaman siswa di
gunakan rumus :
69
Rata-rara peningkatan kemampuan belajar siswa =
Jumlah skor total siswa
x100
Jumlah seluruh siswa
Tabel 3.6
Interpretasi Hasil Belajar
No
Presentase Hasil Belajar
Kategori
1
<70%
Kurang
2
70-79%
Cukup
3
80-89%
Tinggi
4
90-100%
Sangat Tinggi
(Sumber : Adi Suryanto, 2008: 47)
J. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan.
Proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan Media Dongeng
dalam pembelajaran IPS (Sejarah) Pada Materi
Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) berlangsung beberapa
pertemuan. Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini
dilakukan dengan memperhatikan pedoman observasi kegiatan pembelajaran
yang telah disiapkan sebelumnya dan untuk memperoleh gambaran
pembelajaran media dongeng atau cerita serta sesuai tidak langkah-langkah
model pembelajaran dan proses pembelajaran yang berlangsung dengan media
dongeng atau cerita di dalam kelas yang dilakukan peneliti sebagai observer.
Penelitian ini dilakukan secara individu yang dimana peneliti (Observer), guru
(Guru Model), dan siswa (Dokumentasi). Observasi ini fokus untuk aktivitas
guru dan siswa.
Mengenai aktivitas guru dan siswa berdasarkan hasil data observasi yang
telah dilakukan interaksinya berlangsung dengan cukup baik. Proses
pembelajaran pun dilaksanakan sesuai dengan media dongeng yang
berlangsung selama beberapa pertemuan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan
dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan materi.
70
Tahapan yang dilakukan oleh guru adalah memberikan materi tentang
Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
setelah menerangkan guru memberikan contoh cara pembelajaran media
dongeng di papan tulis di hubungkan dengan materi yang diberikan guru.
b. Pengelompokkan.
Guru membentuk pengelompokkan peserta satu kelas terdiri dari 5
kelompok, setiap kelompok memiliki 6 sampai 7 peserta. Pengelompokkan ini
tidak berdasarkan tingkat kepintaran, status sosial, agama, suku, warna kulit,
maupun lainnya. Pengelompokkan ini semua siswa dianggap sama tidak
memiliki perbendaan apapun. Kemudian guru memberikan bahan ajar dan
contoh media dongeng kepada masing-masing kelompok, tiap satu kelompok
di berikan contoh bercertita atau berdongeng. Walaupun siswa didik dibagi
menjadi kelompok namun diharapkan dalam pembuatan tugas secara
bekerjasama, masing-anggota kelompok memiliki tugasnya masing-masing dan
tidak ada yang mengandalkan. Disini guru membebaskan siswa dalam
pembuatan cerita atau dongeng dan tidak membatasinya dalam pembuatan
Cerita atau Dongeng tetai tetap dalam pengawasan guru sehingga timbul
kreatifitas pada diri siswa. Setelah selesai guru meminta perwakilan dari
masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
yang telah ada.
c. Guru memberikan tugas (Buku Paket).
Pada tahap ini Guru memberikan tugas buku paket dalam BAB II, untuk
dikerjakan perkelompok. Pada buku paket ini karena tidak adanya LKS, maka
guru memberikan tugas pada BAB II dalam buku paket yang terdiri dari
beberapa materi dan di bagi menajdi beberapa pertemuan, dikerjakan setelah
proses pengelompokkan pembuatan media dongeng atau cerita.
d. Kesimpulan.
Setelah semua kegiatan terlaksana, maka siswa dan guru menyampaikan
kesimpulan dari materi yang diberikan. Dengan adanya kesimpulan tersebut
guru dapat menilai apakah pembelajaran yang dilaksanakan berhasil diserap
oleh peserta didik.
71
K. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning berjalan sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa hingga mencapai
kualifikasi yang ditentukan sebagai berikut:
a. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ideal adalah 75.
b. Persentase kelulusan ideal adalah 75%.
3. Adanya peningkatan nilai rata-rata dari sebelum siklus, siklus I, dan siklus II
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah.
SMK Pembangunan Global adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang
didirikan oleh sebuah yayasan, yang bernama “Yayasan Sartika Putri”. Pada
tahun
2009
dengan
izin
Bupati
Karawang
dengan
No.
421.3/kep.747.HUK/2010 dan Akreditasi „B‟ dengan nilai akreditasi, sekolah
ini beralamat di Jl. Sukatani Barat No. 99, Pangulah Utara Kecamatan
Kotabaru Kabupaten Karawang 41374. Dengan No. Telepon (0264) 2654 499/
082114795500. Homepage : http://smkpege.blogspot.com , dan Email :
[email protected]. Disertai beberapa jurusan diantaranya
adalah :
1. Bidang Studi Keahlian : Teknologi dan Rekayasa, dengan Kompetensi
Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Komputer Jaringan.
2. Bidang Studi Keahlian : Bisnis Manajemen, dengan Kompetensi
Keahlian : Administrasi Perkantoran.
Lokasi sekolah berada di dalam pemukiman warga tidak ada angkot yang
lewat tepat depan sekolah, jarak dari sekolah ke jalan raya yang dilalui angkot
kurang lebih 100 meter. Untuk mengakses sekolah ini dapat menggunakan
kendaraan pribadi atau berjalan kaki. Kelas X terdiri dari 3 kelas, kelas XI
terdiri dari 2 kelas dan kelas XII terdiri dari 2 kelas, ukuran ruang kelas cukup
luas sehingga cukup nyaman untuk proses belajar mengajar. Peneliti mengajar
di kelas X, yang mempunyai 102 siswa, karena beberapa siswa keluar atau
pindah sekolah, siswa sekarang menjadi beberapa siswa. 38 siswa di kelas X
dimana guru sebagai peneliti mengajar terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23
siswa perempuan. Di kelas X mempunyai 1 papan tulis biasa, LCD, kipas
angin, serta sound system. Kelas di penuhi dengan karya-karya siswa yang
ditempel di dinding kelas. Kelas X terletak di depan gedung sekolah yang
bersebelahan dengan gedung sekolah SD Sartika Putri. Keadaan kelas cukup
72
73
memadai diantaranya papan tulis yang besar ditambah dengan meja dan lemari
penyimpanan dalam keadaan baik, begitu pula kondisi meja dan kursi yang
tersedia.
1. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pembangunan Global
a) Visi SMK Pembangunan Global
1) Beriman dan bertakwa.
2) Berbudi luhur.
3) Mengedepankan pendidikan.
4) Mengedepankan Prestasi baik pendidikan maupun olahraga.
b) Misi SMK Pembangunan Global
1) Menjadikan siswa penerus bangsa Indonesia yang berkualitas dan
berbudaya.
2) Menjadikan siswa penerus bangsa yang sehat dan berpendidik.
3) Menjadikan siswa penerus bangsa Indonesia yang jujur dan
berprestasi.
c) Tujuan SMK Pembangunan Global
Menyiapkan siswa yang kreatif, handal, terampil, disiplin, berbudaya,
dan berprestasi serta mampu mengembangkan diri dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
2. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan.
Salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan dalah seorang
guru. Dimana, guru memerankan peran sebagai sutradara atau aktor yang
memegang kendali atas berlangsungnya proses belajar mengajar. Sedangkan,
jumlah tenaga kependidikan di SMK Pembangunan Global berjumlah 32
termasuk Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan, Wakil Kepala
Sekolah Kurikulum, TU (Tata Usaha), Bendahara, dan 27 guru pengajar mata
pelajaran sesuai bidangnya.
3. Keadaan Siswa.
Jumlah siswa SMK Pembangunan Global pada tahun ajaran 2015/2016
secara keseluruhan berjumlah 209 siswa.
4. Sarana dan prasarana.
74
Sarana dan Prasarana merupakan sesuatau yang diadakan sekelompok
manusia sebagai penunjang proses pendidikan dagar dapat memberikan
kontribusi secara efesien dan optimal bagi jalannya proses belajar mengajar
dalam dunia pendidikan. Adapun sarana dan prasarana di SMK Pembangunan
Global adalah sebagai berikut ; Ruang Kelas : 9, Komputer : 12, Ruang Kepala
Sekolah: 1, Ruang Yayasan : 1, Ruang Guru : 1, Ruang Tu : 1, Papan Tulis :
10, Lab Komputer : 1, Toilet Guru : 1, Toilet Siswa : 2 dan semua dalam
keadaan baik.1
B. Deskripsi Data.
1. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan
Media Dongeng Pada Setiap Siklus.
a. Pra Penelitian.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdri dari dua siklus, dan
sebelum memulai siklus tim peneliti melakukan observasi secara
mendalam pada sampel yang akan di teliti. Siklus satu di bagi menjadi dua
pertemuan begitu pula siklus kedua, hal ini di lakukan karena materi yang
di ajarkan terbilang sedikit. Observasi di dasarakan pada hasil belajar
sejarah siswa dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung, penyebab
nilai sejarah siswa masih di bawah KKM, serta melihat motivasi siswa
dalam belajar di kelas.
Ketika
peneliti
melaksanakan
observasi
awal
dengan
cara
memperhatikan tingkah laku siswa saat belajar sejarah, banyak hal-hal
yang menjadi bahan acuan peneliti untuk mencari solusi sehingga saat
penelitian kelas bisa kondusif. Hal-hal tersebut antara lain, konsentrasi
siswa sering terganggu karena adanya gangguan dari luar kelas, motivasi
siswa yang rendah ketika mengerjakan soal latihan bahakan sering mereka
mengerjakan soal seadanya, dan model pembelajaran yang digunakan
cenderung
1
membosankan.
Sumber Hasil Penelitian 2015.
Berkenaan
dengan
masalah
model
75
pembelajaran, judul yang di angkat oleh peneliti sudah tepat karena
berkaitan dengan model pembelajaran.
Hasil belajar siswa terutama bidang studi sejarah kelas X masih relatif
rendah karena masih terdapat siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM. Hal ini juga diperkuat oleh hasil belajar siswa pada saat ulangan
harian pada materi garis dan sudut yang menunjukkan bahwa hasil
belajarnya masih rendah. Berdasarkan hasil ulangan tersebut, dari 35 siswa
yang mengikuti ulangan diperoleh hasil dengan persentase perolehan
sebesar 75% yang mencapai KKM, sedangkan 25% belum mencapai KKM
Ideal
Berdasarkan gambar 4.1 siswa terdapat 16 siswa yang belum
mencapai KKM. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa perlu
adanya perbaikan pembelajaran sehingga disepakati dan diputuskan untuk
melaksanakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar
lebih aktif dan kreatif dalam meningkatkan pembelajarannya yaitu dengan
menggunakan media dongeng atau bercerita.
Setelah melakukan pra penelitian, proses pembelajaran siklus pertama
dilakukan yang terdiri dari empat kali pertemuan dilaksanakan pada
tanggal 12 Mei, dan 13 Mei 2015. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal
20 Mei, dan 26 Mei 2015. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa
hasil belajar siswa kelas X SMK Pembangunan Global dengan KKM yang
harus dicapai 75 setelah mengikuti proses pelajaran Sejarah dengan
menggunakan media dongeng atau bercerita.
Tabel 4.1 Observasi Awal
No
1
2
3
4
Instrumen Observasi Awal
Sangat Antusias
Sedang
Biasa Saja
Tidak Antusias
Jumlah
Jumlah Siswa
5
10
8
12
35
Presentase
14,3
28,6
22,8
34,3
100
76
Dalam bentuk grafik batang, data tersebut di atas dapat disajikan
seperti gambar grafik 4.1 berikut ini:
Gambar Grafik 4.1
Observasi Awal
Presentase
Sangat Antusias
Sedang
5
12
Biasa Saja
10
Tidak Antusias
8
b. Deskripsi Siklus I
Siklus pertama terdiri atas 4 tahap yakni perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi seperti berikut ini :
1) Perencanaan.
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mengacu
kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran IPS (Sejarah) untuk kelas X dengan Standar Kompetensi adalah
menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya
agama dan kebudayaan Hindu-Budha di indonesia dan menganalisis
karakteristikk kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan
pada masa kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia.
b) Pembuatan lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Pembuatan lembar observasi terdiri dari 2 yaitu lembar observasi
untuk aktivitas siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru. Lembar
observasi untuk guru dibuat berdasarkan langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan media dongeng atau cerita. Sedangkan , lembar observasi
untuk siswa dibuat berdasarkan kegiatan atau aktivitas apa saja yang
77
harus dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran media
dongeng atau cerita.
c) Menyiapkan media pembelajaran
Dalam hal ini peneliti menggunakan media pembelajaran dongeng
atau cerita. Pemilihan media tersebut dikarenakan media tersebut sangat
sesuai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan model dongeng
atau cerita. Kemudian disini guru menulis dan mencoNtohkan dengan
menggunakan spidol dengan warna warni dengan tema (Kata Kunci)
Jalur Perdagangan dan Pelayaran serta Masuknya Pengaruh HinduBuddha di Kepulauan Nusantara yakni Indonesia , tema tersebut adalah
materi yang telah diterangkan dan sedang di bahas oleh guru.
d) Menyipakan instrument berupa test
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan
ganda (multi choice) yang terdiri dari 35 soal. Tes tersebut dilakukan
sesudah pelajaran berlangsung.
2) Tindakan.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin, selasa
dan kamis pada tanggal 28,29, dan 1 September 2015 pada pukul 10.0011.10,
07.00-09.40,
dan
07.00-12.20.
kegiatan
pembelajaran
menggunakan media dongeng atau cerita untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam meningkatkan pemahamannya yang mengacu pada
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat. Peneliti
merupakan seorang guru yang merupakan wali kelas X dan peneliti
sebagai observe.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus I meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi :
1) Guru mengucapkan salam dengan kata yang santun pada saat
membuka pelajaran.
2) Guru mengabsen siswa dengan suara yang jelas.
3) Guru menanyakan kabar kepada siswa.
78
4) Guru mengulang kembali pelajaran yang telah lalu secara sepintas.
5) Guru mengharapkan siswa memahami materi Pedagang, Penguasa,
dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) setelah
pembelajaran ini selesai.
Setelah kegiatan awal selesai, maka guru melakukan kegitan inti.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan aturan main dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2) Guru menjelaskan materi tentang BAB II ini.
3) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan
materi pelajaran.
4) Siswa memperhatikan guru yang sedang membuat contoh dongeng
atau cerita.
5) Guru tidak membatasi siswa dalam pembuatan media dongeng atau
cerita membebaskan dalam pembuatannya tetapi tetap dalam
pengawasan guru.
6) Setelah selesai, perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk kedepan
kelas mempresentasikan hasil pekerjaannya dan kelompok lain
memperhatikan apa yang dibicarakan oleh temannya di depan kelas.
7) Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani maju ke depan
kelas.
Setelah kegiatan inti selesai, maka guru melakukan kegiatan akhir.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama
dengan siswa.
b) Guru memberikan penilaian bagi siswa yang bisa menjawab
dengan benar
c) Guru memberiksn hasil dari penilaian media dongeng atau cerita
kepada siswa.
3) Observasi.
a) Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
79
Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe
dongeng atau cerita dalam beberapa kelompok, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Pada Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Nama Siswa
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
∑Nilai
229
244
200
125
245
184
209
157
184
178
179
175
114
180
183
204
177
183
152
145
198
170
178
196
162
183
187
209
192
185
170
189
203
%
229%
224%
200%
125%
245%
184%
209%
157%
184%
178%
179%
175%
114%
180%
183%
204%
177%
183%
152%
145%
198%
170%
178%
196%
162%
183%
187%
209%
192%
185%
170%
189%
203%
80
34
35
A34
A35
Jumlah Keseluruhan
Rata-Rata
Presentase
206
233
6708
191,66
348,5%
206%
233%
Presentase ketercapaian aktivitas siswa dalam penerapan model
pembelajaran active learning tipe dongeng atau cerita pada siklus I
adalah sebagai berikut :
=
=
rata rata aktivitas siswa
X 100%
jumlah no item x skor maksimal
191, 66
x100%
11x5
= 3,485 x 100%
= 348,5
Berdasarkan tabel diatas, menggambarkan bahwa keterlaksanaan
aktivitas dari setiap siswa pada pembelajaran siklus I dengan
menggunakan media dongeng.
b) Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I
Selain itu, dilakukan juga pengamatan terhadap aktivitas guru ketika
proses pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai bahan acuan
guru agar terus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
bahan refleksi siklus selanjutnya. Pedoman observasi untuk guru pada
siklus I ditunjukkan dalam lembar observasi seperti berikut :
Tabel 4.3
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Diamati
Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran.
Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
Implementasi
Ya
Tidak
1
1
1
1
1
81
6
7
8
9
10
11
12
13
Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri
dari 10-11 orang
1
Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada
siswa.
1
Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran
tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa
Klasik (Hindu dan Budha)
1
Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng
atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga
pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan
keinginannya masing-masing.
1
Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas.
1
Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan
dongeng atau cerita yang cocok.
1
Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng
atau cerita.
0
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa
untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian.
1
14
Guru melakukan proses penilaian
1
15
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
0
16
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
0
Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
0
17
Jumlah
13
4
Jumlah Tahapan
17
Keterlaksanaan
75%
Kategori
Baik
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa presentase keterlaksanaan
aktivitas guru pada siklus I dalam penerapan media dongeng atau cerita
di kelas X SMK Pembangunan Global dapat di gambarkan dengan grafik
seperti gambar 4.2 berikut ini:
82
Presentase
25%
Terlaksana
Tidak Terlaksana
75%
Gambar 4.2 Observasi Aktivitas Guru Siklus I
c) Hasil belajar kognitif siswa pada siklus I
Hasil belajar kognitif siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran active learning tipe dongeng dengan
mengacu pada indikator-indikator yang tertera pada lembar tes yang telah
dikerjakan oleh siswa pada siklus I terdiri dari :
d) Ketuntasan belajar individu.
Ketuntasan belajar individu pada siklus I diketahui bahwa
1. Ketuntasan belajar klasikal.
Hasil ketuntasan belajar siswa kelas X SMK Pembangunan
Global pada pembelajaran IPS (Sejarah) deangan menggunakan
media pembelajaran dongeng atau cerita pada siklus I adalah
2. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa.
Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa dalam peningkatan
pemahaman pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama
Siswa
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
Nilai
Pretest
75
75
70
70
70
75
60
75
60
Nilai
Posttest
80
80
75
75
75
80
75
80
75
83
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
A34
A35
Jumlah
Rata-rata
60
80
75
75
75
80
75
75
75
60
60
60
80
80
60
60
60
60
60
76
70
70
70
80
70
70
2430
69,43
75
85
80
80
80
83
78
78
79
75
75
75
83
84
75
76
75
76
75
80
78
78
79
84
77
77
2735
78,14
Berdasarkan tabel diatas, rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa
pada siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran media
dongeng atau cerita yaitu 69,43 dengan interpretasi kurang.
4) Refleksi dan perencanaan ulang.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I, ada beberapa kendala atau
masalah yang perlu dicari pemecahan masalahnya agar penelitian agar
penelitian di siklus II akan lebih baik lagi. Adapun masalah-masalah atau
kendala yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut :
1) Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang
mengarah kepada pendekatan pembelajaran aktif tipe dongeng atau
84
cerita. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru
dalam kegiatan belajar mengajar yang hanya mencapai 348,5%
2) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan
model pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita. Hal ini dapat
dilihat dari dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran hanya mencapai
3) Masih ada siswa yang belum paham bagaimana media dongeng atau
cerita.
Untuk memecahkan masalah dan mengurangi kendala di atas, maka
peneliti melakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
1) Guru harus lebih menguasai lagi tentang semua tahapan pembelajaran
aktif tipe dongeng atau cerita.
2) Guru meberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif dan
kreatif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita.
Memberikan penghargaan (reward) atau apresiasi (apreciation) bagi
peserta didik yang berani tampil berpendapat di depan kelas.
c.
Deskripsi Siklus II
Sama halnya dengan siklus I, Siklus II juga terdiri dari 4 tahap, yakni
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapannya seperti
berikut ini :
1) Perencanaan.
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang lebih
mudah dimengerti oleh siswa dan mengacu kepada Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPS (Sejarah) untuk
kelas X dengan Standar Kompetensi menganalisis berbagai teori tentang
proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-buddha
di indonesia dan menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan hindu-budha
di indonesia. Adapun kompetensi dasarnya menganalisis berbagai teori
85
tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindubuddha
di
indonesia
dan
menganalisis
karakteristik
kehidupan
masyarakat, pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
b) Pembuatan lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Pembuatan lembar observasi terdiri dari 2 yaitu lembar observasi
untuk aktivitas siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru. Lembar
observasi untuk guru dibuat berdasarkan langkah-langkah yang harus
ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan media dongeng atau cerita. Sedangkan , lembar observasi
untuk siswa dibuat berdasarkan kegiatan atau aktivitas apa saja yang
harus dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran media
dongeng atau cerita.
c) Menyiapkan media pembelajaran
Dalam hal ini peneliti menggunakan media pembelajaran dongeng
atau cerita. Pemilihan media tersebut di karenakan media tersebut sangat
sesuai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media dongeng
atau cerita. Kemudian disini guru menulis dan mencotontohkan dengan
menggunakan Spidol Dengan Warna Warni dengan tema (Kata Kunci)
Jalur Perdagangan dan Pelayaran serta Masuknya Pengaruh HinduBuddha di Kepulauan Nusantara yakni Indonesia, tema tersebut adalah
materi yang telah diterangkan dan sedang di bahas oleh guru.
d) Menyipakan instrument berupa test
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan
ganda (multi choice) dan essay yang terdiri dari 30 soal. Tes tersebut
dilakukan sesudah pelajaran berlangsung.
2) Tindakan.
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari senin, selasa
dan kamis pada tanggal 12,13, dan 15 Oktober 2015 pada pukul 10.00-
86
11.10,
07.00-09.40,
dan
07.00-12.20.
kegiatan
pembelajaran
menggunakan media dongeng atau cerita untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam meningkatkan pemahamannya yang mengacu pada
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuat. Peneliti
merupakan seorang guru yang merupakan wali kelas X dan peneliti
sebagai observe.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus II meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi :
1) Guru mengucapkan salam dengan kata yang santun pada saat
membuka pelajaran.
2) Guru mengabsen siswa dengan suara yang jelas.
3) Guru menanyakan kabar kepada siswa.
4) Guru mengulang kembali pelajaran yang telah lalu secara sepintas.
5) Guru mengharapkan siswa memahami materi pedagang, penguasa,
dan pujangga pada masa klasik (Hindu dan Budha)
setelah
pembelajaran ini selesai.
Setelah kegiatan awal selesai, maka guru melakukan kegiatan inti.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan aturan main dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2) Guru menjelaskan materi pedagang, penguasa, dan pujangga pada
masa klasik (Hindu dan Budha)
3) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan
materi pelajaran.
4) Siswa memperhatikan guru yang sedang membuat contoh dongeng
atau cerita.
5) Siswa diminta untuk membentuk kelompok menajadi 5 kelompok
masing-masing terdiri dari 6-7 orang
6) Guru tidak membatasi siswa dalam pembuatan Dongeng atau Cerita
membebaskan dalam pembuatannya tetapi tetap dalam pengawasan
guru.
87
7) Setelah selesai, perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk kedepan
kelas mempresentasikan hasil pekerjaannya dan kelompok lain
memperhatikan apa yang dibicarakan oleh temannya di depan kelas.
8) Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani maju ke depan
kelas.
Setelah kegiatan inti selesai, maka guru melakukan kegiatan akhir.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama
dengan siswa.
2) Guru memberikan penilaian bagi siswa yang bisa menjawab dengan
benar
3) Guru memberiksn hasil dari penilaian media dongeng atau cerita
kepada siswa.
3) Observasi.
a) Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II
Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe
Dongeng atau Cerita dalam beberapa kelompok, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II
A1
∑Nilai
2023
%
2023%
2
A2
1005
1005%
3
A3
1504
1504%
4
A4
1696
1696%
5
A5
1542
1542%
6
A6
2161
2161%
No
Nama Siswa
1
88
7
A7
1495
1495%
8
A8
1344
1344%
9
A9
514
514%
10
A10
1585
1585%
11
A11
1886
1886%
12
A12
956
956%
13
A13
216
216%
14
A14
1562
1562%
15
A15
2145
2145%
16
A16
525
525%
17
A17
1072
1072%
18
A18
1790
1790%
19
A19
465
465%
20
A20
2503
2503%
21
A21
365
365%
22
A22
820
820%
23
A23
1170
1170%
24
A24
1272
1272%
25
A25
1623
1623%
26
A26
984
984%
27
A27
1938
1938%
28
A28
566
566%
29
A29
1690
1690%
30
A30
1830
1830%
31
A31
1550
1550%
32
A32
1670
1670%
89
33
A33
1780
1780%
34
A34
1225
1225%
35
A35
1239
1239%
Jumlah Keseluruhan
Rata-Rata
Presentase
1.390.367
39.724,77
72,227%
Presentase ketercapaian aktivitas siswa dalam penerapan model
pembelajaran active learning tipe dongeng atau cerita pada siklus II
adalah sebagai berikut :
=
rata rata aktivitas siswa
X 100%
jumlah no item x skor maksimal
=
39724, 77
x100%
11x5
= 722,27 x 100%
= 72,227
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, menggambarkan bahwa keterlaksanaan
aktivitas dari setiap siswa pada pembelajaran siklus II dengan
menggunakan media dongeng atau cerita pada umumnya terlaksana
dengan sangat baik dengan nilai rata-rata dari keseluruhan aktivitas siswa
adalah 72,227% di kategorikan berada pada kategori tinggi.
b) Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II
Berdasarkan penelitian pada siklus II yang telah di laksanakan pada
tanggal 12, 13, dan 15 oktober 2015, hasil penelitian yang dapat
dikemukakan adalah mengenai observasi terhadap kegiatan yang.
dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung melalui
lembar observasi terhadap kegiatan guru yang telah disediakan.
Tabel 4.6
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus
II
No
Aspek yang Diamati
1
Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
Implementasi
Ya
Tidak
1
90
2
3
4
Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran.
1
1
1
5
Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
1
6
Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri
dari 10-11 orang
1
7
Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada
siswa.
1
8
Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran
tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa
Klasik (Hindu dan Budha)
1
9
10
Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng
atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga
pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan
keinginannya masing-masing.
Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas.
1
1
11
Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan
dongeng atau cerita yang cocok.
1
12
Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng
atau cerita.
1
13
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa
untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian.
1
14
Guru melakukan proses penilaian
1
15
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
1
16
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
1
17
Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
1
Jumlah
17
0
Jumlah Tahapan
17
Keterlaksanaan
100%
Kategori
Sangat Baik
91
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa pada pertemuan di siklus
II seluruh tahap atau kegiatan pembelajaran sudah terlaksana semua. di
bandingkan dengan pertemuan pada siklus I, pada pertemuan siklus II ini guru
sudah memahami perannya dalam pembelajaran dengan menggunakan media
dongeng atau cerita, sehingga tidak ada satu tahap pembelajaran pun yang
terlewati dalam pelaksanaannya. hasil tersebut tergambar pula pada grafik 4.3.
Presentase
Terlaksana
100%
Gambar 4.3 Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
Grafik 4.2 diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan pada pembelajaran siklus II yang merupakan pembelajaran
pertemuan terakhir. pada pertemuan kali ini guru sudah bisa mengkondisikan
waktu, siswa dan diririnya sehingga pembelajaran pada siklus II ini semua
tahap pembelajaran bisa terlaksana.
4) Refleksi dan perencanaan ulang.
Berdasarkan hasil penelitian siklus II, beberapa kendala atau
masalah yang perlu dicari pemecahan masalahnya agar penelitian lebih
baik lagi kini dapat terselesaikan. Adapun masalah-masalah atau kendala
yang terjadi pada siklus II adalah sebagai berikut :
1)
Guru sudah terbiasa menciptakan suasana pembelajaran yang
mengarah kepada pendekatan pembelajaran aktif tipe dongeng atau
cerita. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru
dalam kegiatan belajar mengajar yang hanya mencapai 72,227%.
2)
Sebagian siswa sudah mulai terbiasa dengan kondisi belajar
menggunakan model pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita.
92
Hal ini dapat dilihat dari dari hasil observasi terhadap aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya mencapai 72,227%.
3)
Meski masih ada siswa yang belum paham bagaimana media
dongeng atau cerita. Akan tetapi, sebagian besar pula siswa sudah
terbiasa dengan media pembelajaran dongeng atau cerita.
Untuk memecahkan masalah dan mengurangi kendala di atas, maka
peneliti melakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
1) Guru harus lebih menguasai lagi tentang semua tahapan pembelajaran
aktif dongeng atau cerita.
2) Guru memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih aktif dan
kreatif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran aktif tipe dongeng atau cerita.
Memberikan penghargaan (reward) atau apresiasi (apreciation) bagi
peserta didik yang berani tampil berpendapat di depan kelas.2
2. Hasil Belajar Pembelajaran IPS (Sejarah) Dengan Menggunakan
Media Dongeng Pada Akhir Siklus.
2.1. Hasil Postest Akhir Siklus.
Dalam pembelajaran IPS (Sejarah), suatu pokok bahasan yang satu
dengan sub bahasan yang lain saling berhubungan dan merupakan satu
kesatuan. Maka untuk mengetahui kemampuan siswa dalam satu pokok
bahasan selain diadakn test setiap sub pokok bahasan (dalam penelitian
ini tes setiap siklus) dianggap perlu untuk mengadakan postest.
Adapun nilai rata-rata hasil post tes pada akhir siklus dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
1
2
Op. Cit, H. 80
Nama
Siswa
A1
Nilai
Pretest
76
Nilai
Posttest
86
93
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
A34
A35
Jumlah
Rata-rata
3.
76
80
75
75
76
75
76
77
77
83
78
80
75
83
80
77
77
75
76
75
84
85
75
76
77
77
75
78
75
75
78
83
76
77
2713
77,51
85
85
86
90
85
80
86
87
87
88
87
85
85
86
84
84
84
90
85
90
89
88
83
83
84
87
90
85
90
86
80
88
85
85
3008
85,94
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini pelaksanaan siklus dibatasi hanya sampai siklus II.
Hal ini didasarkan kepada perolehan hasil aktivitas siswa dan guru yang cukup
tinggi. Selain itu, perolehan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan
dari siklus ke siklus dan pada akhir siklus.
94
Berdasarkan siklus yang telah dilaksanakan mulai dari siklus I dan siklus
II, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung dengan aktif.
Berdasarkan siklus I rata-rata nilai aktivitas siswa hanya 348,5% sedangkan
pada siklus II mencapai 72,227% skor ideal 100 %. Dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Presentase
348,50%
Siklus I
722,27%
Siklus II
Gambar 4.4 Observasi Siklus I dan Siklus II
Selain aktivitas siswa, aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang
signifikan ke arah yang lebih baik dari siklus ke siklus. Hasil yang diperoleh
pada siklus I dengan rata-rata 75% dan 100% pada siklus II. Adapun
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus akhir
(posttest) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
4.
Analisis hasil belajar siklus I
Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus I dapat di uraikan pada
tabel berikut di bawah ini :
Tabel 4.8
Nilai hasil belajar siswa pada siklus I
No
Hasil yang di capai
Nama Siswa
Pretest
Posttest
N-Gain
Keterangan
1
Ai Siti Nurindah Sari
75
80
0,2
Rendah
2
Aisah
75
80
0,2
Rendah
3
Al Lenah
70
75
0,17
Rendah
4
Anisa Febriani
70
75
0,17
Rendah
95
5
Ayu Wahdini Retno
Handayani
70
75
0,17
Rendah
6
Cicih Trisnawati
75
80
0,2
Rendah
7
Devi Andriyani
60
75
0,4
Sedang
8
Devi Anggraeni
75
80
0,2
Rendah
9
Dian Kurniasari
60
75
0,4
Sedang
10
Doni Nuryasin
60
75
0,4
Sedang
11
Fiorenza Hendriyani
80
85
0,25
Rendah
12
Indy Fitria
75
80
0,2
Rendah
13
Indra Gunawan
75
80
0,2
Rendah
14
Mia Sumiyati
75
80
0,2
Rendah
15
Muhammad Jejen
80
83
0,15
Rendah
16
Nika Nurafni
75
78
0,04
Rendah
17
Putri Syidqia
75
78
0,04
Rendah
18
Ria Siti Rahayu
75
79
0,16
Rendah
19
Rika Maesaroh
60
75
0,4
Sedang
20
Rika Nurhasanah
60
75
0,4
Sedang
21
Rosidah
60
75
0,4
Sedang
22
Royani
80
83
0,15
Rendah
23
Sartika
80
84
0,2
Rendah
24
Sinta
60
75
0,4
Sedang
25
Siti Fatimah
60
76
0,4
Sedang
26
Siti Maryati
60
75
0,4
Sedang
27
Siti Nurlaela
60
76
0,4
Sedang
28
Siti Solehayati
60
75
0,4
Sedang
96
29
Sri Handayani
76
80
0,17
Rendah
30
Teti Kurnia
70
78
0,27
Rendah
31
Vivi Fitria
70
78
0,27
Rendah
32
Wina Nurlaila
70
79
0,3
Rendah
33
Winda Kania
80
84
0,2
Rendah
34
Windy Aulia
70
77
0,23
Rendah
35
Wiki Abadi
70
77
0,23
Rendah
Jumlah
2430
2735
9,69
Rata-rata
69,43
78,14
0,28
Rata-rata Rendah
0,68
Rata-rata Sedang
0,314
Rata Tinggi
-
RUMUS N- GAIN
N-Gain = Nilai Pos Test- nilai Pre Test
Nilai Ideal – Nilai Pre Tast
Tabel.4.9
Keterangan Nilai Presentase
Presentase
0,1-0,3
0,4-0,5
0,5-1,00
Keterangan
Rendah
Sedang
Tinggi
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 16
Jumlah siswa yang belum tuntas
: 19
97
Skor Pre Test
: 2430
Rata-rata SkorTercapai
: 69,43
Skor Post Test
: 2735
Rata-rata Skor Tercapai
: 78,14
Prosentase Ketuntasan
: 75%
N-Gain
: 9,69
Klasikal
: Belum tuntas
Tabel. 4.10
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
1
2
3
4
Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
N-Gain
Hasil Siklus I
70
16
75%
9,69
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif
siswa mengalami perbaikan dan peningkatan. Hal ini juga diperkuat dengan
pendapat yang dikemukakan bahwa strategi pembelajaran yang aktif dalam
proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan
konsep baru atau mengahasilkan suatu karya. Dengan pembelajaran aktif
menggunakan media dongeng atau cerita menjadi kreatif dan dapat berpikir
serta mengingat dengan lebih baik sehingga terjadi suatu peningkatan hasil
pembelajaran dari setiap siklusnya. Berikut dapat disimpulkan dengan grafik
dibawah ini :
Presentase
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2430
2735
Presentase
9,69
Pretest
Postest
N-Gain
98
Gambar 4.5 Perhitungan Hasil Belajar Siklus I
5.
Analisis Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II dapat di uraikan pada tabel
berikut di bawah ini :
Tabel 4.11
Nilai hasil belajar siswa pada siklus II
Hasil yang di capai
No
Nama Siswa
Pretest
Posttest
N-Gain
Keterangan
1
Ai Siti Nurindah Sari
76
86
0,42
Sedang
2
Aisah
76
85
0,4
Sedang
3
Al Lenah
80
85
0,25
Rendah
4
Anisa Febriani
75
86
0,44
Sedang
5
Ayu Wahdini Retno
Handayani
75
90
0,6
Tinggi
6
Cicih Trisnawati
76
85
0,4
Sedang
7
Devi Andriyani
75
80
0,2
Rendah
8
Devi Anggraeni
76
86
0,42
Sedang
9
Dian Kurniasari
77
87
0,43
Sedang
10
Doni Nuryasin
77
87
0,43
Sedang
11
Fiorenza Hendriyani
83
88
0,3
Rendah
12
Indy Fitria
78
87
0,41
Sedang
13
Indra Gunawan
80
85
0,25
Rendah
14
Mia Sumiyati
75
85
0,4
Sedang
15
Muhammad Jejen
83
86
0,18
Rendah
16
Nika Nurafni
80
84
0,2
Rendah
99
17
Putri Syidqia
77
84
0,30
Rendah
18
Ria Siti Rahayu
77
84
0,30
Rendah
19
Rika Maesaroh
75
90
0,6
Tinggi
20
Rika Nurhasanah
76
85
0,4
Sedang
21
Rosidah
75
90
0,6
Tinggi
22
Royani
84
89
0,31
Rendah
23
Sartika
85
88
0,2
Rendah
24
Sinta
75
83
0,32
Rendah
25
Siti Fatimah
76
83
0,3
Rendah
26
Siti Maryati
77
84
0,30
Rendah
27
Siti Nurlaela
77
87
0,43
Sedang
28
Siti Solehayati
75
90
0,6
Tinggi
29
Sri Handayani
78
85
0,32
Rendah
30
Teti Kurnia
75
90
0,6
Tinggi
31
Vivi Fitria
75
86
0,44
Sedang
32
Wina Nurlaila
78
80
0,1
Rendah
33
Winda Kania
83
88
0,3
Rendah
34
Windy Aulia
76
85
0,4
Sedang
35
Wiki Abadi
77
85
0,35
Rendah
Jumlah
2713
3008
12,9
Rata-rata
77,51
85,94
0,37
Rata-rata Rendah
0,5
Rata-rata Sedang
0,4
Rata Tinggi
0,143
100
Berikut dapat disimpulkan dengan grafik dibawah ini :
Presentase
4000
3008
2713
3000
2000
Presentase
1000
12,9
0
Pretest
Postest
N-Gain
Gambar 4.6 Perhitungan Hasil Belajar Siklus II
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas
: 35
Jumlah siswa yang belum tuntas
:-
Skor Pre Test
: 2713
Rata-rata Skor Tercapai
: 77,51
Skor Post Test
: 3008
Rata-rata Skor Tercapai
: 85,94
Prosentase Ketuntasan
: 100%
N-Gain
: 12,9
Klasikal
: Tuntas
Tabel. 4.12
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif
80
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar
35
3 Persentase ketuntasan belajar
100%
4 N-Gain
12,9
Adapun perbandingan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
(IPS) Sejarah dengan menggunakan media gambar pada siklus I dan siklus
II, yaitu:
101
Tabel. 4.13
Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II
Hasil Belajar Pre Tes
Hasil Belajar Post Tes
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
69,43
77,51
78,14
85,94
Tabel. 4.14
Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I dan II
Presentase Hasil Belajar Pre Tes
Presentase Hasil Belajar Post Tes
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
6,943%
7,751%
7,814%
8,594%
Gambar 4.7 Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II
beserta N-Gain
4000
3000
2713
2430
3008
2735
2000
Siklus I
1000
Siklus II
0
9,6912,9
Pretest
Posttest
N-Gain
Dari grafik di atas perbandingan hasil belajar siswa dari siklus I dan II
mengalami peningkatan. Pada siklus I hasil belajar siswa untuk nilai pre tes
adalah 69,43 dan post tes adalah 78,14 serta N-Gain adalah 0,28. Sedangkan pada
siklus II hasil belajar siswa untuk nilai pre tes adalah 77,51 dan post tes adalah
85,94 serta N-Gain adalah 0,37
102
Gambar 4.8 Presentase Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I dan II
100,00%
50,00%
0,00%
Siklus 1
Siklus 2
Pre Tes
Siklus 1
43,33%
Siklus 2
53,33%
Post Tes
83,33%
100%
Sedangkan dari grafik presentase hasil belajar siswa dari siklus I dan II
juga mengalami peningkatan. Pada siklus I presentase hasil belajar siswa untuk
pre tes adalah 43,33% dan post tes adalah 83,33%. Sedangkan pada siklus II
presentase hasil belajar siswa untuk pre tes adalah 53,33% dan post tes adalah
100%. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima yaitu :
penerapan media dongeng atau cerita dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran (IPS) sejarah di kelas X SMK Pembangunan Global
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penerapan model pembelajaran media dongeng atau cerita pada mata
pelajaran IPS (Sejarah) tentang pedagang penguasa dan pujangga pada masa klasik
(Hindu-Buddha) pada setiap siklus terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari
meningkatnya hasil rata-rata aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus.
2. Hasil belajar pada mata pelajaran IPS (Sejarah) materi Pedagang Penguasa Dan
Pujangga Pada Masa Klasik (Hindu-Buddha) dengan menggunakan media dongeng
atau cerita pada setiap siklus cukup baik dan mengalami peningkatan. Hal tersebut
dapat dilihat pada siklus I dengan rata-rata 7,814% dengan kategori kurang
berdasarkan dari interval <70% hingga siklus II dengan rata-rata 8,594% dengan
kategori cukup berdasarkan dari interval 70-79. Hasil belajar siswa dari siklus I dan II
mengalami peningkatan sehingga pelajaran IPS (Sejarah) dengan menggunakan
Media Dongeng dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMK Pembangunan
Global Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek.
Hasil belajar pada akhir siklus mengalami pengingkatan di bandingkan dengan siklus
I dan II. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata Postess formatif mencapai 8,594% dengan
kategori cukup meningkat dari siklus sebelumnya.
B. Implikasi.
Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengetahui penerapan penggunaan
media dongeng atau bercerita terhadap hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Dari
hasil penelitian telah diketahui bahwa penggunaan media dongeng atau bercerita dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, pada setiap siklusnya. Jadi penggunaan media dongeng
atau bercerita sebagai media pembelajaran pada kelas X SMK dirasa cukup baik
berdasarkan temuan peneliti yang telah diuraikan pada BAB II.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk diadakan penelitian lebih
lanjut mengenai media-media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan
siswa di kelas, sehingga kelebihan dan kekurangan setiap media dapat menjadi perhatian.
103
104
penyelenggara guru agar pada akhirnya bisa lebih menciptakan proses pembelajaran
yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
C. Saran.
Berdasarkan simpulan diatas, penulis perlu untuk merumuskan saran yaitu talh
terbuktinyapembelajaran dengan media dongeng atau cerita dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa dalam pelajaran IPS (Sejarah) kelas X SMK Pembangunan Global. Maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan guru menjadikan pembelajaran media
dongeng sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS (Sejarah) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Media pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi siswa dengan guru. Oleh karena itu
diharapkan media ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pengajaran
IPS (Sejarah).
3. Media pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi sekolah terutama dalam dunia
pendidikan di berbagai mata pelajaran tertentu pada proses belajar mengajar untuk
memberikan kontribusi yang positif pada siswa sehingga tidak cenderung monoton
atau membosankan.
Daftar Pustaka
Ali, Mohammad, “ Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan”, cet. 1, Jakarta : Pustaka
Cendekia Utama, 2010.
Arif, Muhammad, “ Pengantar Sejarah ”, Cet.1, Jakarta : Para Cita Prees, 2010.
Arikunto, Suharsimi, dkk, “ Penelitian Tindakan Kelas ”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010.
Arikunto, Suharsimi, “ Prosedur Penelitian “ , Jakarta : Rineka Cipta 2006.
Arikunto, Suharsimi,” Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Asnawir, dan Usman, Basyiruddin, “ Media Pembelajaran “, cet. 1, Jakarta Selatan : Ciputat
Pers, 2002.
Bunanta, Murti, “problematika : Penulisan Cerita Rakyat Untuk Ank Di Indonesia”, cet 1,
Jakarta : Balai Pustaka, 1998
Djamarah, Bahri, Syaiful, dkk,“ Strategi Belajar Mengajar ”, cet. 3, Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2006.
Dwi, Amurwani,L, dkk, “Sejarah Indonesia”, cet. 2, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan
Kebudyaan, 2014.
Faisal, Sanapiah, “ Format-format Penelitian Sosial ”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1989
Hasbullah, “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, Jakarta : Rajawali Press, 2012.
Hapsari, Ratna, Syukur, Abdul, “ Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Untuk SMA Kelas
X ”, Jakarta : Erlangga, 2008.
Hamalik, Oemar, “ Media Pendidikan”, Cet. 6, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1989.
Hanif, Muhammad, dalam Jurnal Ilmiah, “Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” FPIPS
IKIP PGRI Madiun.
Kasmadi, dkk,” Panduan Modern Penelitian Kuantitatif”, Bandung : Alfabeta, 2013.
Kosasih, E, Surayin, “ Kamus Basa Sunda”, cet-2, Bandung : CV Yrama Widya, 2003.
Latif, H., Abdul, Muhammad, “ Mendongeng Mudah dan Menyenangkan ”, cet.1, Jakarta :
PT. Luxima Metro Media, 2014.
Majid, Abdul, Aziz, Abdul, “Mendidik Dengan Cerita”, cet. 4, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008
NK, Roestiyah, “Strategi Belajar Mengajar”. Cet. 2, Jakarta : Bina Aksara, 1988.
Rampan, Layun, Korrie, “Teknik Menulis Cerita Rakyat”, cet. 1, Bandung : Yrama Widya,
2014.
105
106
Sadiman, S, Arif, dkk, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya “, cet. 4 Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Sagala, Syaiful, “ Konsep dan Makna Pembelajaran ”, cet. 8, Bandung : Alfabeta, 2010.
Sudjana, Nana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, cet-14, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sugihastuti, “ Tentang Cerita Anak ”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013, Cet. 3.
Suhada, Idad, ”Konsep Dasar IPS”, Bandung : Solo Press, 2010.
Sukmadinata, Syaodih, Nana, “ Landasan Psikologi Proses Pendidikan”, cet ke 3, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Supriyadi, Marwan, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X”, Jakarta : PT Perca, Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional , 2009.
Surayin, dan Kosasih, E, “ Kamus Basa Sunda ”, cet. 1-2, Bandung : CV. Yrama Widya,
2003.
Suryabrata, Sumadi, “ Psikologi Pendidikan”, cet. 19, Jakarta : Rajawali Press, 2012.
Purwanto, Ngalim, “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”, edisi. 2, cet. 18, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Yunus, Ahmad, dkk, “ Peranan Cerita Rakyat Dalam Pembentukan Dan Pembinaan Anak”
Jakarta : 1993.
DAFTAR UJI REFERENSI
Nama
: KIKI PUJI ASTUTI
NIM
: 109015000011
Jurusan/ Prodi : P. IPS/ Sosiologi-Antropologi
Judul
: ” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS)
Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “ Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Dlam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng “
yang disusun oleh Kiki Puji Astuti NIM : 109015000011 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Program Studi Sosiologi-Antropologi (P.IPS/ Sosiologi-Antropologi) Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pada tanggal 04 Mei 2016.
Jakarta, 04 Mei 2016
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
SMK Pembangunan Global
Pertemuan
Ke-
Hari, Tanggal/
Bulan/ Tahun
1
Senin,
6 Oktober 2015
Kegiatan Mengajar
Kelas
Waktu
Pukul
X
2 x 45”
11.10– 12.20
Materi
Indonesia Zaman Hindu-Buddha: Silang Budaya Lokal dan Global
Tahap Awal
1. Teori -teori masuk dan berkembangnya Hindu-Buddha
2
Selasa,
7 Oktober 2015
2. Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
X
4 x 45”
07.00 – 09.40
3. Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil kebudayaan pengaruh
Hindu-Buddha yang masih ada pada saat ini
3
Senin,
13 Oktober 2015
X
2 x 45”
11.10– 12.20
4
Selasa,
14 Oktober 2015
X
4 x 45”
07.00 – 09.40
5
Senin,
20 Oktober 2015
X
2 x 45”
11.10– 12.20
6
Selasa,
21 Oktober 2015
X
4 x 45”
1.
7
Senin,
27 Oktober 2015
X
2 x 45”
11.10– 12.20
8
Selasa,
28 Oktober 2015
4 x 45”
07.00 – 09.40
9
Senin,
3 November 2015
2 x 45”
11.10– 12.20
Praktek Bermain Peran
Uji Instrument Siklus I
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
1. Teori-teori masuk dan berkembangnya Islam
– 09.40
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
1. Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil budaya pengaruh Islam
X
X
107
yang masih ada pada saat ini
Praktek Bermain Peran
Uji Instrument Siklus II
Kotabaru, 3 November 2015
Peneliti
Guru Mata Pelajaran
Kiki Puji Astuti
NIM.109015000011
Kiki Puji Astuti
NIM.109015000011
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Abdul Rojak, S. Pd. I
108
109
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS I
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi pokok
Pertemuan keAlokasi waktu
: SMK Pembangunan Global
: X/1
: Sejarah Indonesia
:
- Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik
(Hindu dan Buddha)
- Dari lembah indus-muara karam
:
- Dari lembah indus-muara karam
- Masuknya pengaruh Hindu-budddha
- Kerajaan Kutai dan Tarumanegara
- Kerajaan Kalingga dan SriWijaya
- Kerajan Mataram Kuno
: 11-15
: 2 X 45 menit @ (5x Pertemuan)
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotongroyong, kerjasama cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan kemanusiaan,
kebangsaan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
2.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
2.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.3 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa
pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.4 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
2.5 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat,pemerintahan,dan kebudayaan pada
masa kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia serta menunjukkan contoh buktibukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat indonesia masa kini.
2.6 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
2.7 Budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu-Budha dan masih berkelanjutan
110
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
2.8 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu
Budha dengan menerapkan cara berpikir kronologis dan pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
2.9 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu-Budha yang masih ada
sampai sekarang.
2. Menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan zaman Hindu-Budha di Indonesia.
3. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindu Budha.
4. Menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan Hindu-Budha.
5. Menganalisa berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu – Budha di Indonesia
6. Merumuskan pendapat tentang teori yang paling tepat dari beberapa teori yang ada
tentang proses masuk dan berkembangnya Hindu – Budha di Indonesia.
7. Menjelaskan perkembangan masyarakat pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
8. Memahami perkembangankerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim
9. Menjelaskan keteladanan para pemimpin agama dan raja di kerajaan Kalingga dan
Kerajaan Sriwijaya
10. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan hindu-budha di indonesia
11. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan HinduBudha dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada
masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
12. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai –nilai dan unsur
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menjelaskan Pertumbuhan Dan Perkembangan Agama Hindu
2. Menjelaskan Asal Mula Lahirnya Agama Budha.
3. Menjelaskan proses masuknya agama Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia.
4. Membandingkan teori-teori masuknya agama Hindu-Buddha ke kepulauan
Indonesia, sehingga peserta didik dapat memahami berbagai teori tentang masuk dan
berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia, dan Menganalisis relevansi teori
dengan kondisi masyarakat di kepulauan Indonesia.
5. Dengan melakukan pengamatan gambar prasasti yang ada di Kutai dan
Tarumanegara siswa dapat menanya hubungan antara prasasti dengan sistem
6. Dengan membaca materi masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonsesia siswa
dapat menalar pengaruh sistem kerajaan (pemerintahan) Hindu-Budha di Indonesia
7. Dengan berdiskusi siswa dapat memahami pengaruh Hindu-Budha di bidang
Pemerintahan yang ada di Indonesia
8. Dengan mempresentasikan hasil diskusi siswa dapat menyampaikan pengaruh sistem
pemerintahan (kerajaan) Hindu-Budha di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
yang masih ada sampai saat iniProses kegiatan dimunculkan
9. Melalui pengamatan gambar peta sejarah dan membaca referensi pesera didik dapat
menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dengan
saling menghargai pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya
111
10. Melalui browsing internet dan buku referensi peserta didik dapat mengidentifikasi
perkembangan ekonomi kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim.
11. Melalui pengamatan terhadap peta sejarah peserta didik dapat menunjukkan letak
kerajaan Kalingga dan Sriwijaya.
12. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat menjelaskan keteladanan para
pemimpin agama dan raja di kerajaan Kalingga dan Sriwijaya.
13. Melalui penayangan gambar candi peserta didik mengidentifikasi tentang bangunan
peninggalan Hindu dan Budha kerajaan Mataram Kuno
14. Melalui membaca peserta didik dapat menggali informasi tentang perkembangan
kerajaan Mataram Kuno
15. Melalui mendengarkan keterangan guru peserta didik memiliki rasa ingin tahu tentang
perkembangan Hindu Budha di kerajaan Mataram Kuno dengan bertanya kepada teman
dan guru lebih jauh
16. Melalui menganalisa perkembangan kerajaan Mataram Kuno peserta didik mampu
menalar perkembangan kerajaan Mataram Kuno
17. Melalui diskusi peserta didik berani bertanya tentang perkembangan kerajaan
Mataram Kuno
18. Melalui Diskusi peserta didik mampu mempresentasikan pendapatnya tentang
keteladanan dan kepedulian para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya di
depan kelas.
E. Materi Ajar
1. lahirnya agama Hindu-Budha
2. Proses masuk dan berkembangnya Hindu Budha Di Indonesia
3. Teori tentang masuk dan berkembangya agama dan kebudayaan Hindu – Budha di
Indonesia
4. Gambar prasasti yang ada di Kutai dan Tarumanegara
5. Hubungan antara prasasti dengan berkembangya kerajaan Hindu – Budha di
Indonesia.
6. Pengaruh Hindu-Budha di bidang Pemerintahan di Indonsesia. Pengaruh sistem
pemerintahan Hindu-Budha di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang masih ada
sampai sekarang.
7. Nilai-nilai keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dengan
saling menghargai pada masa kerajaan Kalingga dan Sriwijaya.
8. Perkembangan kehidupan Kerajaan Sriwijaaya sebagai kerajaan maritim.
9. Keteladanaan para pemimpin agama dan raja di Kerajaan Kalingga ( ratu Sima ) dan
kerajaan Sriwijaya.
10. Proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu Buddha serta pengaruhnya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini dan mengemukakannya dalam tulisan.
11. Kerajaan Mataram Kuno
12. Metode pembelajaran
1. Pendekatan : Scientifik learning, melatih, mempersiapkan, memberi contoh untuk
peragaan
2. Strategi
: Bermain Peran dan Bercerita
3. Metode
: Media Dongeng/ Bercerita
13. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
Deskripsi
Memberikan salam
Alokasi
waktu
5 menit
112
Kegiatan
Inti
Penutup
Alokasi
waktu
Deskripsi
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Menanyakan kehadiran siswa
Appersepsi : mengkaitkan antara pelajaran yang lalu dengan
pelajaran hari ini
Menyampaikan tujuan pembelajaran di papan bor
Menayangkan hasil kebudayaan Hindhu Budha yang
berupa bangunan candi
Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan
diskusi
Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok kecil
Setiap kelompok mendapatkan tugas:
1. Mendiskusikan kerajaan yang berkaitan dengan
berdirinya,sistem sosial ekonomi dan pemerintahan
serta perkembangan sastra dan budaya
2. Mendiskusikan bukti sejarah,sistem ekonomi
3. Mencari bahan cerita dari materi yang diberikan
Setiap kelompok memperagakan hasil latihannya, dan
setiap siswa di kelas mencatat hasil dari peragaan yang
diperagakan di depan kelas,
sampai semua masalah selesai dibahas
Masing-masing anggota Kelompok yang lain menanggapi
Klarifikasi/kesimpulan
siswa
dibantu
oleh
guru
menyimpulkan materi
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa
melakukan
refleksi
tentang
pelaksanaan
pembelajaran
Mengucapkan salam
30 menit
10 menit
14. Alat/Sumber Belajar :
1. Buku sumber Sejarah SMA X
a. Kemendikbud RI, 2013, Sejarah Indonesia, Jakarta
b. Siti Waridah,2000, Sejarah nasional ,Bumi aksara,Jakarta
2. White board/papan flanel
3. Internet
15. Penilaian Hasil Belajar
a. Tes Uraian (terlampir)
b. Non Tes : Penilaian Kinerja
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
3.
Mengesahkan:
Kotabaru, 3 November 2015
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Abdul Rojak S, Pd. I
Kiki Puji Astuti
113
LEMBAR PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SISWA
Kelas/ Semester
Mata pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi pokok
Peretemuan keAlokasi Waktu
No.
Urut
: X/ 1
: Sejarah
: Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik
(Hindu dan Budha)
: Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Budha
: 11-15
: 2 x 45 menit ( 5x pertemuan )
Aspek Aktivitas
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan Aspek Aktifitas:
1. Memperhatikan penjelasan guru/teman.
2. Menghargai pendapat orang lain.
3. Membaca materi.
4. Menulis (mencatat) materi penting.
5. Menjadi pembicara kelompok.
6. Bertanya(pada teman/guru).
7. Mengumpulkan hasil diskusi
Petunjuk:
1. Pengamatan dilakukan oleh guru pada saat peserta didik berdiskusi
2. Pengamatcukup memberi tanda cek ( ) pada kolom aspek aktivitas siswa.
Kotabaru, 3 November 2015
Guru Mata Pelajaran
Kiki Puji Astuti
114
PENILAIAN PRESENTASI
(hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll)
Tanggal /bulan/tahun
: ...................................................
Nama/kelompok
: ...................................................
Kelas/Smt
: ...................................................
Mata Pelajaran
: ...................................................
Judul Presentasi
: …………………………………
No
1
2
3
4
5
6
7
Aspek Penilaian
Bobot
KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN
a. Ide pokok laporan
b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah, 15%
tujuan, hasil, dan kesimpulan.
c. Penggunaan Bahasa Indonesia.
KEMAMPUAN
MENJELASKAN
ISI
PRESENTASI
15%
a. Kelancaran penyampaian gagasan
b. Kejelasan metode dan prosedur kerja
KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS
a. Bukti empirik atas argumen
15%
b. Konsistensi argumentasi
KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN
MANFAAT
a. Sifat kebaruan hasil karya
15%
b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan
penugasan dari guru
KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP
20%
DALAM MENJAWAB PERTANYAAN
a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan
konsistensi, berkomunikasi lisan
b. Keruntutan dalam penalaran
c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan
d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan
KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL
15%
a. Originalitas atas keaslian karya
b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi
c. Dampak atau manfaatnya
SIKAP DALAM PRESENTASI
5%
a. Kerapihan
b. Kesopanan
Skor
Nilai
Catatan : Skor 1-5. 1. Sangat Kurang, 2. Kurang,3. Cukup,4. Baik, 5. Sangat Baik). Nilai =
bobot x skor
Kotabaru, 3 November 2015
Guru Mata Pelajaran
Kiki Puji Astuti
115
MATERI PELAJARAN
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA
SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah
persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda amati
gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara berikut ini:
Gambar 1.1.
Peta jalur perdagangan laut Asia Tenggara.
Pada abad 1 Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera)
tetapiberalih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India
melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan
India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya
budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau
menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti,
walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentangproses masuknya agama Hindu Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut dengan
Dharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal
inidibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai
daerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang
(Sumsel).
Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad2
- 5 Masehi.Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India
Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).Dari penjelasan uraian materi tersebut, apakah Anda
sudah memahami? Kalau Anda belumpaham, baca kembali uraian materi tersebut, dan
kemudian lanjutkan menyimak uraian materiselanjutnya! Untuk penyiaran Agama Hindu ke
Indonesia, terdapat beberapa pendapat/hipotesa yaituantara lain:
116
1.
2.
3.
Hipotesis Waisya, diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk
ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang keIndonesia, bahkan
diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
Hipotesis Ksatria, diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang
membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena
adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yangkalah perang
terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaandi Indonesia.
Hipotesis Brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindumasuk
ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana karena hanyalah kaum Brahmanayang berhak
mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan Kaum Brahmanatersebut diduga
karena undangan Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan
agama Hindu ke Indonesia.
Pada dasarnya ketiga teori tersebut memiliki kelemahan yaitu karena golongan ksatria dan
waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta.Sedangkan bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra
tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai
bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut.
Dari kebenaran maupun kelemahan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, masuknya
agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh kaum Brahmana yang tidak kolot atas undangan raja
dan orang Indonesia yang belajar ke India.Dengan adanya penyebaran agama Hindu tersebut
maka mendorong orang-orang Indonesia untuk menambah ilmunya mempelajari agama
Hindu di India sekaligus berziarah ke tempat-tempat suci. Dan sekembalinya dari India
tersebut, maka orang-orang tersebut dapat menyebarkan agama Hindu dengan bahasa mereka
sendiri, dengan demikian agama Hindu lebih cepat dan mudah tersebar di Indonesia.
Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia
Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar atau mengetahui pengertian Akulturasi? Banyak
para ahli yang memberikan definisi tentang akulturasi, antara lain menurut pendapat Harsoyo.
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia
yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara
langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan
yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya
yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Dengan
adanya penjelasan tentang pengertian akulturasi, apakah anda sekarang sudah memahami
istilah akulturasi? Jika Anda sudah paham, silakan anda simak uraian materinya.
Seperti yang telah dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa dengan adanya kontak dagang
antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi
yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan kepribadian
kebudayaan sendiri. Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke Indonesia tidak
diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang
dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli
Indonesia menja dibentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Budha. Wujud akulturasi
tersebut dapat anda simak pada uraian materi unsur-unsur budaya berikut ini:
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda,
silakan tulis 5 kata bahasa Indonesia yangberasal dari bahasa Sansekerta, kemudian dapat
Anda kumpulkan pada Guru bina Anda, selanjutnya Anda simak uraian materi selanjutnya.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 - 7 M, contohnya prasasti Yupa dari
117
Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan
selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M.Sedangkan
untuk aksara, dapat dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa, tetapi kemudian
huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara)
Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang
menggunakan huruf Jawa Kuno. Demikianlah uraian tentang contoh wujud akulturasi dalam
bidang bahasa, untuk selanjutnya simak uraian materi berikutnya.
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Anda masih
ingat pengertian Animisme dan Dinamisme? Kalau Anda lupa, baca kembali modul ke-2
Anda! Dengan masuknya agama Hindu - Budha ke Indonesia, maka masyarakat Indonesia
mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Tetapi agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan
Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Tentu Anda ingin bertanya apa
yang dimaksud dengan Sinkritisme?Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang
berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.Untuk itu agama Hindu dan
Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda denganagama Hindu - Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut misalnya dapat Anda lihat dalam upacara
ritual yang diadakan oleh umat Hindu atauBudha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara
Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh
umat Hindu di India.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya
pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem
pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh
seorang rajasecara turun temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat,
sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengana danya rajaraja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R
Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa danWisnu jadi satu).
Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti diIndia
dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa
berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam system
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Apakah Anda sebelumnya mengenal kasta? Kalau Anda pernah mengetahui tentang kasta,
cobalah tuliskan empat kasta menurut kepercayaan agama Hindu, seperti yang anda ketahui
berikut ini. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan
Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang)
dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Paria (golongan glandangan)
Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama
persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam
seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta
hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. Demikianlah contoh wujud akulturasi dalam
bidang organisasi sosial kemasyarakatan untuk selanjutnya kalau Anda sudah memahaminya,
Anda dapat melanjutkan pada uraian materi wujud akulturasi berikutnya.
4. Sistem Pengetahuan
118
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan
tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun
masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga
ditemukan perhitungantahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda
sebelumnya pernahmengetahui istilah Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan
kalimat ataugambar yang dapat dibaca sebagai angka.
Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan
menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilangkertaning
bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1,maka kalimat
tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang
merupakan tahun runtuhnya Majapahit .
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan
Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi
keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena
Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang
tercantum dalam kitab Clpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai
petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk
dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana bentuk dasar bangunan candi
di Indonesia adalah punden berundak-undak,yang merupakan salah satu peninggalan
kebudayaan Megalithikum yang berfungsisebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi
bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan
candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut,
sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang
dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah
melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yangdisebut
dengan Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan
terhadap rohnenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini
terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk
tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares
merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
A. Kerajaan Kalingga
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak
Budha yang muncul di Jawa Tengah, sebelah utara gunung Muria
119
Sejarah Kerajaan Kalingga
Sumber sejarah :
1. Berita Cina, misalnya berita dari Dinasti T’ang
2. Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu
Pemerintahan dan kehidupan Masyarakat
Raja yang paling terkenal di kerajaan Kalingga : Ratu Sima (Raja yang tegas, jujur dan
bijaksana) yang memerintah sekitar 674 M. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan seadiladilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Ia tidak membedakan antara
rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga adalah Budha
Rakyat hidup teratur, aman dan tenteram. Mata pencaharian penduduk bertani dan berdagang
Kemunduran : akibat serangan Kerajaan Sriwijaya yang menguasai perdagangan. Akibatnya
pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur
B. Kerajaan Sriwijaya
Pusat kerajaan Sriwijaya : Palembang, di tepi sungai Musi.
Sumber sejarah :
- Prasasti Kedukan Bukit
Berangka tahun : 605 Saka
Isi : “Seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan
menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara 20.000
personel”
- Prasasti Talang Tuo
Berangka tahun : 606 Saka
Isi : “Pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra”.
Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga
- Prasasti Telaga Batu
Tidak berangka tahun.
Isi : “Kutukan-kutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan”
- Prasasti Kota Kapur
Berangka tahun : 608 Saka
Isi :”Permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum
setiap orang yang bermaksud jahat”
- Prasasti Karang Berahi
120
Berangka tahun : 608 Saka
Isi : “Permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum
setiap orang yang bermaksud jahat”
- Prasasti Ligor
- Prasasti Nalanda
- Berita I-tsing
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan Sriwijaya :
a. Letak geografis yaitu terletak di tepi sungai Musi
b. Runtuhnya kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja
Perkembangan Politik dan pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke 7 dengan rajanya Dapunta Hyang.
Dapunta Hyang banyak melakukan usaha perluasan daerah. Daerah yang berhasil dikuasai :
- Tulang Bawang
- Daerah Kedah
- Pulau Bangka
- Daerah Jambi Tanah Genting Kra
- Kerajaan Kaling dan Mataram Kuno
Raja yang terkenal : Balaputradewa
Perkembangan ekonomi
- Bertani
- Berdagang
Kemunduran kerajaan Sriwijaya disebabkan beberapa hal antara lain :
- Keadaan sekitar Kerajaan Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini
disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya
Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan
- Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri
- Serangan dari kerajaan-kerajaan lain misal serangan dari Raja Rajendracola dari
Colamandala, Raja Kertanegara dari Singasari
121
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMK Pembangunan Global
Kelas/Semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Materi Pokok
:
- Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Buddha
- Mengkaji proses berkembangnya agama Hindu
Buddha
Sub Materi pokok :
- Kekuasaan Dinasti Isyana
- Kerajaan Kediri dan Kerajaaan Singhasari
- Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Buddha
- Terbentuknya Jaringan
Nusantara Melalui
Perdagangan
- Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan HinduBuddha
Pertemuan ke: 16-20
Alokasi waktu
: 2 X 45 menit @ (5x pertemuan)
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotongroyong, kerjasama cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan,teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan kemanusiaan,
kebangsaan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam.
1.4 Berlaku jujur dan bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
1.5 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu Budha di Indonesia.
1.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan
pada masa kerajaan-kerajaan Hindu – Budha di Indonesia serta menunjukkan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
122
1.7 Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu
Budha dengan menerapkan cara berpikir kronologis dan pengaruhnya pada
kehidupan
masyarakat Indonesia pada masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
1.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsure
budaya
yang berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha dan masih
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mendeskripsikan perkembangan kerajaan zaman Hindu-Budha di Indonesia
2. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat zaman Hindhu-Budha
3. Menganalisis perkembangan hasil-hasil kebudayaan zaman Hindhu-Budha
4. Menunjukkan bukti-bukti kehidupan dan hasil budaya Hindu budha yang masih ada
sampai sekarang
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap peninggalan hasil budaya kerajaan
majapahit
2. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
3. Mendeskripsikan berdirinya kerajaan majapahit,
4. Menganalisis bukti adanya kerajaan Buleleng dan dinasti warmadewa di bali
5. Mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerajaan majapahit,buleleng
dan dinasti warmadewa di bali
6. Menunjukkan bukti-bukti peninggalan hasil kebudayaan dari kerajaan majapahit
E. Materi Ajar
1. Kerajaan Majapahit
2. Politik dan pemerintahan
3. Kehidupan sosial ekonomi
4. Perkembangan sastra budaya
5. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa
F. Metode pembelajaran
1. Pendekatan : Scientifik learning, melatih, mempersiapkan, memberi contoh untuk
peragaan
2. Strategi
: Bermain Peran dan Bercerita
3. Metode
: Media Dongeng/ Bercerita
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Pendahuluan
Deskripsi
Memberikan salam
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Menanyakan kehadiran siswa
Appersepsi : mengkaitkan antara pelajaran yang lalu dengan
pelajaran hari ini
Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point
Alokasi
waktu
5 menit
123
Kegiatan
Inti
Penutup
Alokasi
waktu
Deskripsi
Menayangkan hasil kebudayaan Hindhu Budha yang
berupa bangunan candi
Siswa mendapatkan penjelasan tentang proses pelaksanaan
diskusi
Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok kecil
Setiap kelompok mendapatkan tugas:
1. Mendiskusikan kerajaan Majapahit yang berkaitan
dengan berdirinya,sistem sosial ekonomi dan
pemerintahan serta perkembangan sastra dan budaya
2. Mendiskusikan kerajaan Buleleng dan dinasti
Warmadewa di Bali yang berkaitan dengan bukti
sejarah,sistem ekonomi
Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya
dan setial anggota mencatat hasil laporan kelompoknya
dengan cara guru menunjuk secara acak untuk melaporkan
hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah selesai
dibahas
Masing-masing anggota Kelompok yang lain menanggapi
Klarifikasi/kesimpulan
siswa
dibantu
oleh
guru
menyimpulkan materi
Kerajaan Majapahit, kerajaan
Buleleng dan kerajaan dinasti Warmadewa
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa
melakukan
refleksi
tentang
pelaksanaan
pembelajaran
Mengucapkan salam
30 menit
10 menit
H. Alat/Sumber Belajar :
1. Buku sumber Sejarah SMA X
a. Kemendikbud RI, 2013, Sejarah Indonesia, Jakarta
b. Siti Waridah,2000, Sejarah nasional ,Bumi aksara,Jakarta
2. White board/papan flanel
3. Power point
4. LCD
5. Internet
I.
Penilaian Hasil Belajar
a. Tes Uraian (terlampir)
b. Non Tes : Penilaian Kinerja
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)
2. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)
Mengesahkan:
Kotabaru, 3 November 2015
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Abdul Rojak S, Pd. I
Kiki Puji Astuti
124
LEMBAR PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SISWA
Kelas/ Semester
Mata pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi pokok
Peretemuan keAlokasi Waktu
No.
Urut
: X/ 1 (Ganjil)
: Sejarah
: Pedagang, penguasa dan pujangga pada masa klasik
(Hindu dan Budha)
: Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu Budha
: 16-20
: 2 x 45 menit ( 5 x pertemuan )
Aspek Aktivitas
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan Aspek Aktifitas:
1. Memperhatikan penjelasan guru/teman.
2. Menghargai pendapat orang lain.
3. Membaca materi.
4. Menulis (mencatat) materi penting.
5. Menjadi pembicara kelompok.
6. Bertanya(pada teman/guru).
7. Mengumpulkan hasil diskusi
Petunjuk:
1. Pengamatan dilakukan oleh guru pada saat peserta didik berdiskusi
2. Pengamat cukup memberi tanda cek ( ) pada kolom aspek aktivitas siswa.
3.
Kotabaru, 3 November 2015
Guru Mata Pelajaran
Kiki Puji Astuti
125
PENILAIAN PRESENTASI
(hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll)
Tanggal /bulan/tahun
: ...................................................
Nama/kelompok
: ...................................................
Kelas/Smt
: ...................................................
Mata Pelajaran
: ...................................................
Judul Presentasi
: …………………………………
No
1
2
3
4
5
6
7
Aspek Penilaian
Bobot
KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN
a. Ide pokok laporan
b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah, 15%
tujuan, hasil, dan kesimpulan.
c. Penggunaan Bahasa Indonesia.
KEMAMPUAN
MENJELASKAN
ISI
PRESENTASI
15%
a. Kelancaran penyampaian gagasan
b. Kejelasan metode dan prosedur kerja
KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS
a. Bukti empirik atas argumen
15%
b. Konsistensi argumentasi
KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN
MANFAAT
a. Sifat kebaruan hasil karya
15%
b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan
penugasan dari guru
KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP
20%
DALAM MENJAWAB PERTANYAAN
a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan
konsistensi, berkomunikasi lisan
b. Keruntutan dalam penalaran
c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan
d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan
KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL
15%
a. Originalitas atas keaslian karya
b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi
c. Dampak atau manfaatnya
SIKAP DALAM PRESENTASI
5%
a. Kerapihan
b. Kesopanan
Skor
Nilai
Catatan : Skor 1-5. 1. Sangat Kurang, 2. Kurang,3. Cukup,4. Baik, 5. Sangat Baik). Nilai =
bobot x skor
Kotabaru, 3 November 2015
Guru Mata Pelajaran
Kiki Puji Astuti
126
MATERI PELAJARAN
Kerajaan Majapahit
Setelah Singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, abad ke14 - ke-15 M. Berdirinya kerajaanini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa
Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan
Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengandibantu oleh Arya Wiraraja
seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam
kitab Pararaton sebagai hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit,yang namanya
diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,
Raden Wijaya bersekutudengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang.Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalikmenyerang
pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.Pada masa
pemerintahannya Raden Wijaya mengalamipemberontakan yang dilakukan oleh sahabatsahabatnya yangpernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit.
Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh puteranya Jayanegara. Jayanegara dikenal
sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang
menyebabkan pembantu-pembantunya melakukan pemberontakan. Di antara pemberontakan
tersebut, yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti. Padasaat itu, pasukan
Kuti berhasil menduduki ibu kotanegara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa
Badanderdi bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Gajah Mada
kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkanpasukan Kuti. Atas jasa-jasanya,
Gajah Mada diangkat sebagai patih Kahuripan (1319-1321) dan patih Kediri (1322-1330).
Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi yang
sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit.Masa pemerintahan Tribhuwanattungga
dewi Jaya wisnu warddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di
Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Iadi teruskan oleh putranya, Hayam
Wuruk. Padamasa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak kejayaannya. Hayam
Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun1350 hingga 1389.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai
zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah
Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit
dengan sebutan Negaranasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan diIndonesia berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Halini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah
Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benardilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya,
Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di
bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat.
Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada diNusantara. Di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbaga i bidang. Sejarah
Indonesia 117 Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya,Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua,Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit
juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam,
dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya
akan beristirahat”
a. Politik dan Pemerintahan
Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan yang teratur. Raja memegang
kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai badan
atau pejabat berikut.
1. Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja,terdiri atas Rakryan i Hino,
Rakryan i Sirikan, dan Rakryan iHalu.
127
2. Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi, Rakryan
Tumenggung, Rakryan Demung,Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan.
Kelima pejabat 118 Kelas X ini dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika. Di antara kelima
pejabat itu Rakryan Mapatih atau Patih Mangkubumimerupakan pejabat yang paling penting.
Ia menduduki tempat sebagai perdana menteri. Bersama sama raja,ia menjalankan
kebijaksanaan pemerintahan. Selain ituterdapat pula dewan pertimbangan yang disebut
dengan Batara Sapta Prabu.Struktur tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiapdaerah yang
berada di bawah raja-raja, dibuatkan pula struktur yang mirip.Untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih danberwibawa, dibentuklah badan peradilan yang disebutdengan
Saptopapati. Selain itu disusun pula kitab hukum olehGajah Mada yang disebut Kitab
Kutaramanawa. Gajah Mada memang seorang negarawan yang mumpuni. Ia memahami
pemerintahan strategi perang dan hukum.Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk
badan atau pejabat yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi
kerajaan yang khusus menangani persoalan keagamaan.
Di Majapahit dikenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut.1. Dharmadyaksa ring
Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu), 2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi
agama Buddha.
Dalam menjalankan tugas, masing-masing Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan
yang diberi sebutan Sang Pamegat. Kehidupan beragama di Majapahit berkembang semarak.
Pemeluk yang beragama Hindu maupun Buddha saling bersatu. Pada masa itupun sudah
dikenal semboyan Sejarah Indonesia 119Bhinneka Tunggal Ika, artinya, sekalipun berbedabeda baik Hindu maupun Buddha pada hakikatnya adalah satu jua. Kemudian secara umum
kita artikan berbeda-beda akhirnya satu jua Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah
Mada, kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin.Hal ini disebabkan pula
karena kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya sehingga semua perairan nasional
dapat diawasi. Majapahit juga menjalin hubungan dengan negara-negara/kerajaan lain.
Hubungan dengan Negara Siam, Birma, Kamboja, India, dan Cina berlangsung dengan baik.
Dalam membina hubungan dengan luar negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata,
artinya negara sahabat.
b. Kehidupan Sosial Ekonomi
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan tenteram.
Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran rakyat
diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan jembatan. Dengan demikian lalu
lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian,
terutama perdagangan. Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya,
Sungai Bengawan Solo danSungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang
berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan. Hal itu
menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang yang menjajakan barang
dagangannya dari daerah pantai atau muara ke pedalaman atau sebaliknya. Bahkan di daerah
pantai berkembang perdagangan antar daerah, antar pulau, bahkan dengan pedagang dari luar.
Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa
kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik,
Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan
Siam. Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan
kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah
Indonesia Timur dan Malaka. Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang
dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap
subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki
untuk mencegah bahaya banjir.
c. Perkembangan Sastra dan Budaya
128
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra
yang paling terkenal padazaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab iniditulis
oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan di bidang
sastra, negarakertagamajuga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting
adalah Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata
yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Di samping
itu, Empu Tantular juga menulis kitab Arjunawiwaha. Sejarah Indonesia 121 Sutasoma
139,4d-5d Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa rwanekadhatu winuwus wara
Buddhawisma bhineki rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa kalawan
siwatatwa tunggal bhineka ika tan hanna dharma mangruwa Artinya : “Dewa Buddha tidak
berbeda dengan Siwa. Mahadewa diantara dewa-dewa. Keduanya dikatakan mengandung
banyak unsur Buddha yang boleh dikatakan tidak terpisahkan dapat begitu saja dipisahkan
menjadi dua? Jiwa Jina dan Jiwa Siwa adalah satu dalam hukum tidak terdapat dualisme.
Kebudayaan dan Pariwisata.Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi
telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi dan
Surawanadi dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan. Keruntuhan Majapahit lebih
disebabkan oleh ketidak puasan sebagian besar keluarga raja, setelah turunnya Hayam Wuruk.
Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan
berakhir, Majapahit terus mengalami kelemahan karena raja yang berkuasa tidak mampu lagi
mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya Majapahit adalah
semakin meluasnya pengaruh Islam pada saat itu. Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak
hilang dengan runtuhnya kerajaanitu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga masa
perkembangan Islam di Jawa.Peninggalan peradaban Majapahit juga dapat kita saksikan pada
perkembangan lingkup kebudayaan Bali pada saat ini.Kebudayaan yang masih dikembangkan
hingga masa Islam adalah cerita wayang yang berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan
Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana). Selain
itu dapat kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni ukir sulursuluran dan tanaman melata, senjata keris, lokasi keramat, dan masih banyak lagi.i Komnsi
Dalam catatan sejarah, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan besar yang mampu
menguasai hampir seluruh pulau di Nusantara, melampaui luas wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia saat ini. Kitab Nagarakartagama mencatat puluhan daerah yang
menyerahkan upeti kepada Kerajaan Majapahit.
4. Kerajaan Buleleng danKerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kaling ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang
dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orangorang Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal,
mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta
diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah
berkembang. Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan
Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga
berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang
didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan yang lain. Nama
Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali.
Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan
Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan
Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang
menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju
Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras,
asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang).
Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti
129
Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
kata-kata pada prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065.
Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong,
bahitra, rumunduk i manasa. ….. Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang
dengan jukung bahitra datang berlabuh di manasa …..” Sistem perdagangannya ada yang
menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah
dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling. Dengan perkembangan
perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan
yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan
Dinasti.
Lampiran 4
SILABUS SEJARAH INDONESIA
Satuan Pendidikan
: SMK Pembangunan Global
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas
: X ( Sepuluh )
Kompetensi Inti
:
KI 1 :
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 :
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar
1.1
Menghayati
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran pada KD KI 1
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Penilaian hasil belajar
130
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
keteladanan para
dan KI 2 terintegrasi dalam
dilakukan melalui observasi,
pemimpin dalam
pembelajaran pada KI 3 dan
penilaian diri, penilaian antar
mengamalkan ajaran
KI 4 melalui indirect teaching
teman, dan jurnal (catatan
agamanya.
1.2
Materi Pokok
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
pendidik).
Menghayati
keteladanan para
pemimpin dalam
toleransi antarumat
beragama dan
mengamalkannya
dalam kehidupan
sehari-hari
2.1
Menunjukkan sikap
tanggung jawab, peduli
terhadap berbagai hasil
budaya pada zaman pra
aksara, Hindu-Buddha
dan Islam
131
Kompetensi Dasar
2.2
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Meneladani sikap dan
tindakan cinta damai,
responsif dan pro aktif
yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam
mengatasi masalah
sosial dan
lingkungannya
2.3
Berlaku jujur dan
bertanggungjawab
dalam mengerjakan
tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
3.1
Memahami dan
Cara Berfikir
Mengamati:
menerapkan konsep
Kronologis
Membaca buku teks tentang
berpikir kronologis
dan Sinkronik
cara berfikir kronologis,
Tentang kegiatan peserta
Indonesia
(diakronik), sinkronik,
dalam
sinkronik, dan konsep ruang
didik dalam proses
kelas X.
ruang dan waktu
mempelajari
dan waktu dalam sejarah.
mengumpulkan data,
Buku-buku
dalam sejarah
Sejarah
analisis data dan
lainya
Menanya:
Sikap:
Observasi
6 jp
Buku
Sejarah
132
Kompetensi Dasar
4.1
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Menyajikan informasi
Cara
Menanya dalam kegiatan
pembuatan laporan tentang
Internet
mengenai keterkaitan
berfikir
diskusi untuk mendapatkan
cara berfikir kronologis,
(jika
antara konsep berpikir
kronologis
pendalaman pengertian
sinkronik, ruang dan
tersedia)
kronologis ( diakronik
dalam
tentang cara berfikir
waktu dalam sejarah
), sinkronik, ruang dan
mempelaja
kronologis, sinkronik, dan
(peduli, cinta damai,
waktu dalam sejarah
ri sejarah
konsep ruang dan waktu
responsif, proaktif, jujur,
Cara
dalam sejarah.
tanggung jawab)
berfikir
Mengumpulkan Informasi:
Pengetahuan:
sinkronik
Mengumpulkan informasi
Tes tertulis tentang cara
dalam
terkait dengan pertanyaan
berfikir kronologis,
mempelaja
mengenai cara berfikir
sinkronik serta
ri sejarah
kronologis, sinkronik, konsep
keterkaitannya dengan
Konsep
ruang dan waktu dari sumber
konsep ruang dan waktu
ruang dan
tertulis, sumber lainnya dan
dalam sejarah.
waktu
atau internet.
Tugas membuat ringkasan
Menalar/Mengasosiasi:
laporan dalam bentuk
Menganalisis hasil informasi
tulisan tentang cara
yang didapat dari sumber
berfikir kronologis,
tertulis dan atau internet untuk
sinkronik, ruang dan
133
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
mendapatkan kesimpulan
tentang cara berfikir
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
waktu dalam sejarah.
Keterampilan:
kronologis dan sinkronik serta Portofolio
keterkaitan antara cara
Tentang laporan-laporan
berfikir kronologis, sinkronik
dan karya peserta didik
dengan konsep ruang dan
berkaitan dengan materi
waktu dalam sejarah.
cara berfikir kronologis,
Mengomunikasikan:
Menyajikan secara tertulis
sinkronik, ruang dan
waktu dalam sejarah.
hasil analisis dan kesimpulan
tentang cara berfikir
kronologis dan sinkronik serta
keterkaitannya dengan konsep
ruang dan waktu dalam
sejarah.
3.2
3.3
Memahami corak
Indonesia
Mengamati:
Sikap:
kehidupan masyarakat
Zaman
Membaca buku teks dan
pada zaman praaksara
Praaksara:
melihat gambar-gambar
Tentang kegiatan peserta
Indonesia
Menganalisis asal-usul
awal
tentang aktivitas kehidupan
didik dalam proses
kelas X.
Observasi
16 jp
Buku
Sejarah
134
3.4
4.2
Penilaian
Sumber
Waktu
Belajar
Materi Pokok
nenek moyang bangsa
kehidupan
masyarakat zaman praaksara,
mengumpulkan,
Buku-buku
Indonesia (Proto,
Manusia
peta persebaran asal-usul
menganalisis data dan
lainya
Deutero Melayu dan
Indonesia.
nenek moyang bangsa
membuat laporan tentang
Internet
Melanesoid)
Awal
Indonesia dan peninggalan
kehidupan zaman
(jika
Menganalisis
kehidupan
hasil kebudayaan pada zaman
praaksara di Indonesia
tersedia)
berdasarkan tipologi
masyarakat
praaksara.
(peduli, cinta damai,
Gambar
hasil budaya Praaksara
Indonesia
responsif, proaktif, jujur,
aktifitas
Indonesia termasuk
Asal-usul
Menanya melalui kegiatan
tanggungjawab).
kehidupan
yang berada di
nenek
diskusi untuk mendapatkan
lingkungan terdekat.
Moyang
klarifikasi tentang kehidupan
Tes tertulis/lisan tentang
praaksara
Menyajikan hasil
bangsa
masyarakat zaman praaksara,
Indonesia pada zaman
Gambar
penalaran mengenai
Indonesia
persebaran asal-usul nenek
praaksara.
hasil-hasil
corak kehidupan
Kebudayaa
moyang bangsa Indonesia dan
Tugas membuat laporan
peninggala
masyarakat pada zaman
n zaman
peninggalan hasil-hasil
dalam bentuk tulisan
n
praaksara dalam bentuk
praaksara
kebudayaan pada zaman
mengenai kehidupan
kebudayaan
praaksara.
zaman praaksara di
praaksara
Indonesia.
Peta
tulisan.
4.3
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kompetensi Dasar
Menyajikan
Menanya:
Mengumpulkan Informasi:
Pengetahuan:
manusia
kesimpulan-kesimpulan
Mengumpulkan informasi
Keterampilan:
penyebaran
dari informasi
terkait dengan pertanyaan
Portofolio
nenek
135
Kompetensi Dasar
4.4
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
mengenai asal-usul
mengenai masyarakat
Tentanglaporan-laporan
moyang
nenek moyang bangsa
Indonesia zaman praaksara
dan karya peserta didik
bangsa
Indonesia (Proto,
melalui bacaan, pengamatan
berkaitan dengan materi
Indonesia
Deutero Melayu dan
terhadap sumber-sumber
kehidupan zaman
Melanesoid) dalam
praaksara yang ada di
praaksara di Indonesia.
bentuk tulisan.
museum atau peninggalan-
Menalar informasi
peninggalan yang ada di
mengenai hasil budaya
lingkungan terdekat.
Praaksara Indonesia
Menalar/Mengasosiasi:
termasuk yang berada
Menganalisis informasi dan
di lingkungan terdekat
data-data yang didapat baik
dan menyajikannya
dari bacaan maupun dari
dalam bentuk tertulis.
sumber-sumber lain yang
terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang kehidupan
masyarakat Indonesia pada
zaman praaksara.
Mengomunikasikan:
Menyajikan secara tertulis
136
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
hasil analisis dan kesimpulan
tentang kehidupan di
Indonesia pada zaman
praaksara.
3.5
3.6
Menganalisis berbagai
Indonesia
Mengamati:
teori tentang proses
Zaman
Membaca buku teks dan
masuk dan
Hindu-
melihat gambar-gambar
Tentang kegiatan peserta
Indonesia
berkembangnya agama
Buddha:
tentang Indonesia pada
didik dalam
kelas X.
dan kebudayaan
Silang Budaya
zaman Hindu-Buddha.
mengumpulkan,
Buku-buku
Hindu-Buddha di
Lokal dan
menganalisis data dan
lainya
Indonesia.
Global Tahap
Menanya melalui kegiatan
membuat laporan tentang
Internet (
Menganalisis
Awal
diskusi untuk mendapatkan
kehidupan masyarakat di
jika
Menanya:
Sikap:
Observasi
24 jp
Buku
Sejarah
karakteristik
Teori -teori
klarifikasi tentang kehidupan
Indonesia pada zaman
tersedia)
kehidupan masyarakat,
masuk dan
masyarakat Indonesia pada
Hindu-Buddha (peduli,
Gambar
pemerintahan dan
berkemban
zaman Hindu-Buddha.
cinta damai, responsif,
hasil-hasil
kebudayaan pada masa
gnya
proaktif, jujur,
peninggala
kerajaan-kerajaan
Hindu-
Mengumpulkan informasi
tanggungjawab).
n zaman
Hindu-Buddha di
Buddha
terkait dengan pertanyaan
Indonesia serta
Kerajaan-
tentang Indonesia pada zaman
Mengumpulkan Informasi:
Pengetahuan:
Tes tertulis/lisan: tentang
HinduBuddha
137
Kompetensi Dasar
4.5
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
menunjukan contoh
kerajaan
Hindu-Buddha melalui
kehidupan masyarakat
Peta letak
bukti-bukti yang masih
Hindu-
bacaan, internet, pengamatan
Indonesia pada zaman
kerajaan-
berlaku pada kehidupan
Buddha di
terhadap sumber-sumber
Hindu-Buddha.
kerajaan
masyarakat Indonesia
Indonesia
sejarah yang ada di museum
Tugas membuat laporan
Hindu
masa kini.
Bukti-bukti
dan atau peninggalan-
dalam bentuk tulisan
Buddha di
Mengolah informasi
Kehidupan
peninggalan yang ada di
mengenai nilai-nilai dan
Indonesia
mengenai proses masuk
dan hasil-
lingkungan terdekat
unsur-unsur budaya yang
dan perkembangan
hasil
berkembang pada zaman
kerajaan Hindu-Buddha
kebudayaan Menalar/Mengasosiasi:
Hindu-Buddha yang masih
dengan menerapkan
pengaruh
Menganalisis informasi dan
berkelanjutan dalam
cara berpikir
Hindu-
data-data yang didapat baik
kehidupan masyarakat
kronologis, dan
Buddha
dari bacaan maupun dari
Indonesia masa kini.
pengaruhnya pada
yang masih
sumber-sumber terkait untuk
kehidupan masyarakat
ada pada
mendapatkan kesimpulan
Portofolio tentang
Indonesia masa kini
saat ini
tentang Indonesia pada
laporan-laporan dan karya
zaman Hindu-Buddha.
peserta didik berkaitan
serta
mengemukakannya
4.6
Materi Pokok
Mengomunikasikan:
Keterampilan:
dengan materi kehidupan
dalam bentuk tulisan.
Menyajikan dalam bentuk
masyarakat di Indonesia
Menyajikan hasil
tulisan hasil analisis dan
pada zaman Hindu-
138
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
penalaran dalam bentuk
kesimpulan tentang Indonesia
tulisan tentang nilai-
pada zaman Hindu-Buddha.
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Buddha
nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada
masa kerajaan HinduBuddha dan masih
berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa
Indonesia pada masa
kini.
3.7
Menganalisis berbagai
Perkembanga
teori tentang proses
n Kerajaan-
Membaca buku teks dan
masuk dan
Kerajaan
melihat gambar-gambar
Tentang kegiatan peserta
Indonesia
berkembangnya agama
Islam di
peninggalan zaman
didik dalam proses
kelas X.
dan kebudayaan Islam
Indonesia
perkembangan kerajaan-
mengumpulkan data,
Buku-buku
kerajaan Islam di Indonesia
analisis data dan
lainya
pembuatan laporan tentang
Internet (
perkembangan kerajaan-
jika
kerajaan Islam dan hasil-
tersedia)
di Indonesia.
Teori-teori
Mengamati:
masuk dan
3.8
Menganalisis
berkemban
karakteristik
gnya Islam
Menanya:
Menanya untuk mendapatkan
Sikap:
Observasi
24 jp
Buku Paket
Sejarah
139
Kompetensi Dasar
4.7
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
kehidupan masyarakat,
Kerajaan-
klarifikasi tentang zaman
hasil kebudayaannya di
Gambar
pemerintahan dan
kerajaan
perkembangan kerajaan-
Indonesia (peduli, cinta
hasil-hasil
kebudayaan pada masa
Islam di
kerajaan Islam di Indonesia.
damai, responsif, proaktif,
peninggala
kerajaan-kerajaan Islam
Indonesia
jujur, tanggungjawab).
n zaman
di Indonesia dan
Bukti-bukti
Mengumpulkaninformasi
menunjukan contoh
Kehidupan
terkait dengan pertanyaan dan
Tes tertulis/lisan tentang
Peta letak
bukti-bukti yang masih
dan hasil-
materi tentang zaman
perkembangan kerajaan-
kerajaan-
berlaku pada kehidupan
hasil
perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam dan hasil-
kerajaan
masyarakat Indonesia
budaya
kerajaan Islam di Indonesia
hasil kebudayaannya di
Islam di
masa kini.
pengaruh
melalui bacaan, internet,
Indonesia
Indonesia
Mengolah informasi
Islam yang
pengamatan terhadap sumber-
Tugas membuat laporan
mengenai proses
masih ada
sumber sejarah yang ada di
dalam bentuk tulisan
masuk dan
pada saat
museum dan atau
mengenai perkembangan
perkembangan kerajaan
ini
peninggalan-peninggalan
kerajaan-kerajaan Islam di
Islam dengan
yang ada di lingkungan
Indonesia.
menerapkan cara
terdekat.
berpikir kronologis,
Mengumpulkan Informasi:
Menalar/Mengasosiasi:
dan pengaruhnya pada
Menganalisis informasi dan
kehidupan masyarakat
data-data yang didapat baik
Pengetahuan:
Islam
Keterampilan:
Portofolio
TentangLaporan-laporan
140
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Indonesia masa kini
dari bacaan maupun dari
dan karya peserta didik
serta
sumber-sumber terkait untuk
tentangperkembangan
mengemukakannya
mendapatkan kesimpulan
kerajaan-kerajaan Islam
dalam bentuk tulisan.
tentang zaman perkembangan
dan hasil-hasil
kerajaan-kerajaan Islam di
kebudayaannya di
Indonesia.
Indonesia
4.8 Menyajikan hasil
penalaran dalam bentuk
tulisan tentang nilai-nilai
Alokasi
Sumber
Waktu
Belajar
Mengomunikasikan:
dan unsur budaya yang
Melaporkan dalam bentuk
berkembang pada masa
tulisan hasil analisis dan
kerajaan Islam dan
kesimpulan tentang Indonesia
masih berkelanjutan
pada zaman perkembangan
dalam kehidupan bangsa
kerajaan-kerajaan Islam.
Indonesia pada masa kini
Guru Mata Pelajaran
Kotabaru, 3 November 2015
Peneliti
Kiki Puji Astuti
Kiki Puji Astuti
141
142
Lampiran 5
1. Materi Pokok.
a. Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik
(Hindu dan Budha).
Masa Hindu-Budha berlangsung selama kurang lebih 12 abad.
Pembabakan masa Hindu-Budha terbagi menjadi 3, yaitu : periode
pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad ke-16 agama
islam mulai mendominasi Nusantara. Namun, tidak berarti pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha hilang tergantikan kebudayaan islam. Agama
islam mengakomodasi peninggalan Hindu-Budha, tentunya dengan
melakukan modifikasi agar tetap berselang beberapa abad, wujud
peradaban Hindu-Budha masih dapat kita saksikan hingga sekarang,
misalnya dalam perwujudan sastra dan arsitektur.
Perkembangan kebudayaan Hindu-Budha sudah sangat berlangsung
lama dan meluas di seluruh kepulauan Indonesia. Oleh karena itu, disini
akan dibahas tentang penduduk di kepulauan Indonesia ketika sudah
mengenal tulisan dan kebudayaannya mulai berkembang. Terutama saat
pengaruh Hindu-Budha masuk ke kepulauan Indonesia, masa ini di sebut
masa klasik, yaitu awal masuknya unsur-unsur budaya india di kepulauan
Indonesia. Dimana masa klasik ini di artikan sebagi pertimbngan
banyaknya capaian budaya pada masa Hindu-Budha itu yang masih
dihargai dan ditafsirkan ulang hingga saat ini meskipun pengaruh budaya
Hindu-Budha sudah mulai memudar dan digantikan dengan budaya lain.
143
Gambar 2 : PETA KONSEP
Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu
dan Budha)
Terbentuk Melalui
Pengaruh Hindu-Budha
Membentuk
Membentuk
Kerajaan Pada Masa
Jaringan Perdagangan dan
Pelayaran Nusantara
Antara Lain
Hindu-Budha
Kerajaan
Kutai,
Proses Melalui
Akulturasi kebudayaan
Nusantara dan Hindu-Budha
Tarumanegara,
Kalingga,
Membentuk Budaya Baru
Kerajaan
Kerajaan
Kerajaan
Sriwijaya,
Kerajaan
Mataram
Seni Bangunan, Seni Rupa
Kerajaan
Kediri,
dan Ukir, Seni Sastra dan
Singhasari, Kerajaan Majapahit,
Aksara, Sistem Kepercayaan,
Kerajaan
Buleleng,
Kuno,
Kerajaan
Kerajaan
Tulang Bawang, Kerajaan Kota
Sistem Pemerintah
Kapur.
Saling Mempengaruhi
1) Pengaruh Budaya India.
Satu diantara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk kepulauan
Indonesia adalah bangsa India. Interaksi itu terjalin sejalan dengan
meluasnya hubungan perdagangan antara india dan cina. Hubungan
tersebut mendorong pedagang-pedagang India dan Cina datang ke
Kepulauan Indonesia. Menurut Van Leur, barang yang diperdagangkan
dalam pasar internasional saat itu adalah barang komoditas yang bernilai
144
tinggi. Barang-barang itu berupa logam mulia, perhiasan, berbagai
barang pecah belah, serta bahan baku yang diperlakukan untuk kerajinan.
Dua komoditas penting yang menjadi primadona pada awal masa sejarah
di Kepulauan Indonesia adalah gaharu dan kapur barus. Kedua komoditi
itu merupakan bahan baku pewangi yang paling di gemari oleh bangsa
India dan Cina. Interaksi dengan kedua bangsa itu membawa perubahan
pada bentuk tatanegara di beberapa daerah di Kepulauan Indonesia. Juga
perubahan dalam susunan kemasyarakatan dan sistem kepercayaan. Sejak
saat itu pengaruh-pengaruh Hindu-Budha berkembang di Indonesia.
2) Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha.
a. Kerajaan Kutai.
Dalam memahami kerajaan kutai memerlukan sumber sejarah yang
dapat menjelaskannya. Sumbersejarah yang utama adalah prasasti yang
disebut Yupa, yaitu batu bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari
upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja
Mulawarman. Prasasti Yupa di tulis dengan huruf pallawa dan bahasa
sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para ahli berpendapat bahwa
yupa dibuat sekitar abad ke-5 M.
Hal yang menarik dalam prasasti tersebut menyebutkan nama kakek
dari Mulawarman adalah Kudungga. Kudungga berarti penguasa lokal
yang setelah terkena pengaruh Hindu-Budha daerahnya berubah menjadi
kerajaan. Walaupun pengaruh tersebut Kudungga tetap berbedadengan
anaknya Aswawarman dan cucunya Mulawarman. Oleh karena itu, yang
ternal sebagai wamsakerta adalah aswawarman.
Satu diantara yupa tersebut menceritakan silsilah tentang Raja
Mulawarman.
Dikatakan
Kudungga
memiliki
putra
bernama
Aswawarman yang seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari),. Beliau
memiliki 3 anak tetapi yang terkenal adalah Mulawarman. Dia
merupakan raja terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu- Siwa yang
setia. Tempat sucinya dinamakan waprakeswara. Ia merupakan raja yang
145
dekat dengan kaum Brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman sangat
dermawan, sehingga ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu
untuk para Brahmana. Sebagai tanda terimakasih daan peringatan
mengenai upacara kurban para Brahmana mendirikan sebuah yupa.
Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami zaman
keemasan. Kehidupan Ekonomi pun mengalami perkembangan. Kutai
terletak ditepi sungai, sehingga masyarakat melakukan pertanian. Selain
itu, mereka banyak yang melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan
sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan
internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan
sampai di Cina.dalam pelayarannya dimungkinkan bahwa para pedagang
itu singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai semakin
ramai dan rakyat hidup makmur.
Satu diantara yupa berisi keterangan yang artinya “Sang
Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka dengan memberi sedekah
20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api (bertempat) di
dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara ”
b. Kerajaan Tarumanegara.
Sejarah tertua yang berkaitan dengan pengedalian banjir dan sistem
pengairan
adalah
pada
masa
Kerajaan
Tarumanegara.
Untuk
mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di wilayah
Jakarta saat ini., maka Raja Purnawarman menggali Sungai Candrabaga.
Setelah itu, raja mempersembahkan 1.000 ekor lembu pada para
Brahmana.
Purnawarman adalah raja terkenal dari Tarumanegara. Karena,
setelah Kerajaan Kutai berkembang di Kalimantan Timur, di Jawa
Bagian Barat muncul Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan prasastiprasasti pusat Kerajaan Tarumanegara berada diantara Sungai Citarum
dan Cisadane. Kemudian, berdasarkan prasasti tugu, Purbacaraka
memperkirakan pusatnya ada di daerah Bekasi.
146
Sumber sejarah Tarumanegarayang utama adalah beberapa prasasti
yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan
Tarumanegara diteukan 7 buah prasasti yang berhuruf pallawa dan
berbahasa sanskerta, yaitu : Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti
Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Jambu, Prasasti
Cidanghiang dan Prasasti Pasir Awi.
c. Kerajaan Kalingga.
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan
sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan
yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga atau Holing,
diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari
Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menuurut berita Cina,
disebelah timur Kalingga ada Po-li (Bali sekarang), di sebelah barat
Kalingga ada To-po-Teng (Sumatra). Disebelah utara Kalingga ada
Chen-la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh
karena itu, Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan
Keling, Jepara, Jawa Tengah atau disebelah utara Gunung Muria.
Sumber utama Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya dari
Dinasti T’ang. Sumber lain adalah prasasti Tuk Mas di Lereng Gunung
Merbabu. Melalui Berita Cina, banyak hal yang diketahui tentang
perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya.
Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 sampai ke-9 M.
d. Kerajaan Sriwijaya.
Dari ketiga kerajaan itu, yang kenudian berkembang dan mencapai
puncak kejayaannya adalah Kerajaan Sriwijaya (Kerajaan Melayu)yang
berpusat di Jambi. Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi di
daerah Melayu yang kemudian ditaklukan dan berada dibawah kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya.
Sumber sejarah Kerjaan Sriwijaya yang penting adalah Prasasti
yang bertuliskan huruf pallawa, bahasa yang dipakai adalah Melayu
Kuno. Prasasti tersebut antara lain ; Prasasti Kedutan Bukit, Prasasti
147
Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang
Berahi.
e. Kerajaan Mataram Kuno.
Pertengahan abad ke-8 di Jawa Bagian Tengah berdiri sebuah
kerajaan baru yang kita kenal dengan Kerajaan Mataram Kuno. Untuk
mengetahui perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dapat digunakan
sumber yang berupa prasasti. Ada beberapa prsasti yang berkaitan
dengan Kerajaan Mataram Kuno diantaranya Prasasti Canggal, Prasasti
Kalasan, Prasastoi Klura, Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung. Selain
prasasti tersebut sumber sejarah lainnya adalah berita Cina.
f. Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri adalah Kerajaan pertama yang memiliki sistem
administrasi kewilayahan nnegara berjenjang. Hierarki kewilayahan
dibagi atas 3 jenjang. Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan
Kediri ditandai dengan perang saudara antara samarawijaya yang
berekuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala.
Pada thun 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan diantara
kedua belah pihak. Tahun 1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha.
Akan tetapi setelah itu tidak terdengar berita mengenai Kerajaan Panjalu
dan Jenggala. Bru pada Tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai
rajanya Jayawangsa lebih dikenal dengan Kerajaan Kediri dengan ibu
kotanya di Daha.
Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yang
ditemukan, antara lain Prasasti Padlegan (1117 M) dan Panumbangan
(1120 M). Isinya yang penting tentang pemberian status perdikan untuk
beberapa desa.
Tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni Raja
Jayabaya. Ia meninggalkan 3 Prasasti penting, yakni Prasasti Hantang
atau Ngantang (1135 M) yang berisi tulisan panjalu jayati, artinya
panjalu menang dan untuk mengenang kemenangan Panjalu atas
Jenggala, Talan (1136 M), dan Prasasti Desa Jepun (1144 M).
148
Jayabaya berhasil mengatasi berbagai kekacauan di kerajaan, karena
nama Jayabaya sangatterkenal di kalangan masyarakat Jawa sebab ada
Ramalan atau Jangka Jayabaya. Pada masa Kerajaan Jayabaya telah
digubah Kitab Baratayuda oleh Empu Sedah dan kemudian dilanjutkan
oleh Empu Panuluh.
Raja terkhir kerajaan kediri adalah Kertajaya atau Dandang Gendis. Pada
masa pemeerintahannya, terjadi pertentangan antara raja dan para
pendeta atau kaum Brahmana, karena Kertajaya berlaku sombong dan
berani melanggar adat. Hal ini memperlemah pemerintahan di Kediri.
Kemudian, para Brahmana mencari perlindungan kepada Ken Arok yang
merupakan penguasa di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan
dukungan para kaum Brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat
dikalahkan oleh Ken Arok.
g. Kerajaan Singhasari.
Raja-Raja yang Memerintah Singhasari.
1. Ken Arok (1222-1227 M)
Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang
Kerajaan Singhasari. Yang pusatnya kota Malang, Jawa Timur
dengan pendirinya Ken Arok sebagai raja yang berasal dari rakyat
biasa. Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang
Petani dari Desa Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi, daerah
Malang, ibunya bernama Ken Endok.
Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai
raja pertama bergelar “Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi”. Ia
memerintah selama 5 tahun. Pada tahun 1227 M Ken Arok di
bunuh seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil, atas perintah
Anusapati yang merupaka Putra Ken Dedes dengan Tunggul
Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan di Kagenengan dalam
bangunan perpaduan Syiwa-Budha. Ken Arok meninggalkan
beberapa Putra bersama Ken Umang memiliki 4 Putra yakni : Panji
149
Tohjaya, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi.
Sedangkan, bersama Ken Dedes memiliki Putra bernama Mahesa
Wongateleng.
2. Anusapati
Anusapati naik tahta tahun 1227 M di Kerajaan Singhasari dan
ia memeritah selama 21 tahun sebelum banyak berbuat untuk
pembangunan Kerajaan. Lambat laun berita tentang pembunuhan
Ken Arok samapai pada Tohjoyo (Putra Ken Arok) adalah
Anusapati,
maka
Tohjoyo
ingin
membalasa
dengan
cara
mengetahui kesukaan Anusapati adalah menyambung ayam. Oleh
karena itu, tohjoyo mengajaknya Anusapati mengadu ayam dan
pada saat mengadu ayam Tohjoyo berhasil membunuh Anusapati,
jenazahnya di candikan di Candi Kidal dekat Kota Malang. Beliau
meninggal seorang putra bernama Ronggowuni.
3. Tohjoyo (1248 M)
Setelah berhasil membunuh Anusapaati Tohjoyo naik tahta,
namun sangat singkat karena menurut Ronggowuni ia berhak atas
tahta tersebut maka ia menuntut hak tersebut dalam hal ini ia
dibantu oleh Mahesa Cempaka putra dari Mahesa Wongateleng.
Saat mengetahui berita ini Tohjoyo mengirim pasukannya dibawah
Lembu Ampaluntuk melawan Ronggowuni. Namun, Lembu Ampal
berbalik memihak Ronggowuni, maka Ronggowuni semakin kuat.
Tohjoyo berhasil meloloskan diri dan akhirnya meninggal di daerah
Katang Lumbang akibat luka-luka yang dideritanya.
4. Ronggowuni (1248-1268 M)
Ronggowuni naik tahta menggantikan Tohjoyo di Kerajaan
Singhasari 1248 M dengan gelar “Sri Jaya Wissnuwardana” ia
didampingi Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu
Anggabaya yang bergelar “Narasimhamurti”. Pada tahun 1254 M
150
Wisnuwardana mengangkat putranya Kertanegara sebagai raja
muda atau Yuwaraja.
Tahun 1268 M Ronggowuni meninggal dan dicandikan di 2
tempat, yaitu sebagai Syiwa di Waleri dan sebagai Budha
Amogapasa di Jajagu yang kemudian dikenal Jago. Tidak lama
kemudian Mahesa Cempaka meninggal dan dicandikan di Kumeper
dan Wudi Kucir.
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Tahun 1268 M Kertanegara naik tahta menggantikan
Ronggowuni dan ia bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.
Kertanegara merupakan raja yang paling Terkenal di Singhasari. Ia
bercita-citakan Kerajaan Singhasari menjadi Kerajaan Besar maka
ia melakukan bebgai usaha.
Sebagai raja besar maka nama Kertanegara diabadikan di
berbagai tempat. Bahkan di Surabaya terdapat Arca Kertanegara
yang menyerupai Arca Budha. Arca Kertanegara dinamakan Arca
Joko Dolok. Dengan terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah
Kerajaan Singhasari.
h. Kerajaan Majapahit.
Setelah Kerajaan Singhasari jatuh berdirilah Kerajaan Majapahit
yang berpusat di Jawa Timur antara abad ke 14-15 M. Kerajaan ini
direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia
memiliki tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang hampir
runtuh. Saat itu dibantu dengan Arya Wiraraja seorang penguasa Madura,
Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebutkan dalam kitab
Pararaton sebagai Hutannya orang Trik. Desa itu dinamakan dari sebuah
buah yang bernama Maja dengan rasa Pahit dari buah tersebut.
i. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa
di Bali.
151
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode
kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan
Islam, di Bali juga berkembang sejumlah Kerajaan. Pada zaman kuno,
sebenarnya Buleleng sudah berkembang.
Pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu.
Hal ini dibuktikan dalam prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang
berangka
Tahun
1065
M.
Sistem
perdagangannya
ada
yang
menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang).
Pada waktu itu dikenal dengan beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya
ma, su, dan pilling.
j. Kerajaan Tulang Bawang.
Menurut berita Cina, Kerajaan awal yang terdapat di Lampung
adalah Kerajaan yang disebut Bawang atau Tulang Bawang. Berita Cina
Tertua itu berasal dari abad ke 5, yaitu dari kitab Liu-Sung-Shu, kitab
Sejarah pada masa Kaisar Liu Sung (420-479).
Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’a- P’ing-huangyu-chi yang dtulis pada tahun 976-983 M, disebutkan Kerajaan bernama
T’o-lang-p’p-huang yang oleh G.ferrand disarankan untuk diidentifikasi
dengan Tulang Bawang ynag terletakdi daerah Pantai Tenggara Pulau
Sumatera, di Selatan sungai Palembang (Sungai Musi).
k. Kerajaan Kota Kapur.
Ditemukan petunjuk pada tahun 1994 adanya sebuah kekuasaan
sebelum Kerajaan Sriwijaya. pusat kekuasaan ini ditemukan beberapa
temuan Arkeologi seperti sisa-sia bangunan Candi Hindu (Waisnawa)
terbuat dari batu bersama dengan arca-arca batu lainnya. Sebelumnya di
situs Kota Kapur selain ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan
Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka(=686 M) telah ditemukan pula
peninggalan-peninggalan yang lain diantaranya sebuah arca Wisnu dan
Arca
Durga
Mahisasuramardhini.
Dan
nampaknya
peninggalan-
peninggalan tersebut tampak kekuasaan di Pulau Bangka yang bercorak
Hindu-Waisnawa, seperti halnya Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Lampiran 6
KISI – KISI UJI COBA INSTRUMEN
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Tahun pelajaran
No
: IPS (Sejarah)
:X/ 1
: 2015/2016
Kompetensi Dasar
1
Menganalisis
berbagai
teori tentang proses
masuk
dan
berkembangnya agama
dan kebudayaan HinduBuddha di Indonesia
2
Menganalisis
karakteristik kehidupan
masyarakat,
pemerintahan
dan
kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan HinduBuddha di Indonesia dan
menunjukan
contoh
bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat
Indonesia
masa kini.
Jumlah Soal
PG
UT/Esai
Indikator
1. Mendeskripsikan pengertian kebudayaan Hindu
2. Memahami proses sinkretisme
3. Memahami teori proses masuknya agama Hindu ke
Indonesia
4. Memahami istilah-istilah dalam kepercayaan Hindu
5. Memahami pengertian akulturasi dan mampu
menyebutkan contoh-contohnya dalam berbagai bidang
kehidupan
1. Menyebutkan Negara-negara pada masa Hindu Budha
yang menerapkan konsep Negara kesatuan
2. Menerapkan pengaruh Hindu-Buddha pada kehidupan
sekarang
3. Memahami istilah “Labadiu”
4. Memahami ketaladanan dari Raja Mulawarman
5. Memahami bukti catatann I-Tsing tentang kerajaan
Sriwijaya
6. Memahami pendiri kerajaan Mataram Hindu
7. Memahami kebijakan raja Airlangga
8. Memahami isi dari karya Jayabaya
9. Memahami kerjasama yang dilakukan oleh raja
Balaputeradewa di Sriwijaya dengan Negara lain
: 35 soal
: 35 soal
: 0 soal
Nomor Soal
Jumlah
Soal
1, 3, 4, 18, 19,
34, 16,
7
2, 10, 11,12, 13,
14, 15, 17, 26,
27, 28, 30, 33
13
152
3
1. Mengolah
informasi
mengenai proses masuk
dan
perkembangan
kerajaan Hindu-Buddha
dengan menerapkan cara
berpikir kronologis, dan
pengaruhnya
pada
kehidupan
masyarakat
Indonesia masa kini serta
mengemukakannya
dalam bentuk tulisan.
2. Mengolah
informasi
mengenai
proses
masuk
dan
perkembangan
kerajaan Islam dengan
menerapkan
cara
berpikir
kronologis,
dan pengaruhnya pada
kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
serta
mengemukakannya
dalam bentuk tulisan.
1. Mampu membuktikan bahwa Holing adalah kerajaan
yang menganut agama Budha
2. Memahami isi catatan I-Tsing
5, 6, 7, 8, 9,
3. Memahami catatan yang merupakan bukti adanay
20,21, 22, 23,24,
kerajaan Melayu
25, 29, 31, 32,
4. Memahami tujuan ekspedisi Pamalayu oleh Singasari
5. Memahami bukti peninggalan kerajaan Kutai
35
6. Memahami bukti peninggalan kebudayaan India di
Indonesia
7. Memahami bukti didirikannya kerajaan Bali
15
153
154
Lampiran 7
Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban
Tes Hasil Belajar IPS Siklus I
Nama
:
Kelas
:
Sekolah
:
Petunjuk :
 Tulis nama, kelas, dan sekolah pada tempat yang disediakan pada
lembaran soal.
 Pilihlah jawaban yang anggap kalian benar di antara: a,b,c, d, dan e.
 Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
 Selamat mengerjakan !
1. Terletak dimanakah Candi Borobudur...........
a. Kota Magelang, Jawa Barat
b. Kota Pontianak, Jawa Timur
c. Kota Pare, Jawa Tengah
d. Kota Magelang, Jawa Tengah
e. Kota Pare, Jawa Timur
2. Dilihat dari arsitektur, Candi tersebut merupakan bentuk dari........
a. Candi Hindu
b. Candi Buddha
c. Candi Kalasan
d. Candi Peninggalan
e. Candi Artefak
3. Candi Prambanan, letaknya tidak jauh dari Candi Borobudur tepatnya dimana......
a. Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten Jawa Tengah
b. Perbatasan Daerah Istimewa Bandung, Jawa Barat
c. Perbatasan Daerah Pare, Jawa Timur
d. Perbatasan Daerah Jambi, Klaten Jawa Tengah
e. Perbatasan Daerah Surakarta, Jambi Jawa Tengah
4. Kedua Candi tersebut (Candi Borobudur dan Candi Prambanan) merupakan bukti-bukti
pada masa ............
a. Dinasti Jayanegara
b. Dinasti Raden Wijaya
c. Dinasti Hayam Wuruk
d. Dinasti Syailendra
e. Dinasti Waisnawa
155
5. Candi tersebut merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang merupakan bukti
perkembangan......
a. Agama dan politik di Indonesia
b. Agama kedudukan di Indonesia
c. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
d. Sastra dabn budaya Hindu waisnawa di Indonesia
e. Sastra, agana, politik dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
6. Kerajaan yang handal menajalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan
perdagangan dan kemaritimannya adalah..........
a. Kerajaan Sriwijaya
b. Kerajaan Kutai
c. Kerajaan Demak
d. Kerjaan Banten
e. Kerajaan Tarumanegara
7. Berdasarkan kehebatan Sriwijaya ditunjukan dengan adanya “dharma”(sumbangan) untuk
mendirikan asrama di wilayah.......
a. Nalanda, Irlandia
b. Nepal, Iran
c. Nalanda, India
d. Nepal, Nigeria
e. Nalanda, Iran
8. Yang terkenal dengan seorang ahli geografi yunani, adalah...........
a. Jawasyipa
b. Jawadwipa
c. Ptolomeus
d. Labadiu
e. Syailendra
9. Sumber sejarah yang tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia berupa.......
a. Artefak
b. Yupa
c. Candi
d. Tugu
e. Prasasti
10. Kerajaan tertua yang terdapat di Muara Kaman Kalimantan Timur yakni.........
a. Kutai
b. Demak
c. Sriwijaya
d. Mataram Kuno
e. Tulang Bawang
11. Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari budaya India yaitu budaya yang
dikembangkan oleh.......
a. Bangsa Negro, Kalimantan Barat
b. Bangsa Portugis, Kalimantan Tidur
c. Bangsa Arya di Lembah Sungai Indus
d. Bangsa Dayak, di Lembah Sungai Tandus
e. Bangsa Barat, Di Lembah Sungai Indus
12. Nama komoditas penting yang bernilai tinggi pada awal masa sejarah dikepulauan
Indonesia adalah.......
a. Gaharu
b. Kapur Tulis
156
c. Gaharu dan Tulisan
d. Gaharu dan kapur Barus
e. Kapur Barus
13. Komoditas tersebut merupakan bahan baku pewangi yang paling digemari oleh.......
a. Bangsa Barat dan Portugis
b. Bangsa India dan Barat
c. Bangsa Cina dan Potugis
d. Bangsa India dan Cina
e. Bangsa Portugis dan India
14. Awal hubungan dagang antara penduduk kepulauan Nusantara dan India bertepatan
dengan perkembangan pesat dari........
a. Agama Hindu
b. Agama Buddha
c. Agama Kristen
d. Agama Katholik
e. Agama Islam
15. Sistem Kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di
Lembah Sungai Indus adalah......
a. Sistem Kasta
b. Sistem Ras
c. Sistem Pemerintahan
d. Sistem Kerajaan
e. Sistem Politik
16. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan pertama di duduki oleh .........
a. Brahmana (Pendeta)
b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit)
c. Waisya (Pedagang dan Petani)
d. Sudra (Rakyat Biasa)
e. Pecinan
17. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan ketiga di duduki oleh....
a. Brahmana (Pendeta)
b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit)
c. Waisya (Pedagang dan Petani)
d. Sudra (Rakyat Biasa)
e. Pecinan
18. Sistem kepercayaan dan kasta menajdi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap
Hinduisme, penggolongan seperti ini disebut............
a. Caturwarga
b. Caturwarna
c. Dharmawarga
d. Dharmawarna
e. Dharmawangsa
19. Arca Buddha yang terbuat dari perunggu di daerah sempaga, sulawesi selatan. Arca ini
memperlihatkan langgam seni arca asmarawati dari India Selatan. Arca sejenis
ditemukan di...........
a. Jember Jawa Timur dan Daerah Bukit Siguntang Sumatra Selatan
b. Bandung Jawa Barat dan daerah Perbukitan
c. Daerah Perbukitan dan perbatasan Daerah kalimantan Barat
d. Dataran tinggi dan perbukitan rendah daerah Sumatra Barat
e. Pare Jawa Timur dan Perbatasan Kalimantan Timur
157
20. Pendapat mengenai berbagai proses masuknya Hindu-Buddha sering di sebut.............
a. Buddhanisasi
b. Hindunisasi
c. Hinbuddanisasi
d. Kristenisasi
e. Prostetanisasi
21. Munculnya kerajaan atau pengaruh hindu di kepulauan Indonesia disebabkan oleh
peranan kaum ksatria/ para prajurit India disebut .........
a. Teori Brahmana
b. Teori Ksatria
c. Teori Waisya
d. Teori Sudra
e. Teori Arus Balik
22. Teori yang lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam proses
penyebaran kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia, di sebut........
a. Teori Brahmana
b. Teori Ksatria
c. Teori Waisya
d. Teori Sudra
e. Teori Arus Balik
23. “Yang memotivasi para pedagang india untu datang ke asia tenggara adalah keinginan
untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan” ini merupakan
pendapat dari...........
a. R.C Majundar
b. N. J Krom
c. G Coedes
d. Van Leur
e. Paul Wheatly
24. “Para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India
guna mengangkat status sosial mereka” merupakan pendapat dari..........
a. R.C Majundar
b. N. J Krom
c. G Coedes
d. Van Leur
e. Paul Wheatly
25. “ Proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu mereka
itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama
buddha” merupakan pendapat dari....................
a. R.C Majundar
b. N. J Krom
c. G Coedes
d. F.D.K. Bosch
e. Paul Wheatly
26. Melalui proses apa budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat
diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu......
a. Akulturasi
b. Indianisasi
c. Hindunisasi
d. Buddhanisasi
e. Kristenisasi
158
27. Letak pusat pemerintahan Majapahit saat itu adalah.........
a. Kompleks Himalaya
b. Kompleks Sinabung
c. Komplek Trowulan
d. Komplek Sangiran
e. Kompleks Mahakam
28. Siapakan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Nasional
kedua........
a. Soekarno
b. Muhammad Hatta
c. Muhammad Yamin
d. Gajah Mada
e. Hayam Wuruk
29. Siapakah 2 tokoh besar yang berhasil mempersatukan Nusantara...........
a. Selaparang dan Mulawarman
b. Soekarno dan Moch Hatta
c. Mahmud Effendi dan Moch Yamin
d. Gajah Mada dan Hayam Wuruk
e. Gajah Mada dan Selaparang
30. Masyarakat Lombok timur mempercayai bahwasannya makam Patih Gajah Mada berada
di wilayah Komplek Pemakaman..............
a. Selaparang
b. Mulawarman
c. Anusopati
d. Hayam Wuruk
e. Pendhopo
31. Suatu kondisi dimana perbedaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi penghalang
merupakan pengertian .................
a. Globalisasi.
b. Asimilasi.
c. Akuluturasi.
d. Intergasi.
e. Jaringan Perdagangan Global.
32. Pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat 2 kekuatan peradaban
besar, yakni.......
a. Cina dan India
b. Hongkong dan Taiwan
c. Thailand dan Taiwan
d. Hongkong dan Thailand
e. Cina dan Hongkong
33. Di Jawa terdapat 3 kerajaan utama, yaitu...........
a. Tarumanegara, Demak, Majapahit
b. Ho-ling (Kalingga), Tarumanegara, Singhasari
c. Singhasari, Demak, Majapahit
d. Majapahit, Kalingga, Kutai
e. Demak, Tarumanegara, Singhasari
34. Sketsa, Candi, Stupa dan Batas Kota merupakan bagian unsur darai seni...
a. Seni Rupa dan Ukir
b. Seni Pertunjukan
c. Seni Bangunan
159
d. Seni Aristektur
e. Seni Sastra dan Aksara
35. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang....
a. Laki-laki dan Perempuan
b. Kekuasaan dan Kekuatan
c. Kesuburan dan Kemakmuran
d. Animismedan Dinamisme
e. Asimilasi dan Akulturasi
Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. A
4. D
5. C
6. A
7. C
8. B
9. E
10. A
11. C
12. D
13. D
14. B
15. A
16. A
17. C
18. B
19. A
20. B
21. B
22. E
23. C
24. E
25. D
26. A
27. C
28. C
29. D
30. A
31. A
32. A
33. B
34. C
35. C
160
Lampiran 8
Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban
Tes Hasil Belajar IPS Siklus II
Nama
:
Kelas
:
Sekolah
:
Petunjuk :
 Tulis nama, kelas, dan sekolah pada tempat yang disediakan pada
lembaran soal.
 Pilihlah jawaban yang anggap kalian benar di antara: a,b,c, d, dan e.
 Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
 Selamat mengerjakan !
1. Terletak dimanakah Candi Borobudur...........
a. Kota Magelang, Jawa Barat
b. Kota Pontianak, Jawa Timur
c. Kota Pare, Jawa Tengah
d. Kota Magelang, Jawa Tengah
e. Kota Pare, Jawa Timur
2. Dilihat dari arsitektur, Candi tersebut merupakan bentuk dari........
a. Candi Hindu
b. Candi Buddha
c. Candi Kalasan
d. Candi Peninggalan
e. Candi Artefak
3. Candi Prambanan, letaknya tidak jauh dari Candi Borobudur tepatnya dimana......
a. Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten Jawa Tengah
b. Perbatasan Daerah Istimewa Bandung, Jawa Barat
c. Perbatasan Daerah Pare, Jawa Timur
d. Perbatasan Daerah Jambi, Klaten Jawa Tengah
e. Perbatasan Daerah Surakarta, Jambi Jawa Tengah
4. Kedua Candi tersebut (Candi Borobudur dan Candi Prambanan) merpakan bukti-bukti
pada masa ............
a. Dinasti Jayanegara
b. Dinasti Raden Wijaya
c. Dinasti Hayam Wuruk
d. Dinasti Syailendra
e. Dinasti Waisnawa
5. Candi tersebut merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia yang merupakan bukti
perkembangan......
148
161
a. Agama dan politik di Indonesia
b. Agama kedudukan di Indonesia
c. Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
d. Sastra dabn budaya Hindu waisnawa di Indonesia
e. Sastra, agana, politik dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
6. Kerajaan yang handal menajalin hubungan dengan dunia internasional melalui jaringan
perdagangan dan kemaritimannya adalah..........
a. Kerajaan Sriwijaya
b. Kerajaan Kutai
c. Kerajaan Demak
d. Kerjaan Banten
e. Kerajaan Tarumanegara
7. Berdasarkan kehebatan Sriwijaya ditunjukan dengan adanya “dharma”(sumbangan) untuk
mendirikan asrama di wilayah.......
a. Nalanda, Irlandia
b. Nepal, Iran
c. Nalanda, India
d. Nepal, Nigeria
e. Nalanda, Iran
8. Yang terkenal dengan seorang ahli geografi yunani, adalah...........
a. Jawasyipa
b. Jawadwipa
c. Ptolomeus
d. Labadiu
e. Syailendra
9. Sumber sejarah yang tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia berupa.......
a. Artefak
b. Yupa
c. Candi
d. Tugu
e. Prasasti
10. Kerajaan tertua yang terdapat di Muara Kaman Kalimantan Timur yakni.........
a. Kutai
b. Demak
c. Sriwijaya
d. Mataram Kuno
e. Tulang Bawang
11. Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari budaya India yaitu budaya yang
dikembangkan oleh.......
a. Bangsa Negro, Kalimantan Barat
b. Bangsa Portugis, Kalimantan Tidur
c. Bangsa Arya di Lembah Sungai Indus
d. Bangsa Dayak, di Lembah Sungai Tandus
e. Bangsa Barat, Di Lembah Sungai Indus
12. Nama komoditas penting yang bernilai tinggi pada awal masa sejarah dikepulauan
Indonesia adalah.......
a. Gaharu
b. Kapur Tulis
c. Gaharu dan Tulisan
d. Gaharu dan kapur Barus
162
e. Kapur Barus
13. Komoditas tersebut merupakan bahan baku pewangi yang paling digemari oleh.......
a. Bangsa Barat dan Portugis
b. Bangsa India dan Barat
c. Bangsa Cina dan Potugis
d. Bangsa India dan Cina
e. Bangsa Portugis dan India
14. Awal hubungan dagang antara penduduk kepulauan Nusantara dan India bertepatan
dengan perkembangan pesat dari........
a. Agama Hindu
b. Agama Buddha
c. Agama Kristen
d. Agama Katholik
e. Agama Islam
15. Sistem Kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang berkembang di
Lembah Sungai Indus adalah......
a. Sistem Kasta
b. Sistem Ras
c. Sistem Pemerintahan
d. Sistem Kerajaan
e. Sistem Politik
16. Berdasarkan fungsinya Kasta golongan pertama di duduki oleh .........
a. Brahmana (Pendeta)
b. Ksatria (Bangsawan, Prajurit)
c. Waisya (Pedagang dan Petani)
d. Sudra (Rakyat Biasa)
e. Pecinan
17. Sistem kepercayaan dan kasta menajdi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap
Hinduisme, penggolongan seperti ini disebut............
a. Caturwarga
b. Caturwarna
c. Dharmawarga
d. Dharmawarna
e. Dharmawangsa
18. Pendapat mengenai berbagai proses masuknya Hindu-Buddha sering di sebut.............
a. Buddhanisasi
b. Hindunisasi
c. Hinbuddanisasi
d. Kristenisasi
e. Prostetanisasi
19. “Yang memotivasi para pedagang india untu datang ke asia tenggara adalah keinginan
untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan” ini merupakan
pendapat dari...........
a. R.C Majundar
b. N. J Krom
c. G Coedes
d. Van Leur
e. Paul Wheatly
20. “Para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India
guna mengangkat status sosial mereka” merupakan pendapat dari..........
163
A. R.C Majundar
B. N. J Krom
C. G Coedes
D. Van Leur
E. Paul Wheatly
21. “ Proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia dilakukan oleh kelompok tertentu mereka
itu terdiri dari kaum terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama
buddha” merupakan pendapat dari....................
A. R.C Majundar
B. N. J Krom
C. G Coedes
D. F.D.K. Bosch
E. Paul Wheatly
22. Melalui proses apa budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat
diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu......
A. Akulturasi
B. Indianisasi
C. Hindunisasi
D. Buddhanisasi
E. Kristenisasi
23. Letak pusat pemerintahan Majapahit saat itu adalah.........
A. Kompleks Himalaya
B. Kompleks Sinabung
C. Komplek Trowulan
D. Komplek Sangiran
E. Kompleks Mahakam
24. Siapakan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan Nasional
kedua........
A. Soekarno
B. Muhammad Hatta
C. Muhammad Yamin
D. Gajah Mada
E. Hayam Wuruk
25. Siapakah 2 tokoh besar yang berhasil mempersatukan Nusantara...........
A. Selaparang dan Mulawarman
B. Soekarno dan Moch Hatta
C. Mahmud Effendi dan Moch Yamin
D. Gajah Mada dan Hayam Wuruk
E. Gajah Mada dan Selaparang
26. Masyarakat Lombok timur mempercayai bahwasannya makam Patih Gajah Mada berada
di wilayah Komplek Pemakaman..............
A. Selaparang
B. Mulawarman
C. Anusopati
D. Hayam Wuruk
E. Pendhopo
27. Suatu kondisi dimana perbedaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi penghalang
merpakan pengertian .................
A. Globalisasi.
B. Asimilasi.
164
C. Akuluturasi.
D. Intergasi.
E. Jaringan Perdagangan Global.
28. Pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat 2 kekuatan peradaban
besar, yakni.......
A. Cina dan India
B. Hongkong dan Taiwan
C. Thailand dan Taiwan
D. Hongkong dan Thailand
E. Cina dan Hongkong
29. Di Jawa terdapat 3 kerajaan utama, yaitu...........
A. Tarumanegara, Demak, Majapahit
B. Ho-ling (Kalingga), Tarumanegara, Singhasari
C. Singhasari, Demak, Majapahit
D. Majapahit, Kalingga, Kutai
E. Demak, Tarumanegara, Singhasari
30. Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang....
A. Laki-laki dan Perempuan
B. Kekuasaan dan Kekuatan
C. Kesuburan dan Kemakmuran
D. Animismedan Dinamisme
E. Asimilasi dan Akulturasi
Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. A
4. D
5. C
6. A
7. C
8. B
9. E
10. A
11. C
12. D
13. D
14. B
15. A
16. A
17. B
18. B
19. C
20. E
21. D
22. A
23. C
24. C
25. D
26. A
27. A
28. A
29. B
30. C
165
Lampiran 9
Lampiran Dokumentasi
153
166
167
168
169
Lampiran 10
Lembar Observasi Akktivitas Siswa
167
Lampiran 11
Validitas Siklus I
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
Jumlah True
p
q
Mp
Mt
St
r pbis
r tabel
Status
Nomor Butir Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
20
19
20
32
32
31
22
24
25
14
16
28
30
30
11
29
12
32
11
5
13
8
31
16
25
17
20
15
30
28
24
22
27
18
17
465
451
487
715
725
692
509
566
578
343
387
648
678
676
276
653
267
725
230
138
260
170
706
380
581
410
488
372
670
646
558
508
612
391
407
0,571 0,543 0,571 0,914 0,914 0,886 0,629 0,686 0,714 0,400 0,457 0,800 0,857 0,857 0,314 0,829 0,343 0,914 0,314 0,143 0,371 0,229 0,886 0,457 0,714 0,486 0,571 0,429 0,857 0,800 0,686 0,629 0,771 0,514 0,486
0,429 0,457 0,429 0,086 0,086 0,114 0,371 0,314 0,286 0,600 0,543 0,200 0,143 0,143 0,686 0,171 0,657 0,086 0,686 0,857 0,629 0,771 0,114 0,543 0,286 0,514 0,429 0,571 0,143 0,200 0,314 0,371 0,229 0,486 0,514
23,250 23,737 24,350 22,344 22,656 22,323 23,136 23,583 23,120 24,500 24,188 23,143 22,600 22,533 25,091 22,517 22,250 22,656 20,909 27,600 20,000 21,250 22,774 23,750 23,240 24,118 24,400 24,800 22,333 23,071 23,250 23,091 22,667 21,722 23,941
21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543 21,543
5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751 5,751
0,343
0,416
0,564
0,455
0,632
0,377
0,360
0,524
0,434
0,420
0,422
0,556
0,450
0,422
0,418
0,372
0,089
0,632
-0,075
0,430
-0,206
-0,028
0,596
0,352
0,467
0,435
0,574
0,490
0,337
0,532
0,438
0,350
0,359
0,032
2
Y
Y
28
18
22
21
21
22
25
29
27
17
19
21
20
24
19
22
16
25
24
24
24
5
31
27
20
18
20
25
14
20
16
17
30
33
10
754
784
324
484
441
441
484
625
841
729
289
361
441
400
576
361
484
256
625
576
576
576
25
961
729
400
324
400
625
196
400
256
289
900
1089
100
17368
0,405
0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID DROP VALID DROP DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID
1
2
3
4
5
170
Realibilitas Siklus II
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
p
q
k
S2t
p*q
∑ p*q
KR-20
rkritis
Status
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
20
0,571
0,429
2
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
19
0,543
0,457
3
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
20
0,571
0,429
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
32
0,914
0,086
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
32
0,914
0,086
6
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
31
0,886
0,114
7
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
22
0,629
0,371
8
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
24
0,686
0,314
9
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
25
0,714
0,286
10
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
14
0,400
0,600
11
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
16
0,457
0,543
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
28
0,800
0,200
13
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
30
0,857
0,143
14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
30
0,857
0,143
0,245
0,248
0,245
0,078
0,078
0,101
0,233
0,216
0,204
0,240
0,248
0,160
0,122
0,122
Nomor Butir Soal
15
16
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
11
29
0,314 0,829
0,686 0,171
30
18
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
32
0,914
0,086
20
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
5
0,143
0,857
23
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
31
0,886
0,114
24
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
16
0,457
0,543
25
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
25
0,714
0,286
26
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
0
17
0,486
0,514
27
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
20
0,571
0,429
28
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
15
0,429
0,571
29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
30
0,857
0,143
30
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
28
0,800
0,200
31
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
24
0,686
0,314
32
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
22
0,629
0,371
33
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
27
0,771
0,229
35
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
17
0,486
0,514
0,078
0,122
0,101
0,248
0,204
0,250
0,245
0,245
0,122
0,160
0,216
0,233
0,176
0,250
Y
Y2
28
17
20
20
19
20
23
27
26
16
18
21
18
24
17
21
15
25
20
23
21
2
29
25
19
17
18
23
12
19
12
15
28
28
6
692
784
289
400
400
361
400
529
729
676
256
324
441
324
576
289
441
225
625
400
529
441
4
841
625
361
289
324
529
144
361
144
225
784
784
36
14890
35,534
0,216 0,142
5,551
0,873
0,334
Reliabel
171
Lampiran 12
Validitas Siklus II
No
Nama
Jumlah
Jumlah True
p
q
Mp
Mt
St
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
23
517
0,657
0,343
22,478
21,486
5,299
2
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
27
607
0,771
0,229
22,481
21,486
5,299
3
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
23
505
0,657
0,343
21,957
21,486
5,299
4
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
20
458
0,571
0,429
22,900
21,486
5,299
5
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
26
602
0,743
0,257
23,154
21,486
5,299
6
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
27
617
0,771
0,229
22,852
21,486
5,299
7
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
497
0,600
0,400
23,667
21,486
5,299
8
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
27
622
0,771
0,229
23,037
21,486
5,299
9
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
22
506
0,629
0,371
23,000
21,486
5,299
10
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
32
710
0,914
0,086
22,188
21,486
5,299
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
26
596
0,743
0,257
22,923
21,486
5,299
12
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
23
540
0,657
0,343
23,478
21,486
5,299
13
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
29
649
0,829
0,171
22,379
21,486
5,299
14
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
28
629
0,800
0,200
22,464
21,486
5,299
r pbis
0,259
0,345
0,123
0,308
0,535
0,474
0,504
0,538
0,372
0,433
0,461
0,521
0,371
0,369
r tabel
0,334
DROP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Status
0,334
0,334
VALID DROP
1
#NUM!
Nomor Butir Soal
15
16
17
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
28
23
28
630
534
631
0,800
0,657
0,800
0,200
0,343
0,200
22,500 23,217 22,536
21,486 21,486 21,486
5,299
5,299
5,299
0,383
0,452
0,396
18
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
28
636
0,800
0,200
22,714
21,486
5,299
19
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
24
546
0,686
0,314
22,750
21,486
5,299
20
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
30
680
0,857
0,143
22,667
21,486
5,299
21
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
28
629
0,800
0,200
22,464
21,486
5,299
22
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
25
581
0,714
0,286
23,240
21,486
5,299
23
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
22
467
0,629
0,371
21,227
21,486
5,299
24
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
23
542
0,657
0,343
23,565
21,486
5,299
25
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
25
578
0,714
0,286
23,120
21,486
5,299
26
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
22
514
0,629
0,371
23,364
21,486
5,299
27
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
488
0,600
0,400
23,238
21,486
5,299
28
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
23
528
0,657
0,343
22,957
21,486
5,299
29
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
23
498
0,657
0,343
21,652
21,486
5,299
30
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
25
575
0,714
0,286
23,000
21,486
5,299
0,464
0,352
0,546
0,369
0,523
-0,063
0,543
0,488
0,461
0,405
0,384
0,043
0,452
Y
Y2
13
12
21
24
25
15
21
18
26
26
25
20
16
27
28
30
26
27
15
24
24
20
25
21
25
17
13
14
18
12
24
28
27
26
19
752
169
144
441
576
625
225
441
324
676
676
625
400
256
729
784
900
676
729
225
576
576
400
625
441
625
289
169
196
324
144
576
784
729
676
361
17112
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
0,334
DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID
2
3
4
5
6
7
8
9
10
28,08067
172
Realibilitas Siklus II
No
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jumlah
p
q
k
S2t
p*q
∑ p*q
KR-20
2
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
27
0,771
0,229
5
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
26
0,743
0,257
6
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
27
0,771
0,229
7
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
0,600
0,400
8
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
27
0,771
0,229
9
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
22
0,629
0,371
10
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
32
0,914
0,086
11
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
26
0,743
0,257
12
0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
23
0,657
0,343
13
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
29
0,829
0,171
14
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
28
0,800
0,200
0,176
0,191
0,176
0,240
0,176
0,233
0,078
0,191
0,225
0,142
0,160
Nomor Butir Soal
15
16
17
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
28
23
28
0,800
0,657
0,800
0,200
0,343
0,200
25
26,104
0,160
0,225
4,730
0,853
rkritis
0,334
Status
Reliabel
0,160
18
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
28
0,800
0,200
19
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
24
0,686
0,314
20
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
30
0,857
0,143
21
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
28
0,800
0,200
22
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
25
0,714
0,286
24
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
23
0,657
0,343
25
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
25
0,714
0,286
26
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
22
0,629
0,371
27
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
21
0,600
0,400
28
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
23
0,657
0,343
30
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
25
0,714
0,286
0,160
0,216
0,122
0,160
0,204
0,225
0,204
0,233
0,240
0,225
0,204
Y
Y2
9
11
17
21
21
10
18
13
22
23
23
17
13
24
24
25
24
24
11
21
19
16
21
16
21
16
12
11
18
10
22
25
24
23
16
641
81
121
289
441
441
100
324
169
484
529
529
289
169
576
576
625
576
576
121
441
361
256
441
256
441
256
144
121
324
100
484
625
576
529
256
12627
173
174
Lampiran 13
1. Contoh soal validitas dari yang valid hingga tidak valid pada siklus I
a. Contoh soal yang valid
Mp
: 23,250
Mt
: 21,543
St
: 5,751
P
: 0, 571
q
: 0,429
rtabel
: 0,334
Jika rpbis
=
= 0,297 (1,154)
= 0,343
rtabel , dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 0,343 > 0,334 maka
butir soal valid.
b. contoh soal yang tidak valid
Mp
: 22,250 rp bis
Mt
: 21,543
St
: 5,751
P
: 0, 343
q
: 0,657
rtabel
: 0,334
Jika rpbis
Mp Mt
St
p
q
=
= 0,123 (0,722)
= 0,089
rtabel , dari perhitungan diatas di peroleh bahwa 0,089 < 0,334 maka butir
soal tidak valid.
2. Contoh realibilitas dari siklus I
Analisis butir soal dengan Uji Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha
Croncbach, rumusnya yaitu :
r11
st 2
k
k
1
pi qi
st
2
Keterangan :
r11
: Koefisien reliabilitas
k
pi
: Jumlah soal
: Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi
: Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
st 2
: Varians dari skor total
Mencari varians total:
175
st
2
st
2
Yi 2
n
Yi
2
n n 1
35 14890
692
35 35 1
st 2
521150 478864
35 34
st 2
42286
1190
st 2
35,534
2
Perhitngan reliabilitas instrumen sebagai berikut:
r11
st 2
k
k
pi qi
st 2
1
r11
30
30 1
35,534 5,551
35,534
r11
30
29
r11
1, 034 0,844
r11
0,873
29,983
35,534
0,334 . Karena rhitung
Dari tabel diperoleh rtabel
0,873 rtabel
0,334 , maka dapat
disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel.
3. Contoh soal validitas dari yang valid hingga tidak valid pada siklus II
a. contoh soal yang valid
Mp
: 22,481 rp bis
Mt
: 21,486
St
: 5,299
P
: 0, 771
q
: 0,229
rtabel
: 0,334
Mp Mt
St
p
q
=
Jika rpbis
= 0, 188 (1,835)
= 0, 345
rtabel , dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa 0.345 > 0,334 maka
butir soal valid.
176
b. Contoh soal yang tidak valid
Mp
: 22,478
Mt
: 21,486
St
: 5,299
P
: 0, 657
q
: 0,343
rtabel
: 0,334
rp bis
Mp Mt
St
p
q
=
= 0, 187 (1,384)
= 0, 259
Jika rpbis
rtabel , dari perhitungan diatas di peroleh bahwa 0,259 < 0,334 maka butir
soal tidak valid.
4. Contoh realibilitas dari siklus II
Analisis butir soal dengan Uji Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha
Croncbach, rumusnya yaitu :
st 2
k
r11
k
pi qi
1
st
2
Keterangan :
: Koefisien reliabilitas
r11
k
pi
: Jumlah soal
: Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi
: Proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
2
st
: Varians dari skor total
Mencari varians total:
st
2
st
2
n
Yi 2
n n
Yi
2
1
35 12627
641
35 35 1
st 2
441945 410881
35 34
st 2
31064
1190
2
177
st 2
26,104
Perhitngan reliabilitas instrumen sebagai berikut:
r11
st 2
k
k 1
pi qi
st
r11
25
25 1
r11
25
24
r11
1, 042 0,819
r11
0,853
2
26,104 4, 730
26,104
21,374
26,104
Dari tabel diperoleh rtabel
0,334 . Karena rhitung
disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel.
0,853 rtabel
0,334 , maka dapat
178
Lampiran 14
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada
Siklus I
No
Aspek yang Diamati
1
Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2
Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
3
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
4
Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran.
5
Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
6
Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri
dari 10-11 orang
7
Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada
siswa.
8
Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran
tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa
Klasik (Hindu dan Budha)
9
Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng
atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga
pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan
keinginannya masing-masing.
10
Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas.
11
Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan
dongeng atau cerita yang cocok.
12
Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng
atau cerita.
13
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa
untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian.
14
Guru melakukan proses penilaian
15
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Implementasi
Ya
Tidak
179
16
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
17
Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Keterangan untuk mengisi kolom implementasi :
1. Berikan tanda centang (√) pada kolom (Ya ) jika guru melaksanakan, dan (Tidak)
jika tidak melaksanakan aktivitas penerapan model pembelajaran.
Guru Mata Pelajaran
Kotabaru, 14 Oktober 2015
Observer
Kiki Puji Astuti
Kiki Puji Astuti
Mengetahui
Kepala Sekolah
Abdul Rojak, S. Pd. I
180
Lampiran 15
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Pada
Siklus II
No
Aspek yang Diamati
1
Guru mengabsen dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2
Guru memilih pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
3
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar.
4
Guru menjelaskan alur pelaksanaan pembelajaran.
5
Guru memberi materi berupa Pedagang, Penguasa, dan
Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Budha)
6
Guru membagi kelompok siswa masing-masing terdiri
dari 10-11 orang
7
Guru menyiapkan dan memberi pengarahan kepada
siswa.
8
Guru memberikan contoh Cerita dengan bermain peran
tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa
Klasik (Hindu dan Budha)
9
Guru mempersilahkan siswa untuk membuat dongeng
atau cerita tentang Pedagang, Penguasa, dan Pujangga
pada Masa Klasik (Hindu dan Budha) sesuai dengan
keinginannya masing-masing.
10
Guru terus memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas.
11
Guru membebaskan siswa untuk berpikir menentukan
dongeng atau cerita yang cocok.
12
Guru tidak membatasi anak untuk membuat dongeng
atau cerita.
13
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok siswa
untuk menampilkan hasil kerjanya secara bergantian.
14
Guru melakukan proses penilaian
15
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Implementasi
Ya
Tidak
181
16
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
17
Guru meminta siswa merangkum hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Keterangan untuk mengisi kolom implementasi :
2. Berikan tanda centang (√) pada kolom (Ya ) jika guru melaksanakan, dan (Tidak)
jika tidak melaksanakan aktivitas penerapan model pembelajaran.
Guru Mata Pelajaran
Kotabaru, 3 November 2015
Observer
Kiki Puji Astuti
Kiki Puji Astuti
Mengetahui
Kepala Sekolah
Abdul Rojak, S. Pd. I
182
Lampiran 16
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada
Siklus I
Nama Siswa
∑Nilai
%
1
A1
229
229%
2
A2
244
224%
3
A3
200
200%
4
A4
125
125%
5
A5
245
245%
6
A6
184
184%
7
A7
209
209%
8
A8
157
157%
9
A9
184
184%
10
A10
178
178%
11
A11
179
179%
12
A12
175
175%
13
A13
114
114%
14
A14
180
180%
15
A15
183
183%
16
A16
204
204%
17
A17
177
177%
18
A18
183
183%
19
A19
152
152%
20
A20
145
145%
21
A21
198
198%
22
A22
170
170%
23
A23
178
178%
24
A24
196
196%
25
A25
162
162%
26
A26
183
183%
27
A27
187
187%
28
A28
209
209%
No
183
29
A29
192
192%
30
A30
185
185%
31
A31
170
170%
32
A32
189
189%
33
A33
203
203%
34
A34
206
206%
35
A35
233
233%
Jumlah Keseluruhan
6708
Rata-Rata
191,66
Presentase
348,5%
184
Lampiran 17
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nama
Nilai
Nilai
Siswa
Pretest
Posttest
1
A1
75
80
2
A2
75
80
3
A3
70
75
4
A4
70
75
5
A5
70
75
6
A6
75
80
7
A7
60
75
8
A8
75
80
9
A9
60
75
10
A10
60
75
11
A11
80
85
12
A12
75
80
13
A13
75
80
14
A14
75
80
15
A15
80
83
16
A16
75
78
17
A17
75
78
18
A18
75
79
19
A19
60
75
20
A20
60
75
21
A21
60
75
22
A22
80
83
23
A23
80
84
24
A24
60
75
25
A25
60
76
26
A26
60
75
27
A27
60
76
28
A28
60
75
No
185
29
A29
76
80
30
A30
70
78
31
A31
70
78
32
A32
70
79
33
A33
80
84
34
A34
70
77
35
A35
70
77
Jumlah
2430
2735
Rata-rata
69,43
78,14
186
Lampiran 18
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada
Siklus II
Nama Siswa
∑Nilai
%
1
A1
2023
2023%
2
A2
1005
1005%
3
A3
1504
1504%
4
A4
1696
1696%
5
A5
1542
1542%
6
A6
2161
2161%
7
A7
1495
1495%
8
A8
1344
1344%
9
A9
514
514%
10
A10
1585
1585%
11
A11
1886
1886%
12
A12
956
956%
13
A13
216
216%
14
A14
1562
1562%
15
A15
2145
2145%
16
A16
525
525%
17
A17
1072
1072%
18
A18
1790
1790%
19
A19
465
465%
20
A20
2503
2503%
21
A21
365
365%
22
A22
820
820%
No
187
23
A23
1170
1170%
24
A24
1272
1272%
25
A25
1623
1623%
26
A26
984
984%
27
A27
1938
1938%
28
A28
566
566%
29
A29
1690
1690%
30
A30
1830
1830%
31
A31
1550
1550%
32
A32
1670
1670%
33
A33
1780
1780%
34
A34
1225
1225%
35
A35
1239
1239%
Jumlah Keseluruhan
1.390.367
Rata-Rata
39.724,77
Presentase
72,227%
188
Lampiran 19
Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Siklus II
No
Nama
Nilai
Nilai
Siswa
Pretest
Posttest
1
A1
76
86
2
A2
76
85
3
A3
80
85
4
A4
75
86
5
A5
75
90
6
A6
76
85
7
A7
75
80
8
A8
76
86
9
A9
77
87
10
A10
77
87
11
A11
83
88
12
A12
78
87
13
A13
80
85
14
A14
75
85
15
A15
83
86
16
A16
80
84
17
A17
77
84
18
A18
77
84
19
A19
75
90
20
A20
76
85
21
A21
75
90
22
A22
84
89
23
A23
85
88
24
A24
75
83
25
A25
76
83
26
A26
77
84
27
A27
77
87
28
A28
75
90
189
29
A29
78
85
30
A30
75
90
31
A31
75
86
32
A32
78
80
33
A33
83
88
34
A34
76
85
35
A35
77
85
Jumlah
2713
3008
Rata-rata
77,51
85,94
Download