Arsitektur vernacular di jawa timur Indah Rahmawati 0851010006 Arsitektur Vernakular Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernacular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman, menggunakan teknologi dan material local serta merupakan atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya transformasi. Arsitektur vernacular merupakan bentuk perkembangan dari arsitektur tradisional yang mana arsitektur tradisional sangat lekat dengan tradisi yang masih hidup, tatanan kehidupan masyarakat, wawasan kehidupan masyarakat serta tata laku yang berlaku pada kehidupan sehari-hari masyarakatnya secara umum. Arsitektur vernacular merupakan transformasi dari situasi kultur homogeny ke situasi yang lebih heterogen dan sebisa mungkin menghadirkan citra serta baying-bayang realitas dari arsitektur tradisional itu. 1. Pembahasan Umum Dari Asal Obyek Arsitektur Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya dan akhirnya menjadi kotaSurabaya Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Surabaya berada pada dataran rendah,ketinggian antara 3 - 6 m di atas permukaan laut kecuali di bagian Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan ketinggiannya antara 25 - 50 m diatas permukaan laut dan di bagian barat sedikit bergelombang. Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, yang di bagi dalam 5 wilayah ( Surabaya pusat, Surabaya barat, Surabaya timur, Surabaya selatan, Surabaya utara ). 2. Elemen Arsitektural dan Tektonika 2.1. Elemen dan Makna Arsitektural Gedung DPRD Jawa Timur merupakan salah satu gedung pusat adinistratif di Surabaya, gedung DPRD Jawa Timur menggabungkan antara arsitektur tradisional dengan arsitektur modern, hal tersebut dapat terlihat dalam façade gedung ini. Misalnya pada atap gedung DPRD menggunakan bentuk atap yang menggunakan atap joglo serta unsur modern dapat telihat dari garis-garis tegas yang digunakan untuk elemen pembatas bangunan. Garis-garis tegas pada bangunan modern Pada atap bangunan jawa timur menggunakan sepertti hiasan berupa pahatan, hal ini juga ada pada bangunan gedung DPRD Jawa Timur. 2.2. Tektonika dalam Obyek Arsitektur Menurut Heinz Frick dalam buku Ilmu Konstruksi Bangunan jilid II, arti dan fungsi konstruksi atap adalah sebagai pelindung manusia terhadap cuaca, baik pelindung terhadap panas maupun hujan. Curah hujan di Indonesia cukup besar, sehingga air hujan yang jatuh di permukaan atap harus cepat disalurkan ke dalam tanah. Untuk itu dibutuhkan kemiringan bidang atap yang cukup besar, yaitu 30o. Dengan ini, diharapkan, air hujan dapat langsung dibuang dari permukaan atap melalui talang horisontal. Talang ini terpasang di sepanjang bibir permukaan bidang atap. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa bentuk atap bangunan tradisional di Indonesia memiliki kemiringan yang cukup curam. Ini bisa dibuktikan dengan berbagai Bentuk atap bangunan tradisional tersebut rata-rata memiliki kemiringan sekitar 30o. Contohnya adalah atap rumah joglo di Jawa, Pada gedung DPRD Jawa Timur menggunakan bentuk atap joglo yang secara tektonika menggunakan detail-detail atap joglo. Pada bangunan Jawa Timur menggunakan beberapa kolom yang dinamakan soko guru. Ada juga kolom yang tersekspose pada façade, hal ini juga ditampilkan pada gedung DPRD Jawa Timur. Kolom-kolom yang ada di luar menggunakan kolom yang tinggi, hal ini dimaksudkan agar bangunan terlihat megah. 3. Karakteristik Bentuk dan Ruang Arsitektural Karakteristik bentuk yang dapat dilihat adalah bentuk dari atap gedung DPRD Jatim ini, jika dilihat lebih jauh bentuk tampilan dan kerangka atapnya adalah type Lakilaki (lanangan) : Joglo yang terlihat kokoh karena rangkanya relatif tebal. Tapi bentuk atap jolglo yang digunakan juga berbentuk meninggi, yang akan menambah tampilan façade yang megah. Karakter bentuk dan ruang arsitektural pada gedung DPRD Jawa Timur tidak jauh berbeda dengan gedung-gedung DPRD pada daerah-daerah lain mengingat memilki fungsi yang sama. Pada ruang sidang gedung DPRD Surabaya banyak menggunakan unsur kayu, hal ini dikarenakan menyesuaikan bentuk bangunan yang menggunakan arsitektur Jawa Timur. 4. Keunikan dari Obyek Arsitektur Keunikan pada objek arsitektur adalah penggabungan antara unsur tradisional dengan unsur modern. Hal tersebut dapat terlihat dari bentuk atap gedung DPRD Jawa TImur yang menggunakan bentuk atap joglo, sedangkan penggunaan unsur modern terlihat pada bidang massif yang menggunakan garis-garis tegas dalam membentuk façade. Unsur tradisional juga dapat terlihat pada gapura yang berbentuk seperti candi bentar yang berfungsi untuk menerima tamu. Kesan Jawa Timur dapat terbaca langsung bagi siapa saja yang melihat gedung ini. Gedung ini juga menggunakan warna-warna alam yaitu cokelat yang akan menambah kesan tradisional, karena banguna tradisional elemen materialnya banyak menggunakan kayu.