BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis
2.1.1 Hakikat Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata “paham” yang berarti mengerti benar, tahu
benar, pandai dan mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman adalah
proses, perbuatan, cara memahami (Zul Fajri, 2008:608). Sehingga dapat
diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, cara
mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuannya banyak.
Menurut Hamalik (2003:48), pemahaman adalah kemampuan melihat
hubungan hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang
problematis. Sedangkan menurut Mulyasa (2005:78) menyatakan bahwa
pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)
adalah
bagaimana
seorang
mempertahankan,
membedakan,
menduga
(estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan
pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan
yang sederhana di antara fakta–fakta atau konsep. Pembelajaran yang
dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses
pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih akrab
sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah cara atau proses untuk mengerti benar hubungan diantara
fakta-fakta atau konsep secara sederhana.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Sudjana, 2006:24) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah
adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang
sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua
adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah
dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3)
tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses, cara
memahami silsilah keluarga pada siswa kelas II SDN 4 Tibawa Kecamatan
Tibawa, dengan menggunakan metode pemberian tugas agar siswa dapat
mengerti dengan baik dan benar hubungan antara keluarga dalam suatu silsilah
keluarga.
2.1.2 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar
merupakan
proses
orang
untuk
memperoleh
kecakapan,
keterampilan dan sikap. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati
dan memahami sesuatu (Sudjana, 2006:28).
Hilgard
(dalam Sanjaya,
2005:90), menguraikan bahwa belajar itu adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.
Menurut Gagne (dalam Komalasari, 2010:2)
mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderungan manusia seperti sikap minat, atau nilai dan perubahan
kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai
jenis performance (kinerja).
Menurut Uno (2008:3), belajar menunjukan suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu.
Hal senada juga diungkapkan Sardiman (2004:20), bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Oleh
karena itu, siswa atau seorang yang belajar akan berhasil, jika terjadi proses
perubahan tingkah laku dan ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.
Dari defenisi belajar tersebut mengandung pengertian bahwa belajar
adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui
pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru. Manusia adalah makhluk
yang berbudaya, berpikiran modern, cekatan, pandai dan bijaksana didapat dari
proses membaca, melihat, mendengar dan meniru. Dari pengertian itu kita
dapat mengetahui hakikat belajar, bahwa belajar merupakan suatu proses
kegiatan yang berkesinambungan dimulai sejak lahir dan terus berlangsung
seumur hidup. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif permanen dan ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara
keseluruhan dan adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain
aspek motivasi, emosional, dan lainnya.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
(Komalasari, 2010:3).
Pembelajaran juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. (Dahar,
1996:11).
2.1.3 Pengertian Metode Pemberian Tugas
Menurut Mulyani Sumantri dkk (2001:130) mengemukakan bahwa
Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan
peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau
berkelompok.
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu tugas atau lebih tugas yang
diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat dilakukan
secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya.
(Moedjiono, 2006:41).
Sedangkan Supriatna, (2007:200) mengemukakan bahwa metode
penugasan (pemberian tugas) adalah suatu penyajian bahan pembelajaran
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar
dan memberikan laporan sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya. Metode
ini mengacu pada penerapan unsure-unsur “learning by doing”.
Sagala (2006), mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar
siswa melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu
dilaporkan kepada guru.
Metode pemberian tugas adalah metode yang dilakukan oleh guru
terhadap siswa yang biasanya lebih banyak dikerjakan di rumah atau di luar
sekolah karena penyelesaiannya memerlukan waktu yang lebih panjang.
Metode ini biasanya dilakukan guru apabila pembelajaran telah selesai, supaya
apa yang telah dijelaskan guru dalam pembelajaran semakin diresapi siswa.
Selanjutnya tugas laporan ditanggapi bersama supaya dicapai hasil yang lebih
baik. (Ruminiati, 2007:2.7).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian
tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dengan cara guru
memberikan tugas tertentu agar diselesaikan siswa sebagai salah satu bentuk
kegiatan belajarnya, baik secara individu atau kelompok dan adanya laporan
sebagai hasil dari tugas tersebut tanpa terikat dengan tempat.
Metode resitasi dilakukan :
1. Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah
diterima anak lebih mantap.
2. Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah
dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba
sendiri.
3. Agar anak-anak lebih rajin. (Alma, 2012:57).
Hal-hal yang hendaknya diketahui oleh guru dalam menggunakan
metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:
1.
Tugas dapat ditujukan kepada siswa secara perseorangan, kelompok,
atau kelas.
2.
Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah
(dalam kelas atau luar kelas) dan di luar sekolah.
3.
Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa
integrasi beberapa bidang studi (unit).
4.
Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru,
mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihanlatihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan
untuk memecahkan masalah serta tujuan yang lain.
5.
Metode pemberian tugas adalah sebagai komponen pengajaran di kelas
jenjang dasar (elementary) atau sekolah dasar (Rosenshine dalam
Supriatna, 2007:201).
Namun demikian untuk menerapkan metode pemberian tugas secara
efektif, guru hendaknya mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa,
dan jenis-jenis tugas yang diberikan. Tujuan dari penggunaan metode
penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individual maupun kelompok. (Sumantri, 1998/1999).
Davies (Moedjiono, 1992/1993), mengemukakan bahwa beberapa tugas
merupakan kegiatan akademis atau intelektual, sedangkan lainnya terutama
berhubungan dengan keterampilan fisik. Selain itu, tugas seringkali merupakan
kegiatan akademis/intelektual dan keterampilan fisik sekaligus. Davies lebih
lanjut mengutarakan bahwa untuk dapat mengemukakan tentang apa yang
sebenarnya akan diajarkan (melalui sejumlah tugas), maka seorang guru
memerlukan analisis tugas yang benar. Analisis tugas dilakukan dengan tujuan:
1.
Menerangkan tugas yang harus dipelajari siswa.
2.
Mengisolasi tingkah laku yang diperlukan.
3.
Mengidentifikasikan kondisi dimana tingkah laku terjadi.
4.
Menetapkan suatu kriteria untuk tingkah laku atau penampilan yang
dapat diterima.
Berdasarkan pendapat Davies dan Gage & Berliner (Moedjiono,
1992/1993), dapat dipisahkan jenis-jenis tugas berikut ini:
1.
Tugas latihan.
2.
Tugas membaca/mempelajari buku tertentu.
3.
Tugas unit/proyek.
4.
Studi eksperimen.
5.
Tugas praktis.
Sedangkan Tabrani (2000:14) mengemukakan bahwa metode pemberian
tugas dapat dilakukan dengan cara:
1.
Membuat rangkuman.
2.
Membuat makalah/paper.
3.
Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu.
4.
Mengadakan observasi atau wawancara.
5.
Mengadakan latihan.
6.
Mendemonstrasikan sesuatu.
7.
Menyelesaikan pekerjaan tertentu.
Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil optimal jika
pada saat guru memberikan tugas memperhatikan syarat atau prinsip
pemberian tugas. Kepedulian terhadap syarat-syarat pemberian tugas juga
didasarkan pada adanya perbedaan karakteristik siswa, karakteristik bidang
studi, dan karakteristik tujuan. Adapun syarat-syarat pemberian tugas
diantaranya sebagai berikut:
1.
Kejelasan dan ketegasan tugas.
2.
Penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi.
3.
Diskusi tugas antara guru-siswa.
4.
Kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa.
5.
Kebermaknaan tugas bagi siswa.
2.1.4 Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
1. Kekuatan Metode Pemberian Tugas
Kelebihan dari metode pemberian tugas adalah:
a) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih
otentik.
b) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab,
dan berdiri sendiri.
c) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d) Siswa dilatih kebiasaaan mencari dan mengolah infomasi sendiri.
e) Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan
siswa belajar.
2. Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Kelemahan metode pemberian tugas adalah:
a) Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau
mereka hanya meniru pekerjaan orang lain.
b) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa
tidak memperoleh hasil belajar apa-apa.
c) Jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan
stress pada siswa.
d) Ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya,
akibatnya
siswa
(Abimanyu,2008:6.28).
sulit
untuk
menyelesaikannya.
2.1.5 Langkah-langkah Pengajaran dengan Metode Pemberian Tugas
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian
tugas meliputi:
1. Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
c) Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2. Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
- Mengajukan pertanyaan apersepsi untk mengingatkan siswa pada
materi yang telah diajarkan.
- Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada di
masyarakat yang ada kaitannya dengan materi yang akan
diajarkan.
- Mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
- Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan.
- Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya.
- Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara
penyelesaian
tugas
yang
diberikan
oleh
guru
termasuk
diantaranya adalah menggunakaan lembar kegiatan siswa.
- Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan selama jam
pelajaran yang ada, maka guru meminta siswa melaporkan hasil
penyelesaian tugasnya.
- Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.
- Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka
siswa diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas harus diserahkan
pada guru untuk diperiksa guru.
c) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
- Guru menyuruh siswa merangkum materi yang diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
- Guru melakukan evaluasi.
- Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat
berupa memberikan penjelasan tentang materi yang belum
dikuasai siswa atau memberi tugas tambahan untuk memperdalam
atau menambah penguasaan siswa terhadap materi yang
diajarkan. (Abimanyu,2009:6.29).
Bellack dan kawan-kawan (Moedjiono, 2006), mengemukakan adanya
rangkaian kegiatan yang diulang secara terus menerus dalam pemakaian
metode pemberian tugas. Rangkaian kegiatan yang digambarkan oleh Bellack
dan kawan-kawan tersebut adalah:
a) Guru menggambarkan secara singkat tentang topik atau isu yang
didiskusikan, kemudian.
b) Guru meminta suatu respons atau jawaban dari siswa tentang suatu
pertanyaan/permasalahan, kemudian.
c) Seorang siswa merespons atau menjawab pertanyaan/permasalahan;
dan
d) Guru menanggapi jawaban-jawaban siswa.
2.1.6 Penggunaaan Metode Pemberian Tugas sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Silsilah Keluarga di
Kelas II SDN 4 Tibawa
Pembelajaran diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengkondisikan
seseorang belajar. Dengan demikian pembelajaran lebih memfokuskan diri
agar siswa dapat belajar secara optimal melalui berbagai kegiatan edukatif
yang dilakukan guru. Peran guru sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar agar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang
diajarkan.
Demikian halnya di kelas II SDN 4 Tibawa, berdasarkan latar belakang
pada bab terdahulu, peneliti menggunakan metode pemberian tugas sebagai
upaya meningkatkan pemahaman materi silsilah keluarga. Dengan metode
pemberian tugas ini, diharapkan siswa dapat mengerti dengan baik dan benar
hubungan antara keluarga dalam suatu silsilah keluarga.
Tugas yang diberikan guru berupa tugas individu mengisi bagan silsilah
keluarga yang telah disediakan guru. Siswa diharapkan dapat menulis
namanya, nama ayah, nama ibu, nama kakak, dan adik secara tepat pada bagan
silsilah keluarga. Pemberian tugas dilanjutkan dengan tugas rumah yang
diberikan guru untuk setiap siswa menuliskan nama kakek, nama nenek dari
pihak ayah dan pihak ibu. Siswa juga diberikan tugas untuk menuliskan nama
salah seorang saudara ayah dan ibu serta suami/istri dan salah seorang anak
atau sepupu dari siswa. Tugas rumah ini menjadi dasar untuk melanjutkan ke
siklus II, dimana metode pemberian tugas yang diberikan pada siklus II, siswa
diharapkan dapat menuliskan dengan tepat nama siswa, nama ayah, nama ibu,
nama kakek, nama nenek dari pihak ayah dan ibu, salah seorang saudara ayah
dan ibu bersama suami/istri dan juga nama sepupu.
Metode pemberian tugas
digunakan sebagai
alternatif perbaikan
pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang materi silsilah
keluarga.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan, yaitu penelitian tentang materi silsilah keluarga
dikelas II sebelumnya pernah diteliti oleh Ririn A. Tangahu dengan judul
penelitian “Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Silsilah Keluarga
Melalui Penggunaan Media Audio Visual pada Siswa Kelas II di SDN 1
Sidomukti. Penelitian ini membahas tentang penggunaan media audio visual
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi silsilah keluarga di
kelas II SDN 1 Sidomukti Kabupaten Gorontalo”.
Pada hasil penelitiannya, peneliti memperoleh data awal dari tes formatif
yang diberikan pada siswa, dimana siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM (70) berjumlah 12 orang (52%) dari 23 siswa. Namun setelah diberikan
tindakan melalui penggunaan media audio visual, maka pemahaman siswa
semakin meningkat hingga mencapai 87%. Dan penelitian ini dinyatakan
berhasil.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di atas, maka peneliti mengangkat
judul “Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Materi Silsilah Keluarga
Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SDN 4 Tibawa Kecamatan
Tibawa” dengan persamaannya terletak pada materi yang dibelajarkan. Peneliti
juga menggunakan media untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi.
Perbedaan penelitian yang telah dilakukan oleh Ririn A. Tangahu dengan
penelitian ini adalah peneliti menggunakan metode pemberian tugas untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi silsilah keluarga sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan media audio visual.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan penelitian
ini adalah sebagai berikut: “Jika melalui metode pemberian tugas maka
pemahaman siswa tentang materi silsilah keluarga di kelas II SDN 4 Tibawa
Kecamatan Tibawa akan meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja
Sebagai indikator kinerja keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah:
jika hasil pengamatan pada proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru
dan kegiatan siswa telah mencapai 80% atau lebih dari seluruh aspek
kegiatan yang diamati dan hasil belajar pemahaman siswa 80% mencapai
KKM, (KKM=70), maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.
Download