4 Januari Bacaan Alkitab : Kej. 9 : 18 – Kej. 11 : 26. I Tawarikh I : 5-27 (Kurun waktu : diperkirakan 6.000 – 4.000 S.M.) “Pohon Silsilah Keluarga” Bagi kebanyakan orang, menggali silsilah keluarga adalah hal yang sangat menarik untuk diketahui, dan kini hanya dengan cara pencarian melalui teknologi internet, menjadi jauh lebih mudah untuk mengetahui asal-usul nenek moyang kita: berasal dari manakah sebenarnya diri Anda? Apakah ada karakteristik khusus yang menarik di dalam riwayat keluarga Anda? Apakah silsilah keluarga Anda membuat Anda bangga, atau sebaliknya menjadi sedih? Biasanya, ada saja keturunan yang menjadi seperti ‘semak duri atau batang liar’ di dalam suatu pohon keluarga. Memang tidak ada jaminan bahwa setiap keturunan keluarga akan selalu baik, namun bagaimana caranya agar kita dapat selalu berharap agar setiap ‘cabang’ di dalam pohon keluarga tersebut selalu menghasilkan orang-orang yang takut akan Tuhan? Di Alkitab, Nuh adalah ayah dari tiga orang anak : Sem, Ham dan Yafet. Dari ketiga anak Nuh beserta istri mereka masing-masing inilah, kemudian lahir seluruh bangsa yang ada di bumi. Ketiga anak Nuh memiliki silsilah keturunan yang menarik. Keturunan Ham berkembang menjadi penduduk yang mendiami bagian timur dan tenggara Mesopotamia (Ethiopia, Sudan, Mesir, Libya, Yordania, Israel, Syria dan Irak bagian utara). Kemudian salah satu anak Ham yang bernama Kush beserta keturunannya, membangun kota Babylonia yang pertama dan Niniweh di Assyria. Anak Ham yang dikenal dengan nama Kanaan, menjadi orang yang kena kutuk, karena ayahnya pernah mempermalukan kakeknya yang bernama Nuh. Mengapa demikian? Tidak dijelaskan dengan khusus di Alkitab tentang hal tersebut, tetapi tampaknya Ham telah melakukan pelanggaran berat atas hukum adat istiadat yang berlaku saat itu dengan sikap yang tidak menghormati ayahnya, Nuh. Jelas diceritakan dalam Alkitab bahwa Ham melihat ayahnya yang sedang mabuk dalam keadaan telanjang, lalu ia mencemooh ayahnya dan menceritakannya kepada saudara-saudaranya, sehingga mereka menjadi kurang menghormati ayahnya; karena hal tersebut, maka Nuh mengutuk Kanaan, salah satu dari keempat anak Ham. Mengapa Kanaan yang kena kutuk? Mengapa bukannya semua anak Ham yang dikutuk atas perbuatan ayah mereka? Kita tidak tahu pasti jawabannya. Mungkin Kanaan sifat dan wajahnya sangat mirip dengan ayahnya, sehingga kutukan tersebut lebih bersifat profetis. Memang kenyataannya kemudian, keturunan Kanaan menjadi orangorang yang tidak takut akan Allah dan secara seksual melakukan tindakan-tindakan asusila. Keturunan Kanaan menetap di suatu wilayah yang kemudian ditaklukkan dan direbut Israel, dan mereka menjadi hamba bagi kaum Israel (sumber: Bible Knowledge Commentary of the Old Testament – Walvoord and Zuck, 1985, pp.41). Tetapi baiklah kita tidak menghakimi Ham dan Kanaan anaknya, marilah menyadari bahwa kita semua juga berada dalam kutukan dosa. Dosa telah memperhamba kita, sama seperti keturunan Kanaan telah menjadi hamba oleh sebab kebejatan moral dan kejahatan mereka. Orang yang berdosa pasti mati (Yehezkiel 18:4), dan semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23). Namun inilah kabar baiknya : oleh kematian Yesus di atas kayu salib, Ia telah menanggung kutuk dosa atas kita di dalam tubuhNya dengan cara menjadi kutuk bagi kita, supaya kita dapat dilepaskan dari kutukan dosa dan maut (Galatia 3: 13, 1 Petrus 2:24, Roma 623). Apakah Anda telah menerima pengorbanan Yesus untuk menebus dosa mu? Apakah Anda telah memohon kepada Yesus agar menyelamatkan dan membebaskanmu dari kutuk dosa? Roma 10 : 9-13 menjelaskan kepada Anda tentang bagaimana cara melakukannya. Garis keturunan keluarga yang terdapat di kitab Kejadian 10 tidak mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada, melainkan hanya wakil dari kelompok-kelompok keluarga. Melalui pengamatan atas silsilah keluarga keturunan anak-anak Nuh lainnya, kita mengetahui bahwa Yafet adalah nenek moyang bangsa Eropa sampai dengan bagian utara negara Israel, dan Sem adalah nenek moyang bangsa Elam yang berdiam di bagian timur Babylonia. Kemudian sesudahnya, kita mengetahui bahwa Abraham sekeluarga pindah dari tanah Ur di sebelah barat sungai Ephrat (wilayah Babylonia), ke wilayah Israel, di mana pada waktu itu penduduk Kanaan menetap di sana. Sementara itu keturunan Sem yang lain tetap tinggal di tanah Mesopotamia (Sumber: The Bible Knowledge Commentary of the Old Testament by Walvoord and Zuck, 1985, pp.42-44). Pada saat itu seluruh penduduk bumi (atau definisi ‘bumi’ yang dikenal saat itu) menggunakan Bahasa dan kata-kata yang sama. Ketika keturunan Nuh itu meneruskan perjalanan mereka ke bagian timur, mereka menemukan tanah datar di Sinear dan menetap disana. Kemudian mereka berkata kepada satu sama lainnya : “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.” (Kej.11 :3). Mereka berkata juga : “…Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama , supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” (Kej.11 :4). Demikianlah mereka mendirikan Menara Babel. Apa yang diusulkan dan kemudian dilakukan oleh keturunan Nuh telah mendukakan hati Tuhan; mereka telah tidak mematuhi perintah Allah untuk memenuhi (menyebar ke) seluruh bumi (Kej. 9 : 1), dan sebaliknya, mereka dipenuhi dengan kesombongan untuk mencari nama bagi diri mereka sendiri. Allah membenci kesombongan. Segala kemuliaan haruslah diberikan hanya kepada Allah saja, sehingga kemudian Allah mengkacaukan bahasa dan dialek mereka dan menyerakkan mereka ke seluruh penjuru bumi. Maka kemudian mereka mendirikan bangsa dengan bahasa dan dialek masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Menara yang tidak selesai dibangun tersebut kemudian dikenal sebagai “Menara Babel”, karena mereka menjadi tidak saling mengenai bahasa masing-masing. Apakah kita memberi kemuliaan hanya kepada Allah? Jika “ya”, maka Allah akan memberi kita damai dan bimbinganNya, namun jika “tidak” atau “belum”, maka hidup kita dapat menjadi kacau dan kehilangan arah. Sebagian besar isi kitab Kejadian berbicara tentang dasar historis bagi perjanjian Allah dengan umatNya. Dengan menelusuri garis keturunan yang ada, kemudian kita menemukan cabang-cabang pohon keluarga yang dipilih Allah yang terus berlanjut. Inilah contohcontoh pilihan yang makin menyempit : dari garis keturunan Sem, Ham dan Yafet, keturunan Sem lah yang terus berlanjut di dalam Alkitab. Dari keturunan Terah, keluarga Abraham lah yang berlanjut. Dari antara keturunan Abraham, yaitu Ismael dan Ishak, keturunan Ishak lah yang dipilih. Dari keturunan Ishak yaitu Esau dan Yakub, garis keluarga Yakub lah yang dipilih. Setiap garis keturunan keluarga tersebut memiliki berkat dan kutuk dan kemerosotan moralitasnya masing-masing, yang disebabkan oleh dosa (The Bible Knowledge Commentary of the Old Testament, by Walvooord and Zuck, 1985, p.24-25). Bagi kita, hal tersebut merupakan peringatan yang tetap perlu diperhatikan, bahwa manusia selalu memerlukan penebusan dosa. Kita perlu mengatakan kepada setiap anggota keluarga kita tentang Kristus Yesus dan membimbing mereka untuk dapat menyembah Tuhan, sehingga garis keluarga yang hidupnya selalu takut akan Allah dapat terus dipertahankan. Untuk Direnungkan dan Dilakukan : Mengenal garis keturunan keluarga adalah hal yang menarik. Kita tidak akan mengenal diri kita sendiri tanpa mengenal siapa nenek moyang kita. Kita adalah bagian dari garis keturunan nenek moyang kita tersebut. Hal-hal apakah yang kita kehendaki untuk ditanamkan, agar keturunan kita nantinya dapat mengenal kita?; Dosa telah memperbudak hidup kita, tetapi oleh Kristus Yesus, kita telah dibebaskan dari belenggu dosa tersebut; Jangan pernah mencoba untuk mencari nama bagi diri sendiri, sebaliknya, hormatilah Allah dengan memberikan segala kemuliaan hanya bagi Nya; Kita semua memerlukan penebusan dosa, agar tidak diperbudak oleh dosa. Beritakanlah kepada anggota keluarga Anda tentang karya penebusan Kristus Yesus, dan bimbinglah mereka untuk menyembah Tuhan, sehingga suatu garis keluarga yang takut akan Allah dapat tetap dipertahankan. Pertanyaan Untuk Diskusi : Belajar dari kisah kemarahan Nuh terhadap Ham atas perbuatannya; adakah saat dalam hidup kita di mana seharusnya kita mendengar keluhan atau beban saudara seiman kita dan secara pribadi membantu menyelesaikan masalahnya, namun yang terjadi kemudian adalah malahan kita menyebarkan masalah saudara seiman tersebut ke orang lain? Menurut kita, bagaimanakah cara yang rohani, yang dikehendaki Alllah, yang seharusnya dilakukan? Pernahkah terlintas di pikiran kita, atau mungkin sedang kita lakukan saat ini, untuk membangun “monumen kemegahan/ pencapaian” bagi diri kita sendiri? Kemudian ketika mulai sadar akan kesalahan tersebut : bagaimana cara kita untuk kembali ke fokus yang benar, yaitu hanya mencari kemuliaan Tuhan? Jelaskanlah. Ayat Hafalan Hari Ini : Amsal 3 : 33 “Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya.” Amsal 20:7 “Orang benar yang bersih kelakuannya berbahagialah keturunannya.”