BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Menurut Chris Fill dalam Marketing Communications: Interactivity, Communities, and Content Fith Edition (2009:41), komunikasi adalah: “Proses dimana individu berbagi makna. Oleh karena itu, untuk interaksi dan bahkan dialog terjadi, masing-masing peserta dalam proses komunikasi perlu mampu menafsirkan makna yang tertanam dalam pesan lain, dan juga mampu meresponnya. Agar proses ini secara keseluruhan dapat bekerja, informasi perlu ditransmisikan dari dan ke semua peserta. Melalui pengetahuan dan pemahaman tentang proses komunikasi, peserta lebih mungkin untuk mencapai tujuan mereka berbagi makna dengan setiap anggota tujuan khalayak mereka sehingga mereka memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam dialog” 2.2 Komunikasi Massa Ralph E.Hanson dalam Mass Communication: Living in a Media World, 3rd Edition (2011:9-10) menjelaskan pengertian komunikasi massa: ”Komunikasi massa merupakan proses komunikasi di mana seorang individu atau lembaga menggunakan teknologi untuk mengirim pesan ke khalayak luas yang saling berbeda, dimana sebagian besar anggota tidak dikenal oleh pengirim pesan. Komunikasi ini pada dasarnya berbeda dari bentuk komunikasi lain seperti komunikasi intrapersonal ataupun interpersonal karena pengirim terpisah dalam ruang, dan mungkin dalam waktu, dari penerima pesan. Selain itu, para komunikator juga tidak akan terlalu mengenal audiensnya. Ketika komunikator muncul di televisi atau menulis artikel untuk surat kabar, dia tidak tahu siapa yang akan mendengarkan 9 10 atau membaca. Selain itu, audiens terdiri dari masyarakat dengan golongan yang berbeda-beda” Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble dalam Nurudin (2009:8-9) mengatakan, sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modem untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi) 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. 2.3 Public Relations 2.3.1 Definisi Public Relations John E. Marston dalam Kriyantono (2008:4) berpendapat bahwa "Public relations is planned, persuasive communication designed to influence significant 11 public" (Public relations adalah kegiatan komunikasi persuasif dan terencana yang didesain untuk mempengaruhi publik yang signifikan). Tony Greener dalam Kriyantono (2008:5) mengatakan "Public relations adalah presentasi positif suatu organisasi kepada keseluruhan publiknya". Ardianto dalam Handbook of Public Relations:Pengantar Komprehensif (2011:13-14), menjelaskan kata-kata kunci yang perlu diingat mengenai pengertian Public Relations adalah : 1. "Sengaja (deliberate). Kegiatan PR adalah sesuatu yang disengaja, dirancang untuk mempengaruhi, mendapatkan pengertian, memberikan informasi, dan memperoleh umpan balik (reaksi dari mereka yang terkena dampak kegiatan). 2. Terencana (planned). Kegiatan PR adalah sesuatu yang terorganisasi. Solusi masalah diketahui dan logistik dipikirkan, dengan kegiatan yang memerlukan jangka waktu. Kegiatan ini sistematis, membutuhkan riset dan análisis. 3. Kinerja (performance). PR yang efektif didasarkan pada kebijakan dan penampilan nyata dari seseorang atau sebuah organisasi. Tidak ada public relations yang dapat menciptakan simpati serta dukungan jika organisasi yang bersangkutan merupakan pemilik usaha yang tidak tanggap terhadap kepentingan masyarakat. 4. Kepentingan publik (public interest). Dasar dari setiap kegiatan PR adalah melayani kepentingan publik dalam suatu masyarakat, bukan sekedar memperoleh keuntungan bagi organisasi. Idealnya, saling menguntungkan bagi organisasi dan masyarakat. ini adalah benang yang menjalin kepentingan diri organisasi dengan kepentingan dan urusan masyarakat. 12 5. Komunikasi dua arah (two way communication). Kamus sering kali memberikan kesan bahwa PR terdiri hanya dari penyebaran materi melalui informasi. Namun, penting jugabahwa definisi itu termasuk umpan balik dari khalayak. Kemampuan mendengarkan adalah bagian dari keahlian komunikasi yang pokok. 6. Fungsi manajemen (management function). PR paling efektif apabila berfungsimenjadi bagian dari pengambilan keputusan oleh manajemen puncak. PR melibatkan konsultasi dan pengentasan masalah tingkat tinggi, tidak hanya mengeluarkan informasisetelah keputusan dibuat. 2.3.2 Proses Public Relations Menurut Ralph E.Hanson dalam Mass Communication: Living in a Media World, 3rd Edition (2011:245), Proses PR dapat dipandang menggunakan model yang dikenal sebagai ROPES,yaitu research, objectives, programming, evaluation, and stewardship. Proses ROPES berfokus pada gagasan bahwa PR berkaitan dengan menciptakan, mengembangkan, dan memelihara hubungan antara organisasi dan publik 1. Research (penelitian)-Meneliti peluang, masalah, atau isu-isu yang lisasi organisasi yang dihadapi. Elemen-elemen dari research atau penelitian antara lain: a) Penelitian Opini public:Mencari tahu bagaimana publik memandang perusahaan atau produk, tindakan, dan citranya. b) Konten analisis:Menganalisis apa yang ditulis atau dikatakan tentang media tentang perusahaan. 13 c) Kelompok fokus:Mengumpulkan anggota masyarakat tertentu untuk membicarakan tentang bagaimana mereka memandang sebuah organisasi, produk, atau isu. 2. Objectives (Tujuan):Menetapkan tujuan spesifik dan terukur untuk kampanye PR. Sebuah kampanye PR yang sukses tergantung pada definisi yang jelas tentang apa yang sebenarnya ingin klien capai..Hal ini tergantung pada memiliki tujuan jelas untuk kampanye yang kemudian dapat diukur. 3. Programming (Pembuatan program):Merencanakan dan mengimplementasikan kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan. 4. Evaluation (Evaluasi) Menguji pesan dan teknik sebelum digunakan, memantau program ketika sedang dijalankan, dan mengukur hasil pemrograman. Evaluasi kampanye PR terjadi pada setiap tahap proses. Materi kampanye diuji ketika dikembangkan, ketika sedang dijalankan, dan pada akhir kampanye. Ini dilakukan dengan melihat seberapa baik kampanye memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Stewardship-Mempertahankan hubungan yang diciptakan melalui langkahlangkah sebelumnya. 2.3.3 Fungsi Public Relations Foundation for Public Relations Research and education dalam Kriyantono (2008:22), mengungkapkan fungsi Public Relations di antaranya: 1. Membantu memelihara dan menjaga komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama antara organisasi dan publiknya (establish and maintain mutual 14 lines of communications, understanding, acceptance and cooperation between an organization and its publics). 2. Mencakup manajemen masalah dan isu-isu (involves the management of problem and issues). 3. Membantu manajemen selalu memberikan informasi pada dan responsif terhadap opini publik (helps management to keep informed on and responsive to public opinion). 4. Mendefinisikan dan menekankan pada tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik (defines and emphasizes the responsibility of management to serve public interest). 5. Membantu manajemen selalu mengikuti dan memanfaatkan perubahan (helps management to keep abreast of and utilize change). 6. Melayani sistem pencegahan awal untuk mengantisipasi trend (serving an early warning system to help anticipate trends). 7. Menggunakan riset dalam teknik komunikasi yang beretika sebagai alat-alat pokok. (uses research and ethical communication techhniques as principal tools) 2.4 Media Relations Mantan PRO Universitas Winconsin-River Fall, Barbara Averill dalam Iriantara (2011:28), menyatakan Media Relations sebagai: “Media Relations hanyalah salah satu bagian dari PR, namun ini bisa menjadi perangkat yang sangat penting dan eflsien. Begitu kita bisa menyusun pesan yang bukan saja diterima tetapi juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita”. 15 Pengertian lain berasal dari Lesly dalam Iriantara (2011:28), yang menguraikan Media Relations sebagai "berhubungan dengan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespons kepentingan media terhadap organisasi". Berbeda dengan Barbara Averill, Lesly menguraikan Media Relations lebih pada sisi manfaat yang diperoleh organisasi dan kegiatan yang dilakukan organisasi dalam menjalankan Media Relations, yaitu berupa publisitas. Pendapat lain dikemukakan Frank Jefkins dalam Wardhani (2008:9), yang menyatakan bahwa Media Relations merupakan “usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.” Yosal Iriantara dalam “Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik“ (2011:32) menyatakan bahwa Media Relations bisa diartikan sebagai "merupakan bagian dari PR eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publiknya nya untuk mencapai tujuan organisasi." 2.4.1 Peran Media Relations Menurut Wardhani (2008:12-13), tujuan Media Relations bagi organisasi adalah: 1. untuk memperoleh publisitas seluas mungkin mengenai kegiatan serta langkah lembaga/organisasi yang baik untuk diketahui umum. 16 2. untuk memperoleh tempat dalam pemberitaan media diputan, laporan, ulasan, tajuk yang wajar, obyektif dan seimbang (balance) mengenai hal-hal yang menguntungkan lembaga/organisasi. 3. untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat mengenai upaya dan kegiatan lembaga/organisasi 4. untuk melengkapi data/informasi bagi pimpinan lembaga/organisasibagi keperluan pembuatan penilaian (assesment) secara tepat mengenai situasi atau permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan lembaga/perusahaan. 5. mewujudkan hubungan yang stabil dan berkelanjutan yang di- landasi oleh rasa saling percaya dan menghormati. Sedangkan menurut Iriantara (2011 :90-91), tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan Media Relations selalu dikelompokkan menjadi tiga kategori,yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran, misalnya kesadaran merek (brand-awareness) pada publik 2. Mengubah sikap, misalnya mengubah sikap dari anti menjadi netral dan dari netral menjadi mendukung terhadap tindakan yang dilakukan organisasi 3. Mendorong tindakan, misalnya mendorong untuk mendukung kebijakan proses produksi yang ramah lingkungan yabg dilakukan organisasi 2.4.2 Kegiatan Media Relations Ardianto (2011:267-268 ) menjelaskan dalam upaya membina hubungan media, PR melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media, antara lain: 17 1. Press conference (konferensi pers, temu media atau jumpa media) diberikan secara simultan/berbarengan oleh seseorang pejabat pemerintah atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Presiden, raja, menteri, gubernur, bupati, direktur atau pengusaha ternama, tokoh olahraga, tokoh kebudayaan, bisa saja memberikan konferensi pers (Amar, dalam Soemirat dan Ardianto, 2008). Syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi jika diliput juga oleh radio dan televisi. Menurut Oemi Abdurachman, konferensi pers diselenggarakan bila ada peristiwaperistiwa penting di suatu instansi/perusahaan/badan, atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers 2. Press briefing (perbincangan dengan media), diselenggarakan secara reguler oleh seorang pejabat PR. Dalam kegiatan ini, pejabat PR menyampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada media. Bila media belum puas dan menginginkan keterangan lebih terperinci, diadakan tanggapan atau pertanyaan. 3. Press tour (wisata media), diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun (media) diajak menikmati objek wisata yang menarik. Misalnya, suatu departemen mengajak wartawan sambil berwisata meninjau proyek-proyek pembangunan seperti bendungan, pelabuhan; atau suatu perusahaan kayu yang berkantor pusat di Jakarta mengajak pers sambil berwisata melihat pabrik kayu lapisnya di Kalimantan. 18 4. News release (siaran pers, press release, broadcast release) sebagai publisitas, yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. 5. Special events, yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik, seperti peresmian gedung, peringatan ulang tahun perusahaan, seminar, pameran, lokakarya, open house. Kegiatan ini biasanya mengundang media untuk meliputnya. 6. Press luncheon, yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa(wartawana atau reporter) sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa bertemu dengan fop management perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan atau lembaga tersebut. 7. Press interview (wawancara media), sifatnya lebih pribadi, lebih individu. Pejabat PR atau manajemen puncak yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan atau reporter yang bersangkutan. Meskipun pejabat itu diwawancarai seusai meresmikan suatu acara oleh banyak wartawan, bahkan diliput radio dan televisi, tetap saja wawancara itu bersifat individu. 2.5 Krisis 2.5.1 Definisi Krisis Barton dalam Ardianto (2011:304), berpendapat sebuah krisis adalah “Peristiwa besar yang tak terduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap perusahaan dan publiknya. Peristiwa ini mungkin cukup merusak organisasi atau 19 perusahaan, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan, kondisi keuangan, dan citra serta reputasi perusahaan” Menurut Fearn-Banks dalam Wigley dan Zhang (2011:2), krisis adalah “A major occurrence with a potentially negative outcome affecting the organization, company, or industry, as well as its publics, products, services, or good name. A crisis interrupts normal business transactions and can sometimes threaten the existence of the organization (krisis adalah situasi atau kejadian besar dengan dampak negatif yang secara potensial memengaruhi sebuah organisasi atau industri, termasuk publiknya, produknya, jasanya atau nama baik. Krisis menyela transaksi bisnis yang normal dan kadang-kadang dapat mengancam keberadaan organisasi) ” Pengertian lain dikemukakan oleh Holsti dalam Ardianto (2011:305),dimana krisis adalah situasi-situasi yang ditandai dengan keterkejutan dan mengancam nilainila penting, serta membuat keputusan dalam waktu singkat. Menurut Putra seperti yang dikemukakan oleh Ardianto (2011:305), di Indonesia, walaupun tidak kalah banyaknya krisis menimpa perusahaan, krisis hanya sering menjadi pengetahuan segelintir orang, terutama pengelola organisasi atau perusahaan bersangkutan dan pihak-pihak yang terlibat atau terkena dampak dari adanya krisis. Meskipun demikian, karena skalanya luas, sejumlah krisis mau tidak mau telah menjadi pengetahuan umum.Kasus likuidasi perbankan, biskuit beracun, mie instan penyebab maut atau kematian, makanan dan bumbu penyedap mengandung unsur lemak babi merupakan contoh yang harus dicatat dalam buku manajemen krisis versi Indonesia. Sayangnya, mungkin akan sangat sulit untuk dijadikan bahan studi dalam waktu dekat ini. Paling tidak diperlukan rentang waktu 20 panjang agar pihak-pihak yang ikut menangani krisis tersebut bisa berbicara apaadanya sehingga ada pelajaran yang diperoleh. 2.5.2 Peran Public Relations Dalam Krisis Amaborseya dalam Ardianto (2011:308-309) menjelaskan, pada saat situasi krisis berlangsung, seorang PR perusahaan harus dapat melakukan komunikasi berdasarkan prinsip-prinsip komunikasi krisis, yaitu komunikasi yang proaktif dan responsif yang faktual: 1. Kumpulkan semua fakta yang ada. Secepatnya setelah krisis mulai, kumpulkan semua fakta yang diketahui pada waktu krisis mulai. Pastikan bahwa update didapat secara kontinu mengenai semua fakta, mengenai keadaan informasi yang ada pada waktu krisis. Ingat jangan menghiraukan spekulasi, konsentrasi pada fakta: kenyataan dari situasi/informasi yang ada. 2. Putuskan fakta mana yang dapat disiarkan dan kapan waktu yang tepat untuk menyiarkan. Manajemen pengambilan keputusan pada saat ini penting karena implikasi operasional dan hukum terlibat di dalamnya. Jika terdapat fakta yang tidak dapat disiarkan, bersiap-siaplah untuk menerangkan mengapa fakta tersebut tidak dapat disiarkan, dan bersiaplah untuk memberi respons terhadap fakta tersebut pada waktu fakta ini diberikan. Bocoran informasi dan kejutan sering terjadi, oleh karena itu persiapan untuk menghadapi hal tersebut sangatlah penting. 3. Mulailah membuka jalur komunikasi secepat mungkin. Hubungi media massa sebelum mereka mengejar Anda. Komunikasikan fakta kepada seluruh pegawai dan kelompok target sebelum rumor negatif mulai menyebar. Dengan mengomunikasikan fakta secara proaktif, Anda akan meminimalisasikan spekulasi yang dapat membawa krisis ini ke situasi yang lebih buruk. 21 4. Berikan jawaban/tanggapan secara terus terang dan terbuka dengan informasi yang faktual. Juru bicara perusahaan pada situasi krisis harus siap setiap saat. Jawaban yang berisikan fakta atas setiap pertanyaan harus diberikan secepatnya. Jika fakta belurn didapat, katakan bahwa Anda akan menghubungi mereka kembali secepatnya setelah ada fakta. Di dalam krisis, follow up sangat pentingPerusahaan tidak akan bisa lari atau bersembunyi. 5. Tunjukkan keprihatinan/perhatian perusahaan. Tunjukkan bahwa perusahaan melakukan segala cara untuk memecahkan masalah/ problem krisis yang terjadi. "Inilah yang sedang kami lakukan.Inilah yang kami jalankan untuk menjamin bahwa situasi yang sama tidak akan terulang lagi." Setelah itu, lakukan apa yang telah dikatakan. 6. Berkomunikasi secara terus menerus. Sediakan perkembangan faktual secara kontinu. Semakin banyak informasi yang disediakan, semakin sedikit kemungkinan masyarakat akan bertanya dan mencari tahu, ini sangat penting terutama bagi para pegawai dan media massa. 2.5.3 Peran Media Relations Dalam Krisis Menurut Iriantara (2011:181) dalam krisis Media Relations mempunyai peran untuk menyampaikan informasi pada publik internal dan publik eksternal organisasi melalui sumber informasi tunggal.Ini dikarenakan dalam krisis, informasi yang disampaikan organisasi harus berasal dari satu sumber untuk memperkecil kemungkinan terjadinya perbedaan informasi yang disampaikan pada publik. Perbedaan informasi karena berbedanya sumber akan makin mempertinggi tingkat krisis dan juga menunjukkan kepanikan organisasi dalam menghadapi krisis. Peran menyampaikan informasi tersebut dapat dilakukan Media Relations melaui peran sebagai juru bicara. Karena melalui juru bicara itulah berbagai aspek 22 yang terkait dengan krisis tersebut disampaikan pada publik organisasi, baik publik internal maupun eksternal. Dengan kata lain Media Relations berperan sebagai jembatan yang menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan organisasi. 2.6 Iklan Above dan Below The Line Menurut Widyatama (2009:76), iklan media above the line adalah media yang bersifat massa. Massa dalam arti khalayak sasaran berjumlah besar, sifatnya serempak, dan saling tidak mengenal satu sama lain.Sedangkan iklan media below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus. Contoh media kategori above the line yaitu surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film, radio, dan media interaktif internet. Sedangkan contoh media kategori above the line; leaflet, poster, spanduk, baliho, bus panel, bus stop, point of purchase (POP), sticker, shop sign, flyers, hanging display, dan sebagainya. 2.7 Kerangka Pikir Krisis Media Relations