buku katalog geltek HPS bookl

advertisement
Kata Pengantar
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak
asasi setiap manusia. Namun demikian, fakta yang dihadapi berbagai bangsa di
dunia terutama negara-negara berkembang, termasuk Indonesia adalah rawan
pangan. Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan
produksi pangan, terjadinya bencana alam, perubahan iklim, kerusakan sumber
daya alam dan lingkungan serta krisis ekonomi global merupakan faktor
penyebab yang mendorong terjadinya rawan pangan tersebut.
Kecenderungan meningkatnya kerawanan pangan telah diindikasikan oleh
FAO dalam Konferensi Pangan Sedunia di Roma Tahun 1974. FAO juga
menekankan bahwa masalah pangan sebaiknya tidak dilihat hanya sebagai
masalah negara berkembang, negara-negara majupun hendaknya berperan
aktif untuk turut membantu mengatasinya. Berkenaan dengan hal tersebut,
pada Konferensi FAO ke-20 bulan November 1979 di Roma dicetuskan
resolusi No. 179 yang disepakati oleh semua Negara anggota FAO termasuk
Indonesia, yang antara lain menetapkan peringatan World Food Day (Hari
Pangan Sedunia/HPS),pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya.
Gelar Teknologi pada Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-30 Tingkat Nasional
tahun 2010 yang diselenggarakan di Puyung,LombokTengah,NTB, merupakan
upaya untuk menunjukkan bahwa peran teknologi sangat penting untuk
mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan. Teknologi hanya akan
memberikan kontribusi jika ia digunakan dalam proses produksi barang/jasa
untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia, termasuk dalam upaya
penyediaan pangan yang cukup, bergizi, aman, dan sesuai selera konsumen
serta terjangkau secara fisik dan ekonomi bagi setiap individu sehingga
ketahanan pangan dapat dicapai.
Pengenalan teknologi kepada para pengguna, pemahaman kapasitas adopsi
para pengguna dan pemahaman komprehensif mengenai kebutuhan dan
persoalan nyata yang dihadapi oleh para pengguna merupakan proses yang
harus dilakukan sehingga proses adopsi teknologi yang ditawarkan dapat
berjalan dengan baik. Gelar teknologi ini merupakan salah upaya dalam
rangkaian proses pengenalan dan adopsi teknologi tersebut, yang diharapkan
dapat menjadi sarana yang efektif untuk mendukung terwujudnya ketahanan
dan kemandirian pangan nasional.
Semoga gelar teknologi pertanian, peternakan, kehutanan serta kelautan dan
perikanan ini dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
Pengantar (i)
Denah GelarTeknologi (ii)
GELARTEKNOLOGI PERTANIAN & PETERNAKAN
1. Tanaman Padi (1)
2. Tanaman Jagung (2)
3. Tanaman Kacang-kacangan (3)
4. Tanaman Hortikultura(3)
5. Tanaman Umbi-umbian(4)
6. Tanaman Biofarmaka (Tumpangsari dengan HMT) (4)
7. Tanaman Perkebunan (5)
8. Peternakan:Bumi Sejuta Sapi (BSS) untuk Swasembada Daging Sapi (5)
GELARTEKNOLOGI KEHUTANAN
1. Penangkaran Rusa (6)
2. PrototipeAlat Penurun KadarAir Madu & Ekstrak Lilin / Bee Pollen (8)
3. Arang Kompos Bioaktif (ARKOBA) (9)
4. KilnArang Semi Kontinyu (10)
5. KilnArang dan Cuka Kayu (11)
6. Sukun (Artocarpus altilis) (12)
7. Mengenal Porang (Amarphopallus onchopillus Bl.)(14)
8. Mengenal Secang (Caesalpinia sappan L) (15)
GELARTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
1 Penerapan Iptek Pengolahan Produk dan Bioteknologi KKP (16)
2. Pembenihan dan PembesaranAbalon (16)
3. Maggot:Sumber ProteinAlternatif untuk Pakan Ikan ( 17)
4. BudidayaAkuaponik:Teknologi Budidaya Ikan Hemat Lahan danAir (18)
5 Sistem Resirkulasi Pada Budidaya Ikan (19)
6. Beragam Budidaya Ikan Hias (21)
7. Aplikasi Mesin Pemurni Garam (21)
8. AplikasiAlat Pancing Gurita Elektronik (22)
9. Acho Meter Pemantau Pakan Udang (22)
10. Budidaya Rumput Laut (23)
11. TeknologiAkustik Perikanan (23)
12 .Budidaya Mutiara (24)
13 .DestilasiAir Laut (24)
14. Teknologi Penangkapan Sumber Daya Ikan Laut Dalam (25)
15. Peta Potensi Daerah Penangkapan Ikan (26)
GELAR TEKNOLOGI
PERTANIAN
Tanaman padi
dengan Teknologi Pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu
Luasan tanaman padi seluruhnya 2,00 ha, terdiri dari 20 varietas padi non
hibrida (padi sawah dan padi gogo), 3 varietas padi hibrida, dan 17 galur padi
non hibrida.
Varietas padi non hibrida yang ditanam adalah: Inpari-1, Inpari-2, Inpari-3,
Inpari-4, Inpari-5, Inpari-6, Inpari-7, Inpari-8, Inpari-9, Inpari-10, Inpari-12,
Inpari-13,Towuti, Situ Bagendit, Situ Patenggang, Limboto, Batu Tegi, Inpago-4,
Inpago-5, dan Inpago-6. Padi hibrida yang ditanam adalah jenis Sembada B-3,
Sembada B-9,Sembada P-101,dan Sembada P-168,produksi swasta.
Teknologi yang diterapkan pada
tanaman padi adalah teknologi
dengan pendekatan PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu)
oleh Badan Litbang Pertanian
(Balai Besar Penelitian Padi
Sukamandi), dengan penekanan
pada penggunaan benih unggul
bermutu dan bersertifikat,
umur semai 15 hari, dua batang
tanaman per lubang tanam,
penggunaan pupuk organic, dan
sistem tanam jajar legowo 2:1.
1
Tanaman jagung
dengan Teknologi Pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu
Luas tanaman jagung mencapai 0,58 ha, mencakup 8 varietas jagung (Bima-2,
Bima-4, Bima-5, Bima-9, Bima-10, Bima-11, Srikandi, dan Srikandi kuning), 2
galur (Galur ST-18 dan Galur ST-35). Penggunaan varietas jagung hibrida
(Bima-2,4,5,9, dan 10) adalah dari hasil Badan Litbang Pertanian, sedangkan
jagung komposit menggunakan
jenis jagung berprotein tinggi.
Selain itu juga ditanam jagung
hibrida Bima-7 dan Bima-8 oleh
swasta.
Jagung merupakan komoditas
unggulan dan prioritas untuk
NTB, terkait dengan program
PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput
Laut). Benih jagung sebagian
besar dari Balai Penelitian
Serealia (Balitser) Maros,
dengan penerapan teknologi
dengan pendekatan PTT dari
Balitser yang seharihari dikawal oleh
BPTP NTB.
2
Tanaman kacang-kacangan
Tanaman kacang-kacangan yang ditanam terdiri dari: kedelai, kacang tanah, dan
kacang hijau. Kedelai terdiri dari 5 varietas (Anjasmoro, Argomulyo,
Burangrang, Sinabung, dan Grobokan). Kacang tanah terdiri dari 6 varietas
(Turangga, Bima, Sima, Domba,Tuban, dan Kancil). Kacang hijau terdiri dari 6
varietas (Vima-1, Perkutut, Kutilang, Murai, Seriti, dan Kenari). Umur kedelai
sekitar 85-90 hari, kacang tanah 90 hari, dan kacang hijau 60 hari. Tanaman
kacang-kacangan menggunakan benih dari Balai Penelitian Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian Malang, demikian juga teknologinya, yang dikawal langsung
oleh BPTP NTB.
Tanaman hortikultura
Hortikultura yang ditampilkan sebagian berupa sayuran yang umurnya relatif
pendek, dibanding buah-buahan. Jenis sayuran yang ditanam 14 macam
meliputi: bayam, caisin, kangkung, kubis, cauliflower, kailan, pakchoy, terung,
cabe, tomat, mentimun, pare, jagung manis, melon. Sayuran yang ditanam dari
Balai Penelitian Sayuran Lembang dan beberapa mitra swasta produsen benih
(Takii, SHS, BCA, Tanindo, Panah Merah, Tunas Agro, Surya Mentari,
Primasid,Syngenta).
3
Tanaman umbi-umbian
Jenis umbi-umbian yang ditanam adalah umbi-umbian lokal andalah NTB yaitu
ubi jalar ungu (Benson) dan sabrang (Kentang hitam).Penanaman umbi-umbian
merupakan upaya pengembangan pangan lokal dalam rangka diversifikasi
pangan.
Tanaman biofarmaka
Tumpangsari dengan Hijauan
Makanan Ternak
Tanaman biofarmaka yang ditanam meliputi: jahe, kunyit dan temu lawak. Bibit
tanaman ini berasal dari rimpang yang dihasilkan Balai PenelitianTanaman Rempah
dan Obat (Balittro). Tanaman Biofarmaka ditumpangsarikan denganhijauan
makanan ternak (HMT) terdiri dari jenis-jenis rumput unggul secara tumpangsari.
Jenis rumput-rumputan unggul yang ditanam adalah Setaria dan Mulato.
4
Tanaman perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang ditampilkan meliputi: wijen, jarak
kepyar, dan kapas. Jenis-jenis ini merupakan tanaman perkebunan
utama yang dikembangkan Ditjen Perkebunan. Kegiatan sektor
perkebunan pada Gelar Teknologi HPS ini ditangani oleh Dinas
Perkebunan Provinsi NTB.
Peternakan
Sektor peternakan akan menampilkan program Bumi Sejuta Sapi (BSS)
mendukung Peningkatan Swasembada Daging Sapi (PSDS). Sekitar 100 ekor
sapi ditampilkan dalam acara ini, termasuk teknologi kandang kolektif, hijauan
makanan ternak,instalasi biogas,dan Inseminasi Buatan (IB).Lokasi peternakan
seluas 7,5 are (25 x 30 meter). Pengelolaan kegiatan sektor peternakan oleh
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB. Diharapkan Presiden
RI dapat melakukan IB secara simbolis di lokasi GelarTeknologi Peternakan.
5
GELAR TEKNOLOGI
KEHUTANAN
Rusa
(Rusa timor/Rusa timorensis,
Rusa Sambar/Rusa unicolor,
Rusa Bawean/Axis kuhlii)
Satwa liar yang berpotensi untuk objek wisata dan sebagai satwa
penghasil daging melalui penangkaran
Pengembangan penangkaran rusa dilakukan sesuai dengan UU No.5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
sedangkan pengembangan budidaya sebagai satwa harapan atau prospek
pemuliaan untuk ternak dilakukan sesuai UU No. 18 tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Penangkaran dan budidaya rusa juga dapat
dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan sesuai dengan
program pemerintah dalam swasembada daging (pangan hewani) tahun 20092014.
Permenhut No. 19/2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar
menguraikan secara detail ketentuan-ketentuan mengenai kegiatan
penangkaran, administrasi penangkaran dan pengendalian pemanfaatan hasil
penangkaran tumbuhan dan satwa liar baik jenis yang dilindungi maupun jenis
yang tidak dilindungi,termasuk rusa. Spesimen hasil pengembangbiakan satwa
liar generasi kedua (F2) dan generasi berikutnya dari jenis yang dilindungi
dapat dimanfaatkan untuk keperluan perdagangan dengan izin sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku.
Penangkaran rusa dapat dilakukan dengan kandang terbuka sistem ranch
(pedok ekstensif) untuk lahan yang cukup luas (1-5 ha atau lebih), kandang
terbuka mini ranch (pedok intensif) untuk lahan terbatas (s/d 1 ha),
kandang tertutup sistem pembesaran (yard) dan kandang individu
(lahan terbatas).
6
Penangkaran Rusa
(Model Kandang Yard
Pembiakan Individu)
dan
Kandang
Bibit rusa:
sehat
penampilan fisik baik
ada catatan silsilah
Reproduksi:
- Rasio kelamin 1:(4-6)
- Pubertas jantan 12 bulan,betina 15-18 bulan
- Siklus berahi 20-22 hari,selama 6-25 jam
- Masa bunting 248-285 hari (8-9 bulan)
- Masa pengasuhan anak intensif 2-3 bulan
Kandang:
- Kandang yard < 250m untuk 1kelompok
reproduksi
- Kandang pembiakan 2x6 m untuk sepasang
rusa dan 1-2 anak
2
- Kandang individu 3m / individu
Pakan:
- Hijauan (rumput, rambatan, daun), misalnya
rumput raja (Pennisetum purpureophoides), sorgum (Sorghum spp.),
rumput gajah (Pennisetum purpureum S.) dan turi (Sesbania grandifolia L.)
- Non hijauan (konsentrat)
- Pakan 2-3 kali sehari,kebutuhan pakan 20-30% BB (umur <12 bulan),
15-20% BB (umur 12-24 bulan) dan 10-15% BB (umur >24 bulan)
Cara tangkap/angkut:
- Sistem penggiringan,
- Kotak angkut 150x70x120 cm/individu
- Pengangkutan pada saat teduh.
7
Prospek:
- Penghasil daging,ranggah dan kulit
- Pemanfaatan ranggah muda (velvet) umur s/d 60 hari dan ranggah tua
(lepas setiap tahun)
- Pemanfaatan limbah untuk kompos dan media cacing tanah
Pendidikan/penelitian dan wisata
Sumber:Puslitbang Hutan dan KonservasiAlam,Badan Litbang Kehutanan
Prototipe
Alat Penurun Kadar
Air Madu serta
Ekstrak Lilin dan
Bee Pollen
1. Nama Alat
: Penurun Kadar Air Madu
Berat Netto : 30 Kg
Kapasitas Madu : 5 kg/Jam
2. Nama Alat
: Ekstrak Lilin dan bee polen
Berat Netto : 10 kg
Kapasitas lilin : 10 kg/jam
dan bee polen
8
Sumber: Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok, Badan Litbang Kehutanan
Arang Kompos Bioaktif
(ARKOBA)
Arang kompos bioaktif (ARKOBA) adalah gabungan antara arang dan kompos
yang direproduksi melalui teknologi composting dengan bantuan mikroba
lignoselulotik yang tetap bertahan di dalam kompos, mempunyai kemampuan
agen hayati sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan
penyakit akar sehingga disebut bioaktif.
Keunggulan ARKOBA adalah karena keberadaan arang yang menyatu dalam
kompos, yang bila diberikan pada tanah akan berperan sebagai agen
pembangun kesuburan tanah melalui peningkatan pH tanah sekaligus
memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.
9
Kiln Arang Semi
Kontinyu
Pembuat arang sekam padi dan serbuk gergaji:
Kapasitas produksi:
Proses 9-10 jam, Hasil 20-24%, Kadar karbon 66%, Kadar abu 10,8%,
Zat terbang 32,2%,Menghasilkan arang 15-200 kg/hari
Produk dan manfaat:
-Arang kompos : memacu perkembangan mikroorganisme tanah,
meningkatkan nilai kadar tukar kation (ktk) tanah,
menstabilkan ph tanah bagi pertumbuhan tanaman,
mengikat dan menyimpan hara, menjaga kehidupan
biologis di dalam tanah, sebagai biofungisida terhadap
penyakit busuk akar
-Arang aktif : pengawet makanan, penyerap bau, karbon komposit,
sabun arang, sabun cuci, pembersih mesin, cat tembok,
shampoo
-Arang Nano
Ÿ
Energi
Ÿ
Biomembran
Ÿ
Biosensor
Ÿ
Bioelektroda
10
Sumber: Puslitbang Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan
Kiln Arang dan Cuka Kayu
Proses pengarangan kayu:
- Rendemen arang 15-20%
- Rendemen asap cair 40-50%
- Gas 15-25%
Fungsi:
- Menetralisir aroma tidak sedap (NH3, H2S)
- Anti jamur
- Anti bakteri
- Biopestisida
- Anti rayap
- Disinfektan
Aplikasi cuka kayu sebagai bahan
pembuatan:
- Pupuk cair organik
- Pembasmi kuman pada
kandang ayam, burung dan binatang ternak
- Sabun mandi
- Samphoo
- Pengharum ruangan
- Anti nyamuk
- Pembersih mesin
Sumber: Puslitbang Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan
11
Sukun ( Artocarpus altilis)
Tanaman kehutanan, alternatif sumber pangan bergizi tinggi
Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) merupakan salah satu jenis
tanaman kehutanan yang memiliki banyak kegunaan. Buahnya mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai komoditas penghasil sumber pangan bagi masyarakat.
Masyarakat Indonesia telah lama yang memanfaatkan buah sukun sebagai
bahan makanan yang diolah dengan cara
tradisional seperti dibakar, direbus dan
digoreng bahkan Saat ini buah sukun sudah
dapat diolah menjadi beraneka macam
makanan seperti getuk sukun, klepon
sukun, keripik sukun dan lain sebagainya.
Kandungan karbohidratnya yang tinggi
merupakan alternatif pengganti beras
untuk bahan makanan
p o ko k
masyarakat.
Tanaman sukun memiliki tajuk rindang,
perakaran dalam dan kisaran sebaran yang
luas meliputi hampir seluruh pulau di
Indonesia, dan mampu tumbuh pada
kisaran tumbuh yang luas termasuk di
lahan kering seperti Madura dan Flores,
sehingga dapat dijadikan pilihan untuk kegiatan penghijauan dan konservasi
tanah selain untuk alternatif sumber pangan. Kayu sukun yang sudah tua dapat
digun akan untuk bahan bangunan (konstruksi ringan), bahan pembuat
kotak/peti,bahan baku pulp,dll.
12
Budidaya sukun oleh masyarakat Indonesia umumnya hanya sebagai tanaman
sampingan di pekarangan rumah atau kebun.Hambatan yang sering ditemukan
di masyarakat antara lain adalah ketersediaan bibit yang baik serta kurangnya
informasi tentang teknik budidaya dan pemanfaatan/pengolahan tanaman
sukun.
Teknik Pembibitan Sukun
Pembibitan sukun hanya dapat dilakukan secara vegetatif, karena sukun
merupakan jenis tanaman partinocarpy atau tidak memiliki biji dalam buahnya.
Beberapa teknik pembibitan yang sudah biasa dilakukan adalah penyapihan
tunas akar alami, pencangkokan, penempelan tunas (okulasi), stek akar, stek
batang atau pucuk dan kultur jaringan.
Stek akar
Ukuran panjang stek akar yang optimal adalah 1015 cm, namun panjang stek akar yang kurang dari
10 cm masih dapat digunakan jika diameter
steknya 1-3 cm. Posisi tanam stek terbaik adalah
tegak dengan kedalaman tanam sekitar ½ bagian
panjang stek akar. Pemberian sungkup plastic
meningkatkan keberhasilan tumbuh stek akar
Stek pucuk
Stek pucuk dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu
1) menggunakan
tunas/trubusan yang
tumbuh pada stek akar, 2)
membangun tegakan
perbanyakan
(kebun
pangkas).
Tunas yang
dipanen untuk stek pucuk
rata-rata dapat dibuat
menjadi 2 buah stek
(pangkal dan ujung).
13
Dengan mengombinasikan teknik pembibitan stek akar dan stek pucuk sukun,
jumlah bibit yang dihasilkan dapat ditingkatkan. Dari satu stek akar rata-rata
tumbuh 4-6 tunas yang panjangnya 10-20 cm pada umur 4 bulan. Satu buah
tunas yang panjangnya 20 cm dapat dibuat menjadi 2 buah stek pucuk,sehingga
dari 1000 bibit stek akar yang tumbuh, dapat diperoleh 4000-6000 tunas yang
bisa dipanen untuk stek pucuk.
Sumber: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan,Badan Litbang Kehutanan
Mengenal Porang
(Amarphopallus onchopillus Bl.)
Tumbuhan herba, alternatif sumber pangan dari kawasan hutan
Porang (Amarphopallus onchopillus Bl.)adalah tumbuhan daerah tropis yang
mempunyai umbi dengan kandungan glukomanan cukup tinggi. Di Indonesia,
porang dikenal dengan banyak nama lokal,misalnya acoan aray (Sunda),kajrong
(Nganjuk),dll
.Secara umum, porang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun untuk
hasil yang baik, porang ditanam di tanah yang subur/gembur serta tidak
tergenang air,dengan pH 6-7. Porang sangat mudah dibudidayakan,baik secara
vegetatif (umbi) maupun generatif (biji/buah).
Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi
terhadap naungan, sehingga hanya membutuhkan cahaya maksimum 40%.
Kondisi ini menyebabkan tanaman porang sangat cocok ditanam di bawah
tegakan hutan,khususnya di bawah tegakan jenis mahoni,jati
14
dan sono. Porang telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain
industri, kesehatan dan pangan, misalnya untuk bahan lem, jeli, mie, tahu,
pembungkus kapsul,bahan dasar kosmetik,dll.
Saat ini, Perum Perhutani telah memasarkan umbi porang ke dalam dan luar
negeri dalam bentuk umbi basah dan umbi kering (chips) untuk berbagai
keperluan tersebut.
Sumber:Perum Perhutani Unit II, JawaTimur
Mengenal Secang
(Caesalpinia sappan L)
Tanaman tepi/pagar , alternatif bahan baku minuman (teh dan
sirup) yang berkhasiat.
Secang (Caesalpinia sappan L) adalah sejenis
tanaman perdu yang secara umum tumbuh di
tempat terbuka pada ketinggian sampai 1000
mdpl. Di Indonesia, secang dikenal dengan
banyak nama, antara lain sopang (Toba), sapang
(Makassar),supa (Bima),dll.
Daun dan batang secang mengandung saponin
dan flavonoid. Selain itu daunnya mengandung
polifebol dan 0,16-0,20 % minyak atsiri.
Batangnya mengandung tannin, asam galat, resin,
resorsin, brazilin, brasilein dan minyak atsiri.
Oleh karena kandungan zat-zat tersebut, sirup
yang dibuat dari batang tanaman tersebut memiliki khasiat antara lain sebagai
penghangat tubuh/mencegah masuk angin, mencegah rheumatik/pegal linu,
antibiotik dan menyehatkan tubuh.
Sumber:Perum Perhutani Unit II, JawaTimur
15
GELAR TEKNOLOGI
KELAUTAN DAN PERIKANAN
PENERAPAN IPTEK PENGOLAHAN PRODUK DAN
BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Berbagai produk hasil litbang pengolahan produk kelautan dan perikanan
antara lain diversifikasi olahan lele seperti patilo, nugget, abon dan rolade,
sedangkan hasil riset bidang bioteknologi yang dipamerkan berupa karaginan
dan gel anti tumor Bantaeng. Selain itu juga ditampilkan hasil riset unggulan
lain seperti test kit formalin "antilin".
Pada gelar teknologi ini juga diselenggarakan pelatihan dan demo pengolahan
produk dan bioteknologi kelautan dan perikanan,yaitu:
1. Pelatihan pembuatan produk diversifikasi ikan lele, yaitu nugget, abon,
rolade dan patilo. Selain itu juga diselenggarakan diseminasi pembuatan
karaginan kertas dan produk turunannya.
2. Demonstrasi penggunaan alat-alat pengolahan produk kelautan dan
perikanan seperti alat pengasapan ikan.
Sumber: Balai Besar Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan, Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
Pembenihan dan Pembesaran Abalon
(Haliotis squamata)
Abalon (Haliotis spp.) merupakan salah satu jenis moluska laut yang
cukup memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati pasar ekspor karena
rasanya yang lezat dan tekstur daging yang kenyal dan halus. Dalam
urutan makanan kaisar china, abalon (pauwhie) menempati urutan
pertama di atas teripang dan sirip ikan hiu. Hewan ini tergolong
ke dalam klas Gastropoda, famili Haliotidae.
16
Upaya pembenihan dan budidaya abalon di Indonesia sudah mulai
dikembangkan, sedikitnya terdapat dua spesies yaitu Haliotis asinine
dan H. squamata. Jenis H. squamata lebih banyak diminati pasar
ekspor sehingga budidaya abalon lebih difokuskan pada jenis ini.
Teknik budidaya abalon relatif
sederhana, baik pembenihan maupun
pembesaran, dengan waktu 12-24
bulan mulai dari menetas sampai
ukuran konsumsi. Pemberian pakan
alami berupa makroalga seperti
Gracillaria dan Ulva sp bisa diperoleh
dari alam maupun melalui budidaya di
tambak.
Sumber: Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan Balai Budidaya Laut, Badan
Litbang Kelautan dan Perikanan
Maggot:
Sumber Protein Alternatif
untuk Pakan Ikan
Maggot adalah larva dari serangga bunga (Hermentia illuscens) yang
banyak tersebar di seluruh Indonesia. Maggot adalah sumber protein
baru yang merupakan inovasi dan terobosan dalam penyediaan
sumber protein alternatif untuk pakan ikan. Bahan baku untuk
mendapatkan maggot berasal dari limbah
pabrik sawit yaitu bungkil kelapa sawit.
Masyarakat disekitar pabrik kelapa sawit di
Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi telah
berhasil memproduksi maggot dalam skala
industri. Beberapa pembudidaya ikan juga
telah mencoba untuk memproduksi maggot
secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan
pakan ikan mereka.
Sumber: Balai Budidaya Ikan Hias - Puslitbang Perikanan Budidaya,Badan Litbang
Kelautan dan Perikanan
17
Budidaya Akuaponik:
Teknologi Budidaya Ikan
Hemat Lahan dan Air
Akuaponik merupakan budidaya perikanan terpadu (integrated fishing) antara
tanaman sayuran dan ikan dengan menggunakan teknologi sistem resirkulasi
dengan sasaran menghasilkan protein ikan sekaligus sayuran di perkotaan
dengan wahana lahan sempit, air terbatas dan hemat lahan, bahkan dapat
diterapkan di rumah tahanan.
Perkembangan perikanan budidaya, terutama perikanan air tawar makin
terpojok oleh adanya pembangunan
pemukiman, perluasan industri dan
transportasi.Intensifikasi perikanan budidaya
air tawar juga dihadapkan pada kenyataan
kritisnya ketersediaan air yang makin
menurun baik dalam jumlah maupun
kualitasnya. Kondisi pembatas tersebut
sebenarnya dapat diatasi dengan penerapan
dan pengembangan teknologi budidaya ikan
hemat lahan dan air seperti akuaponik yang merupakan salah satu teknologi
perikanan hemat lahan dan air yang dapat diterapkan sebagai produksi dan
keindahan lingkungan dari tata kota.
Prinsip kerja akuaponik dengan memanfaatkan kolam ikan sebagai produsen
sekaligus pemasok unsur hara dengan pompa submersible sebagai
distribusinya. Alat dan bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah
diperoleh yaitu paralon, pompa listrik kerikil, pasir, arang dan bahan lain yang
prinsipnya dapat menempelkan akar tanaman.
Penggunaan teknologi ini mempunyai keunggulan komperatif yaitu:
1.Panen ikan bonusnya sayuran dan buah
2.Dapat menggunakan lahan yang sempit
3.Sayuran dan buah yang dihasilkan murni organic dan sangat bagus
4.Keindahan lingkungan terjaga
18
5.Menambah pendapatan
6.Kualitas air dalam bak atau kolam ikan lebih baik dibanding dalam bak atau
kolam air yang mengalir
7.Efisiensi biaya penanaman sayuran atau buah-buahan dan meningkatkan
margin keuntungan usaha.
Sumber: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar – Puslitbang Perikanan Budidaya,
Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
Sistem Resirkulasi Pada Budidaya Ikan
Teknologi Intensif, Produktif dan Ramah
Lingkungan
Sistem resirkulasi adalah sistem tertutup dimana air bekas budidaya ikan
'diolah' lagi sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan selanjutnya.
Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti kehilangan air akibat
penguapan dan pengurasan.
Pada umumnya, sistem resirkulasi membutuhkan biaya yang lebih tinggi untuk
membangun dan mengoperasikannya sehingga meningkatkan biaya produksi
ikan. Namun demikian, sistem resirkulasi mempunyai setidaknya lima
keuntungan, seperti hemat air, hemat lahan, kontrol terhadap temperatur,
kontrol terhadap kualitas air,dan tidak terpengaruh oleh cuaca yang buruk.
Desain Sistem Resirkulasi
Komponen utama dalam sistem resirkulasi adalah keberadaan sistem
pengolahan air yang dapat “membuang” ammonia dan limbah lainnya yang
berasal dari bak/kolam budidaya ikan. Proses pengolahan air di dalam sistem
resirkulasi bertujuan untuk mengendalikan limbah padat (solid wastes),
mengendalikan senyawa nitrogen (oksidasi ammonia dan nitrit) serta
mengaerasi air.
19
Pengendalian Limbah Padat
Bagian pakan yang tidak termanfaatkan oleh ikan akan dikeluarkan sebagai
limbah organik berupa kotoran padat. Kotoran ikan bersama dengan sisa
pakan yang tidak termakan akan diurai oleh bakteri di dalam sistem. Proses ini
membutuhkan oksigen dan menghasilkan ammonia. Untuk mengurangi
dampak proses ini terhadap air, limbah padat harus dibuang dari sistem
sesegera mungkin. Limbah padat dapat digolongkan menjadi empat golongan
yaitu yang mengendap, yang tersuspensi, yang mengapung dan yang terlarut
dalam air.
Limbah yang termasuk golongan ini dapat diatasi melalui filter mekanis
misalnya saringan, pengendapan atau pengapungan. Beberapa jenis tanaman
akuatik seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), hidrila (Hydrilla
verticulata) atau yang lainnya dapat dimanfaatkan sebagai pengendali limbah
padatan bahan organik yang tersuspensi atau yang terlarut di dalam air.
Pengendalian Senyawa Nitrogen
Senyawaan nitrogen dalam bentuk ammonia merupakan hasil samping dari
metabolisme protein. Senyawa ammonia total (total ammonia-nitrogen,TAN)
terdiri dari dua bagian yakni ammonia tak terionisasi (un-ionized ammonia,
NH3) and ammonia terionisasi (ionized ammonia, Nh4+). Amonia yang tak
terionisasi (NH3) mempunyai sifat sangat beracun bagi ikan. Secara umum,
konsentrasi ammonia tak terionisasi (NH3) di dalam bak pemeliharaan ikan
tidak boleh melebihi 0.05 mg/L. Dalam rangka pengendalian senyawa nitrogen,
terutama untuk mengendalikan konsentrasi ammonia tak-terionisasi (NH3),
salah satu teknik yang banyak diterapkan adalah teknik filtrasi biologis atau
sering disebut biofiltrasi.
Sumber: Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar
–Puslitbang Perikanan dan Budidaya, Badan Litbang Kelautan dan
Perikanan
20
Beragam Budidaya Ikan Hias
Budidaya ikan hias air tawar masih prospektif dengan peluang pasar yang
terbuka, sehingga budidaya ikan hias air tawar mampu memberikan kehidupan
bagi banyak orang. Budidaya ikan hias air tawar bias dilakukan dalam skala
rumah tangga ataupun dalam skala
menengah ke atas. Saat ini keberadaan
ikan hias tidak hanya sebagai hiburan
semata melainkan telah berkembang
menjadi objek penelitian, pendidikan,
medis maupun konservasi alam.
Sumber: Balai Riset Budidaya Ikan Hias,Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
APLIKASI MESIN PEMURNI GARAM
Mesin pemurni garam ini merupakan sistem terpadu yang terdiri dari
beberapa mesin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas garam lokal
sehingga dapat bersaing dengan garam import sehingga bias menambah harga
jual. Dipilihnya garam industri karena harga jual yang relatif lebih tinggi dan
banyak digunakan dalam proses pencelupan bahan textile, pembuatan
sabun/shampoo,industri makanan,bahan baku zat kimia lainnya.
Hasil pencucian ini berupa garam halus untuk keperluan industri dengan kelas
butiran medium dan superfine.
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir,
Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
21
Aplikasi Alat Pancing Gurita Elektronik
Menangkap gurita secara tradisional menggunakan tombak membutuhkan
keahlian menyelam, merusak karang tempat persembunyian gurita. Metode
lain menggunakan kendi tanah liat atau trap (perangkap), namun jarang
digunakan karena kompleks.
ACAH (Atraktor CephAlopoda Harian) adalah alat pancing gurita yang
memiliki bentuk pancing dengan umpan yang terbuat dari bahan-bahan buatan
dengan motif berbagai warna dan dilengkapi dengan sinyal yang memiliki
frekuensi rendah/subsonic sebagai atraktor/penarik.
Sumber: Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Badan
Litbang Kelautan dan Perikanan
Acho Meter
Pemantau Pakan Udang
Akumulasi sisa pakan di dalam tambak udang dapat menyebabkan turunnya
kualitas air tambak dan turunnya produktivitas hasil panen yang merugikan
petani tambak. Pemantauan secara manual tidak efektif serta menyita waktu
dan tenaga serta rentan terhadap kesalahan, apalagi untuk areal yang sangat
luas.
Ancho Meter mampu mendeteksi aktivitas udang yang menandakan
ketersediaan pakan berupa pellet di dalam tambak. Hasil menggunakan suara
ultra lebih akurat dan lebih terjamin, ditambah dengan teknologi telemetri
memungkinkan pemantauan jarak jauh dengan cakupan yang lebih luas.
Sumber: Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan
Perikanan,Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
22
Budidaya Rumput Laut
Rumput laut mempunyai keunggulan lebih dibandingkan dengan komoditas
perikanan lainnya untuk diusahakan di masyarakat pesisir yaitu penggunaan
teknologi yang sederhana,input yang kecil,cepat menghasilkan (quick yielding),
permintaan pasar yang tinggi (ekspor) dan ramah lingkungan.Budidaya rumput
laut juga merupakan kegiatan padat karya karena melibatkan tenaga kerja yang
banyak,tidak mengenal gender,dan segala usia terlibat secara kolosal.
Daerah penyebaran budidaya rumput laut hampir di seluruh perairan
indonesia seperti di pantai barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Tenggara, Gorontalo, Kepulauan Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Bali, JawaTimur danTengah,Maluku.
Sumber:Balai Budidaya Laut,Direktorat Jenderal Budidaya
TEKNOLOGI
AKUSTIK PERIKANAN
Sistem akustik dapat digunakan untuk studi tingkah laku ikan pada sistem
perikanan yang sifatnya statis dengan system stationary sampling. Misalnya
studi tentang hubungan alat tangkap dengan densitas ikan pada perikanan
purse seine, bagan, dll. Beberapa aplikasi data akustik dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan seperti studi densitas, nilai target strength dan ukuran ikan,
migrasi, fishing grounds, konservasi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan
sampling berkelanjutan dan pengetahuan tentang tingkah laku ikan mengingat
data akustik yang sifatnya realtime.
Diagram dasar cara kerja sistem akustik yang scientific. Beberapa kelebihan
sampling dengan sistem akustik adalah data yang insitu, cepat, dan real time.
Sistem akustik sudah digunakan dalam stock assessment.
Sumber :
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber
Daya Ikan,Badan Litbang Kelautan dan Perikanan.
23
Budidaya Mutiara
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang.Hal
ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan
harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Potensi mutiara dari indonesia yang
diperdagangkan di pasar dunia swangat
berpotensi untuk ditingkatkan.Saat ini Indonesia
baru memberikan porsi 26 persen dari
kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih
dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen.
Sumber daya kelautan Indonesia masih
memungkinkan untuk dikembangkan,baik dilihat
dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja
yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya
mutiara.
Sumber:Dinas Kelautan dan Perikanan,Provinsi NTB
Destilasi Air Laut
Salah satu masalah yang dihadapi oleh para masyarakat Indonesia yang tinggal
di pesisir adalah sangat terbatasnya ketersediaan air bersih, hal ini terjadi
karena air yang berada di daerah pesisir pantai memiliki kandungan garam yang
cukup tinggi.Sebagai solusi salah satunya dengan membuat alat destilasi air laut
untuk menghasilkan air bersih dengan memanfaatkan sinar matahari.
Pri
nsip kerja alat destilasi air laut ini yaitu ketika radiasi surya menembus
kaca penutup dan mengenai skotlet hitam yang ada di dasar maupun
disekeliling atau di dinding alat sehingga skotlet akan menyerap panas,
24
dengan adanya energi panas dari skotlet maka akan menaikan suhu air laut yang
ada di dalam alat destilasi tersebut.Air akan menguap dan berkumpul di bawah
permukaan kaca penutup, dengan adanya lubang kecil yang ada di samping alat
akan terjadi kondensasi yaitu uap akan menjadi cair, karena posisi atap
berbentuk miring ke arah lubang maka uap yang telah mencair akan mengalir
mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk pada lubang pengeluaran air,air
yang keluar melalui lubang terus mengalir menuju tempat penampungan air
bersih (gelas ukur), sedangkan garam akan tertinggal di dalam alat destilasi.
Sumber :Badan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan
Teknologi Penangkapan
Sumber Daya Ikan Laut Dalam
Penerapan teknologi penangkapan
dengan menggunakan jaring trawl laut
dalam bertujuan untuk mengeksplorasi
sumber daya perikanan yang belum
termanfaatkan di perairan laut pada
kedalaman lebih dari 200 m. Survei
Bathimetri untuk mengetahui
kedalaman dan kondisi topografi dasar
perairan dengan peralatan echo
sounder. Informasi bathimetri sangat
berguna dalam penentuan lokasi penangkapan dengan jaring trawl.
Eksplorasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl laut
dalam,untuk mengetahui komposisi jenis,kelimpahan dan pendugaan stok ikan
demersal laut dalam.
Sumber: Puslitbang Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan,
Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
25
PETA POTENSI DAERAH
PENANGKAPAN IKAN
Stasiun Bumu Satelit Oseanografi yang berada di Balai Riset dan Observasi
Kelautan (BROK) memiliki kemampuan untuk menerima data oseanografi
yang meliputi:
1.Suhu permukaan laut (satelit NOAA-AVHRR) dan Feng yun
2.Distribusi konsentrasi klorofil-a permukaan laut
3.Anomali tinggi permukaan laut (altimetry)
4.Arus permukaan laut
5.Suhu laut pada kedalaman 50,100,150,200,250 dan 300 m
6.Arah dan kecepatan angina permukaan
Data tersebut digunakan untuk memprediksi dan memonitoring daerah
tangkapan ikan dan kondisi iklim di wilayah perairan laut Indonesia dan
peningkatan informasi pendukung Peta Potensi Daerah Penangkapan Ikan
(PPDPI). PPDPI yang diproduksi BROK terdiri atas PPDPI untuk cakupan
nasional serta PPDPI untuk beberapa pelabuhan. PPDPI pelabuhan
merupakan produk peta dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
PPDPI nasional. Pembuatan PPDPI pelabuhan ini merupakan upaya untuk
membantu nelayan tradisional maupun nelayan dengan kapal ukuran kecil,yang
tidak memungkinkan menggunakan PPDPI nasional sebagai panduan aktifitas
penangkapan ikan, karena kondisi kapal yang tidak dapat berlayar jauh ke
seluruh perairan Indonesia.
PPDI nasional dapat diakses melalui
www.dkp.go.id, Interface Voice Response (IVR), Fax on Demand (FOD) dan
melalui e-mail.
Sumber: Balai Riset dan Observasi Kelautan – Puslitbang Sumber Daya Laut
dan Pesisir,Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
26
Download