Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 215-224 (2014) PENGARUH JENIS STEK BATANG DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ARA (Ficus carica L.) Effect of Cutting Stem Types and Planting Media Compositions Toward The Seedling Growth of Fig Plants (Ficus carica L.). Winda Yulistyani1, Denny Sobardini Sobarna2 dan Anne Nuraini2 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unpad 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ABSTRAK Tanaman ara (Ficus carica L.) yang dikenal juga sebagai tanaman tin merupakan tanaman hasil domestikasi yang dapat tumbuh di negara beriklim tropis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis stek batang yang paling baik dan komposisi media tanam yang tepat untuk menunjang keberhasilan pertumbuhan stek batang tanaman ara selama pembibitan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Terkendali, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu jenis stek batang dan komposisi media tanam. Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan yang terdiri dari tiga stek batang. Jenis stek batang yang digunakan adalah bagian pucuk batang (a1), bagian tengah batang (a2) dan bagian pangkal batang(a3), sedangkan komposisi media tanam yang digunakan adalah tanah (b0), tanah+kompos (b1), pasir+kompos (b2), tanah+arang sekam+kompos (b3), dan pasir+arang sekam+kompos (b4) masing-masing dengan perbandingan yang sama (v/v). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis stek batang dan komposisi media tanam yang digunakan. Penggunaan stek yang berasal dari bagian tengah batang dengan komposisi media tanam berupa pasir, arang sekam dan kompos dapat meningkatkan persentase stek hidup dan jumlah daun pada tanaman ara selama pembibitan. Kata kunci : Ficus carica L., jenis stek batang, media tanam ABSTRACT Fig (Ficus carica L.) also known as Tin plants is a kind of plants resulted from the domestication which can grow in tropical countries. This research was aimed to find out the best types of cutting stem and the right compositions of planting media to support the growth of fig’s cutting stem during the nursery. The research was conducted in Laboratory of Controlled Culture, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran since March to May 2014. The research applied Random Group Design which involved two factors; types of cutting stem and compositions of planting media. Each treatment had been repeated for three times so there were 45 units of experiment which consisted of three cutting stems. The types of cutting stem used for this research were cutting of shoot stem (a1), cutting of middle stem (a2) and cutting of base stem (a3), while the compositions of planting media were used soil (b0), soil+compost (b1), sands+compost (b2), soil+husk charcoal+compost (b3), and sands+husk charcoal+compost (b4). Each composition had the equal ratio (v/v). The result showed that there were no interaction between types of cutting stem and compositions of planting media used in nursery. Cutting used from middle stem with compositions of planting media Diterima 26 Agustus 2014. Disetujui 20 Oktober 2014. Alamat Korespondensi : [email protected] Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara sands+husk charcoal+compost can increased the growing stem percentage and the number of leaf of fig plants in nursery. Key words: Ficus carica L., cutting stem types, planting media PENDAHULUAN Tanaman ara (Ficus carica L.) atau yang lebih dikenal sebagai tanaman tin merupakan salah satu tanaman hasil domestikasi yang dapat tumbuh di Indonesia. Tanaman ara memiliki khasiat dalam penyembuhan berbagai penyakit. Buah ara dapat digunakan sebagai obatobatan herbal karena mengandung senyawa bioaktif seperti fenol, benzaldehida, terpenoid, flavonoid, dan alkaloid yang memiliki sifat antioksidan dan dapat menghambat proliferasi sel kanker (Joseph dan Raj, 2011). Daun tanaman ara dapat dibuat teh dan lalapan yang berfungsi untuk mencegah asam urat, sedangkan akarnya dapat dikeringkan dan digunakan sebagai teh akar ara (Iswanto dkk., 2008). Menurut Sidi (2010) daun ara digunakan untuk mengobati penyakit batu ginjal karena mengandung alkaloid dan saponin yang bermanfaat sebagai diuretik. Air rebusan daun ara juga dapat memberikan kebugaran bagi tubuh (Iswanto dkk., 2008). Sayangnya, tanaman ara di Indonesia masih terbatas di kalangan kolektor tanaman hias. Morton (1987) menyatakan cara yang paling banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman ara adalah dengan teknik stek batang. Keberhasilan dalam penyetekan salah satunya bergantung pada kondisi bahan stek yang digunakan. Stek yang berasal dari bagian tanaman yang masih muda akan lebih mudah berakar daripada stek yang berasal dari bagian tanaman yang sudah tua. Kemampuan stek untuk membentuk akar adventif akan berkurang seiring dengan penambahan umur pada tanaman induknya (Hartmann dan Kester, 1990). Sumber bahan stek yang berasal dari bagian batang yang berbeda mengalami masa perkembangan yang berbeda pula (Rismawati dan Syakhril, 2013). Keberhasilan stek dalam membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan stek (Syakir dkk., 1992). Bagian batang yang digunakan tersebut berkaitan dengan kandungan nutrisi didalamnya terutama karbohidrat, protein, lipid, nitrogen, enzim, hormon dan rooting cofactor (Hartmann dan Kester, 1990). Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan stek untuk berakar adalah pemilihan dan pengelolaan media tanam. Tanaman ara yang diperbanyak dengan cara penyetekan harus ditumbuhkan pada media tanam yang dapat menunjang pembentukan akar dan tunas sehingga diperoleh tanaman baru yang identik dengan induknya (Flaishman et al., 2008). Unsur hara mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berasal dari media tanam yang nantinya diserap oleh akar untuk digunakan dalam berbagai proses fisiologis (Prayugo, 2008). Dolgun dan Tekintas (2009) menyatakan bahwa tanaman ara sangat mudah berakar tetapi bila terjadi perubahan suhu dan kelembaban pada media tanam dapat mengganggu pertumbuhan akar. Menurut Ashari (2006) media perakaran pada organ tanaman yang distek berfungsi untuk menjaga stek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup. Oleh karena itu, media yang digunakan harus mampu memberikan aerasi yang baik, mempunyai daya pegang air dan drainase yang baik serta bebas dari jamur dan bakteri patogen. Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis stek batang dan komposisi media tanam yang sesuai untuk perbanyakan tanaman ara secara vegetatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis stek batang yang paling baik dan 216 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara komposisi media tanam yang tepat untuk menunjang keberhasilan pertumbuhan stek batang tanaman ara di pembibitan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Terkendali (Hidroponik), Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Tempat penelitian berada pada ketinggian ±730 meter di atas permukaan laut. Waktu percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Bahan yang digunakan yaitu stek dari percabangan batang plagiotrop tanaman ara kultivar ‘Green Jordan’ yang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu pangkal batang, tengah batang dan ujung/pucuk batang. Bahan stek ini berasal dari pohon yang telah berumur lima tahun yang berlokasi di daerah Mampang, Jakarta Selatan dan daerah Antapani, Bandung, Jawa Barat. Bahan lainnya yang digunakan adalah media tanam berupa tanah, pasir, arang sekam, dan kompos hijauan, zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berupa IBA (indolebutyric acid) 100 ppm, akuades, fungisida Mankozeb 80% (Dithane 45 WP), bakterisida streptomisin sulfat 20% (Agrept 20 WP) dan insektisida karbofuran 3% (Furadan 3G). Alat-alat yang digunakan yaitu gunting stek, sungkup plastik, polybag, cangkul, sekop, ember, gunting, penggaris, termohygrometer, hand sprayer, timbangan, wadah plastik, terpal, kertas label, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis stek batang yang digunakan (A), terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu (a1) stek pucuk batang, (a2) stek tengah batang, dan (a3) stek pangkal batang. Faktor kedua adalah komposisi media tanam (B) dengan lima taraf perlakuan, yaitu (b0) tanah, (b1) tanah + kompos (1 : 1), (b2) pasir + kompos (1 : 1), (b3) tanah + kompos + arang sekam (1 : 1 : 1), dan (b4) Pasir + kompos + arang sekam (1 : 1 : 1). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari tiga stek batang sehingga jumlah seluruhnya terdapat 135 stek. Pengolahan data dilakukan dengan menguji sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak. Data yang tidak normal ditransformasi berdasarkan jenis datanya. Sementara itu, untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati dilakukan dengan Uji Fisher pada nilai α = 0,05, sedangkan untuk mengetahui perbedaan antarperlakuan dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95%. 1. Pelaksanaan Percobaan a. Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan berupa tanah dengan ordo Inceptisol, kompos hijauan yang berasal dari daundaunan dan sampah organik yang diambil dari rumah pengolahan sampah ITB (Sabuga), pasir bangunan jenis Cimalaka, dan arang sekam padi. Media tanam dibuat berdasarkan perbandingan volume (v/v), kemudian dicampurkan dan dimasukkan ke dalam polybag berukuran 15 x 20 cm sebanyak ²/3 bagian. Setelah itu, media tanam tersebut dibasahi sesuai dengan kapasitas lapang lalu diinkubasikan selama satu minggu. b. Analisis kimia media tanam Analisis kimia pada media tanam dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Parameter yang dianalisis diantaranya pH tanah, N-total, P dan K potensial ekstrak HCl 25%, C-organik, serta kadar air. Analisis ini dilakukan pada masing-masing komposisi media tanam. Penyiapan sampel untuk dianalisis dilakukan saat pembuatan media tanam dengan memisahkan satu polybag khusus untuk analisis di laboratorium. Analisis di laboratorium dilakukan setelah media tanam tersebut diinkubasikan. 217 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara c. Pemilihan dan sterilisasi bahan tanam Bahan stek diambil dari tanaman ara kultivar ‘Green Jordan’ dari tipe penyerbukan Common Fig. Bahan stek yang digunakan sebagai bahan perbanyakan merupakan batang pada percabangan plagiotrop dengan panjang tidak lebih dari satu meter dan diameter berkisar 1 - 3 cm. Stek dari bagian pucuk batang dipotong 5 cm dari bagian atasnya. Pemotongan dilakukan dengan sudut kemiringan 45o lalu dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu pangkal batang, tengah batang dan pucuk batang. Bahan stek yang digunakan panjangnya masing-masing 20 cm. Setelah dikelompokkan, ketiga jenis bahan stek tersebut disterilisasi dengan cara direndam menggunakan kloroks (Bayclin) dengan konsentrasi 10 mL/5 liter air selama 30 menit. d. Penanaman Sebelum penanaman, batang yang distek diberi perlakuan perendaman dalam zat pengatur tumbuh auksin untuk merangsang pertumbuhan akar. Auksin yang digunakan berupa IBA dengan konsentrasi 100 ppm selama 24 jam (Antunes et al., 2003). Sebelum stek ditanam dalam polybag, batang yang distek terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 g/L selama 30 menit untuk mencegah serangan jamur dan bakteri. Penyiraman dilakukan pada masing-masing media tanam sesuai dengan kapasitas lapangnya, setelah itu lubang tanam dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari diameter batang yang akan di stek kemudian diberikan insektisida sebanyak 2 g/lubang tanam untuk mencegah serangan patogen tanah. Setelah ditanam, batang yang di stek diberi sungkup individu untuk mengurangi penguapan dan mempertahankan kelembaban. e. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman dan pencegahan penyebaran penyakit. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan air yang ditambahkan vitamin B1 (thiamin mononitrat) dengan konsentrasi 1 ml/L. Penyiraman dengan cara ini dilakukan tiga hari sekali sampai tanaman berumur 4 MST (minggu setelah tanam) dengan menggunakan hand sprayer. Pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan dengan menggunakan fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi masingmasing 2 g/L. Aplikasinya dilakukan dengan cara pengkabutan dengan menggunakan hand sprayer. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengamatan Penunjang a. Suhu dan Kelembaban Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan sejak awal penanaman hingga 10 MST. Pengamatan suhu dan kelembaban udara ini diukur saat stek berada di bawah sungkup plastik dan saat stek dipindahkan di bawah naungan paranet 75%. Suhu ratarata harian di dalam sungkup plastik berkisar antara 24,25 – 29,00oC dengan kelembaban rata-rata harian 52,25 – 83,50%. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) stek memerlukan perlindungan dari cahaya matahari langsung. Oleh karena itu stek diberi penyungkupan untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. Suhu yang rendah membantu terbentuknya jaringan kalus dan suhu yang tinggi dapat membantu pertumbuhan akar, sedangkan kelembaban yang tinggi saat penyetekan dapat mempertahankan stek dari kekeringan. Stek batang tanaman ara yang daunnya telah terbuka sempurna dipindahkan ke rak bambu yang diberi naungan paranet 75%. Pemindahan lokasi pembibitan ini dilakukan saat bibit berumur 4 MST. Suhu rata-rata harian di dalam naungan paranet berkisar antara 25,00 29,00oC dengan kelembaban rata-rata harian 51,25- 63,25%. Menurut Sobir dan Amalya (2011) tanaman ara dapat tumbuh pada suhu berkisar antara 21 - 27°C. b. Karakteristik Kimia Media Tanam Media tanam yang digunakan pada percobaan ini dianalisis di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, 218 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Hasil analisis media tanam tersebut terdapat pada Tabel 1. Hasil analisis media tanam menunjukkan bahwa pH media tanam yang paling tinggi yaitu campuran media pasir dan kompos dengan sifat agak alkalis dan pH terendah terdapat pada komposisi media pasir, arang sekam dan kompos dengan sifat masam. Tanaman ara diketahui masih dapat tumbuh pada pH 5,5 – 8,0 (Sobir dan Amalya, 2011). Kadar C-organik yang paling tinggi terdapat pada media tanam yang terdiri dari tanah, arang sekam dan kompos dengan kriteria tinggi sedangkan yang terendah adalah media tanah. Selain itu kadar N-total yang paling tinggi terdapat pada media tanah dan kompos dengan kriteria tinggi sedangkan yang terendah adalah media pasir, arang sekam dan kompos. Kadar nitrogen di dalam media tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar dan daun. Tabel 1. Karakteristik kimia media tanam yang digunakan Parameter Analisis Perlakuan Kadar C-organik N-total P-potensial K-potensial pH air (%) (%) (%) (mg/100 g) (mg/100 g) b0) Tanah 10,43 6,63 1,8 0,34 32,93 47,39 b1) Tanah + kompos 16,74 7,44 4,2 0,72 37,47 163,01 b2) Pasir + kompos 8,67 8,09 3,4 0,31 26,71 127,14 b3) Tanah + arang sekam + kompos 18,21 7,41 4,7 0,67 36,86 183,43 b4) Pasir + arang sekam + kompos 5,15 7,62 4,2 0,28 28,94 153,10 Ket: berdasarkan hasil analisis di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Media tanam berupa tanah dan kompos memiliki kandungan P potensial yang paling tinggi diantara media tanam lainnya, sedangkan media tanam pasir dan kompos memiliki kandungan P potensial terendah. Sementara itu, media tanam tanah, arang sekam dan kompos memiliki kandungan K-potensial tertinggi. P dan K potensial merupakan akumulasi P dan K yang terlarut serta P dan K yang tidak terlarut dalam tanah, tetapi berpotensi menjadi bentuk tersedia (Saribun, 2008). Elemen fosfor di dalam tanah kebanyakan terdapat dalam keadaan tidak terlarut sehingga tidak mungkin masuk ke dalam sel-sel akar (Suprihadi, 2007). c. Gangguan Hama dan Penyakit Serangan hama tidak terjadi selama percobaan, baik di dalam sungkup maupun di bawah naungan. Selama penyungkupan media tanam ditumbuhi jamur payung (Collybia sp.) akibat kelembaban media tanam yang terlalu tinggi dan tidak dilakukannya sterilisasi pada media tanam. Selama percobaan stek batang mengalami kematian akibat serangan jamur Fusarium oxysporum. Jamur ini membuat koloni spora di permukaan stek yang belum tumbuh (Gambar 4), sedangkan pada stek yang sudah tumbuh gejala serangannya yaitu daun-daun yang terlihat layu terutama daun yang terletak di paling bawah. Selain itu, ketika pangkal batang yang ditanam dipotong, terlihat suatu cincin coklat dari berkas pembuluh. Selain jamur, batang yang distek juga banyak yang membusuk terutama pada bagian pangkal stek. Hal ini disebabkan oleh media tanam yang terlalu lembab sehingga pangkal stek menjadi busuk. 2. Pengamatan Utama a. Waktu Munculnya Tunas Waktu munculnya tunas diamati sejak awal penanaman dan dibatasi hingga 28 HST (hari setelah tanam). Analisis ragam terhadap waktu munculnya tunas tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata, baik dalam faktor perlakuan maupun interaksinya. Rata-rata waktu munculnya tunas dapat dilihat pada Tabel 2. 219 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara Tabel 2. Pengaruh jenis stek batang dan komposisi media tanam terhadap waktu munculnya tunas pertama kali. Perlakuan Waktu muncul tunas (HST) Jenis stek batang (A) a1 = pucuk batang 14,23 a a2 = tengah batang 12,52 a a3 = pangkal batang 13,03 a Komposisi media tanam (B) b0 = tanah 14,90 a b1 = tanah + kompos 12,07 a b2 = pasir + kompos 15,89 a b3 = tanah + kompos + arang sekam 10,96 a b4 = pasir + kompos + arang sekam 12,48 a Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Pada awal pertumbuhan stek hanya memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam bahan stek dalam jumlah yang terbatas. Harjadi (1996) menyatakan bahwa perbedaan awal pertumbuhan salah satunya ditunjukkan dengan saat muncul tunas yang berbeda-beda. Saat muncul tunas ini ditandai dengan pecahnya mata tunas yang terdapat pada stek batang. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa penggunaan cadangan makanan oleh stek akan menghasilkan energi dan energi yang dihasilkan dapat mendorong pecahnya tunas dan mengaktifkan jaringan meristem pada titik tumbuh tunas. b. Jumlah Tunas Perlakuan jenis stek batang dan komposisi media tanam keduanya memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah tunas pada stek batang tanaman ara (Tabel 3). Pertumbuhan tunas pada stek dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan seperti bahan stek yang digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan stek tersebut (Prastowo et al., 2006). Pada awal pertumbuhan stek belum mampu menyerap unsur hara yang terdapat pada media tanam karena jumlah akar yang masih sedikit. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertumbuhan tunas tergantung pada banyaknya kandungan C-organik pada media tanam. c. Panjang Tunas Pengamatan panjang tunas dilakukan dengan interval pengamatan dua minggu sekali hingga 10 MST. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis stek batang tidak berpengaruh nyata pada 2 dan 4 MST, sedangkan pada 6, 8 dan 10 MST terlihat bahwa jenis stek batang memberikan pengaruh terhadap panjang tunas, sementara itu komposisi media tanam terlihat berpengaruh nyata terhadap 7 panjang tunas pada 8 MST (Tabel 4). Tabel 3. Pengaruh jenis stek batang dan komposisi media tanam terhadap jumlah tunas pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST. Jumlah Tunas Pada ... (MST) Perlakuan 2 4 6 8 10 Jenis stek batang (A) a1 = pucuk batang 1,46 a 2,13 a 2,10 a 1,83 a 1,48 a a2 = tengah batang 1,55 a 2,11 a 2,07 a 1,90 a 1,53 a a3 = pangkal batang 1,26 a 1,93 a 1,80 a 1,73 a 1,47 a Komposisi media tanam (B) b0 = tanah 1,45 a 2,19 a 2,17 a 1,83 a 1,50 a b1 = tanah + kompos 1,33 a 2,06 a 1,89 a 1,89 a 1,48 a b2 = pasir + kompos 1,45 a 2,22 a 1,89 a 1,78 a 1,49 a b3 = tanah + kompos + arang sekam 1,30 a 1,56 a 1,72 a 1,61 a 1,43 a 220 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara Jumlah Tunas Pada ... (MST) 2 4 6 8 10 b4 = pasir + kompos + arang sekam 1,58 a 2,28 a 2,27 a 2,00 a 1,55 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Perlakuan Pada Tabel 4 ditunjukkan pula bahwa stek yang berasal dari bagian pangkal batang memiliki tunas yang lebih panjang dibandingkan stek yang berasal dari bagian pucuk dan tengah batang. Stek yang berasal dari bagian pucuk batang membentuk tunas yang lebih pendek namun tidak berbeda nyata dengan stek yang berasal dari bagian tengah batang. Menurut Suryaningsih (2004) kandungan bahan stek terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen sangat menentukan pertumbuhan akar dan tunas stek. Perlakuan komposisi media tanam terlihat berpengaruh pada 8 dan 10 MST dimana media pasir dan kompos menunjukkan pengaruh yang paling tinggi terhadap parameter panjang tunas dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 4. Pengaruh jenis stek batang dan komposisi media tanam terhadap panjang tunas pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST. Panjang Tunas Pada ... Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Jenis stek batang (A) a1 = pucuk batang 1,88 a 2,61 a 3,67 a 4,88 a 7,02 a a2 = tengah batang 1,91 a 2,59 a 4,68 ab 6,95 ab 9,95 ab a3 = pangkal batang 1,91 a 2,87 a 5,84 b 9,15 b 12,06 b Komposisi media tanam (B) b0 = tanah 5,24 a 3,03 a 5,32 a 7,74 ab 9,91 ab b1 = tanah + kompos 4,12 a 1,73 a 3,36 a 6,02 a 8,83 ab b2 = pasir + kompos 5,55 a 2,78 a 5,61 a 9,72 b 12,76 b b3 = tanah + kompos + arang sekam 7,09 a 2,94 a 4,04 a 4,59 a 6,74 a b4 = pasir + kompos + arang sekam 6,48 a 2,96 a 5,26 a 6,89 ab 10,12 ab Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Media tanah dan kompos, serta tanah, arang sekam dan kompos tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Media tanah saja dan media pasir, kompos, dan arang sekam juga tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Menurut Hartman dan Kester (1990), sampai dengan stek berakar, kemampuan mengambil unsur hara dari media tanam masih terbatas. Salisbury dan Ross (1995) juga menyatakan bahwa proses pertumbuhan tunas selanjutnya tergantung pada bahan makanan yang dapat diserap oleh stek dari media yang digunakan. d. Jumlah Daun Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Tabel 5 menunjukkan bahwa batang tanaman ara yang diambil dari bagian pucuk, tengah, dan pangkal batang tidak berpengaruh terhadap jumlah daun baik yang diamati setiap interval pengamatan maupun bila dibandingkan dengan perlakuan jenis stek batang lainnya. Pada 6 MST, komposisi media pasir dan kompos serta media tanah menunjukkan pengaruh yang sama dengan media tanam pasir, kompos dan arang sekam. 221 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara Tabel 5. Pengaruh jenis stek batang dan komposisi media tanam terhadap jumlah daun pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST. Jumlah Daun Pada .. Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Jenis stek batang (A) a1 = pucuk batang 2,74 a 3,66 a 4,65 a 5,21 a 5,79 a a2 = tengah batang 2,92 a 4,35 a 5,22 a 6,16 a 6,80 a a3 = pangkal batang 2,81 a 4,05 a 5,21 a 5,82 a 6,45 a Komposisi media tanam (B) b0 = tanah 2,64 a 4,00 a 5,34 bc 5,97 ab 6,43 ab b1 = tanah + kompos 2,64 a 3,54 a 3,92 a 5,31 ab 6,03 ab b2 = pasir + kompos 2,70 a 4,12 a 5,38 bc 6,19 b 6,90 b b3 = tanah + kompos + arang sekam 2,98 a 3,78 a 4,44 ab 4,43 a 5,06 a b4 = pasir + kompos + arang sekam 3,17 a 4,66 a 6,05 c 6,75 b 7,28 b Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Pada 8 MST dan 10 MST media tanam tanah, kompos dan arang sekam memiliki jumlah daun yang tidak berbeda dengan media pasir dan kompos serta media pasir, kompos dan arang sekam. Media tanam tanah dan kompos menunjukkan pengaruh yang sama baiknya dengan media tanah, kedua perlakuan media tanam ini menunjukkan pengaruh yang berbeda bila dibandingkan ketiga perlakuan media tanam lainnya. e. Persentase Stek Hidup Perlakuan jenis stek batang menunjukkan pengaruh yang berbeda antar perlakuan, sedangkan perlakuan komposisi media tanam menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap persentase stek hidup tanaman ara pada 10 MST (Tabel 6). Tabel 6. Pengaruh jenis stek batan dan komposisi media tanam terhadap persentase stek hidup bibit tanaman ara pada 10 MST. Perlakuan Stek hidup (%) Jenis stek batang (A) a1 = pucuk batang 35,24 a a2 = tengah batang 41,73 b a3 = pangkal batang 39,14 ab Komposisi media tanam (B) b0 = tanah 35,24 a b1 = tanah + kompos 39,57 a b2 = pasir + kompos 37,40 a b3 = tanah + kompos + arang sekam 41,73 a b4 = pasir + kompos + arang sekam 39,57 a Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Stek yang berasal dari bagian pangkal batang memiliki persentase stek hidup yang lebih tinggi dibandingkan stek yang berasal dari bagian pucuk batang, namun keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda dengan stek yang berasal dari bagian pangkal batang. Cadangan makanan pada bahan stek dibutuhkan untuk pembentukan akar yang merupakan salah satu indikator keberhasilan tumbuh dalam penyetekan. Menurut Samsijah (1974) dalam Supriyanto dan Prakasa (2011), kemampuan pembentukan akar pada suatu jenis tanaman yang distek antara lain dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat serta keseimbangan hormon dalam bahan stek. 222 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis stek batang dan komposisi media tanam terhadap waktu munculnya tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, dan persentase tumbuh bibit tanaman ara. b. Penggunaan stek yang berasal dari bagian tengah batang dengan komposisi media tanam berupa pasir, arang sekam dan kompos dapat meningkatkan persentase stek hidup dan jumlah daun pada tanaman ara selama pembibitan. Saran a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pertumbuhan bagian perakaran tanaman ara dengan perlakuan jenis stek batang dan komposisi media tanam. b. Diduga pada penelitian ini pertumbuhan jenis stek batang yang digunakan sangat dipengaruhi oleh pemberian auksin berupa IBA, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tanpa pemberian IBA. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada ketua komisi pembimbing, Dr. Dra. Hj. Denny Sobardini Sobarna, M.S., dan anggota komisi pembimbing Dr. Hj. Anne Nuraini, Ir., M.S yang senantiasa membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan dan perbaikan penelitian ini, juga kepada Bapak A. Fauzi ‘Zaitun dan Tin’, Bapak Zen dan Kang Sidik Hari Priono atas segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam mendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Antunes, M.D.C., N.N.J. Chalfun, M. Pasqual, L.F Dutra, and J.M Cavalcante-Alves. 2003. Factors affecting rooting on fig (Ficus carica L.) cuttings. Acta Hort. 605: 141-146. Ashari, S. 2006. Hortikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. Dolgun, O. and F. E. Tekintas. 2009. Effective use of vegetative material in fig (Ficus carica L.) nursery plant production. Afr. J. Agric. Res. 4(8):701-706. Flaishman, M., V. Rodov, and E. Stover. 2008. The Fig: Botany, Horticulture, and Breeding. Horticultural Reviews, Volume 34 ISBN 9780470171530. John Wiley & Sons, Inc. USA. Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Hartmann, H.T., and D.E Kester. 1990. Plant Propagation: Principles and Practices Fifth Edition. Prentice Hall. International Inc. New York. Iswanto., A.G. Miftah., W. Wiwin, dan B. Salman. 2008. Pengembangan Benih Tanaman Buah Langka. Benih Kita: Media Komunikasi dan Informasi Keluarga Benih. Tahun II No.2/2008. Joseph, B. and S.J Raj. 2011. Pharmacognostic and phytochemical properties of Ficus carica Linn.-An overview. Int. J.PharmTech Res (3):812. Morton, J. 1987. Fig. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL. Diakses dari http://www.hort.purdue.e du/newcrop/morton/fig.html. Prastowo, N.H., J.M. Roshetko dan G.E.S. Manurung. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Prayugo, S. 2008. Media Tanam untuk Tanaman Hias (Cetakan ke-5). Penebar Swadaya. Jakarta. ISBN 979-002-0341. Rismawati dan Syakhril. 2013. Respons Asal Bahan Stek Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) terhadap Konsentrasi Rootone-F. Diakses dari http://ejurnal.untagsmd.ac.id/index.php /AG/article/download/114/180. Rochiman, K., dan Harjadi, S.S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen 223 Yulistyani – Pengaruh Jenis Stek Batang Terhadap Bibit Tanaman Ara Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Salisbury, F. B., dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan Lukman, V. R., dan Sumaryono. Penerbit ITB Bandung. Saribun, D.S 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Pada Berbagai Dosis Terhadap pH, P Potensial dan P Tersedia serta Hasil Caysin (Brassica juncea) Pada Fluventic Eutrudepts Jatinangor. Laporan Akhir Pengujian Lapangan. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Bandung. Sidi. 2010. Khasiat Tin. Trubus ed.482:24. Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sobir dan Amalya M. 2011. Bertanam 20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprihadi. 2007. Pelarutan Fosfat Anorganik oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro. Jurnal Sains & Matematika 15 (2) : 45-54. Supriyanto, dan K.E. Prakasa. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana Blume. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No.01 Agustus 2011. Hal. 59-65. ISSN: 20868277. Suryaningsih. 2004. Pengaruh Jenis Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi. UNS Press. Surakarta. Syakir, M., M.H. Bintoro, dan Y.D. Amrin. 1992. Pengaruh Berbagai Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Cabang Buah Lada. Jurnal Littri Puslitbang Perkebunan Vol. 19 (3-4): 59-65. Bogor. 224