IPA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.2
Pengertian Pembelajaran IPA
Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Hamzah B. Uno (2006: 2).
Menurut Trianto (2010: 51), pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Menurut Yatno (2012: 7), Mengkombinasikan beragam pendekatan/
strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran
(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,
kemudian melakukan proses penyerapan pengetahuan dari pengetahuan
berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan,
didukung oleh fakta, menggunakan metode perpikir yang sitematik sehingga dapat
diterima secara universal. Ilmu pengathuan yang diperoleh ini untuk selanjutnya
dnamakan produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu
proses.
Dimulai
dengan
adanya
masalah,
kemudian
berupaya
untuk
mengumpulkan informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban,
memilih jawaban yang paling mungkin benar, melakukan percobaan, dan
memperoleh kesimpulan. Tahapan akhirnya, dimana proses pembuktian ilmiah
telah terselesaikan, maka timbullah sikap ilmiah.
Dalam pembelajaran IPA, guru perlu menciptakan situasi dan kondisi yang
menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal.
Tujuan pembelajaran IPA tidak terbatas memberikan pengetahuan, tetapi juga
berupaya mendorong agar siswa memiliki keinginan untuk meningkatkan hasil
belajar IPA secara aktif.
Dalam mencapai tujuan guru perlu menciptakan strategi pembelajaran
untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Oleh karena itu perlu dirancang
5
6
media pembelajaran melalui pengalaman belajar yang menyenangkan. Siswa
diajak mengamati kejadian-kejadian alam dalam kehidupan sehari-hari yang
disebabkan oleh adanya benda-benda langit.
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
siswa untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran
mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu,
hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran perlu: 1) berpusat pada siswa; 2) mengembangkan
kreativitas siswa; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4)
bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan
pengalaman belajar yang beragam (Puskur, 2004).
2.3
Hakikat IPA (Sains)
IPA merupakan mata pelajaran yang penting. IPA dalam standar isi
(BSNP, 2006) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
Pada kurikulum 2006 lebih menekankan pembelajaran IPA sebaiknya
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pada kurikulum 2006 lebih menekankan
pada pemberian pengalaman secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006).
Bukti bahwa IPA adalah pelajaran yang penting adalah IPA diberikan dari
tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Selain itu IPA juga
merupakan salah satu mata pelajaran yang diujinasionalkan.
2.4
Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, yang dapat mengarah
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada
tingkah laku yang buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan dan pengalaman.
7
Berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada beberapa faktor. Dari
beberapa faktor itu dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1)
Faktor individu ( kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan pribadi).
2)
Faktor sosial
(keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia).
2.5
Hasil Belajar IPA
Hasil belajar
menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi
belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku anak. Hasil
belajar menggambarkan kemajuan, kegagalan, dan kesulitan masing masing
siswa. Berdasarkan data jenis kesulitan apa yang dirasa siswa dapat dicarikan
alternatif cara mengatasinya melalui proses bimbingan dan pengajaran remedial.
Hasil belajar IPA lebih menekankan pada proses dalam pambelajaran, bukan
hanya hasil akhir yang diperoleh.
2.6
Keaktifan Siswa
Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan siswa. Hal ini
yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar, keaktifan siswa
dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami,
dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan
siswa perlu digali dari potensi-potensinya, yang mereka aktualisasikan melalui
aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005 : 31) menyatakan : belajar
aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Menurut Sardiman (2001:98) menyatakan : aktivitas belajar adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Rohani (2004:6-7) berpendapat : belajar yang berhasil mesti melalui
berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah
siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa
8
yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat
siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga
sebaliknya.
2.6.1. Keaktifan Belajar IPA
Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar
adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Menurut Dimyati, (2009: 114) bahwa keaktifan siswa dalam
pembelajaran mengambil beraneka kegiatan, dari kegiatan fisik hingga kegiatan
psikis. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan
dalam dirinya (Martinis Yamin, 2007: 82).
Dalam belajar, siswa menemukan suatu situasi dimana situasi tersebut
dapat mempengaruhi keaktifan belajar yang dilakukan berikutnya. Keaktifan
siswa dalam pembelajaran merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki
siswa, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan seharihari (Martinis Yamin,2007:77).
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Siswa dikatakan aktif apabila
memiliki ciri-ciri seperti:sering bertanya kepada atau siswa lain, bersedia
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru,
senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu perlu dibutuhkan metode yang
dapat mengaktifkan siswa diantaranya eksperimen, demonstrasi, diskusi, inkuiri,
discovery maupun pemecahan masalah (Syaiful Bahri, 2008: 116).
Belajar aktif dapat membantu menumbuhkan kemampuan keaktifan siswa
untuk berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
(Martinis Yamin, 2007: 83). Menurut Dimyati (2009: 118) bahwa keaktifan
belajar siswa merupakan derajat/rentang keaktifan siswa dari pembelajaran.
Rentang/derajat terjadi sebagai akibat pembelajaran yang berorientasi pada guru
dan berorientasi pada siswa.
Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa
untuk belajar secara aktif. Siswa belajar aktif berarti mendominasi aktivitas
9
pembelajaran. Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan secara jasmani
maupun rohani. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan
kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi
variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik,
menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data,
menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.Paul B.
Diedrich (dalam Martinis Yasmin, 2007: 84), membagi kegiatan/ aktivitas belajar
dalam delapan kelompok antara lain:
1) Kegiatan visual seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.
2) Kegiatan lisan (oral) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi.
3) Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato dan mendengarkan radio
4) Kegiatan menulis seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin.
5) Kegiatan menggambar seperti menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola.
6) Kegiatan metrik seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.
7) Kegiatan mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Kegiatan emosional seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup.
Ada beberapa unsur yang ditekankan dalam hal keaktifan siswa pada saat
mengikuti kegiatan belajar IPA. Dalam penelitian ini unsur-unsur keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar IPA yaitu:
a) Persiapan siswa dalam mengikuti pelajaran (Kegiatan emosional).
10
Keaktifan
siswa
mempersiapkan
diri
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran tentunya berkaitan erat dengan minat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
b) Keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (Kegiatan
metrik).
Keaktifan siswa dalam proses belajar mencakup keterlibatan siswa andil
dalam proses belajar mengajar seperti gembira, menaruh minat dan
melakukan percobaan terlibat dalam permainan membentuk benda-benda
langit.
c) Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat baik pertanyaan/
jawaban (Kegiatan lisan)
Keaktifan siswa mengemukakan pendapat dalam pembelajaran merupakan
kegiatan oral seperti menyatakan, bertanya.
d) Kerjasama dalam mengerjakan soal-soal dalam satu kelompok (Kegiatan
lisan, mental dan diskusi)
Keaktifan siswa di dalam kelompok menunjukkan bahwa siswa aktif
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok seperti memecahkan
soal, menganalisa, mengambil keputusan.
e) Kemauan kesungguhan untuk bisa mengerti dan menguasai materi yang
diajarkan (Kegiatan mental dan emosional)
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, rasa ingin tahu
berkesungguhan untuk belajar dan keinginan menguasai materi serta aktif
dalam melakukan kegiatan belajar seperti menanggapi, mengingat,
memecahkan soal.
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif yang mencakup keterlibatan
secara sikap, pikiran maupun perhatian dalam pembelajaran.
11
2.7
Penggunaan Metode Observasi (pengamatan langsung) dalam
pembelajaran IPA.
2.7.1
Pengkajian Metode
Menurut Joni C1992 (1993) strategi pembelajaran di SD
hal 1.25,
menggemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif
umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
2.7.2
Pengertian Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan
pengamatan langsung suatu objek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan
pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. (desailmu.
blogspot. com ) .
Sebelum observasi dilaksanakan, hendaknya siswa telah diberi petunjuk
aspek-aspek apa yang akan diobservasi. Keterampilan mengobservasi menurut
Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan
menggunakan semua indra yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat-sifat dari objek-objek atau kejadian-kejadian. Definisi
serupa
disampaikan
oleh
Abruscato
(1988)
yang
menyatakan
bahwa
mengobservasi artinya menggunakan segenap pancaindera untuk memperoleh
informasi atau data mengenai benda atu kejadian. Sejalan dengan Esler dan Eler
serta Abruscato, Carin (1992) mengemukakan bahwa mengobservasi adalah
menjadi dasar akan suatu objek atau kejadian dengan menggunakan segenap
pancaindera ( atau alat bantu dari panca indera ) untuk mengidentifikasi sifat dan
karakteristik.
Mengobservasi merupakan keterampilan proses IPA yang paling dasar.
Observasi-observasi sederhana dapat mencetuskan hampir setiap inkuiri yang kita
buat tentang lingkungan kita. Observasi yang terorganisasi merupakan dasar bagi
penyelidikkan yang lebih terarah. (buku pendidikan IPA di SD, Noehi Nasution,
dkk. Hal 1.8 – 1.9).
12
2.7.3
Metode Observasi
Metode observasi adalah cara kerja untuk mengumpulkan data melalui
pengamatan langsung, sesuai dengan tujuan tertentu yang menggunakan segenap
pancaindera.
Cara
menyajikan
pelajaran
melalui
metode
observasi
dengan
menghubungkan sebanyak pengetahuan yang telah diperoleh siswa dengan
pengalaman atau pengamatan langsung terhadap lingkungan sekitar siswa dalam
hal ini benda-benda langit yang terlihat di siang hari.
2.7.3.1 Keunggulan dan kelemahan metode observasi
1)
Metode observasi memiliki keunggulan karena:
(a) Siswa dapat belajar secara menyeluruh menggunakan pancaindera
sehingga hasil belajarnya menjadi berarti dan tahan lama.
(b) Pembelajaran ini menimbulkan suasana yang menyenangkan, siswa dapat
menggunakan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar.
(c) Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai contoh konkret, contoh yang sesuai situasi dan kondisi
yang dihadapi, dengan mempraktikkan sendiri upaya menemuan konsep
melalui kegiatan fisik dan mental.
2)
Kelemahan metode observasi ialah :
(a) Penafsiran terhadap hasil-hasil observasi berbeda – beda.
(b) Penemuan ilmu pengetahuan bersifat relative, jika tidak mutlak benar
seratus persen. Suatu teori dapat tidak berlaku lagi dengan adanya data
baru yang mampu membuktikan bahwa teori tersebut keliru.
(c) Teori ini ditemukan melalui penyelidikan ilmiah yang sifat terbuka untuk
dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki.
Untuk memahami sifat ilmiah kepada siswa maka perlu suatu latihan
agar siswa mempunyai kebiasaan selalu bertanya, berfikir kritis dan
mengusahakan kemungkinan berbagai alternatif jawaban untuk suatu masalah.
13
2.7.3.2 Langkah-langkah Menggunakan Metode Observasi.
Rummel (dalam Aiken, L.R & Groth-Marnat, G, 2009:7) telah
merumuskan petunjuk-petunjuk penting bagi mereka yang menggunakan
metode observasi untuk mengumpulkan fakta-fakta seperti berikut ini :
a) Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik
akan dapat mengobservasi dan mengingat lebih banyak sifat-sifat
khusus dari sesuatu, jika dia telah mempunyai pengetahuan tentang apa
yang akan diobservasi dan jenis fenomena apa yang perlu dicatat.
Sebab itu, ketahui dan tentukan lebih dahulu apa yang perlu
diobservasi.
b) Dari problem-problem research, selidiki tujuan-tujuannya, baik secara
umum maupun khusus untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
Perumusan masalah dan aspek-aspek khusus dari penyelidikan akan
menentukan apa yang harus diobservasi. Selidiki secara mendalam
(gunakan penyelidikan-penyelidikan terdahulu, yang mempunyai
hubungan dengan problematik research yang kan dilakukan) untuk
memperoleh petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus diobservasi dan
dicatat.Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi.
Merupakan hal, untuk menetapkan lebih dahulu symbol-simbol
statistik atau rumusan-rumusan deskriptif yang akan digunakan untuk
mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini akan menghemat waktu, dan
menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak
peristiwa. Banyak orang perlu mencatat hasil observasi, tetapi tidak
berhasil, karena tidak ada cara pencatatan yang efisien. Untuk
melakukan cara itu umumnya digunakan check list. Check list akan
menghemat waktu pencatatan, dan jika dibuat secara cermat, akan
memungkinkan penyelidik mencatat secara teliti unsur-unsur khusus
dari gejala yang akan diselidiki.
c) Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam kategori yang akan
digunakan. Kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah
14
laku, seringkali penyelidik perlu mengetahui besar kecilnya jenis
tingkah laku yang muncul.
d) Adakan observasi secermat-cermatnya.
e) Catatlah tiap gejala secara terpisah.
f) Ketahuilah dengan baik alat-alat pencatatan dan tata cara mencatat
sebelum melakukan observasi.
Secara singkat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi, yaitu:
1) Mengetahui / memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.
Peneliti menentukan subjek yang akan diteliti yaitu 41 Siswa kelas 1 SD
Negeri Salatiga 12, Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo Salatiga.
Untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi,
peneliti secara langung mengamati dan mengambil data dari siswa-siswi
sebagai subjek yang diteliti, bekerja sama dengan guru dan sekolah.
2) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
Secara umum peneliti menentukan tujuan penelitian yaitu Peningkatan
hasil belajar siswa SD Salatiga 12 pada mata pelajaran IPA. Dan secara
khusus bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa
dalam mata pelajaran IPA dengan metode observasi bagi siswa kelas 1
semester II SD Negeri 12 Salatiga.
3) Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa).
Tata cara yang digunakan peneliti dalam penelitian yaitu metode
observasi dengan tata cara yang peneliti susun berikut ini :
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaat pembelajaran
b) Guru membuat kelompok
c) Guru menempelkan gambar benda-benda langit dan bukan benda langit,
siswa di minta menyebutkan nama-nama benda kemudian menunjukkan
mana yang ada di langit
d) Secara berkelompok siswa mengamati secara langsung benda-benda langit
yang tampak pada siang hari di luar kelas
e) Secara berkelompok siswa berbaris dan berjabat tangan membentuk
benda-benda langit yang di tugaskan oleh guru
15
f) Siswa kembali ke kelas secara tertib dengan berbaris sesuai kelompok
g) Evaluasi
4) Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi.
Peneliti membuat batasan menengenai data yang akan dikumpulkan yaitu
41 siswa kelas 1 SD Negeri Salatiga 12, diantaranya : data siswa, data
nilai siswa, data analisis keaktifan siswa dan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
5) Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka peneliti secara
cermat mengamat, mencatat setiap temuan dan hasil yang diperoleh
dalam proses penelitian.
6) Membuat hasil catatan / observasi.
Peneliti mencatat mulai dari perencanaan hingga hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini, membuat laporan , mempresentasikan dan
menjilidkan hasil laporan penelitian skripsi.
7) Memahami pencatatan dan penggunaan alat.
Peneliti baik dalam melakukan penelitian maupun pencatatan tidak lepas
dari kesalahan sehingga, dukungan serta bantuan pembimbing, buku dan
orang yang lebih ahli, peneliti dapat memahami penggunaan alat dan tata
cara dalam penelitian.
2.8
Kerangka berpikir
Pada kondisi awal guru belum menggunakan metode observasi dalam
pembelajaran IPA, meskipun sudah digunakan alat peraga berupa gambar-gambar
benda langit, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan permasalahan proses pembelajaran yang dihadapi pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas I SD Negeri 12 Salatiga yaitu
masih ada 14 siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan
Supaya hasil belajar IPA materi benda-benda langit mengikat maka perlu
diadakan tindakan yang dilakukan guru dengan menggunakan metode observasi
atau pengamatan langsung.
16
Diduga melalui penggunaan metode observasi atau pengalaman langsung
dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA
materi benda-benda langit bagi siswa kelas I semester II SDN Salatiga 12 Tahun
pelajaran 2011/2012.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.9
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan dan kerangka berpikir yang dikemukakan di muka,
penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut melalui penggunaan
metode observasi dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam
mata pelajaran IPA materi benda-benda langit bagi siswa kelas I SDN Salatiga 12
Semester II Tahun pelajaran 2011/2012.
Download