G. DIENG, JAWA TENGAH Kawah Pengilon dan Telaga Warna, salah satu kawah yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunung Parahu Lokasi : Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Pemalang Koordinat : 7o12' LS dan 109 o 54' BT . Ketinggian : 2565 m. dpl. Tipe Gunungapi : Strato, dengan lapangan solfatara dan fumarola, serta banyak kawah (cone). Nama Kawah : Timbang, Sikidang, Upas, Sileri, Condrodimuko, Sibanteng dan Telogo Terus. Pos Pengamatan Desa Karangtengah, Kec. Batur, Kab. Banjarnegara. Gunungapi Posisi Geografi : 07o 12’ 19,50” LS dan 109o 53’ 18,12” BT, Ketinggian 2065 m dpl PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Dataran Tinggi Dieng dapat dicapai dari dua arah, yaitu dari Kota Banjarnegara dengan waktu tempuh sekitar dua jam dan dari Wonosobo dengan waktu tempuh 1 jam. Pencapaian kawah dan tempat lainnya dapat dilihat dalam tabel berikut: No. 1 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. Lokasi Komplek Dieng/Pos Pengamatan gunungapi, Desa Karang tengah Kec.Batur Telaga Menjer G.Bisma G.Seroja Kw.Sikidang (2050 m) Merdada G.Butak dan Telogo Dringo G. Kendil Cara Pencapaian dari Wonosobo (Kab.Banjar Negara),kendaraan roda empat Dengan kendaraan roda empat Dari Sikunanng Dari kampung sembungan Dari Karang tengah, kendaraan roda empat Dari Karang tengah, kendaraan roda empat Dari Batur, dengan kendaraan bermotor Dari desa Sembungan atau Parikesit Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi: Sumber daya alam Komplek G. Dieng terdiri dari tenaga listrik panasbumi, bahan galian berupa batu pecah, dan sedikit belerang yang terdapat pada Kawah Condrodimuko. Wisata Komplek Gunungapi Dieng tidak hanya dikenal dengan kesuburan tanahnya dan penghasil sayur-mayur, tetapi dikenal juga dengan potensi wisatanya, diantaranya peninggalan candi-candi Hindu yang sebagian masih terpelihara baik, terdapat di daerah Dieng Kulon. Potensi wisata lainnya lainya berupa kawah (Condrodimuko), danau (Telaga Dringo), lapangan panasbumi dan pemandangan alam pertanian yang sangat menarik, serta telah dibangunnya volcano theater. SEJARAH LETUSAN Sejarah kegiatan G. Dieng dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tahun Nama Kawah Aktivitas letusan 1450 1825/1826 1883 1884 1895 1928 1939 Pakuwojo Pakuwojo Kw.Sikidang/Banteng Kw.Sikidang Siglagak Batur Batur Letusan normal Letusan normal Peningkatan kegiatan Letusan normal Pembentukan celah Letusan Normal Letusan normal 1944 Kw.Sileri Gempabumi dan letusan 1964 1965 Kw.Sileri Kw.Condrodimuko/ Telaga Dringo Kw.Sinila Letusan normal Hembusan fumarola, lumpur (?) Hembusan gas racun Kw. Dieng Kulon Letusan freatik Terjadi Gempa Terasa sebanyak 7 kali. Tidak Diikuti dengan letusan 1979 1990 2002 Produk Letusan/korban Abu/Pasir Abu/Pasir Lumpur kawah Uap belerang Lumpur dan batu Uap dan Lumpur,5 orang meninggal Lumpur/59 meninggal,38 lukaluka, 55 orang hilang lumpur Uap air dominan Gas CO2, CO ?, CH4 ,Korban 149 meninggal lumpur 2003 2006 Kw. Sileri 2009 Kw. Sibanteng Letusan Freatik Peningkatan kegempaan yang diawali dengan gempa terasa (tektonik lokal) pada tanggal 2 April 2006 Letusan freatik Lumpur Lumpur Karakter Letusan Kw. Condrodimuka Kw. Siglagah Kw. Timbang Kw. Pakuwojo Kw. Sikidang Kw. Sileri Kw. Sibanteng Kw. Sinila Kw. Telogo Dringo Kw Pengilon dan Telaga Warna Kawah aktif yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng Dominan letusan freatik dan gas (terutama CO2). Erupsi freatik cukup sering terjadi di dataran tinggi Dieng, hal ini diperlihatkan oleh jumlah kawah yang terbentuk, yaitu lk 70 buah di bagian timur dan tengah komplek, serta lk 30 buah dibagian barat sector Batur. Sedikitnya 10 erupsi freatik telah terjadi dalam kurun waktu 200 tahun terahir. Erupsi freatik komplek Dieng dapat dibagi dalam dua katagori: 1. Erupsi tampa adanya tanda-tanda (precursor) dari seismisity, yaitu hasil dari proses “self sealing” dari solfatar aktif (erupsi hydrothermal). 2. Erupsi yang diawali oleh gempabumi lokal atau regional, atau oleh adanya retakan dimana tidak adanya indikasi panasbumi dipermukaan. Erupsi dari tipe ini umum terjadi di daerah Graben Batur, sebagaimana diperlihatkan oleh erupsi freatik dari vulkanik Dieng pada Pebruari 1979. Aktivitas erupsi di komplek Dieng termasuk dalam katagori kedua. GEOLOGI Kegiatan gunungapi pada komplek G.Dieng dari yang tua hingga yang termuda dapat dibagi dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan. a. Formasi pra Kaldera, diindikasikan oleh kegiatan vulkanik dari Rogo Jembangan, Tlerep, Djimat dan vulkanik Prau. Produknya tersebar di bagian luar dari komplek Dieng. b. Formasi setelah Kaldera, diperlihatkan oleh aktivitas vulkanik yang berada di dalam kaldera diantaranya, Bisma-Sidede, Seroja, Nagasari, Pangonan, \igir Binem dan Vulkanik Pager Kandang. Produknya berupa piroklastik jatuhan yang menyelimuti hampir seluruh daerah, dikenal juga sebagai endapan piroklastik daerah Dieng yang tak terpisahkan. Kegiatan saat ini ditandai oleh lava berkomposisi biotit andesit berasosiasi dengan jatuhan piroklastik. Aktivitas terakhir ditandai oleh erupsi-erupsi preatik. Episoda pertama (Formasi Pra Kaldera) Produk piroklastika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan selatan komplek, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968). Kawah Tlerep yang terdapat pada batas timur terbuka kearah selatan membentuk struktur dome berkomposisi hornblende andesit. Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep.Setengah dari kawah bagian barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan lava andesit basaltis. Episoda kedua Beberapa aktivitas vulkanik berkembang didalam kaldera, diantaranya: • G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan produknya berupa lava dan jatuhan piroklastik. • G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat dibandingkan G.Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi andesitis dan endapan piroklastika. • G.Nagasari, yaitu gunungapi composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan berkembang dari utara ke selatan. • G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah timur dari Nagasari, masih memperlihatkan morfologi muda (bertekstur halus), serta menghasilkan lava dan endapan piroklastika. • G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan fumarola tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC, serta batuan lava berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah. • G. Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hidrotermal berupa airpanas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun terahir, menghasilkan piroklastika jatuhan. • G. Igir Binem, adalah gunungapi strato yang memiliki dua kawah, disebut dengan telaga warna, yang tingkat aktivitas hidrotermalnya cukup kuat. • Group G. Dringo-Paterangan terletak didalam daerah depresi Batur, terdiri dari kawah komposite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuhan. Episoda ketiga Aktivitas gunungapi pada episoda ini, menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik dan aktivitas hidrotermal. Lava andesit biotit Ada sembilan titik erupsi pada bagian tenggara dari Dieng kaldera telah menghasilkan lava dome dan lava flow biotit andesit. Secara fisik produk tersebut segar, blocky, dan tajam. Produk tersebut secara tidak selaras ditutupi oleh endapan piroklastik jatuhan Dieng, dan tersebar di : 1. Sikidang dan Legetang 2. Dome tampa nama kearah timur dari dome Sikidang 3. Dome Perambanan 4. G.api strato Pakuwaja 5. Dome Kunir 6. Dome Kendil 7. Dome Watu Sumbul 8. Kawah Sikunang Piroklastik Jatuhan G.Pakuwaja Gunungapi Pakuwaja, mempunyai dua kawah, menghasilkan lava dan piroklastik yang menutupi secara tidak selaras formasi lava andesit biotit. Endapan jatuhan tersebut berasal dari erupsi freatik dan freatomagmatik yang berkompsosisi andesitis. Endapan erupsi Hidrotermal Sebaran produknya terbatas disekitar kawah pada komplek Dieng. Pengulangan erupsi pernah terjadi dari beberapa kawah, diantaranya erupsi pada kawah Sileri (1944); kawah Sinila dan Timbang (1979). Endapannya berupa Lumpur dan komponen shale yang tererupsikan melalui vent, mengindikasikan adanya basemen material sedimen. GEOFISIKA Seismik Hasil rekaman kegempaan G. Dieng hingga September 2009 masih didominasi oleh gempa tektonik jauh gempa Vulkanik Dalam (VA) masih sering terekam meski dalam jumlah kecil. Geomagnet Pengukuran geomagnet di G. Dieng difokuskan pada daerah sekitar kawah-kawah serta daerah bahaya gas CO2. Harga medan magnetik regional (TIGRF/ F) di G. Dieng berada pada harga 45033.7 nT. Nilai Deklinasi (D) pada daerah tersebut adalah 1010’ dan nilai Inklinasinya (I): -32048’. Peta Anomali Magnetik Residual pada Permukaan G. Dieng menunjukkan bahwasanya terdapat kelurusan-kelurusan kontras harga magnetik dengan arah relatif baratlaut-tenggara dan arah baratdaya-timurlaut. Harga anomali magnet pada daerah penyelidikan berkisar antara -1614 s.d. 1997.9 nT. U Sidongkal Kradenan Wanapriya -7.18 Sigandul Kulon G. Alang Sigandul Tengah Sibanger G. Butak Sayangan Tlabang Sigandul Wetan G. Jimat Telaga Sidringo Telaga Wurung Kw. Candra dimuka G. Penga munamun Pager Kandang Pekasiran Jalatundo Kepakisan -7.2 Genteng Simbar Batur Purwo Jiwo Serang Kali Dieng Lembu Kulon Kw. Dieng Dieng Kulon Telaga Wetan Karang Merdada Karang Telaga Tengah Sari Pari Warna kesit Sibanteng Buntu G. Nagasari Pesurenan Sumberejo Gembol Bakalan -7.22 Pawuan Simpangan Kapucukan Sidareja Bakal Kw. Sikidang SiKumbang Pramen Maron Paku Waja Sikunang Condong Jelegong G. Prau Sigelagah G. Sipandu Kw. Sileri Sinila Timbang Pekandangan Sembungan Ratamba Kali Ireng Tempuran Nawang Sari Sidengok -7.24 Telaga Cebong Palemburan Semangkung 0 Panusupan 109.8 109.82 1000 2000 0 Beji 109.84 109.86 3000 4000 4 2 109.88 109.9 km 109.92 Keterangan: : Kontur Ketinggian : Titik Ukur Geomagnetik : Jalan : Kontur Magnetik : Solftara : Fumarol Peta Anomali Magnetik Total di overlay dengan Peta Topografi G. Dieng U Sidongkal Kradenan Wanapriya -7.18 Sigandul Kulon G. Alang Sibanger G. Butak Telaga Sidringo Telaga Wurung Sayangan Tlabang G. Penga munamun G. Sipandu Jalatundo Pekasiran Kepakisan -7.2 Genteng Simbar Purwo Jiwo Batur Sumberejo -7.22 Telaga Merdada Karang Tengah Buntu Gembol Bakal Jelegong Pekandangan Karang Sari Sibanteng SiKumbang Pramen Maron Kali Lembu Dieng Kulon Kw. Dieng Kulon Pesurenan Bakalan 600 Pawuan G. Nagasari Sidareja Dieng Wetan Kw. Sikidang Pari kesit Paku Waja Sikunang Condong 400 200 0 Telaga Warna -200 -400 -600 Sembungan Ratamba Kali Ireng 1000 800 Pager Kandang Simpangan Kapucukan Serang G. Prau Sigelagah Kw. Sileri Sinila Timbang 1200 Sigandul Wetan G. Jimat Kw. Candra dimuka 1600 1400 Sigandul Tengah -800 Tempuran Nawang Sari Sidengok -7.24 Semangkung Telaga Cebong 0 Panusupan 0 Beji 109.82 109.84 109.86 -1000 -1200 Palemburan 109.88 1 000 2000 3000 4000 4 km 2 109.9 -1400 109.92 Keterangan: : Kontur Magnetik : Titik Ukur Geomagnetik : Jalan : Telaga : Solftara : Fumarol Peta Anomali Magnetik Residual setelah direduksi ke bidang datar pada 1000 m dml Peta Anomali magnetik residual memperlihatkan bahwa harga anomali magnet pada daerah penyelidikan berkisar antara -1614 s.d. 1997.9 nT nT. Harga anomali magnet tersebut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: - Anomali magnet rendah (warna hijau – kuning tua) mempunyai harga lebih kecil dari 200 nT. Ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat nonmagnetik yang merupakan defleksi dari batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi (batuan yang telah mengalami demagnetisasi akibat panas) yang diperkirakan berhubungan dengan keberadaan sumber panas. - Anomali magnet sedang (warna kuning tua – biru muda) dengan harga antara -200 s.d. 400 nT. Ditafsirkan sebagai daerah yang didominasi oleh batuan beku (andesit?) yang telah mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi. - Anomali magnet tinggi (warna biru muda – biru tua) mempunyai harga lebih besar dari 400 nT. Ditafsirkan sebagai daerah yang didominasi oleh batuan beku (andesit?) yang telah mengalami pelapukan tingkat rendah atau masih segar (fresh), batuan intrusi yang muncul ke purmakaan atau batuan vulkanik yang didominasi oleh lava. Kelurusan-kelurusan mempunyai arah relatif baratlaut-tenggara dan arah baratdaya-timurlaut, yang ditafsirkan sebagai cerminan dari adanya struktur sesar. Blokblok sesar yang naik berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan blok-blok sesar yang turun yang berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih rendah. U Sidongkal Kradenan Wanapriya -7.18 1500 Sigandul Kulon G. Alang Sibanger G. Butak Tlabang -7.2 Telaga Sidringo Telaga Wurung Sayangan N T Genteng Purwo Jiwo T G. Penga Kw. Candra dimuka Kepakisan Pager Kandang Pesurenan 500 Gembol SiKumbang N Kali Lembu Dieng Kulon Kw. Dieng Kulon Pramen Maron 700 Telaga Karang T Tengah Karang Merdada Sari Sibanteng Buntu N Kw. Bakal Sumberejo Jelegong 900 Pawuan Simpangan G. Nagasari T G. Prau Sigelagah Kw. Sileri Pekasiran Serang Bakalan 1100 G. Sipandu munamun Kapucukan Sidareja -7.22 1300 N Sigandul Wetan T G. Jimat Jalatundo Simbar Batur N Sigandul Tengah Sinila Timbang T Dieng Wetan Telaga Warna N -100 -300 Sikidang Paku Waja Sikunang Condong 300 100 Pari kesit Pekandangan -500 Sembungan -700 Ratamba Kali Ireng 1700 Tempuran Nawang Sari Sidengok -7.24 Semangkung -900 Telaga Cebong Palemburan 0 Panusupan 0 Beji 109.82 109.84 109.86 109.88 10 00 20 00 30 00 2 109.9 -1100 4 000 4 km 109.92 -1300 -1500 Keterangan: : Kontur Magnetik N : Naik : Solftara : Sesar Geser T : Turun : Fumarol Kelurusan-kelurusan Sesar berdasarkan Kontras Nilai Magnetik pada Peta Anomali Magnetik Residual Kelurusan struktur sesar yang arahnya baratdaya-timurlaut umurnya lebih tua dibandingkan dengan kelurusan struktur sesar yang arahnya relatif baratlaut-tenggara. Keberadaan dari solfatara, fumarol serta mofet (titik tempat keluarnya gas CO2) sangat dipengaruhi oleh keberadaan struktur tersebut. Kelurusan dengan arah baratlaut-tenggara merupakan sumber anomali yang dangkal. Oleh karenanya maka penyebaran gas CO2 di permukaan sangat dipengaruhi oleh keberadaan struktur tersebut. Kw. Candradimuka Kw. Sinila Timbang A B Body 1 Body 2 Body 3 Body 4 Keterangan: : Kurva Model : Kurva Observasi Model Magnetik 2 Dimensi Penampang A-B pada Peta Anomali Magnetik Residual Hasil pemodelan menginterpretasikan bahwa body 2 dan body 4 merupakan batuan intrusi yang telah mengalami pelapukan tinggi akibat demagnetisasi akibat panas yang berasal dari magma yang menerobos batuan pada daerah tersebut. Body 1 dan 3 merupakan zona ubahan/ alterasi, yang ditandai oleh rendahnya nilai suseptibilitas yang dimiliki body 1 dan 3 yaitu -0.008 SI, akibat adanya panas karena kontak dengan body 2 dan 4 sehingga mengubah komposisi mineral yang berada pada body 1 dan 3. GEOKIMIA Kimia Batuan Jenis Batuan : Batuan vulkanik G.Dieng umumnya terdiri dari basalt, basaltic andesit sampai andesit. Cth SiO2 Telaga Menjer 51,19 Pager Kandang 53,08 Pangonan Srojo Paterangan Kendil Pakuwojo 55,64 55,76 57,50 60,48 62,93 Al2O3 20.02 18.26 17.91 17.85 17.49 16.96 14.37 FeO 5.24 2.64 5.13 3.60 3.88 2.92 2.78 MnO 0.15 0.08 0.14 0.15 0.14 0.07 0.09 MgO 3.45 3.27 3.20 3.27 2.73 2.38 2.31 CaO 9.75 7.17 7.16 5.93 4.49 5.60 4.38 Na2O 3.38 3.11 3.65 3.23 2.92 3.65 3.16 K2 O 1.42 1.86 2.07 2.52 3.01 2.82 3.29 H2O + 0.64 1.39 0.62 1.59 2.33 1.25 1.33 H2O - 0.30 1.82 0.45 0.73 1.43 0.20 0.51 TiO2 1.05 0.95 0.93 0.89 0.83 0.63 0.69 P2 O 5 0.17 0.02 0.15 0.17 0.17 0.16 0.05 Total 100.45 100.46 100.24 100.44 100.27 100.29 99.86 S.g 2.881 2.724 2.813 2.611 2.67 2.577 2.595 Kimia Gas Emisi gas yang dihasilkan oleh beberapa kawah sudah diketahui sejak lama (Bemmelen, 1949; Allard dkk., 1989). Pada tahun 1979, terjadi erupsi freatik pada kawah Sinila, menghasilkan gas-gas, hususnya CO2. Akumulasi gas CO2 yang cukup tinggi tersebut bergerak menuruni lereng dan lembah serta melewati jalan perkampungan, menyebabkan terbunuhnya 142 penduduk yang tinggal di sekitar daerah letusan tersebut. Komposisi kimia dari kawah Sigaludug (gas exhalation) dan dari lapangan fumarola Dieng (1979). Samples H2O (Vol.%total) o Sigludug (30 C) G88 (1) ~0 92 (1) ~0 12 (1) ~0 M3 (2) ~0 CO2 (%) CH4 (%) H2S (%) SO2 (%) N2 (%) O2 (%) Ar (%) CO (ppm) He (ppm) 97.5 98.1 98.2 88.8 0.77 0.80 0.75 0.61 0.39 0.17 0.16 2.17 0.014 0.009 0.008 0.096 11 8 9 6.6 6.9 6.8 5.4 ~0 90.7 0.59 0.06 0.18 0.19 <0.0 1 <0.0 1 1.27 0.71 0.69 8.35 M22 (2) 0.01 0.03 0.03 <0. 01 <0. 01 6.91 1.71 0.084 41 5.3 Pakuwadja (95 oC) M1 (2) 98.2 82.2 1.46 1.08 12.46 2.71 0.120 37 5.8 98 (2) 98.0 86.1 1.19 1.45 8.50 1.92 0.080 - 5.4 64 (2) 98.0 83.7 1.28 1.02 <0.0 1 <0.0 1 <0.0 1 11.02 2.91 0.105 64 6.5 Pagerkandang (74 oC) M2 (2) 74.0 15.3 0.08 0.01 4 <0.0 1 66.6 17.2 0.80 - 4.8 Sikidang (86 oC) M11 (2) 97.3 94.9 1.05 1.79 <0.0 1 1.82 0.37 0.030 76 6.6 HASIL ANALISIS KIMIA GAS JANUARI 2009 (Dalam satuan % mol) Unsur H2 O2 + Ar N2 CH4 CO2 SO2 H2S HCl NH3 H2O o Suhu, C Si Banteng Sisi kanan lubang letusan 1 1,33 E-3 Tt 0,03 Td 2,27 0,69 0,44 0.07 1,28 95,22 93,4 Si Banteng Sisi kanan lubang letusan 2 3,20 E-3 tt 0,02 Td 1,73 0,33 0,63 0,05 1,54 95,70 93,4 Si Kidang Titik tradisi 1 8,96 E-3 Tt 0,05 4,39 E-3 4,24 0,75 0,59 0,04 1,53 92,79 88,7 Si Kidang Jalan setapak 2 0,27 0,95 4,79 50,62 10,10 6,28 4,11 22,86 92,1 Sikendang/ telaga warna Tt Tt 0,16 0,34 55,17 1,42 2,1 0,04 2,67 37,74 Gas vulkanik sering juga disebut sebagai bahan volatile yang dikeluarkan oleh gunungapi dalam bentuk uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulphur dioksida (SO2), hydrogen sulfida (H2S), hidrogen (H2), karbon mono oksida (CO), hydrogen klorida (HCl), hidrogen fluoride (HF), dan helium (He). Gas yang berbahaya apabila terhirup oleh makhluk hidup adalah SO2, CO2, H2S, dan HF. Sebaran Gas CO2 Untuk mengetahui karakteristik gas racun yang berdampak pada masyarakat akibat letusan di daerah Dieng, maka dibuat Peta Sebaran CO2. Pemetaan dan pengukuran gas ini telah dilakukan pada periode tahun 2000 sampai 2007 dan dilakukan di daerah vulkanik maupun non vulkanik. Di daerah vulkanik, pengukuran gas CO2 dilakukan di sekitar kawah (Candradimuka, Sileri, Sinila, Luwuk, Balekambang, Lumut, Cebong, Dringo, Siterus, Jalatunda, Pengilon, dan Telagawarna), fumarol (Sinila), solfatara (Wanapriya, Sikidang, Sikendang) dan kolam lumpur panas (Sikidang, Candradimuka). Sedangkan di daerah non vulkanik, pengukuran gas CO2 dilakukan di sepajang rekahan dan zona sesar. Bahaya Gas CO2 Komposisi udara normal di atmosfir terdiri atas nitrogen (78,1%), oksigen (20,9%), argon (0,8%), karbon dioksida (0,03%) dan gas lain (0,04%). Ambang batas aman dari CO2 bagi kesehatan adalah 0,5% volume (HSE, 2002). Manusia dapat bertahan bila kontak langsung dengan gas pada konsentrasi tersebut paling lama 8 jam. CO2 merupakan gas racun dan berbahaya Karen sifatnya yang tidak terlihat dan tidak berbau. Pada konsentrasi tinggi, gas ini berbahaya bagi makhluk hidup karena menyebabkan sesak napas, perih di mata, hidung maupun gangguan tenggorokan. Menurut OSHA, NIOSH, dan ACGIH, kontak langsung dengan konsentrasi gas CO2 sebesar 3% volume akan bertahan selama 15 menit, konsentrasi 4% volume akan langsung berdampak bagi kesehatan atau kehidupan. Sedangkan Hathway, dkk (1991) mengemukakan, pada konsentrasi CO2 20-30% volume akan menyebabkan kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Kontak langsung dengan konsentrasi gas diatas 30% volume dapat menyebabkan kematian. Peta Sebaran Gas CO2 di Kompleks Vulkanik Dieng MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Pemantauan kegiatan G. Dieng, dilakukan secara menerus dengan secara visual dan kegempaan dari Pos Pengamatan Gunungapi Dieng, terletak di desa Karang Tengah (2032 m dpl). Visual Pengamatan visual dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kawah-kawahnya, berupa hembusan asap, bualan lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta suhu kawah aktif. Pengamatan tersebut dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat gunungapi. Seismik Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan tektonik dengan menggunakan rekorder PS-2. Lokasi sensor, seismometer L4C, vertikal, ditempatkan di kawah timbang (07o 11’ 54,42” LS dan 109o 50’ 26,53” BT ketinggian 1783 m dpl). Sinyal gempa ditransmisikan ke pos pengamatan dengan radio telemetri KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Peta kawasan rawan bencana gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta kawasan rawan bencana gunungapi menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana Peta Rawan bencana G. Dieng dibagi menjadi tiga Kawasan Rawan Bencana, yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, Kawasan Rawan Bencana I. Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang berpotensi keluarnya gas racun terkena endapan base surge, hujan lumpur dan aliran lumpur. Penyebaran kawasan ini meliputi daerah di sekitar Kawah Timbang, Telaga Nila dan Sumur Jalatunda. Di sekitar Kawah Timbang banyak dijumpai pemunculan gas racun di sepanjang rekahan yang berarah relatif utara-selatan, yaitu di sekitar Kawah Timbang, Kali Tempurung dan Kali Putih. Luas daerah ini sekitar 4,06 km2. Kawasan ini tidak lagi dihuni oleh penduduk setelah kejadian letusan Kawah Sinila pada tahun 1979. Jalan beraspal yang menghubungkan Desa Pekasiran dan Desa Serang sudah tidak dipergunakan lagi. Sebagai alternatif telah dibuka jalan yang melewati Dusun Kaliputih – Desa Sumber dan Dusun Serang yang terletak di sebelah selatan jalan lama. Daerah ini oleh Pemda melalui surat Gubernur Jawa Tengah tidak boleh dihuni kembali. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terkena lontaran batu, base surge, hujan lumpur dan aliran lahar. Kawasan ini meliputi lereng baratdaya Kawah Timbang, di selatan berupa lembah yang cukup lebar yang wilayahnya melintasi sebagian jalan yang menghubungkan Dusun Kaliputih-Desa Sumber sampai cabang Kali Putih, di sebelah utara Sinila serta di sebelah timur Sumur Jalatunda. Daerah yang termasuk kawasan ini adalah Dusun Kali Putih yang termasuk Desa Sumberrejo. Jumlah penduduk Suberrejo sebanyak 5243 jiwa. Di Kecamatan Kejajar terdapat tiga desa yang berada dalam kawasan ini, yaitu Desa Parikesit, Desa Jojogan dan Desa Sembungan masing berpenduduk 1958, 1274 dan 1116 jiwa. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang diperkirakan sebagai perluasan dari Kawasan Rawan Bencana II. Apabila terjadi letusan yang semakin besar. Kawasan ini berpotensi terlanda base surge, hujan lumpur dan aliran sungai yang melewati Desa Batur, di lembah sungai yang melintasi Desa Sumberrejo dan lembah sepanjang Kali Puith yang terletak di sektor baratdaya dan selatan Kawah Timbang. Sedangkan di bagian Timur Kawah Timbang meliputi daerah sepanjang aliran sungai yang ada di sebelah barat Pasurenan. Daerah yang berada dalam kawasan ini adalah Dusun Kali Putih, Dusun Serang, dusun Simbar, Dea Sumberrejo dan Kota Kecamatan Batur. Penduduk di kawasan ini berjumlah 14,427 jiwa. Peta Kawasan Rawan Bencana Komplek G. Dieng