g. dieng, jawa tengah - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

advertisement
G. DIENG, JAWA TENGAH
Kawah Pengilon dan Telaga Warna, salah satu kawah yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng
KETERANGAN UMUM
Nama Lain
: Gunung Parahu
Lokasi
: Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Pemalang
Koordinat : 7o12' LS dan 109 o 54' BT .
Ketinggian
: 2565 m. dpl.
Tipe Gunungapi
: Strato, dengan lapangan solfatara dan fumarola, serta banyak
kawah (cone).
Nama Kawah
: Timbang, Sikidang, Upas, Sileri, Condrodimuko, Sibanteng dan
Telogo Terus.
Pos Pengamatan
Desa Karangtengah, Kec. Batur, Kab. Banjarnegara.
Gunungapi
Posisi Geografi : 07o 12’ 19,50” LS dan 109o 53’ 18,12” BT,
Ketinggian 2065 m dpl
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Dataran Tinggi Dieng dapat dicapai dari dua arah, yaitu dari Kota Banjarnegara
dengan waktu tempuh sekitar dua jam dan dari Wonosobo dengan waktu tempuh 1 jam.
Pencapaian kawah dan tempat lainnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
No.
1
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lokasi
Komplek Dieng/Pos Pengamatan
gunungapi, Desa Karang tengah
Kec.Batur
Telaga Menjer
G.Bisma
G.Seroja
Kw.Sikidang (2050 m)
Merdada
G.Butak dan Telogo Dringo
G. Kendil
Cara Pencapaian
dari Wonosobo (Kab.Banjar
Negara),kendaraan roda empat
Dengan kendaraan roda empat
Dari Sikunanng
Dari kampung sembungan
Dari Karang tengah, kendaraan roda empat
Dari Karang tengah, kendaraan roda empat
Dari Batur, dengan kendaraan bermotor
Dari desa Sembungan atau Parikesit
Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi:
Sumber daya alam Komplek G. Dieng terdiri dari tenaga listrik panasbumi, bahan
galian berupa batu pecah, dan sedikit belerang yang terdapat pada Kawah Condrodimuko.
Wisata
Komplek Gunungapi Dieng tidak hanya dikenal dengan kesuburan tanahnya dan
penghasil sayur-mayur, tetapi dikenal juga dengan potensi wisatanya, diantaranya
peninggalan candi-candi Hindu yang sebagian masih terpelihara baik, terdapat di daerah
Dieng Kulon. Potensi wisata lainnya lainya berupa kawah (Condrodimuko), danau (Telaga
Dringo), lapangan panasbumi dan pemandangan alam pertanian yang sangat menarik,
serta telah dibangunnya volcano theater.
SEJARAH LETUSAN
Sejarah kegiatan G. Dieng dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tahun
Nama Kawah
Aktivitas letusan
1450
1825/1826
1883
1884
1895
1928
1939
Pakuwojo
Pakuwojo
Kw.Sikidang/Banteng
Kw.Sikidang
Siglagak
Batur
Batur
Letusan normal
Letusan normal
Peningkatan kegiatan
Letusan normal
Pembentukan celah
Letusan Normal
Letusan normal
1944
Kw.Sileri
Gempabumi dan letusan
1964
1965
Kw.Sileri
Kw.Condrodimuko/
Telaga Dringo
Kw.Sinila
Letusan normal
Hembusan fumarola,
lumpur (?)
Hembusan gas racun
Kw. Dieng Kulon
Letusan freatik
Terjadi Gempa Terasa
sebanyak 7 kali. Tidak
Diikuti dengan letusan
1979
1990
2002
Produk
Letusan/korban
Abu/Pasir
Abu/Pasir
Lumpur kawah
Uap belerang
Lumpur dan batu
Uap dan Lumpur,5
orang meninggal
Lumpur/59
meninggal,38 lukaluka, 55 orang hilang
lumpur
Uap air dominan
Gas CO2, CO ?, CH4
,Korban 149
meninggal
lumpur
2003
2006
Kw. Sileri
2009
Kw. Sibanteng
Letusan Freatik
Peningkatan kegempaan
yang diawali dengan
gempa terasa (tektonik
lokal) pada tanggal 2 April
2006
Letusan freatik
Lumpur
Lumpur
Karakter Letusan
Kw. Condrodimuka
Kw. Siglagah
Kw. Timbang
Kw. Pakuwojo
Kw. Sikidang
Kw. Sileri
Kw. Sibanteng
Kw. Sinila
Kw. Telogo Dringo
Kw Pengilon dan Telaga Warna
Kawah aktif yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng
Dominan letusan freatik dan gas (terutama CO2). Erupsi freatik cukup sering terjadi
di dataran tinggi Dieng, hal ini diperlihatkan oleh jumlah kawah yang terbentuk, yaitu lk 70
buah di bagian timur dan tengah komplek, serta lk 30 buah dibagian barat sector Batur.
Sedikitnya 10 erupsi freatik telah terjadi dalam kurun waktu 200 tahun terahir.
Erupsi freatik komplek Dieng dapat dibagi dalam dua katagori:
1. Erupsi tampa adanya tanda-tanda (precursor) dari seismisity, yaitu hasil dari proses
“self sealing” dari solfatar aktif (erupsi hydrothermal).
2. Erupsi yang diawali oleh gempabumi lokal atau regional, atau oleh adanya retakan
dimana tidak adanya indikasi panasbumi dipermukaan. Erupsi dari tipe ini umum
terjadi di daerah Graben Batur, sebagaimana diperlihatkan oleh erupsi freatik dari
vulkanik Dieng pada Pebruari 1979.
Aktivitas erupsi di komplek Dieng termasuk dalam katagori kedua.
GEOLOGI
Kegiatan gunungapi pada komplek G.Dieng dari yang tua hingga yang termuda
dapat dibagi dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat
erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan.
a. Formasi pra Kaldera, diindikasikan oleh kegiatan vulkanik dari Rogo Jembangan,
Tlerep, Djimat dan vulkanik Prau. Produknya tersebar di bagian luar dari komplek
Dieng.
b. Formasi setelah Kaldera, diperlihatkan oleh aktivitas vulkanik yang berada di dalam
kaldera diantaranya, Bisma-Sidede, Seroja, Nagasari, Pangonan, \igir Binem dan
Vulkanik Pager Kandang. Produknya berupa piroklastik jatuhan yang menyelimuti
hampir seluruh daerah, dikenal juga sebagai endapan piroklastik daerah Dieng yang
tak
terpisahkan. Kegiatan saat ini ditandai oleh lava berkomposisi biotit andesit
berasosiasi dengan jatuhan piroklastik. Aktivitas terakhir ditandai oleh erupsi-erupsi
preatik.
Episoda pertama (Formasi Pra Kaldera)
Produk piroklastika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan selatan
komplek, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968). Kawah Tlerep
yang terdapat pada batas timur terbuka kearah selatan membentuk struktur dome
berkomposisi hornblende andesit.
Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep.Setengah dari kawah bagian
barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan
lava andesit basaltis.
Episoda kedua
Beberapa aktivitas vulkanik berkembang didalam kaldera, diantaranya:
•
G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan
produknya berupa lava dan jatuhan piroklastik.
•
G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang
kuat dibandingkan G.Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi andesitis dan
endapan piroklastika.
•
G.Nagasari, yaitu gunungapi composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan
berkembang dari utara ke selatan.
•
G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah timur dari
Nagasari,
masih
memperlihatkan
morfologi
muda
(bertekstur
halus),
serta
menghasilkan lava dan endapan piroklastika.
•
G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan
fumarola tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC, serta
batuan lava berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah.
•
G. Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hidrotermal
berupa airpanas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun terahir,
menghasilkan piroklastika jatuhan.
•
G. Igir Binem, adalah gunungapi strato yang memiliki dua kawah, disebut dengan
telaga warna, yang tingkat aktivitas hidrotermalnya cukup kuat.
•
Group G. Dringo-Paterangan terletak didalam daerah depresi Batur, terdiri dari
kawah komposite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuhan.
Episoda ketiga
Aktivitas gunungapi pada episoda ini, menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan
piroklastik dan aktivitas hidrotermal.
Lava andesit biotit
Ada sembilan titik erupsi pada bagian tenggara dari Dieng kaldera telah
menghasilkan lava dome dan lava flow biotit andesit. Secara fisik produk tersebut segar,
blocky, dan tajam. Produk tersebut secara tidak selaras ditutupi oleh endapan piroklastik
jatuhan Dieng, dan tersebar di :
1.
Sikidang dan Legetang
2.
Dome tampa nama kearah timur dari dome Sikidang
3.
Dome Perambanan
4.
G.api strato Pakuwaja
5.
Dome Kunir
6.
Dome Kendil
7.
Dome Watu Sumbul
8.
Kawah Sikunang
Piroklastik Jatuhan G.Pakuwaja
Gunungapi Pakuwaja, mempunyai dua kawah, menghasilkan lava dan piroklastik
yang menutupi secara tidak selaras formasi lava andesit biotit. Endapan jatuhan tersebut
berasal dari erupsi freatik dan freatomagmatik yang berkompsosisi andesitis.
Endapan erupsi Hidrotermal
Sebaran produknya terbatas disekitar kawah pada komplek Dieng. Pengulangan
erupsi pernah terjadi dari beberapa kawah, diantaranya erupsi pada kawah Sileri (1944);
kawah Sinila dan Timbang (1979). Endapannya berupa Lumpur dan komponen shale yang
tererupsikan melalui vent, mengindikasikan adanya basemen material sedimen.
GEOFISIKA
Seismik
Hasil rekaman kegempaan G. Dieng hingga September 2009 masih didominasi
oleh gempa tektonik jauh gempa Vulkanik Dalam (VA) masih sering terekam meski dalam
jumlah kecil.
Geomagnet
Pengukuran geomagnet di G. Dieng difokuskan pada daerah sekitar kawah-kawah
serta daerah bahaya gas CO2. Harga medan magnetik regional (TIGRF/ F) di G. Dieng
berada pada harga 45033.7 nT. Nilai Deklinasi (D) pada daerah tersebut adalah 1010’
dan nilai Inklinasinya (I): -32048’.
Peta Anomali Magnetik Residual pada Permukaan G. Dieng menunjukkan
bahwasanya terdapat kelurusan-kelurusan kontras harga magnetik dengan arah relatif
baratlaut-tenggara dan arah baratdaya-timurlaut. Harga anomali magnet pada daerah
penyelidikan berkisar antara -1614 s.d. 1997.9 nT.
U
Sidongkal
Kradenan
Wanapriya
-7.18
Sigandul
Kulon
G. Alang
Sigandul
Tengah
Sibanger
G. Butak
Sayangan
Tlabang
Sigandul
Wetan
G. Jimat
Telaga
Sidringo
Telaga
Wurung
Kw. Candra
dimuka
G. Penga
munamun
Pager
Kandang
Pekasiran
Jalatundo
Kepakisan
-7.2
Genteng
Simbar
Batur
Purwo
Jiwo
Serang
Kali
Dieng
Lembu
Kulon
Kw. Dieng
Dieng
Kulon
Telaga
Wetan
Karang
Merdada
Karang
Telaga
Tengah
Sari
Pari
Warna
kesit
Sibanteng
Buntu
G. Nagasari
Pesurenan
Sumberejo
Gembol
Bakalan
-7.22
Pawuan
Simpangan
Kapucukan
Sidareja
Bakal
Kw.
Sikidang
SiKumbang
Pramen
Maron
Paku
Waja
Sikunang
Condong
Jelegong
G. Prau
Sigelagah
G. Sipandu
Kw. Sileri
Sinila
Timbang
Pekandangan
Sembungan
Ratamba
Kali
Ireng
Tempuran
Nawang
Sari
Sidengok
-7.24
Telaga
Cebong
Palemburan
Semangkung
0
Panusupan
109.8
109.82
1000
2000
0
Beji
109.84
109.86
3000
4000
4
2
109.88
109.9
km
109.92
Keterangan:
: Kontur Ketinggian
: Titik Ukur Geomagnetik
: Jalan
: Kontur Magnetik
: Solftara
: Fumarol
Peta Anomali Magnetik Total di overlay dengan Peta Topografi G. Dieng
U
Sidongkal
Kradenan
Wanapriya
-7.18
Sigandul
Kulon
G. Alang
Sibanger
G. Butak
Telaga
Sidringo
Telaga
Wurung
Sayangan
Tlabang
G. Penga
munamun
G. Sipandu
Jalatundo
Pekasiran
Kepakisan
-7.2
Genteng
Simbar
Purwo
Jiwo
Batur
Sumberejo
-7.22
Telaga
Merdada
Karang
Tengah
Buntu
Gembol
Bakal
Jelegong
Pekandangan
Karang
Sari
Sibanteng
SiKumbang
Pramen
Maron
Kali
Lembu
Dieng
Kulon
Kw. Dieng
Kulon
Pesurenan
Bakalan
600
Pawuan
G. Nagasari
Sidareja
Dieng
Wetan
Kw.
Sikidang
Pari
kesit
Paku
Waja
Sikunang
Condong
400
200
0
Telaga
Warna
-200
-400
-600
Sembungan
Ratamba
Kali
Ireng
1000
800
Pager
Kandang
Simpangan
Kapucukan
Serang
G. Prau
Sigelagah
Kw. Sileri
Sinila
Timbang
1200
Sigandul
Wetan
G. Jimat
Kw. Candra
dimuka
1600
1400
Sigandul
Tengah
-800
Tempuran
Nawang
Sari
Sidengok
-7.24
Semangkung
Telaga
Cebong
0
Panusupan
0
Beji
109.82
109.84
109.86
-1000
-1200
Palemburan
109.88
1 000
2000
3000
4000
4 km
2
109.9
-1400
109.92
Keterangan:
: Kontur Magnetik
: Titik Ukur Geomagnetik
: Jalan
: Telaga
: Solftara
: Fumarol
Peta Anomali Magnetik Residual setelah direduksi ke bidang datar pada 1000 m dml
Peta Anomali magnetik residual memperlihatkan bahwa harga anomali magnet
pada daerah penyelidikan berkisar antara -1614 s.d. 1997.9 nT nT. Harga anomali
magnet tersebut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
-
Anomali magnet rendah (warna hijau – kuning tua) mempunyai harga lebih kecil dari 200 nT. Ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat nonmagnetik yang merupakan
defleksi dari batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi (batuan yang
telah mengalami demagnetisasi akibat panas) yang diperkirakan berhubungan dengan
keberadaan sumber panas.
-
Anomali magnet sedang (warna kuning tua – biru muda) dengan harga antara -200
s.d. 400 nT. Ditafsirkan sebagai daerah yang didominasi oleh batuan beku (andesit?)
yang telah mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi.
-
Anomali magnet tinggi (warna biru muda – biru tua) mempunyai harga lebih besar dari
400 nT. Ditafsirkan sebagai daerah yang didominasi oleh batuan beku (andesit?) yang
telah mengalami pelapukan tingkat rendah atau masih segar (fresh), batuan intrusi
yang muncul ke purmakaan atau batuan vulkanik yang didominasi oleh lava.
Kelurusan-kelurusan
mempunyai
arah
relatif
baratlaut-tenggara
dan
arah
baratdaya-timurlaut, yang ditafsirkan sebagai cerminan dari adanya struktur sesar. Blokblok sesar yang naik berada pada kelurusan nilai anomali magnetik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan blok-blok sesar yang turun yang berada pada kelurusan nilai
anomali magnetik yang lebih rendah.
U
Sidongkal
Kradenan
Wanapriya
-7.18
1500
Sigandul
Kulon
G. Alang
Sibanger
G. Butak
Tlabang
-7.2
Telaga
Sidringo
Telaga
Wurung
Sayangan
N
T
Genteng
Purwo
Jiwo
T G. Penga
Kw. Candra
dimuka
Kepakisan
Pager
Kandang
Pesurenan
500
Gembol
SiKumbang
N
Kali
Lembu
Dieng
Kulon
Kw. Dieng
Kulon
Pramen
Maron
700
Telaga
Karang
T Tengah
Karang
Merdada
Sari
Sibanteng
Buntu
N
Kw.
Bakal
Sumberejo
Jelegong
900
Pawuan
Simpangan
G. Nagasari
T
G. Prau
Sigelagah
Kw. Sileri
Pekasiran
Serang
Bakalan
1100
G. Sipandu
munamun
Kapucukan
Sidareja
-7.22
1300
N
Sigandul
Wetan
T
G. Jimat
Jalatundo
Simbar
Batur
N
Sigandul
Tengah
Sinila
Timbang
T
Dieng
Wetan
Telaga
Warna
N
-100
-300
Sikidang
Paku
Waja
Sikunang
Condong
300
100
Pari
kesit
Pekandangan
-500
Sembungan
-700
Ratamba
Kali
Ireng
1700
Tempuran
Nawang
Sari
Sidengok
-7.24
Semangkung
-900
Telaga
Cebong
Palemburan
0
Panusupan
0
Beji
109.82
109.84
109.86
109.88
10 00
20 00
30 00
2
109.9
-1100
4 000
4 km
109.92
-1300
-1500
Keterangan:
: Kontur Magnetik
N
: Naik
: Solftara
: Sesar Geser
T
: Turun
: Fumarol
Kelurusan-kelurusan Sesar berdasarkan Kontras Nilai Magnetik pada Peta Anomali Magnetik Residual
Kelurusan struktur sesar yang arahnya baratdaya-timurlaut umurnya lebih
tua
dibandingkan dengan kelurusan struktur sesar yang arahnya relatif baratlaut-tenggara.
Keberadaan dari solfatara, fumarol serta mofet (titik tempat keluarnya gas CO2) sangat
dipengaruhi oleh keberadaan struktur tersebut. Kelurusan dengan arah baratlaut-tenggara
merupakan sumber anomali yang dangkal. Oleh karenanya maka penyebaran gas CO2 di
permukaan sangat dipengaruhi oleh keberadaan struktur tersebut.
Kw. Candradimuka
Kw. Sinila
Timbang
A
B
Body 1
Body 2
Body 3
Body 4
Keterangan:
: Kurva Model
: Kurva Observasi
Model Magnetik 2 Dimensi Penampang A-B pada Peta Anomali Magnetik Residual
Hasil pemodelan menginterpretasikan bahwa body 2 dan body 4 merupakan batuan
intrusi yang telah mengalami pelapukan tinggi akibat demagnetisasi akibat panas yang
berasal dari magma yang menerobos batuan pada daerah tersebut. Body 1 dan 3
merupakan zona ubahan/ alterasi, yang ditandai oleh rendahnya nilai suseptibilitas yang
dimiliki body 1 dan 3 yaitu -0.008 SI, akibat adanya panas karena kontak dengan body 2
dan 4 sehingga mengubah komposisi mineral yang berada pada body 1 dan 3.
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Jenis Batuan : Batuan vulkanik G.Dieng umumnya terdiri dari basalt, basaltic andesit
sampai andesit.
Cth
SiO2
Telaga
Menjer
51,19
Pager
Kandang
53,08
Pangonan
Srojo
Paterangan
Kendil
Pakuwojo
55,64
55,76
57,50
60,48
62,93
Al2O3
20.02
18.26
17.91
17.85
17.49
16.96
14.37
FeO
5.24
2.64
5.13
3.60
3.88
2.92
2.78
MnO
0.15
0.08
0.14
0.15
0.14
0.07
0.09
MgO
3.45
3.27
3.20
3.27
2.73
2.38
2.31
CaO
9.75
7.17
7.16
5.93
4.49
5.60
4.38
Na2O
3.38
3.11
3.65
3.23
2.92
3.65
3.16
K2 O
1.42
1.86
2.07
2.52
3.01
2.82
3.29
H2O
+
0.64
1.39
0.62
1.59
2.33
1.25
1.33
H2O
-
0.30
1.82
0.45
0.73
1.43
0.20
0.51
TiO2
1.05
0.95
0.93
0.89
0.83
0.63
0.69
P2 O 5
0.17
0.02
0.15
0.17
0.17
0.16
0.05
Total
100.45
100.46
100.24
100.44
100.27
100.29
99.86
S.g
2.881
2.724
2.813
2.611
2.67
2.577
2.595
Kimia Gas
Emisi gas yang dihasilkan oleh beberapa kawah sudah diketahui sejak lama
(Bemmelen, 1949; Allard dkk., 1989). Pada tahun 1979, terjadi erupsi freatik pada kawah
Sinila, menghasilkan gas-gas, hususnya CO2. Akumulasi gas CO2 yang cukup tinggi
tersebut bergerak menuruni lereng dan lembah serta melewati jalan perkampungan,
menyebabkan terbunuhnya 142 penduduk yang tinggal di sekitar daerah letusan tersebut.
Komposisi kimia dari kawah Sigaludug (gas exhalation) dan dari lapangan fumarola Dieng
(1979).
Samples
H2O
(Vol.%total)
o
Sigludug (30 C)
G88 (1)
~0
92 (1)
~0
12 (1)
~0
M3 (2)
~0
CO2
(%)
CH4
(%)
H2S
(%)
SO2
(%)
N2
(%)
O2
(%)
Ar
(%)
CO
(ppm)
He
(ppm)
97.5
98.1
98.2
88.8
0.77
0.80
0.75
0.61
0.39
0.17
0.16
2.17
0.014
0.009
0.008
0.096
11
8
9
6.6
6.9
6.8
5.4
~0
90.7
0.59
0.06
0.18
0.19
<0.0
1
<0.0
1
1.27
0.71
0.69
8.35
M22 (2)
0.01
0.03
0.03
<0.
01
<0.
01
6.91
1.71
0.084
41
5.3
Pakuwadja (95 oC)
M1 (2)
98.2
82.2
1.46
1.08
12.46
2.71
0.120
37
5.8
98 (2)
98.0
86.1
1.19
1.45
8.50
1.92
0.080
-
5.4
64 (2)
98.0
83.7
1.28
1.02
<0.0
1
<0.0
1
<0.0
1
11.02
2.91
0.105
64
6.5
Pagerkandang (74 oC)
M2 (2)
74.0
15.3
0.08
0.01
4
<0.0
1
66.6
17.2
0.80
-
4.8
Sikidang (86 oC)
M11 (2)
97.3
94.9
1.05
1.79
<0.0
1
1.82
0.37
0.030
76
6.6
HASIL ANALISIS KIMIA GAS JANUARI 2009 (Dalam satuan % mol)
Unsur
H2
O2 + Ar
N2
CH4
CO2
SO2
H2S
HCl
NH3
H2O
o
Suhu, C
Si Banteng
Sisi kanan
lubang letusan
1
1,33 E-3
Tt
0,03
Td
2,27
0,69
0,44
0.07
1,28
95,22
93,4
Si Banteng
Sisi kanan
lubang letusan
2
3,20 E-3
tt
0,02
Td
1,73
0,33
0,63
0,05
1,54
95,70
93,4
Si Kidang
Titik tradisi
1
8,96 E-3
Tt
0,05
4,39 E-3
4,24
0,75
0,59
0,04
1,53
92,79
88,7
Si Kidang
Jalan
setapak
2
0,27
0,95
4,79
50,62
10,10
6,28
4,11
22,86
92,1
Sikendang/
telaga warna
Tt
Tt
0,16
0,34
55,17
1,42
2,1
0,04
2,67
37,74
Gas vulkanik sering juga disebut sebagai bahan volatile yang dikeluarkan oleh
gunungapi dalam bentuk uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), sulphur dioksida (SO2),
hydrogen sulfida (H2S), hidrogen (H2), karbon mono oksida (CO), hydrogen klorida (HCl),
hidrogen fluoride (HF), dan helium (He). Gas yang berbahaya apabila terhirup oleh
makhluk hidup adalah SO2, CO2, H2S, dan HF.
Sebaran Gas CO2
Untuk mengetahui karakteristik gas racun yang berdampak pada masyarakat akibat
letusan di daerah Dieng, maka dibuat Peta Sebaran CO2. Pemetaan dan pengukuran gas
ini telah dilakukan pada periode tahun 2000 sampai 2007 dan dilakukan di daerah vulkanik
maupun non vulkanik. Di daerah vulkanik, pengukuran gas CO2 dilakukan di sekitar kawah
(Candradimuka, Sileri, Sinila, Luwuk, Balekambang, Lumut, Cebong, Dringo, Siterus,
Jalatunda, Pengilon, dan Telagawarna), fumarol (Sinila), solfatara (Wanapriya, Sikidang,
Sikendang) dan kolam lumpur panas (Sikidang, Candradimuka). Sedangkan di daerah non
vulkanik, pengukuran gas CO2 dilakukan di sepajang rekahan dan zona sesar.
Bahaya Gas CO2
Komposisi udara normal di atmosfir terdiri atas nitrogen (78,1%), oksigen (20,9%),
argon (0,8%), karbon dioksida (0,03%) dan gas lain (0,04%). Ambang batas aman dari
CO2 bagi kesehatan adalah 0,5% volume (HSE, 2002). Manusia dapat bertahan bila
kontak langsung dengan gas pada konsentrasi tersebut paling lama 8 jam. CO2
merupakan gas racun dan berbahaya Karen sifatnya yang tidak terlihat dan tidak berbau.
Pada konsentrasi tinggi, gas ini berbahaya bagi makhluk hidup karena menyebabkan
sesak napas, perih di mata, hidung maupun gangguan tenggorokan. Menurut OSHA,
NIOSH, dan ACGIH, kontak langsung dengan konsentrasi gas CO2 sebesar 3% volume
akan bertahan selama 15 menit, konsentrasi 4% volume akan langsung berdampak bagi
kesehatan atau kehidupan. Sedangkan Hathway, dkk (1991) mengemukakan, pada
konsentrasi CO2 20-30% volume akan menyebabkan kejang-kejang dan kehilangan
kesadaran. Kontak langsung dengan konsentrasi gas diatas 30% volume dapat
menyebabkan kematian.
Peta Sebaran Gas CO2 di Kompleks Vulkanik Dieng
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Pemantauan kegiatan G. Dieng, dilakukan secara menerus dengan secara visual
dan kegempaan dari Pos Pengamatan Gunungapi Dieng, terletak di desa Karang Tengah
(2032 m dpl).
Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kawah-kawahnya,
berupa hembusan asap, bualan lumpur, konsentrasi H2S, perubahan kegiatan solfatara
dan fumarola serta suhu kawah aktif. Pengamatan tersebut dilakukan secara berkala oleh
petugas pengamat gunungapi.
Seismik
Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan
tektonik dengan menggunakan rekorder PS-2. Lokasi sensor, seismometer L4C, vertikal,
ditempatkan di kawah timbang (07o 11’ 54,42” LS dan 109o 50’ 26,53” BT ketinggian 1783
m dpl). Sinyal gempa ditransmisikan ke pos pengamatan dengan radio telemetri
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI
Peta kawasan rawan bencana gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan
bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta kawasan rawan
bencana gunungapi menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan
bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana Peta Rawan bencana G. Dieng dibagi menjadi tiga Kawasan Rawan Bencana,
yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, Kawasan Rawan
Bencana I.
Kawasan Rawan Bencana III
Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang berpotensi keluarnya gas racun
terkena endapan base surge, hujan lumpur dan aliran lumpur. Penyebaran kawasan ini
meliputi daerah di sekitar Kawah Timbang, Telaga Nila dan Sumur Jalatunda. Di sekitar
Kawah Timbang banyak dijumpai pemunculan gas racun di sepanjang rekahan yang
berarah relatif utara-selatan, yaitu di sekitar Kawah Timbang, Kali Tempurung dan Kali
Putih. Luas daerah ini sekitar 4,06 km2. Kawasan ini tidak lagi dihuni oleh penduduk
setelah kejadian letusan Kawah Sinila pada tahun 1979. Jalan beraspal yang
menghubungkan Desa Pekasiran dan Desa Serang sudah tidak dipergunakan lagi.
Sebagai alternatif telah dibuka jalan yang melewati Dusun Kaliputih – Desa Sumber dan
Dusun Serang yang terletak di sebelah selatan jalan lama. Daerah ini oleh Pemda melalui
surat Gubernur Jawa Tengah tidak boleh dihuni kembali.
Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terkena lontaran
batu, base surge, hujan lumpur dan aliran lahar. Kawasan ini meliputi lereng baratdaya
Kawah Timbang, di selatan berupa lembah yang cukup lebar yang wilayahnya melintasi
sebagian jalan yang menghubungkan Dusun Kaliputih-Desa Sumber sampai cabang Kali
Putih, di sebelah utara Sinila serta di sebelah timur Sumur Jalatunda.
Daerah yang termasuk kawasan ini adalah Dusun Kali Putih yang termasuk Desa
Sumberrejo. Jumlah penduduk Suberrejo sebanyak 5243 jiwa. Di Kecamatan Kejajar
terdapat tiga desa yang berada dalam kawasan ini, yaitu Desa Parikesit, Desa Jojogan
dan Desa Sembungan masing berpenduduk 1958, 1274 dan 1116 jiwa.
Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang diperkirakan sebagai perluasan
dari Kawasan Rawan Bencana II. Apabila terjadi letusan yang semakin besar. Kawasan ini
berpotensi terlanda base surge, hujan lumpur dan aliran sungai yang melewati Desa
Batur, di lembah sungai yang melintasi Desa Sumberrejo dan lembah sepanjang Kali Puith
yang terletak di sektor baratdaya dan selatan Kawah Timbang. Sedangkan di bagian
Timur Kawah Timbang meliputi daerah sepanjang aliran sungai yang ada di sebelah barat
Pasurenan.
Daerah yang berada dalam kawasan ini adalah Dusun Kali Putih, Dusun Serang,
dusun Simbar, Dea Sumberrejo dan Kota Kecamatan Batur. Penduduk di kawasan ini
berjumlah 14,427 jiwa.
Peta Kawasan Rawan Bencana Komplek G. Dieng
Download