BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Pasar modal

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang penelitian
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang
maupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal
menjadi penghubung bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor)
dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam tranksaksi pemindahan
dana. Modal yang diperjual-belikan dalam pasar modal terbagi menjadi dua,
yaitu Debt Capital (modal hutang) dan Equity Capital (modal ekuitas).
(Linandarini:2010)
Salah satu jenis modal hutang yang diperjual-belikan di pasar modal
adalah obligasi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mendefinisikan obligasi sebagai
surat utang jangka panjang yang dapat dipindah tangankan, berisi janji dari
pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada
pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman
kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.
Penerbitan obligasi dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi perusahaan
(emiten) dan dari sisi investor. Ditinjau dari sisi emiten, obligasi diterbitkan
dengan tujuan untuk memperoleh dana dalam menunjang aktivitas
2
perusahaan. Hal ini dikarenakan obligasi merupakan salah satu alternatif
pendanaan yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pinjaman dari
pihak lain seperti bank. Ditinjau dari sisi investor, investasi pada obligasi
merupakan alternatif yang aman, karena obligasi memberikan penghasilan
tetap berupa kupon bunga yang dibayar secara tetap dengan tingkat bunga
yang kompetitif serta pokok utang yang dibayar secara tepat waktu pada saat
jatuh tempo yang telah ditentukan. (Susilowati dan Sumarto, 2010:1)
Terdapat
beberapa
pilihan
utama
obligasi,
diantaranya
Obligasi
pemerintah federal (Treasury Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah guna membiayai pembangunan ekonomi, Obligasi perusahaan
(Corporate Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dalam rangka
memenuhi struktur permodalan perusahaan, Obligasi pemerintah daerah
(Municipal Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah negara bagian
dan pemerintah setempat, dan Obligasi luar negeri (Foreign Bonds) obligasi
yang diterbitkan oleh pemerintahan asing dan perusahaan asing. (Brigham,
2010:273)
Seperti halnya investasi pada saham maupun efek lainnya, obligasi juga
memiliki peluang resiko,salah satunya Risiko yang harus dihadapi tersebut
adalah resiko gagal bayar (Default Risk), yaitu risiko yang dihadapi oleh
investor atau pemegang obligasi karena emiten obligasi tersebut tidak dapat
membayar obligasi pada saat jatuh tempo. Default Risk merupakan risiko
yang dihadapi pada saat suatu efek berhenti membayarkan bunga yang
disebabkan masalah keuangan penerbit. Risiko ini biasanya dimiliki oleh
3
obligasi perusahaan (corporate bonds). Oleh karena itu investor harus
berhati-hati dalam membeli obligasi terutama obligasi yang tidak termasuk
dalam investment grade. (Estiyanti dan Yasa, 2012:2)
Munculnya berbagai resiko tersebut maka sebelum ditawarkan obligasi
harus diperingkat terlebih dahulu oleh suatu lembaga atau agen pemeringkat
obligasi (Rating Agency) yang menerbitkan peringkat obligasi. Peringkat
obligasi merupakan sebuah simbol indikator dari opini agen pemeringkat
mengenai kemampuan relatif dari penerbit surat utang untuk melaksanakan
kewajiban sesuai kontrak. (Kuljeet dan Rajinder, 2011:1)
Peringkat obligasi yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat bertujuan
untuk menilai kinerja perusahaan dan menyatakan layak atau tidaknya
obligasi tersebut diinvestasikan. Peringkat obligasi merupakan salah satu
contoh informasi yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dengan
menilai kelayakan dan besarnya risiko gagal bayar atas pengembaliannya.
Selain itu, peringkat obligasi yang diumumkan ke publik dapat mengurangi
asimetri informasi antara perusahaan penerbit obligasi dan investor.
(Zuhrohtun dan Baridwan, 2005:1)
Peringkat obligasi juga penting bagi perusahaan yang menerbitkan
obligasi. Peringkat obligasi dapat menjadi sarana promosi kepada publik. Jika
obligasi yang diterbitkan perusahaan berperingkat non Investment grade
(tidak layak investasi), maka investor berpotensi untuk memilih obligasi yang
memiliki peringkat lebih baik atau Investment grade (layak investasi). Hal ini
4
dikarenakan investor cenderung menginginkan obligasi yang memiliki
peringkat yang tinggi. (Manurung dkk, 2009:2)
Peringkat obligasi diberikan oleh agen pemeringkat yang independen,
obyektif, dan dapat dipercaya. Investor dapat menilai tingkat keamanan suatu
obligasi dan kredibilitas obligasi berdasar informasi yang diperoleh dari agen
pemeringkat.
Tabel 1.1
Lembaga Pemeringkat dan Peringkat obligasi:
Perusahaan Pemeringkat
Fitch Ratings
Peringkat Jangka Menengah dan Jangka Panjang
AAA; AA+; AA; AA-; A+; A; A-;
BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+; B; B-;
CCC; CC; C; RD; D
Moody’s Investor Service
Aaa; Aa1; Aa2; Aa3; A1; A2; A3;
Baa1; Baa2; Baa3; Ba1; Ba2; Ba3; B1; B2; B3;
Caa1; Caa2; Caa3; Ca; C
Standard and Poor’s
AAA; AA+; AA; AA-; A+; A; A-;
BBB+; BBB; BBB-; BB+; BB; BB-; B+;B;B-;
CCC+; CCC; CCC-; CC; C; D
PT. Fitch Ratings Indonesia
"AAA(idn); AA+(idn); AA(idn); AA-(idn); A+(idn);
A(idn); A-(idn); BBB+(idn); BBB(idn); BBB-(idn);
BB+(idn); BB(idn); BB-(idn); B+(idn); B(idn); B-(idn);
CCC(idn); CC(idn); C(idn); RD(idn); D(idn)"
PT ICRA Indonesia
"[Idr]AAA; [Idr]AA+; [Idr]AA; [Idr]AA-; Idr]A+; [Idr]A;
[Idr]A-; [Idr]BBB+; [Idr]BBB; [Idr]BBB-; [Idr]BB+;
[Idr]BB; [Idr]BB-; [Idr]B+; [Idr]B; [Idr]B-; [Idr]C+;
[Idr]C; [Idr]C-; [Idr]D"
PEFINDO
"idAAA; idAA+; idAA; idAA-; idA+;idA; idA-;
idBBB+; idBBB; idBBB-;idBB+; idBB; idBB; idB+; idB;idB-; idCCC; idSD; idD"
Sumber : Bank Indonesia
5
Namun dalam penelitian sekarang lebih mengacu pada PEFINDO.
Peraturan di Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa emiten yang akan
melakukan pencatatan efek bersifat utang di bursa wajib memenuhi salah satu
ketentuan yaitu, hasil pemeringkatan efek dari lembaga pemeringkat efek
yang terdaftar di BAPEPAM sekurang-kurangnya BBB- (investment grade).
Kehadiran lembaga pemeringkat ini diatur dalam keputusan Ketua Bapepam
No.KEP. 566/BL/2011 tanggal 31 Oktober 2011. Keputusan ini merupakan
pelaksanaan dan pedoman bagi kegiatan pemeringkatan efek. Keputusan
tersebut, mendefinisikan lembaga pemeringkat efek sebagai : ”Penasihat
investasi berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha dari
Ketua Bapepam yang secara teratur memberikan peringkat”.
Lembaga pemeringkat melakukan analisis terbaru mengenai kinerja surat
utang tersebut atas dasar asumsi yang relatif independen. Setiap laporan
keuangan yang baru diterbitkan atau munculnya kejadian penting yang
menyangkut perusahaan serta bersifat material dan berdampak bagi
kemampuan pembayaran kewajiban utang, akan mengubah posisi hasil
peringkat tersebut. Peringkat (rating) yang dikeluarkan lembaga pemeringkat
bukanlah rekomendasi untuk melakukan pembelian, penjualan atau tetap
memegang (hold) atas sekuritas utang tertentu yang diterbitkan perusahaan.
Peringkat didasarkan pada informasi saat ini yang disediakan oleh emiten
obligasi (bonds issuer). Peringkat dapat berubah, ditunda atau ditarik sebagai
hasil dari perubahan materi pada kapasitas perusahaan. Terdapatnya
pemeringkatan membuat perusahaan yang menjual obligasi di pasar modal
6
harus berusaha selalu memperoleh peringkat yang tinggi supaya jika
perusahaan mengeluarkan surat utang baru akan mempunyai harga pasar yang
tinggi. Peringkat yang rendah akan mempengaruhi harga obligasi dan
mungkin akan mempengaruhi surat berharga lain yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang sama.
Peringkat obligasi penting karena kegagalan sering terjadi, dan jika mereka
melakukannya, para investor dapat menderita kerugian yang besar. Fenomena
peringkat obligasi dapat dilihat pada kasus salah satu emiten yang mengalami
gagal bayar (default) yang memiliki peringkat layak investasi (investmentgrade). Tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada
perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk.
yang menerbitkan Bond I Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15
Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang
jatuh tempo Maret 2012 (Kompas, 9 Pebruari 2010). Per Juni 2008 dan 2009,
peringkat obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk. pada Indonesia Bond Market
Directory adalah BBB+, per juni 2010 peringkatnya diturunkan menjadi D.
Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias
karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja
perusahaan setiap hari, dan agen pemeringkat hanya menilai dari terjadinya
suatu peristiwa. Agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya
suatu
peristiwa
yang
menyebabkan
perubahan
peringkat
sehingga
menyebabkan para pelaku pasar lebih memperhatikan informasi yang dimiliki
7
perusahaan secara langsung sebagai dasar keputusan investasi obligasi. (Sari,
2007:3)
Penelitian terhadap rasio keuangan di Indonesia banyak dihubungkan
dengan harga saham ataupun kinerja perusahaan. Sejumlah penelitian yang
meneliti peringkat obligasi di Indonesia masih relatif jarang dilakukan,
sedangkan informasi peringkat akuntansi sangat dibutuhkan oleh investor
sebagai pertimbangan jika ingin berinvestasi. Hal ini disebabkan karena
adanya keterbatasan data obligasi serta pengetahuan para investor terhadap
obligasi. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian
mengenai pemeringkatan obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan
dan rasio non keuangan. Rasio keuangan yang didasarkan pada laporan
keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan perusahaan
lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Serta rasio non keuangan dengan
anggapan bahwa faktor non keuangan menggambarkan kondisi di luar
perusahaan.
Pada penelitian ini penulis mengklasifikasikan faktor-faktor yang dipilih
sebagai variabel penelitian adalah faktor keuangan (Likuiditas, Solvabilitas,
Aktivitas, dan profitabilitas). Sedangkan faktor non keuangan yang dipilih
oleh penulis adalah umur obligasi (maturity) dan jaminan obligasi (secure) .
Alasan penulis menggunakan variabel-variabel tersebut adalah karena adanya
perbedaan beberapa model penelitian terdahulu yang hasilnya tidak konsisten.
Estiyanti dan Yasa (2012) menghasilkan Laba ditahan berpengaruh positif
pada peringkat obligasi sedangkan laba operasi, aliran kas operasi, likuiditas,
8
total assets, leverage, umur obligasi dan jaminan tidak berpengaruh pada
peringkat obligasi. Manurung, dkk. (2008) yang menyimpulkan bahwa rasiorasio yang secara signifikan berpengaruh terhadap rating obligasi ialah
likuiditas, aktivitas dan profitabilitas dan penelitian Susilowati dan Sumarto
(2010) yang menemukan bahwa dan profitabilitas, ukuran perusahaan (size),
umur obligasi (maturity) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Variabel lainnya dalam penelitian Sejati (2010) CR dan Growth berpengaruh
terhadap peringkat obligasi sedangkan reputasi auditor, ROA, Size, tidak
berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Faktor non keuangan turut dipertimbangkan dalam penelitian ini. Faktor
non keuangan tersebut adalah jangka waktu jatuh tempo instrumen obligasi
(maturity), dan jaminan (secure). Umur obligasi (maturity) adalah jangka
waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo
obligasi. Peringkat obligasi juga dipengaruhi oleh faktor non keuangan
lainnya yaitu jaminan (secure). Dinyatakan bahwa apabila obligasi dijamin
dengan aset yang bernilai tinggi, maka peringkatpun akan membaik. Hasil
penelitian Winardi, D. R. (2013), umur obligasi berpengaruh pada peringkat
obligasi sedangkan Estiyanti dan Yasa (2012) menemukan bahwa umur
obligasi dan jaminan (secure) tidak berpengaruh pada peringkat obligasi.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk menguji kembali variabel-variabel yang mempunyai kemampuan data
yang signifikan dalam membentuk model untuk memprediksi peringkat
obligasi di Indonesia. Dalam penelitian ini Penulis membatasi penelitiannya
9
pada obligasi perusahaan manufaktur. Pemilihan obligasi perusahaan
manufaktur ini sendiri disebabkan karena semakin banyaknya industri
manufaktur yang menerbitkan obligasi sebagai salah satu alternatif
pendanaannya. Alasan pemilihan topik faktor prediksi yang memengaruhi
peringkat obligasi adalah karena pengumuman peringkat seringkali
mendapatkan reaksi (antisipasi pasar) yang jauh lebih cepat sebelum
peringkat tersebut dipublikasikan, sehingga pengumuman peringkat tersebut
seringkali dikatakan agak terlambat. (Konan Chan,2004). Berdasarkan alasan
tersebut, penulis berusaha melakukan penelitian untuk menemukan :
“PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
TERHADAP
PERINGKAT
OBLIGASI
DI
BURSA
EFEK
INDONESIA”.
B. Rumusan masalah penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada judul dan latar belakang di
atas maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah Likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?
2. Apakah Solvabilitas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?
10
3. Apakah Aktivitas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?
4. Apakah Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)?
5. Apakah umur obligasi berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
6. Apakah Jaminan obligasi berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
C. Tujuan Dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk menguji secara empiris pengaruh Likuiditas terhadap peringkat
obligasi.
b. Untuk menguji secara empiris pengaruh Solvabilitas terhadap peringkat
obligasi.
c. Untuk menguji secara empiris pengaruh Aktivitas terhadap peringkat
obligasi.
d. Untuk menguji secara empiris pengaruh Profitabilitas terhadap peringkat
obligasi.
e. Untuk menguji secara empiris pengaruh Umur obligasi terhadap peringkat
obligasi.
11
f. Untuk menguji secara empiris pengaruh jaminan obligasi terhadap
peringkat obligasi.
2. Kontribusi penelitian
a. Penulis
Diharapkan dapat memperoleh serta memperdalam pengetahuan tentang
faktor keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi peringkat obligasi
pada laporan keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
b. Perusahaan Penerbit Obligasi
Bagi perusahaan penerbit obligasi, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi
peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal.
c. Investor obligasi
Bagi Invesor Obligasi diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi
perusahaan manufaktur.
d. Universitas Mercu Buana
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
penelitian lebih lanjut khususnya pada pembahasan bidang yang sama.
Download