BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Perubahan organ-organ dan jaringan berlangsung secara gradual hingga tercapainya ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jarigan tersebut (Soeparno, 2005). Pertumbuhan pada hewan tidak hanya dipengaruhi oleh Growth Hormone, tetapi oleh hormon tiroid yakni tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior trakea yang merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar. Tiroid mensekresikan dua macam hormon utama yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini akan meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh (Guyton, 2006). Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone = tirotrophine) dari hipofisis anterior. Namun,, sekresi hormon tropik ini sebagian diatur oleh Thyrotrophine Releasing Hormon (TRH) dari hipothalamus dan berada di bawah kontrol umpan balik negatif oleh peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah yang bekerja di hipofisis anterior dan hipothalamus (Ganong, 2005). 1 2 Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme hampir seluruh jaringan tubuh. Semakin tinggi sekresi hormon tiroid, maka kecepatan metabolisme basal meningkat 60-100% di atas normal. Kecepatan penggunaan makanan sebagai energipun meningkat. Bila seekor hewan diberi triiodotironin ataupun tiroksin maka ukuran maupun jumlah mitokondria di sebagian besar sel hewan akan meningkat. Oleh karena itu, salah satu fungsi tiroksin yang utama adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria yang selanjutnya meningkatkan kecepatan pembentukan Adenosine Trifosfat (ATP) untuk membangkitkan fungsi seluler (Guyton, 2006). Karakteristik tiroksin (T4) memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum. Namun hormon ini kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit, Sedangkan triiodotironin (T3) adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi lebih kuat karena memiliki banyak reseptor pada jaringan (Ganong, 2008). Penelitian ini menggunakan tikus laboratorium galur Wistar sebagai hewan coba. Tikus laboratorium merupakan spesies mamalia pertama yang didomestikasikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Tikus Wistar memiliki beberapa keunggulan dibanding hewan laboratorium lainnya yaitu mampu beradaptasi dengan baik dan tahan terhadap berbagai kondisi. Rasio hormon triiodotironin dan tiroksin dapat digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan normal pada tikus. Penelitian tentang rasio T3 dan T4 pada 3 tikus betina sudah pernah dilakukan, namun perlu dikaji lebih lanjut mengenai rasio hormon T3 dan T4 pada tikus jantan. Selain kadar hormon, faktor umur dan jenis kelamin juga diamati pengaruhnya terhadap rasio T3 dan T4. Dari pernyataan tersebut maka dilakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio triiodotironin dan tiroksin dengan pertumbuhan tikus putih galur wistar pada berbagai umur yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang akademis. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasio dari hormon triiodotironin dan tiroksin pada berbagai usia tikus (Rattus novergicus) galur Wistar di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM Yogyakarta. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai rasio kadar hormon tiroksin dan triiodotironin pada tikus jantan galur Wistar pada umur 1 bulan hingga 4 bulan sehingga menjadi acuan untuk mempermudah peneliti yang memakai hewan coba tikus di LPPT UGM Yogyakarta.