4. G. LOKON, Sulawesi Utara - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

advertisement
.4. G. LOKON, Sulawesi Utara
Komplek G. Lokon (G. Lokon, Kawah Tompaluan dan G.Empung), dilihat dari puncak G.Mahawu) (PVMBG,
2009)
KETERANGAN UMUM
Nama Kawah
: Tompaluan
Lokasi
: a. Geografi: Lokon 01o 21,5' LU dan 124o 47,5' BT
Empung 01o 22' LU dan 124o 47,5' BT
b. Administrasi: Kota Tomohon, Sulawesi Utara
Ketinggian
: Lokon 1579,5 m dml
Empung 1340 m dml
Tompaluan 1140 m dml
Kota Terdekat
: Tomohon, Tondano, Manado
Tipe Gunungapi
: Strato
Pos Pengamatan : Desa Kakaskasen, Kota Tomohon
Gunungapi
(01o 20' 38,76” LU dan 124o 50' 21,90” BT) ketinggian 826 m dpl
PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Pendakian menuju Kawah Tompaluan yang merupakan pusat kegiatan G. Lokon
saat ini dimulai dari Kakaskasen atau Kinilow, Perjalanan ditempuh selama 1,5 jam
dengan menyusuri lembah (sungai kering) Pasahapen.
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Sumberdaya alam yang utama berupa produk erupsi gunungapi, yaitu batu (lava)
dan pasir (lahar). Batuan lava tersebar di bagian timur G. Lokon, disekitar Pasahapen, kini
telah dikelola/ditambang oleh masyarakat maupun perusahaan swasta untuk keperluan
bangunan maupun jalan. Begitu pula dengan pasir yang berasal dari lahar, pada aliran
sungai Pasahapen.
Wisata
Geowisata yang ditawarkan adalah areal perkemahan (camping ground) dan
mendaki gunung (hiking) atau jalan - jalan di sekitar lereng, yang merupakan areal
perkebunan rakyat. Areal perkemahan di lereng bagian timur, di sekitar lembah
Pasahapen atau pada jalur/route pendakian ke kawah. Air bersih dapat diperoleh pada
mata air di bagian hilir Kali Pasahapen atau air yang tergenang pada kali tersebut (jika
musim hujan). Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh lk. 1,5 jam jalan kaki dari desa
Kakaskasen I atau lk. 2 jam dari jalan raya Manado - Tomohon.
Salah satu sudut penginapan yang terletak di sekitar kaki G. Lokon
SEJARAH KEGIATAN
Tahun
1829
1893
1930
1942
1949
1952
1953
1958
1959
Kegiatan
Maret, terjadi eksplosif uap di pelana (Graafland, 1901).
29 Maret, Menurut kakak beradik Sarasin (1901), telah bekerja dua buah “boccaï”
sejumlah batu dilontarkan demikian pula bom siput selama berbulan-bulan.
Agustus, (Steup, 1931).
3 september, erupsi abu, (Djatikoesoemo, 1952).
Menurut Sudrajat (1952) mulai ada kenaikan tingkat kegiatan pada 14 September
dengan erupsi kecil, tetapi erupsi sebenarnya mulai pada 2 Juli 1951 untuk
berlangsung terus-menerus hingga akhir 1951.
Kegiatan erupsi sebagai lanjutan dari dalam 1951. Erupsi agak besar terjadi pada 27
dan 28 Mei. Kegiatan baru menurun dan berhenti dalam November.
Kegiatan masih terjadi.
Kegiatan erupsi mulai pada 19 Pebruari dengan sebuah erupsi kecil yang
memuntahkan lapili di sekitar kawah. Kemudian erupsi terjadi pada 4, 16 - 17 Maret, 3
- 4 Mei. Kegiatannya berlangsung sepanjang tahun.
Kegiatan erupsi sejak Pebruari 1958, dilanjutkan dalam 1959, berlangsung terus
sampai berakhir pada 23 Desember. Selama satu tahun ini terjadi erupsi abu diselingi
erupsi kuat yang melontarkan batu. Hujan abu turun di sekitarnya. Dalam Agustus,
September dan November tidak terjadi erupsi.
1961
1962
1965-1966
1969
1970
1973
1974
1975
1976
1977
1982
1983
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1993
1997
2000
2001
2002
Pada 19 Mei, Setelah istirahat lk. 2 tahun, terjadi lagi erupsi abu. Kegiatannya
berlangsung terus sepanjang tahun. Erupsi abu kuat yang besar terjadi 2 kali yakni
pada 24 Oktober dan 20 November.
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
Kenaikan kegiatan.
Fasa eruptiva mulai pk. 00.10 pada 27 November. Esok harinya eksplosif pk. 21.57
menyebabkan erupsi abu setinggi 400 m. Hujan pasir belerangan . Kegiatan
bertambah pada akhir tahun. Siswowidjoyo (1970) mengatakan, bahwa luncuran awan
panas sepanjang lembah Pasahapen lk. 2 km jauhnya ke arah Kinilow.
Dari April hingga Desember terjadi erupsi abu.
September, peningkatan kegiatan.
28 Januari, Erupsi abu.
Pembentukan kubah lava.
2 Januari, terjadi erupsi, sumbat lava dihancurkan.
8 Maret, 5, 6, 27 April, 8, 13, 15, 17 Mei, 8, 13 - 15 September, terjadi erupsi, sinar
api.
Peningkatan kegiatan, asap bertambah tebal.
Hembusan asap.
Erupsi freatik, lahar ke S. Pasahapen.
Terjadi erupsi, 24 Maret, 5, 7, 12, 27 April, 18 Mei, Juni, 14 Juli setinggi 3000 m.
Agustus erupsi abu kecil. 4 September dengan tinggi erupsi 1500 m.
6 Januari, 11, 21 Maret, 10, 13 Mei, Erupsi abu
21 April, 17, 18, 21 Juli, Erupsi abu
21 Agustus, 5 September, terjadi erupsi.
21 April, 5 Mei, terjadi erupsi.
12 Januari, 6, 28 Maret, 10 - 11, 17, 26 - 28 Mei, 1 - 30 Juni, 4 - 7. 9. 11 Juli, Erupsi
abu
19 September, 24 Oktober, terjadi erupsi dan pertumbuhan kubah lava.
25 Oktober, awan panas ke S. Pasahapen sejauh 1000 m, tinggi asap 2000 m.
26 - 31 Oktober, 1, 6, 12, 17, 20, 24 November, 1 Desember, terjadi erupsi.
April, kegiatan meningkat berupa gempa tremor.
Juni - September, kegiatan meningkat berupa swarm gempa vulkanik.
12 Desember, terjadi erupsi freatik di dasar kawah, membentuk lubang dengan
diameter lk. 5m.
7 Juli, terbentuk lubang baru di dasar kawah. Lubang yang berdiameter lk. 7 m,
berbentuk seperti sumur memancarkan cahaya merah.
28 Januari pukul 19.20 WITA, terjadi erupsi disertai oleh lontaran material pijar (bom
vulkanik) yang jatuh di sekitar Kawah Tompaluan.
26 Maret, pukul 14.40 WITA terjadinya erupsi abu. Erupsi ini disertai dengan suara
gemuruh/dentuman. Warna asap hitam tebal dengan tinggi asap lk. 1000 meter di
atas bibir kawah, kemudian tertiup angin ke arah timur dan utara. Pada erupsi kali ini
tidak disertai dengan lontaran material pijar.
20 Mei, pukul 20.14 WITA terjadi erupsi dari kawah Tompuluan tinggi abu erupsi
sekitar 900 meter di atas bibir kawah. Warna abu erupsi kelabu hitam dan tertiup
angin ke arah utara, erupsi disertai dengan lontaran material pijar setinggi 400 meter
dan jatuh di sekitar kawah.
9 Februari, pukul 14.10 wita, terjadi erupsi abu. Hembusan asap berwarna hitam tebal
mencapai tinggi 1000 m tertiup angin ke arah tenggara. Endapan abu tersebar di
sekitar Desa Kakaskasen III, Talete I, Talete II, Rurukan dan sebagian di sekitar
Tondano dengan ketebalan antara 0,5 - 2 mm.
10 April, pukul 23.00 wita terjadi erupsi. Dalam suasana gelap terlihat lontaran
material pijar dan jatuh kembali ke dalam kompleks kawah. Asap erupsi mencapai
tinggi 1000 m di atas bibir kawah.
2003
2007
12 April, pukul 18.16 wita erupsi susulan terjadi. Dalam suasana yang sudah mulai
redup terlihat lontaran material pijar dan jatuh kembali ke dalam kompleks kawah.
Asap erupsi mencapai tinggi 1000 m di atas bibir kawah.
13 April, pukul 06.30 dan 08.03 terjadi erupsi abu. Asap erupsi berwarna kelabu
setinggi antara 50 - 75 m di atas bibir kawah.
23 Desember, pukul 05.32 terjadi erupsi abu. Asap erupsi berwarna kelabu mencapai
tinggi 800 m di atas bibir kawah.
Februari – April, terjadi 30 kali erupsi, 9 kali diantaranya disertai abu dengan
ketinggian lebih dari 1000 m berwarna abu-abu kehitaman.
Erupsi terbesar terjadi pada 23 Februari, ketinggian abu erupsi mencapai 2500 m.
Erupsi berakhir 1 April.
Pada akhir bulan Desember terjadi peningkatan kegiatan
Karakter Erupsi
Berdasarkan catatan sejarah erupsi, pada umumnya erupsi G. Lokon berupa erupsi
abu disertai lontaran batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar dan awan panas.
Erupsinya berlangsung beberapa hari.
Bila terjadi erupsi besar, maka bahaya utama erupsi G. Lokon atau bahaya primer
(bahaya langsung akibat erupsi) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom
vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder
(bahaya tidak langsung dari erupsi) adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila
turun hujan lebat di sekitar puncak.
Gejala G. Lokon menjelang meletus pada umumnya berupa menebalnya asap
kawah, tingginya berfluktuasi antara 400 - 600 m di atas bibir kawah. Makin lama asap
tersebut makin menebal dan suatu saat akan berubah warna menjadi kelabu, yang
menandakan bahwa material berukuran abu sudah terbawa keluar.
Erupsi G. Lokon Desember 2002
(Farid, 2002)
Kondisi Kawah Tompaluan 7 Agustus 2009
Perioda Erupsi
Sebelum tahun 1800 selang waktu erupsi sangat lama (400 tahun), tetapi sesudah
1949 menunjukkan peningkatan frekuensi yang sangat tajam, selang waktu erupsi
bervariasi antara 1 - 4 tahun, rata-rata 3 tahun. Erupsi besar terakhir terjadi tahun 1991.
GEOLOGI
Morfologi
Geomorfologi kompleks Lokon-Empung dibagi menjadi 4 satuan, yaitu Satuan
Geomorfologi Kerucut, Kawah, Punggungan Rendah & Bergelombang serta Geomorfologi
Dataran.
Satuan Geomorfologi kerucut menempati daerah sekitar tubuh G. Lokon dan G.
Empung. G. Lokon mempunyai puncak yang datar tanpa kawah dengan kemiringan antara
30 - 70o. Sedangkan G. Empung mempunyai dua buah kerucut terpancung, yaitu Empung
Muda di bagian barat dan Empung Tua di bagian timur, yang masing-masing mempunyai
kawah di puncaknya. Pola aliran sungainya adalah radier dengan lembah yang berbentuk
“V”, dengan tebing yang relatif curam. Vegetasi penutupnya berupa alang-alang yang
cukup tebal.
Satuan geomorfologi kawah terdapat di kawah Tompaluan dan Kawah Empung.
Kawah Tompaluan merupakan kawah paling aktif saat ini yang terbentuk sekitar tahun
1828, sedangkan Kawah Empung tidak aktif lagi.
Satuan geomorfologi Perbukitan Rendah & Bergelombang menempati sebagian
besar lerang kompleks Lokon - Empung, merupakan morfologi yang membentuk
punggungan
yang
landai
serta
bergelombang,
sudut
lerengnya
<300.
Batuan
pembentuknya berupa piroklastik dan lava. Sebagian besar daerah ini dimanfaatkan
sebagi lahan pertanian.
Satuan geomorfologi Dataran menempati sepanjang pantai bagian utara, sekitar
daerah Malalyang dan dataran tinggi Kakaskasen pada elevasi lebih kurang 800 m.
Umumnya digunakan sebagai daerah persawahan dan perkebunan kelapa.
Peta Geologi G. Lokon (Mulyadi, 1990)
GEOFISIKA
Seismik
Jenis gempa yang terekam di G. Lokon terdiri dari gempa Vulkanik A, Vulkanik B,
Tektonik, Letusan dan Hembusan.
Sebaran episenter gempa vulkanik untuk periode Mei – Juni 2008 terkonsentrasi di
kawah Tompaluan dengan radius kurang dari 1 km. Disamping itu terdapat beberapa
gempa dengan episenter berada di di barat laut kawah. Hiposenter gempa-gempa
tersebut berkedalaman 50 m hingga 10000 m di bawah Kawah Tompaluan. Berdasarkan
hiposenternya, terdapat dua kelompok gempa yang dominan yaitu masing-masing pada
kedalaman 0,05 - 1 km di bawah Kawah Tompaluan dan 2 – 3 km di bawah Kawah
Tompaluan. Sepanjang pengamatan (Mei – Juni 2008) tidak terlihat migrasi hiposenter
dari dalam ke dangkal.
eruption eruption
eruption
VTA
200
160
VTB
120
80
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2008
2007
2006
2004
2005
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
0
1992
40
1991
Number of Earthquakes
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tectonic
Jumlah harian Gempa Vulkanik Dalam, Dangkal, dan Tektonik periode Januari 1991 – Desember 2008
5
4
3
Selatan - Utara(km)
2
1
Kawah
0
-1
-2
-3
-4
14-31 Mei
1-5 Juni
-5
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
Barat-Timur(km)
2
3
4
5
Sebaran episenter gempa vulkanik di G. Lokon periode Mei – Juni 2008
2
Kawah
1
0
-1
Kedalaman(km)
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
14-31 Mei
1-5 Juni
-9
-10
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
Barat-Timur(km)
2
3
4
5
Sebaran hiposenter gempa vulkanik di G. Lokon periode Mei – Juni 2008 dalam arah Barat - Timur
2
Kawah
1
0
-1
Kedalaman(km)
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
14-31 Mei
1-5 Juni
-9
-10
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
Selatan-Utara(km)
2
3
4
5
Sebaran hiposenter gempa vulkanik di G. Lokon periode Mei – Juni 2008 dalam arah Selatan - Utara
Geomagnet
Analisa kualitatif dilakukan dengan menarik kelurusan-kelurusan kontras harga
magnetik dan menganalisa klosur-klosur harga magnetik pada Peta Kontur Anomali
Magnetik Resdiual. Hasil analisa kualitatif menunjukkan bahwa:
a. Pada daerah penyelidikan terdapat kelurusan-kelurusan kontras harga magnetik, yang
diinterpretasikan sebagai kelurusan struktur sesar, dengan arah relatif timur-barat dan
arah baratdaya-timurlaut. Kelurusan struktur sesar yang arahnya baratdaya-timurlaut
umurnya lebih tua dibandingkan dengan kelurusan struktur sesar yang arahnya relatif
barat-timur.
b. Kawah Tompaluan, yang merupakan pusat kegiatan G. Lokon sekarang, diapit oleh
dua buah sesar yang berarah baratdaya-timurlaut serta dipotong oleh sebuah sesar
yang berarah relatif barat-timur
c. Kawah Tompaluan berada pada zona dengan nilai magnetik yang tinggi (>400 nT),
yang merupakan defleksi batuan intrusi yang muncul ke perrmukaan atau batuan
vulkanik yang didominasi oleh lava, dan diapit oleh dua zona anomali magnet rendah,
< -200 nT, (batuan yang bersifat nonmagnetik) di bagian utara dan selatan Kawah
Tompaluan. Nilai anomali magnetik rendah ,< -200 nT, merupakan defleksi dari batuan
vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi (batuan yang telah mengalami
demagnetisasi akibat panas) yang diperkirakan berhubungan dengan keberadaan
sumber panas. Hasil analisa kuantitatif dengan melakukan pemodelan 2 dimensi
terhadap garis penampang A-B yang memotong terhadap Kawah Tompaluan yang
dimulai dari arah Gunung Empung – Kawah Tompaluan – Gunung Lokon:
B
A
KAWAH
Bod
1
Bod
2
: Kurva Model
Bod
Bod
: Kurva Observasi
Model Magnetik 2 Dimensi Penampang A-B sampai kedalaman 2700 meter
a. Dibawah Kawah Tompaluan terdapat sebuah body (body 2) dengan suseptibilitas
0,0052 cgs (≈ 0,065312 SI) yang diapit oleh dua body (body 1, dibagian utara Kawah
Tompaluan, dan body 3 dibagian selatan Kawah Tompaluan) yang mempunyai harga
suseptibilitas masing-masing 0,014 cgs (≈ 0,17584 SI).
b. Keberadaan body 1 dan body 3 berhubungan dengan nilai anomali magnet rendah (< 600 nT) pada daerah tersebut. Penulis menginterpretasikan bahwa body 1 dan body 3
merupakan
batuan
intrusi
yang
telah
mengalami
pelapukan
tinggi
akibat
demagnetisasi akibat panas yang berasal dari magma yang menerobos batuan pada
bidang lemah akibat sesar di daerah tersebut.
c. Body 2 (dibawah Kawah Tompaluan) merupakan defleksi dari nilai anomali magnet
tinggi (> 400 nT) yang diinterpretasikan sebagai batuan intrusi yang muncul ke
purmakan atau batuan vulkanik yang didominasi oleh lava. Dimensi dari body 2 hampir
menyerupai segitiga yang menyumbat terhadap intrusi magma pada body 1 dan body
3. Hal ini sesuai dengan pendapat S.Wittiri (2006) yang menyebutkan bahwa pada
Kawah Tompaluan terdapat sumbat lava yang selain menutup lubang kawah, juga
menjadi penopang lantai dan dinding kawah agar tetap stabil.
DEFORMASI
Pengamatan deformasi dilakukan dengan EDM dengan membandingkan dengan
hasil pengukuran sebelumnya (Nopember 2006, Mei 2007, Nopember 2007, dan
Desember 2007). Selisih jarak miring hasil pengukuran Mei 2008 terhadap hasil
pengukuran sebelumnya umumnya mengalami pemanjangan. Pemanjangan jarak miring
untuk periode Mei 2008 - Desember 2007 tercatat dengan nilai terbesar di LAVA sebesar
3,65 cm dan terkecil di Empung yaitu 0,34 cm.
Selisih jarak miring POS – TMPperiode Nopember 2006 Hingga Mei 2008
POS - LAVA
3867.2800
Jarak miring (m)
Nopember 2006
Mei 2008
Nopember 2007
3867.2400
Desember 2007
3867.2000
Juni 2007
22 Mei 2008
20 Mei 2008
30 Des 2007
24 Des 2007
17 Des 2007
12 Des 2007
9 Des 2007
28 Nov 2007
26 Nov 2007
2 Juni 2007
31 Mei 2007
29 Nov 2006
27 Nov 2006
25 Nov 2006
3867.1600
Jarak miring POS – LAVA periode Nopember 2006 – Mei 2008
POS - KEBUN
3115.7200
Nopember- Desember 2007
Nopember 2006
Mei 2008
Jarak (m)
3115.6800
3115.6400
Juni 2007
22 Mei 2008
21 Mei 2008
20 Mei 2008
9 Des 2007
4 Des 2007
29 Nov 2007
28 Nov 2007
27 Nov 2007
26 Nov 2007
3 Juni 2007
2 Juni 2007
29 Nov 2006
28 Nov 2006
27 Nov 2006
26 Nov 2006
25 Nov 2006
3115.6000
Jarak miring POS – KEBUN Periode Nopember 2006 – Mei 2008
POS - LOKON
4923.2000
Desember 2007
Nopember 2007
4923.1600
Mei 2008
4923.1200
Juni 2007
4923.0800
4 Juni 2008
2 Juni 2008
31 Mei 2008
28 Des 2007
22 Des 2007
17 Des 2007
14 Des 2007
12 Des 2007
9 Des 2007
1 Des 2007
28 Nov 2007
26 Nov 2007
3 Juni 2007
4923.0400
Selisih jarak miring POS – LKN periode Nopember 2007 terhadap Mei 2007dan Nopember 2006
POS - EMPUNG
5039.7600
Desember 2007
Mei 2008
Nopember 2007
5039.6800
Juni 2007
5039.6400
31 Mei 2008
29 Mei 2008
27 Mei 2008
25 Mei 2008
23 Mei 2008
30 Des 2007
27 Des 2007
19 Des 2007
15 Des 2007
13 Des 2007
11 Des 2007
4 Des 2007
29 Nov 2007
27 Nov 2007
5039.6000
3 Juni 2007
Jarak miring (m)
5039.7200
Leveling
Titik ukur Leveling terdiri dari ; DLK1, DLK2, DLK3, DLK14, DLK5 dan DLK6,
dimana jarak dari satu titik ukur terhadap yang lainnya lk. 400 m. Titik ukur DLK1 sampai
DLK4 dipasang secara berderet berarah tangensial terhadap kawah, sedangkan DLK5
dan DLK6 dipasang radial terhadap G. Lokon, demikian juga dengan titik ukur tambahan
DL1, DL2, DL3 dan DL4.
Hasil pengukuran Leveling yang dilakukan pada Juni 1998 tercamtum pada tabel di
bawah ini :
Perubahan Beda Tinggi pada bulan Juni 1998 relatif terhadap bulan Juli 1997 dan Mei 1996
TITIK
UKUR
JARAK
(m)
DLK10
DL1
DL2
DL3
DL4
DLK1
DLK2
DLK3
DLK4
457
472
420
498
416
402
470
530
240
BEDA
TINGGI
Mei 1996
(m)
6,85494
3,03382
+3,19453
13,99127
BEDA
TINGGI
Juni 1997
(m)
-22,22422
-9,85758
-3,5602
-4,88088
14,64898
6,84645
3,03244
+3,20189
-
BEDA
TINGGI
Juli 1998
(m)
-22,22420
-9,85521
-3,56310
-4,88088
14,64456
6,84881
3,03243
3,20368
13,97964
PERUBAHAN
BEDA TINGGI
Mei 96 - Jul 97
(m)
-0,00849
-0,00138
+0,00736
PERUBAHAN
BEDA TINGGI
Jul97 - Jun 98
(m)
0,00002
0,00237
0,0029
0,0008
-0,00442
0,00236
-0,00001
0,00179
-0,01163
GEOKIMIA
Kimia Batuan
Berdasarkan analisa kimia sample material erupsi 1991 G. Lokon, diperoleh unsurunsur kimia sebagai berikut :
Hasil Analisa Kimia material erupsi 1991 G. Lokon
Unsur
SiO2
Al2O3
Fe2O3
FeO
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO2
P2O5
H2OHD (*)
Jumlah
(*) Hilang dibakar
Pumice (%)
58,32
17,25
0,59
5,74
8,09
2,67
2,55
1,52
0,13
0,66
0,14
0,53
1,43
99,62
Abu (%)
57,09
16,61
2,57
4,74
8,66
3,69
2,36
0,91
0,14
0,70
0,14
0,80
1,21
99,71
Lava (%)
57,80
17,55
0,84
5,64
8,17
2,81
2,53
1,55
0,13
0,71
0,11
0,69
1,18
99,62
Kimia Air
Conto
air
diambil
di
bagian
timur
G.
Lokon
atau
tepatnya
desa
Kakaskasen, dengan suhu 30 C, pH = 6,4, tidak berasa, tidak berbau dan jernih. Hasil
analisa selengkapnya dari mata air G. Lokon dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Hasil analisis kimia air G. Lokon (Januari 1999)
Unsur
SiO2
Al
Fe
Ca
Mg
Na
K
Mn
Li
NH3
SO4
H2S
HCO3
Cl B
pH
DHL
(ppm)
51,83
0,00
0,00
82,80
54,30
19,30
3,54
0,00
0,003
15,59
380,87
9,87
125,50
65,82
0,18
6,4
740
Kimia Gas
Untuk mengetahui kemungkinan adanya akumulasi gas (SO 2) yang masih
tersimpan di bawah permukaan G. Lokon, maka dilakukan pengukuran kecepatan emisi
SO2 dengan alat COSPEC dari tanggal 23 - 30 Juli 2000. Hasil pengukuran kecepatan
emisi rata-rata SO2 G. Lokon disajikan dalam tabel dibawah.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hasil pengukuran kecepatan emisi rata-rata gas SO2 (COSPEC)
Tanggal
Rata-rata
Minimun
Maksimum
(ton/hari)
(ton/hari)
(ton/hari)
23 Juli 2000
70,51
35,89
98,88
24 Juli 2000
24,73
21,43
29,21
25 Juli 2000
22,44
16,94
28,50
26 Juli 2000
38,67
26,82
52,66
27 Juli 2000
36,70
20,43
55,62
28Juli 2000
36,35
28,14
44,00
29 Juli 2000
41,49
27,99
62,20
30 Juli 2000
32,31
23,56
39,16
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Sistem Pemantauan
Pemantauan
G.
Lokon
dilakukan
secara
menerus
baik
visual
maupun
kegempaannnya dari Pos Pengamatan yang terletak di Kakaskasen, Kota Tomohon.
Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan mengamati cuaca dan aktivitas G. Lokon,
meliputi tinggi, warna dan tekanan asap yang keluar dari kawah G. Lokon.
Seismik
Pemantauan kegempaan dilakukan dengan menempatkan 4 sensor seismometer di
tubuh G. Lokon.
STASIUN
POSISI GEOGRAFI
LINTANG UTARA
o
01 20’ 58,30”
01o 22’ 12,30”
01o 21’ 39,09”
01o 22’ 06,00”
01o 22’ 00,60”
WLAN
SEAR
TTWR
EMP
KIN
BUJUR TIMUR
TINGGI, meter (Ellipsoid)
o
1020
1190
1336
1177
914
124 48’ 08,00”
124o 47’ 59,12”
124o 47’ 37’ 00”
124o 48’ 01,00”
124o 48’ 59,40”
Semua sinyal gempa ditransmisikan ke Pos Lokon dengan system Radio dan
direkam secara analog (stasiun Empung) dengan rekorder jenis PS-2 dan secara digital
untuk semua stasiun.
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA
Pendahuluan
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan
bencana suatu daerah apabila terjadi erupsi/kegiatan gunungapi. Peta Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah
rawan
bencana,
arah/jalur
penyelamatan
diri,
lokasi
pengungsian,
dan
pos
penanggulangan bencana.
Kawasan Rawan Bencana II
Adalah daerah yang letaknya terdekat dengan sumber bahaya, sehingga
kemungkinan akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan panas, lontaran
batu (pijar), hujan abu lebat dan lahar. Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin pada
saat terjadi erupsi, daerah bahaya ini diperkirakan meliputi wilayah dalam radius lk. 3,5 km
berpusatkan kawah aktif di puncak G. Lokon. Kawasan Rawan Bencana II ini dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Kawasan rawan terhadap aliran masa berupa awan panas dan aliran lahar/banjir
b. Kawasan rawan terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar dan
hujan abu lebat).
Kawasan Rawan Bencana I
Adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir, meliputi lambah atau daerah
aliran sepanjang sungai-sungai yang berhulu di daerah puncak. Selama erupsi membesar,
kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu dan lontaran batu
(pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kawasan rawan terhadap lahar/banjir. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/ di
dekat lembah sungai atau bagian hilir sungai yang berhulu di daerah sekitar kawah.
b. Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan
kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lokon
DAFTAR PUSTAKA
Kadarsetia, E dan Saefudin, A., 1999, Laporan Penyelidikan Kimia Air, G. Tangkoko, G.
Lokon dan G. Ambang, Sulawesi Utara, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Katili, J.A dan Sudrajat, A., 1986, Lokon Sumber Kesuburan dan Pusat Bencana Tanah
Minahasa.
Kristianto, 1996, Evaluasi Kegiatan G. Lokon Tahun 1995, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal.
661 – 665.
Matahelemual, 1985, G. Lokon - Empung, Berita Berkala Vulkanologi, Direktorat
Vulkanologi.
Mulyadi, D., Hendrasto, M., Imam Suradji., 1990, Laporan Pemetaan Geologi G.
Lokon - Empung, Sulawesi Utara, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Palgunadi, S., dkk., 1994, Laporan Penyelidikan Geofisika Terpadu Magnet dan
Potensial Diri (SP) G. Lokon, Sulawesi Utara, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Solihin A, 1996, Increasing in Seismic Activity in 1995 - 1996 at Lokon Volcano, North
Sulawesi, Indonesia, JICA, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Suganda, O.K., dkk., 1999, Laporan Penyelidikan Deformasi G. Lokon, Sulawesi Utara
dengan Metode EDM dan Leveling, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Sumailani, A.R dan Karnaen, P., 1990, Pemetaan situasi sekitar kawah/lereng sebelah
timur G. Lokon, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Arsip Direktorat
Vulkanologi.
Wikartadipura, S., 1988, Laporan Pemetaan Daerah Bahaya G. Lokon - Empung di
Minahasa, Sulawesi Utara, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Wittiri S.R dan Solihin, A., 1994, Gunung Lokon, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Wittiri S.R, 1991, Erupsi Gunung Lokon 1991, Arsip Direktorat Vulkanologi.
Yasa, S. dkk, 2007 Penyellidikan Geomagnet G. Lokon, Laporan, Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung
Yohana, T., dkk., 1996, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G. Lokon, Sulawesi Utara,
Arsip Direktorat Vulkanologi.
Download