4 TINJAUAN PUSTAKA Bencana Menurut Undang–Undang (UU) No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh factor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyatakan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam dan faktor manusia. Oleh karena itu UU No. 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan sebagai bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Kejadian bencana merupakan peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian (Badan Nasional Penaggulangan Bencana 2012). Letusan Gunung Berapi Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2012 letusan gunung berapi merupakan bagian dari aktifitas vulkanik yang dikenal dengan istilah ―erupsi‖. Hampir seluruh kegiatan gunung berapi berkaitan dengan zona kegempaan aktif dikarenakan berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng ini memiliki perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material di sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan– rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunug memiliki karakteristik tersendiri berdasarkan bahaya yang terkandung. Bahaya letusan gunung berapi di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu sebagai berikut: Bahaya Utama (Prime r) 1. awan panas, yang merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong kebawah menyusuri lereng gunung. Suhunya sangat tinngi mencapai 300–700ºC dengan kecepatan > 70km/jam (tergantung kemiringan lereng), 2. lontaran material pijar, yang terjadi ketika letusan. Jauh lontaran tergantung energi dan mencapai radius ratusan meter jauhnya. Lontaran ini berupa material partikel berdiameter >10 cm dengan suhu > 200ºC, 3. hujan abu lebat, yang terjadi ketika letusan gunung berapi sedang berlangsung, merupakan material halus yang diterbangkan oleh angin yang bersifat asam dan membahayakan pernafasan, mata, mencamari air, merusak logam dan mematikan tumbuhan, 4. lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan 5 kental yang bersuhu tinggi antara 700–1200ºC. Karena cair maka lava mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang di laluinya dan bila lava sudah dinin akan menjadi batuan beku, 5. gas racun, munculnya tidak selalu di dahului oleh letusan gunung berapi sebab gas ini dapat keluar dari rekahan–rekahan yang terdapat dari daerah gunung berapi. Gas utama yang biasa muncul adalah CO 2 , H2 S, HCl, SO 2 dan CO. Gas yang kerap menimbulkan kematian adalah CO 2 . Gunung yang mengandung banyak gas beracun adalah Gunung Berapi Tangkuban Perahu, Gunung Berapi Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Berapi Papandayan, serta 6. tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung berapi pulau, dimana saat letusan terjadi material material yang akan memberikan energy besar yang dapat mendorong air laut ke arah pantaisehingga terjadi gelobang tsunami, sebagai contoh kasus letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Bahaya Ikutan (Sekunder) Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung berapi meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagaian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan terciptalah adonan lumpur yang turun mennyusuri lembah sebagai banjir bebatuan, yang di sebut lahar. Sejarah Gunung Tangkuban Pe rahu Menurut Hadisantoro et al (2005), Gunung Tangkuban Perahu yang berada pada ketinggian 2 084 m dpl. Gunung Tangkuban Perahu adalah gunung berapi strato tipe A yang terletak di Jawa Barat. Posisi Gunung Tangkuban Perahu berada pada 6o 46’ LS dan 107o 36’ BT. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang umur gunung berapi di jawa barat berdasarkan erupsi absolute dan gunung tangkuban perahu adalah gunung berapi yang termuda. Sejarah kegiatan Gunung Berapi Tangkuban Perahu disajikan pada Tabel 1. Kegiatan Gunung Tangkuban Pe rahu Menurut Kusamadinata (1979) bahwa masa erupsi gunung berapi dapat dibagi tiga berdasarkan coraknya yaitu: 1. fase esplosif yang menghasilkan piroklastik dan pembentukan lahar, 2. fase efusif yang menghasilkan banyak aliran lava bersifat andesit basaltis, dan 3. fase pembentukan atau pertumbuhan tangkuban perahu. Mitigasi Bencana Menurut Peraturan Pemerintahan Menteri Dalam Negeri No. 33 (2006), mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana, menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang mungkin dapat terjadi. 6 Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana yaitu, 1) tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana; 2) sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana; 3) mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul; serta 4) pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. Tabel 1 Sejarah kegiatan Gunung Berapi Tangkuban Perahu Tahun 1829 1846 1896 1910 1926 1935 1952 1957 1961 1965 1967 1969 1971 1983 1992 1994 1999 2002 2005 13 Agustus 2012 23 Agustus 2012 Kegiatan Erupsi abu dan batu dari kawah Ratu dan Domas Terjadi erupsi dan terjadi peningkatan kegiatan Terbentuk fumarol baru di sebelah utara kawah Badak dari kawah Ratu Asap membumbung tinggi 2 km di atas dinding kawah, erupsi berasal dari kawah Ratu Erupsi freutik di kawah Ratu membentuk lubang ecome Lapangan fumarol baru di sebut badak terjadi, 150 m kearah Erupsi abu yang di dahului oleh erupsi hydrothermal (freatik) Erupsi freatik di kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru Erupsi freatik Erupsi freatik Erupsi freatik Erupsi freatik didahului erupsi lemah yang manghasilkan abu Erupsi freatik Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas kawah Ratu Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dengan erupsi freatik kecil Erupsi freatik di kawah baru Peningkatan kegiatan Peningkatan kegiatan Peningkatan kegiatan Aktivitas gempa vulkanik Gunung Tangkuban Perahu yang ditandai oleh makin meningkatnya jumlah harian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Gempa Vulkanik Dalam (VA) diikuti dengan gempa tremor Status kegiatan Gunung Tangkuban Perahu dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) Sumber: Direktorat Vu lkanologi dan Mit igasi Bencana Geo logi. (2010). Perencanaan Menurut Gold (1980), perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk menentukan awal suatu keadaan dan merupakan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Perenca naaan lanskap merupakan suatu bentuk produk utama dari suatu kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan kegiatan penataan lahan berdasarkan pada lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai. Selain itu, perencanaan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam 7 yang fungsional, estetika dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan termasuk kesehatannya. Menurut Simonds (1983), proses perencanaan dan perancangan merupakan proses yang dipakai sebagai dasar dalam merencana dan merancang. Proses ini meliputi enam tahap, yaitu: 1. commission, tahap melakukan kegiatan yang berhubungan dengan persetujuan kontrak dengan klien dalam bentuk tertulis sebagai dasar pegangan pelaksanaan tugas; 2. research, tahap pengumpulan berbagai informasi yang didapatkan, berupa kegiatan survei, pengumpulan data, wawancara, observasi, dan pembuatan dokumentasi; 3. analysis, tahap analisis terhadap tapak dengan penentuan kendala dan potensi tapak; 4. synthesis, tahap pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi yang dikemukakan dalam berbagai alternatif rencana pembangunan atau pengembangan tapak; 5. construction, tahap mempersiapkan dokumen detil meliputi perencanaan, gambar detil spesifikasi, dan perkiraan biaya yang lebih akurat dari tahap sebelumnya untuk kegiatan konstruksi di lapangan; serta 6. operation, tahap kegiatan pemeliharaan terhadap proyek yang telah dikerjakan.