X geograļ¬ LITOSFER II H. VULKANISME a. Pengertian Vulkanisme Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari mantel bawah Bumi, baik magma yang berwujud padat, cair, maupun gas, akibat suhu dan tekanan yang tinggi. b. Gejala Vulkanisme Gejala vulkanisme berupa intrusi magma dan ekstrusi magma. 1. Intrusi magma Intrusi magma sama dengan plutonisme, yaitu gerakan magma yang tidak sampai ke permukaan Bumi. Magma hanya menerobos (menyusup) lapisan litosfer di atasnya karena tenaga tekanannya relatif kecil. Bentukan intrusi magma adalah sebagai berikut. • Batolit: batuan beku yang terbentuk di dapur magma. • Lakolit: batuan beku cembung dari penyusupan magma di antara dua lapisan litosfer. • Sill (keping intrusi): batuan beku pipih dari penyusupan magma di antara dua lapisan litosfer. • Gang (dikes): batuan beku pipih yang memotong lapisan litosfer. 1 Kela s K T SP & K-13 • Apofisa: cabang dari gang. • Diatrema (pipa kepundan): batuan beku silinder yang mengisi pipa kawah. APOFISA Gambar intrusi magma Gang, apofisa, dan diatrema disebut diskordan karena memotong lapisan litosfer. Sill dan lakolit disebut konkordan karena sejajar dengan lapisan litosfer. 2. Ekstrusi magma Ekstrusi magma sama dengan vulkanisme, yaitu gerakan magma sampai ke permukaan bumi karena tekanannya relatif besar. Hasil ekstrusi magma berupa “erupsi” (semburan magma). Erupsi terdiri dari: • erupsi eksplosif: berupa ledakan, menyemburkan material padat dan cair; • erupsi effusif: berupa lelehan, menyemburkan material cair. Material hasil erupsi terdiri dari: • Efflata (benda padat) Efflata ini berupa bom (batu besar), lapili (batu kecil), kerikil, pasir, debu (abu), dan batu apung (batu berongga dari buih magma). • Effusif (benda cair) Effusif ini berupa lava (magma yang meleleh), lahar panas (magma dan air panas), lahar dingin atau lahar hujan (material di lereng gunung yang terbawa aliran air hujan menuruni lereng). 2 c. • Ekshalasi (benda gas) Ekshalasi berupa fumarol (gas uap air) sekitar 75%, solpatar (gas belerang), mofet (gas asam arang/karbondioksida). Jenis dan sifat efflata, yakni: • Efflata yang berasal dari dalam kawah disebut efflata autogen (batuan piroklastik), sedangkan efflata yang berasal dari sekitar kawah disebut efflata allogen. • Efflata yang berasal dari magma yang jauh di dalam Bumi bersifat basa (banyak mengandung besi dan magnesium) dan batuannya bersifat basaltik, sedangkan efflata yang berasal dari magma yang dekat dengan permukaan Bumi bersifat asam atau masam (banyak mengandung silikat dan feldspar). Jenis dan Pengaruh Erupsi 1. Erupsi linear • Semburan magma melalui celah yang memanjang. • Berupa lelehan lava yang membentuk badan gunung menjadi simetri lerengnya. • Jika semburan magma mengikuti patahan atau retakan yang memanjang di permukaan daratan, akan membentuk plato (dataran tinggi landai). Contoh: Plato Angola di Afrika, Plato Kimberley di Australia, dan Plato Tengah Meksiko di Amerika. 2. Erupsi areal • Semburan magma melalui lubang yang sangat besar. • Berupa ledakan dahsyat yang menghancurkan puncak gunung sehingga membentuk kaldera (kawah besar). 3 Contoh: Gunung Tengger di Jawa Timur, Gunung Batur di Bali, dan Gunung Tambora di Sumbawa. 3. Erupsi sentral • Semburan magma melalui sebuah titik atau lubang. • Berupa ledakan, lelehan, atau campuran keduanya yang membentuk badan gunung api sebagai berikut. • Gunung Api Perisai (Tameng) Berasal dari erupsi effusif (lelehan), lerengnya sangat landai dengan kemiringan ≤10°. Contoh: Gunung Maona Loa, Gunung Maona Kea, dan Gunung Kilauea di Hawaii. • Gunung Api Maar Berasal dari erupsi eksplosif (ledakan), tetapi hanya satu kali. Puncaknya berkawah kecil atau membentuk danau vulkanik. Contoh: Gunung Kerinci di Jambi, Gunung Galunggung di Jawa Barat, dan Gunung Kelimutu di Flores. 4 • Gunung Api Strato (Kerucut) Berasal dari erupsi campuran, yaitu erupsi eksplosif (ledakan) dan erupsi effusif (lelehan) berkali-kali. Lerengnya berlapis-lapis dengan kemiringan 10°—35°. Sebagian besar gunung api di Indonesia berbentuk strato. Contoh: Gunung Merapi dan Merbabu di Jawa Tengah, Gunung Kelud dan Bromo di Jawa Timur, dan Gunung Soputan di Sulawesi Utara. d. e. Jenis Gunung Api Berdasarkan Aktivitasnya 1. Gunung api aktif Kawahnya selalu mengeluarkan asap dan sering terjadi letusan. Contoh: Gunung Stromboli di Italia. 2. Gunung api istirahat Meletus sewaktu-waktu kemudian istirahat, lalu meletus lagi. Contoh: Gunung Kelud di Jawa Timur, Gunung Sinabung di Sumatera Utara. 3. Gunung api mati Gunung api jenis ini tidak meletus. Aktivitas vulkanik tidak tampak sama sekali. Contoh: Gunung Patuha di Jawa Barat, Gunung Sumbing di Jawa Tengah. Erupsi Freatik dan Vulkan Lumpur 1. Erupsi Freatik Erupsi freatik adalah letusan yang tidak berhubungan dengan aktivitas magma. Terjadi pada wilayah yang memiliki banyak retakan atau patahan. Retakan tersebut kemudian dimasuki air yang makin lama semakin dalam hingga mencapai kedalaman dengan suhu mendekati titik didih. Kemudian air tanah dengan suhu tinggi tersebut berubah menjadi uap air. Makin lama kandungan uap air semakin besar sehingga memiliki tekanan yang tinggi. Ketika tekanan uap air sudah mencapai maksimal, maka terjadilah letusan yang mampu mengangkat tanah dan batuan yang ada di atasnya. Contoh: Erupsi freatik di Lembah Suoh, Bengkulu. 5 f. 2. Vulkan Lumpur Vulkan lumpur adalah letusan-letusan kecil disertai loncatan lumpur ke atas secara periodik. Vulkan lumpur tidak berkaitan dengan aktivitas magma. Lapisan lumpur mendapat tekanan tinggi dari lapisan di bawahnya sehingga terdorong ke atas. Pada saat lumpur terdorong ke atas, terjadi loncatan-loncatan kecil yang mengeluarkan suara “bledug”. Contoh: Bledug Kuwu di Purwodadi Jawa Tengah, di Aceh, dan Maluku. Jika tekanan gas terjadi di celah-celah atau retakan tanah yang kering, kemudian terkena percikan api, maka timbullah nyala api yang disebut api abadi. Contoh: Api abadi Mrapen di Purwodadi Jawa Tengah, dan api abadi di Yunani. Tipe Erupsi Gunung Api Tabel tipe erupsi gunung api: No Tipe Erupsi Kondisi Lava Tekanan Gas Kedalaman Dapur Magma 1 Tipe Hawaii Sangat cair Rendah Sangat dangkal 2 Tipe Stromboli Sangat cair Sedang Dangkal 3 Tipe Perret Cair Sangat tinggi Sangat dalam 4 Tipe Vulkano lemah Cair Sedang Dangkal 5 Tipe Vulkano kuat Cair Sangat tinggi Dalam 6 Tipe Merapi Kental Rendah Sangat dangkal 7 Tipe St. Vincent Kental Sedang Dangkal 8 Tipe Pelee Kental Sangat tinggi Dalam Keterangan: 1. Tipe Hawaii • Lavanya sangat cair. • Contoh: Gunung Maona Loa, Gunung Maona Kea, dan Gunung Kilauea di Hawaii. 2. Tipe Stromboli • Menyemburkan lava dan bom dengan interval waktu 5 menit. • Contoh: Gunung Stromboli di kepulauan Lipari Italia, dan Gunung Raung di Jawa Timur. 6 3. 4. 5. 6. 7. 8. g. Tipe Perret • Erupsinya terlempar hingga ketinggian 80 km di udara. Letusannya sangat dahsyat dan sangat merusak. • Contoh: Gunung Krakatau di Selat Sunda. Tipe Vulkano lemah • Mengeluarkan abu dan asap. • Contoh: Gunung Bromo dan Gunung Semeru di Jawa Timur. Tipe Vulkano kuat • Menyemburkan hujan abu yang tinggi. • Contoh: Gunung Etna di Pulau Sisilia Italia dan Gunung Vesuvius di Napoli Italia. Tipe Merapi • Lava kental yang menyumbat pipa kawah terlempar sehingga letusannya disertai awan panas yang meluncur di lereng gunung diikuti lawina (pecahan sumbat lava yang panas). • Contoh: Gunung Merapi di Jawa Tengah. Tipe St. Vincent • Letusannya mengeluarkan lahar panas dari danau kawahnya. • Contoh: Gunung Kelud di Jawa Timur dan Gunung St. Vincent di Pulau Saint Vincent Amerika Tengah. Tipe Pelee • Tipe ini seperti tipe merapi, tetapi pancaran awan panasnya sangat cepat sekitar 150 meter per detik. • Contoh: Gunung Pelee di Pulau Martinique Amerika Tengah (wilayah jajahan Perancis). Tanda-Tanda Gunung Api akan Meletus 1. Terdengar suara gemuruh dari dalam gunung. 2. Diawali dengan gempa. 3. Suhu sekitar gunung meningkat. 4. Sumber air di sekitar gunung mengering. 5. Tanaman di sekitar gunung layu. 6. Hewan-hewan menuruni lereng dan menjauhi gunung. 7 h. Gejala Pasca Vulkanik Gejala pasca vulkanik (post vulkanik) adalah gejala yang menunjukkan sisa-sisa aktivitas vulkanisme dari gunung api yang sedang istirahat atau sudah mati. Jika terdapat gejala pasca vulkanik, berarti gunung api tersebut dapat meletus lagi. Gejala pasca vulkanik berupa: 1. sumber air panas Contoh: di Ciater Jawa Barat dan Baturaden Jawa Tengah. 2. sumber air mineral (makdani) Contoh: di Maribaya Jawa Barat dan Dieng Jawa Tengah. 3. sumber gas (ekshalasi) • Gas uap air (fumarol): di kawah Kamojang Jawa Barat dan kawah Sinila di Dieng Jawa Tengah. • Gas belerang (solfatur): di kawah Tangkuban Perahu Jawa Barat dan kawah Sinila di Dieng Jawa Tengah. • Gas asam arang (mofet): di kawah Tangkuban Perahu Jawa Barat dan Kawah Sinila di Dieng Jawa Tengah. 4. geyser Geyser adalah sumber air panas yang memancar secara berkala. Contoh: di Cisolok Jawa Barat dan Yellow Stone National Park di California Amerika Serikat. Gambar geyser di Taman Nasional Yellow Stone, Amerika Serikat (Sumber: wikimedia.org) 8 i. j. k. Usaha Mengurangi Bahaya Letusan Gunung Api 1. Membuat terowongan pada pipa kawah gunung api aktif. 2. Membangun pos-pos pengamatan gunung api. 3. Memindahkan penduduk yang bertempat tinggal di lereng gunung api aktif. Dampak Negatif Vulkanisme 1. Banjir lava. 2. Lahar panas. 3. Lahar dingin (lahar hujan). 4. Awan panas. 5. Gas asam arang atau CO2 (mofet). 6. Gelombang pasang. Dampak Positif Vulkanisme 1. Abu vulkaniknya menyuburkan tanah. 2. Menghasilkan berbagai bahan galian dan batuan, seperti tambang logam dan nonlogam, batu, kerikil, pasir, dan belerang. 3. Menghasilkan gas uap air (fumarol) untuk tenaga geotermal. 4. Mendatangkan hujan orografis di lereng-lereng gunung. 5. Menjadi objek wisata. 6. Hutan di lereng-lereng gunung berapi berfungsi sebagai: • sanatorium karena udaranya bersih dan sejuk; • Sumber penghasil oksigen; • Sumber hasil hutan; • Sumber humus. 9