BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 10-11) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap. Dengan demikian siswa harus aktif untuk mencari tahu informasi, pengalaman, dan ketrampilan tersebut dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses belajar. Begitu pula dengan pendapat Jamal Ma’mur (2010: 63) mengatakan belajar proses membangun makna atau pemahaman oleh pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan pandangan, pikiran pengetahuan yang dimiliki dan perasaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dapat digunakan untuk diri sendiri maupun lingkungannya. Dalam prosesnya membutuhkan interaksi dari individu yang belajar dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa lingkungan formal dan non formal. Contoh lingkungan formal adalah sekolah dan non formal adalah lingkungan sekitar dan interaksi dengan orang lain. Jika seseorang tidak mengetahui sesuatu dalam prosesnya, maka orang tersebut belum dikatakan belajar. Karena proses belajar juga memiliki banyak faktor, salah satunya psikologis dan lingkungan. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Uno (2008: 191) menyatakan bahwa “belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan”. Menurut Slameto (2003: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 6 7 lingkungannya.” Menurut Gredler (dalam Syafaruddin dan Irwan Nasution, 2005:59) bahwa belajar merupakan faktor yang luas dibentuk oleh pertumbuhan, perkembangan tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif dari belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya hasil belajar merupakan dampak yang telah diperoleh dari belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, dampak tersebut dapat berupa perubahan tingkah laku ke arah positif. Hasil belajar pada suatu tes biasanya diungkapkan dalam bentuk angka ataupun huruf yang mempunyai maksud simbol dalam mengartikan tingkat perubahan pada diri peserta didik. Kelompok belajar menjadi salah satu faktor pendukung kegiatan belajar seseorang. Dalam penelitian ini penulis mengukur hasil belajar siswa meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Lembar penilaian sikap dan ketrampilan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa di ranah sikap dan ketrampilan. Aspek yang dinilai adalah aspek komunikatif, disiplin, dan tanggungjawab siswa. Untuk ranah pengetahuan, dapat menggunakan lembar evaluasi belajar siswa yang akan memuat hasil analisis nilai siswa. Di lembar evaluasi belajar siswa ini akan dapat diketahui nilai tuntas dan tidak tuntas sehingga diperlukan rekapitulasi nilai untuk aktifitas tindak lanjut hasil belajar apakah perlu diadakan remedial atau pengayaan. 2.1.3 Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006). Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Trianto, 2010:70) bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensorimotor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkret (7-11 th), dan (4) taraf operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun 8 pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Dari uraian di atas, satu prinsip paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Menurut Usman (2010: 67) guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta didik pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu agar siswa dengan menggunakan ketrampilan proses. 2.1.4 Sumber Belajar AECT atau Asociation for Educational Communication and Technology (dalam Azhar Arsyad, 2011: 56) mengemukakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar tersebut dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu pesan (message), orang (people), bahan (equipment), alat (tool and equipment), teknik (technique), dan lingkungan (setting). Pesan adalah segala informasi dalam bentuk ide/gagasan, fakta, data, yang disampaikan kepada siswa, biasanya pesan-pesan ini sudah tertuang dalam kurikulum yang berlaku. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pengolah dan penyaji pesan, seperti guru, pembimbing, dan narasumber lain (resource person) yang dilibatkan dalam kegiatan pambelajaran. Bahan berkaitan dengan software atau perangkat lunak yang berisi pesan-pesan pembelajaran, seperti buku teks, modul, majalah, paket belajar, termasuk juga film, program televisi, dan kaset audio. Alat adalah perangkat keras (hard ware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan 9 pembelajaran, seperti proyektor OHP, televisi, proyektor slide, slide dan pesawat radio. Teknik adalah prosedur yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar, seperti simulasi, diskusi, demonstrasi, pemecahan masalah. Sumber belajar yang terakhir, yaitu lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. 2.1.5 Lingkungan Menurut Oemar Hamalik (2011: 45-48) bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu. Dalam Kamus Umum Indonesia (KUBI), lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya, lingkungan adalah sekalian yang terlingkup di suatu daerah. Dalam literature lain, disebutkan bahwa lingkungan ini merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur dari biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati), dan budaya manusia. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah suatu lingkupan yang didalamnya mencakup semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainya yang ada di sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu kepada individu. 2.1.5.1 Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA Menurut Oemar Hamalik (1980: 67) bahwa lingkungan belajar/ pembelajaran/ pendidikan terdiri dari: 1) Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar, misalnya perubahan kenampakan alam (keadaan tanah setelah gunung meletus, banjir dan tsunami). 10 2) Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil, misalnya kebudayaan, adat dan kebiasaan, organisasi sosial. 3) Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu lainnya misalnya hubungan antar anggota keluarga. 4) Lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran, misalnya nilai, norma dan adat istiadat. Menurut Nana Sudjana (2010: 208) mengemukakan bahwa untuk memanfaatkan lingkungan alam sekitar harus memenuhi beberapa syarat tertentu diantaranya: a) Dapat menarik perhatian siswa b) Harus sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran c) Dapat mengembangkan keterampilan anak berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan erat dengan lingkungan siswa, dan dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan memiliki manfaat yang besar dalam pembelajaran khususnya IPA. Lingkungan yang merupakan salah satu objek kajian IPA akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Pemanfaatan lingkungan alam sekitar seperti ikan cupang, air ledeng, tanaman kecambah, air hujan, air limbah, lapangan sekolah, dan tanah merupakan sumber belajar yang diarahkan agar siswa dapat mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang mereka terima di kelas dengan pengamatan langsung di alam. Pada penelitian ini peneliti menggunakan media lingkungan alam, alasan peneliti menggunakan lingkungan jenis lingkungan alam adalah sesuai pokok bahasan yang dipilih peneliti yaitu daur air dan peristiwa alam. Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, turut serta dalam menanggulangi 11 kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia. 2.1.6 Teknik Menggunakan Lingkungan Ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar (Nana Sudjana, 2010: 208): a) Survey, yaitu siswa mengamati lingkungan alam sekitar seperti sumber daya alam (air, tanah dan batuan) untuk mempelajari manfaatnya sebagai energi alternatif bagi kehidupan manusia. b) Camping atau berkemah, kemah memerlukan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaiman kehidupan alam seperti iklim, suasana dll. c) Karyawisata, kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian yang utama dari kegiatan pembelajaran di sekolah. d) Praktik lapangan, praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus. e) Proyek lapangan dan pengabdian pada masyarakat, cara ini dilakukan apabila sekolah, guru dan siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat, seperti penyuluhan. f) Mengundang narasumber, mengundang tokoh masyarakat untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannya dihadapan para siswa, seperti mengundang dokter untuk menjelaskan berbagai penyakit. 2.1.7 Langkah dan Prosedur Penggunaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar (Nana Sudjana, 2010:215) yaitu: 1) Langkah persiapan, antara lain: a) Guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. b) Tentukan objek yang akan dipelajari atau dikunjungi. c) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan. 12 d) Mempersiapkan perizinan jika diperlukan. e) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar. 2) Langkah pelaksanaan Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. 3) Tindak Lanjut Tindak lanjut yang diambil adalah dengan membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan. Setiap kelompok diminta untuk melaporkan hasilnya untuk dibahas bersama. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran ini lebih bermakna, disebabkan siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas, dapat dilihat prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: No 1. Tahap Kegiatan Pelaksanaan Perencanaan Guru merumuskan dan mengembangkan indikator yang akan dicapai Guru menyajikan pengalaman belajar yang bersifat memotivasi, seperti siswa diminta praktek pentingnya air bersih dengan menggunakan ikan cupang Guru mempersiapkan perlengkapan belajar Guru membagi kelompok belajar siswa 2. Pelaksanaan Guru menjelaskan bagaimana memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar Guru mengajak siswa untuk pergi ke halaman sekolah untuk mengamati keadaan 13 air di lingkungan sekolah yang meliputi air ledeng, air sumur, air selokan, air hujan Siswa diajak mengamati pengaruh sinar matahari terhadap kertas tisu basah dan kain yang basah Siswa mengamati tanah yang yang kering dan basah dan bagaimana pengaruhnya terhadap air Siswa mengamati air panas yang berada di dalam panci Siswa melakukan pengamatan lingkungan berkaitan materi Guru dan siswa melakukan tanya jawab Guru memberikan lembar kerja berdasarkan materi yang ada pada lingkungan 3 Tindak lanjut Siswa mendiskusikan lembar kerja dalam kelompok 2.1.8 Keuntungan Penggunaan Lingkungan dalam Proses Belajar Keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain (Nana Sudjana, 2010: 208): a) Kegiatan belajar lebih menarik b) Hakikat belajar lebih bermakna c) Bahan yang dipelajari lebih faktual d) Kegiatan belajar lebih komprehensi e) Sumber belajar menjadi lebih kaya f) Siswa dapat menghayati aspek-aspek kehidupan 14 2.1.9 Kelemahan Penggunaan Lingkungan dalam Proses Belajar Kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya dalam penggunaan lingkungan dalam proses belajar ( Nana Sudjana, 2010: 208): a) Kegiatan terkesan main-main karena kurang dipersiapkan b) Memerlukan waktu yang lama c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya dilakukan di dalam kelas Hal hal di atas dapat terjadi saat pembelajaran berlangsung jika guru tidak mempersiapkanya dengan baik, maka dari itu untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan guru merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan sebaik mungkin, kegiatan pembelajaran di buat dalam kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Tentunya guru mengalokasikan waktu seefisien mungkin dengan kegiatan-kegiatan yang dibuat, agar waktu cukup dan tujuan pembelajaran tercapai dengan waktu yang telah ditentukan. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Paulus Hendro Wibowo (2009) dalam skripsinya “Peningkatan ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar siswa kelas VI SDN 01 Sugihan kecamatan Tengaran tahun ajaran 2009/2010 “ menegaskan lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai- nilai yang sangat berharga dalam proses pembelajaran siswa, pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar sangat sederhana karena hanya membutuhkan lingkungan sekitar sekolah saja. Ika Erviana dalam skripsinya (2011) “Upaya peningkatan hasil belajar ipa melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar siswa kelas V SD Nglangitan 1 Kabupaten Blora semester 2 tahun 2010/2011 dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V pada sub pokok bahasan energi dan perpindahannnya”. Hal ini terbukti siswa mampu menjelaskan perpindahan panas 15 secara konduksi melalui ujung sendok dipanaskan dan ujung lainya ikut panas, tidak hanya itu hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus 1. Hal ini bisa dijadikan sebuah penelitian lebih lanjut tentunya berinovasi dengan menggunakan lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kusrini (2010) Guru SD Gandu Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora, dengan judul penelitian “Upaya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan penggunaan alam sekitar siswa kelas IV mengemukakan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV. Pemanfaatan lingkungan alam bisa disajikan sebagai cara alternatif bagi guru untuk mendidik siswa. Hal ini akan mengurangi rasa kejenuhan belajar di kelas yang proses pembelajarannya hanya mengacu pada teori-teori dengan materi pelajaran dan metode ceramah. “Peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran remedial di SDN Sendangdalem Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen semester 2 tahun pelajaran 2010/2011” oleh Sardiyono (2011) menjelaskan pembelajaran IPA menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar siswa pada pembelajaran remedial sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep sifat-sifat cahaya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terbukti dengan peningkatan hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas mencapai KKM hanya 25% , siklus 1 hanya 53,12 % yang tuntas mencapai KKM, pada siklus 2 terjadi peningkatan 100% siswa tuntas mencapai KKM, KKM= 68. Peningkatan hasil belajar ini juga diikuti dengan peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian di atas menunjukkan bahwa lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai media sumber belajar dan terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan penelitian di atas, penulis melakukan penelitian dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penelitian ini memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya adalah peneliti lebih menekankan aktivitas pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa, 16 suasana kondusif diciptakan oleh siswa, dan siswa tidak hanya mengamati lingkungan tetapi juga menganalisisnya melalui sebuah percobaan. 2.3 Kerangka Pikir Banyak cara yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswanya, diantaranya adalah memilih strategi, pendekatan dan model belajar yang cocok disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dalam suatu silabus mata pelajaran IPA. Pada penelitian ini “Upaya peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 09 Kota Salatiga pada mata pelajaran IPA pokok bahasan “Daur Air dan Peristiwa Alam” semester II tahun 2015/2016”, dilakukan guru melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, hal ini dilakukan karena pembelajaran sebelumnya guru hanya terpaku dengan buku paket dan LKS saja, untuk itu siswa diajak menemukan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar baru, hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uraian tersebut dan mendasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis disampaikan berbentuk bagan alur pikir sebagai berikut: 17 Kondisi awal Pemberian tindakan Guru masih menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran Hasil belajar masih rendah dengan rata-rata 67. Penggunaan media lingkungan sekitar Kondisi akhir Air ledeng Air sumur Air limbah Air hujan Tanah Ikan cupang Botol bekas Tisu dan kain Sinar matahari Prestasi meningkat Gambar 2.3.1 Bagan Kerangka Pikir Mulanya tingkat pemahaman siswa masih rendah dalam pelajaran IPA, khususnya pokok bahasan “daur air”. Hal yang dialami peserta didik di SD Negeri Kutowinangun 09 Kota Salatiga, pada saat pelajaran IPA berlangsung guru hanya menjelaskan materi tanpa adanya kegiatan sehingga siswa hanya berimajinasi dan tidak tahu bagaimana proses yang sebenarnya terjadi, kemudian diadakan tindakan yaitu penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, dengan siswa 18 mengalami secara konkrit memperoleh pengetahuan diyakini mereka akan lebih memahami dan dapat meningkatkan hasil belajar. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah ’’Melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA pokok bahasan “Daur Air dan Peristiwa Alam” di SD Negeri Kutowinangun 09 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.