konsep gender dalam film “dalam mihrab cinta”

advertisement
KONSEP GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB CINTA”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Disusun oleh :
Nining Umi Salmah
NIM 10210088
Pembimbing :
Dr.Alimatul Qibtiyah, S.Ag, M.Si, M.A
NIP 19710910 199603 2 001
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANKALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Jl. Ma...Marsda Adisucipto, Telp. 0274-515856 Yogyakarta 55281, E-mail: [email protected]
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijga Yogykarta
Di Yogykarta
Assalamulaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan
memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
memberikan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing berpendapat bahwa
skripsi saudara :
Nama
: Nining umi Salmah
NIM
: 10210088
Jurusan
: Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul Skripsi : KONSEP GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB
CINTA”
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan/
Prodi Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijga Yogykarta
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam
bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Dengan ini mengharap agar skrispsi tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 24 maret 2014
Mengetahui:
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Nining Umi Salmah
NIM
: 10210088
Jurusan
: Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul: KONSEP
GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB CINTA” adalah hasil karya
pribadi dan sepanjang pengetahuan penyusun tidak berisi materi yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang
penyusun ambil sebagai acuan.
Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi
tanggungjawab penyusun.
Yogyakarta, 24 Maret 2014
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
Istana yang paling indah adalah keluarga.
Kupersembahkan karya ini, kepada orang-orang yang aku cintai, sayangi, serta
kukasihi
1. Mamah Itoh dan Bapak Acong yang senantiasa selalu mendoakan serta
memberi dukungan penuh kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
pendidikan S1 di kampus UIN Sunan Kalijaga,
2. Untuk keluarga Ibu Alim, Bapak Santo, Fahri, Zihan, dan Akhdan terimakasih
untuk kebersamaanya.
3. Kakak-kakak tercinta Mbak Neneng, Mbak Nunung, Mas Agus, Mas Dede.
Terimakasih telah memberikan doa serta motifasinya.
4. Dan untuk Almamater UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Trimakasih atas ilmu
dan kenangan yang tak mungkin saya lupakan.
5. Spesial buat engkau yang telah menghiasi hari-hariku dengan penuh kasih
sayang serta pengorbanan yang tak bisa kugantikan kecuali hanya bisa untuk
menunggu disaat kau menghampiri rumahku.
v
MOTTO
“Tidak Memuliakan Perempuan Kecuali
Orang Yang Mulia, Dan Tidak
Menghinakan Perempuan Kecuali Orang
Yang Hina” (Sayyidina Ali r.a)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik, hidayat, dan inayah-Nya, Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan kita
sepanjang masa. Sehingga penelitian skripsi dengan judul “Konsep Gender dalam
Film Dalam Mihrab Cinta” bagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Ilmu Komunikasi Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
dapat terselesaikan dengan baik.
Peneliti menyadari akan keterbatasan yang peneliti miliki, oleh karena itu,
penelitian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, serta motifasi dari berbagai
pihak. Maka izinkanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr.H. Waryono, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.
2. Ibu Dr. Alimatul Qibtiyah, S.Ag, M.Si, M.A selaku dosen pembimbing
yang telah merelakan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Saptoni, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah
banyak membantu melancarkan pendidikan di jenjang Universitas.
4. Ibu Khoiro Ummatin selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
vii
5. Teman-teman KPI angkatan 2010 khususnya
Abang fha’i ,Intan,
Kurnia, Aniq, Colil, Indah dan Kompeny D kalian istimewa.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan limpahan karunianya atas
jasa dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, besar harapan saya skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, sebagai wujud kepedulian
penulis terhadap generasi penerus bangsa. Amin Ya Robbal Aalamin.
Yogyakarta, 24 Maret 2014
viii
ABSTRAKSI
Nining Umi Salmah, 10210088. Konsep Gender dalam Film “Dalam
Mihrab Cinta”. Skripsi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Film merupakan salah satu alat untuk merefleksikan kehidupan sosial
masyarakat yang ada. Termasuk merefleksikan konsep gender. Banyak film yang
merepresentasikan konsep gender diantaranya film “Dalam Mihrab Cinta”.
Skripsi ini ingin mengetahui bagaimana konsep gender dalam Islam dalam film
“Dalam Mihrab Cinta”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data yang dikumpulkn
dengan dokumentasi. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model analisis semiotik Roland Barthes, dimana ia menganalisa
berdasarkan sistem “Denotasi-Konotasi” yang mengarah pada makna-makna
kultural yang melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan
dengan emosional.
Ada empat konsep gneder yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini
yaitu. Pertama. Kekerasan terhadap perempuan, kedua Persamaan status antara
laki-laki dan perempuan, ketiga peran pendidik bagi perempuan dan stereotipe
perempuan cengeng dan laki-laki sebagai penolong, dan yang keempat,
Keseimbangan pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAKSI ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul............................................................................ 1
B. Latar Belakang.............................................................................. 4
C. Rumusan Masalah......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8
F. Kajian Pustaka .............................................................................. 8
G. Kerangka Teori ............................................................................. 9
1. Film ....................................................................................... 9
2. Gender ................................................................................... 14
3. Film dan Gender di Indonesia ................................................ 26
H. Metode Penelitian ......................................................................... 28
ix
I. Sistematika Pembahasan ............................................................... 33
BAB II: GAMBARAN UMUM FILM “DALAM MIHRAB CINTA”
A. Seputar Film “Dalam Mihrab Cinta” ............................................. 35
B. Sinopsis ........................................................................................ 36
C. Karakter tokoh .............................................................................. 40
BAB III: KONSEP GENDER KEKERASAN, PERSAMAAN STATUS,
PERAN DAN STEREOTIPE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. Kekerasan .................................................................................... 45
B. Persamaan Status Laki-laki dan Perempuan .................................. 51
C. Peran dan Stereotipe Laki-Laki dan Perempuan ............................ 57
1.
Peran Laki-laki dan perempuan ............................................. 58
2.
Stereotipe Perempuan “Cengeng” .......................................... 63
3.
Stereotipe Laki-Laki “Pelindung” ......................................... 68
D. Pengambilan Keputusan laki-laki dan Perempuan ......................... 72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 77
B. Saran-saran ................................................................................... 78
C. Penutup ........................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1............................................................................................................... 15
Tabel 1.2............................................................................................................... 24
Tabel 1.3............................................................................................................... 29
Tabel 3.4............................................................................................................... 45
Tabel 3.5............................................................................................................... 46
Tabel 3.6............................................................................................................... 51
Tabel 3.7............................................................................................................... 53
Tabel 3.8............................................................................................................... 58
Tabel 3.9............................................................................................................... 59
Tabel 3.10............................................................................................................. 63
Tabel 3.11............................................................................................................. 65
Tabel 3.12............................................................................................................. 68
Tabel 3.13............................................................................................................. 70
Tabel 3.14............................................................................................................. 72
Tabel 3.15............................................................................................................. 73
xi
1
BAB I
A. Penegasan Judul
Dalam rangka memperjelas lingkup permasalahan yang hendak dikaji
dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian yang berjudul
Konsep Gender Dalam Film “Dalam Mihrab Cinta” peneliti memberikan
batasan-batasan istilah sebagai berikut:
1. Konsep Gender
Konsep gender berasal dari bahasa Inggris, “Concept” yang
memiliki arti buram, ragam, rencana suatu penelitian atau ide.1 Atau bisa
berarti juga sebagai media umum, pengertian, pemikiran, rancangan dan
rencana dasar.2 Sedangkan gender adalah sifat, nilai, status, peran dan
tanggungjawab yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.3
Dalam konsep gender tersebut, akan memunculkan perbedaan seks
dan gender. Yaitu perbedaan yang diberikan Tuhan sejak lahir yang
bersifat biologis. Perbedaan yang diberikan manusia hasil konstruksi
sosial dan kultural masing-masing yang bersifat non biologis, yang pada
tahap berikutnya melahirkan perbedaan peran antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
1
John M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992),
2
Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2003),
hlm.135.
hlm. 239.
3
Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian Gender, (PSW UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), hlm. 157.
2
Perbedaan seks dan gender dapat dilihat juga dari beberapa
karakteristik, diantaranya: sumber pembeda, visi dan misi, unsur
pembeda, sifat, dampak dan keberlakuan. Perbedaan seks dan gender
dilihat dari sumber pembeda dan unsur pembedanya, menjelaskan bahwa
seks merupakan anugerah biologis dari Tuhan. Anugerah itu berwujud
alat reproduksi/jenis kelamin atau kodrat Tuhan yang tidak dapat
dipertukarkan dan diberlakukan sepanjang masa.
Untuk gender sendiri merupakan konstruk masyarakat yang
dibentuk berdasarkan kebudayaan dan tingkah laku masyarakat tertentu.
Dimana perannya dapat dipertukarkan dan dapat berubah, sehingga ada
perbedaan kelas. Seks memiliki dampak terciptanya nilai-nilai dalam
bermasyarakat seperti kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, sehingga
menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan gender memiliki dampak
terciptanya norma-norma/ketentuan tempat “pantas” atau “tidak pantas”,
seperti laki-laki pantas menjadi pemimpin dan perempuan “pantas”
dipimpin. Sehingga merugikan salah satu pihak, dan yang banyak
dirugikan dalam hal ini adalah perempuan.4
Dalam penelitian ini, konsep gender yang peneliti maksud adalah
konsep gender menurut Mansour Fakih dan Qibtiyah. Konsep gender dari
Mansour Fakih meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan
dan beban kerja, sedangkan konsep gender dalam pemikiran Islam
4
Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender,
2006), hlm.6
(Malang: UMM Press,
3
menurut teorinya Qibtiyah yaitu, literalis, Moderat, dan Progresif.5
Paham literalis merupakan paham yang masih menggunakan pemahaman
tekstual, sedangkan paham Progresif merupakan kebalikan dari paham
literalis, dan paham moderat merupakan paham yang berada diantara
paham literalis dan paham progresif.
Sebagai catatan bahwa tidak semua temuan dapat dilihat dengan
konsepnya Mansour Fakih dan Qibtiyah. Dengan demikian, penelitian ini
akan melihat konsep gender berdasarkan kekerasan, persamaan status,
peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh
Mansour Fakih dan konsep gender dalam Islam menurut Qibtiyah.
2. Film Dalam Mihrab Cinta
Film “Dalam Mihrab Cinta” adalah film yang bertemakan Islami
atau religi, yang diambil dari sebuah novel karya Habiburrahman El
Shirazy atau yang akrab disapa kang Abik, yang juga merangkap sebagai
sutradara film. Film ini diproduksi oleh Sinemart, dan ditayangkan
pertama kali pada tahun 2010, dengan dibintangi oleh para aktor dan artis
muda ternama diantaranya adalah Dude Harlino, Asmiranda dan Meyda
Sefira. Film ini disyuting di Indonesia sesuai dengan latar belakang
novelnya.
Alasan diambilnya film “Dalam Mihrab Cinta” sebagai dasar
penelitian ini yaitu film ini merupakan film dakwah Islam yang akhirnya
dilanjutkan
5
dengan
pembuatan
versi
sinetron
http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm diunduh
Desember 2013
Ramadhan
pada
tanggal
yang
25
4
ditayangkan di RCTI.6 Selain itu, saat pemutaran film perdananya telah
ditonton sebanyak 586.565 penonton bioskop di Indonesia7, dan menjadi
film terlaris kedua pada saat lirisnya8
Berdasarkan penegasan judul di atas, penelitian ini mengkhususkan diri
mengungkap Konsep Gender dalam Film “Dalam Mihrab Cinta”. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif
melalui analisis semiotika model
Roland Barthes.
B. Latar Belakang
Kemajuan teknologi secara cepat membawa banyak perubahan bagi
masyarakat, mulai dari cara berfikir, bersikap, maupun bertingkah laku.
Kemajuan teknologi di bidang komunikasi tidak akan pernah lepas dari peran
media sebagai sarana atau alat yang dapat membantu memperlancar aktifitas
komunikasi. Media yang dimaksud ialah media massa yang memiliki ciri
khas dan kemampuan untuk dinikmati khalayak secara serempak. Salah
satunya yaitu film.
Film sebagai salah satu bentuk media massa menjadi tak sekedar
hiburan, di dalamnya terdapat proses signifikasi ideologi yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga film dapat berfungsi sebagai salah satu alat
untuk melihat realitas yang ada dalam masyarakat. Begitu pula dalam
6
http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_%28sinetron%29
tanggal 25 Januari 2013
diunduh
7
pada
Khafidhoh, Ananlisis Film Dalam Mihrab Cinta Menurut Perspektif Dakwah Islam,
Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2012.
8
http://archive.tabloidbintang.com/extra/top-list/74314-5-karya-terakhir-chaerulumam.html diunduh pada tanggal 25 Januari 2014
5
mengkonstruksi hubungan antara laki-laki dan perempuan itu sendiri. Namun
representasi gender dalam film-film yang sebagian besar dibuat oleh pria
masih menggambarkan kekuasaan yang tidak seimbang tersebut.
Peran film dalam turut mempelopori keadilan gender memang harus
selalu dilakukan. Hal ini mengingat peranan media massa adalah sebagai alat
pembentukan opini yang sangat efektif. Keadaan yang mendukung untuk
dilakukan rekonstruksi realitas gender itu sendiri, agar terciptanya keadilan
gender yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Maka sangat
diperlukan pendekatan-pendekatan untuk menghembuskan keadilan gender
pada setiap kebijakan pencitraan laki-laki dan perempuan, sehingga
terhapuskan pandangan negatif (Stereotype), marginalisasi, sub-ordinasi,
beban ganda, kekuasaan maupun ketimpangan-ketimpangan sosial yang
menimpa pada perempuan.
Sepanjang perkembangan film Indonesia, film bergenre Islam
memiliki popularitas sendiri. Eric Sasono memberi gambaran menyeluruh
tentang film-film bertema Islam sejak Orde Baru ketika film-film bertema
Islam memiliki dimensi yang kuat hingga kecenderungan sekarang ketika
Islam sangat dihubungkan dengan gaya hidup.9
Film“Dalam Mihrab Cinta” merupakan salah satu film dakwah Islam,
yang secara jelas menampilkan kehidupan pesantren yang banyak
mengandung nilai gender. Film yang diangkat dari sebuah novel karangan
Habiburrahman El Shirazy ini menceritakan konsep gender yang diperankan
9
Khoo Gaik Cheng dan Thomas Barker, Mau Dibawa Kemana SInema Kita? Beberapa
Wacana Seputar Film Indonesia, (Jakarta: Selemba Humanika, 2011), hlm.4.
6
oleh para tokohnya, sekaligus juga menjadi film pertama Habiburrahman El
Shirazy yang disutradarai langsung olehnya.10
Film “Dalam Mihrab Cinta” menampilkan sebuah realitas sosial
dengan latar belakang pesantren dengan berbagai macam masalah sehari-hari.
Selain mengupas tentang pencarian jati diri juga menampilkan beberapa
konsep gender kekerasan, status laki-laki dan perempuan, peran dan
stereotipe laki-laki dan perempuan, serta pengambilan keputusan. Salah satu
contoh scene yang menampilakan konsep gender adalah ketika Silvie
melamar Syamsul dan Silvie memutuskan menolak lamaran Burhan. Secara
eksplisit apa yang dilakukan oleh Silvie merupakan hal yang tidak biasa
dilakukan oleh seorang wanita. Pasalnya, asumsi yang tumbuh di masyarakat
hanya pihak laki-laki yang sewajarnya melamar.
Dengan pedoman pada definisi gender, sebagai keadaan, di mana
individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan
memperoleh pencitraan sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui
atribut-atribut maskulin (karakteristik , sikap dan perilaku yang dimiliki lakilaki) dan feminin (karakteristik, sikap dan perilaku dominan yang dimiliki
perempuan) sehingga menghasilkan segala aturan, nilai, stereotipe yang
mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam film yang merujuk
pada nilai gender tertentu.
10
http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/12/26/review-dalam-mihrab-cinta-2010/,
diakses pada 23 Desember 2013
7
Berawal dari sinilah peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana
konsep gender kekerasan,
persamaan status,
peran dan stereotipe,
pengambilan keputusan dikonstruksikan dalam film “Dalam Mihrab Cinta”
mengingat film tersebut mampu mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari
masyarakat. Tidak hanya itu, film juga berbicara melalui bahasa-bahasa
visual. Visual dalam film akan bercerita melalui makna tanda-tanda atau
simbol-simbol yang melahirkan interpretasi penonton.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep gender terkait dengan kekerasan, persamaan status,
peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang digambarkan dalam film
“Dalam Mihrab Cinta”?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui bagaimana konsep
gender terkait dengan kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe,
pengambilan keputusan yang digambarkan dalam film “Dalam Mihrab
Cinta”.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan wacana gender di Indonesia pada saat ini, terutama wacana
gender dalam dunia perfilman.
2. Manfaat Praktis
8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan wacana gender di Indonesia pada saat ini serta, menjadi
salah satu referensi bagi terciptanya keadilan gender antara laki-laki dan
perempuan.
F. Kajian Pustaka
Untuk mendukung penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa karya penelitian terdahulu sebagai bahan acuan diantaranya:
Pertama, skripsi karya Herlyana Putri Liliyani, sebuah penelitian pada
fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Ukhuwah Islamiah
dalam Film Dalam Mihrab Cinta”11. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes untuk mengungkapkan
makna Ukhuwah Islamiah memalui Scene-scene dalam film Dalam Mihrab
Cinta. Kesimpulan dari penelitian Herlyna adalah Ukhuwah Islamiah yang
digambarkan melalui simbol-simbol yang terdapat dalam film “Dalam
Mihrab Cinta” yaitu pertama simbol atau adegan saling memahami, kedua
simbol atau adegan saling menasehati, ketiga simbol atau adegan saling
tolong menolong, keempat simbol atau adegan saling memaafkan dan yang
terakhir kelima simbol atau adegan saling mendoakan.
Perbedaan dari penelitian yang dilakukan Herlyna dengan yang
peneliti teliti adalah penelitian Herlyna membahas tentang Ukhuwah Islamiah
dalam Film Dalam Mihrab Cinta sedangkan peneliti membahas tentang
Konsep Gender dalam film Dalam Mihrab Cinta.
11
Herlyna Putri Liliyani, Ukhuwah Islamiah Dalam Film Dalam Mihrab Cinta, Skripsi
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.
9
Kedua, skripsi dari Nur Istiqomah yang berjudul Gaya Bahasa
Dakwah dan Konsep Gender dalam Novel “Xie Xie Ni De Ai” Karya Mell
Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2013. Dalam skripsinya Istiqomah meneliti tentang
gaya bahasa dakwah yang mendominasi, serta bagaimana konsep gender yang
terdapat dalam cerita novel “Xie Xie Ni De Ai”.12
Sedangkan yang membedakan antara penelitian yang peneliti lakukan
dengan penelitian Nur Istiqomah ialah subyek penelitian masing-masing. Nur
Istiqomah mengambil subyek penelitiannya adalah novel sedangkan peneliti
adalah film. Akan tetapi, obyeknya sama-sama membahas tentang konsep
gender di dalam dunia media.
G. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Film
a. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film menurut Fiske merupakan gambar hidup juga sering disebut
movie. Film memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjangkau
banyak
segmen
sosial,
karena
film
memiliki
potensi
untuk
mempengaruhi khalayak luar.13 Harus diakui bahwa hubungan antara
film dengan masyarakat memiliki sejarah panjang dalam kajian para
ahli komunikasi. Banyak penelitian tentang dampak film terhadap
12
Nur Istiqomah, Gaya Bahasa Dakwah dan Konsep Gender dalam Novel “Xie Xie Ni De
Ai” Karya Mell Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri
Sunan Kalijaga, 2013.
13
John Fiske, Television culture, (London: Routledge, 1987), hlm. 33.
10
masyarakat hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami
secara linier, artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya tanpa
berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini
berdasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di
mana film itu dibuat.
Ditinjau dari jenisnya film terdiri dari film cerita, film dokumenter,
film animasi, dan film berita.14 Kemunculan televisi melahirkan film
dalam bentuk lain yakni film berseri (film seri), film bersambung
(telenovela dan sinetron), dan sebagainya. Sedangkan ditinjau dari
isinya film dibagi menjadi empat yaitu film action, film drama, film
komedi, dan film propaganda.15
b. Unsur-unsur yang berkaitan dengan film
1) Skenario: rencana untuk pelakonan film berupa naskah. Scenario
berisi sinopsis, deskripsi Treatment (deskripsi peran), Break Down,
rencana shot, dan dialog.
2) Sutradara: pengarah adegan sesuai skenario.
3) Sinopsis: ringkasan cerita pada sebuah film16.
14
Elvinaro Ardianto dan Lukiyati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, (Bandung: Sembiosa Rekatama Media, 2004), hlm. 138.
15
16
Heru Effendy, Mari Membuat Film, (Jakarta: Pustaka Konfidn, 2002), hlm. 24-31.
Ibid, hlm. 15-17
11
4) Penokohan: tokoh pada film cerita selalu menampilkan protagonis
(tokoh utama), antagonis (lawan protagonis), tokoh pembantu utama
dan figuran.17
5) Karakteristik: karakteristik pada sebuah film cerita, merupakan
gambaran umum karakter yang dimiliki oleh para tokoh dalam film
tersebut.
6) Scene: biasa disebut adegan. Scene adalah entitas terkecil dalam film
yang merupakan rangkaian shot dalam suatu ruang dan waktu, serta
memiliki kesamaan gagasan.18
7) Shot: satu bidikan kamera terhadap obyek.
8) Dissolve:teknik pemindahan dari suatu scene ke scene lain secara
halus tanpa terlihat terputus.19
9) Cut:teknik pemindahan dari suatu scene ke scene lain secara jelas
terlihat pemotongannya (kasar).
c. Fungsi film
Pada awalnya, film dibuat untuk ditonton secara massal.20
Sehingga film mampu memberikan konstribusi pemahaman makna atau
pesan tentang penggambaran yang muncul berdasarkan dimensidimensi yang ada di dalam lingkunganya. Di sinilah kemudian
kehadiran film ditengah-tengah masyarakat menemukan suatu garis
17
18
19
20
Ibid, hlm. 21.
Budi Irawanto, Film Ideologi dan Militer,(Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), hlm. 4.
Ibid, hlm. 4.
P.A Van Gastel, Resensi Film, (Jakarta: Yayasan Prapantja, 1960), hlm. 21.
12
merah, yaitu sebagai media dan sasaranya adalah sama yakni manusia.
Diantara fungsi-fungsi film yang lainnya adalah:
1) Film sebagai sarana informasi
Film sebagai sarana informasi adalah efektifnya transformasi dua
arah
yang
dapat
menyampaikan
digunakan
pesan-pesan
sebagai
dan
perantara
memberikan
dalam
gambaran-
gambaran tentang peristiwa.
2) Film sebagai sarana transformasi budaya
Budaya
adalah
hasil
dari
pemikiran
manusia.
Adapun
transformasi kebudayaan adalah perpindahan kebudayaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Ada beberapa periode
kebudayaan
yang
memiliki
eksistensi
sendiri
dan
telah
ditransformasikan eksitensinya pada periode berikutnya.
3) Film sebagai sarana hiburan
Hiburan sangat dibutuhkan dan merupakan sebuah kebutuhan
manusia. Fungsi film sebagai sarana hiburan bertujuan supaya
setiap
yang menonton
menghilangkan
film
kejenuhan
dapat
sehingga
merasa
terhibur
menemukan
dan
kembali
kesegaran dan semangat baru setelah menonton film.
4) Film sebagai sarana dakwah
Film sebagai sarana dakwah, diharapkan bagi para penikmat film
mau dan mampu mengambil hikmah atau pesan moral yang ada
dalam film tersebut, karena setiap film tidak selalu terbuka dalam
13
memberikan pesan dakwahnya bisa dengan sindiran atau
singgungan yang dapat diartikan oleh penonton sendiri.
5) Film sebagai sarana pendidikan
Pendidikan bisa dicari di mana saja, tak terkecuali dalam film,
penikmat film bisa belajar banyak hal lewat sebuah karya film.
Film digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara pendidik dan terdidik didalam proses rangkaian
pendidikan.
6) Film sebagai sarana pemenuhan kebutuhan komersialisasi
Bagaimana kemudian film ini mampu laku dipasaran dan banyak
peminatnya pada saat tayang perdana atau primer. Karena sampai
saat ini produksi film masih saja sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan keuangan baik pribadi maupun kelompok.21
d. Pesan-pesan dalam film
Film merupakan salah satu dari media massa yang memiliki
beberapa pesan yang terkandung dalam film, dapat dikelompokan
sebagai berikut:
1) Mengukuhkan sikap
Isi pesan dalam film dapat mengukuhkan sikap tertentu yang ada
di masyarakat.
2) Mengubah sikap
21
Sutirman Eka Ardana, Modul mata kuliyah sinematografi, (Fakultas Dakwah: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta), hlm. 34.
14
Film juga menghasilkan banyak perubahan yang terkadang
dianggap sepele.
3) Menggerakan
Setelah suatu sikap atau suatu pola perilaku dimantapkan, media
berfungsi menyalurkannya, mengendalikannya ke arah tertentu.
4) Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu
Adanya film yang mengungkapkan secara terbuka suatu
penyimpanan tertentu dari suatu norma yang berlaku (misalnya,
skandal Jim Brakker), dapat menyajikan etika kolektif kepada
khalayak.22
2. Tinjauan Tentang Konsep Gender
a) Perbedaan gender dan seks
Dalam realitas kehidupan manusia berkembang dua macam
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yakni perbedaan yang
diberikan Tuhan sejak lahir yang bersifat biologis dan perbedaan yang
diberikan manusia hasil konstruksi sosial dan kultural masing-masing
yang bersifat non biologis. Perbedaan pertama disebut seks dan yang ke
dua disebut gender.23
Baik perbedaan seks maupun perbedaan peran laki-laki pada
tahap berikutnya melahirkan perbedaan peran antara laki-laki dan
22
23
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2003), hlm. 92-93.
Waryono Abdul Ghafar dan MUh. Isnanto, Anotasi Dinamika Studi Gender IAIN Sunan
Kalijaga 19995-2003,hlm. 17.
15
perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan seks mengharuskan
perempuan mengemban peran mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Laki-laki berperan membuahi sel telur dengan spermanya. Sedangkan
perbedaan gender menempatkan perempuan disektor domestik dan lakilaki disektor publik, perempuan sebagai ibu rumah tangga dan laki-laki
sebagai kepala keluarga, perempuan sebagai yang dipimpin dan lakilaki sebagai pemimpin.24
Untuk memperjelas konsep seks dan gender dapat diperhatikan
melalui tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Perbedaan Seks Dan Gender25
No
1
4
Karakteristik
Sumber
pembeda
Visi dan Misi
Unsur
pembeda
Sifat
5
Dampak
6
Ke-berlaku-an
2
3
24
25
Seks
Tuhan
Gender
Manusia(masyarakat)
Kesetaraan
Biologis(alat
roproduksi)
Kodrat tertentu,
tidak dapat
dipertukarkan
Terciptanya nilainilai:
kesempurnaan,
kenikmatan,
kedamaian, dll.
Sehingga
menunguntungkan
kedua belah pihak.
Kebiasaan
Kebudayaan(tingkah
laku)
Harga, martabat
dapat dipertukarkan
Sepanjang masa,
Terciptanya normanorma/ ketentuan
tempat “pantas” atau
“tidak pantas” lakilaki pantas menjadi
pemimpin
perempuan “Pantas”
dipimpin dll, sering
merugikan salah satu
pihak, kebetulan
adalah perempuan
Dapat berubah,
Ibid., hlm. 17.
Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, (Malang: UMM Press,
2006), hlm.6.
16
di mana saja, tidak musiman, dan
mengenal
berbeda antar kelas.
pembedaan kelas.
Sumber: Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender
Perbedaan peran secara jelas diakibatkan oleh perbedaan seks
tidak
pernah dipermasalahkan sejak
dahulu
sampai sekarang.
Sebaiknya, perbedaan peran yang diakibatkan gender memunculkan pro
dan kontra serta perdebatan panjang sampai sekarang. Perbedaan peran
gender tersebut disinyalir telah melahirkan ketidakadilan terhadap
perempuan dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Marginalisasi (proses pemiskinan)
Marginalisasi perempuan tidak hanya terjadi pada tempat kerja
ataupun rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara.
Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah
tangga dalam bentuk diskriminasi anggota keluarga yang laki-laki
dan perempuan serta diperkuat dengan oleh adat istiadat dan tafsir
keagamaan. Misalnya banyak diantara suku-suku di Indonesia yang
tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan
warisan sama sekali.
2) Subordinasi (Anggapan perempuan tidak penting dalam sebuah
pengambilan keputusan). Misalnya di Jawa dulu terdapat anggapan
bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya
akan ke dapur juga.
17
3) Stereotipe perempuan. Pelabelan negatif yang menimbulkan
ketidakadilan, seperti stereotipe yang diberikan kepada Cina di Asia
Tenggara yaitu perempuan yang bersolek adalah dalam rangka
memancing perhatian lawan jenisnya, maka tiap kasus kekerasan
atau pelecehan selalu dikaitkan dengan stereotipe tersebut.
4) Kekerasan (fisik dan psikis)
Kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang
selalu menempati posisi paling sering terjadi dibandingkan dengan
bentuk kekerasan berbasis gender lainnya. Komisi Nasional Anti
Kekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat
bahwa pada tahun 2007 tercatat 469 kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak, Sedangkan pada kasus kekerasan dalam
pacaran tercatat 776 pada tahun yang sama.26
5) Beban kerja (perempuan pada wilayah domestik).27
Beban ganda yang dimiliki perempuan masih mengakibatkan
perempuan belum dapat menyetarakan diri pada sektor publik
dengan laki-laki, walaupun perempuan yang bekerja pada sektor
publik di Indonesia saat ini terus meningkat. Menurut data yang yang
dihimpun Badan Pusat Statistik tahun 2012, pada bulan Agustus
2010 terdapat 45.118.964 perempuan kategori usia produktif yang
26
Rifka Annisa, Pemantauan Implementasi Undang-undang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga di Enam Propinsi.
27
Mansour Fakih, Analisis Gende dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1996), hlm. 12-23.
18
bekerja di sektor publik. Jumlah ini meningkat pada bulan Februari
2012, yaitu 46.509.689 perempuan kategori usia produktif yang
bekerja di sektor publik. Angka ini masih di bawah jumlah laki-laki
produktif yang bekerja di sektor publik, yaitu 72.251.521 jiwa pada
bulan Agustus 2011 dan 73.907.357 jiwa pada bulan Februari
2013.28
b) Konsep Gender Dalam Pemikiran Islam
Gender adalah sifat, nilai, status, peran dan, dan tanggung jawab
yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara
sosial maupun kultural.29 Perbedaan seks pada laki-laki dan perempuan
berimplikasi pada peran gender. Budaya patriarki yang terjadi di
Indonesia mengakibatkan bidang-bidang politik, ekonomi, pendidikian,
hukum, agama, dan juga budaya yang senantiasa terpinggirkan karena
perempuan dianggap atau diputuskan tidak layak dan tidak mampu
bergelut dibidang-bidang tersebut.30.
Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman mengklasifikasikan
gender dan isu-isu feminis melalui tiga katagori: konservatif (literalis),
moderat, dan liberal. Dalam skema Burhanudin dan Fathurahman,
klasifikasi ini didasarkan pada cara muslim menafsirkan teks-teks
agama, dan sikap mereka terhadap feminisme barat.
28
Majalah Aisyiyah, edisi 12 desember 2013
29
Ibid ., hlm. 157.
30
Ibid ., hlm. 157.
19
1. Kelompok Konservatif
Konservatif (literalis), adalah mereka yang menolak isu-isu
gender dan feminisme, baik yang dikemukakan oleh para feminis
muslim apalagi feminis Barat.31 Untuk mendukung pendapatnya
mereka mengemukakan ayat Al-Quran dan Hadis yang dipahami
secara literal, yang dianggap bertentangan dengan ide-ide feminisme
dan gender. Pada umumnya mereka menolak pembaharuan dan
pemikiran Islam, termasuk didalamnya pemikiran tentang gender.32
Argumen kelompok konservatif pada intinya dapat diringkas
sebagai berikut: Islam telah mengatur dengan adil kedudukan lakilaki dan perempuan, isu-isu feminisme dan gender tidak sesuai
dengan ajaran Islam, laki-laki dan perempuan diciptakan tuhan
dengan kodrat yang berbeda-beda, keduanya memiliki peran dan
fungsi yang berbeda pula. Sehingga upaya-upaya yang berusaha
mengingkari kodrat tersebut tidak dibenarkan. Feminismee adalah
upaya Barat untuk menghancurkan aqidah umat Islam, sehingga
perempuan Muslim berani melawan suami, orang tua, dan bahkan
melanggar ketentuan agama.33
2. Kelompok Moderat
31
Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman, Tentang Perempuan Islam Wacana Dan
Gerakan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM,
2004), hlm. 187.
32
Ibid., hlm. 187.
33
Ibid ., hlm. 188.
20
Kelompok moderat adalah mereka yang menerima ide-ide
feminismee dan gender sejauh berada dalam koridor Islam. Mereka
berpendapat tidak semua ide feminismee yang berasal dari Barat
harus diterima, khususnya yang dianggap bertentangan dengan
ajaran Islam. Bagi mereka, Islam diturunkan justru untuk mengatasi
ketidak adilan gender. Oleh karena itu, semangat feminismee yang
berkembang dalam ajaran Islam, Islam diyakini sebagai konsep
ideal.
Argumen mereka dapat diringkas sebagai berikut: Islam adalah
agama yang sempurna, semua persoalan telah dijelaskan dalam AlQur’an tanpa ada yang tertinggal, dan tugas umat Islam adalah untuk
menjadikan sebagai pedoman hidup, hubungan laki-laki dan
perempuan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, ketetapan agama
adalah terbaik, dan
karena itu dijadikan pedoman hidup kaum
Muslim.34
3. Kelompok Liberal
Istilah liberal di sini tidak dimaksudkan dalam pengertian
gerakan feminismee Barat radikal seperti yang diperjuangkan
feminis sekuler Simone Kallotai dari Rusia. Liberal di sini
dimaksudkan bahwa mereka memiliki lompatan pemikiran yang
21
maju dan strategis yang melampaui ide-ide kalangan moderat apalagi
konservatif.35
Ide bahwa perempuan mendapatkan bagian yang sama dengan
laki-laki dalam waris, kebolehan perempuan menjadi pemimpin dll
seperti yang dikemukakan Munawir Syadzali, bisa dianggap liberal.
Karena itu, tidak aneh bila Syadzali mendapat kritik pedas dari
tokoh-tokoh Islam lainnya.
Bagi kelompok liberal, ide-ide tersebut di atas bukanlah hal
yang tidak mungkin. Semuanya mungkin. Dan yang lebih penting
lagi, semua bisa diterangkan melalui pendekatan agama, sehingga
masyarakat bisa, atau suatu saat akan bisa menerimanya. Kalangan
liberal berupaya mengatasi persoalan-persoalan yang ditinggalkan
kelompok moderat. Bagi mereka, solusi yang ditawarkan kalangan
moderat dalam hal relasi gender tidak tuntas, karena tidak
menyentuk inti persoalan.36
Sedangkan menurut Mark Woodward dalam jurnal yang ditulis
oleh Alimatul Qibtiyah, mengatakan pemikiran Islam Indonesia
dapat diklasifikasikan ke dalam lima varian.37
1) Indigenised Islam (dalam istilah Geertz, yang dikenal sebagai
abangan), yang pengikutnya secara resmi mengidentifikasi diri
35
Ibid., hlm.200.
36
Ibid., hlm.201.
37
Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues Among Gender Activists
and Sholars in Inddonesian Universities, http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm
22
mereka sebagai seorang Muslim, tetapi dalam prekteknya
biasanya syncretise Islam dengan sistem budaya lokal.
2) Sunni
tradisional
menekankan
teks
Islam
hukum,
Nahdlatul
teologis
Ulama
dan
(NU)
mistik
yang
klasik:
penganutnya seringkali telah dididik di pesantren di daerah
pedesaan dan menerima budaya lokal asalkan nilai-nilai Islam
tidak diperebutkan.
3) Modernisme Islam Muhammadiyah, yang berkonsentrasi pada
pendidikan modern dan agenda sosial, dan menolak mistisisme,
penganut sebagian besar dari pusat-pusat perkotaan.
4) Kelompok-kelompok yang sangat anti pemikiran Barat,
wacananya berpusat pada jihad dan hukum syariah, biasanya
berpusat di perguruan tinggi di kota besar.
5) Neo-modernis, yang berusaha untuk menemukan landasan Islam
untuk berbagai jenis modernitas termasuk toleransi, demokrasi,
kesetaraan gender dan pluralisme.
Kedua pendapat tadi, kemudian digabungkan oleh Qibtiyah,
yang ia tulis dalam disertasinya, bahwa kedua sistem klasifikasi
untuk membagi dunia pemikiran Islam tentang gender dan
feminisme di Indonesia menjadi tiga katagori, yaitu: Literalis,
moderat dan progresif/kontekstual.38 Katagori literalis meliputi, apa
yang Burhanudin dan Fahturahman katakan, yaitu menyebut ide-ide
38
Ibid.,hlm. 4.
23
konservatif atau memaknai teks dengan apa adanya, serta termasuk
keempat varian Mark Woodward. Woodward yang menyebutkan:
Islam pribumi, varian NU, Muhammadiyah, dan kelompokkelompok Islam yang anti-Barat, dengan wacana berpusat pada jihad
dan syari’ah hukum.39
Dan katagori ‘moderat’ sama halnya dengan pendapat
Burhanudin dan Fahturahman dalam memaknai istilah ‘moderat’,
yaitu antara keduanya yang interprestasinya tidak konsisten atau
dalam pikirannya lebih memperhatikan konteks dan menerapkan
pendekatan hermeneutik (kontekstual). Kadang-kadang cenderung
menuju konserfatif/ literalis (memaknai teks apa adanya) dan pada
waktu lain dengan (progresif) kontekstual.
Kemudian kategori progresif/kontekstualis, yang mirip
dengan orientasi ‘liberal’ yang diusulkan oleh Burhanudin dan
Fahturahman. Ia kurang setuju dengan Burhanudin dan Fahturahman
yang menyebutkan sebagai ‘liberal’, maka ia menyebutkan dengan
‘progresif’. Sedangkan menurut Woodword, disebut dengan ‘Neomodernis’.
Qibtiyah menegaskan, bahwa tidak selalu ada kebetulan
afiliasi organisasi dan orientasi pemikiran seseorang. Ia juga
mencontohkan, bahwa tidak semua orang dari organisasi NU atau
Muhammadiyah memiliki orientasi moderat dalam hal gender.
39
Ibid.,hlm. 4.
24
Kajian literatur tentang gender dalam Islam, telah diringkas,
beberapa sikap inti dan harapan mengenai peran hak-hak laki-laki
dan perempuan, yaitu katagori literalis, moderat dan progresif.40
Tebel 1.2
Ringkasan dari isu-isu gender dalam pemikiran Islam.41
No
Isu
Literalis
Laki-laki
mempunyai status
Status laki-laki yang lebih tinggi
dan perempuan dibanding
perempuan
Moderat
Progresif
Laki-laki dan
perempuan tidak
sama akan tetapi
mereka saling
membutuhkan.
Laki-laki dan
perempuan memiliki
derajat yang sama.
Islam mengajarkan
wanita lebih utama
jika berada di
rumah dan
mengurus anak.
Kodrat wanita adalah
melahirkan dan
menyusui, sedangkan
mengurus rumah dan
anak merupakan
tanggung jawab
bersama suami istri.
Tidak pada
tempatnya jika
Peran laki-laki laki-laki harus
dan perempuan mengerjakan
pekerjaan rumah
tangga.
Wanita boleh
bekerja, asal tidak
melupakan
kewajibannya
sebagai istri dan
ibu yang harus
mengurus anak
dan rumah tangga.
Laki-laki dan
perempuan memiliki
kesamaan peran dan
tanggung jawab
dalam ranah publik
dan domestik.
4.
Perempuan tidak
Kepemimpinan
boleh menjadi
laki-laki dan
pemimpin lakiperempuan
laki.
Perempuan dapat
menjadi pemimpin
asal memiliki
kemampuan,
kecuali dalam
sholat.
5.
Warisan bagi
Karena laki-laki
1.
Kodrat lakilaki dan
perempuan
2.
3.
40
Ibid.,hlm. 4.
41
Ibid.,hlm. 4-5.
Kodrat
perempuan adalah
diwilayah
domestik dan
pengasuhan anak,
sedangkan lakilaki diluar rumah
dan mencari uang
Laki-laki
Perempuan dapat
menjadi pemimpin
laki-laki apabila
memiliki
kemampuan,
termasuk dalam
sholat.
Laki-laki dan
25
laki laki dan
perempuan
mendapat warisan
dua kali lebih
banyak dari
perempuan.
6.
Kesaksian
laki-laki dan
perempuan
Satu saksi lakilaki sebanding
dengan dua saksi
perempuan dalam
hukum Islam.
7.
Penciptaan
perempuan
Perempuan
diciptakan dari
tulang rusuk lakilaki.
Poligami
Memiliki lebih
dari satu istri
adalah wajar,
karena pada
dasarnya laki-laki
bersifat poligami
dan wanita
bersifat
monogami.
9.
Hubungan
seksual
Istri tidak boleh
menolak ajakan
suaminya
berhubungan
intim dalam
kondisi apapun.
10.
Hanya suami atau
Membuat
ayah yang berhak
keputusan
menentukan
dalam keluarga keputusan dalam
keluarga.
8.
mendapat dua dan
perempuan
mendapat satu,
maka harta dalam
bentuk lain harus
diperuntukkan
bagi perempuan.
Satu saksi
perempuan
dianggap cukup
jika dia mampu
atau ahli dalam
persoalan itu.
Perempuan
diciptakan dari
tulang rusuk lakilaki hanya sebuah
perumpamaan.
Poligami bisa
dilakukan hanya
jika keadaan
mendesak dan
mampu memenuhi
nilai keadilan.
Suami istri punya
hak yang sama
dalam masalah
seks, hanya saja
hak suami lebih
diprioritaskan
daripada istri.
Suami membuat
keputusan di ranah
publik (pekerjaan)
dan istri membuat
keputusan di ranah
domestik (rumah
tangga).
perempuan harus
mendapat bagian
yang sama.
Laki-laki dan
perempuan samasama mampu untuk
menjadi saksi.
Laki-laki dan
perempuan
diciptakan dari satu
zat yang sama.
Poligami tidak bisa
diterima pada masa
kini karena selalu
menimbulkan banyak
masalah.
Suami istri punya
hak yang sama dalam
seks serta cara
mengekspresikannya.
Semua anggota
keluarga berhak
mebuat keputusan.
Sumber : Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues
AmongGender Activists and Sholars in Inddonesian Universities.
26
3. Film dan gender di Indonesia
Wanita dalam media terutama film di Indonesia senantiasa
digambarkan sangat tipikal, yaitu tempatnya ada di rumah, berperan
sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung para pria, tidak
mampu membuat keputusan penting. Penggambaran semacam itu,
wanita telah mengalami kekerasan, penindasan, pembatasan peran
sosial sebagai seorang istri.42
Media massa terutama film, merupakan agen sosialisasi yang
sangat berpengaruh dalam menyalurkan keinsyafan dan pengharapan
gender,43 karena film merupakan salah satu instrumen utama yang
membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Laki-laki dan
perempuan telah direpresentasikan oleh media sesuai dengan stereotipestereotipe kultural untuk mereproduksi peranan-peranan jenis kelamin
secara tradisional. Film sebagai salah satu produk dari media massa
juga berperan besar dalam membentuk pandangan masyarakat
mengenai konstruksi gender.
Dari berbagai perspektif yang tepat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan analisis terhadap relasi gender di media massa. Hal itu
disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif
pada adanya penindasan terhadap perempuan di film. Menurut Zoonen
42
Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, (Jakarta: Kompas 2009), hlm. 4.
43
Kris Budiman, Feminografi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999), hlm. 12.
27
dan Stevees media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki yang
dianggap sebagai sistem yang paling menarik yang tersedia,44 selain itu
film merupakan media yang sangat potensial dalam proses penyebaran
dan melestarikan ideologi gender karena film mentransmisikan pesan
melalui gambar-gambar yang bersuara dan seakan-akan hidup.
Film dipandang sebagai proses ideologi, sehingga konstruksi sosial
yang membentuk masyarakat dapat dilihat melalui film. Dalam konteks
gender konstruksi sosial muncul dalam penampilan perempuan dan
laki-laki dalam peran-peran sosial, masalah seksual dan reproduksi,
pekerja perempuan, gambaran tentang feminitas dan stereotip
perempuan.45
Film tidak hanya merefleksikan definisi peran yang diterima oleh
masyarakat, akan tetapi juga memaksakan definisi feminitas yang
sempit, karena film adalah lahan yang kaya akan penggalian stereotipe
perempuan yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Realitas
yang
ditampilkan
dalam
film
bukanlah
realitas
sesunggguhnya. Sutradara telah membingkai realitas sesuai dengan
subjektivitasnya yang dipengaruhi oleh kultur dan masyarakatnya.
Sutradara
yang
dibesarkan
dalam
kultur
patriarki
cenderung
menampilkan film yang akan memperkokoh nilai-nilai patriarki.
44
45
Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, (Jakarta: Kompas 2009), hlm.. 76.
https://www.google.com/search?q=perempuan+dalam+film&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflbdiunduh pada tanggal 20
januari 2014.
28
Namun, film juga bersifat personal, sehingga bisa pula mendobrak
realitas. Ketimpangan relasi gender dalam film terus terjadi sampai
pada saat ini.46
H. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, sebuah metode mempunyai peranan yang sangat
penting khususnya untuk mendapatkan data yang akurat. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
tidak mengadakan perhitungan, maksudnya data yang dikumpulkan tidak
berwujud angka tetapi kata-kata.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu
fenomena, sehingga memiliki sifat menjelaskan masalah-masalah yang
dihadapinya. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan jenis penelitian, subyek
dan obyek penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data
dan analisis data dengan rincian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus.
Penelitian ini berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai objek
yang diteliti dan bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai objek yang diteliti.47 Data akan ditampilkan dalam
bentuk table dari scene-scene yang terdapat dalam film “Dalam Mihrab
Cinta”. Data-data tersebut berusaha diinterprestasikan dengan rujukan,
46
http://bertengger.wordpress.com/2013/01/19/representasi-perempuan-dalam-film/
47
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT.Remeja Rosdakarya, 2001), hlm.201.
29
acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.48 Serta bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu berusaha untuk melukiskan secara sistematis objek dan
subjek penelitian. Metode diskriptif merupakan prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau
objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta di permulaan
tertentu dan juga berusaha untuk mengemukakan gejala secara lengkap
dan aspek yang diteliti, dengan memberikan penafsiran fakta yang
ditemukan.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
a) Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber data dari penelitian yang di mana
data itu diperoleh.49 Adapun subyek penelitian adalah film “Dalam
Mihrab Cinta”.
b) Obyek Penelitian
Obyek penelitian yaitu masalah apa yang hendak diteliti atau
masalah penelitian yangdisajikan obyek penelitian, pembatasan yang
dipertegas dalam penelitian.50 Dalam penelitian ini yang menjadi obyek
penelitiannya adalah scene-scene konsep gender kekerasan, persamaan
48
S. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Bahan Kuliah Universitas
Sebelas Maret), hlm. 13.
49
50
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 102.
Tatang M.Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafika Persada,
1995), hlm. 92-93.
30
status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dalam film “Dalam
Mihrab Cinta” dalam perspektif Islam.
3. Jenis data dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer: Film Dalam Mihrab Cinta.
b. Data Skunder: Buku-buku, dokumen-dokumen atau artikelartikel yang berkaitan dengan penelitian, untuk melengkapi
analisis masalah sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih
komperhensif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan penting, yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti. Sehingga akan diperoleh data lengkap, sah bukan
berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial fungsi data berasal dari
dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan
pelengkap bagi data primer.51
51
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), hlm. 158.
31
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan dengan
mengambil data-data primer berupa film Dalam Mihrab Cinta lalu
dikaji sesuai metode analisis semiotika.
b. Studi Kepustakaan
Studi dengan menggali informasi dari berbagai literatur, bacaan,
artikel dan sumber lain yang releven terkait permasalahan yang
dibahas.
5. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh peneliti,
peneliti mengungkapkan jenis pendekatan kualitatif dengan analisis
semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang tanda yang menganggap bahwa
fenomena sosial dan masyarakat itu merupakan tanda-tanda. Semiotik
mempelajari
sistem-sistem,
aturan-aturan,
konvensi-konvensi
yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.52
Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Roland
Bharthes, di mana ia menganalisa berdasarkan sistem “Denotasi-Konotasi”
yang mengarah pada makna-makna kultural yang melibatkan simbolsimbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional.
Donotasi menunjukan arti literatur atau eksplisit dari kata-kata dan
fenomena lain atau nyata. Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya
52
Alex Sobur, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis
Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.63.
32
dan asosiasi personal. Denotasi dan konotasi menguraikan hubungan
antara signifier dan refrent-nya.53
Penelitian ini berusaha untuk mencari konsep gender kekerasan,
persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang
terdapat dalam film “Dalam Mihrab Cinta” lewat dialog-dialog atau
Scene-scene yang terdapat dalam film tersebut, melalui metode analisis
Roland. Roland Barthes mengatakan bahwa ada level makna yang
berbeda, penandaan tingkat pertama (first-order signification) disebut
denotasi, pada level ini tanda disebutkan terdiri dari signifer dan signified.
Konotasi
pada
penanda
tingkat
kedua
(secon-order
significant)
menggunakan tanda denotasi (signifer dan signified) sebagai signifier-nya.
Untuk lebih jelasnya peneliti menyertakan peta tanda dari Roland
Barthes54
Tabel 1.3
Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier
2. Signified
(Penanda)
(Petanda)
3. Denotative Sign
(Penanda konotatif)
4. Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
5. Connotative
Signivied
(Petanda
Konotasi)
6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Sumber : Alex Sobur, Semiotika Komunikasi
53
Deka Amrika, Representasi Perempuan Islam dalam Film Tjoet Nja’ Dhien, Skripsi
Fakuttas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013.
54
Sumbo Tinarkubo, Semiotika Komunikasi Visual edisi Revisi, (Yogyakarta: Jalasutra,
2009), hlm. 13-14.
33
Berdasarkan peta Barthes pada gambar
di atas, terlihat bahwa
tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi,
pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4).
Dalam konsep Bathes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasi keberadaannya.55 Tanda-tanda yang dimaksud adalah tanda
yang menandai aktualisasi konsep gender kekerasan, persamaan status,
peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dalam snene. Untuk
memaknai tanda ini adalah yang kemudian barulah dapat disimpulkan
maknanya.
I. Sistematika Pembahasan
Penjelasan tentang sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran umum rencana susunan bab yang akan diuraikan
dalam skripsi ini, adapun sistematika terdiri dari empat bab dengan uraian
sebagai berikut:
Bab I memuat tentang garis besar dari skripsi ini, yang terdiri dari
penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori,
Bab II berisi tentang uraian umum tentang gambaran umum film
“Dalam Mihrab Cinta”, sinopsis film “Dalam Mihrab Cinta”, bagaimana alur
cerita “Dalam Mihrab Cinta”, yang menggambarkan konsep gender secara
55
Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 24
34
garis besarnya. Sehingga dari sini dapat diketahui apakah film “Dalam
Mihrab Cinta” benar-benar telah menggambarkan realitas masyarakat saat ini.
Bab III Akan memaparkan bagaimana konsep gender kekerasan,
persamaan
status,
peran
dan
stereotipe,
pengambilan
keputusan
dipresentasikan dalam sebuah karya film yaitu film “Dalam Mihrab Cinta”,
serta rekapitulasi scene kunci konsep gender dalam film “Dalam Mihrab
Cinta”.
Bab IV merupakan bab terahir dari rangkaian bahasan ini. Pada bab ini
dikemukakan kesimpulan-kesimpulan dari hasil kajian penelitian ini, sebagai
jawaban atas permasalahan yang dikemukakan pada bagian awal tulisan ini,
serta saran-saran untuk penelitian lebih lanjut.
77
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian pada film “Dalam Mihrab Cinta” yang
diproduksi oleh Sinemart serta disutradarai langsung oleh sang pengarang
novel Habiburrahman El Shirazy, dengan judul Konsep Gender dalam
Film “Dalam Mihrab Cinta”. Maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
Konsep gender terkait dengan kekerasan pada film “Dalam Mihrab
Cinta” digambarkan masih cukup menonjol, karena perempuan masih
mendapat kekerasan oleh laki-laki, sedangkan untuk konsep gender terkait
persamaan status antara laki-laki dan perempuan yang digambarkan pada
film adalah “sama”, tidak terdapat pihak yang mendominasi baik laki-laki
maupun perempuan.
Untuk konsep gender terkait dengan peran antara laki-laki dan
perempuan masih digambarkan moderat, karena perempuan diperbolehkan
bekerja tetapi masih pada batasan sebagai pendidik. Sedangkan konsep
gender
stereotipe
yang
digambarkan
pada
film
tersebut
masih
memperlihatkan ketimpangan yang sangat menonjol kerana laki-laki
digambarkan sebagai penolong sedangkan perempuan digambarkan
sebagai mahluk cengeng dan lemah.
Dan yang terakhir adalah konsep gender terkait dengan
Pengambilan keputusan digambarkan secara progresif, karena laki-laki
78
maupun perempuan diberikan hak yang sama dalam pengambilan
keputusan.
Secara keseluruhan, film Dalam Mihrab Cinta peneliti merasa masih
banyak ketimpangan dalam hal gender. Contohnya masih adanya
gambaran yang pihak yang mendominasi. Dapat dilihat pada scene
kekersan terhadap perempuan dan stereotipe perempuan cengeng dan lakilaki sebagai pelindung.
B. Saran-saran
Berdasarkan penelitian film “Dalam Mihrab Cinta” berikut saransaran yang dapat penulis berikan:
Dalam pembuatan film di Indonesia, hendaklah memperhatikan
dan mengutamakan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki
untuk meminimalisir kekerasan kepada perempuan, dan tidak adanya
dominasi mutlak laki-laki terhadap perempuan.
Selain itu juga agar selalu mempromosikan perempuan yang
dengan baik agar dapat menciptakan gambaran dan diskriptif baru tentang
perempuan untuk menghapus stereotipe lama yang terus menerus
menggambarkan karakter perempuan yang cengeng.
C. Penutup
Alkhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
peneliti haturkan, berkat rahmat serta Ridho-Nyalah skripsi ini dapat
terselesaikan. Namun, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
tentu tidak terlepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik
79
dalam proses pembuatan maupun dalam bentuk menjadi skripsi, itu semua
karena keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
peneliti harapkan demi memberikan sebuah perbaikan sebagaimana yang
diharapkan.
Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti selama penyusunan karya ini. Dan terahir semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.Amin amin ya Robbal ‘alamin.
80
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2010.
Alex Sobur, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis
Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues Among Gender
Activists
and
Sholars
in
Inddonesian
Universities,
http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm
Art
Van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang
Dilakukannya, Jakarta: Sumber Agung, 1993
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008.
Budi Irawanto, Film Ideologi dan Militer,Yogyakarta: Media Pressindo, 1999.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT.Remeja Rosdakarya,
2001.
Deka Amrika, Representasi Perempuan Islam dalam Film Tjoet Nja’ Dhien,
Skripsi Fakuttas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013.
Elvinaro Ardianto dan Lukiyati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, Bandung: Sembiosa Rekatama Media, 2004.
Farida Eliana, Konstruksi Jender Dalam Film Kiamat Sudah Dekat, Skripsi pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Herlyna Putri Liliyani, Ukhuwah Islamiah Dalam Film Dalam Mihrab Cinta,
Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2012.
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Jakarta: Pustaka Konfidn, 2002.
Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman, Tentang Perempuan Islam Wacana
Dan Gerakan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pusat Pengkajian
Islam dan Masyarakat PPIM, 2004.
John Fiske, Television culture, London: Routledge, 1987.
81
John M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia,
1992.
Khafidhoh, Ananlisis Film Dalam Mihrab Cinta Menurut Perspektif Dakwah
Islam, Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo,
Semarang, 2012.
Khalid Mustafa, Manajemen Wanita Solehah, Yogyakarta: Diva Pers, 2004.
Khoo Gaik Cheng dan Thomas Barker, Mau Dibawa Kemana SInema Kita?
Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia, Jakarta: Selemba Humanika,
2011.
Kris Budiman, Feminografi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999.
Kris Budiman, Kosa semiotika, Yogyakarta: Lkis, 1999.
Majalah Aisyiyah, edisi 12 desember 2013
Mansour Fakih, Analisis Gende dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1996.
Maulana Achmad, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, Yogyakarta: Absolut, 2003.
Nila Wardani, Panduan Pelatihan Inklusi Gender dan Sosial, Surabaya: Lapis
PGMI.
Noordjannah Djohantini dkk, Memecah Kebisuan, Agama Mendengar Suara
Nur Istiqomah yang berjudul Gaya Bahasa Dakwah dan Konsep Gender dalam
Novel “Xie Xie Ni De Ai” Karya Mell Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013.
Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung:PT. Citra Aditya
Bakti, 2000.
P.A Van Gastel, Resensi Film, Jakarta: Yayasan Prapantja, 1960.
Perempuan Korban Kekerasan Demi Keadilan, Jakarta: Open Society Institute,
2007.
Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian Gender, PSW
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.
Quraisy Shihab, Perempuan, Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Rifka Annisa, Kekerasan terhadap perempuan.
82
S. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: Bahan Kuliah Universitas
Sebelas Maret.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, Jakarta: Kompas 2009.
Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2003.
Sutirman Eka Ardana, Modul mata kuliyah sinematografi, Fakultas Dakwah: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sumbo Tinarkubo, Semiotika Komunikasi Visual edisi Revisi, Yogyakarta:
Jalasutra, 2009.
Syaiful Hidayat, Mengetuk Pintu Taubat, Jakarta: Mutiara Media, 2009.
Tapi Omas Ihromi, Penghapusan Diskriminasi Wanita, Bandung: Alumni, 2000.
Tatang M.Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafika Persada,
1995.
Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang: UMM Press,
2006.
Waryono Abdul Ghafar dan MUh.Isnanto, Anotasi Dinamika Studi Gender IAIN
Sunan Kalijaga 1995-2003.
Website
http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_%28sinetron%29
http://archive.tabloidbintang.com/extra/top-list/74314-5-karya-terakhir-chaerulumam.html
http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/12/26/review-dalam-mihrab-cinta2010/
https://www.google.com/search?q=perempuan+dalam+film&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb
http://bertengger.wordpress.com/2013/01/19/representasi-perempuan-dalam-film/
83
http://piiekaa.blogspot.com/2012/11/transformasi-media-novel-dalammihrab.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_(film)
http://www.goodreads.com/book/show/1515615.Dalam_Mihrab_Cinta
http://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy
http://uzaza.blogspot.com/2013/01/sinopsis-flm-dalam-mihrab-cinta.html
http://seteteshidayah.wordpress.com/2012/09/11/bolehkah-wanita-melamar-pria/
http://idrisone511.blogspot.com/2013/09/qs-adz-dzariyyat-56.html
http://sleviblog.wordpress.com/2011/06/11/stereotype-perempuan/
Al-Qur’an
Al-Anbiya’ ayat 107
Ali imran ayat 159
Al-Maidah ayat 45
Annisa ayat 124
Adz-zaariat ayat 56
Al-hujurot ayat 13
Ali-imron ayat 159.
Hadist
Khadijah r.ah.Melamar Rasulullah s.a.w.
Kewajiban Menuntut Ilmu
CURRICULUM VITAE
I.
Data diri
Nama
: Nining Umi Salmah
TTL.
: Brebes, 04 Januari 1991
Alamat
: Jl. Ahmad Yani, Karang Malang, Ketanggungan, Kab.
Brebes, Jawa Tengah
No. HP.
: 087839869368
II. Jenjang Pendidikan
TK. Aisyiyah Brebes
SDN Muhammadiyah Brebes 2003
MTs Muhammadiyah Bambanglipuro Bantul 2006
MA Taruna Al-Qur’an Yogyakarta 2009
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014
Download