KONSEP GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB CINTA” SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Disusun oleh : Nining Umi Salmah NIM 10210088 Pembimbing : Dr.Alimatul Qibtiyah, S.Ag, M.Si, M.A NIP 19710910 199603 2 001 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNANKALIJAGA YOGYAKARTA 2014 i ii KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jl. Ma...Marsda Adisucipto, Telp. 0274-515856 Yogyakarta 55281, E-mail: [email protected] SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI Kepada : Yth. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijga Yogykarta Di Yogykarta Assalamulaikum wr.wb Setelah membaca, meneliti, memberikan memberikan petunjuk dan mengoreksi serta memberikan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara : Nama : Nining umi Salmah NIM : 10210088 Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Judul Skripsi : KONSEP GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB CINTA” Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan/ Prodi Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijga Yogykarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dengan ini mengharap agar skrispsi tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Yogyakarta, 24 maret 2014 Mengetahui: iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Nining Umi Salmah NIM : 10210088 Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Dakwah dan Komunikasi Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul: KONSEP GENDER DALAM FILM “DALAM MIHRAB CINTA” adalah hasil karya pribadi dan sepanjang pengetahuan penyusun tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang penyusun ambil sebagai acuan. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggungjawab penyusun. Yogyakarta, 24 Maret 2014 iv PERSEMBAHAN Karya sederhana ini saya persembahkan untuk: Istana yang paling indah adalah keluarga. Kupersembahkan karya ini, kepada orang-orang yang aku cintai, sayangi, serta kukasihi 1. Mamah Itoh dan Bapak Acong yang senantiasa selalu mendoakan serta memberi dukungan penuh kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan S1 di kampus UIN Sunan Kalijaga, 2. Untuk keluarga Ibu Alim, Bapak Santo, Fahri, Zihan, dan Akhdan terimakasih untuk kebersamaanya. 3. Kakak-kakak tercinta Mbak Neneng, Mbak Nunung, Mas Agus, Mas Dede. Terimakasih telah memberikan doa serta motifasinya. 4. Dan untuk Almamater UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Trimakasih atas ilmu dan kenangan yang tak mungkin saya lupakan. 5. Spesial buat engkau yang telah menghiasi hari-hariku dengan penuh kasih sayang serta pengorbanan yang tak bisa kugantikan kecuali hanya bisa untuk menunggu disaat kau menghampiri rumahku. v MOTTO “Tidak Memuliakan Perempuan Kecuali Orang Yang Mulia, Dan Tidak Menghinakan Perempuan Kecuali Orang Yang Hina” (Sayyidina Ali r.a) vi KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayat, dan inayah-Nya, Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan kita sepanjang masa. Sehingga penelitian skripsi dengan judul “Konsep Gender dalam Film Dalam Mihrab Cinta” bagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari akan keterbatasan yang peneliti miliki, oleh karena itu, penelitian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, serta motifasi dari berbagai pihak. Maka izinkanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr.H. Waryono, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. 2. Ibu Dr. Alimatul Qibtiyah, S.Ag, M.Si, M.A selaku dosen pembimbing yang telah merelakan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Saptoni, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu melancarkan pendidikan di jenjang Universitas. 4. Ibu Khoiro Ummatin selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. vii 5. Teman-teman KPI angkatan 2010 khususnya Abang fha’i ,Intan, Kurnia, Aniq, Colil, Indah dan Kompeny D kalian istimewa. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan limpahan karunianya atas jasa dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, besar harapan saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, sebagai wujud kepedulian penulis terhadap generasi penerus bangsa. Amin Ya Robbal Aalamin. Yogyakarta, 24 Maret 2014 viii ABSTRAKSI Nining Umi Salmah, 10210088. Konsep Gender dalam Film “Dalam Mihrab Cinta”. Skripsi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Film merupakan salah satu alat untuk merefleksikan kehidupan sosial masyarakat yang ada. Termasuk merefleksikan konsep gender. Banyak film yang merepresentasikan konsep gender diantaranya film “Dalam Mihrab Cinta”. Skripsi ini ingin mengetahui bagaimana konsep gender dalam Islam dalam film “Dalam Mihrab Cinta”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data yang dikumpulkn dengan dokumentasi. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis semiotik Roland Barthes, dimana ia menganalisa berdasarkan sistem “Denotasi-Konotasi” yang mengarah pada makna-makna kultural yang melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Ada empat konsep gneder yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini yaitu. Pertama. Kekerasan terhadap perempuan, kedua Persamaan status antara laki-laki dan perempuan, ketiga peran pendidik bagi perempuan dan stereotipe perempuan cengeng dan laki-laki sebagai penolong, dan yang keempat, Keseimbangan pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan. viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v MOTTO ............................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAKSI ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii BAB I: PENDAHULUAN A. Penegasan Judul............................................................................ 1 B. Latar Belakang.............................................................................. 4 C. Rumusan Masalah......................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7 E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 8 F. Kajian Pustaka .............................................................................. 8 G. Kerangka Teori ............................................................................. 9 1. Film ....................................................................................... 9 2. Gender ................................................................................... 14 3. Film dan Gender di Indonesia ................................................ 26 H. Metode Penelitian ......................................................................... 28 ix I. Sistematika Pembahasan ............................................................... 33 BAB II: GAMBARAN UMUM FILM “DALAM MIHRAB CINTA” A. Seputar Film “Dalam Mihrab Cinta” ............................................. 35 B. Sinopsis ........................................................................................ 36 C. Karakter tokoh .............................................................................. 40 BAB III: KONSEP GENDER KEKERASAN, PERSAMAAN STATUS, PERAN DAN STEREOTIPE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Kekerasan .................................................................................... 45 B. Persamaan Status Laki-laki dan Perempuan .................................. 51 C. Peran dan Stereotipe Laki-Laki dan Perempuan ............................ 57 1. Peran Laki-laki dan perempuan ............................................. 58 2. Stereotipe Perempuan “Cengeng” .......................................... 63 3. Stereotipe Laki-Laki “Pelindung” ......................................... 68 D. Pengambilan Keputusan laki-laki dan Perempuan ......................... 72 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 77 B. Saran-saran ................................................................................... 78 C. Penutup ........................................................................................ 78 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN x DAFTAR TABEL Tabel 1.1............................................................................................................... 15 Tabel 1.2............................................................................................................... 24 Tabel 1.3............................................................................................................... 29 Tabel 3.4............................................................................................................... 45 Tabel 3.5............................................................................................................... 46 Tabel 3.6............................................................................................................... 51 Tabel 3.7............................................................................................................... 53 Tabel 3.8............................................................................................................... 58 Tabel 3.9............................................................................................................... 59 Tabel 3.10............................................................................................................. 63 Tabel 3.11............................................................................................................. 65 Tabel 3.12............................................................................................................. 68 Tabel 3.13............................................................................................................. 70 Tabel 3.14............................................................................................................. 72 Tabel 3.15............................................................................................................. 73 xi 1 BAB I A. Penegasan Judul Dalam rangka memperjelas lingkup permasalahan yang hendak dikaji dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian yang berjudul Konsep Gender Dalam Film “Dalam Mihrab Cinta” peneliti memberikan batasan-batasan istilah sebagai berikut: 1. Konsep Gender Konsep gender berasal dari bahasa Inggris, “Concept” yang memiliki arti buram, ragam, rencana suatu penelitian atau ide.1 Atau bisa berarti juga sebagai media umum, pengertian, pemikiran, rancangan dan rencana dasar.2 Sedangkan gender adalah sifat, nilai, status, peran dan tanggungjawab yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.3 Dalam konsep gender tersebut, akan memunculkan perbedaan seks dan gender. Yaitu perbedaan yang diberikan Tuhan sejak lahir yang bersifat biologis. Perbedaan yang diberikan manusia hasil konstruksi sosial dan kultural masing-masing yang bersifat non biologis, yang pada tahap berikutnya melahirkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. 1 John M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992), 2 Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, (Yogyakarta: Absolut, 2003), hlm.135. hlm. 239. 3 Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian Gender, (PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), hlm. 157. 2 Perbedaan seks dan gender dapat dilihat juga dari beberapa karakteristik, diantaranya: sumber pembeda, visi dan misi, unsur pembeda, sifat, dampak dan keberlakuan. Perbedaan seks dan gender dilihat dari sumber pembeda dan unsur pembedanya, menjelaskan bahwa seks merupakan anugerah biologis dari Tuhan. Anugerah itu berwujud alat reproduksi/jenis kelamin atau kodrat Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan dan diberlakukan sepanjang masa. Untuk gender sendiri merupakan konstruk masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebudayaan dan tingkah laku masyarakat tertentu. Dimana perannya dapat dipertukarkan dan dapat berubah, sehingga ada perbedaan kelas. Seks memiliki dampak terciptanya nilai-nilai dalam bermasyarakat seperti kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, sehingga menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan gender memiliki dampak terciptanya norma-norma/ketentuan tempat “pantas” atau “tidak pantas”, seperti laki-laki pantas menjadi pemimpin dan perempuan “pantas” dipimpin. Sehingga merugikan salah satu pihak, dan yang banyak dirugikan dalam hal ini adalah perempuan.4 Dalam penelitian ini, konsep gender yang peneliti maksud adalah konsep gender menurut Mansour Fakih dan Qibtiyah. Konsep gender dari Mansour Fakih meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan dan beban kerja, sedangkan konsep gender dalam pemikiran Islam 4 Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2006), hlm.6 (Malang: UMM Press, 3 menurut teorinya Qibtiyah yaitu, literalis, Moderat, dan Progresif.5 Paham literalis merupakan paham yang masih menggunakan pemahaman tekstual, sedangkan paham Progresif merupakan kebalikan dari paham literalis, dan paham moderat merupakan paham yang berada diantara paham literalis dan paham progresif. Sebagai catatan bahwa tidak semua temuan dapat dilihat dengan konsepnya Mansour Fakih dan Qibtiyah. Dengan demikian, penelitian ini akan melihat konsep gender berdasarkan kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Mansour Fakih dan konsep gender dalam Islam menurut Qibtiyah. 2. Film Dalam Mihrab Cinta Film “Dalam Mihrab Cinta” adalah film yang bertemakan Islami atau religi, yang diambil dari sebuah novel karya Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa kang Abik, yang juga merangkap sebagai sutradara film. Film ini diproduksi oleh Sinemart, dan ditayangkan pertama kali pada tahun 2010, dengan dibintangi oleh para aktor dan artis muda ternama diantaranya adalah Dude Harlino, Asmiranda dan Meyda Sefira. Film ini disyuting di Indonesia sesuai dengan latar belakang novelnya. Alasan diambilnya film “Dalam Mihrab Cinta” sebagai dasar penelitian ini yaitu film ini merupakan film dakwah Islam yang akhirnya dilanjutkan 5 dengan pembuatan versi sinetron http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm diunduh Desember 2013 Ramadhan pada tanggal yang 25 4 ditayangkan di RCTI.6 Selain itu, saat pemutaran film perdananya telah ditonton sebanyak 586.565 penonton bioskop di Indonesia7, dan menjadi film terlaris kedua pada saat lirisnya8 Berdasarkan penegasan judul di atas, penelitian ini mengkhususkan diri mengungkap Konsep Gender dalam Film “Dalam Mihrab Cinta”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis semiotika model Roland Barthes. B. Latar Belakang Kemajuan teknologi secara cepat membawa banyak perubahan bagi masyarakat, mulai dari cara berfikir, bersikap, maupun bertingkah laku. Kemajuan teknologi di bidang komunikasi tidak akan pernah lepas dari peran media sebagai sarana atau alat yang dapat membantu memperlancar aktifitas komunikasi. Media yang dimaksud ialah media massa yang memiliki ciri khas dan kemampuan untuk dinikmati khalayak secara serempak. Salah satunya yaitu film. Film sebagai salah satu bentuk media massa menjadi tak sekedar hiburan, di dalamnya terdapat proses signifikasi ideologi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga film dapat berfungsi sebagai salah satu alat untuk melihat realitas yang ada dalam masyarakat. Begitu pula dalam 6 http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_%28sinetron%29 tanggal 25 Januari 2013 diunduh 7 pada Khafidhoh, Ananlisis Film Dalam Mihrab Cinta Menurut Perspektif Dakwah Islam, Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2012. 8 http://archive.tabloidbintang.com/extra/top-list/74314-5-karya-terakhir-chaerulumam.html diunduh pada tanggal 25 Januari 2014 5 mengkonstruksi hubungan antara laki-laki dan perempuan itu sendiri. Namun representasi gender dalam film-film yang sebagian besar dibuat oleh pria masih menggambarkan kekuasaan yang tidak seimbang tersebut. Peran film dalam turut mempelopori keadilan gender memang harus selalu dilakukan. Hal ini mengingat peranan media massa adalah sebagai alat pembentukan opini yang sangat efektif. Keadaan yang mendukung untuk dilakukan rekonstruksi realitas gender itu sendiri, agar terciptanya keadilan gender yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Maka sangat diperlukan pendekatan-pendekatan untuk menghembuskan keadilan gender pada setiap kebijakan pencitraan laki-laki dan perempuan, sehingga terhapuskan pandangan negatif (Stereotype), marginalisasi, sub-ordinasi, beban ganda, kekuasaan maupun ketimpangan-ketimpangan sosial yang menimpa pada perempuan. Sepanjang perkembangan film Indonesia, film bergenre Islam memiliki popularitas sendiri. Eric Sasono memberi gambaran menyeluruh tentang film-film bertema Islam sejak Orde Baru ketika film-film bertema Islam memiliki dimensi yang kuat hingga kecenderungan sekarang ketika Islam sangat dihubungkan dengan gaya hidup.9 Film“Dalam Mihrab Cinta” merupakan salah satu film dakwah Islam, yang secara jelas menampilkan kehidupan pesantren yang banyak mengandung nilai gender. Film yang diangkat dari sebuah novel karangan Habiburrahman El Shirazy ini menceritakan konsep gender yang diperankan 9 Khoo Gaik Cheng dan Thomas Barker, Mau Dibawa Kemana SInema Kita? Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia, (Jakarta: Selemba Humanika, 2011), hlm.4. 6 oleh para tokohnya, sekaligus juga menjadi film pertama Habiburrahman El Shirazy yang disutradarai langsung olehnya.10 Film “Dalam Mihrab Cinta” menampilkan sebuah realitas sosial dengan latar belakang pesantren dengan berbagai macam masalah sehari-hari. Selain mengupas tentang pencarian jati diri juga menampilkan beberapa konsep gender kekerasan, status laki-laki dan perempuan, peran dan stereotipe laki-laki dan perempuan, serta pengambilan keputusan. Salah satu contoh scene yang menampilakan konsep gender adalah ketika Silvie melamar Syamsul dan Silvie memutuskan menolak lamaran Burhan. Secara eksplisit apa yang dilakukan oleh Silvie merupakan hal yang tidak biasa dilakukan oleh seorang wanita. Pasalnya, asumsi yang tumbuh di masyarakat hanya pihak laki-laki yang sewajarnya melamar. Dengan pedoman pada definisi gender, sebagai keadaan, di mana individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan memperoleh pencitraan sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulin (karakteristik , sikap dan perilaku yang dimiliki lakilaki) dan feminin (karakteristik, sikap dan perilaku dominan yang dimiliki perempuan) sehingga menghasilkan segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam film yang merujuk pada nilai gender tertentu. 10 http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/12/26/review-dalam-mihrab-cinta-2010/, diakses pada 23 Desember 2013 7 Berawal dari sinilah peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana konsep gender kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dikonstruksikan dalam film “Dalam Mihrab Cinta” mengingat film tersebut mampu mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari masyarakat. Tidak hanya itu, film juga berbicara melalui bahasa-bahasa visual. Visual dalam film akan bercerita melalui makna tanda-tanda atau simbol-simbol yang melahirkan interpretasi penonton. C. Rumusan Masalah Bagaimana konsep gender terkait dengan kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang digambarkan dalam film “Dalam Mihrab Cinta”? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui bagaimana konsep gender terkait dengan kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang digambarkan dalam film “Dalam Mihrab Cinta”. E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan wacana gender di Indonesia pada saat ini, terutama wacana gender dalam dunia perfilman. 2. Manfaat Praktis 8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan wacana gender di Indonesia pada saat ini serta, menjadi salah satu referensi bagi terciptanya keadilan gender antara laki-laki dan perempuan. F. Kajian Pustaka Untuk mendukung penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa karya penelitian terdahulu sebagai bahan acuan diantaranya: Pertama, skripsi karya Herlyana Putri Liliyani, sebuah penelitian pada fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Ukhuwah Islamiah dalam Film Dalam Mihrab Cinta”11. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes untuk mengungkapkan makna Ukhuwah Islamiah memalui Scene-scene dalam film Dalam Mihrab Cinta. Kesimpulan dari penelitian Herlyna adalah Ukhuwah Islamiah yang digambarkan melalui simbol-simbol yang terdapat dalam film “Dalam Mihrab Cinta” yaitu pertama simbol atau adegan saling memahami, kedua simbol atau adegan saling menasehati, ketiga simbol atau adegan saling tolong menolong, keempat simbol atau adegan saling memaafkan dan yang terakhir kelima simbol atau adegan saling mendoakan. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan Herlyna dengan yang peneliti teliti adalah penelitian Herlyna membahas tentang Ukhuwah Islamiah dalam Film Dalam Mihrab Cinta sedangkan peneliti membahas tentang Konsep Gender dalam film Dalam Mihrab Cinta. 11 Herlyna Putri Liliyani, Ukhuwah Islamiah Dalam Film Dalam Mihrab Cinta, Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012. 9 Kedua, skripsi dari Nur Istiqomah yang berjudul Gaya Bahasa Dakwah dan Konsep Gender dalam Novel “Xie Xie Ni De Ai” Karya Mell Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013. Dalam skripsinya Istiqomah meneliti tentang gaya bahasa dakwah yang mendominasi, serta bagaimana konsep gender yang terdapat dalam cerita novel “Xie Xie Ni De Ai”.12 Sedangkan yang membedakan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Nur Istiqomah ialah subyek penelitian masing-masing. Nur Istiqomah mengambil subyek penelitiannya adalah novel sedangkan peneliti adalah film. Akan tetapi, obyeknya sama-sama membahas tentang konsep gender di dalam dunia media. G. Kerangka Teori 1. Tinjauan Tentang Film a. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Film menurut Fiske merupakan gambar hidup juga sering disebut movie. Film memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjangkau banyak segmen sosial, karena film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak luar.13 Harus diakui bahwa hubungan antara film dengan masyarakat memiliki sejarah panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Banyak penelitian tentang dampak film terhadap 12 Nur Istiqomah, Gaya Bahasa Dakwah dan Konsep Gender dalam Novel “Xie Xie Ni De Ai” Karya Mell Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013. 13 John Fiske, Television culture, (London: Routledge, 1987), hlm. 33. 10 masyarakat hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier, artinya film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya tanpa berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini berdasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Ditinjau dari jenisnya film terdiri dari film cerita, film dokumenter, film animasi, dan film berita.14 Kemunculan televisi melahirkan film dalam bentuk lain yakni film berseri (film seri), film bersambung (telenovela dan sinetron), dan sebagainya. Sedangkan ditinjau dari isinya film dibagi menjadi empat yaitu film action, film drama, film komedi, dan film propaganda.15 b. Unsur-unsur yang berkaitan dengan film 1) Skenario: rencana untuk pelakonan film berupa naskah. Scenario berisi sinopsis, deskripsi Treatment (deskripsi peran), Break Down, rencana shot, dan dialog. 2) Sutradara: pengarah adegan sesuai skenario. 3) Sinopsis: ringkasan cerita pada sebuah film16. 14 Elvinaro Ardianto dan Lukiyati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Sembiosa Rekatama Media, 2004), hlm. 138. 15 16 Heru Effendy, Mari Membuat Film, (Jakarta: Pustaka Konfidn, 2002), hlm. 24-31. Ibid, hlm. 15-17 11 4) Penokohan: tokoh pada film cerita selalu menampilkan protagonis (tokoh utama), antagonis (lawan protagonis), tokoh pembantu utama dan figuran.17 5) Karakteristik: karakteristik pada sebuah film cerita, merupakan gambaran umum karakter yang dimiliki oleh para tokoh dalam film tersebut. 6) Scene: biasa disebut adegan. Scene adalah entitas terkecil dalam film yang merupakan rangkaian shot dalam suatu ruang dan waktu, serta memiliki kesamaan gagasan.18 7) Shot: satu bidikan kamera terhadap obyek. 8) Dissolve:teknik pemindahan dari suatu scene ke scene lain secara halus tanpa terlihat terputus.19 9) Cut:teknik pemindahan dari suatu scene ke scene lain secara jelas terlihat pemotongannya (kasar). c. Fungsi film Pada awalnya, film dibuat untuk ditonton secara massal.20 Sehingga film mampu memberikan konstribusi pemahaman makna atau pesan tentang penggambaran yang muncul berdasarkan dimensidimensi yang ada di dalam lingkunganya. Di sinilah kemudian kehadiran film ditengah-tengah masyarakat menemukan suatu garis 17 18 19 20 Ibid, hlm. 21. Budi Irawanto, Film Ideologi dan Militer,(Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), hlm. 4. Ibid, hlm. 4. P.A Van Gastel, Resensi Film, (Jakarta: Yayasan Prapantja, 1960), hlm. 21. 12 merah, yaitu sebagai media dan sasaranya adalah sama yakni manusia. Diantara fungsi-fungsi film yang lainnya adalah: 1) Film sebagai sarana informasi Film sebagai sarana informasi adalah efektifnya transformasi dua arah yang dapat menyampaikan digunakan pesan-pesan sebagai dan perantara memberikan dalam gambaran- gambaran tentang peristiwa. 2) Film sebagai sarana transformasi budaya Budaya adalah hasil dari pemikiran manusia. Adapun transformasi kebudayaan adalah perpindahan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada beberapa periode kebudayaan yang memiliki eksistensi sendiri dan telah ditransformasikan eksitensinya pada periode berikutnya. 3) Film sebagai sarana hiburan Hiburan sangat dibutuhkan dan merupakan sebuah kebutuhan manusia. Fungsi film sebagai sarana hiburan bertujuan supaya setiap yang menonton menghilangkan film kejenuhan dapat sehingga merasa terhibur menemukan dan kembali kesegaran dan semangat baru setelah menonton film. 4) Film sebagai sarana dakwah Film sebagai sarana dakwah, diharapkan bagi para penikmat film mau dan mampu mengambil hikmah atau pesan moral yang ada dalam film tersebut, karena setiap film tidak selalu terbuka dalam 13 memberikan pesan dakwahnya bisa dengan sindiran atau singgungan yang dapat diartikan oleh penonton sendiri. 5) Film sebagai sarana pendidikan Pendidikan bisa dicari di mana saja, tak terkecuali dalam film, penikmat film bisa belajar banyak hal lewat sebuah karya film. Film digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan terdidik didalam proses rangkaian pendidikan. 6) Film sebagai sarana pemenuhan kebutuhan komersialisasi Bagaimana kemudian film ini mampu laku dipasaran dan banyak peminatnya pada saat tayang perdana atau primer. Karena sampai saat ini produksi film masih saja sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan keuangan baik pribadi maupun kelompok.21 d. Pesan-pesan dalam film Film merupakan salah satu dari media massa yang memiliki beberapa pesan yang terkandung dalam film, dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Mengukuhkan sikap Isi pesan dalam film dapat mengukuhkan sikap tertentu yang ada di masyarakat. 2) Mengubah sikap 21 Sutirman Eka Ardana, Modul mata kuliyah sinematografi, (Fakultas Dakwah: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), hlm. 34. 14 Film juga menghasilkan banyak perubahan yang terkadang dianggap sepele. 3) Menggerakan Setelah suatu sikap atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkannya, mengendalikannya ke arah tertentu. 4) Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu Adanya film yang mengungkapkan secara terbuka suatu penyimpanan tertentu dari suatu norma yang berlaku (misalnya, skandal Jim Brakker), dapat menyajikan etika kolektif kepada khalayak.22 2. Tinjauan Tentang Konsep Gender a) Perbedaan gender dan seks Dalam realitas kehidupan manusia berkembang dua macam perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yakni perbedaan yang diberikan Tuhan sejak lahir yang bersifat biologis dan perbedaan yang diberikan manusia hasil konstruksi sosial dan kultural masing-masing yang bersifat non biologis. Perbedaan pertama disebut seks dan yang ke dua disebut gender.23 Baik perbedaan seks maupun perbedaan peran laki-laki pada tahap berikutnya melahirkan perbedaan peran antara laki-laki dan 22 23 Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2003), hlm. 92-93. Waryono Abdul Ghafar dan MUh. Isnanto, Anotasi Dinamika Studi Gender IAIN Sunan Kalijaga 19995-2003,hlm. 17. 15 perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan seks mengharuskan perempuan mengemban peran mengandung, melahirkan, dan menyusui. Laki-laki berperan membuahi sel telur dengan spermanya. Sedangkan perbedaan gender menempatkan perempuan disektor domestik dan lakilaki disektor publik, perempuan sebagai ibu rumah tangga dan laki-laki sebagai kepala keluarga, perempuan sebagai yang dipimpin dan lakilaki sebagai pemimpin.24 Untuk memperjelas konsep seks dan gender dapat diperhatikan melalui tabel berikut ini. Tabel 1.1 Perbedaan Seks Dan Gender25 No 1 4 Karakteristik Sumber pembeda Visi dan Misi Unsur pembeda Sifat 5 Dampak 6 Ke-berlaku-an 2 3 24 25 Seks Tuhan Gender Manusia(masyarakat) Kesetaraan Biologis(alat roproduksi) Kodrat tertentu, tidak dapat dipertukarkan Terciptanya nilainilai: kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, dll. Sehingga menunguntungkan kedua belah pihak. Kebiasaan Kebudayaan(tingkah laku) Harga, martabat dapat dipertukarkan Sepanjang masa, Terciptanya normanorma/ ketentuan tempat “pantas” atau “tidak pantas” lakilaki pantas menjadi pemimpin perempuan “Pantas” dipimpin dll, sering merugikan salah satu pihak, kebetulan adalah perempuan Dapat berubah, Ibid., hlm. 17. Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, (Malang: UMM Press, 2006), hlm.6. 16 di mana saja, tidak musiman, dan mengenal berbeda antar kelas. pembedaan kelas. Sumber: Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender Perbedaan peran secara jelas diakibatkan oleh perbedaan seks tidak pernah dipermasalahkan sejak dahulu sampai sekarang. Sebaiknya, perbedaan peran yang diakibatkan gender memunculkan pro dan kontra serta perdebatan panjang sampai sekarang. Perbedaan peran gender tersebut disinyalir telah melahirkan ketidakadilan terhadap perempuan dalam beberapa bentuk, yaitu: 1) Marginalisasi (proses pemiskinan) Marginalisasi perempuan tidak hanya terjadi pada tempat kerja ataupun rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminasi anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan serta diperkuat dengan oleh adat istiadat dan tafsir keagamaan. Misalnya banyak diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan warisan sama sekali. 2) Subordinasi (Anggapan perempuan tidak penting dalam sebuah pengambilan keputusan). Misalnya di Jawa dulu terdapat anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya akan ke dapur juga. 17 3) Stereotipe perempuan. Pelabelan negatif yang menimbulkan ketidakadilan, seperti stereotipe yang diberikan kepada Cina di Asia Tenggara yaitu perempuan yang bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka tiap kasus kekerasan atau pelecehan selalu dikaitkan dengan stereotipe tersebut. 4) Kekerasan (fisik dan psikis) Kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang selalu menempati posisi paling sering terjadi dibandingkan dengan bentuk kekerasan berbasis gender lainnya. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat bahwa pada tahun 2007 tercatat 469 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, Sedangkan pada kasus kekerasan dalam pacaran tercatat 776 pada tahun yang sama.26 5) Beban kerja (perempuan pada wilayah domestik).27 Beban ganda yang dimiliki perempuan masih mengakibatkan perempuan belum dapat menyetarakan diri pada sektor publik dengan laki-laki, walaupun perempuan yang bekerja pada sektor publik di Indonesia saat ini terus meningkat. Menurut data yang yang dihimpun Badan Pusat Statistik tahun 2012, pada bulan Agustus 2010 terdapat 45.118.964 perempuan kategori usia produktif yang 26 Rifka Annisa, Pemantauan Implementasi Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Enam Propinsi. 27 Mansour Fakih, Analisis Gende dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm. 12-23. 18 bekerja di sektor publik. Jumlah ini meningkat pada bulan Februari 2012, yaitu 46.509.689 perempuan kategori usia produktif yang bekerja di sektor publik. Angka ini masih di bawah jumlah laki-laki produktif yang bekerja di sektor publik, yaitu 72.251.521 jiwa pada bulan Agustus 2011 dan 73.907.357 jiwa pada bulan Februari 2013.28 b) Konsep Gender Dalam Pemikiran Islam Gender adalah sifat, nilai, status, peran dan, dan tanggung jawab yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.29 Perbedaan seks pada laki-laki dan perempuan berimplikasi pada peran gender. Budaya patriarki yang terjadi di Indonesia mengakibatkan bidang-bidang politik, ekonomi, pendidikian, hukum, agama, dan juga budaya yang senantiasa terpinggirkan karena perempuan dianggap atau diputuskan tidak layak dan tidak mampu bergelut dibidang-bidang tersebut.30. Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman mengklasifikasikan gender dan isu-isu feminis melalui tiga katagori: konservatif (literalis), moderat, dan liberal. Dalam skema Burhanudin dan Fathurahman, klasifikasi ini didasarkan pada cara muslim menafsirkan teks-teks agama, dan sikap mereka terhadap feminisme barat. 28 Majalah Aisyiyah, edisi 12 desember 2013 29 Ibid ., hlm. 157. 30 Ibid ., hlm. 157. 19 1. Kelompok Konservatif Konservatif (literalis), adalah mereka yang menolak isu-isu gender dan feminisme, baik yang dikemukakan oleh para feminis muslim apalagi feminis Barat.31 Untuk mendukung pendapatnya mereka mengemukakan ayat Al-Quran dan Hadis yang dipahami secara literal, yang dianggap bertentangan dengan ide-ide feminisme dan gender. Pada umumnya mereka menolak pembaharuan dan pemikiran Islam, termasuk didalamnya pemikiran tentang gender.32 Argumen kelompok konservatif pada intinya dapat diringkas sebagai berikut: Islam telah mengatur dengan adil kedudukan lakilaki dan perempuan, isu-isu feminisme dan gender tidak sesuai dengan ajaran Islam, laki-laki dan perempuan diciptakan tuhan dengan kodrat yang berbeda-beda, keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda pula. Sehingga upaya-upaya yang berusaha mengingkari kodrat tersebut tidak dibenarkan. Feminismee adalah upaya Barat untuk menghancurkan aqidah umat Islam, sehingga perempuan Muslim berani melawan suami, orang tua, dan bahkan melanggar ketentuan agama.33 2. Kelompok Moderat 31 Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman, Tentang Perempuan Islam Wacana Dan Gerakan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM, 2004), hlm. 187. 32 Ibid., hlm. 187. 33 Ibid ., hlm. 188. 20 Kelompok moderat adalah mereka yang menerima ide-ide feminismee dan gender sejauh berada dalam koridor Islam. Mereka berpendapat tidak semua ide feminismee yang berasal dari Barat harus diterima, khususnya yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Bagi mereka, Islam diturunkan justru untuk mengatasi ketidak adilan gender. Oleh karena itu, semangat feminismee yang berkembang dalam ajaran Islam, Islam diyakini sebagai konsep ideal. Argumen mereka dapat diringkas sebagai berikut: Islam adalah agama yang sempurna, semua persoalan telah dijelaskan dalam AlQur’an tanpa ada yang tertinggal, dan tugas umat Islam adalah untuk menjadikan sebagai pedoman hidup, hubungan laki-laki dan perempuan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, ketetapan agama adalah terbaik, dan karena itu dijadikan pedoman hidup kaum Muslim.34 3. Kelompok Liberal Istilah liberal di sini tidak dimaksudkan dalam pengertian gerakan feminismee Barat radikal seperti yang diperjuangkan feminis sekuler Simone Kallotai dari Rusia. Liberal di sini dimaksudkan bahwa mereka memiliki lompatan pemikiran yang 21 maju dan strategis yang melampaui ide-ide kalangan moderat apalagi konservatif.35 Ide bahwa perempuan mendapatkan bagian yang sama dengan laki-laki dalam waris, kebolehan perempuan menjadi pemimpin dll seperti yang dikemukakan Munawir Syadzali, bisa dianggap liberal. Karena itu, tidak aneh bila Syadzali mendapat kritik pedas dari tokoh-tokoh Islam lainnya. Bagi kelompok liberal, ide-ide tersebut di atas bukanlah hal yang tidak mungkin. Semuanya mungkin. Dan yang lebih penting lagi, semua bisa diterangkan melalui pendekatan agama, sehingga masyarakat bisa, atau suatu saat akan bisa menerimanya. Kalangan liberal berupaya mengatasi persoalan-persoalan yang ditinggalkan kelompok moderat. Bagi mereka, solusi yang ditawarkan kalangan moderat dalam hal relasi gender tidak tuntas, karena tidak menyentuk inti persoalan.36 Sedangkan menurut Mark Woodward dalam jurnal yang ditulis oleh Alimatul Qibtiyah, mengatakan pemikiran Islam Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam lima varian.37 1) Indigenised Islam (dalam istilah Geertz, yang dikenal sebagai abangan), yang pengikutnya secara resmi mengidentifikasi diri 35 Ibid., hlm.200. 36 Ibid., hlm.201. 37 Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues Among Gender Activists and Sholars in Inddonesian Universities, http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm 22 mereka sebagai seorang Muslim, tetapi dalam prekteknya biasanya syncretise Islam dengan sistem budaya lokal. 2) Sunni tradisional menekankan teks Islam hukum, Nahdlatul teologis Ulama dan (NU) mistik yang klasik: penganutnya seringkali telah dididik di pesantren di daerah pedesaan dan menerima budaya lokal asalkan nilai-nilai Islam tidak diperebutkan. 3) Modernisme Islam Muhammadiyah, yang berkonsentrasi pada pendidikan modern dan agenda sosial, dan menolak mistisisme, penganut sebagian besar dari pusat-pusat perkotaan. 4) Kelompok-kelompok yang sangat anti pemikiran Barat, wacananya berpusat pada jihad dan hukum syariah, biasanya berpusat di perguruan tinggi di kota besar. 5) Neo-modernis, yang berusaha untuk menemukan landasan Islam untuk berbagai jenis modernitas termasuk toleransi, demokrasi, kesetaraan gender dan pluralisme. Kedua pendapat tadi, kemudian digabungkan oleh Qibtiyah, yang ia tulis dalam disertasinya, bahwa kedua sistem klasifikasi untuk membagi dunia pemikiran Islam tentang gender dan feminisme di Indonesia menjadi tiga katagori, yaitu: Literalis, moderat dan progresif/kontekstual.38 Katagori literalis meliputi, apa yang Burhanudin dan Fahturahman katakan, yaitu menyebut ide-ide 38 Ibid.,hlm. 4. 23 konservatif atau memaknai teks dengan apa adanya, serta termasuk keempat varian Mark Woodward. Woodward yang menyebutkan: Islam pribumi, varian NU, Muhammadiyah, dan kelompokkelompok Islam yang anti-Barat, dengan wacana berpusat pada jihad dan syari’ah hukum.39 Dan katagori ‘moderat’ sama halnya dengan pendapat Burhanudin dan Fahturahman dalam memaknai istilah ‘moderat’, yaitu antara keduanya yang interprestasinya tidak konsisten atau dalam pikirannya lebih memperhatikan konteks dan menerapkan pendekatan hermeneutik (kontekstual). Kadang-kadang cenderung menuju konserfatif/ literalis (memaknai teks apa adanya) dan pada waktu lain dengan (progresif) kontekstual. Kemudian kategori progresif/kontekstualis, yang mirip dengan orientasi ‘liberal’ yang diusulkan oleh Burhanudin dan Fahturahman. Ia kurang setuju dengan Burhanudin dan Fahturahman yang menyebutkan sebagai ‘liberal’, maka ia menyebutkan dengan ‘progresif’. Sedangkan menurut Woodword, disebut dengan ‘Neomodernis’. Qibtiyah menegaskan, bahwa tidak selalu ada kebetulan afiliasi organisasi dan orientasi pemikiran seseorang. Ia juga mencontohkan, bahwa tidak semua orang dari organisasi NU atau Muhammadiyah memiliki orientasi moderat dalam hal gender. 39 Ibid.,hlm. 4. 24 Kajian literatur tentang gender dalam Islam, telah diringkas, beberapa sikap inti dan harapan mengenai peran hak-hak laki-laki dan perempuan, yaitu katagori literalis, moderat dan progresif.40 Tebel 1.2 Ringkasan dari isu-isu gender dalam pemikiran Islam.41 No Isu Literalis Laki-laki mempunyai status Status laki-laki yang lebih tinggi dan perempuan dibanding perempuan Moderat Progresif Laki-laki dan perempuan tidak sama akan tetapi mereka saling membutuhkan. Laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama. Islam mengajarkan wanita lebih utama jika berada di rumah dan mengurus anak. Kodrat wanita adalah melahirkan dan menyusui, sedangkan mengurus rumah dan anak merupakan tanggung jawab bersama suami istri. Tidak pada tempatnya jika Peran laki-laki laki-laki harus dan perempuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Wanita boleh bekerja, asal tidak melupakan kewajibannya sebagai istri dan ibu yang harus mengurus anak dan rumah tangga. Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan peran dan tanggung jawab dalam ranah publik dan domestik. 4. Perempuan tidak Kepemimpinan boleh menjadi laki-laki dan pemimpin lakiperempuan laki. Perempuan dapat menjadi pemimpin asal memiliki kemampuan, kecuali dalam sholat. 5. Warisan bagi Karena laki-laki 1. Kodrat lakilaki dan perempuan 2. 3. 40 Ibid.,hlm. 4. 41 Ibid.,hlm. 4-5. Kodrat perempuan adalah diwilayah domestik dan pengasuhan anak, sedangkan lakilaki diluar rumah dan mencari uang Laki-laki Perempuan dapat menjadi pemimpin laki-laki apabila memiliki kemampuan, termasuk dalam sholat. Laki-laki dan 25 laki laki dan perempuan mendapat warisan dua kali lebih banyak dari perempuan. 6. Kesaksian laki-laki dan perempuan Satu saksi lakilaki sebanding dengan dua saksi perempuan dalam hukum Islam. 7. Penciptaan perempuan Perempuan diciptakan dari tulang rusuk lakilaki. Poligami Memiliki lebih dari satu istri adalah wajar, karena pada dasarnya laki-laki bersifat poligami dan wanita bersifat monogami. 9. Hubungan seksual Istri tidak boleh menolak ajakan suaminya berhubungan intim dalam kondisi apapun. 10. Hanya suami atau Membuat ayah yang berhak keputusan menentukan dalam keluarga keputusan dalam keluarga. 8. mendapat dua dan perempuan mendapat satu, maka harta dalam bentuk lain harus diperuntukkan bagi perempuan. Satu saksi perempuan dianggap cukup jika dia mampu atau ahli dalam persoalan itu. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk lakilaki hanya sebuah perumpamaan. Poligami bisa dilakukan hanya jika keadaan mendesak dan mampu memenuhi nilai keadilan. Suami istri punya hak yang sama dalam masalah seks, hanya saja hak suami lebih diprioritaskan daripada istri. Suami membuat keputusan di ranah publik (pekerjaan) dan istri membuat keputusan di ranah domestik (rumah tangga). perempuan harus mendapat bagian yang sama. Laki-laki dan perempuan samasama mampu untuk menjadi saksi. Laki-laki dan perempuan diciptakan dari satu zat yang sama. Poligami tidak bisa diterima pada masa kini karena selalu menimbulkan banyak masalah. Suami istri punya hak yang sama dalam seks serta cara mengekspresikannya. Semua anggota keluarga berhak mebuat keputusan. Sumber : Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues AmongGender Activists and Sholars in Inddonesian Universities. 26 3. Film dan gender di Indonesia Wanita dalam media terutama film di Indonesia senantiasa digambarkan sangat tipikal, yaitu tempatnya ada di rumah, berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung para pria, tidak mampu membuat keputusan penting. Penggambaran semacam itu, wanita telah mengalami kekerasan, penindasan, pembatasan peran sosial sebagai seorang istri.42 Media massa terutama film, merupakan agen sosialisasi yang sangat berpengaruh dalam menyalurkan keinsyafan dan pengharapan gender,43 karena film merupakan salah satu instrumen utama yang membentuk konstruksi gender pada masyarakat. Laki-laki dan perempuan telah direpresentasikan oleh media sesuai dengan stereotipestereotipe kultural untuk mereproduksi peranan-peranan jenis kelamin secara tradisional. Film sebagai salah satu produk dari media massa juga berperan besar dalam membentuk pandangan masyarakat mengenai konstruksi gender. Dari berbagai perspektif yang tepat digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis terhadap relasi gender di media massa. Hal itu disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif pada adanya penindasan terhadap perempuan di film. Menurut Zoonen 42 Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, (Jakarta: Kompas 2009), hlm. 4. 43 Kris Budiman, Feminografi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999), hlm. 12. 27 dan Stevees media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki yang dianggap sebagai sistem yang paling menarik yang tersedia,44 selain itu film merupakan media yang sangat potensial dalam proses penyebaran dan melestarikan ideologi gender karena film mentransmisikan pesan melalui gambar-gambar yang bersuara dan seakan-akan hidup. Film dipandang sebagai proses ideologi, sehingga konstruksi sosial yang membentuk masyarakat dapat dilihat melalui film. Dalam konteks gender konstruksi sosial muncul dalam penampilan perempuan dan laki-laki dalam peran-peran sosial, masalah seksual dan reproduksi, pekerja perempuan, gambaran tentang feminitas dan stereotip perempuan.45 Film tidak hanya merefleksikan definisi peran yang diterima oleh masyarakat, akan tetapi juga memaksakan definisi feminitas yang sempit, karena film adalah lahan yang kaya akan penggalian stereotipe perempuan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Realitas yang ditampilkan dalam film bukanlah realitas sesunggguhnya. Sutradara telah membingkai realitas sesuai dengan subjektivitasnya yang dipengaruhi oleh kultur dan masyarakatnya. Sutradara yang dibesarkan dalam kultur patriarki cenderung menampilkan film yang akan memperkokoh nilai-nilai patriarki. 44 45 Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, (Jakarta: Kompas 2009), hlm.. 76. https://www.google.com/search?q=perempuan+dalam+film&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflbdiunduh pada tanggal 20 januari 2014. 28 Namun, film juga bersifat personal, sehingga bisa pula mendobrak realitas. Ketimpangan relasi gender dalam film terus terjadi sampai pada saat ini.46 H. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian, sebuah metode mempunyai peranan yang sangat penting khususnya untuk mendapatkan data yang akurat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan, maksudnya data yang dikumpulkan tidak berwujud angka tetapi kata-kata. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu fenomena, sehingga memiliki sifat menjelaskan masalah-masalah yang dihadapinya. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data dengan rincian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus. Penelitian ini berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai objek yang diteliti dan bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai objek yang diteliti.47 Data akan ditampilkan dalam bentuk table dari scene-scene yang terdapat dalam film “Dalam Mihrab Cinta”. Data-data tersebut berusaha diinterprestasikan dengan rujukan, 46 http://bertengger.wordpress.com/2013/01/19/representasi-perempuan-dalam-film/ 47 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT.Remeja Rosdakarya, 2001), hlm.201. 29 acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.48 Serta bersifat deskriptif kualitatif, yaitu berusaha untuk melukiskan secara sistematis objek dan subjek penelitian. Metode diskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta di permulaan tertentu dan juga berusaha untuk mengemukakan gejala secara lengkap dan aspek yang diteliti, dengan memberikan penafsiran fakta yang ditemukan. 2. Subyek dan Obyek Penelitian a) Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah sumber data dari penelitian yang di mana data itu diperoleh.49 Adapun subyek penelitian adalah film “Dalam Mihrab Cinta”. b) Obyek Penelitian Obyek penelitian yaitu masalah apa yang hendak diteliti atau masalah penelitian yangdisajikan obyek penelitian, pembatasan yang dipertegas dalam penelitian.50 Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitiannya adalah scene-scene konsep gender kekerasan, persamaan 48 S. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Bahan Kuliah Universitas Sebelas Maret), hlm. 13. 49 50 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 102. Tatang M.Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Raja Grafika Persada, 1995), hlm. 92-93. 30 status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dalam film “Dalam Mihrab Cinta” dalam perspektif Islam. 3. Jenis data dan sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer: Film Dalam Mihrab Cinta. b. Data Skunder: Buku-buku, dokumen-dokumen atau artikelartikel yang berkaitan dengan penelitian, untuk melengkapi analisis masalah sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih komperhensif. 4. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan penting, yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sehingga akan diperoleh data lengkap, sah bukan berdasarkan perkiraan. Dalam penelitian sosial fungsi data berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer.51 51 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 158. 31 Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan dengan mengambil data-data primer berupa film Dalam Mihrab Cinta lalu dikaji sesuai metode analisis semiotika. b. Studi Kepustakaan Studi dengan menggali informasi dari berbagai literatur, bacaan, artikel dan sumber lain yang releven terkait permasalahan yang dibahas. 5. Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, peneliti mengungkapkan jenis pendekatan kualitatif dengan analisis semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang tanda yang menganggap bahwa fenomena sosial dan masyarakat itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.52 Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Roland Bharthes, di mana ia menganalisa berdasarkan sistem “Denotasi-Konotasi” yang mengarah pada makna-makna kultural yang melibatkan simbolsimbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Donotasi menunjukan arti literatur atau eksplisit dari kata-kata dan fenomena lain atau nyata. Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya 52 Alex Sobur, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.63. 32 dan asosiasi personal. Denotasi dan konotasi menguraikan hubungan antara signifier dan refrent-nya.53 Penelitian ini berusaha untuk mencari konsep gender kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan yang terdapat dalam film “Dalam Mihrab Cinta” lewat dialog-dialog atau Scene-scene yang terdapat dalam film tersebut, melalui metode analisis Roland. Roland Barthes mengatakan bahwa ada level makna yang berbeda, penandaan tingkat pertama (first-order signification) disebut denotasi, pada level ini tanda disebutkan terdiri dari signifer dan signified. Konotasi pada penanda tingkat kedua (secon-order significant) menggunakan tanda denotasi (signifer dan signified) sebagai signifier-nya. Untuk lebih jelasnya peneliti menyertakan peta tanda dari Roland Barthes54 Tabel 1.3 Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier 2. Signified (Penanda) (Petanda) 3. Denotative Sign (Penanda konotatif) 4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif) 5. Connotative Signivied (Petanda Konotasi) 6. Connotative Sign (tanda konotatif) Sumber : Alex Sobur, Semiotika Komunikasi 53 Deka Amrika, Representasi Perempuan Islam dalam Film Tjoet Nja’ Dhien, Skripsi Fakuttas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013. 54 Sumbo Tinarkubo, Semiotika Komunikasi Visual edisi Revisi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), hlm. 13-14. 33 Berdasarkan peta Barthes pada gambar di atas, terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dalam konsep Bathes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.55 Tanda-tanda yang dimaksud adalah tanda yang menandai aktualisasi konsep gender kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dalam snene. Untuk memaknai tanda ini adalah yang kemudian barulah dapat disimpulkan maknanya. I. Sistematika Pembahasan Penjelasan tentang sistematika pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum rencana susunan bab yang akan diuraikan dalam skripsi ini, adapun sistematika terdiri dari empat bab dengan uraian sebagai berikut: Bab I memuat tentang garis besar dari skripsi ini, yang terdiri dari penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, Bab II berisi tentang uraian umum tentang gambaran umum film “Dalam Mihrab Cinta”, sinopsis film “Dalam Mihrab Cinta”, bagaimana alur cerita “Dalam Mihrab Cinta”, yang menggambarkan konsep gender secara 55 Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, hlm. 24 34 garis besarnya. Sehingga dari sini dapat diketahui apakah film “Dalam Mihrab Cinta” benar-benar telah menggambarkan realitas masyarakat saat ini. Bab III Akan memaparkan bagaimana konsep gender kekerasan, persamaan status, peran dan stereotipe, pengambilan keputusan dipresentasikan dalam sebuah karya film yaitu film “Dalam Mihrab Cinta”, serta rekapitulasi scene kunci konsep gender dalam film “Dalam Mihrab Cinta”. Bab IV merupakan bab terahir dari rangkaian bahasan ini. Pada bab ini dikemukakan kesimpulan-kesimpulan dari hasil kajian penelitian ini, sebagai jawaban atas permasalahan yang dikemukakan pada bagian awal tulisan ini, serta saran-saran untuk penelitian lebih lanjut. 77 BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian pada film “Dalam Mihrab Cinta” yang diproduksi oleh Sinemart serta disutradarai langsung oleh sang pengarang novel Habiburrahman El Shirazy, dengan judul Konsep Gender dalam Film “Dalam Mihrab Cinta”. Maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: Konsep gender terkait dengan kekerasan pada film “Dalam Mihrab Cinta” digambarkan masih cukup menonjol, karena perempuan masih mendapat kekerasan oleh laki-laki, sedangkan untuk konsep gender terkait persamaan status antara laki-laki dan perempuan yang digambarkan pada film adalah “sama”, tidak terdapat pihak yang mendominasi baik laki-laki maupun perempuan. Untuk konsep gender terkait dengan peran antara laki-laki dan perempuan masih digambarkan moderat, karena perempuan diperbolehkan bekerja tetapi masih pada batasan sebagai pendidik. Sedangkan konsep gender stereotipe yang digambarkan pada film tersebut masih memperlihatkan ketimpangan yang sangat menonjol kerana laki-laki digambarkan sebagai penolong sedangkan perempuan digambarkan sebagai mahluk cengeng dan lemah. Dan yang terakhir adalah konsep gender terkait dengan Pengambilan keputusan digambarkan secara progresif, karena laki-laki 78 maupun perempuan diberikan hak yang sama dalam pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, film Dalam Mihrab Cinta peneliti merasa masih banyak ketimpangan dalam hal gender. Contohnya masih adanya gambaran yang pihak yang mendominasi. Dapat dilihat pada scene kekersan terhadap perempuan dan stereotipe perempuan cengeng dan lakilaki sebagai pelindung. B. Saran-saran Berdasarkan penelitian film “Dalam Mihrab Cinta” berikut saransaran yang dapat penulis berikan: Dalam pembuatan film di Indonesia, hendaklah memperhatikan dan mengutamakan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki untuk meminimalisir kekerasan kepada perempuan, dan tidak adanya dominasi mutlak laki-laki terhadap perempuan. Selain itu juga agar selalu mempromosikan perempuan yang dengan baik agar dapat menciptakan gambaran dan diskriptif baru tentang perempuan untuk menghapus stereotipe lama yang terus menerus menggambarkan karakter perempuan yang cengeng. C. Penutup Alkhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti haturkan, berkat rahmat serta Ridho-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan. Namun, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik 79 dalam proses pembuatan maupun dalam bentuk menjadi skripsi, itu semua karena keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan demi memberikan sebuah perbaikan sebagaimana yang diharapkan. Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada semua pihak yang telah membantu peneliti selama penyusunan karya ini. Dan terahir semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.Amin amin ya Robbal ‘alamin. 80 DAFTAR PUSTAKA Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2010. Alex Sobur, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Alimatul Qibtiyah, The Conceptualisation of Gender Issues Among Gender Activists and Sholars in Inddonesian Universities, http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm Art Van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Dilakukannya, Jakarta: Sumber Agung, 1993 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Budi Irawanto, Film Ideologi dan Militer,Yogyakarta: Media Pressindo, 1999. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT.Remeja Rosdakarya, 2001. Deka Amrika, Representasi Perempuan Islam dalam Film Tjoet Nja’ Dhien, Skripsi Fakuttas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013. Elvinaro Ardianto dan Lukiyati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Sembiosa Rekatama Media, 2004. Farida Eliana, Konstruksi Jender Dalam Film Kiamat Sudah Dekat, Skripsi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Herlyna Putri Liliyani, Ukhuwah Islamiah Dalam Film Dalam Mihrab Cinta, Skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012. Heru Effendy, Mari Membuat Film, Jakarta: Pustaka Konfidn, 2002. Jajat Burhanudin dan Oman Fathurahman, Tentang Perempuan Islam Wacana Dan Gerakan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM, 2004. John Fiske, Television culture, London: Routledge, 1987. 81 John M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1992. Khafidhoh, Ananlisis Film Dalam Mihrab Cinta Menurut Perspektif Dakwah Islam, Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2012. Khalid Mustafa, Manajemen Wanita Solehah, Yogyakarta: Diva Pers, 2004. Khoo Gaik Cheng dan Thomas Barker, Mau Dibawa Kemana SInema Kita? Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia, Jakarta: Selemba Humanika, 2011. Kris Budiman, Feminografi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999. Kris Budiman, Kosa semiotika, Yogyakarta: Lkis, 1999. Majalah Aisyiyah, edisi 12 desember 2013 Mansour Fakih, Analisis Gende dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996. Maulana Achmad, Kamus Ilmiyah Populer Lengkap, Yogyakarta: Absolut, 2003. Nila Wardani, Panduan Pelatihan Inklusi Gender dan Sosial, Surabaya: Lapis PGMI. Noordjannah Djohantini dkk, Memecah Kebisuan, Agama Mendengar Suara Nur Istiqomah yang berjudul Gaya Bahasa Dakwah dan Konsep Gender dalam Novel “Xie Xie Ni De Ai” Karya Mell Shaliha Terbitan Diva Press, skripsi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, 2013. Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2000. P.A Van Gastel, Resensi Film, Jakarta: Yayasan Prapantja, 1960. Perempuan Korban Kekerasan Demi Keadilan, Jakarta: Open Society Institute, 2007. Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, Pengantar Kajian Gender, PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Quraisy Shihab, Perempuan, Jakarta: Lentera Hati, 2005. Rifka Annisa, Kekerasan terhadap perempuan. 82 S. Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: Bahan Kuliah Universitas Sebelas Maret. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Sunarto, Televisi, Kekerasandan perempuan, Jakarta: Kompas 2009. Sutaryo, Sosiologi Komunikasi, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2003. Sutirman Eka Ardana, Modul mata kuliyah sinematografi, Fakultas Dakwah: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sumbo Tinarkubo, Semiotika Komunikasi Visual edisi Revisi, Yogyakarta: Jalasutra, 2009. Syaiful Hidayat, Mengetuk Pintu Taubat, Jakarta: Mutiara Media, 2009. Tapi Omas Ihromi, Penghapusan Diskriminasi Wanita, Bandung: Alumni, 2000. Tatang M.Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafika Persada, 1995. Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, Malang: UMM Press, 2006. Waryono Abdul Ghafar dan MUh.Isnanto, Anotasi Dinamika Studi Gender IAIN Sunan Kalijaga 1995-2003. Website http://intersections.anu.edu.au/issue30/qibtiyah.htm http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_%28sinetron%29 http://archive.tabloidbintang.com/extra/top-list/74314-5-karya-terakhir-chaerulumam.html http://amiratthemovies.wordpress.com/2010/12/26/review-dalam-mihrab-cinta2010/ https://www.google.com/search?q=perempuan+dalam+film&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb http://bertengger.wordpress.com/2013/01/19/representasi-perempuan-dalam-film/ 83 http://piiekaa.blogspot.com/2012/11/transformasi-media-novel-dalammihrab.html http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_Mihrab_Cinta_(film) http://www.goodreads.com/book/show/1515615.Dalam_Mihrab_Cinta http://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy http://uzaza.blogspot.com/2013/01/sinopsis-flm-dalam-mihrab-cinta.html http://seteteshidayah.wordpress.com/2012/09/11/bolehkah-wanita-melamar-pria/ http://idrisone511.blogspot.com/2013/09/qs-adz-dzariyyat-56.html http://sleviblog.wordpress.com/2011/06/11/stereotype-perempuan/ Al-Qur’an Al-Anbiya’ ayat 107 Ali imran ayat 159 Al-Maidah ayat 45 Annisa ayat 124 Adz-zaariat ayat 56 Al-hujurot ayat 13 Ali-imron ayat 159. Hadist Khadijah r.ah.Melamar Rasulullah s.a.w. Kewajiban Menuntut Ilmu CURRICULUM VITAE I. Data diri Nama : Nining Umi Salmah TTL. : Brebes, 04 Januari 1991 Alamat : Jl. Ahmad Yani, Karang Malang, Ketanggungan, Kab. Brebes, Jawa Tengah No. HP. : 087839869368 II. Jenjang Pendidikan TK. Aisyiyah Brebes SDN Muhammadiyah Brebes 2003 MTs Muhammadiyah Bambanglipuro Bantul 2006 MA Taruna Al-Qur’an Yogyakarta 2009 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014